S BENDERA KITA urat kabar B en d er a Kita terbit di Tarutung pada tahun 1931. Surat kabar berbahasa Indonesia ini terbit seminggu sekali, setiap hari Sabtu. Pimpinan redaksinya adalah J. Siahaan, seorang wartawan revolusioner. B e n d e r a Kita memulai penerbitannya dengan diawali dengan sebuah kritikan tajam yang ditujukan kepada pemerintah kolonial Belandayang ingin melakukan propaganda ke Tapanuli. Dalam terbitan tanggal11 Maret 1936, Bendera Kita mengingatkan kepada pembacanya beta-pa orang-orang Belanda dulunya telah berperang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Spanyol selama 80 tahun lamanya, padahal bila dikaji semua orang mengetahui bahwa Belanda dan Spanyol sama-sama pemeluk Kristen. Terhadap kaum kapitalis, Bendera Kita menjelaskan bahwa menurut agama Kristen, orang-orang kaya akan sukar untuk masuk surga dari pada orang miskin. Selain itu, Bendera Kita menyimpulkan bahwa orang-orang Jawa hanya menjadi budak modern di perkebunan milik para usahawan Barat.

Dalam perkembangan selanjutnya, J. Siahaan ditang-kap oleh polisi kolonial karena ia terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). Posisi J. Siahaan sebagai pimpi-nan redaksi Bendera Kita diganti digantikan oleh S.M. Simanjutak. Di bawah kepemimpinan S.M. Simanjuntak, Bendera Kita edisi 23 Juli tahun 1937 memuat artikel bejudul “pemerintah harus digoelisten (dihukum)”. Isinya menjelaskan bahwa perlu diadakannya pemeriksaan ke Digoel yang diduga kondisinya sangat bagi kaum pergerakan nasional yang ditahan di sana. Namun, secara pribadi S.M. Simanjuntak tidak sepen-dapat apabila kekuasaan Belanda diusir saat itu juga dari Indonesia. Meskipun begitu, ia menyesalkan mengapa peraturan keras pemerintah membuat orangorang yang tidak bersalah akan turut dipenjarakan juga. Dalam pemberitaan tanggal 30 Juli 1927, Bendera Kita berusaha membahas masalah mata-mata Belanda yang sekarang telah menjadi pemimpin yang cukup berani berterus-terang mengupas kebusukandan keburukan pemerintah kolonial. Menurut keterangan yang didapat dalam Bendera Kita, diketahui bahwa pada dasarnya dengan memberi kesempatan kepada seorang kaki tangan seperti itu, maka pemerintah kolonial sebetulnya tidak menindas gerakan revolusioner melainkan akan mendu-kungnya. Pada tanggal 10 September 1937, surat kabar ini telah berhenti terbit lantaran kelemahan di bidang administrasi.