50711- Al-Baqarah 35-36 Setan Menggoda Adam Flipbook PDF

50711- Al-Baqarah 35-36 Setan Menggoda Adam

73 downloads 99 Views 842KB Size

Recommend Stories


ADAM SMITH
filosofía DAVID HUME/ADAM SMITH Dos testimonios trágicos danubio torres fierro “Nació en 1711. Murió en 1776. Deja a la humanidad que añada el resto

Story Transcript

1. Rasm dan Terjemah Per Kata

2. Terjemah Terjemah Kemenag 2019 : Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini,15)

1

sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”16) Prof. Quraish Shihab : Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Diamilah olehmu dan istrimu surga ini dan mAkanlah darinya yang banyak, lagi baik, di mana dan kapan saja kamu berdua kehendaki, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, sehingga menyebabkan kamu berdua termasuk orangorang zalim. Prof. HAMKA : Dan berfirman Kami, "Wahai, Adam! Tinggallah engkau dan istri engkau di taman ini, dan makanlah berdua daripadanya dengan senang sesuka-sukamu berdua, dan janganlah kedua kamu mendekat ke pohon ini, karena (kalau mendekat) akan jadilah kamu berdua dari orang yang aniaya. 3. Tafsir ‫ َوقُلْ َنا ََي آ َد ُم‬ Ibnu Asyur mengomentari awal ayat ini bahwa Allah SWT memanggil

2

nama Adam di depan semua makhluk-Nya dengan panggilan : "Wahai Adam", merupakan bentuk penghormatan yang teramat tinggi. Apalagi kemudian sapaan Allah itu diteruskan dengan perintah untuk masuk ke dalam surga. Dan perintah ini pastinya didengar oleh semua makhluk yang ada. Selain itu perintah untuk masuk surga juga merupakan sebuah penghargaan yang tinggi bagi yang punya ilmu. Sebagaimana perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, juga merupakan bentuk penghargaan kepada orang yang berilmu. ‫ ْاس ُك ْن َآن َْت‬ Lafazh uskun (‫ )اسكن‬adalah fi'il amr yang merupakan perintah dari kata asalnya yaitu (‫ ي َْس ُك ُن‬- ‫ ) َسكَ َن‬yang bermakna : diam tidak bergerak. Konon dalam bahasa Arab pisau itu disebut dengan sikkin (‫ ) ِس ِك ْي‬karena membuat hewan menjadi diam tidak bisa bergerak karena disembelih dengan pisau. Begitu

3

juga orang yang tidak punya harta disebut dengan miskin (‫ ) ِم ْس ِك ْي‬karena tidak bisa bebas bergerak karena tidak punya apa-apa. Namun juga bisa bermakna menetap atau bertempat tinggal. Namun dalam ini yang dimaksud bukan perintah untuk diam tidak bergerak, melainkan perintah untuk menetap dan bertempat tinggal. Sebagaimana disebutkan dalam ayat lain :

ِ ‫َاِل َين ِفهيَا َو َم َسا ِك َن َط ِي َب ًة ِِف َجنه‬ ِ َ‫اَّلل الْ ُم ْؤ ِم ِن َي َوالْ ُم ْؤ ِمن‬ ِ ِ ‫ات َ َْت ِري ِم ْن ََتِْتِ َا ْ َاْلْنْ َ ُار خ‬ ٍ ‫ات َجنه‬ ۚ ‫ات عَدْ ٍن‬ ُ ‫َوعَدَ ه‬ ِ ‫َو ِرضْ َو ٌان ِم َن ه‬ ‫اَّلل َآ ْك َ َُب ۚ َذَٰ ِ َِل ه َُو الْ َف ْو ُز الْ َع ِظ ُي‬ Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ´Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah : 72)

4

Maka perintah uskun disini bisa diterjemahkan menjadi : bertempat tinggal lah kamu. Dalam terjemah versi Kemenag 2019 diterjemahkan menjadi : tinggallah. Sedangkan terjemahan versi Quraish Shihab adalah : diamilah. Lafazh anta (‫ )آنت‬adalah kata ganti orang kedua, yaitu pihak yang diajak berbicara, Nabi Adam. Sebenarnya dalam bahasa Arab, fi'il amr uskun (‫)اسكن‬ sudah mengandung makna siapa yang diperintah, yaitu kamu. Sehingga seharusnya tanpa disebutkan : 'kamu' lagi, sudah cukup. Namun Allah SWT tetapi mengulangi kata anta sebagai bentuk ta'kid atau penguatan, karena perintah itu juga diarahkan kepada istri Adam yaitu Hawa, sehingga diperlukan penyambung yaitu huruf waw (‫ )و‬sekaligus ma'tuf ilahi pun harus dinampakkan. Maka muncullah kata : anta, agar maknanya selaras ;"Tinggallah kamu dan istrimu". ***

5

Menarik untuk disimak dalam hal ini penjelasan dari Al-Qurtubi terkait pilihan diksi yang digunakan, yaitu uskun yang asalnya dari kata (‫) َسكَن‬. Menurutnya sakana itu bermakna sekedar bertempat tinggal atau menempati suatu tempat, namun harus dicatat bahwa yang namanya menempati itu tidak sama dengan memiliki tempat itu. Ada pihak lain yang justru menjadi pemiliknya, sehingga kalau pemilik tempat itu berkenan, silahkan ditempati. Namun bila pemiliknya memerintahkan untuk keluar, harus keluar dari tempat itu. Dalam hal ini yang menjadi pemilik dari surga itu adalah Allah SWT. Saat itu Allah SWT berkenan memberikan kesempatan kepada Adam dan istrinya untuk menempati surga. Namun bisa saja sewaktu-waktu Allah SWT memintanya untuk keluar dari surga. Sehingga dalam bab fiqih para fuqaha menggunakan istilah wathan sukna (‫)وطن السكن‬, yaitu tempat yang disinggahi oleh seorang mufasir dengan menginap beberapa lama, namun tanpa berniat untuk menetap atau

6

bermukim disitu. ‫ َو َز ْو ُج َك‬ Lafazh zaujuka (‫ ) َز ْو ُج َك‬terdiri dari kata zauj (‫ )زوج‬yang bermakna pasangan dan ka ( َ‫ )ك‬yang berarti kamu, sehingga maknanya menjadi : pasanganmu. Sebenarnya kata zauj (‫ )زوج‬itu terbilang bentuk mudzakkar sehingga bisa dimaknai sebagai suami. Sedangkan bentuk muannats-nya adalah zaujah (‫ )زوجة‬sehingga bisa dimaknai sebagai istri. Namun dalam ayat ini kita temukan bahwa Allah SWT tidak membedakan mudzakkar dan muannats, sehingga ketika menyebut Hawa yang menjadi pasangan Nabi Adam, tetap disebut dengan zauj dan bukan zaujah. Tentu saja tidak seorang pun yang mengatakan bahwa pasangan Nabi Adam itu laki-laki, nauzdubillah. Pastinya Hawa itu seorang wanita yang bisa hamil dan melahirkan anak. Namun kenapa tidak digunakan kata zaujah?

7

Jawabannya bahwa karena makna zauj itu bukan suami atau istri, melainkan maknanya adalah : pasangan. Sehingga tidak mengapa bila menyebut istri dengan zauj saja dan tidak harus dengan kata zaujah. Penciptaan Hawa Dalam beberapa kitab tafsir banyak disebut-sebut bagaimana proses terciptanya Hawa sebagai istri Adam. Dan sumbernya disebut dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud radhiyallahuanhu ketika menafsirkan surat Al-A'raf berikut ini :

‫ه َُو ه ِاَّلي َخلَقَ ُ ُْك ِم ْن ن َ ْف ٍس َوا ِحدَ ٍة َو َج َع َل ِمْنْ َا َز ْو َ ََجا ِليَ ْس ُك َن الَهيْ َا‬ ِ

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. (QS. Al-Araf : 189) Ketika Adam menempati surga, dia merasa kesepian. Maka ketika sedang

8

tertidur, Allah SWT menciptakan Hawa dari tulang rusuk sebelah kiri. Ketika Adam terbangun dan melihat Hawa, dia bertanya,"Siapa kamu?". Hawa menjawab,"Saya seorang wanita yang diciptakan dari tulang rusukmu agar kamu cenderung kepadaku. Di dalam kitab-kitab hadits shahih seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, kita menemukan sabda Nabi SAW yang demikian itu.

ِ ‫َش ٍء ِِف‬ ‫ فَا ْن َذ َه ْب َت تُ ِق ْي ُم ُه‬،‫الضلَع ِ َآعْ َال ُه‬ ْ َ ‫ َوا هن َآع َْو َج‬،ٍ‫ فَا هن الْ َم ْر َآ َة ُخ ِلقَ ْت ِم ْن ِضلْع‬،‫ْاس تَ ْو ُصوا ِِبل ِن َسا ِء خ ْ ًَْيا‬ ِ ِ ‫ فَ ْاس تَ ْو ُصوا ِِبل ِن َسا ِء‬،‫َستَ ُه وا ْن تَر ْكتَ ُه لَم ي َز ْل ِ َآعْو َج‬ َ َ ْ َ َ ْ َ ‫َك‬ ِ Berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan kebaikan, karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk adalah bagian paling atasnya. Jika engkau bertindak untuk meluruskannya, maka engkau akan memecahkannya (mematahkannya). Namun jika engkau membiarkannya, maka selamanya ia akan bengkok. Maka berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan

9

kebaikan.” (HR Imam Bukhari) ‫الْ َجنه َة‬ Lafazh jannah dalam ayat ini dan juga dalam kebanyakan ayat lain dalam Al-Quran umumnya diterjemahkan sebagai surga, yaitu tempat yang Allah SWT sediakan untuk kita orang-orang yang beriman ketika sudah berada di akhirat nanti. Allah SWT menyebutkan jannaat dalam bentuk jamak taksir, yang dipahami bahwa surga itu tidak hanya satu, melainkan ada beberapa. Yang disebutkan dalam Al-Quran diantaranya bernama surga Firdaus (‫)فردوس‬, surga ‘Adn (‫)عدن‬, surga An-Na'im (‫)النعي‬, surga Al-Ma'wa (‫ )املأوى‬dan lainnya. Namun kalau kita telusuri lebih dalam, ternyata ada juga kata jannah di dalam Al-Quran yang bukan bermakna surga, tetapi bermakna kebun di dunia ini yang banyak tumbuhan dan pepohonan. Setidaknya ditemukan hingga 30-an ayat berbeda yang menyebut jannah sebagai kebun dan bukan

10

sebagai surga yang abadi di akhirat nanti. Silahkan buka kembali catatannya ketika membahas ayat 25 surat Al-Baqarah. Pendapat Muktazilah dan Qadariyah Jumhur ulama sepakat bahwa surga yang ditempati Adam dan istrinya adalah surga yang abadi dan akan kita tempati nanti di alam akhirat setelah kiamat. Namun kelompok Muktazilah dan Qadariyah punya pendapat yang berbeda. Mereka menolak konsep surga akhirat dan meyakini bahwa surga tempat tinggal Adam dan Hawa itu justru adanya di bumi ini. Rupanya ada juga kalangan yang agak setuju dengan mereka, lantaran kedua kelompok itu menggunakan ayat Al-Quran untuk mendukung pendapatnya yang keluar dari pendapat jumhur. Misalnya mereka berhujjah bahwa surga abadi nanti itu di dalamnya tidak ada dusta.

‫ون ِفهيَا لَغ ًْوا َو ََل ِك هذ ًاِب‬ َ ‫ََل ي َْس َم ُع‬ Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak

11

(pula) perkataan dusta. (QS. An-Naba : 35) Padahal iblis itu menggoda Adam dengan cara berdusta mengatakan bahwa buah yang dilarang itu karena bisa bikin hidup dan kerajaan yang abadi. Padahal ternyata itu hanya hasil karangan Iblis saja. Selain itu surga abadi yang nantinya akan kita masuki juga punya karakter unik, bahwa siapa yang sudah masuk ke dalamnya, maka tidak akan pernah keluar lagi. Dan pernyataan seperti itu merupakan bagian dari ayat Al-Quran juga.

‫ََل ي َ َم ُّسه ُْم ِفهيَا ن ََص ٌب َو َما ُ ُْه ِمْنْ َا ِب ُمخ َْرجِ َي‬ Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (QS. Al-Hijr : 48) Padahal Iblis dikeluarkan, begitu juga Adam dan Hawa pun juga dikeluarkan dari surga. Itu menunjukkan bahwa surga yang dimaksud bukan

12

surga abadi di akhirat nanti. ‫ َو ُ َلُك ِمْنْ َا َرغَدً ا‬ َ ُ ) adalah fi'il amr yang merupakan perintah yang asal Lafazh kulaa (‫لُك‬ katanya dari (‫ آلُك‬- ‫ يألك‬- ‫ )آلك‬yang bermakna makan. Sedangkan lafazh minha (‫)مْنا‬ terdiri dari kata min (‫ )من‬yang bermakna 'dari', dan dhamir ha (‫ )ها‬yang merupakan kata ganti dari surga. Karena pada ayat sebelumnya Allah SWT memerintahkan Adam untuk masuk ke dalam surga. Sehingga ketika Allah SWT memerintahkan Adam untum memakan apa yang tersedia di dalamnya, tentu saja maksudnya yang ada di dalam surga. Lafazh raghadan (‫ )رغدا‬oleh para mufassir dimaknai secara berbeda, demikian juga dalam terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia, kita temukan perbedaan terkait makna kata ini. • Kementerian Agama RI : menerjemahkannya menjadi : "makanlah

13

• •

dengan nikmat ". Buya HAMKA : menerjemahkan menjadi : "dengan senang sesukasukamu berdua". Qurasih Shihab : menerjemahkannya menjadi : "makanlah darinya yang banyak".

ُ ‫ َح ْي‬ ‫ث ِشئْتُ َما‬ Lafazh haitsu (‫ ) َح ْي ُث‬adalah zharfu makan yaitu kata keterangan yang menunjukkan tempat. Sedangkan lafazh syi'tuma (‫ ) ِشئْتُ َما‬bermakna : "kamu berdua kehendaki". Kalimat ini bisa dipahami bahwa Allah SWT mengizinkan kepada Adam dan Hawa untuk memakan apa yang ada di surga, dimana pun letak dan posisinya. ‫ َو ََل تَ ْق َر َِب‬

14

Lafazh laa (‫ ) ََل‬adalah la nahiyah yaitu tidak yang bermakna larangan, sehingga lebih tepat diterhemahkan menjadi : : "Janganlah". Sedangkan taqrabaa (‫ )تَ ْق َر َِب‬adalah fi'il nahi yang bermakna mendekat. Sehingga laa taqrabaa (‫ ) ََل تَ ْق َر َِب‬maknanya : "Janganlah kamu berdua mendekat". Para ahli bahasa mengatakan bahwa mendekat ini bisa dibaca dengan dua macam ucapan. Pertama, kalau dibaca dengan fathah pada huruf ra' menjadi yaqrabu (‫ )يَ ْق َر ُب‬maknanya : mendekati. Kedua, bila dibaca dengan dhammah pada huruf ra' menjadi yaqrubu (‫ )يَ ْق ُر ُب‬maknanya menjadi condong ke arahnya. Namun inti dari larangan ini sama saja yaitu dilarang memakan buah dari pohon itu, meskipun bahasa yang digunakan hanya melarang mendekati pohonnya saja. Dan melarang melakukan sesuatu dengan hanya melarang mendekatinya ternyata bukan hanya sekali ini saja. Kalau kita perhatikan ada beberapa kali Allah SWT melarang suatu

15

perbuatan dengan ungkapan dilarang mendekati. ِ ‫ْل ُحدُ و ُد ه‬ َ ْ ِ‫ )ت‬: Al• Larangan melanggar larangan-larangan Allah (‫اَّلل فَ َال تَ ْق َربُوهَا‬ Baqarah ayat 187 ِ ‫َوي َْسأَلُون ََك ع َِن الْ َم ِح‬ • Larangan berjima' ketika istri sedang haidh ( ‫يض ۖ قُ ْل ه َُو آَ ًذى فَاع َ َِْتلُوا النِ َس َاء ِِف‬ ‫ )ۖالْ َم ِح ِيض ۖ َو ََل تَ ْق َربُوه هُن َح ه َّٰت يَ ْطه ُْر َن‬: Al-Baqarah ayat 222 • Larangan shalat dalam keadaan mabuk ( ‫ين آ َمنُوا ََل تَ ْق َربُوا ا هلص َال َة َوآَن ُ ُْْت ُس ََك َر ٰى َح ه َّٰت تَ ْعلَ ُموا َما‬ َ ‫ََي آَُّيُّ َا ه ِاَّل‬ ‫ون‬ َ ُ‫ )تَ ُقول‬: An-Nisa' ayat 43 • Larangan berbuat keji (‫ )تَ ْق َربُوا الْف ََوا ِح َش َما َظه ََر ِمْنْ َا َو َما ب َ َط َن‬: Al-An'am ayat 151 • Larangan memakan harta anak yatim ( ‫ )تَ ْق َربُوا الْف ََوا ِح َش َما َظه ََر ِمْنْ َا َو َما ب َ َط َن‬: Surat AlAn'am ayat 152 dan surat Al-Isra' ayat 134 • Larangan berzina : (‫ ) َو ََل تَ ْق َربُوا ا ِلزَنَ ۖ ان ه ُه ََك َن فَا ِحشَ ًة َو َس َاء َسب ًِيال‬: Al-Isra' ayat 32 ِ Lalu pertanyaannya : apa hikmah di balik penggunaan larangan mendekati sesuatu, padahal maksudnya bukan sekedar mendekat tapi larangan melakukannya? Para ulama tafsir umumnya mengatakan ada beberapa hikmah yang bisa

16

disebutkan, sebagai berikut : 1. Kerasnya Larangan Bahwa perbuatan yang dimaksud memang benar-benar perbuatan terlarang bahkan dosanya besar sekali bisa sampai melakukannya. Setidaknya larangannya akan terasa lebih serius kalau dikatakan : "Jangan dekati pohon itu", ketimbang hanya mengatakan : "Jangan makan buah itu". Logikanya tentu kalau baru mendekat ke pohonnya saja pun sudah dilarang, apalagi sampai memakan buahnya, tentu jauh lebih terlarang lagi. Ungkapan ini dikatakan oleh sebagian kalangan dengan istilah : mafhum muwafaqah. Walaupun ada sebagian orang yang ingin menghina atau melecehkan AlQuran yang justru menggunakan logika terbalik, yaitu yang haram itu mendekati pohonnya sedangkan makan buahnya tidak haram. Logika mafhum mukhalafah seperti ini tentu tidak dibenarkan.

17

2. Saddu Adz-Dzari'ah : Mencegah Yang Belum Terjadi Sebagian ulama mengatakan bahwa larangan mendekati pohon itu memang bukan inti larangan. Yang jadi inti larangan adalah memakan buahnya. Namun meski pun demikian, memakan buah terlarang itu tidak mungkin bisa dilakukan bila tanpa mendekat dulu ke pohonnya. Oleh karena itulah dalam syariat Islam ditegaskan bahwa jalan untuk sampai kepada perbuatan yang terlarang itu harus dihalangi sejak sebelum sampai ke titik larangan itu sendiri. Dan prinsip ini merupakan salah satu sumber hukum syariah yang banyak digunakan oleh para ulama, khususnya dalam hal ini mazhab Maliki. ‫ َه َٰ ِذ ِه الشه َج َر َة‬ Lafazh hadzihi (‫ )هذه‬merupakan kata tunjuk yang menunjukkan jarak yang cukup dekat. Setidaknya Nabi Adam sendiri pun bisa melihat pohon yang dimaksud. Intinya pohon yang dimaksud bukan hanya disebutkan nama

18

pohonnya saja, tetapi juga langsung ditunjuk juga bendanya secara langsung. Sedangkan pohon apakah yang dimaksud, rupanya para mufassir tidak pernah sepakat dalam memahaminya. • Anggur : ini adalah pendapat Ibnu Mas'ud, Said bin Jubair dan AsSuddi. • Gandum : ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Al-Hasan dan kebanyakan mufassirin. • Tin : ini adalah pendapat Qatadah dan Ibnu Juraij yang menisbahkannya kepada banyak dari para shahabat.

‫ِم َن ه‬ ‫ي‬ َ ‫الظا ِل ِم‬

َ‫فَتَ ُكوَن‬

Sebagian ulama mengatakan bahwa kezhaliman itu sekedar dosa atas pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dengan memakan buah yang sudah dilarang untuk memakannya. Namun sebagian lagi mengatakan bahwa kezhaliman itu maksudnya

19

adalah dosa besar yang akan mengakibatkan pelakunya harus menerima hukuman dari Allah SWT yaitu dikeluarkan dari surga.

20

1. Rasm dan Terjemah Per Kata

2. Terjemah Terjemah Kemenag 2019 : Lalu, setan menggelincirkan keduanya dari surga17) sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan

21

kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” Prof. Quraish Shihab : Maka keduanya digelincirkan oleh setan karenanya, maka keduanya dikeluarkan dari keadaan mereka berdua semula dari Kami berfirman: "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman (sementara) dl bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Prof. HAMKA : Maka, digelincirkanlah keduanya oleh setan dari (larangan) itu, dikeluarkannyalah keduanya dari keadaan yang sudah ada mereka padanya. Dan berkatalah Kami, "Turunlah kamu! Dalam keadaan yang setengah kamu terhadap yang setengah bermusuh-musuhan dan untuk kamu di bumi adalah tempat ketetapan dan bekal, sehingga sampai satu masa."

22

3. Tafsir ‫فَأَ َزل ه ُه َما‬ Lafazh azalla (‫ )آَ َز هل‬dibaca dengan dua qiraat yang berbeda. Bacaan jumhur ulama adalah azalla tanpa alif pada huruf zai sebagaimana biasa kita membacanya, maknanya adalah terpelest atau tergelincir, sebagaimana tertuang dalam terjemahan Kemenag RI, Quraish Shihab dan Buya HAMKA. Namun maksudnya tentu saja bukan tergelincir secara fisik, melainkan tergelincir dalam arti melakukan kesalahan. Namun Hamzah membacanya dengan menambahkan alif pada huruf zai menjadi azaala (‫)آَ َز َل‬, sehingga maknanya jadi menggeser atau mengubah. Ibnu Kaisan mengatakan azaala itu dari kata zawal yang artinya mengubah mereka dari ketaatan kepada maksiat. Sebab Adam Makan Buah Terlarang Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada diri Nabi Adam, kenapa dia bisa

23

sampai memakan buah yang dilarang untuk dimakan? Pertanyaan semacam ini memicu diskusi panjang di kalangan para mufassir, sehingga muncul beberapa perkiraan yang unik, sebagai berikut : 1. Lupa Maksudnya bahwa seorang nabi meski pun punya sifat makshhum, namun sebagai manusia biasa, dia pun bisa mengalami lupa juga. Sehingga perbuatan itu terjadi bukan disengaja tapi karena lupa. Dasarnya adalah ayat berikut :

‫ِس َولَ ْم ََنِدْ َ َُل َع ْز ًما‬ َ ِ َ ‫َولَقَدْ َعهِدْ َنَ ِا َ َٰل آ َد َم ِم ْن قَ ْب ُل فَن‬

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS. Thaha : 115) Memang kalau buat umat Nabi Muhammad, lupa itu dimaafkan.

24

Misalnya orang lagi puasa, dia makan karena terlupa sedang puasa, maka puasanya tidak batal, dia tidak berdosa, pahalanya tetap dan perutnya kenyang. Tapi buat umat nabi sebelumnya, termasuk buat Nabi Adam, lupa itu tetap dihitung sebagai kesalahan. Sehingga Nabi Adam tetap harus mendapatkan hukuman atas lupa yang dialaminya. 2. Mabuk Pendapat lain mengatakan bahwa Adam saat itu sedang dalam keadaan mabuk, sehingga akalnya sedang tidak bekerja dengan sempurna. Dan mabuknya Adam itu bisa saja terjadi karena di waktu itu belum ada larangan minum khamar. Atau di surga memang tidak ada larangan untuk minum khamar, bahwa Al-Quran menyebutkan bahwa di surga ada sungai khamar.

‫َو َآْنْ َ ٌار ِم ْن َ َْخ ٍر َ هَّل ٍة لِلشه ا ِرب َِي‬ Dan

sungai-sungai

dari

khamar

yang

lezat

rasanya

bagi

25

peminumnya (QS. Muhammad : 15) Said Ibnul Musayyib bersumpah bahwa tidak mungkin bagi Nabi Adam untuk melanggar larangan Allah SWT. Namun Hawa memberinya minum khamar sehingga akalnya menjadi hilang. Jadi menurut pendapat ini, karena lagi mabuk itulah makanya Adam bisa sampai memakan buah terlarang. 3. Salah Paham Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa Adam salah paham atas larangan makan buah. Dikiranya yang haram hanya sebatas pohon yang ditunjuk saja. Ternyata semua pohon dari jenis yang telah ditunjuk itu termasuk haram juga. Rupanya menurut pendukung pendapat ini, Adam mengalami kesalah-pahaman dalam menetapkan mana yang halal dan mana yang haram. Di dalam syariat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW, seandainya hal itu terjadi para umatnya, maka pelakunya tidak akan dihukum atau

26

dipersalahkan. Sebab dia sudah berijtihad namun masih ada kekeliruan dalam ijtihadnya. Dia tetap mendapatkan pahala meski pun hanya satu. Seandainya dalam berijtihad itu benar, maka dia akan dapat dua pahala. 4. Dibohongi Iblis Pendapat terakhir menyebutkan bahwa Nabi Adam jadi korban hoaks yang diseberkan oleh Iblis, sehingga dia jadi makan buah terlarang itu. Pendapat ini menyebutkan bahwa Adam memang benar-benar terkena provokasi yang dilancarkan oleh Iblis. Setan menamakan pohon tersebut pohon keabadian, karena menurutnya, jika Adam dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga. Padahal yang sebenamya adalah sebaliknya, yaitu apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu maka mereka akan dikeluarkan dari surga, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap larangan Allah SWT. Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan

27

orang zalim terhadap diri mereka, dan akan menerima hukuman dari Allah SWT yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.

‫ ه‬ ‫ان َعْنْ َا‬ ُ ‫الش ْي َط‬ Menarik sekali kalau kita perhatikan ayat ini dimana-mana tiba-tiba Allah SWT mengubah sebutan Iblis menjadi Syetan. Padahal di ayat sebelumnya, yang lagi dibicarakan tidak mau sujud kepada Adam adalah Iblis. Sekarang tiba-tiba yang menggoda Adam adalah Syetan. Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah Iblis dan setan itu sama saja itu-itu juga, kecuali hanya sebutannya dibedakan? Ataukah setan yang menggoda Adam bukanlah dia Iblis yang enggan untuk bersujud kepadanya? Setan Kata syaitiin berakar dari kata syatana yang berarti jauh. Disebut syaitiin karena jauh dari kebaikan, kebenaran dan perintah Allah. Jadi, setiap yang

28

membangkang kepada Allah swt disebut syaitiin (setan), baik dari golongan jin atau manusia-sesuai dengan surah al-An'am/6: 112. Ambisi setan adalah menyesatkan umat manusia sehingga jauh dari kebenaran. Atau kata tersebut terambil dari kata syiita-yasyltu artinya terbakar dalam kemarahan. Syaitiin mempunyai sifat demikian karena ia tercipta dari api (al-A'raf/7: 12). Di dalam Al-Qur'an diterangkan bahwa di antara tingkah laku keji setan adalah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, menakut-nakuti akan kefakiran dan menyuruh melakukan kejahatan, menakut-nakuti agar tidak berbuat kebenaran, menipu manusia dengan kata-kata indah, mengelabui manusia sehingga kejahatan dan maksiat terlihat baik di matanya, menimbulkan kebencian dan permusuhan sesama manusia, membuat manusia lupa dari mengingat Allah, dan lain-lain. Karena itu, kita diperintahkan mewaspadai bisikan-bisikan setan, tidak mengikuti langkahlangkahnya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan-

29

godaannya. Di dalam surah al-A'raf/7: 27 dijelaskan bahwa setan dari golongan jin tidak terlihat oleh kita sementara mereka melihat kita. Itulah sebabnya mengapa kita hams selalu waspada terhadap tipu daya dan godaan setan. Bagaimana Setan Masuk ke Surga? Dalam beberapa kitab tafsir ada riwayat-riwayat yang jadi perdebatan para ulama tentang bagaimana lblis bisa masuk ke surga. Salah satunya diriwayatkan bahwa ketika mau masuk ke surga, Iblis dicegah oleh Malaikat pengawal surga. Namun dirayunya seekor ular dan dimintanya menumpang dalam mulut ular itu. Disebut pula di situ bahwa ular pada masa itu masih berkaki empat. Ular itu tidak keberatan. Maka, masuklah iblis ke dalam mulutnya dan menyelundup masuk ke surga, tidak diketahui oleh Malaikat pengawal tadi sehingga dia leluasa dapat bertemu dengan Nabi Adam. Dengan bercakap melalui mulut ular; sehingga oleh Nabi Adam dikira bahwa ular itulah yang

30

berbicara, mulailah iblis melakukan rayu dan cumbunya agar Adam dan Hawa memakan buah yang terlarang itu. Namun, Adam tidak mau percaya lalu iblis keluar dari persembunyiannya, lalu merayu dengan berterus terang sampai Hawa tertipu dan kemudian Adam menurut. Buya HAMKA mengatakan bahwa riwayat semacam ini bolehlah kita masukkan juga ke dalam lsrailiyat, kisah Taurat yang didengar oleh Abdullah bin Mas'ud dan beberapa sahabat lain dari orang Yahudi, dikutipnya dari dalam Taurat, sebagaimana diingatkan oleh Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari yang telah kita salinkan di atas tadi, yang tidak boleh lekas ditelan, dibenarkan semuanya, dan tidak boleh didustakan semuanya. Yang penting ialah bahwa di dalam Al Qur'an sendiri tidak ada cerita Iblis menumpang dalam mulut ular itu, yang bagaimana kita membacanya, mestilah meninggalkan kesan bahwa Malaikat Khazanah surga telah dapat ditipu oleh Iblis sehingga derajat Malaikat sudah sama saja dengan

31

manusia biasa yaitu bisat dikecoh. ‫ِفي ِه‬

َ‫فَأَخ َْر َ َُج َما ِم هما ََكَن‬

Lafazh akhraja (‫ )آخرج‬secara bahasa bermakna mengeluarkan, asalnya dari kharaja (‫ )خ ََر َج‬yang berarti keluar. Namun dalam hal ini bukan syetan yang mengeluarkan Adam dan Hawa secara langsung, melainkan menjadi faktor penyebab alias biang keladi atau biang kerok dikeluarkannya. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa keluarnya Adam dari surga ke bumi bukan disebabkan karena kesalahannya memakan buah yang terlarang. Sebab kesalahannya itu sudah diampuni. Dan buat apa diampuni kalau tetap masih dihukum juga.

ٍ ‫فَتَلَقه ٰى آ َد ُم ِم ْن َرِب ِه َ َِك َم‬ ‫اب عَلَ ْي ِه ۚ ان ه ُه ه َُو الته هو ُاب هالر ِح ُي‬ َ َ‫ات فَت‬ ِ

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

32

Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 37) Pendapat ini juga dikuatkan dengan firman Allah SWT sebelumnya bahwa sejak awal Allah SWT hendak menjadikan Nabi Adam sebagai khalifah di bumi. Kalau pun ada peristiwa pelanggaran atas larangan memakan buah di surga, itu hanya kebetulan saja, atau memang berdasarkan setingan dari Allah SWT. Sebagian lain mengatakan bahwa keluarnya Adam dari surga memang karena merupakan hukuman atas kesalahannya melanggar larangan makan buah di surga. Adapun diterimanya taubat Adam oleh Allah SWT tidak serta merta menghapus hukuman. Karena ada dosa yang hilang hanya dengan minta ampun saja, namun ada dosa yang tidak cukup hanya dengan minta ampun, tetapi harus dilengkapi juga dengan menjalani hukuman. Sedangkan adanya ampunan itu bisa menghilangkan hukuman, hanya berlaku pada umat Nabi Muhammad SAW saja, namun tidak berlaku pada umat terdahulu.

33

‫ َوقُلْنَا ا ْهب ُِطوا‬ Lafazh ihbithu (‫ )اهبطوا‬adalah fi'il amr yaitu perintah untuk turun. Asal katanya dari (ُ‫ ُّيَ ْ ِبط‬- َ‫ ) َه َبط‬yang maknanya turun atau mendarat. Dalam bahasa Arab, turunnya pesawat terbang ke landasan disebut dengan alhubuth (‫)الهبوط‬. Maksudnya Allah SWT memerintahkan Adam dan istrinya untuk keluar dari surga dan turun ke bumi. Namun menarik untuk dikaji disini bahwa fi'il amr ini dhamirnya bukan huma untuk dua orang, tapi dhamirnya jamak atau tiga orang ke atas. Padahal seharusnya bunyi perintahnya adalah (‫ )اهبطا‬yaitu keluarlah kamu berdua. Namun kenapa perintahnya kepada banyak atau minimal lebih dari dua? Kalau kita perintah dalam beberapa kitab tafsir, kita akan temukan beberapa pendapat yang berbeda dari para mufassir, rinciannya sebagai berikut : 1. Ibnu Abbas : yang diperintahkan keluar itu bukan hanya Adam dan

34

Hawa saja, tetapi juga Iblis dan juga ular. Ular ini yang membantu Iblis menyusup ke dalam. 2. Mujahid : yang diperintahkan keluar dari Adam dan keturunannya serta Ibli dan keturunannya juga. 3. Sebagian ulama : yang diperintah keluar adalah Adam, Hawa dan penggodanya. Dimanakah Turunnya Adam dan Hawa? Para mufassir berbeda-beda pendapat ketika mengatakan dimanakah tempat di bumi ini yang jadi tempat turunnya Adam, menjadi beberapa versi yang berbeda-beda : ▪ Menurut satu riwayat dari lbnu Abi Hatim, yang katanya diterimanya dari Abdullah bin Umar bahwa Adam turun ke dunia di Bukit Shafa, sedangkan Hawa turun di bukit Marwah. ▪ Dan riwayat lain dari Ibnu Abi Hatim juga, katanya diterimanya dari lbnu Umar juga, Adam turun di bumi di antara negeri Mekah dan

35

Thaif. ▪ Ada pula riwayat Ibnu Asakir yang katanya diceritakan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Adam turun di Hindustan, sedangkan Hawa turun di Jeddah. Kata orang, itulah sebabnya Jiddah bernama Jeddah (Jiddah) karena arti "Jiddah" ialah nenek perempuan. ▪ Ada pula satu riwayat yang mengatakan bahwa tempat turunnya Nabi Adam bukan di Mekah, bukan di Hindustan, tetapi di Pulau Serendib. Syekh Yusuf Tajul Khalwati dalam surat-suratnya yang dikirimkan dari Sailan (Ceylon) kepada murid-muridnya di Makassar dan Banten pada akhir abad ketujuh belas, sebelum beliau dipindahkan ke Afrika Selatan, selalu menyebutkan bahwa beliau bersyukur karena di pulau pengasingan ini, Pulau Serendib, tempat turunnya nenek kita Nabi Adam, dan beliau masih dapat beribadah kepada Tuhan. Maka, Syekh Yusuf dengan demikian memegang pendapat yang umum pada waktu itu bahwa Pulau Serendib ialah Pulau Ceylon (sekarang Sri Lanka).

36

Akan tetapi, dalam penyelidikan ahli-ahli terakhir menunjukkan buktibukti pula bahwa Pulau Serendib bukanlah Ceylon, melainkan Pulau Sumatra sebab nama Serendib adalah bahasa Sanskerta yang ditulis dengan huruf Arab. Aslinya ialah Pulau Swarnadwipa, yaitu nama Sumatra di zaman dahulu, sebagai juga Jawadwipa nama dari Pulau Jawa.

ْ ُ ُ‫ب َ ْعض‬ ‫ُك ِل َب ْع ٍض عَدُ و‬ Sebagian ulama diantaranya Al-Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa permusuhan itu antara anak keturunan Adam dengan anak keturunan Iblis. Pendapat ini didasarkan pada ayat lain yaitu :

‫ا هن ه‬ ‫الس ِع ِْي‬ ِ ‫الش ْي َط َان لَ ُ ُْك عَدُ و فَ ه ِاَّت ُذو ُه عَدُ ًّوا ۚ ان ه َما يَدْ عُو ِح ْزب َ ُه ِل َي ُكونُوا ِم ْن َآ ْْص‬ ‫َاب ه‬ ِ ِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak

37

golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (QS. Fathir : 6) Namun sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa permusuhan itu tidak hanya sebatas umat manusia dengan setan, tetapi juga antara sesama mereka yang diperintahkan turun, termasuk juga antara sesama umat manusia sendiri. Pendapat ini pun juga didukung dengan ayat Al-Quran juga, salah satunya terkait pembunuhan sesama anak Nabi Adam sendiri.

‫َاِس َين‬ ِ ِ ‫فَ َط هو َع ْت َ َُل ن َ ْف ُس ُه قَ ْت َل َآ ِخي ِه فَقَ َت َ َُل فَأَ ْص َب َح ِم َن الْخ‬ Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (QS. Al-Maidah : 30)

َ ْ ‫ َولَ ُ ُْك ِِف‬ ‫اْل ْر ِض ُم ْس تَقَر‬ Lafazh walakum fi al-ardhi (‫ )ولُك ِف اْلرض‬maknanya : dan bagi kalian di muka

38

bumi. Sedangkan mustaqar oleh kebanyakan ulama dimaknai sebagai tempat tinggal. Sebenarnya para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan mustaqar (‫)مس تقر‬. Sebagian mengatakan bahwa mustaqar itu tempat tinggal untuk seterusnya, namun sebagian yang lain memaknainya sebagai tempat dikuburkannya. Apabila kita menggunakan pendapat yang utama yaitu bahwa bumi adalah tempat tinggal manusia, maka konsekuensinya menjadi sangat besar serta menjadi pembenaran dari fakta ilmiyah hingga kini. Maksudnya dari seluruh planet di jagad raya ini, hanya bumi saja satusatunya yang layak untuk dihuni oleh manusia, bahkan oleh makhluk hidup sekalipun. Dari delapan planet yang mengelilingi matahari, ternyata hanya satu saja yang bisa didiami oleh manusia dan makhluk hidup. Bahkan meski pun di luar sana terdapat bermilyar planet, namun tak satu pun yang bisa dihuni manusia. Mungkin kita bertanya-tanya, kenapa planet-planet tetangga kita di tata

39

surya tidak bisa dihuni manusia? Ada beberapa alasan mengapa planet-planet di tata surya kita tidak mungkin dihuni oleh manusia: 1. Suhu: Keempat planet terdekat dari Matahari (Mercury, Venus, Mars, dan Jupiter) memiliki suhu yang sangat tidak cocok untuk kehidupan manusia. Mercury dan Venus sangat panas, sedangkan Mars dan Jupiter sangat dingin. 2. Atmosfer: Atmosfer Venus sangat tebal dan beracun, sementara Mars sangat tipis dan tidak dapat menyediakan cukup oksigen untuk manusia. 3. Gravitasi: Gravitasi planet-planet lain dari Matahari jauh lebih rendah dari gravitasi Bumi, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia. 4. Lingkungan: Banyak planet di tata surya kita tidak memiliki air cair atau lingkungan yang cocok untuk kehidupan manusia.

40

5. Jarak: Jarak dari planet lain ke Bumi sangat jauh, sehingga sangat sulit dan mahal untuk mengirim satelit atau manusia ke planet lain. Memang menurut hitung-hitungan kasar, ada beberapa planet jauh di luar tata surya yang diprediksi kondisinya sedikit mirip dengan bumi, sehingga ada semacam asumsi jangan-jangan dimungkinkan terdapatnya kehidupan. Diantara yang dicurigai itu adalah: 1. Kepler-186f : Planet ini ditemukan pada tahun 2014 dan berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini berada di zona habitable dari matahari mereka dan diperkirakan memiliki ukuran dan massa yang sama dengan Bumi. 2. TRAPPIST-1e: Planet ini ditemukan pada tahun 2016 dan berjarak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini berada di zona habitable dari matahari mereka dan diperkirakan memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi. 3. Kepler-438b: Planet ini ditemukan pada tahun 2015 dan berjarak

41

sekitar 640 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini berada di zona habitable dari matahari mereka dan diperkirakan memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi. 4. Kepler-438c : Planet ini ditemukan pada tahun 2015 dan berjarak sekitar 640 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini berada di zona habitable dari matahari mereka dan diperkirakan memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi. 5. Kepler-438d: Planet ini ditemukan pada tahun 2015 dan berjarak sekitar 640 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini berada di zona habitable dari matahari mereka dan diperkirakan memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi. Meski pun demikian tetap perlu diingat bahwa hingga saat ini belum ada bukti pasti bahwa planet-planet tersebut memiliki kehidupan seperti yang kita ketahui. Namun, ini adalah beberapa planet yang dianggap paling mungkin memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan

42

‫ َو َمتَا ٌع‬ Lafazh mata' (‫ )متاع‬punya banyak makna, di antaranya

43

1. Kesenangan Mata’ (‫ )متاع‬bisa bermakna kesenangan yang tertuang di banyak ayat AlQuran :

‫َذَٰ ِ َِل َم َتا ُع الْ َح َيا ِة اِلُّ نْ َيا‬ Itulah kesenangan hidup di dunia,. (QS. Ali Imran : 14) 2. Pemberian Suami Kepada Istri Mata’ (‫ )متاع‬juga bisa bermakna pemberian suami kepada istri :

ِ ‫وسع ِ قَدَ ُر ُه َوعَ ََل الْ ُم ْق ِ ِِت قَدَ ُر ُه َمتَاعًا ِِبلْ َم ْع ُر‬ ِ ‫َو َم ِت ُعوه هُن عَ ََل الْ ُم‬ ‫وف‬ 3. Barang-barang

Mata’ (‫ )متاع‬bisa bermakna barang-barang perbekalan seperti yang disebutkan dalam ayat berikut :

‫قَالُوا ََي َآ َِبَنَ اَنه َذ َه ْب َنا ن َ ْستَب ُِق َوتَ َر ْك َنا يُ ُوس َف ِع ْندَ َم َتا ِع َنا فَأَ َ ََك ُه ِاَّلئْ ُب ۖ َو َما َآن َْت ِب ُم ْؤ ِم ٍن لَ َنا َولَ ْو ُكنها َصا ِد ِق َي‬ ِ

Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlombalomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". (QS. Yusuf : 17) 4. Makanan Mata’ (‫ )متاع‬juga bisa bermakna makanan

‫ُآ ِح هل لَ ُ ُْك َص ْيدُ الْ َب ْح ِر َو َط َعا ُم ُه َمتَاعًا لَ ُ ُْك َو ِل هلس هي َار ِة‬ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam

44

perjalanan. (QS. Al-Maidah : 96) 5. Perhiasan

ٍ‫َو ِم ْن َآ ْص َوا ِفهَا َو َآ ْو َِب ِرهَا َو َآ ْش َعا ِرهَا َآ ََث ًَث َو َمتَاعًا ا َ َٰل ِحي‬ ِ

Dan dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). (QS. An-Nahl : 80) 6. Kebutuhan

‫ون‬ ُ ‫لَي َْس عَلَ ْي ُ ُْك ُجنَ ٌاح َآ ْن تَدْ ُخلُوا بُ ُيوًتً غَ ْ َْي َم ْس ُكون َ ٍة ِفهيَا َمتَا ٌع لَ ُ ُْك ۚ َو ه‬ َ ‫ون َو َما تَ ْكتُ ُم‬ َ ُ‫اَّلل ي َ ْع َ َُل َما تُ ْبد‬ Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS. An-Nur : 29) AnNur 29

45

Dalam terjemahan Al-Quran versi Kementerian Agama RI edisi revisi 2019, mata' diterjemakan menjadi kesenangan, begitu juga terjemahan Quraish Shihab. Namun Buya HAMKA menerjemahkannya menjadi bekal. Secara saintifik, nampaknya mata' akan jadi lebih tepat manakala kita maknai sebagai segala kebutuhan hidup bagi manusia baik berupa makanan, minuman, udara, air, suhu, tekanan, hewan, tumbuhan dan ekosistem. Sebab semua itu hanya ada di bumi, seluruh alam semesta yang luasnya tak terbatas ini tidak bisa dihuni manusia, karena tidak ada mata' buat manusia.  ٍ‫ا َ َٰل ِحي‬

ِ

Lafazh ilaa hiiin (‫ )اَل حي‬dimaknai oleh para mufassir dengan berbeda : Ibnu Abbas dan As-Suddi mengatakan maknanya hingga mati. Sebab sifat mustaqar manusia di bumi secara otomatis akan berakhir dan berhenti begitu dia berhenti bernafas alias mati. Sedangnya Mujahid mengatakan maknanya hingga terjadinya hari

46

kiamat, dengan dasar bahwa mustaqar itu adalah alam kubur. Sedangkan Ar-Rabi' mengatakan maknanya hingga waktu yang ditentukan. Dengan dengan dasar firman Allah SWT bahwa makna hin (‫)حي‬ adalah hari kiamat.

‫ه َْل َآ َ َٰت عَ ََل ْاَلن ْ َس ِان ِح ٌي ِم َن اِله ْه ِر لَ ْم يَ ُك ْن َشيْئًا َم ْذ ُك ًورا‬ ِ

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al-Insan : 1)

47

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.