(Alex Sandra) Pluralisme Berkedok Toleransi Flipbook PDF


43 downloads 109 Views 869KB Size

Recommend Stories


sandra
sandra mihanovich @sanmihanovich Argentina argentina, cantante, a veces actriz, mujer feliz!!!!! http://t.co/emiPJUQzN2 On line desde julio 2011 Ir a

ALEX HERIBERTO CHANCUSIG PILA
CARRERA DE INGENIERÍA EN ELECTRÓNICA E INSTRUMENTACIÓN “DISEÑO E IMPLEMENTACIÓN DEL CONTROL DE TEMPERATURA PARA EL HORNO DEL PROCESO DE SECADO DE MOTO

ALEX GONZALEZ PINEDA
1 CEDULA 1046398388 2 32742993 3 32630194 4 1193035851 5 1129498303 6 32892790 7 1140839030 8 9 57270167 32662357 10 26689480 11 36

Story Transcript

i|Pl ur a l i sm e Be r k e d o k Tol er a n si

PLURALISME BERKEDOK TOLERANSI Perspektif Islam dalam Menyikapi Pluralisme @Muhammad_Alexsandr – Bekasi, 2023 148 x 210 mm | vii + 84 hlm Penulis: Alex Sandra Desaign Sampul & Isi: @Muhammad_Alexsandr

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

Cetakan Pertama, 11 Januari 2023

Diterbitkan Oleh: STID Mohammad Natsir

ii | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahirabbil ‘alamin, tidak ada ucapan yang paling mulia untuk mensyukuri nikmat Allah kecuali ucapan Alhamdulillah. Puji syukur yang tidak akan pernah luntur, bagaikan air mancur, semoga senantiasa selalu mengucur terhadap hamba-hambaNya yang pandai bersyukur. Shalawat dan Salam tercurah limpahkan kepad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Semoga Allah memberikan kepada kita kekuatan dan hidayah untuk dapat menjalankan Syari’atNya dengan istiqamah. Buku ini disusun sebagai ajang pembelajaran yang sangat mengharapkan kebermanfaatan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi, sehingga dapat menjadi ladang amal jariyah sebagai bekal menghadap Allah di kemudian hari. Buku ini disusun untuk memberikan penjelasan dari para ahli tentang pluralisme dewasa ini, yang mana banyak penyelewengan penggunaan, serta keterlewatan batas dalam hal mengaplikasikan pluralisme atas nama iii | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

toleransi. Yang mana harapannya dapat menjadi pencerah serta pengarah yang benar terhadap problem penting melalui sudut pandang Islam. Buku ini berisikan penjelasan bagaimana sudut pandang perspektif Islam, sebagai bukti agama Islam adalah agama yang paling benar, semuanya dibahas dan diatur oleh Islam, supaya umatnya senantiasa dalam ketenangan dan kebahagiaan dengan tuntunan yang telah Allah sampaikan melalui para RasulNya, hukum-hukum yang tidak ada campur tangan manusia di dalamnya, sehingga terbitlah kemaslahatan kepada umat manusia. Penulis berharap dengan adanya bacaan di hadapan anda saat ini dapat memberikan manfaat, sebagai langkah awal agar kita tidak jatuh terlalu jauh dari pergolakan toleransi yang sampai menggadaikan harga diri agama, yang itu semua atas nama pluralisme. Selanjutnya, penulis ucapkan syukur kepada Allah yang telah memberikan selalu jalan kemudahan, kemudian penulis ucapkan kepada orang tua selaku motivator terbaik sepanjang masa, dalam do’anya yang

iv | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

tak pernah luput nama penulis didalamnya, serta tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ustadz Lukman Ma’sa, selaku pembimbing dalam merealisasikan penulis untuk belajar menulis agar dapat bermanfaat bagi semua khalayak, yang kesempatan kali ini penulis angkat persoalan tentang pluralisme. Selaku penulis, menyadari akan banyaknya dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan yang terdapat di dalam penulisan buku ini. Dengan senang hati, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca. Semoga buku yang ada di hadapan anda saat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi amal jariyah yang mengalir bagi kita semua, Aamiin.

Al-Faqiir Alex Sandra Grand Galaxy City Bekasi, 10 Januari 2023

v|P l ur al i sm e B er k e d o k To l e r a ns i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................iii DAFTAR ISI .................................................................vi BAGIAN PERTAMA Definisi dan Pemahaman Pluralisme, Pluralitas Yes! Pluralisme No! Awas Jangan Sampai Keliru! Definisi Pluralisme........................................................1 Definisi Toleransi ..........................................................5 Pluralitas Yes! Pluralisme No! ......................................9 BAGIAN KEDUA Pluralisme Berkedok Toleransi! Indonesia Bhinneka Tunggal Ika ..................................11 Salah Fahami Toleransi Syari’at pun Diciderai ............18

vi | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

BAGIAN KETIGA Pluralisme dan Toleransi Dalam Perspektif Islam ........41 Islam Adalah Agama Toleransi .....................................44 BAGIAN KEEMPAT Mendamaikan Pluralisme dengan Toleransi Sesuai Koridor Monitoring Islam Toleransi Tidak Sampai Menciderai Syari’at ................55 DAFTAR PUSTAKA ................................. 79 RIWAYAT HIDUP ................................... 84

vii | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

BAGIAN PERTAMA Definisi dan Pemahaman Pluralisme, Pluralitas Yes! Pularisme No! Awas Jangan Sampai Keliru!

Definisi Pluralisme Secara etimologis, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu pluralisme dan agama. Dalam bahasa Arab diterjemahkan “al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa Inggris “religious pluralism”.1 Istilah pluralisme agama masih sering disalahfahami atau mengandung pengertian yang kabur, meskipun terminologi ini begitu populer dan tampak disambut begitu hangat secara universal. Hal ini dapat dilihat dari semakin menjamurnya kajian internasional, khususnya setelah Konsili Vatikan II. Seakan wacana pluralisme agama sudah disepakati secara konsesus dan final.

Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, Jakarta: Perspektif Kelompok Gema Insani, 2006, hal. 11. 1

1|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

Pluralitas agama adalah kondisi hidup bersama antar agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama. Namun pangkal permasalahan muncul dari pernyataan salah satu tokoh utama paham pluralisme agama yaitu Jhon Hick, tentang pluralisme agama dalam studi-studi dan wacana-wacana sosio-ilmiah pada era modern ini, istilah ini telah menemukan definisi dirinya yang sangat berbeda dengan yang dimiliki semula. Dengan kata lain, Jhon Hick ingin menegaskan bahwa sejatinya

semua

agama

adalah

merupakan

manifestasi-manifestai dari realitas yang satu. Dengan demikian, semua agama sama dan tak ada yang lebih baik dari yang lain. Tetapi sungguh mengejutkan, ternyata pemahaman inilah justru yang semakin populer dan bahkan diterima di kalangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu dan pemikiran yang berbeda.2

Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, hal. 1116. 2

2|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

Dalam studi kritis atas paham pluralisme agama, pluralisme agama adalah paham yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama saja sejatinya bisa begitu

dekat

menyatakan,

dengan “semua

ateisme. agama

Ketika

benar”,

orang

sejatinya

bersemayam juga satu ide dalam dirinya, bahwa “semua agama salah”. Sebab “Tuhan” (God), yang dipersepsikan kaum pluralis adalah Tuhan yang abstrak. Tuhan kaum pluralis adalah Tuhan dalam angan-angan, yang boleh diberi nama siapa saja, dineri sifat apa saja, dan cara menyembahnya pun boleh sesuka hati. Kapan suka, Tuhan itu disembah, dan kapan-kapan tidak suka, bisa diganti dengan Tuhan lain. Cara menyembah Tuhan, menurut mereka, juga sesuka selera manusia. Sebab, dalam konsep mereka, tidak ada satu cara yang pastu benar dalam ibadah, sesuai petunjuk seorang Nabi. Jadi, saat seorang yang mengaku pluralis berkata, “Semua agama menyembah Tuhan yang sama”, maka secara hakiki, dia telah berdiri di luar Islam. Sebab, dia tidak lagi menuhankan Allah. “Tuhan”, baginya, 3|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

bisa siapa saja, berupa apa saja, dan berwujud apa saja. Bisa disebut Allah, bisa Yahweh, bisa Yesus, bisa Brahmin, dan bisa juga Iblis! Yang penting dikatakan “Tuhan”,

yang penting God! Padahal, seorang

muslim sudah mengikrarkan syahadat: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah”.3 Yang unik dalam fenomena ini ialah bahwa pemikiran persamaan agama (religion equality) ini, tidak saja dalam memandangan eksistensi riil agamaagama (equality on existence), namun juga dalam memandang aspek esensi dan ajarannya (syariat), sehingga dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu kehidupan bersama antar agama yang harmonis, penuh toleransi, saling menghargai (mutual respect) atau apa yang diimpikan oleh para “pluralis” sebagai pluralisme. Farnz Magnis Suseno seorang Tokoh Katolik ingin mengaburkan makna pluralisme agama dengan

menceraikannya

dari

relativisme

dan

menyamakannya dengan toleransi. “Hanya seorang

Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, Yogyakarta: Pro-U Media, 2016, hal. 75-76. 3

4|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

pluralis

sejati

yang

toleran”.

Pernyataan

ini

menyiratkan seolah-olah mereka yang tidak pluralis tidak toleran. Pandangan tersebut mungkin hanya patut di sebarluaskan dan patut diterima oleh rekan seagamanya, tetapi bukan oleh dan untuk umat Islam.4 Definisi Toleransi Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, tolerance, di Indonesiakan menjadi toleransi, dan dalam bahasa Arab disebut tasaamuh.5 Adapula kata toleran yang memiliki makna bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membolehkan, membiarkan)

pendirian

(pendapat,

pandangan,

pendirian, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan

pendirian sendiri.

Secara

terminologis, toleransi yakni kelapangan dada dalam arti suka rukun dan damai kepada siapa pun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain

Syamsuddin Arif, Islam dan Diabolisme Intelektual, Jakarta: Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), 2017, hal. 83. 5 Ahmad Sunarto, Kamus Alfikr Indonesia-Arab-Inggris ArabIndonesia-Inggris, Rembang: Halim Jaya, 2012, Cet. VI, hal. 212. 4

5|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

tak mau mengganggu kebebesan berpikir dan berkeyakinan lain; saling menghormati.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Toleransi berasal dari kata toleran yakni sifat atau sikap menghargai anatara dua kelompok yang berbeda kebudayaan

atau

kepercayaan

untuk

saling

berinteraksi penuh.7 Toleransi berasal dari bahasa latin tolorare (tahan, bersabar). Toleransi adalah sikap seseorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofis dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat disanggah, atau bahkan keliru (Bagus, 2022:1111). Dengan demikian tidak ada upaya untuk memberangus argumentasi ataupun ungkapan yang sah dari keyakinan-keyakinan yang dianut oleh orang lain. Sikap demikian, tidak disalahartikan sebagai sebuah sikap yang menyetujui ataupun cuek terhadap keyakinan-keyakinan orang lain, bahkan terhadap kebenaran dan keadilan, tidak A. A. Waskito, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Media, 2016, hal. 449. 7 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Diakses pada 5 Januari 2023, https://kbbi.web.id/toleransi/ 6

6|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

didasarkan pada sikap agnotisisme atau skeptisisme, melainkan lebih pada sikap menghormati terhadap kemajemukan (pruriformitas) dan martabat manusia yang bebas tanpa adanya paksaan atau tanpa ancaman, intimidasi dari pihak apapun. Istilah toleransi dalam bahasa Inggris yaitu toleransi yang memiliki makna sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.8 Michael Walzer (1997) memandang toleransi sebagai keniscayaan dalam ruang individu dan ruang publik karena salah satu tujuan toleransi adalah membangun hidup damai di antara berbagai kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan dan identitas (Misrawi, 2006: 6). Toleransi menurut Walzer, harus mampu membentuk kemungkinan-kemungkinan sikap, antara lain sikap menerima adanya perbedaan, toleransi memiliki batasan-batasan, yaitu bila prinsip toleransi mengakui hak pribadi untuk bertindak sesuai dengan keinginan

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta: Dialektika, 2017, hal. 17-19. 8

7|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

hak-haknya sendiri. Hak-hak pribadi bukan tidak terbatas melainkan hak tersebut dibatasi oleh hak-hak dari pribadi orang lain.9

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 20. 9

8|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

Pluralitas Yes! Pluralisme No! Habib Rizieq menuturkan dalam buku yang beliau tulis mengenai pluralitas dan pluralisme di Indonesia. Indonesia ialah negara yang sangat pluralitas, namun sayangnya pengelola negeri ini tidak mampu membedakan mana antara pluralitas dan pluralisme, sehingga terbawa arus pencampur-adukkan aqidah dan pembenaran terhadap berbagai penyimpangan agama. Bukti pencampu-adukkan aqidah yang dilakukan negara adalah masih digelarnya Natal bersama di berbagai instansi pemerintah, padahal MUI telah memfatwakan haram sejak tahun 1981. Kebebasan beragama di Indonesia dijamin oleh UUD 1945 pasal 29 ayat 2. Dan agar supaya tiap-tiap umat beragama tidak menafsirkan sendiri-sendiri tentang kebebasan beragama yang dimaksud, maka telah dibuat berbagai perundang-undangan yang mengatur

harmonisasi

hubungan

antar

umat

beragama. Misalnya, SKB tentang pendirian rumah ibadah dibuat agar tidak ada umat suatu agama seenak

9|P l ur al i sm e Ber k e d o k To l e r a ns i

dan semaunya mendirikan rumah ibadah di wilayah pemukiman umat agama lain. Maka perlu diperhatikan dengan baik penggunaan istilah antara pluralitas dan pluralisme. Pluralitas adalah

suatu

kebhinnekaan,

keragaman

dan

kemajemukan, sedangkan pluralisme adalah suatu pemaksaan

kehendak

dan

pencampur-adukkan

aqidah. Pluralitas adalah suatu kebebasan, keindahan dan keniscayaan, sedang pluralisme adalah suatu kejahatan, pengkhianatan dan kesesatan.10

Habib Rizieq, Hancurkan Liberalisme Tegakkan Syariat Islam, Jakarta: Suara Islam, 2011, hal. 135-137. 10

10 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

BAGIAN KEDUA Pluralisme Berkedok Toleransi!

Indonesia Bhinneka Tunggal Ika Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang penuh dengan keanekaragaman, yang terdiri dari beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-lain sebagainya. Tetapi Indonesia dapat menyatukan berbagai keberagaman sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia yaitu, “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya, meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu.11 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, terdiri atas ratusan etnis suku bangsa dan terus berkembang dengan aneka ragam bahasa dan budaya. Mereka juga memiliki berbagai latar belakang agama dan keyakinan, serta terpisah satu

Isra Widya Ningsih, dkk, Indonesiaku Bhinneka Tunggal Ika, Yogyakarta: Samudra Biru, 2022, hal. 1. 11

11 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

sama lain oleh pulau, gunung, dan lautan. Namun, mereka telah bersepakat untuk hidup bersatu dalam bingkai semangat Binneka Tunggal Ika dalan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemajemukan itu terbukti dengan adanya beberapa agama yang hidup di negara ini di antaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu. Tidak hanya sebatas itu saja, bahkan berbagai aliran kepercayaan lokal juga hidup di negara ini seperti halnya sunda wiwitan, kejawen, kaharingan,

sapta

darma,

sumarah

dan

lain

sebagainya. Indonesia memang memiliki keanekaragaman yang begitu banyak tidak lantas membuat bangsa ini harus terpecah belah menjadi beberapa bagian. Seperti halnya dengan keanekaragaman agama, negara ini memiliki 6 agama resmi yang bagaimana semaksimal mungkin

kita

saling

toleran

dan

memahami

perbedaan. Pada kenyataannya keanekaragaman

12 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

maupun kemajemukan agama atau kepercayaan tidak bisa ditolak dan di hindari oleh siapapun juga.12 Salah satu persyarat terwujudnya masyarakat modern

yang

demokratis

masyarakat

yang

(pluralitas)

masyarakat

mewujudkannya

adalah

menghargai sebagai

dan suatu

terwujudnya kemajemukan

bangsa

serta

keniscayaan.

Kemajemukan ini merupakan sunnatullah (hukum alam). Masyarakat yang majemuk ini tentu saja memiliki budaya dan aspirasi yang beraneka, tetapi mereka seharusnya memiliki kedudukan yang sama, tidak ada superioritas antara suku, etnis atau kelompok sosial dengan lainnya. Namun kadang-kadang perbedaanperbedaan ini menimbulkan konfil diantara mereka. Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini dimunculkan konsep atau paham kemajemukan (pluralisme). Dalam The Oxford English Dictionary disebutkan, bahwa pluralisme ini dipahami sebagai Sulpiani, “Interaksi Sosial Masyarakat Beda Agama Di Kota Rante Pao Kabupaten Toraja”, Skripsi, Makassar, 2021, hal. 1. 12

13 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

keberadaan atau toleransi keberagaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan dan sebagainya.13 Tapi perlu menjadi perhatian penting jangan sampai dengan kemajemukan dan toleransi dalam beragama terlalu jauh tersesat dan menimbulkan persepsi bahwa semua agama benar tanpa harus mengklaim agamanya paling benar, ini termasuk pemahaman yang amat salah karena sama halnya dengan pemahaman para penganut relativisme dengan polos berpendapat bahwa semua agama sama benarnya (every religion is as true and equally valid as every other). Kebenaran bukan monopoli satu agama tertentu. Tidak boleh pemeluk suatu agama menyalahkan atau menganggap sesat penganut agama lain. Mereka ini lugu, karena umpamanya seperti memegang pisau bukan pada gagangnya tetapi badannya. Ungkapan Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Kompas, 2001, hal. 11-12. 13

14 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

seperti

ini

induk

dari

paham

esensialisme,

sinkretisme, dan pluralisme agama.14 Esensialisme di sini adalah pandangan yang mengatakan bahwa semua agama pada intinya sama. Bahwa agama-agama hanya berbeda formatnya saja, namun substansinya sama: kepercayaan pada Tuhan, kenabian, dan moralitas. Sinkretisme bertualang lebih jauh,

berhasrat

mencairkan

konflik

dan

mempertemukan agama-agama. Karena semua agama membawa kebenaran dan menganjurkan kebaikan, mengapa tidak kita gabungkan semuanya saja? Ambil unsur-unsur yang disepakati dari semua agama dan buang yang masih diperdebatkan. Sosiologi Peter L. Berger

dari

Universitas

Boston

menyebutnya

patchwork religion. Contohnya adalah Sikhisme di India, Baha’isme di Iran, Cuadisme di Vietnam, atau aliran-aliran kebatinan lainnya yang juga ada berkembang di Indonesia.15

Syamsudin Arif, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani, 2008, hal. 81. 15 Ibid, hal. 81-82. 14

15 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara Indonesia menjadi bukti bahwa negri ini sangat menghargai pluralitas. Namun sayang, pengelola negeri ini tidak mampu membedakan antara pluralitas dan pluralisme, sehingga terbawa arus pencampuradukkan aqidah dan pembenaran terhadap berbagai penyimpangan agama. Bukti pencampur-adukkan aqidah yang dilakukan negara adalah masih digelarnya Natal bersama di berbagai instansi pemerintah, padahal MUI telah memfatwakan haram sejak tahun 1981. Sedang bukti pembenaran penyimpangan agama oleh negara adalah masih keras kepalanya Presiden RI untuk menerbitkan Keppres pembubaran Ahmadiyah, padahal MUI telah memfatwakan sesat menyesatkan sejak 1980 yang kemudian dipertegas dengan fatwa tahun 2005, dan Bakorpakem

telah

merekomendasikan

pembubarannya sejak 2005 yang kemudian dipertegas pada tahun 2008.16

Habib Rizieq, Hancurkan Liberalisme Tegakkan Syariat Islam, hal. 135-136. 16

16 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Seperti itulah sekelumit kecil keadaan doktrin yang tertanam dalam otak-otak masyarakat Indonesia saat ini, mereka tidak lagi menemukan dimana letak agama mereka sendiri hanya karena mengatas namakan toleransi, menghargai bukan berarti harus berenang di dalam lautan kesesatan, sedangkan agama Islam telah mengatur semua tentang toleransi dan bagaimana cara menghargai setiap perbedaan, hingga perbedaan dalam kaitan agama dan kepercayaan.

17 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Salah Pahami Toleransi Syari’at pun Diciderai Ironis, ketika melihat negri yang dicintai diciderai oleh cacat toleransi. Harusnya dengan beranekaragam yang dimiliki dapat menjadikan keunikan tersendiri, bukan malah melukai yang dilindungi. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki jumlah umat yang beragama Islam terbesar nomor 1 di dunia. Indonesia kembali menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia pada 2022. Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), populasi muslim di Indonesia diperkirakan sebanyak 237,56 juta jiwa. Artikel ini telah tayang di Dataindonesia.id dengan judul "Jumlah Penduduk Muslim Indonesia Terbesar di Dunia pada 2022". umlah penduduk muslim tersebut setara dengan 86,7% populasi di dalam negeri. Jika dibandingkan secara global, jumlahnya setara dengan 12,30% dari populasi muslim dunia yang sebanyak 1,93 miliar jiwa. Artikel ini telah tayang di Dataindonesia.id dengan judul "Jumlah

18 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Penduduk Muslim Indonesia Terbesar di Dunia pada 2022".17 Contoh nyata yang terjadi akibat doktrin edukasi yang salah tentang pencampur-adukkan pluralisme dengan sikap toleransi saat ini, tidak hanya beredar di kalangan intelektual saja, rakyat nun jauh di tengah gemerlap lampu terang pendidikan pun sudah tercemar oleh pemahaman ini. Seperti halnya penduduk asli Enggano dengan sangat terbuka dan menerima masuknya kedua agama besar di dunia, agama Islam dan agama Kristen, di mana di dalam kehidupan kemasyarakatan sehari-hari tidak membedakan warga masyarakat antara umat yang berlainan agama. Bahkan di dalam perkembangan kedua agama besar tersebut

seluruh

warga

masyarakat

saling

bantu

membantu, tolong-menolong ,dan bergotong-royang di dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, seperti mendirikan Gereja, Langgar, dan Gereja, para warga Monavia Ayu Rizaty, Jumlah Penduduk Muslim Terbesar di Dunia Tahun 2022, Diakses pada 11 Januari 2023, https://dataindonesia.id/ragam/detail/populasi-muslim-indonesiaterbesar-di-dunia-pada-2022 17

19 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

masyarakat

berlainan

umat

bergama

ini

hanya

berpedoman nilai-nilai kebudayaan Enggano yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya dari nenek moyangnya sebagai orang Enggano.18 Inilah sikap yang seakan-akan toleransi, terlihat secara jasad melindungi namun hakikatnya menyakiti dan menciderai. Hal itu Seakan-akan ialah salah satu sikap dalam mewujudkan keharmonisan interaksi sosial antar agama melalui tirai toleransi, akan tetapi Islam mengatur hal tersebut dalam syari’at bagaimana batasan toleransi tidak sampai menciderai syari’at agama Islam yang telah diatur oleh agama. Bergotong-royong, saling tolong menolong dalam membangun tempat ibadah agama lain itu jelas dilarang oleh agama, karena termasuk dalam pembahasan wala’ wal bara’ atau juga dapat di spesifikan sebagai

rangka

dalam

tolong

menolong

dalam

kemaksiatan.

Akhmad Muslih, dkk, “Model Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Berlainan Agama Berbasis Hukum Adat Enggano Pada Masyarakat Terisolir dan Terpenci di Pulau Enggano”, Ejournal Unib, Bengkulu, 2021, hal. 24. 18

20 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Dari menyatakan hukum keharaman melakukan syirkah ta’awuniyah dengan objek utamanya adalah tempat ibadah. Landasan pelarangan yang disampaikan oleh para ulama di atas juga seragam, yaitu larangan i’anah ‘ala al-ma’shiyah (larangan membantu perbuatan kemaksiatan).

Hal yang sama tidak hanya berlaku

terhadap rumah ibadah agama lain saja, melainkan juga terhadap segala sesuatu yang dilarang oleh syara’, meskipun atas nama bekerja, seperti membantu produksi minuman keras, membangun rumah perjudian, dan lain sebagainya, mencakup segala sesuatu yang berbau kemungkaran.19 Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

َّ ‫ّٰللا َو ََل ال‬ ِ ‫ش َع ۤا ِٕى َر ه‬ ‫ام‬ َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت ُ ِحلُّ ْوا‬ َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬ ۤ ٰٓ َ ‫ام يَ ْبتَغُ ْونَ َفض ًَْل‬ ‫ْي َو ََل ْال َق َ َۤل ِٕى َد َو‬ َ ‫َل ٰا ِميْنَ ْالبَيْتَ ْال َح َر‬ َ ‫َو ََل ْال َهد‬ َ ‫ص‬ ُ‫شن َٰان‬ َ ‫طاد ُْوا ۗ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ ْ ‫ِم ْن َّر ِب ِه ْم َو ِرض َْوانًا َۗواِ َذا َحلَ ْلت ُ ْم فَا‬ ‫علَى‬ َ ‫ع ِن ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَد ْۘ ُْوا َوتَ َع َاونُ ْوا‬ َ ‫صد ُّْو ُك ْم‬ َ ‫قَ ْو ٍم اَ ْن‬ Muhammad Syamsudin, Tolong Menolong Terkait Rumah Ibadah Agama Lain, Diakses pada 5 Januari 2023, https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/tolong-menolong-terkaitrumah-ibadah-agama-lain-1-pendapat-ulama-yang-melarang-SsoaH 19

21 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

‫ّٰللا ۗا َِّن‬ َ ‫ْالبِ ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَعَ َاونُ ْوا‬ ِ ‫علَى ْاَلِثْ ِم َو ْالعُد َْو‬ َ ‫ان َۖواتَّقُوا ه‬ ‫ش ِد ْي ُد ْال ِعقَاب‬ َ ‫ّٰللا‬ َ‫ه‬ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulanbulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewanhewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orangorang

yang mengunjungi

Baitulharam; mereka

mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah

kamu

berburu.

Jangan

sampai

kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu

dari

Masjidilharam,

mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam

berbuat

dosa

dan

permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S Al-Maidah: 2).

22 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Dalam aspek toleransi menyangkut mu’amalah, kerja sama dan saling tolong-menolong, Al-Qur’an telah menjelaskan berkaitan dengan hal ini, sebagai dasar

yang

dapat

dijadikan

sebuah

pedoman.

Bahwasannya manusia menurut tabiatnya adalah makhluk politik atau makhluk sosial, yakni jenis makhluk yang saling memerlukan pada sesamanya untuk mencukupi segala kebutuhannya dan tetap pada koridor yang benar sesuai tuntunan syari’at Islam. Lajnah Daimah, yang merupakan majlis ulama besar Arab Saudi, pernah ditanya hukum membantu membangun gereja. Mereka menjawab,

‫َل يحل لمسلم يؤمن باهلل واليوم اآلخر أن يبني‬ ‫كنيسة أو محَل للعبادة ليس مؤسسا على اإلسَلم‬ ‫الذي بعث هللاُ به محمدا ً صلى هللا عليه وسلم ؛ألن‬ ‫ذلك من أعظم اإلعانة على الكفر وإظهار شعائره‬ Artinya: “Tidak boleh bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dann hari akhir untuk turut membangun gereja atau tempat ibadah apapun yang tidak dibangun di atas prinsip ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa 23 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

sallam. Karena perbuatan semacam ini termasuk membantu kekafiran dan memeriahkan syiar mereka. ( Fatawa al-Lajnah ad-Daimah, 14:482). Termasuk juga pendapat imam 4 madzhab semuanya mengharamkan muslim membantu dalam pembangunan gereja atau tempat ibadah agama lain, kaitannya dengan objek terdiri dari rumah ibadah, maka secara garis besar, pendapat ulama yang menyatakan hukum keharaman ini diidentifikasi oleh Syekh Yusuf Qaradhawi dalam sebuah makalahnya yang bertajuk Musahamatu al-Muslim fi Binai alKanisah, sebagai berikut:

‫ذهب إلى تحريم بناء الكنائس والعمل على تشييدها‬ ، ‫ وجمهور الشافعية‬،‫ والحنابلة‬،‫ المالكية‬: ‫وإقامتها‬ ‫وأبي يوسف ومحمد خَلفا ألبي حنيفة‬ Artinya:

“Para

ulama

yang

berpendapat

haramnya (Muslim) berserikat dalam membangun (gereja) kanisah dan bekerja sebagai kontraktor dalam membangunnya adalah ulama kalangan Malikiyah, Hanafiyah, Jumhur Syafi’iyah, Abu Yusuf dan 24 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Muhammad (keduanya merupakan murid Imam Abu Hanifah), namun khilaf terhadap Imam Abu Hanifah.

Ada pula salah satu pandangan dari kalangan ulama mazhab Syafi’i disampaikan oleh Imam Taqiyuddin al-Subky di dalam karyanya yang berjudul Fatawi al-Subky. Beliau menyampaikan: "Sesungguhnya membangun kanisah adalah haram secara ijma’. Demikian halnya dengan merenovasinya.

Demikianlah

para

fuqaha

berpendapat: Andaikata ada seseorang berwasiat untuk membangun kanisah, maka wasiat tersebut batal sebab

membangun

kanisah

adalah

termasuk

kemaksiatan. Hal yang sama juga berlaku atas renovasinya. Tidak ada bedanya bagi pelaku itu seorang Muslim atau seorang kafir dzimmy. Hukum yang sama juga berlaku atas wakaf untuk kanisah, maka wakaf tersebut adalah batal, baik pewakaf itu seorang Muslim atau seorang kafir. Mendirikan, menolong

dan

merenovasi

kanisah

25 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

adalah

kemaksiatan, baik pelakunya adalah Muslim atau kafir. Inilah

yang

disyariatkan

oleh

Baginda

Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam dan berlaku secara mengikat atas tiap-tiap orang mukallaf, baik dari kalangan Muslim maupun kafir.” (Fatawi al-Subki, Juz 4, h. 175). Baru-baru ini masih hangat terasa hawa-hawa ketidakpuasan

hasil

keputusan

sidang

tentang

pelarangan perkawinan beda agama. Masih dengan kasus yang sama, doktrin-doktrin yang telah mengakar membuat mereka lupa dan tak sadarkan diri telah menciderai syari’at agama mereka sendiri. Kebebasan dalam memilih pasangan hidup memang termasuk hak pribadi untuk memilih siapapun pasangannya, namun dalam kaitannya dengan prinsip toleransi praktik pernikahan beda agama ini jelas melanggar toleransi dan telah keluar dari koridor aturan

syari’at

Islam.

Perbedaan

dalam

suatu

pernikahan itu dianggap lumrah apabila berbeda dalam etnis, ras, bahkan beda negara sekalipun, namun menjadi sebuah permasalahan apabila yang berbeda 26 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

adalah agama, keabsahan suatu perkawinan merupakan suatu hal yang sangat prinsipil, karena berkaitan erat dengan

akibat-akibat

perkawinan,

baik

yang

menyangkut dengan anak maupun yang berkaitan dengan harta. Hal tersebut sebagaimana dalam Undang-undang perkawinan yaitu Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah merumuskan kriteria keabsahan suatu perkawinan, yang diatur di dalam Pasal 2 ayat (1) yaitu: Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 2 UU No. 1/1974 tersebut menetapkan suatu hukum yang harus dipatuhi dalam melakukan suatu perkawinan. Ayat (1) mengatur secara tegas dan jelas tentang keabsahan suatu perkawinan, adalah satusatunya syarat sahnya suatu perkawinan apabila perkawinan itu dilakukan menurut ketentuan agama dari mereka yang akan melakukan perkawinan tersebut, ketentuan agama untuk sahnya suatu perkawinan bagi umat Islam dimaksud adalah yang 27 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

berkaitan dengan syarat dan rukun nikah. Penjelasan ayat (1) tersebut menyatakan, tidak ada perkawinan diluar

hukum

masing-masing

agamanya

dan

kepercayaannya itu sesuai dengan UUD 1945. Dan yang

dimaksud

dengan

hukum

masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuanketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamamanya dan kepercayaan itu sepanjang tidak bertentangan dengan atau tidak ditentukan lain dalam Undang-undang ini. Dari ketentuan tersebut, dapat dilihat bahwa perkawinan memiliki kaitan erat dengan masingmasing agama yang dianut oleh calon mempelai. Dengan demikian, suatu perkawinan baru dapat dikatakan sebagai perkawinan yang sah secara yuridis apabila perkawinan tersebut dilakukan menurut agama orang yang melangsungkan perkawinan tersebut. Bagi orang yang beragama Islam nikahnya baru dikatakan sah secara hukum apabila pernikahannya dilakukan

28 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

menurut tata cara dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam.20

Pada dasarnya, hukum perkawinan di Indonesia tidak mengatur secara khusus mengenai perkawinan pasangan beda agama. Perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan sesuai agama dan kepercayaannya sebagaimana telah diatur dalam Pasal 2 (1) UU Perkawinan. Namun menjadi catatan apakah pihak agama masing-masing pihak memperbolehkan untuk dilakukannya perkawinan beda agama. Dalam Islam tidak diperbolehkannya menikah dengan bukan yang beragama Islam (Al-Baqarah: 221). Dan juga dalam ajaran Kristen perkawinan beda agama dilarang (II Kortinus 6: 14-18). Sementara bagi pemeluk Katolik pelarangan perkawinan beda agama diatur dalam Hukum Gereja Katolik (c. 1086, 1142).21

M. Anshary, Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 12-14. 21 Hukum Online.Com, Tanya Jawab Tentang Nikah Beda Agama Menurut Hukum Di Indonesia, Tangerang: Penerbit Literati, 2014, hal. 59-62. 20

29 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Mengenai pendapat yang membolehkan seorang laki-laki muslim menikahi perempuan ahli kitab masih harus kembali dikaji terlebih dahulu, apakah masih ada golongan

Nasrani

aliran

Tauhid,

yang

tidak

menganggap Nabi Isa a.s (Yesus) itu Tuhan, melainkan seorang hamba belaka? Menurut Abdullah Wasi’an bahwa aliran yang menolak ke-Tuhanan Yesus, sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, surat Al-Maidah ayat 5 yang membolehkan orang Islam memakan sembelihan ahli kitab (Nasari) dan boleh mengawini wanitanya, harus diartikan, bahwa ahli kitab (Nasrani) yang dimaksudkan,

ialah

Nasrani

yang

tidak

mempertuhankan Yesus, atau tidak menganggap bahwa Yesus itu Tuhan. Hal ini tidak menunjukkan bahwa Islam itu tidak bersifat tolerans terhadap golongan (agama) lain, karena ini merupakan aqidah yang harus dipertahankan

oleh

masing-masing

agama,

sebagaimana juga dalam kitab suci golongan lain, terdapat

ayat-ayat

yang

melarang

perkawinan

campuran, yaitu:

30 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

1. Ulangan 7: 3 menyebutkan: “Dan lagi jangan kamu bersanak saudara dengan mereka itu, jangan anakmu perempuan kamu berikan kepada anak laki-laki mereka dan anak mereka perempuan jangan kamu ambil menjadi bini anakmu lakilaki”. 2. Yoshua 23: 12-13 menerangkan: “Karena jikalau kiranya kamu berundur-undur dan berdampingan dengan sisa-sisa bangsa itu yang lagi tinggal sertamu, dan kamu kawin dengan mereka itu, dan berjinak-jinakan dengan mereka dan mereka itupun dengan kamu, ketahuilah oleh kamu bahwa sesungguhnya Tuhan Allah-mu tiada lagi akan menghalaukan bangsa-bangsa ini dihadapanmu dari pada tempatnya, melainkan mereka itu kelak menjadi bagimu akan jerat dan jaring dan akan cemuk pada pinggangmu dan akan duri pada matamu, sehingga binasalah kamu dalam negeri

31 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

yang baik, yang telah dikaruniakan Tuhanmu kepadamu”.22 Islam sangat jelas mengatur segala persoalan baik dari yang terkecil hingga permasalahan yang tidak ada toleransi sekalipun, dalil keharaman yang mengenai dengan perkawinan beda agama ini terdapat dalil-dalil tegas serta ada pula dalil hadits dan atsar yang jelas menerangkan keharaman pernikahan beda agama. Sebagaimana dalil keharaman pernikahan beda agama dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

ٌ‫ت َحتهى يُؤْ ِم َّن ۗ َو ََلَ َمةٌ ُّمؤْ ِمنَة‬ ِ ‫َو ََل تَ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ٰك‬ ‫َخي ٌْر ِم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو اَ ْع َجبَتْ ُك ْم ۚ َو ََل ت ُ ْن ِك ُحوا‬ ‫ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ َحتهى يُؤْ ِمنُ ْوا ۗ َولَعَ ْب ٌد ُّمؤْ ِم ٌن َخي ٌْر ِم ْن‬ ٰۤ ُ ‫ُّم ْش ِركٍ َّولَ ْو اَ ْع َجبَ ُك ْم ۗ ا‬ ُ ‫ولىِٕكَ يَ ْد‬ ‫ار ۖ َو ه‬ ِ َّ‫ع ْونَ اِلَى الن‬ ُ‫ّٰللا‬ ‫اس‬ ُ ‫يَ ْد‬ ِ َّ‫ع ْٰٓوا اِلَى ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغ ِف َرةِ بِ ِا ْذنِ ۚه َويُبَيِنُ ٰا ٰيتِه ِللن‬ َ‫لَعَلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُر ْون‬

Abdullah Wasi’an, Islam Menjawab, Jakarta: Media Da’wah, 1989, hal. 100-102. 22

32 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada

manusia

agar

mereka

mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 2/221). Para Ulama tafsir memberikan penjelasan ayat tersebut, sebagai berikut: 1. Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata:

“Allah

mengharamkan

wanita-

wanita mukmin untuk dikawinkan dengan lelaki musyrik mana saja (baik ahli kitab maupun bukan).” (Jaami’ul Bayaan, 2/379).

33 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

2. Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Jangan kalian kawinkan wanita muslimah dengan lelaki musyrik. Umat telah bersepakat bahwa orang musyrik tidak boleh mengawini wanita

mukminah,

karena

hal

itu

merendahkan Islam.” (Al-Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 1/48-49). 3. Imam Al-Baghawi rahimahullah berkata: “Tidak bolehnya wanita muslimah kawin dengan lelaki musyrik sudah merupakan ijma’,

yakni

kesepakatan

ulama.”

(Ma’aalimut Tanziil, 1/225). Allah juga berfirman di ayat yang lain:

ٍ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِ َذا َج ۤا َء ُك ُم ْال ُمؤْ ِم ٰنتُ ُمهٰ ِج ٰر‬ ‫امت َِحنُ ْوه ۗ َُّن َ ه‬ ْ َ‫ت ف‬ ُ‫ّٰللا‬ ٍ ‫ع ِل ْمت ُ ُم ْوه َُّن ُمؤْ ِم ٰن‬ ‫ار‬ َ ‫اَ ْعلَ ُم ِب ِا ْي َمانِ ِه َّن فَا ِْن‬ ِ ۗ ‫ت فَ ََل ت َْر ِجعُ ْوه َُّن اِلَى ْال ُك َّف‬ ‫ََل ه َُّن ِح ٌّل لَّ ُه ْم َو ََل ُه ْم يَ ِحلُّ ْونَ لَ ُه ۗ َّن َو ٰات ُ ْو ُه ْم َّما ٰٓ اَ ْنفَقُ ْو ۗا َو ََل ُجنَا َح‬ ۗ ‫ص ِم‬ َ َ ‫ع َل ْي ُك ْم اَ ْن تَ ْن ِك ُح ْوه َُّن اِ َذآٰ ٰاتَ ْيت ُ ُم ْوه َُّن ا ُ ُج ْو َره َُّن َو ََل ت ُ ْم ِس ُك ْوا ِب ِع‬ ِ ‫ْالك ََوافِ ِر َوسْـَٔلُ ْوا َما ٰٓ اَ ْنفَ ْقت ُ ْم َو ْل َيسْـَٔلُ ْوا َما ٰٓ اَ ْنفَقُ ْو ۗا ٰذ ِل ُك ْم ُح ْك ُم ه‬ ‫ّٰللا ۗ َيحْ ُك ُم‬ ‫ع ِل ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫َب ْينَ ُك ۗ ْم َو ه‬ َ ُ‫ّٰللا‬

34 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; jika kamu telah mengetahui

bahwa

mereka

(benar-benar)

beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir (suami-suami mereka). Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami) mereka mahar yang telah mereka berikan. Dan tidak ada dosa bagimu menikahi mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (pernikahan) dengan

perempuan-perempuan

kafir;

dan

hendaklah kamu minta kembali mahar yang telah kamu berikan; dan (jika suaminya tetap kafir) biarkan mereka meminta kembali mahar yang telah mereka bayar (kepada mantan istrinya yang telah beriman). Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha 35 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Mengetahui, Mahabijaksana.” (Al-Mumtahanah: 60/10). Dengan

ayat

ini,

Imam

Ibnu

Katsir

menegaskan: “Ayat inilah yang menharamkan perkawinan perempuan muslimah dengan lelaki musyrik (non-Muslim).” (Tafsir Alqur’aanul ‘Azhiim, 4/414). Sementara Imam Asy-Syaukani juga sama-sama menegaskan: “Dalam firman Allah ini terdapat dalil bahwa wanita mukminah tidak halal (dikawini) orang kafir.” (Fathul Qadiir, 5/525). Selain itu, terdapat pula hadits larangan kawin beda agama dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu: “Kita boleh kawin dengan wanita ahli kitab, tetapi mereka tidak boleh kawin dengan wanita kita.” Menurut Imam Ibnu Jarir pada tafsir Ath-Thabari 4/367, bahwa sanad hadits ini sekalipun ada pembicaraan, namun kebenaran isinya merupakan ijma’ umat. Dan Ibnu Katsir

36 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

juga menukilkan pula dalam tafsirnya Tafsir AlQur’aanul ‘Azhiim 1/587. Terkait dengan ijma’ ulama, masih banyak lagi ditegaskan oleh para ulama berikut: Ibnu al-jazzi, Ibnu Mundzir, Ibnu ‘Abdil Bar dan ulama senada lainnya menegaskan: mengawini

“Laki-laki wanita

non-Muslim

muslimah

secara

haram muthlaq.

Ketentuan ini disepakati oleh seluruh ahli hukum Islam.” Adapun fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dimaksud adalah: 1. MUI Jakarta (11 Agustus 1975): “Larangan bagi seorang laki-laki Muslim untuk menikahi seorang wanita bukan Muslim, sekalipun dari ahli kitab.” 2. MUI Pusat (1 Juni 1980, periode Buya Hamka): “Melarang wanita Muslimah untuk menikah dengan pria non-Muslim, dan pria Muslim tidak diizinkan menikah dengan wanita bukan Islam.”

37 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

3. MUI Jakarta (30 September 1986, periode KH. Ahmad Mursjidi): “Surat terbuka mendesak kaum

Muslimin

agar

tidak

melakukan

perkawinan beda agama/antar agama (bersama lampiran MUI Jakarta 1975 dan fatwa MUI tahun 1980).” 4. Musyawarah Nasional MUI VII pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H./ 26-29 Juli 2005 M. Setelah menimbang: a. Belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama. b. Perkawinan beda agama bukan saja mengundang perdebatan di antara sesama umat

Muslim,

melainkan

sering

mengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat. c. Di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi dan kemaslahatan.

38 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Maka pendapat Sidang Komisi C bidang fatwa pada

Munas

VII

MUI

2005:

“Dengan

bertawakkal kepada Allah memutuskan dan menetapkan bahwa perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.”23

BAGIAN KETIGA Pluralisme dan Toleransi dalam Perspektif Islam

Teten Romly Qomaruddien, Keharaman Kawin Beda Agama Dalam Islam, Diakses pada 7 Januari 2023, https://madrasahabiumi.com/2022/10/20/keharaman-kawin-beda-agama-dalam-islam/ 23

39 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Islam dan Pluralisme Majelis Ulama Indonesia, dalam Munasnya yang ke-7, pada 25-29 Juli 2005 di Jakarta, telah menetapkan 11 fatwa. Di antara fatwa MUI tersebut, ada fatwa tentang pluralisme agama, sekularisme dan liberalisme, yang sejak keluarnya fatwa tersebut, terus-menerus mendapat sorotan dan kecaman keras dari

berbagai

pihak

yang

selama

ini

sudah

menyebarkan paham-paham yang diharamkan MUI tersebut. Berikut ini fatwa lengkap MUI:24 Memutuskan dan menetapkan fatwa tentang pluralisme agama dalam pandangan Islam. 1. Ketentuan Umum Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu, setiap pameluk agama tidak boleh

Adian Husaini, Pluralisme Agama: Haram, Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2005, hal. 1-4. 24

40 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan. 2. Ketentuan Hukum a. Pluralisme,

sekularisme

dan

liberalisme

agama sebagaimana maksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran Islam. b. Umat

Islam

pluralisme,

haram

mengikuti

sekularisme,

dan

paham

liberalisme

agama. c. Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersifat eksklusif, dalam artian haram mencampuradukkan antara akidah dan ibadah umat Islam dengan akidah dan ibadah pemeluk agama lain.

41 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

d. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah, umat Islam bersifat inklusif,

dalam

artian

tetap

melakukan

pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan. (Ditetapkan di: Jakarta, Pada tanggal: 22 Jumadal Akhir 1426 H/29 Juli 2005 M).

Islam adalah Agama Toleransi

42 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Sikap toleran bukan berarti suatu sikap di mana menerima apa adanya dengan membiarkan segala sesuatu berjalan dengan tanpa adanya kritik yang konstruktif, melainkan memberikan ruang dan waktu untuk berinterkasi secara harmonis dengan orang lain selama tidak melanggar atau menyalahi aturan-aturan yang telah ditetapkan, mengikat dan berlaku umum. Secara implisit ditegaskan oleh Farid Esack dalam bentuk pernyataan sikap Al-Qur’an terhadap agama lain

(Esack,

2002:

201).

Menurutnya

Islam

merupakan agama yang benar-benar ajaran yang pertama kali memperkenalkan pandangan-pandangan tentang toleransi dan kebebasan beragama kepada umat manusia.25 Agama Islam merupakan agama yang sangat toleran, oleh karena itu tidak terkecuali ajaranajarannya juga akan senantiasa berkaitan dengan toleransi, khususnya toleransi beragama. Walaupun begitu, Islam sangat menjunjung tinggi nilai toleransi

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 104. 25

43 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

akan tetapi tidak sampai keluar dan menciderai syariat-syariat yang sangat dipegang erat oleh ajaranajaran Islam, dengan kata lain tidak sampai keluar dari koridor toleransi yang diperbolehkan. Dalam konteks toleransi masyarakat beda agama, Islam

memiliki

keterbukaan

toleransi

dan

menghormati agama-agama lain merupakan aspek yang penting (Engineer, 2003: 54). Al-Qur’an menegaskan dengan jelas bahwasanya tidak ada paksaan dalam agama (religious freedoom). AlQur’an juga memerintahkan pada kaum Muslim supaya tidak menghina ataupun mencaci maki orang yang menyembah selain Allah karena mereka tidak tahu. Al-Qur’an juga mengajarkan agar keberimanan seseorang diaktualisasikan dengan rasa hormat kepada semua Nabi.26

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 110. 26

44 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

ٰٓ َ ‫الر ْش ُد ِمنَ ْالغَي ِ ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُ ْر‬ ِ ‫َل اِ ْك َراهَ فِى‬ ُّ َ‫الدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَيَّن‬ َّ ِ‫ب‬ ُ ‫الطا‬ ِ ‫ت َويُؤْ ِم ْۢ ْن بِ ه‬ ‫سكَ بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْ ٰقى ََل‬ ِ ‫غ ْو‬ َ ‫اّٰلل فَقَ ِد ا ْست َْم‬ ‫ع ِل ْي ٌم‬ ‫ام لَ َها َۗو ه‬ َ ‫س ِم ْي ٌع‬ َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ا ْن ِف‬ َ ‫ص‬ Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 256). Kebebasan merupakan bagian yang sangat penting dalam ajaran Islam. Sebab kebebasan adalah fitrah yang lazim dimiliki oleh manusia. Manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih agama atau bahkan memilih untuk tidak beragama. Islam memberikan kebebasan sepenuhnya, apakah ia ingin menerima kebenaran agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam atau tidak.

45 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

‫الدي ِْن َولَ ْم‬ ِ ‫ع ِن الَّ ِذيْنَ لَ ْم يُقَاتِلُ ْو ُك ْم فِى‬ ‫ََل يَ ْنهٰ ى ُك ُم ه‬ َ ُ‫ّٰللا‬ ُ ‫ار ُك ْم اَ ْن تَبَ ُّر ْو ُه ْم َوت ُ ْق ِس‬ ‫ّٰللا‬ ِ َ‫ي ُْخ ِر ُج ْو ُك ْم ِم ْن ِدي‬ َ ‫ط ْٰٓوا اِلَ ْي ِه ۗ ْم ا َِّن ه‬ َ‫ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطيْن‬ Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir

kamu

dari

kampung

halamanmu.

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Mumtahanah: 8).

‫َوقُ ِل ْال َح ُّق ِم ْن َّربِ ُك ۗ ْم فَ َم ْن ش َۤا َء فَ ْليُؤْ ِم ْن َّو َم ْن ش َۤا َء فَ ْليَ ْكفُ ۚ ْر‬ ‫اِنَّا ٰٓ اَ ْعتَ ْدنَا ِلل ه‬ َ ‫َار ۙا اَ َحا‬ ‫س َرا ِدقُ َه ۗا َوا ِْن يَّ ْستَ ِغ ْيث ُ ْوا‬ ُ ‫ط بِ ِه ْم‬ ً ‫ظ ِل ِميْنَ ن‬ َّ ‫س ال‬ ْ ‫س ۤا َء‬ ‫ت‬ ُ ۗ ‫ش َر‬ َ ‫اب َو‬ َ ْ‫يُغَاث ُ ْوا ِب َم ۤاءٍ ك َْال ُم ْه ِل يَ ْش ِوى ْال ُو ُج ْو ۗ َه بِئ‬ ‫ُم ْرتَفَ ًقا‬ Artinya: “Kebenaran

“Dan itu

katakanlah datangnya

(Muhammad), dari

Tuhanmu;

barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang 46 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Qs. Al-Kahfi: 29). Berdasarkan prinsip diatas, ada dua aspek kebebasan yang terkandung di dalamnya, yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek eksternal berkaitan dengan toleransi beragama dan aspek internal berkaitan dengan ajaran bahwa agama merupakan satu paket. Artinya pada saat seseorang memilih agama maka ia tidak bebas lagi untuk memilah-milah ajaran yang diterima dan yang akan dia tolak. Penolakan terhadap bagian tertentu mengakibatkan penolakan terhadap keseluruhan paket tersebut. Sebagai agama yang sempurna dan toleran, Islam tidak menutup diri dan menghindar dari umat beragama yang berbeda keyakinan, sebaliknya Islam tetap membuka pintu lebar-lebar serta membuka diri, berlapang dada untuk berkoeksistensi bahkan hidup 47 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

bersama dengan pemeluk agama yang berbeda keyakinan dalam hal sosial, bahkan lebih dari itu, Islam memiliki pandangan serta perhatian yang khusus untuk mereka yang berbeda agama yaitu dengan menitik beratkan pada toleransi dan hubungan antar umat beragama. Bagi Islam dalam kaitannya dengan pemeluk agama lain, tercptanya rasa saling menghormati, saling menghargai, dan rasa kasih sayang, serta rasa damai, rukun tidak berpecah-belah, sehingga

terwujudnya

bermasyarakat

merupakan

keharmonisan sesuatu

dalam

yang

harus

diupayakan dengan maksimal antara umat muslim dengan non-muslim. Islam memandang bahwa pemaksaan tidak ada gunanya. Sebaliknya, akan menimbulkan hal-hal negatif yang akan mengganggu kedamaian manusia

dan dalam

keharmonisan suatu

bagi

kehidupan

masyarakat.

Tegasnya

pemaksaan terhadap suatu agama merupakan perilaku yang tidak terpuji dan tidak toleran yang harus dihindari. Islam sebagai agama yang sangat toleran dan tidak terkecuali diantara ajarannya yang sempurna

48 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

itu terdapat banyak ajaran-ajaran yang berkaitan dengan toleransi, khususnya toleransi beragama.27 Islam dalam mewujudkan toleransi beragama senantiasa memegang teguh sebuah prinsip dasar. Sebagai landasan dalam melaksanakan toleransi beragama. Islam akan selalu melakukan sebuah penghormatan atau toleransi terhadap pemeluk agama yang berbeda, selama mereka juga senantiasa menjaga dan menghormati Islam. Hal ini telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:

‫الدي ِْن َواَ ْخ َر ُج ْو ُك ْم‬ ِ ‫ع ِن الَّ ِذيْنَ قَاتَلُ ْو ُك ْم فِى‬ ‫اِنَّ َما يَ ْنهٰ ى ُك ُم ه‬ َ ُ‫ّٰللا‬ ٰٓ ‫ظاهَروا‬ ‫اج ُك ْم اَ ْن ت ََولَّ ْو ُه ۚ ْم َو َم ْن يَّت ََولَّ ُه ْم‬ ِ ‫ع ٰلى ا ِْخ َر‬ َ ْ ُ َ ‫ار ُك ْم َو‬ ِ َ‫ِم ْن ِدي‬ ٰۤ ُ ‫ولىِٕكَ ُه ُم ال ه‬ ‫فَا‬ َ‫ظ ِل ُم ْون‬ Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orangorang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu

(orang

lain)

untuk

mengusirmu.

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 113. 27

49 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Mumtahanah: 9). Dari ayat tersebut, bisa dimengerti bahwa agama Islam sangat toleran bagi orang yang toleran terhadap Islam. Namun sebaliknya apabila Islam dimusuhi pastilah akan bersikap tegas. Seperti halnya yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

‫ار ُر َح َم ۤا ُء‬ ُ ‫ُم َح َّم ٌد َّر‬ ‫س ْو ُل ه‬ َ ‫ّٰللاِ َۗوالَّ ِذيْنَ َمعَ ٰٓه اَ ِشد َّۤا ُء‬ ِ َّ‫علَى ْال ُكف‬ ۖ ‫ّٰللاِ َو ِرض َْوانًا‬ ُ ‫بَ ْينَ ُه ْم ت َٰرى ُه ْم ُر َّكعًا‬ ‫س َّجدًا يَّ ْبتَغُ ْونَ فَض ًَْل ِمنَ ه‬ ‫س ُج ْو ِد ٰۗذلِكَ َمثَلُ ُه ْم فِى الت َّ ْو ٰرى ِة‬ ُّ ‫ِس ْي َما ُه ْم فِ ْي ُو ُج ْو ِه ِه ْم ِم ْن اَثَ ِر ال‬ ْ ‫اَل ْن ِج ْي ۚ ِل َكزَ ْرعٍ اَ ْخ َر َج ش‬ َ َ‫َطـَٔه فَ ٰازَ َره فَا ْستَ ْغل‬ ‫ظ‬ ِ ْ ‫ۖ َو َمثَلُ ُه ْم فِى‬ َ ‫ع ِليَ ِغ ْي‬ ُّ ‫ب‬ ُ ‫س ْوقِه يُ ْع ِج‬ ُ ‫ع ٰلى‬ َ ‫الز َّرا‬ ‫ع َد ه‬ َ ‫ار َۗو‬ َ ‫فَا ْست َٰوى‬ َ َّ‫ظ بِ ِه ُم ْال ُكف‬ ُ‫ّٰللا‬ ࣖ ‫ع ِظ ْي ًما‬ ِ ٰ‫ص ِلح‬ ‫ع ِملُوا ال ه‬ َ ‫ت ِم ْن ُه ْم َّم ْغ ِف َرة ً َّواَجْ ًرا‬ َ ‫الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬. Artinya: “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang

50 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam

Taurat

dan

sifat-sifat

mereka

(yang

diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya;

tanaman

penanam-penanamnya

itu

menyenangkan

karena

Allah

hati

hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Al-Fath: 29). Terdapat dua pokok prinsip yang terkandung dalam Piagam Madinah sebagai pegangan kehidupan bermasyarakat majemauk dan beragam baik suku, ras, bangsa dan agama yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

51 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

1. Semua pemeluk beragama yang ada di Madinah merupakan satu umat walaupun terdapat perbedaan baik suku maupun bangsa. 2. Hubungan antara komunitas Muslim dan nonmuslim di dasarkan pada prinsip-prinsip. a. Berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik sesama warga atau tetangga. b. Saling

bahu-membahu

serta

saling

membantu dalam menghadapi musuh yang akan mengrongrong kota Madinah. c. Membela terhadap yang lemah dan teraniaya. d. Saling nasehat-menasehati dalam koridor kebersamaan dan kebenaran. e. Saling menghargai dan menghormati serta memberikan

toleransi

dalam

bentuk

pilihan dalam beragama atau kebebasan beragama.28

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 58-60. 28

52 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

BAGIAN KEEMPAT Mendamaikan Pluralisme dengan Toleransi Sesuai Koridor Monitoring Islam

Toleransi Tidak Sampai Menciderai Syari’at Mereka menganggap Islam intoleran karena tidak ikut serta dalam kegiatan ritual ibadah dan hari-hari besar mereka. Maaf kawan, toleransi dalam Islam bukan berarti menggadaikan harga diri dari nilai ajaran. Beratus

tahun,

sejak

kelahirannya,

Islam

membuktikan sebagai agama yang sangat toleran. Sejak awal, Islam mengakui dan menghargai perbedaan, tanpa harus kehilangan keyakinan. Saat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam diutus, di wilayah Timur Tengah, sudah eksis pemeluk Yahudi, Kristen, dan kaum musyrik Arab. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam mengajak mereka untuk memeluk Islam, mengakui Allah satusatunya Tuhan dan dirinya adalah utusan Allah. Tapi, 53 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menyatakan, “Semua agama sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan!” bahkan, ada perintah Al-Qur’an dalam surat al-Kafirun:

ٰٓ ‫َل اَ ْنت ُ ْم عٰ ِبد ُْونَ َما‬ ٰٓ َ ‫َل اَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُد ُْو ۙنَ َو‬ ٰٓ َ َ‫قُ ْل ٰ ٰٓيا َ ُّي َها ْال ٰك ِف ُر ْو ۙن‬ ٰٓ َ ‫عبَ ْدت ُّ ۙ ْم َو‬ ٰٓ َ ‫اَ ْعبُ ۚ ُد َو‬ ‫َل اَ ْنت ُ ْم عٰ بِد ُْونَ َما ٰٓ اَ ْعبُ ۗ ُد لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم‬ َ ‫عابِ ٌد َّما‬ َ ‫َل اَن َ۠ا‬ ‫ي ِدي ِْن‬ َ ‫َو ِل‬ “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Al-Kafirun: 1-6). Dalam

tafsirnya,

Al-Azhar,

Prof.

Hamka

menjelaskan, anbabun-nuzul surat al-Kafirun ini berkaitan dengan tawaran empat tokoh kafir Quraisy yang resah dengan dakwah tauhid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al54 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Muthali,

dan

Umaiyah

bin

Khalaf.

Mereka

mengajukan usulan, “Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah....” Buya Hamka mencatat, “Soal aqidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampuradukan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik. Lebih jauh Buya Hamka menjelaskan: “Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwasannya aqidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tidak dapat dipertemukan.”29 Mohammad

Natsir

juga

ikut

menuturkan

pendapatnya tentang persoalan toleransi, yang mana pernah beliau sampaikan melalui pidato dihadapan

29

Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, hal. 79-80.

55 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

15.000 rakyat yang menghadiri rapat samudera di Tanjung Karang: “Agama Islam memberantas intoleransi agama serta menegakkan kemerdekaan beragama dan meletakkan dasar-dasar bagi keragaman hidup antar agama. Kemerdekaan menganut agama adalah suatu nilai hidup, yang dipertahankan oleh tiap-tiap muslimin

dan

muslimat.

Islam

melindungi

menyembah Tuhan menurut agama masing-masing, baik di Masjid maupun gereja”. Demikian pidato M. Natsir. Beliau menambahkan “Kami umat Islam berseru kepada seluruh teman sebangsa yang beragama lain, bahwa Negara ini adalah Negara kita bersama, yang kita tegakkan untuk kita besama, atas dasar toleransi dan tenggang rasa, bukan untuk golongan khusus. Kami berseru sebagaimana seruan Muhammad kepada sesama warga Negara yang berlainan

agama,

kami

diperintahkan

supaya

menegakkan keadilan dan keragaman diantara saudara”.

56 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Dari pidato Mohammad Natsir ini, sangat jelas terlihat toleransi,

bagaimana yaitu

pemahaman

tasamuh

beliau

dalam

tentang

Islam.

Bagi

Mohammad Natsir dasar toleransi adalah AlQur’an dan Sunnah Nabi Muhammad serta pengamalan para sahabat dalam melaksanakan ajaran Islam dalam peri kehidupan antar agama. Toleransi yang diajarkan Islam bukanlah suatu toleransi yang bersifat pasif tapi aktif. Ia aktif menghargai dan menghormati keyakinan orang lain. Aktif dan bersedia senantiasa mencari titik persamaan diantara bermacam-macam perbedaan. Mohammad Natsir mengingatkan bahwa toleransi antar umat beragama jangan diartikan “Yang penting rukun, jangan cekcok. Dan untuk itu mengalalah sedikit

dalam

persoalan

agama”.

kebebasan

beragama sebagaimana dijamin UUD 45, adalah kebebasan setiap pemeluk agama untuk dapat mengamalkan ajaran agamanya tanpa diganggu oleh usaha-usaha “kampanye” agama lain.30

Lukman, Siti Nur Fadlilah, “Toleransi Da’wah Mohammad Natsir”, Jurnal Da’wah, IV, 1, 2021, hal. 122-124. 30

57 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Sebagaimana yang telah dijelaskan secara garis besar prinsip-prinsip dalam Islam yang berkaitan dengan toleransi beragama. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam memang benar-benar mengandung nilai-nilai humanisme dan toleransi baik dalam berbangsa, bernegara, dan beragama. Maka dari itu agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam merupakan agama yang sangat toleran, oleh karena itu tidak terkecuali ajaran-ajarannya juga akan senantiasa berkaitan dengan toleransi, khususnya toleransi beragama. Adapun ajaran Islam yang berkaitan dengan toleransi yang diperbolehkan antara lain:

1. Kebebasan Tanpa Paksaan Dalam ajaran Islam yang terkait dengan kebebasan beragama, baik secara konseptual maupun secara praktis, penuh dengan toleransi 58 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

dan kreasi hidup yang berlandaskan pada tolong

menolong

(thantowi,

2004:

4).

Keterbukaan, toleransi dan menghormati agama-agama lain merupakan aspek penting (Engineer, 2003: 54)31.

َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰلى‬ ‫سبِ ْي ِله َوه َُو اَ ْعلَ ُم‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫س ۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ َ ‫ع ْن‬ َ ْ‫ِي اَح‬ َ ‫بِالَّتِ ْي ه‬ َ‫بِ ْال ُم ْهتَ ِديْن‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Qs. An-Nahl: 125). Allah juga berfirman:

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 105-108. 31

59 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

ًّ َ‫ّٰللا ِل ْنتَ لَ ُه ْم ۚ َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬ َ ‫غ ِل ْي‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ه‬ ‫ب ََل ْنفَض ُّْوا‬ َ ‫ظا‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬ ‫ع ْن ُه ْم َوا ْستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى ْاَلَ ْم ۚ ِر فَ ِا َذا‬ ُ ‫ِم ْن َح ْولِكَ ۖ فَاع‬ َ ‫ْف‬ ِ ‫علَى ه‬ َ‫ّٰللا ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِك ِليْن‬ َ ‫عزَ ْمتَ فَت ََو َّك ْل‬ َ َ ‫ّٰللا ۗ ا َِّن ه‬ Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad,

maka

Sungguh,

bertawakallah

Allah

kepada

Allah.

orang

yang

mencintai

bertawakal.” (Qs. Ali-Imran: 159). Jelaslah dari firman tersebut bahwa upaya penyiaran

Islam

oleh

umatnya

haruslam

menempuh cara-cara dakwah yang baik, yaitu dilakukan dengan cara yang arif, santun, dan bijaksana disampaikan dengan tutur kata yang baik, bijak, ramah, lemah lembut, dilakukan 60 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

dengan cara memberi pelajaran yang baik dan jika diperlukan dengan cara berdiskusi dengan cara yang sopan dan baik pula. Tidak ada ajaran Islam yang menyuruh pemeluknya untuk menyiarkan Islam dengan cara-cara tekanan, paksaan, dan aksi kekerasan. Ajaran ini sekaligus mengandung prinsip tentang kebebasan beragama sebagai salah satu hak asasi manusia yang paling fundamental. Kebebasan beragama sangat ditekankan dalam Islam. Sebagaimana firman Allah dalam AlQur’an ‫ِي ِدي ِْن‬ َ ‫( َل ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َول‬bagimu agamamu dan bagiku agamaku) jelas merupakan bukti nyata bahwa Islam mengajarkan kemerdekaan dalam beragama. Ungkapan “bagimu agamamu” berarti komunitas agama non-Islam tidak boleh diganggu dan tidak boleh diusik oleh umat Islam, baik dengan cara mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan maupun dengan cara melakukan perbuatan yang merugikan. Karena Islam sangat menghormati

agama

lain

dan

sekaligus

61 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

menghormati

prinsip

kebebasan

dalam

beragama.32 Al-Qur’an menegaskan dengan jelas tidak ada paksaan dalam beragama sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

ٰٓ َ ‫الر ْش ُد ِمنَ ْالغَي ِ ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُ ْر‬ ِ ‫َل اِ ْك َراهَ فِى‬ ُّ َ‫الدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَيَّن‬ َّ ِ‫ب‬ ُ ‫الطا‬ ِ ‫ت َويُؤْ ِم ْۢ ْن بِ ه‬ ‫ام‬ ِ ‫غ ْو‬ َ ‫اّٰلل فَقَ ِد ا ْست َْم‬ َ ‫سكَ بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْ ٰقى ََل ا ْن ِف‬ َ ‫ص‬ ‫ع ِل ْي ٌم‬ ‫لَ َها َۗو ه‬ َ ‫س ِم ْي ٌع‬ َ ُ‫ّٰللا‬ Artinya:

“Tidak

ada

paksaan

dalam

(menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar,

Maha

Mengetahui.”

(Qs.

Baqarah: 256).

Faisal Ismail, Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hal. 7-8. 32

62 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Al-

Kebebasan ini, sebagaimana dijelaskan para ulama berdasarkan teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah, mencangkup hal-hal berikut:33 Pertama, menurut Abu al-A’la Al Maududi yaitu yang terpenting, kebebasan berkeyakinan dan beragama serta mengekspresikan jatidiri kegamaan

atau

menjalankan

agama

serta

keyakinan secara rill dan sosial. Hal ini karena Islam melihat bahwa keyakinan atau aqidah tidak bisa dipaksakan, dan hanya bisa dilandaskan pada keyakinan itu sendiri serta keikhlasan. Kedua, kebebasan merayakan hari besar keagamaan. Kaum Nasrani misalnya, diberi kebebasan untuk membunyikan lonceng-lonceng gereja mereka, kecuali pada waktu-waktu shalat. Mereka juga diizinkan mengusung salib dalam prosesi festival agama mereka, seperti yang

Anis Malik Thoha, Tren pluralisme Agama Tinjauan Kritis, hal. 256-258. 33

63 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

diberlakukan Khalid ibn al-Walid r.a terhadap penduduk al-Hirah, ‘Anat, Qarqisa’, dan lainnya. Ketiga, kebebasan membangun tempat-tempat ibadah dan memperbaiki yang lama sesuai dengan kebutuhan dan selama tidak berada di kawasan (kota atau desa) yang berpenduduk Islam. Bahkan sebagian ulama fiqh ada yang membolehkan pembangunan dan perbaikan tersebut hatta di kantong-kantong Islam dengan syarat mendapat izin dari pemerintah (Dr. Yusuf Al-Qardawi). Keempat,

hak

untuk

mempertahankan

kelangsungan agamadan keyakinan, atau apa yang disebut Al-Faruqi yaitu hak merngabadikan diri. Sejatinya, hak ini adalah konsekuensi logis dari pengakuan Islam atas hak Dzimmi untuk berbeda dan to be other. Yaitu hak melakukan aktivitas yang

ditujukan

untuk

mempertahankan

kelangsungan agama mereka, seperti mencangkup hak mendapatkan pendidikan keagamaan, dan mendidik anak-anak mereka atau generasi muda mereka sesuai dengan tuntunan agama mereka, 64 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

begitu

juga

membangun

institusi-institusi

pendidikan agama mereka, di samping menggelar konferensi,

seminar

dan

diskusi

untuk

mengembangkan agama mereka, selama hal itu tidak mengganggu ketertiban umum. Kelima, hak mendirikan sistem peradilan khusus atau otonomi untuk menyelesaikan kasuskasus khusus mereka. Hak ini sebetulnya, di satu sisi termasuk di antara penentu keberlangsungan agama mereka, dan di sisi lain termasuk kebebasan berekspresi. Hak ini sebagaimana yang telah diberikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada marga-marga bangsa Yahudi dalam konstitusi Madinah, dan kemudian diikuti oleh Khulafaur Rasyidin dan para pemimpin umat Islam dalam memperlakukan agama lain. Meski demikian, mereka masih tetap mempunyai hak untuk

menyelesaikan

mahkamah-mahkamah

hukum

mereka

syar’iyah

Islam

di jika

menghendaki demikian. Dalam hal ini, Al-Faruqi berkesimpulan bahwa Islam adalah satu-satunya 65 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

agama yang memberikan hadiah yang luar biasa unik kepada umat manusia, yakni pluralitas hukum (plurality of law). Indonesia juga telah mengatur peraturan yang mengatur tentang kebebasan dalam beragama tanpa adanya paksaan sedikitpun dalam memeluk agama yang diyakini, di antara peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut:34 a. UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing

dan

untuk

beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” b. UUD 1945 Bab X A pasal 28 E ayat 1 tentang Hak Asasi Manusia: “Setiap orang bebas memluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan Faisal Ismail, Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama, hal. 35. 34

66 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

dan

pengajaran,

memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara, serta berhak kembali.” c. Ayat 2: “Setiap orang berhak atas kebebasan

meyakini

kepercayan,

menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.” Bagi Islam dalam kaitannya dengan pemeluk agama lain, tercptanya rasa saling menghormati, saling menghargai, dan rasa kasih sayang, serta rasa damai, rukun tidak berpecah-belah,

sehingga

keharmonisan

dalam

terwujudnya bermasyarakat

merupakan sesuatu yang harus diupayakan dengan maksimal antara umat muslim dengan non-muslim.

Islam

memandang

bahwa

pemaksaan tidak ada gunanya. Sebaliknya, akan menimbulkan hal-hal negatif yang akan mengganggu kedamaian dan keharmonisan bagi

kehidupan

manusia

dalam

suatu

masyarakat. Tegasnya pemaksaan terhadap 67 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

suatu agama merupakan perilaku yang tidak terpuji dan tidak toleran yang harus dihindari. Islam sebagai agama yang sangat toleran dan tidak terkecuali diantara ajarannya yang sempurna itu terdapat banyak ajaran-ajaran yang berkaitan dengan toleransi, khususnya toleransi beragama.35 2. Mu’amalah Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup berdampingan dengan makhluk lainnya dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Sebagai makhluk yang hidup

bermasyarakat,

manusia

senantiasa

berhubungan dengan masyarakat lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup di tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang-orang lain disebut Mu’amalah (Basyir, 1985:7). Keberadaan Mu’amalah merupakan bagian terbesar dalam Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 113. 35

68 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

kehidupan manusia. Oleh sebab itu keberadaan muamalah dalam pandangan Islam sangatlah penting, namun satu hal yang harus tetap diperhatikan bagi umat manusia bahwa meskipun bidang Mu’amalah langsung berkaitan dan bersentuhan langsung dengan pergaulan hidup yang

bersifat

duniawi.36

Bekerja

atau

bermuamalah dengan pihak non muslim itu perlu dibedakan menjadi dua. Pertama, yang tidak terkait dengan urusan ritual agama. Kedua, yang terkait dengan urusan ritual agama, sebagai berikut:37 a. Tidak Terkait dengan Urusan Agama Misalnya ketika masih di Mekkah, orangorang kafir yang memusuhi beliau itu justru malah banyak menitipkan harta mereka di tangan Rasulullah SAW, sebagai amanah atau

Jamal Ghofir, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, hal. 134-135. 37 Ahmad Sarwat, Batasan Mu’amalah dengan Non Muslim, Diakses pada 11 Januari 2023, https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-1683batasan-bermuamalah-dengan-non-muslim.html/ 36

69 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

barang titipan. Dan gelar Al-Amin yang disandang beliau SAW tidak pernah dicabut, walaupun Rasulullah SAW sebagai nabi selalu dihujat dan diperangi. Oleh karena itulah ketika Rasulullah SAW akhirnya hijrah ke Madinah, di tangan beliau masih banyak harta titipan milik orang-orang kafir yang harus dikembalikan terlebih dahulu. Dalam perjalanan hijrah pun, Rasulullah SAW tetap bermualamah dengan orang kafir. Beliau dan Abu Bakar menyewa penunjuk jalan profesional, Abdullah bin Uraiqidzh, yang

saat

itu

bukan

muslim,

untuk

mengantarkan mereka berdua hingga tiba ke arah

Madinah.

Di

Madinah,

ternyata

Rasulullah SAW bertetangga dengan yahudi. Bahkan ketika kehabisan makanan, beliau SAW menggadaikan baju besinya kepada si Yahudi tetangganya, untuk mendapatkan pinjaman.

70 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Kebun-kebun kurma di Khaibar yang menjadi harta rampasan perang ketika berhasil mengalahkan pihak yahudi, kemudian dikelola secara bagi hasil dengan petani kurma yang agamanya yahudi. Sebab mereka adalah petani kurma yang berpengalaman dan paling mengerti cara bertani. Dan masih ada banyak lagi bagaimana contoh muamalah Rasulullah SAW secara ekonomi dengan pihak kafir, yang tidak terkait dengan urusan agama. Dan secara umum, tidak

ada

larangan

untuk

melakukan

muamalah seperti ini. b. Terkait Urusan Agama Adapun muamalah yang terkait urusan agama, bisa kita bagi menjadi dua. Pertama, bila muamalah itu terkait kepentingan agama kita.

Kedua,

muamlah

terkait

dengan

kepentingan bersama.

71 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

1. Terkait dengan Kepentingan Islam Terkadang kebutuhan

umat

tertentu

Islam yang

terdesak

tidak

bisa

dipenuhi oleh sesama umat Islam sendiri. Dan yang bisa memenuhinya justru pihak non muslim. Adapun contoh perbuatan Mu’amalah

yang

diterapkan

oleh

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya selama mereka bercengkrama dengan orang-orang nonMuslim. Sebagaimana terdapat dalam Konstitusi Piagam Madinah pasal 24, “Sesungguhnya kaum Yahudi bersama orang-orang Mukmin bekerja sama dalam menanggung pembiayaan selama mereka mengadakan peperangan bersama” (Pasal 24). Hal ini menunjukan bahwasanya tidak ada

perbedaan

untuk

kepentingan

bersama, supaya masyarakat Madinah memiliki

tanggung

jawab

dalam

pembelaan terhadap negaranya, tanpa 72 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

adanya

perbedaan

baik

suku,

ras,

golongan, dan agama. Contoh

selanjutnya

yaitu

adalah

urusan transpotasi haji. Sejak zaman nenek moyang kita, umat Islam di Indonesia pergi haji ke tanah suci menumpang kapal milik Belanda, sebelum memiliki kapal laut sendiri. Itu berarti umat Islam bermuamalah dengan orang kafir, untuk kepentingan agama Islam, bukan untuk kepentingan agama selain Islam. Dan di masa sekarang ini, Garuda Indonesia tidak punya pesawat sendiri untuk melayani jamaah haji, terpaksa sewa 18 pesawat dari banyak pihak, dimana kebanyakannya justru perusahan itu milik orang-orang di luar Islam. Bahkan yang disewa bukan cuma pesawatnya, tetapi juga sekalian dengan pilot dan awaknya. Dan meski penerbangkan pesawat yang isinya calon jamaah haji semua, tetapi pilot dan awak 73 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

bawaan asli pesawat itu bukan Muslim. Namun Garuda kemudian menambahi awak flight attenden dari pihak sendiri, khususnya mereka yang muslimah, bahkan berjibab, untuk menyesuaikan keadaan. 2. Terkait dengan Kepentingan Bersama Sebagaimana senantiasa

hidup

manusia

hidup

berdampingan

kehidupan masyarakat,

baik

hal

di itu

termasuk ke dalam masyarakat yang majemuk

sekalipun

dalam

mencapai

kepentingan bersama. Contoh yang nyata dalam hal ini adalah perjanjian atau Piagam Madinah yang ada di masa Rasulullah SAW. Esensi dari piagam itu adalah bahwa pihak muslim dan pihak yahudi bekerja sama dalam keamanan dalam negeri di Madinah. Bila pihak muslim diperangi oleh suatu kaum, maka pihak yahudi Madinah khususnya wajib ikut membela pihak muslim. Sebaliknya, 74 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

bila pihak yahudi Madinah diperangi oleh pihak lain, maka umat Islam di Madinah wajib membela mereka.

75 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

DAFTAR PUSTAKA Buku Anshary,

M,

Hukum

Perkawinan

di

Indonesia,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Arif, Syamsudin, Orientalis & Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani, 2008. Ghofir, Jamal, Nilai Toleransi dalam Dakwah Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta: Dialektika, 2017. Husaini, Adian, 10 Kuliah Agama Islam, Yogyakarta: ProU Media, 2016. Husaini, Adian, Pluralisme Agama: Haram, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005. Ismail,

Faisal,

Dinamika

Kerukunan

Antarumat

Beragama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. Madjid, Nurcholish, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Kompas, 2001.

76 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Natsir, Mohammad, Keragaman Hidup Antar Agama, Jakarta: Penerbit Hudaya, Cet. II, 1970. Ningsih, Isra Widya, dkk, Indonesiaku Bhinneka Tunggal Ika, Yogyakarta: Samudra Biru, 2022. Online.Com, Hukum, Tanya Jawab Tentang Nikah Beda Agama Menurut Hukum Di Indonesia, Tangerang: Penerbit Literati, 2014. Rizieq, Habib, Hancurkan Liberalisme Tegakkan Syariat Islam, Jakarta: Suara Islam, 2011. Sulpiani, “Interaksi Sosial Masyarakat Beda Agama Di Kota Rante Pao Kabupaten Toraja”, Skripsi, Makassar, 2021. Sunarto, Ahmad, Kamus Alfikr Indonesia-Arab-Inggris Arab-Indonesia-Inggris, Rembang: Halim Jaya, 2012. Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, Jakarta: Perspektif Kelompok Gema Insani, 2006.

77 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Wasi’an, Abdullah, Islam Menjawab, Jakarta: Media Da’wah, 1989. Waskito, A.A, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Media, 2016.

Internet Hendra, Agus, Toleransi Dalam Perspektif Islam, Diakses pada

5

Januari

2022,

https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/8 71-toleransi-dalam-perspektif-islam/. Rizaty, Monavia Ayu, Jumlah Penduduk Muslim Terbesar di Dunia Tahun 2022, Diakses pada 11 Januari 2023, https://dataindonesia.id/ragam/detail/populasimuslim-indonesia-terbesar-di-dunia-pada-2022 Sarwat, Ahmad, Batasan Mu’amalah dengan Non Muslim,

Diakses

pada

5

Januari

78 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

2023,

https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-1683batasan-bermuamalah-dengan-non-muslim.html/. Syamsudin, Muhammad, Tolong Menolong Terkait Rumah Ibadah Agama Lain, Diakses pada 5 Januari

2023,

https://islam.nu.or.id/fiqih-

perbandingan/tolong-menolong-terkait-rumahibadah-agama-lain-1-pendapat-ulama-yangmelarang-SsoaH. Qomaruddien, Teten Romly, Keharaman Kawin Beda Agama Dalam Islam, Diakses pada 7 Januari 2023,

https://madrasahabi-

umi.com/2022/10/20/keharaman-kawin-bedaagama-dalam-islam/. Jurnal Lukman,

Siti

Nur

Fadlilah,

“Toleransi

Da’wah

Mohammad Natsir”, Jurnal Da’wah, IV, 1, 2021. Muslih, Akhmad, dkk, “Model Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Berlainan Agama Berbasis Hukum Adat Enggano Pada Masyarakat Terisolir dan

79 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Terpenci di Pulau Enggano”, Ejournal Unib, Bengkulu, 2021.

80 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

RIWAYAT HIDUP

Alex Sandra, lahir di Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, pada tanggal 19 Oktober 2001, kini sedang menjalani semester akhir di STID Mohammad Natsir Jakarta. Riwayat Pendidikan TK Satu Atap OKU (2006) SD N 107 OKU (2007-2013) SMP N 22 OKU (2013-2016) MA Luqmanul Hakim Batumarta (2016-2019) STID Mohammad Natsir (2019-2023)

81 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

82 | P l u r a l i s m e B e r k e d o k T o l e r a n s i

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.