50709- Al-Baqarah 33-34 Perintah Sujud Kepada Adam Flipbook PDF

50709- Al-Baqarah 33-34 Perintah Sujud Kepada Adam

26 downloads 120 Views 932KB Size

Recommend Stories


ADAM SMITH
filosofía DAVID HUME/ADAM SMITH Dos testimonios trágicos danubio torres fierro “Nació en 1711. Murió en 1776. Deja a la humanidad que añada el resto

Story Transcript

1. Rasm dan Terjemah Per Kata

2. Terjemah Terjemah Kemenag 2019 : Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri

2

tahukanlah kepada mereka namanama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” Prof. Quraish Shihab : Dia berfirman: “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama (benda-benda) ini". Maka, secelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama (benda-benda) itu. Dia berfirman: Bukankah sudah Ku-kmaka.n kepada kamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang telah kamu sembunyikan? Prof. HAMKA : Berfirman Dia, "Wahai, Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya!" Maka tatkala telah diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu semua, berfirmanlah Dia, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku lebih mengetahui rahasia

3

semua langit dan bumi, dan lebih Aku ketahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. 3. Tafsir ‫قَا َل ََي آدَم‬ Lafadz qaala (‫ )قال‬adalah fi'il madhi, sedangkan bentuk mudhari'nya adalah yaquulu (‫)يقول‬, maknanya adalah berkata. Dalam hal ini berkata adalah Allah SWT sendiri kepada Nabi Adam alaihissalam. Ayat ini dari sisi Ilmu Tauhid menjadi dalil bahwa salah satu sifat Allah SWT adalah berkata-kata. Dari sekian banyak perkataan Allah, salah satunya adalah ketika Allah SWT berkata kepada Adam, sebagaimana bunyi ayat ini. Lafadz yaa (‫ )َي‬merupakan harfun-nida' atau bentuk cara sapaan kepada orang yang diajak bicara secara langsung, seperti berhadap-hadapan. Dalam hal ini yang diajak bicara secara langsung adalah Nabi Adam, sebagai almunada atau yang disapa.

4

Secara zhahir teks ayatnya, nampaknya percakapan ini tidak lewat perantaraan malaikat. Pembicaraan ini terjadi secara langsung. Namun para ulama bidang akidah nanti akan berdebat panjang kali lebar tentang apakah boleh dipahami secara apa adanya sesuai teks, ataukah harus ditakwil agar terhindar dari tasybih. ‫ْساِئِ ِ ْم‬ َ ْ َ‫ َآنْ ِبْئْ ْم ِبأ‬ Lafazh anbi'hum (‫ )آنْبِْئْ ْم‬berasal dari kata naba' yang bermakna berita. Bentuk kata kerjanya adalah (‫ ينْ ِب‬- ‫ )آنبأ‬yang berarti memberitakan. Allah SWT memerintahkan Adam agar memberitakan tentang nama-nama segala sesuatu yang telah sebelumnya Allah SWT ajarkan kepadanya. Menarik untuk dikaji bahwa nama-nama segala sesuatu itu awalnya Allah SWT ajarkan kepada Adam lewat lafazh 'allama (‫)عَ َ َّل‬. Namun setelah Adam diajarkan lewat proses pengajaran, Allah SWT perintahkan kepada Adam untuk memberitakan kepada malaikat dengan ungkapan anba'a (َ‫)آنْ َبأ‬. Tentu

5

saja antara mengajarkan dan memberitakan merupakan dua hal yang berbeda. Mengajarkan itu berarti mengetahui secara mendalam, sedangkan memberitahukan itu terkesan hanya sekilas saja. Disini nampak perbedaan antara mengetahui dalam arti mendalami ilmu dengan sekedar tahu dalam arti mendengar kabar sekilas lintas. Perintah Allah SWT kepada Adam agar memberitakan tentang namanama segala sesuatu kepada para malaikat tidak dalam rangka mengajarkan semuanya secara mendalam, melainkan sekedar memberi kabar dan gambaran secara umum saja. Setidaknya kemudian para malaikat tahu bahwa Adam itu menguasai ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan mereka tidak mampu. Kita bisa membayangkan ada seorang pakar ilmu kedokteran yang punya spesialisasi dan keahlian dengan sangat mendalam ilmunya di bidang penyakit tertentu sedangkan memberi semacam kuliah umum kepada khalayak dan masyarakat awam. Tentu saja masyarakat awam tidak akan

6

lantas jadi dokter apalagi menjadi dokter spesialis hanya lewat penyajian kuliah umum semacam itu. Namun setidaknya masyarakat awam punya sedikit pengetahuan dasar tentang penyakit itu dan langkah-langkah yang harus dilakukan terkait dengannya. Itu saja yang bisa diharapkan dari para pendengar awam dan tidak lebih. Adapun bila ingin jadi dokter, tentu tidak lewat kuliah umum, tetapi lewat serangkaian proses perkuliahan dengan berbagai macam praktek kedokteran sebagaimana lazimnya proses pendidikan di fakultas kedokteran. Namun setidaknya masyarakat awam tahu bahwa ilmu yang dimiliki oleh dokter ahli yang memberi kuliah umumnya bukan ilmu yang main-main, sehingga tidak boleh meremehkan kemampuannya. Masyarakat harus memberikan respek dan penghormatannya kepada dokter ahli yang sudah pakar.

7

Kurang lebih seperti itulah pelajaran dan hikmah yang bisa kita tarik dari kisah malaikat dan Nabi Adam. Wallahu a'lam ‫ْساِئِ ِ ْم‬ َ ْ َ‫فَلَ َما َآنْ َبأَ ُْه ِبأ‬ Lafazh falamma (‫ )فَلَ َما‬bermakna : ketika atau tatkala. Dan lafazh anba'ahum bi asama'ihim (‫ )آَنْ َبأَ ُْه ِبأَ ْ َْساِئِ ِ ْم‬bermakna : memberitahukan nama-nama itu. Kalimat ini menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Adam menjalankan perintah Allah SWT pertama kali, yaitu memberitahukan kemampuannya kepada para malaikat. Dan hal ini tidak ada hubungannya dengan sikap sombong dan membanggakan diri dari Nabi Adam kepada para malaikat. Sebab latar belakangnya memang perintah Allah SWT langsung.

ْ َ‫قَا َل َآلَ ْم َآق ْل ل‬ ‫ك‬ Lafazh qaala (‫ )قال‬maknanya : "Dia berkata", dalam hal ini yang berkata

8

adalah Allah SWT kepada para malaikat-Nya. Sedangkan lafazh alam aqul lakum (‫ )آَلَ ْم آَقلْ لَ ْك‬bermakna : "Bukankah sudah Aku katakan kepada kamu". Sebelum Nabi Adam diperintahkan untuk memberitahukan kemampuannya, rupanya Allah SWT sudah pernah berkata kepada para malaikat sebelumnya. Sehingga kalimat ini nampaknya ingin menegaskan bahwa Allah SWT kemudian membuktikan kekeliruan dugaan para malaikat.

َ ْ ‫الس َم َاو ِات َو‬ ‫اْل ْر ِض‬ َ ‫غَ ْي َب‬ Lafazh ghaibus-samawati (‫ )غيب الساموات‬secara bahasa adalah : hal-hal yang ghaib di langit, sedangkan lafazh ghaibul-ardhi (‫ )غيب اْلرض‬adalah segala hal ghaib yang terjadi di bumi. Namun terkait apa yang dimaksud dari hal ghaib di langit dan di bumi, para mufassir punya beberapa versi penafsiran yang berbeda. 1. Pendapat Pertama

9

Yang dimaksud dengan ghaibus-samawati (‫ )غيب الساموات‬adalah peristiwa Nabi Adam dan Hawa memakan buah terlarang di surga. Ini merupakan dosa pertama yang dilakukan di atas langit. Sedangkan yang dimaksud dengan ghaibul-ardhi (‫ )غيب اْلرض‬adalah anak Adam yang membunuh saudaranya sendiri. Ini adalah dosa pertama yang dilakukan di bumi. 2. Pendapat Kedua Yang dimaksud dengan ghaibus-samawati (‫ )غيب الساموات‬adalah segala yang Allah SWT tentukan dalam urusan makhluknya, sedangkan yang dimaksud dengan ghaibul-ardhi (‫ )غيب اْلرض‬adalah apa yang Allah lalukan setelah ditentukan. 3. Pendapat Ketiga Yang dimaksud dengan ghaibus-samawati (‫ )غيب الساموات‬adalah hal ghaib bagi malaikatnya yang terdekat dan pembawa Arsy, sedangkan yang dimaksud

10

dengan ghaibul-ardhi (‫ )غيب اْلرض‬adalah apa yang Allah SWT sembunyikan bagi para nabi dan rasul di bumi. ‫ون‬ َ ‫ون َو َما ك ْن ُْت تَ ْكتم‬ َ ‫ َو َآعْ َّل َما ت ْبد‬ Lafazh maa tubduna (‫ )ما تبدون‬bermakna apa-apa yang terungkap nyata dan nampak kelihatan. Sebagian mufassir mengatakan maksudnya adalah ucapan para malakat sebelumna terkait dijadikannya Adam sebagai khalifah : "Apakah Engkau akan menjadikan orang yang akan berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah sebagai khalifah?". Sedangkan lafazh wa maa kuntum taktumun (‫ ) َو َما ك ْن ُْت تَ ْكتم َون‬bermakna apa-apa yang kamu sembunyikan. Sebagian mufassir mengatakan bahwa yang disembunyikan adalah pendirian Iblis yang tidak menerima Adam dijadikan khalifah. Dalam hal ini iblis tidak secara terang-terangan menolak lewat katakata, namun dia menolak untuk memberi hormat kepada Adam, dan itulah bentuk penolakan iblis terhadap Adam untuk menjadi khalifah.

11

1. Rasm dan Terjemah Per Kata

2. Terjemah Terjemah Kemenag 2019 : (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan

12

kafir. Prof. Quraish Shihab : Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada para malaikat; “Sujudlah kepada Adam" maka mereka segera bersujud, ieiapi. Iblis enggan dan angkuh. Dan ia termasuk (golongan) orang-orang kafir." Prof. HAMKA : Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Maka sujudlah mereka, kecuali lblis, enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir. 3. Tafsir ‫ َوا ْذ قلْ َنا‬

ِ Lafazh idz (‫ )اذ‬yang terdapat di antara huruf waw dan qulna dipahami oleh para ulama secara berbeda. Abu Ubaidah mengatakan lafazh itu adalah shilah zaidah (‫)صةل زائدة‬, yaitu penyambung yang sifatnya hanya tambahan saja dan sama sekali tidak mempengaruhi makna. Maknanya tetap sama ada atau tidak ada lafazh itu

13

menjadi :"Dan ketika tuhanmu berfirman". Namun pendapat lain mengatakan lafadz 'idz' disitu bukan shilah zaidah melainkan kalimah maqshurah (‫)لكمة مقصورة‬ atau kata yang dikurangi. Dalam hal ini mereka katakan maknanya adalah : ingatlah ketika, sehingga makna secara utuhnya menjadi : "Dan ingatlah ketika Kamu berkata". Dalam terjemahan kadang makna implisit ini dituliskan di dalam kurung menjadi '(ingatlah)'. ‫ ْاْسدوا ِْل َد َم‬ Lafazh usjudu (‫ )اْسدوا‬adalah fi'il amr yang merupakan perintah untuk bersujud. Dalam hal ini Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam yang telah Allah SWT angkat sebagai khalifah. Al-Mawardi dalam An-Nukat wal 'Uyun mengatakan bahwa dalam hal ini ada dua pendapat, apakah sujud yang dimaksud merupakan sujud penghormatan ataukah sujud dalam bentuk shalat tapi menjadikan Adam

14

sebagai kiblat dalam shalat para malaikat. Namun kebanyakan ulama sepakat bahwa perintah bersujud disini merupakan sujud penghormatan. Sebagaimana yang dilakukan saudarasaudara Yusuf kepadanya ketika menghormat.

‫َو َرفَ َع َآب َ َويْ ِه عَ ََل الْ َع ْر ِش َوخ َُّروا ََل ْسَدً ا‬ Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. (QS. Yusuf : 100) Namun bukankah tetap dilarang bersujud kepada manusia? Ada dua jawaban dalam masalah ini. 1. Jawaban Pertama Benar sekali dan memang Nabi SAW sendiri yang melarang sujud kecuali hanya kepada Allah SWT saja, apapun alasan sujud itu sendiri. Nabi SAW bersabda,

15

‫ َ َْل َم ْرت الْ َم ْر َآ َة َآ ْن ت َ ْسجدَ ِل َز ْو ِ َِجا‬،‫لَ ْو ك ْنت آ ِم ًرا َآ َحدً ا َآ ْن ي َْسجدَ ِ َْل َح ٍد‬ “Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya” (HR. Tirmidzi) Al-Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu' menjelaskan hal ini :

‫وآما ما يفعهل عوام الفقراء وش هبهم من ْسودُه بني يدي املشاخي – ورمبا اكنوا حمدثني – فهو حرام‬ ‫بجامع املسلمني‬ “Adapun yang dilakukan oleh orang awam dan semisal mereka yaitu sujud kepada syaikh mereka –bisa jadi mereka ahli hadits” maka hukumnya haram dengan ijma’ kaum muslimin.” [Al-Majmu’ 2/79] Lalu kenapa Allah SWT memerintahkan para malaikat bersujud kepada Adam, padahal sujud itu hanya boleh kepada Allah SWT?

16

Jawabannya bahwa ini merupakan perbedaan hukum syariat antara waktu. Buat umat terdahulu, sujud kepada manusia selain Allah SWT masih dibolehkan, asalkan niat dan tujuannya sekedar untuk penghormatan. Karena itulah kita temukan kedua orang tua Nabi Yusuf dan saudarasaudaranya bersujud kepadanya. Alasannya karena syariat yang berlaku di masa itu masih membolehkan.

,‫ آتيت الشام‬:‫ ما هذا َي معاذ ؟ قال‬:‫ قال‬،‫ ْسد للنيب صَل هللا عليه وسّل‬,‫ملا قدم معاذ من الشام‬: ( ‫ فقال رسول هللا صَل‬،‫ فوددت يف نفيس آن نفعل ذكل بك‬،‫فوافقهتم يسجدون ْلساقفهتم وبطارقهتم‬ ،‫ ْلمرت املرآة آن تسجد لزوِجا‬،‫ فاين لو كنت آمرا آحدا آن يسجد لغري هللا‬،‫ فال تفعلوا‬:‫هللا عليه وسّل‬ ‫ ولو سألها نفسها ويه عَل قتب‬،‫ ال تؤدي املرآة حق رهبا حىت تؤدي حق زوِجا‬،‫واذلي نفس محمد بيده‬ ).‫مل متنعه‬ Tatkala Mu’adz tiba dari Syam, dia bersujud kepada Nabi SAW, maka Nabi pun bertanya, “Apa ini, wahai Mu’adz?” Mu’adz menjawab, “Aku datang ke

17

Syam dan kudapati orang-orang di sana bersujud kepada Asaqifah (para uskup) dan Bathariqah (para panglima perang) sehingga hatiku berkeinginan agar kami pun melakukannya kepadamu.” Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian lakukan hal itu! Sesungguhnya, seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya. Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang istri (dianggap) telah menunaikan hak Rabb-nya sebelum dia menunaikan hak suaminya. Kalau pun suaminya itu meminta kepadanya dalam keadaan di atas hewan tunggangan, maka dia tak boleh menolaknya. (HR. Ibnu Majah) Begitu juga ketika para penyihir Fir'aun bersujud kepada Nabi Musa alaihissalam setelah merasa salah dan kalah dari mukijzatnya. Sujud mereka bukan berarti menyembah Nabi Musa, melainkan sujud dalam rangka hormat.

18

‫الس َح َرة َساجِ ِد َين‬ َ ‫َو ُآلْ ِق َي‬ Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. (QS. AlAraf : 120) Terdapat ayat yang nyaris mirip dengan ayat ini dalam surat Asy-Syua'ara ayat 46. Dan urusan perbedaan syariat antara umat Nabi Muhammad SAW dengan syariat umat-umat terdahulu cukup panjang lebar dibahas para ulama ahli ushul fiqih. Beberapa diantaranya adalah : • Pernikahan Nabi Adam : Nabi Adam alaihissalam ketika menikah dengan Hawa pastinya tanpa ada wali dan saksi. Jelas buat kita pernikahan macam itu haram, karena wali dan saksi menjadi rukun nikah. Tidak sah sebuah pernikahan kecuali ada wali dan saksinya • Perkawinan Anak-anak Adam : Yang lebih parah adalah perkawinan sesama saudara sendiri di antara anak-anak Nabi Adam alaihissalam.

19

Kedua anak lakinya yaitu Qabil dan Habil menikahi saudari-saudari mereka sendiri. Pernikahan macam ini buat umat Nabi Muhammad SAW adalah pernikahan yang sangat-sangat haram, bahkan diharamkan oleh semua agama dan negara di dunia. Para ahli medis juga ikutan melarang, karena dianggap akan menghasilkan bayi yang cacat. Beberapa risiko yang terkait dengan pernikahan sedarah meliputi resiko genetik seperti cacat bayi ketika lahir, atau resiko keguguran bayi hingga resiko sosial. Termasuk juga ada resiko mental dan resiko-resiko lainnya. 2. Jawaban Kedua Jawaban kedua bahwa sujud yang dimaksud bukanlah posisi sujud seperti dalam shalat, tetapi sujud yang merupakan kata kiasan atau metafora saja. Posisinya tidak bersujud tapi sekedar membungkuk. Dan sujud yang bukan sujud tapi hanya merundukkan kepala atau badan itu tergambarkan dalam Al-Quran juga, yaitu Allah SWT memerintahkan

20

kepada Bani Israil ketika memasuki pintu gerbang kota.

‫اب ْسَدً ا‬ َ ‫َوا ْذ قلْنَا ادْخلوا َه َٰ ِذ ِه الْقَ ْري َ َة فَُكوا ِمْنْ َا َح ْيث ِشئْ ُْت َرغَدً ا َوادْخلوا الْ َب‬ ِ

Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud. (QS. AlBaqarah : 58) Secara logika pasti tidak masuk akal kalau masuk gerbang kota dilakukan sambil bersujud. Yang paling logis sambil membungkuk atau merendahkan badan, bahkan mungkin sambil tiarap. Tapi tidak mungkin sujud sambil berjalan. Maka jawaban kedua ini juga masuk akal, bahwa perintah sujud yang dimaksud bukan gerakan sujud seperti dalam shalat, tetapi gerakan lain dalam arti menghormati yang tidak ada kaitannya dengan gerakan sujud dalam shalat. Wallahua'lam

21

‫فَ َس َجدوا‬ Sujudnya para malaikat itu tentu saja tidak harus dibayangkan seperti sujudnya kita. Sebab secara anatomi, bentuk malaikat itu tidak seperti anatomi tubuh manusia. Yang pasti semua makhluk Allah SWT bersujud kepada-Nya secara keseluruhan. Namun mereka punya cara sujud masingmasing yang boleh jadi saling berbeda.

‫ون‬ َ ‫الس َم َاو ِات َو َما ِيف ْ َاْل ْر ِض ِم ْن دَاب َ ٍة َوالْ َم َالئِ َكة َو ُْه َال ي َْس تَ ْك ِِب‬ َ ‫َو ِ َ ِلِل ي َْسجد َما ِيف‬ Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. (QS. An-Nahl : 49) Namun bagaimana bentuk sujud para malaikat kepada Nabi Adam, tentu hanya Allah SWT saja yang tahu. Dan bisa saja sujudnya seperti sujud manusia, bukankah sujudnya Nabi Muhammad SAW didasarkan dari melihat

22

tata cara shalat malaikat Jibril.

‫َصلُّوا َ َمَك َر َآيتم ِِن ُآ َص ِل‬ “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Malaikat memang bisa berubah wujud dan penampakan, seperti yang terjadi pada malaikat Jibril alaihissalam. Dalam kisah hamilnya Maryam digambarkan Jibril menampakkan diri sebagai seorang laki-laki.

َ َ َ‫ف‬ ‫ََشا َس ِو ًَي‬ ً َ ‫اَّت َذ ْت ِم ْن دوِنِ ِ ْم ِح َج ًاب فَأَ ْر َسلْنَا الَْيْ َا رو َحنَا فَتَ َمث َ َل لَهَا ب‬ ِ

maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (QS. Maryam : 17) Di masa kenabian Muhammad SAW, Jibirl juga pernah menampakkan diri

23

dengan wujud seorang laki-laki yang asing, dengan rambut yang teramat hitam serta pakaian yang teramat putih, namun tidak ada tanda-tanda bahwa dia adalah seorang pengelana yang menempuh perjalanan jauh. Sujud Penghormatan Lepas dari bagaimana bentuk sujud malaikat kepada Nabi Adam, yang jelas sujudnya bukan sujud penyembahan melainkan sujud penghormatan. Dan sujud penghormatan ini hanya dibolehkan berlaku pada umat terdahulu. Adapun buat kita umat Muhammad SAW, sujud kepada selain Allah, apapun niat dan tujuannya, tetap tidak diperkenankan. Lalu bagaimana dengan membungkuk seperti ruku' yang banyak dilakukan umat manusia kepada orang tua atau bahkan raja? Malahan dalam budaya Jawa adalah sungkem yang juga mirip dengan membungkuk kepada orang tua. Apakah posisi sungkem ini termasuk hal yang dilarang juga dalam agama Islam? Jawabannya para ulama beda pendapat, sebagian ada yang

24

berpandangan posisi ruku' itu dianggap sama saja dengan posisi sujud, sehingga hukum keharamannya diqiyaskan. Artinya buat mereka, ruku atau membungkuk seperti orang Jepang saling membungkuk itu difatwakan keharamannya. Namun nampaknya tidak semua sepakat model qiyas semacam itu. Sebab yang dilarang hanya posisi sujud saja, sedangkan di luar sujud, tiap bangsa punya gestur masing-masing dalam rangka menghormati orang yang mereka hormati, baik dengan menganggukkan kepala, atau membungkuk, atau bahkan sungkem. ‫يس‬ َ ‫ا َال ابْ ِل‬

ِ ِ

Lafahz illa (‫ )اال‬adalah bentuk istitsna' yaitu pengecualian dari sesuatu. Dalam hal ini yang dikecualikan adalah iblis, dimana yang lainnya bersujud kepada Adam kecuali Iblis yang tidak ikut bersujud. Iblis :Bahasa Arab Atau Serapan?

25

Lafazh iblis (‫ )ابليس‬menjadi perdebatan para ulama, apakah merupakan bahasa Arab yang punya kata dasar lallu bisa dibentuk menjadi kata lain ataukah kata serapan dari bahasa lain sehingga tidak ada pembentukan katanya. Pendapat yang mengatakan bahwa Iblis itu kata serapan mengatakan bahwa dalam Al-Quran ditemukan banyak istilah yang bukan asli dari bahasa Arab, misalnya nama para nabi seperti Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan lainnya. Dan salah satu contoh lagi adalah : iblis. Sedangkan pendapat yang mengatakan iblis itu bahasa Arab berhujjah bahwa dalam ayat Al-Quran ada ism fa'il yang kata dasarnya dari iblis :

َ ‫ك‬ ‫ون‬ ِ ‫فَلَ َما نَسوا َما ذ ِكروا ِب ِه فَتَ ْحنَا عَلَْيْ ِ ْم َآبْ َو َاب‬ َ ‫َش ٍء َح َ ٰىت ا َذا فَ ِرحوا ِب َما ُآوتوا َآخ َْذَنَ ُْه ب َ ْغتَ ًة فَا َذا ُْه م ْب ِلس‬ ْ ِ ِ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah

26

diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al-Anam : 44) Jadi secara bahasa, kata iblis itu maknanya adalah putus asa. Iblis : Malaikat Atau Bukan? Perbedaan pendapat di kalangan para ulama juga berkisar tentang asal usul Iblis ini, apakah dia asalnya seorang malaikat lalu membangkang, ataukah dia bukan malaikat? 1. Pendapat Pertama Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama yang diwakili oleh mufassir di level shahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud. Selain itu juga merupakan pendapat Said bin Al-Musayyib dan Ibnu Juraij di kalangan tabi'in. Pendapat ini menegaskan bahwa Iblis itu aslinya juga bagian malaikat,

27

bahkan derajatnya terbilang yang paling tinggi di atas rata-rata para malaikat. Namun karena dia membangkang, maka dimurkailah iblis itu. Jadi menurut pendapat ini iblis itu adalah bagian dari malaikat dan bukan makhluk lain seperti jin dan lainnya. Lalu yang mendasari pendapat ini bahwa Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam dan tidak secara zhahirnya tidak ada penjelasan bahwa Allah SWT memerintahkan makhluk lain untuk bersujud. Namun begitu iblis tidak sujud, justru dimurkai Allah. Jelas sekali ini adalah petunjuk paling sederhana yang mendasari kepada pendapat pertama ini meyakini apa yang mereka pegang. Secara logika bahasa, masuk akal kalau dikatakan iblis itu bagian dari malaikat. Seandainya iblis bukan bagian dari malaikat, logikanya ketika iblis tidak bersujud tidak mengapa. Kan memang tidak diperintahkan untuk bersujud. Kenapa jadi sasaran kesalahan? 2. Pendapat Kedua

28

Pendapat ini menolak pandangan dari mereka yang bilang bahwa Iblis itu bagian dari malaikat, tetapi iblis adalah makhluk lain yang berbeda dari malaikat. Pendapat kedua ini punya beberapa arguemtasi yang mendukung logika mereka. Pertama : di dalam surat Al-Kahfi ditegaskan bahwa iblis itu termasuk jin.

‫َوا ْذ قلْنَا لِلْ َم َالئِ َك ِة ْاْسدوا ِْل َد َم فَ َس َجدوا ا َال ابْ ِل َيس َاك َن ِم َن الْجِ ِن فَ َف َس َق َع ْن َآ ْم ِر َ ِرب ِه‬ ِ ِ ِ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (QS. Al-Kahfi : 50)

Kedua : Al-Quran menjelaskan bahwa malaikat itu tidak mungkin membangkang, sebab mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia dan selalu taat kepada-Nya.

‫ون‬ َ َ ‫ون‬ َ ‫ون َما ي ْؤ َمر‬ َ ‫الِل َما َآ َم َر ُْه َوي َ ْف َعل‬ َ ‫َال ي َ ْعص‬

29

Malaikat-malaikat itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim : 6) Logikanya tidak mungkin Allah SWT menciptakan malaikat tapi membandel dan membangkang, karena sejak awal malaikat memang tidak diberi hawa nafsu dan sifat membangkang. Ketiga : malaikat itu beda jauh dengan jin, sehingga tidak mungkin Allah SWT menciptakan makhluk yang awalnya malaikat lalu di tengah jalan tibatiba Allah ubah jadi jin. Sebab bahan baku keduanya sejak awal sudah berbeda. Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin diciptakan dari api, sebagaimana ayat berikut.

‫السمو ِم‬ َ ‫َوالْ َج َان َخلَ ْقنَاه ِم ْن قَ ْبل ِم ْن َنَ ِر‬ Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. Al-Hijr : 27)

30

Dalam hadits Aisyah juga disebutkan sabda Nabi SAW berikut ini :

‫اجلان ِمن ما ِر ٍج ِمن ٍَنر‬ ُّ ‫خ ِلقَ ِت املَالئِ َكة ِمن ن ٍور وخ ِل َق‬ Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin diciptakan dari api. ‫ َآ َ ٰب‬ Lafazh abaa (‫ )آب‬secara bahasa bermakna : menolak, yaitu menolak untuk mentaati apa yang diperintahkan. Di ayat lain juga kita temukan kata ini dengan makna menolak.

‫ون‬ َ ‫ي ْرضونَ ْك ِبأَفْ َوا ِهه ِْم َوتَأْ َ ٰب قلوهب ْم َو َآ ْك ََث ُْه فَ ِاسق‬ Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah : 8) Namun juga bisa dimaknai sebagai keengganan untuk melakukan sesuatu, sebagaimana disebutkan di akhir surat Al-Baqarah :

31

‫َو َال يَأْ َب َاكتِ ٌب َآ ْن يَ ْكت َب َ َمَك عَل َ َمه َالِل‬ Janganlah penulisnya enggan untuk menuliskannya sebagaimana diajarkan Allah. (QS. Al-Baqarah : 282) Dalam hal ini penolakan dan keenggapan iblis adalah ketika diperintah untuk melakukan sujud kepada Nabi Adam alahissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut :

َ ‫الس ْجدَ َة فَ َس َجدَ اعْ َ ََت َل‬ ‫ ُآ ِم َر ا ْبن آ َد َم‬-‫ ََي َويْ ِل‬:‫ ويف رواية‬-‫الش ْي َطان ي َ ْب ِِك يَقول ََي َويْ َهل‬ َ ‫ِا َذا قَ َر َآ ا ْبن آ َد َم‬ ‫ِب ُّلسجو ِد فَ َس َجدَ فَ َهل الْ َجنَة َو ُآ ِم ْرت ِب ُّلسجو ِد فَأَبَيْت فَ ِل النَار‬ Ketika manusia membaca surat atau ayat sajdah lalu dia bersujud, iblis pun berpaling sambil menangis dan berkeluh-kesah : celaka aku. Anak Adam diperintah sujud lalu dia sujud maka masuk surga. Sementara dulu Aku diperintah sujud tapi aku menolak maka aku masuk neraka (HR. Muslim)

32

‫ َو ْاس تَ ْك َ َِب‬ Lafaz istakbara (‫ ) َو ْاس تَ ْك َ َِب‬berasal dari kata kibir yang artinya besar dan istakbara bermakna : merasa dirinya besar. Dalam bahasa kita dikenal dengan sebutan kibir atau takabbur. Dan sikap merasa diri lebih besar inilah sesungguhnya menjadi motivasi kenapa Iblis enggan dan menolak untuk sujud kepada Adam. Dan sikap ini tercermin dalam perkataan Iblis sendiri yang bisa kita baca di ayat lain, diantaranya ayat berikut ini :

ٍ‫قَا َل َآَنَ خ ْ ٌَري ِمنْه ۖ َخلَ ْقتَ ِِن ِم ْن َنَ ٍر َو َخلَ ْقتَه ِم ْن ِطني‬ Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shad : 76)

‫َوا ْذ قلْنَا لِلْ َم َالئِ َك ِة ْاْسدوا ِْل َد َم فَ َس َجدوا ا َال ابْ ِل َيس قَا َل َآ َآ ْْسد ِل َم ْن َخلَ ْق َت ِطينًا‬ ِ ِ ِ

Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah

33

kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" (QS. Al-Isra : 61)

‫ون‬ ٍ َ َ‫قَا َل لَ ْم َآك ْن ِ َْل ْْسدَ ِلب‬ ٍ ‫َش َخلَ ْقتَه ِم ْن َصلْ َصالٍ ِم ْن َ ََحا َم ْس ن‬ ٍ

Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS. Al-Hijr : 33) Sifat Kibir Menghalangi Surga

Dalam hal ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa manusia itu tidak boleh punya sifat kibir atau merasa diri lebih besar dari makhluk yang lain. Sebab sifat kibir itu hanyalah merupakan hak Allah SWT semata. Adapun makhluknya tidak ada yang boleh bersikap demikian. Dalam banyak ajaran Nabi SAW sebagaimana tertuang dalam hadits-

34

hadits syarif ada banyak disebutkan sikap kibir itu menghalangi surga.

‫َال يَدْ خل الْ َجنَ َة َم ْن َاك َن ِيف قَلْ ِب ِه ِمثْقَال َذ َر ٍة ِم ْن ِك ْ ٍِب قَا َل َرج ٌل ا َن َالرج َل ُِي ُّب َآ ْن يَكو َن ثَ ْوبه َح َس نًا‬ ِ ‫الِل َ َِجي ٌل ُِي ُّب الْ َج َما َل الْ ِك ِْب ب َ َطر الْ َح ِق َو َ َْغط النَ ِاس‬ َ َ ‫َون َ ْعهل َح َس َن ًة قَا َل ا َن‬ ِ

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim) ‫ين‬ َ ‫ َو َاك َن ِم َن الْ ََك ِف ِر‬

Lafazh kaana (‫ )اكن‬secara ilmu nahwu menunjukkan sesuatu yang sudah lampau. Sedangkan lafazh minal-kafirin (‫ )من الَكفرين‬maknya : termasuk dari

35

orang kafir. Lalu makna yang tersirat di balik penggunaan lafazh : kaana minal kafirin dalam bentuk lampau? Pendapat pertama : mengatakan bahwa bentuk lampau itu menunjukkan bahwa iblis itu sejak awal termasuk kelompok kafir, bahkan sebelum ada perintah untuk bersujud kepada Adam. Oleh karena itu, menurut kelompok ini, sejak awal iblis memang bukan bagian dari malaikat. Iblis itu sejak awal diciptakan memang sudah kafir dan bertambah lagi kekafirannya ketika menentang tidak mau diperintah sujud kepada Adam. Ibnu Abi Hatim mengatakan bahwa Iblis itu aslinya diciptakan Allah sebagai kafir, lalu dia berusaha untuk berperilaku baik seperti para malaikat yang harus taat terus menerus kepada Allah SWT. Namun ternyata iblis tidak mampu untuk seterusnya berperilaku seperti malaikat terus menerus. Akhirnya terbukti ketika diperintah sujud kepada Adam, maka iblis pun menampakkan jati diri aslinya yaitu memang kafir sejak awal.

36

Pendapat Kedua : bahwa penggunaan lafazh kaana tidak menunjukkan bentuk lampau, namun untuk menunjukkan penekanan saja bahwa iblis saat itu benar-benar sudah jadi kafir karena tidak mau sujud kepada Adam. Seolah-olah sudah kafir sejak awal, kurang lebih begitu. Seperti ungkapan kita hari ini ketika memaki orang dengan menggunakan kata : dasar, seperti pada caican : "Dasar kampungan". Cacian ini diucapkan ketika ada orang berlaku norak dan kampungan, lalu dikatakan seolah-olah dia aslinya orang norak yang kampungan. Wallahu a'lam bishshawab.

37

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.