Buku 100 soal jawab ZIS (4)_230328_144040_230328_150138 Flipbook PDF


55 downloads 121 Views 13MB Size

Story Transcript

1

100 Soal Jawab Seputar

ZIS

&

Perkara Yang Berkaitan Dengannya

Syariat Zakat - Zakat Emas, Perak dan Uang Zakat Perdagangan - Zakat Hasil Tani Zakat Tambang dan Rikaz Zakat Peternakan - Zakat Madu - Zakat Profesi Zakat Fitrah - Infaq Sedekah - Waqaf - Hibah Aqiqah - Kurban Kaffarah Nadzar dan Sumpah - Fidyah Puasa Hukum Mewakilkan ZIS Pada Lembaga Tertentu

Penyusun:

Maulana La eda, Lc

2

Rekomendasi Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Zakat merupakan amaliah ijtima’iah dan salah satu dari rukun Islam yang mempunyai status dan fungsi penting dalam syariat Islam sehingga Alquran menegaskan kewajiban zakat bersamaan dengan kewajiban salat di (dua puluh delapan) ayat. Upaya memahamkan pentingnya zakat dan ilmu tentang zakat terhadap kaum muslimin harus senantiasa dilakukan. Di antara upaya tersebut adalah dengan memperbanyak tulisan-tulisan tentang zakat yang mengedukasi dan mudah untuk dipahami oleh kaum muslimin. Buku "100 Soal Jawab Seputar ZIS & Perkara Yang Berkaitan Dengannya" yang disusun oleh ustadz Maulana La Eda, Lc (anggota Dewan Syariah Wahdah Islamiyah) ini memuat berbagai persoalan yang sering ditanyakan oleh masyarakat terkait zakat dan dijawab dengan bahasa yang mudah dimengerti insyaAllah. Karena itu Dewan Syariah Wahdah Islamiyah merekomendasikan buku ini menjadi salah satu rujukan dalam literasi zakat baik oleh Amil Zakat maupun kaum muslimin secara umum.

Dewan Syariah Wahdah Islamiyah

3

Kata Pengantar Penyusun

‫ا‬ ‫لَ سّ كَ هُ كََكْْ هُ ْْ كَكَ ْمكُه ل كََككَكَاُهُه‬ ‫ْ اا‬ ‫ّ كَُه َلَ سّ كَُ ََكى َكِاْاَكا ممُ َََكى آَااُ ََِْا اُ َ ْ ا‬ ‫ كََك ْْ هُ؛‬,‫ن‬ ‫كك‬ ‫كمكْ ْ ك‬ ْ‫كك‬ ّ ‫لحك ْم هُ ل كَلَ س ك ه ك‬ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan anugrah kemudahan dalam penyusunan buku sederhana ini yaitu seputar panduan ZIS dan berbagai perkara yang berkaitan dengannya berupa waqaf, hibah, kaffarah, fidyah, kurban ataupun aqiqah. Buku panduan praktis berupa soal-jawab ringkas yang berjumlah seratus poin ini merupakan salah satu usaha untuk mendekatkan atau memudahkan pemahaman masyarakat umum terhadap ZIS dan yang berkaitan dengannya, sehingga disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan. Semoga dengan hadirnya buku panduan sederhana ini bisa semakin menumbuhkan semangat dan kesadaran masyarakat dalam berislam khususnya yang ada kaitannya dengan kewajiban zakat serta infaq dan sedekah, aamiin. Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ustadz Syahruddin (Ketua LAZ Wahdah Islamiyah), sebab beliaulah yang pertama kali memberikan saran penyusunan buku ini serta tak henti-hentinya memberikan semangat dalam penyempurnaannya. Wassalaam.

Penyusun Maulana La Eda, Lc

4

Daftar Isi Kata Pengantar Dewan Syariah Wahdah Islamiyah

(2)

Kata Pengantar Penyusun

(3)

Daftar Isi

(4)

Syariat Zakat

(5)

Zakat Emas, Perak dan Uang

(13)

Zakat Perdagangan

(20)

Zakat Hasil Tani

(24)

Zakat Tambang dan Rikaz

(27)

Zakat Peternakan

(29)

Zakat Madu

(33)

Zakat Profesi

(35)

Zakaf Fitrah

(37)

Infaq Sedekah

(42)

Waqaf

(50)

Hibah

(54)

Aqiqah

(57)

Kurban

(60)

Kaffarah Nadzar dan Sumpah

(63)

Fidyah Puasa

(66)

Hukum Mewakilkan ZIS Pada Lembaga Tertentu

(69)

5

Syariat Zakat 1. Soal : Kenapa zakat diwajibkan dalam islam ? Bahkan sampai menjadi salah satu rukun utama dalam rukun islam yang lima ? Jawab: Islam sebagai agama yang universal dan sempurna, tidak hanya memperhatikan sisi akhirat saja, namun juga sangat memperhatikan sisi keduniaan dengan segala lika likunya termasuk perkara sosial dan ekonomi. Lantaran besarnya perhatian islam terhadap perkara sosial dan ekonomi ini maka ia mewajibkan adanya zakat ini kepada muslim yang memenuhi syarat-syarat wajibnya sebagai solusi terbesar dalam mengatasi kesenjangan sosial dan mengentaskan kemiskinan dalam kehidupan bermasyarakat. Besarnya peran zakat dalam mengatasi problem-problem sosial dan ekonomi inilah yang menjadikan ia sebagai salah satu rukun yang terbangun diatasnya ajaran-ajaran islam sebagaimana dalam hadis popular: "Islam dibangun diatas lima perkara / rukun: Syahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu" (HR Bukhari: 1496 dan Muslim: 19). Bahkan dalam Al-Quran, Allah ta'ala sampai-sampai menyandingkan penyebutan dan perintah wajibnya zakat ini dengan kewajiban shalat dalam 82 ayat, diantaranya ayat: "Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat" (QS Al-Baqarah: 110).1 2. Soal: Adakah hikmah dan manfaat dari diwajibkannya syariat zakat ini bagi diri pribadi seorang muslim dan bagi masyarakat islam atau umat manusia secara umum ? Jawab: Zakat ini disyariatkan dengan banyak hikmah dan manfaat besar diantaranya: 1. Sebagai cara mensucikan harta pribadi yang mungkin telah dikotori oleh 1 .Lihat: Shahih Fiqh Sunnah: 2/5-6

6

hasil yang haram, serta sebagai cara untuk mengembangkannya dan menjaganya dari kepunahan. 2. Untuk mensucikan hati dan jiwa dari berbagai sifat kikir, tamak dan bakhil. Allah ta'ala berfirman: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu dapat membersihkan mereka (dari dosa dan sifat buruk) dan mensucikan harta mereka" (QS At-Taubah: 103) 3. Sebagai penghibur dan bantuan materi bagi orang-orang yang membutuhkan baik dari kalangan fakir miskin, atau golongan lainnya yang berhak mendapatkan zakat. 4. Sebagai solusi atas problem masyarakat secara umum khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi yang mana dengannya umat ini bisa berjaya dan kuat dalam berbagai bidang kehidupan. 5. Sebagai ucapan syukur dan tanda terima kasih kepada Allah ta'ala yang telah memberikan karunia harta tersebut. 6. Mendekatkan hubungan kasih sayang dan pergaulan antara si miskin dan si kaya. 7. Menghindari adanya kejahatan sosial berupa pencurian dan perampokan dari mereka yang miskin karena tidak mendapatkan penghasilan dan harta yang seharusnya menjadi hak mereka yaitu harta zakat dan sedekah. 1 3. Soal: Adakah syarat-syarat yang mengharuskan seorang muslim diwajibkan mengeluarkan zakat? Dan siapakah yang berhak menerima zakat ini ? Jawab: Ya, secara umum syarat-syarat yang mewajibkan seorang muslim untuk mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut: 1. Beragama islam, 2. Merupakan orang merdeka, bukan hamba sahaya, 3. Memiliki batasan harta bersih yang sampai atau lebih dari nishab (jumlah minimal harta bersih yang wajib dikeluarkan zakatnya). 4. Bila harta tersebut telah ditabung atau disimpan selama setahun atau lebih, kecuali pada zakat pertanian dimana zakatnya dikeluarkan ketika panen, dan tidak menanti genap satu tahun. 5. Harta tersebut merupakan miliknya secara keseluruhan.2 1 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal.107 dan Fiqh Islam: hal. 217-218 2 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal.111 dan Fiqh Islam: hal.193-194

7

Adapun golongan orang yang berhak menerima zakat ini, maka ada 8 golongan sebagaimana telah disebutkan oleh Allah ta'ala dalam Al-Quran yaitu: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu-allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajib1qkan Allah ; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS At-Taubah : 60) 4. Soal: Siapakah yang tidak berhak menerima harta zakat ini ? Jawab: Golongan orang yang tidak berhak menerima harta zakat adalah; 1. Orang yang kaya baik karena dari harta warisan ataupun dengan usaha. Dalam hadis; "Tidak halal bagi orang kaya dan orang yang memiliki kekuatan (tenaga) untuk mengambil sedekah (zakat)". (HR Ahmad; 6530, Abu Daud: 1634, dan Tirmidzi: 658, hadis hasan) 2. Hamba sahaya, karena mereka mendapatkan nafkah dari tuan mereka. 3. Kerabat dan keturunan Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam (Ahli Bait). Dengan dalil ketika Nabi melihat cucunya Hasan mengunyah kurma beliau bersabda padanya: "Jijik, jijik, buanglah kurma itu, tidak tahukah kamu bahwa kita (Ahli Bait) tidak boleh mengambil sedekah (zakat) ?". (HR Muslim; 1069). 4. Orang yang nafkah kehidupannya berada dalam tanggungan orang kaya yang wajib berzakat. Artinya orang yang wajib berzakat tidak boleh memberikan harta zakat tersebut pada orang yang menjadi tanggungannya dalam nafkah dan kehidupannya. 5.Orang kafir, mereka tidak berhak mendapatkan zakat kecuali orang-orang atau pembesar mereka yang diharapkan keislamannya1. 5. Soal: Apa batasan kategori fakir atau miskin yang berhak menjadi penerima zakat ? Karena masih banyak terdapat simpang siur dalam masalah ini dan agar tidak salah menilai orang lain sebagai fakir atau miskin ! Jawab: Secara umum kategori fakir atau miskin yang disimpulkan dari berbagai 1 . Lihat: Fiqh Islam: hal. 215-216

8

pendapat madzhab dan para ulama adalah sebagai berikut: 1. Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta ataupun penghasilan, atau bila memiliki harta / penghasilan maka tidak akan mencukupi setengah dari kebutuhan harian atau bulanannya secara menyeluruh berupa kebutuhan pangan, sewaan rumah atau kebutuhan primer lainnya. 2. Adapun miskin maka ia adalah orang yang memiliki harta atau penghasilan melebihi setengah dari kebutuhan primer harian atau bulanannya, hanya saja tidak sampai sepenuhnya. Kategori keduanya bisa diketahui lewat pandangan umum kebiasaan masyarakat disuatu tempat, atau lewat pengakuan dan penampilan lahirnya dengan adanya bukti bahwa ia memang benar-benar miskin, Wallaahu a'lam.1 6. Soal: Apa hukum dan ganjaran bagi mereka yang enggan mengeluarkan zakat ? Jawab: Orang yang mengingkari adanya kewajiban zakat ini dan tidak mengakuinya maka ia telah kafir karena telah kafir terhadap salah satu rukun islam dan mendustakan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis shahih tentang kewajiban zakat. Ini sesuai ijma' / kesepakatan seluruh ulama islam. Adapun orang yang mengakui wajibnya zakat namun enggan membayar zakat maka ia mendapatkan dosa yang sangat besar, dan diancam mendapatkan azab diakhirat kelak: "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, namun tidak menginfakkannya di jalan Allah (membayar zakatnya), maka beritakanlah kepada mereka akan azab yang pedih". (QS.Attaubah: 34). Bagi orang yang enggan membayar zakat dan berada dalam kekuasaan hukum islam, maka pemerintah islam harus memaksa orang tersebut untuk membayar zakat hartanya. Adapun bila ia berada diluar kekuasaan hukum islam, maka pemerintah islam harus memerangi mereka sebagaimana yang dilakukan Khalifah Abu Bakr Al-Shiddiq radhiyallahu'anhu ketika memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat.2 7. Soal: Bagaimanakah hukumnya bila saya mengeluarkan zakat di daerah lain, 1.Lihat:http://www.onislam.net/arabic/zakah-counsels/8518/79694-2004-0801%2017-37-04.html , dan Fatawa Nur 'Ala Al-Darb –Syaikh Ibnu Baaz: 15/102 2.Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/8-11, Tuhfah Al-Ikhwaan: 139-140, AlMawsu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah: 23/231, dan Fiqh Zakat: 1/92

9

bukan di daerah tempat saya tinggal ? Jawab: Boleh hukumnya bagi anda untuk mengeluarkan zakat di daerah atau negeri lain, namun apabila di daerah anda terdapat orang-orang fakir atau miskin baik dari kalangan kerabat anda atau orang lain yang lebih membutuhkan maka mengeluarkan zakat di daerah anda sendiri untuk mereka lebih utama dari pada mengeluarkannya di daerah lain. Sedangkan jika ada alasan untuk mengeluarkannya di daerah lain maka hukumnya boleh apalagi bila mereka sangat membutuhkan bantuan harta dan materi, demikian pula boleh hukumnya mengirimkan zakat untuk kaum mujahidin dan para dai yang berjihad dan berdakwah demi menegakkan agama Allah karena mereka sangat membutuhkan bantuan materi dan didalamnya terdapat maslahat yang besar.1 8. Soal: Apa hukumnya memberikan zakat dan sedekah pada orang kafir yang fakir miskin ? Jawab: Pada asalnya zakat tidak boleh diberikan kepada orang-orang kafir baik sedikit ataupun banyak, baik orang kafir yang berdamai dengan umat islam (dzimmi atau mu'aahid) ataupun yang memerangi umat islam (mu'aahaid) kecuali kepada pembesar-pembesar mereka yang apabila diberikan harta zakat tersebut akan menimbulkan maslahat besar bagi umat islam seperti ia dan pengikut-pengikutnya akan tertarik dan masuk islam atau dengan pemberian zakat tersebut setidaknya mereka akan membela umat islam dan tidak memberikan mudharat pada mereka. Orang-orang seperti ini masuk dalam kategori golongan para muallaf yang dibujuk hatinya dengan zakat tersebut (al-muallafati quluubuhum). Sedangkan sedekah yang hukumnya sunat maka boleh diberikan kepada orang kafir yang berdamai dengan umat islam (dzimmi atau mu'aahid) karena umat islam diperbolehkan untuk berbuat baik dengan mereka sebagaimana dalam firman-Nya: "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama, dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu . Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". (QS AlMumtahanah; 8). Adapun orang kafir muhaarib yaitu orang yang negerinya berperang dengan 1 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb -Syaikh Ibnu Baaz: 15/100-101.

10

umat islam maka tidak boleh diberikan sedekah1. 9. Soal: Ada kenalan saya yang sangat kaya tapi sudah bertahun-tahun tidak pernah membayar zakat hartanya, apa yang harus ia lakukan ? Jawab: Hal pertama yang wajib ia lakukan adalah bertaubat kepada Allah ta'ala karena telah bertahun-tahun meninggalkan kewajiban yang merupakan salah satu rukun islam. Ia harus bertekad untuk tidak mengulangi kelalaian ini di tahun-tahun mendatang. Selanjutnya ia wajib menghitung jumlah tahun yang ia lalai membayar zakat di dalamnya, lalu memperkirakan berapa jumlah zakat tersebut pertahun dan total ketunggakannya dalam tahun-tahun tersebut.2 Misalnya selama 10 tahun ia tidak membayar zakat, maka dihitung zakat pertahunnya terlebih dahulu, bila pada 5 tahun pertama; zakat hartanya setiap tahun misalnya 1 juta, dan pada 5 tahun kedua; zakat hartanya setiap tahun 2 juta, maka ditotal seluruh zakat yang wajib ia bayarkan adalah 15 juta. 10. Soal: Bolehkah menunda pembayaran zakat hingga tahun depan ? Dan bagaimana hukumnya kalau ada orang yang menyegerakan pembayaran zakatnya tahun depan dengan membayarnya pada saat sekarang ? Jawab: Seorang muslim wajib membayar zakat ketika hartanya telah tertabung selama setahun, hanya saja ia boleh menundanya bila ia memiliki udzur atau alasan syar'i, seperti karena uang tersebut dihutang oleh orang lain dan belum dibayar sedangkan ia juga sangat perlu dengan harta atau uang. Namun wajib baginya, bila hutang tersebut telah dibayar padanya, untuk segera mengeluarkan zakatnya. Sedangkan menyegerakan pembayaran zakat walaupun hartanya belum tertabung sampai satu tahun penuh, maka hukumnya boleh, apalagi bila ia melihat adanya maslahat besar dalam penyegeraan pembayaran zakat tersebut. Misalnya, hartanya akan sampai setahun bila Ramadhan nanti, tapi karena pada bulan Rajab atau Sya'ban ia melihat ada orang fakir miskin 1 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/292-293 2 . Lihat: Fatawa Nur Ala Al-Darb: 15/17, dan Fatawa Arkaan Al-Islaam -Syaikh Ibnul-'Utsaimin: hal.427

11

yang membutuhkan uang atau harta tersebut, maka tidak mengapa baginya untuk segera menolong mereka dengan membayarkan zakat harta tersebut walaupun belum sampai setahun, dan ini sesuai anjuran Nabi shallallahu'alaihi wasallam pada paman beliau 'Abbas bin AbdulMuththalib radhiyallahu'anhu agar menyegerakan pembayaran zakatnya dalam hadis shahih, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu: "Bahwasanya Abbas bin Abdul-Muththalib paman Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam meminta izin pada Rasulullah untuk menyegerakan pembayaran zakatnya sebelum tiba masa setahun, maka beliau pun memberikan padanya kelonggaran untuk melakukannya". (HR Abu Daud: 1624, dan Tirmidzi: 685). Adapun syarat harus tertabung selama setahun hanyalah merupakan syarat wajib, bukan syarat sahnya pembayaran zakat, Wallaahu a'lam.1 11. Soal: Adakah doa khusus ketika memberikan zakat atau bersedekah pada fakir miskin ? Dan apakah ada doa khusus yang diucapkan penerima zakat ketika menerima zakat ? Jawab: Tidak ada doa khusus atau doa yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam tentang doa ketika membayar zakat atau bersedekah2. Hanya saja seorang muslim hendaknya memperbanyak doa ketika membayar zakat karena hal ini merupakan suatu ketaatan yang pelakunya sangat mustajab doanya disisi Allah ta'ala. Sebagian ulama menyunnahkan membaca doa yang terdapat dalam HR Ibnu Majah (1797) yang berbunyi: "Allaahumma ij'alhaa maghnaman, walaa taj'alhaa maghraman" (Ya Allah jadikanlah zakat ini sebagai suatu keuntungan, dan jangan jadikan ia sebagai sebuah kerugian)". Namun derajat hadis ini sangat lemah sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil, namun apabila seorang muslim tetap mengucapkannya dan juga mengucapkan doa lainnya ketika membayar zakat maka tidak mengapa insyaa Allah asal ia tidak meyakini bahwa doa ini berasal dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam3. Sedangkan penerima zakat, maka ia juga tidak memiliki doa khusus ketika menerima zakat, hanya saja dianjurkan baginya untuk memperbanyak ucapan syukur kepada Allah ta'ala, dan berdoa untuk pembayar zakat serta 1 .Fatawa Lajnah Daaimah: 9/422, Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/300-302, dan Fatawa Syaikh Al-'Utsaimin: 18/328, 2 . Fatawa Lajnah Daaimah: 6505 (9/387). 3.Lihat:http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=148135

12

ucapan terima kasih kepadanya. 12. Soal: Saya ingin bertanya tentang hukumnya memberikan zakat atau sedekah pada kerabat, misalnya: orangtua, anak, saudara, saudari, istri, atau suami ? Jawab: Hukum memberikan zakat atau sedekah pada kerabat hukumnya terperinci sebagai berikut: -Bila kerabat tersebut adalah orang yang wajib dinafkahi dan berada dalam tanggungan kita seperti anak, cucu, kedua orangtua, kedua kakek nenek, atau istri, maka mereka ini tidak boleh diberikan zakat dari harta kita karena mereka cukup mendapatkan harta nafkah dari kita dan menjadi tanggungan kita dalam kesehariannya. -Adapun kerabat selain mereka seperti saudara, saudari, paman, bibi, kemenakan, dan semisalnya maka boleh diberikan zakat dengan dua syarat: 1-Bila mereka merupakan orang-orang yang berhak menerimanya, 2-Bila mereka tidak tinggal bersama kita atau nafkah kehidupan mereka tidak menjadi tanggungan kita. Jika mereka tinggal dengan kita dan kitalah yang menafkahi kebutuhan harian mereka maka tidak perlu memberikan mereka harta zakat karena kewajiban anda atas mereka hanyalah terletak pada nafkah tersebut bukan pada zakat. Memberikan zakat pada kerabat merupakan zakat yang paling utama karena bernilai dua pahala; zakat dan penguatan silaturrahim sebagaimana dalam hadis: "Memberikan sedekah (zakat) pada orang miskin (yang bukan kerabat) bernilai sedekah, adapun memberikannya pada kerabat (yang miskin) maka bernilai dua; sedekah sekaligus penguatan silaturrahim". (HR Tirmidzi: 664, Nasai: 2582, dan Ibnu Majah: 1844 dengan derajat hasan). Adapun seorang istri yang kaya sedangkan suaminya miskin maka ia boleh memberikan zakatnya pada sang suami dengan alasan bahwa sang istri tidak berkewajiban memberikan nafkah pada suami sehingga iapun dibolehkan memberikan zakat atau sedekah padanya, sesuai dengan dalil perintah Nabi shallallahu'alaihi wasallam pada istri Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu agar memberikan sedekah pada suaminya (dalam Shahih Bukhari: 1462).1 1 .Lihat: Fatawa Nur Ala Al-Darb: 15/212-217 dan Fatawa Arkaan Al-Islaam:

13

Zakat Emas dan Perak Atau Nilainya Berupa Uang 13. Soal: Adakah syarat-syarat khusus agar wajib membayar zakatnya emas, perak atau nilainya yang berupa uang? Berapa nishab dan miqdar (kadar) pembayaran zakatnya? Jawab: Ya, syarat-syarat wajib pengeluaran zakat emas atau perak atau nilainya yang berupa uang tabungan sudah dijelaskan pada jawaban soal no. 3 sebelumnya. Hanya saja dalam zakat emas atau perak atau nilainya berupa uang yang sudah tertabung selama setahun ini harus mencapai jumlah nishab harta yang wajib dizakatkan yaitu: 1. Emas harus mencapai 20 dinar, setara dengan 85 gram emas murni, sesuai hadis: "Anda tidak wajib berzakat (pada emas) hingga engkau mempunyai 20 dinar, apabila engkau mempunyai 20 dinar dan telah cukup satu tahun, maka wajib zakat padanya setengah dinar" (HR Abu Daud: 1573, hasan). 2. Perak harus mencapai 200 dirham, setara 595 gram perak murni, sesuai hadis: "Tidak ada zakat (bagi perak) dibawah 5 uwaaq (200 dirham)" (HR Bukhari: 1405, dan Muslim: 979). 3. Adapun nilainya berupa uang maka harus mengacu pada salah satunya, bila seseorang menjadikan standar nishab zakatnya pada emas maka jumlah nishab harta zakat tersebut adalah; 85 gram emas x harga 1 gram emas (misalnya: Rp 500,000,-) = Rp 42,500,000,-. (Empat Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah). Adapun bila menjadikan standar nishab zakatnya pada perak, maka jumlah harta tersebut adalah: 595 gram perak x harga 1 gram perak (misalnya: Rp 11,000,-) = Rp 6,545,000,-. (Enam Juta Lima Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah). Adapun kadar atau miqdar pembayaran zakatnya maka 2,5 % dari total jumlah harta, sesuai hadis: "Pada emas-perak, maka zakatnya adalah seperempat puluh (2,5 %)". (HR Bukhari: 1454). Misalnya jumlah hartanya Rp 100 juta, maka dikeluarkan 2,5 % dari Rp 100 juta tersebut yaitu sekitar Rp 2,5 juta.1 hal.443 1 . Lihat: Syarh Arkaan Al-Islam: hal.114

14

14. Soal: Apakah uang giral berupa deposito, giro, cek, atau surat berharga lainnya wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana mata uang kartal/uang biasa secara umum? Jawab: Ya, karena uang giral merupakan salah satu jenis uang yang bernilai maka ia dihukumi seperti uang kartal biasa pada umumnya. Sehingga bila uang giral ini sudah sampai satu tahun dan nilainya juga sampai pada nishab wajib zakat, maka wajib dikeluarkan zakatnya seperti halnya uang biasa. Bila seseorang memiliki uang kartal dan juga memiliki uang giral, maka ia harus menggabungkan jumlah total keduanya, bila sampai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya dengan kadar 2,5 %. Wallaahu a'lam. 15. Soal: Apakah kita harus berpatokan pada nishab zakat emas atau nishab zakat perak? Ataukah dibolehkan memilih salah satunya? Jawab: Bila anda memiliki emas maka ukuran nishabnya adalah 20 dinar (85 gram), dan apabila anda memiliki perak maka ukuran nishabnya adalah 200 dirham (595 gram). Namun apabila anda memiliki tabungan uang yang telah berlangsung setahun, maka berdasarkan berbagai pendapat ulama dapat disimpulkan bahwa patokan nishab zakat uang boleh dipilih antara nishab emas atau nishab perak. Hanya saja dalam masyarakat kita, bahkan masyarakat islam secara umum, orang-orang atau lembaga zakat lebih memilih ukuran nishab emas dari pada perak dengan pertimbangan memberikan keringanan pada mereka yang berada pada golongan menengah. Hanya saja bila ada orang yang menghitung hartanya dan mengeluarkan zakat dengan patokan nishab zakat perak, maka boleh-boleh saja1. Silahkan merujuk ke soal-jawab no. 13 sebelumnya. 16. Soal: Bila saya memiliki emas senilai 20 gram, dan uang senilai 20 juta, maka apakah nilai emas tersebut harus ditambah dengan uang 20 juta sehingga jumlah total keduanya mencapai nishab zakat? Ataukah tidak perlu digabung sehingga saya tidak membayar zakat karena masing-masing harta 1 . Lihat: Syarh Arkaan Al-Islam: hal.115

15

tersebut tidak sampai nishab? Jawab: Ya, bila anda memiliki dua jenis harta tersebut; emas dan uang, atau perak dan uang, atau perak dan emas, atau memiliki ketiga-tiganya, maka anda harus menjumlahkan nilai total keseluruhan dari kedua atau ketiga harta ini. Jika setelah ditotalkan jumlahnya mencapai nishab emas (senilai 85 gram emas), maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 %. Dalam pertanyaan ini, harta anda ada dua: 1). 40 gram emas yang setara dengan Rp 20 juta (bila harga emas; Rp 500,000,- / gram). 2). Uang tunai dengan jumlah 20 juta. Keduanya harus ditambahkan sehingga menjadi Rp 40 juta. Bila 40 Juta ini sudah sampai nishab zakat emas, maka wajib bagi anda untuk mengeluarkan 2,5 % dari Rp 40 juta ini sebagai zakat harta anda yaitu sekitar Rp 1,000,000,- (Satu Juta Rupiah Rupiah). Wallaahu a'lam. 17. Soal: Apa ada kategori khusus untuk emas yang dizakatkan? Bila ada, maka apakah zakatnya harus dibayar dalam bentuk emas atau boleh dalam bentuk uang senilai kadar zakat emas tersebut? Jawab: Tidak ada kategori khusus untuk emas yang akan dizakatkan. Semua emas yang dimiliki baik yang dipakai atau yang disimpan harus segera dizakatkan 2,5 % dari jumlah totalnya dengan syarat: 1.Kepemilikan emas tersebut telah mencapai satu tahun. 2.Jumlah total emas yang dimiliki -baik yang dipakai atau yang disimpanmencapai nishab zakat emas yaitu 85 gram emas murni. Sebagian ulama berpendapat bahwa emas ini wajib dibayar zakatnya baik jumlahnya mencapai nishab zakat atau tidak sesuai hadis: "Bahwa dua orang wanita mendatangi Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan ditangan mereka terdapat gelang emas, maka beliau bersabda pada mereka berdua: "Apakah kalian membayar zakat gelang emas ini?". Mereka menjawab: "tidak", maka beliau bersabda: "Sukakah kalian bila Allah memakaikan kalian berdua gelang dari api neraka?", mereka menjawab: "tentu tidak", beliau bersabda: "Kalau begitu, bayarlah zakatnya". (HR Abu Daud: 1563, Tirmidzi: 637, dan Nasai: 2479). Namun yang benar adalah emas tidak dizakatkan kecuali kalau jumlahnya

16

mencapai nishab 85 gram, karena hadis ini secara tersirat memiliki kesimpulan bahwa ancaman neraka tersebut hanya berlaku bila jumlah emas tersebut mencapai nishab tapi tidak dibayar zakatnya, kesimpulan ini tentunya didapat setelah hadis tersebut digabungkan dengan hadis-hadis lain yang menyatakan bahwa nishab emas adalah 20 dinar = 85 gram.1 Adapun jenis pembayarannya maka boleh dengan emas tersebut, dan juga boleh dengan nilainya berupa mata uang yang berlaku di negara tertentu. Wallaahu a'lam.2 18. Soal: Apa hukumnya membayar zakat uang dalam bentuk sembako atau pakaian atau barang lainnya? Jawab: Pada dasarnya, zakat harta atau zakat uang harus dikeluarkan zakatnya dengan uang pula, dan ini merupakan pendapat jumhur ulama. Artinya zakat harta atau uang ini tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk lain seperti sembako, atau pakaian. Akan tetapi banyak juga ulama yang menyatakan bolehnya zakat harta ini dikeluarkan dalam bentuk sembako atau pakaian dengan syarat adanya maslahat besar dari hal tersebut, misalnya orang fakir miskin tersebut tidak pintar menggunakan uang, atau kurang waras, hingga dikhawatirkan uang tersebut disalah gunakan olehnya, atau bila orang fakir tersebut lebih membutuhkan sembako dan pakaian dibanding uang. Tentunya kebolehan ini berangkat dari tujuan utama dari zakat tersebut yaitu memberikan kecukupan dan manfaat harta pada yang membutuhkan, sehingga pengeluaran jenis zakat harus disesuaikan dengan kebutuhan yang mereka perlukan.3 19. Soal: Mana yang lebih utama; memberikan zakat pada satu orang saja agar ia bisa menjadikannya sebagai modal usaha atau memberikannya pada banyak orang agar banyak yang mendapatkan manfaat dari harta tersebut? Jawab: Salah satu tujuan utama zakat adalah agar dengan zakat tersebut kaum fakir miskin tidak lagi mengemis dan bisa mencukupi kebutuhan hariannya. 1 . Tuhfah Al-Ikhwan: hal.146 2 . Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/96 3 . Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah: 25/82, dan Majmu' Fatawa Ibnu Baaz: 14/253

17

Sehingga pembagian zakat pada mereka harus dilihat dari sisi maslahatnya. Bila zakat tersebut diserahkan pada satu orang yang mana zakat ini bisa ia jadikan modal untuk usaha agar tidak lagi mengemis atau berada dalam kefakiran maka ini lebih utama dari pembagian harta zakat kepada banyak penerima tapi tidak bisa mengeluarkan mereka dari kesempitan hidup bahkan harta zakat tersebut biasanya habis dibelanjakan hanya dalam beberapa hari. Namun bila harta zakat tersebut begitu banyak maka tidak mengapa baginya membagikan zakat tersebut pada beberapa orang dengan jumlah yang cukup bagi masing-masing mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam jangka panjang atau untuk modal usaha. 20. Soal: Ada orang yang hartanya tidak mencapai nishab zakat atau hampir mencapainya, dalam artian ia tidak wajib membayar zakat, namun apakah ia boleh membayar zakat harta tersebut dan mendapatkan pahala membayar zakat? Jawab: Orang yang memiliki harta namun jumlahnya tidak sampai nishab zakat maka ia tidak diwajibkan membayar zakat. Namun bila ia ingin berbaik hati, maka boleh-boleh saja baginya mengeluarkan zakat hartanya tersebut namun hal itu tidak akan dianggap sebagai zakat, dan hanya sebagai sedekah biasa saja. Ini sesuai dalil umum dalam hadis: "Barangsiapa yang tidak memiliki onta kecuali empat ekor saja, maka tidak wajib pemiliknya membayar sedekahnya (zakatnya), kecuali bila pemiliknya berbaik hati menyedekahkannya (dalam bentuk sedekah)". (HR Bukhari: 1454). Dalam hadis ini, nishab zakat onta adalah 5 ekor, sehingga bila onta tersebut atau harta lainnya semisal emas, perak atau uang tidak sampai nishab -seperti kondisi nishab onta dalam hadis diatas-, pemiliknya tetap disunatkan mengeluarkan zakat darinya, namun hanya dianggap sebagai harta sedekah saja lantaran jumlah harta tersebut belum sampai nishab, Wallaahu a'lam1. 21. Soal: Adakah zakat perhiasan yang dipakai atau disimpan selain emas dan perak seperti mutiara, intan, batu akik dan batu berharga lainnya ? Jawab:

1 . Lihat: http://islamqa.info/ar/138703

18

Perhiasan selain emas dan perak tidaklah memiliki zakat kecuali kalau perhiasan tersebut dijadikan sebagai barang dagangan yang mana nilai jualnya mencapai jumlah nishab zakat emas (seharga 85 gram emas) dan telah lewat satu tahun. Adapun kalau hanya dijadikan perhiasan maka tidak dikeluarkan zakatnya karena zakat hanya wajib pada perhiasan emas atau perak. Wallaahu a'lam.1 22. Soal: Saya memiliki harta atau sejumlah uang namun dipinjam oleh orang lain, uang tersebut telah sampai setahun dan jumlahnya lumayan banyak. Apakah wajib bagi saya membayar zakat uang tersebut padahal masih dipinjam oleh orang lain ? Jawab: Pembayaran zakat harta yang dihutang oleh orang lain ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: Pertama: Bila orang yang berhutang tersebut termasuk orang yang bisa membayar hutangnya artinya anda (orang yang berpiutang) bisa saja menagih pembayaran hutang tersebut, maka zakat anda memiliki beberapa hukum: 1. Anda tidak wajib membayarkan zakat harta yang dihutang tersebut sebelum hutang tersebut dibayar pada anda, bila telah dibayar maka anda harus mengeluarkan zakatnya berdasarkan jangka tahun hutang tersebut. Misalnya hutang tersebut baru dilunasi selama dua tahun, maka ketika anda sudah menerimanya, anda wajib membayar zakatnya selama dua tahun tersebut. 2.Namun bila anda berkeinginan membayar zakat tersebut dahulu dengan uang atau harta yang ada ditangan anda sekarang maka hukumnya boleh, dan setelah hutang tersebut dilunasi anda tidak diwajibkan menzakatkan harta yang dihutang tersebut. Dua hukum ini diambil karena anda bisa saja menagih hutang tersebut darinya, namun anda tidak melakukannya atas pilihan anda sehingga anda tetap dikenakan zakat karena harta tersebut hakikatnya berada dalam genggaman tangan anda. Kedua: Bila orang yang berhutang tersebut termasuk orang yang tidak mampu, atau orang yang mampu tapi sangat susah ditagih karena pelit atau lainnya, maka hutang tersebut tidak wajib dizakatkan setiap tahun selama 1 . Lihat: Tuhfah Al-Ikhwan: 15/151

19

jangka waktu hutang tersebut, karena harta tersebut tidak ada dalam genggaman anda dan tidak mungkin anda menagih dan mendapatkannya. Dan bila suatu saat nanti ia membayarnya, maka anda tidak wajib membayar zakat apa-apa dari harta hutang tersebut, namun sebagian ulama menyatakan bahwa untuk kehati-hatian hendaknya anda membayar zakatnya untuk satu tahun saja, Wallaahu a'lam1. 23. Soal: Ada orang yang memiliki sejumlah harta namun ia juga memiliki hutang pada orang lain dengan jumlah yang besar, apakah tetap wajib baginya membayar zakat ? Jawab: Ia tetap wajib membayar zakat bila hartanya tersebut mencapai nishab zakat, karena harta tersebut merupakan hak milik pribadinya yang wajib dizakati dan adanya hutang tidak menghalangi pembayaran zakat tersebut2. 24. Soal: Apakah barang mewah seperti mobil pribadi, atau rumah pribadi, atau tanah wajib dizakatkan ? Jawab: Barang-barang -selain emas atau perak- yang digunakan untuk keperluan pribadi seperti mobil, rumah, tanah, atau lainnya tidaklah dizakatkan sesuai sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam: "Tidak wajib atas seorang muslim membayar sedekah (zakat) dari hamba sahaya dan kuda tunggangannya". (HR Bukhari: 1464 dan Muslim: 982). Namun apabila mobil, rumah, atau tanah tersebut dijadikan sebagai barang jualan dan belum laku hingga satu tahun, maka wajib dizakatkan bila harganya mencapai nishab senilai 85 gram emas (sesuai nishab zakat barang dagangan)3.

1 . Lihat: Fatawa Arkaan Al-Islam: hal.424 2 . Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/242 3 . Lihat: Fatawa Arkaan Al-Islam: hal.436

20

Zakat Perdagangan 25. Soal: Apaituzakatperdagangandanbagaimanacaramenghitungnishabdan membayar kadar zakatnya?

Jawab: Zakat perdagangan adalah zakat yang wajib dikeluarkan karena nilai barang dagang yang sedang dijual telah mencapai nishab dan telah mencapai satu tahun. Nishab zakat perdagangan ini adalah senilai nishab zakat emas yaitu seharga 85 gram emas, dan miqdar/kadar pembayaran zakatnya adalah 2,5 % dari jumlah total nilai barang dagangan. Cara menentukannya adalah bila pada tanggal tertentu (misalnya 1 Muharram) ia telah tahu bahwa barang dagangnya sudah mencapai nishab, maka pada tanggal 1 Muharram tahun depannya harga barang-barang dagang tersebut beserta harga jualnya yang tertabung harus dihitung semua dan bila jumlah total semuanya tetap pada jumlah tahun lalu atau lebih, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 %.1 Namun bila membayar zakat perdagangan ini dengan barang dagang juga seperti sembako, pakaian atau lainnya maka hukumnya boleh namun harus senilai 2,5 % dari jumlah total harta tersebut.2 26. Soal: Bilanishabbarangdagangtidakcukup,apakahharusdigabungdengan harta pribadi?

Jawab: Ya, nishab barang dagangan harus digabung dengan harta / uang pribadi, bahkan harus digabung dengan nilai emas dan perak bila anda memiliki emas atau perak. Sehingga bila jumlah total nilai semuanya mencapai nishab zakat harta (senilai 85 gram emas) maka harus dikeluarkan zakat semuanya, bila tidak mencapai nishab maka tidak wajib.3

1 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal,115 2 . Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/243 3 . Lihat: Fatawa Lajnah Daa-imah: 13/399

21

27. Soal: Rumah, mobil, atau tanah yang sedang dijual, apakah harus dikeluarkan zakatnya? Jawab: Ya, barang atau komoditi yang dijual harus dikeluarkan zakatnya bila telah dijual selama setahun atau lebih namun belum laku, dan nilai atau harga komoditi tersebut mencapai nishab zakat yaitu senilai 85 gram emas. Jika barang dagangan tersebut sampai bertahun-tahun dan belum laku-laku, maka pemiliknya harus mengeluarkan zakatnya setiap tahun. 28. Soal: Saya sedang menyewakan salah satu rumah saya, maka wajibkah saya mengeluarkan zakat rumah tersebut ? dan bagaimana caranya ? Jawab: Barang-barang sewaan seperti rumah, mobil, tanah dan lainnya tidak dizakatkan karena ia bukan berupa barang dagangan, ia hanyalah barang sewaan sehingga zakatnya harus dikeluarkan dari uang sewaan rumah atau mobil tersebut, itupun bila jumlahnya mencapai nishab zakat dan jangkanya mencapai satu tahun. Uang hasil sewaan merupakan harta pribadi, artinya bila telah mendapatkannya maka otomatis ia telah tergabung dalam kategori harta pribadi, dan bukan harta khusus yang terpisah pembayaran zakatnya dari harta lainnya. Sehingga bila gabungan uang sewaan tersebut dengan uang pribadi anda lainnya tidak mencapai jumlah nishab zakat maka tidak wajib hukumnya mengeluarkan zakat, dan bila semuanya mencapai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya.1 29. Soal: Bolehkah melakukan investasi atau usaha dengan menggunakan harta zakat agar harta tersebut berkembang? Jawab: Golongan orang yang berhak mendapatkan zakat telah ditetapkan oleh Allah ta'ala dalam Al-Quran. Sehingga harta zakat hendaknya diserahkan 1 .lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/124

22

secepat mungkin agar segera sampai pada mereka yang berhak mendapatkannya. Sebab itu, penggunaan harta zakat untuk investasi atau usaha tentu menafikan tujuan utama zakat itu sendiri serta akan lebih memberikan mudharat pada yang berhak menerimanya. Hal ini berbeda dengan harta sedekah biasa yang lebih dilapangkan dalam pengembangannya lewat investasi, Wallaahu a'lam1. 30. Soal: Saya memiliki beberapa saham diperusahaan tertentu, apakah saya wajib membayar zakatnya ? dan bagaimana cara pembayarannya ? Jawab: Bila saham anda adalah saham untuk tujuan perdagangan dan mendapatkan keuntungan misalnya perusahaan dagang ekspor, impor, atau lainnya, maka bila telah mencapai satu tahun hendaknya harga saham beserta keuntungannya dijumlah total secara keseluruhan berdasarkan harga saham dipasaran saat pembayarannya, bila semuanya mencapai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 % . Hal ini hendaknya dilakukan setiap tahun selama masih memiliki saham dalam bidang perdagangan tersebut. Misalnya ketika awal membelinya harga saham tersebut 20 juta, namun pada tahun berikutnya harga saham tersebut naik menjadi 40 juta, dan keuntungan darinya 10 juta, maka ia harus menghitung total semuanya yaitu 50 juta, dan mengeluarkan zakat darinya sebesar 2,5 % = Rp, 1,250,000,-. Adapun bila saham tersebut dalam bentuk jasa, misalnya saham pada perusahaan pembangunan hotel, transportasi atau perumahan untuk disewakan, maka saham tersebut tidak ada zakatnya, yang ada zakatnya hanyalah hasil keuntungan dari penyewaan hotel atau perumahan tersebut, itupun bila hasil tersebut telah mencapai masa tabungan satu tahun dan telah mencapai nishab zakat.2 31. Soal: Kami tiga bersaudara memiliki satu perusahaan, bagaimanakah caranya bila kami ingin membayar zakat perusahaan tersebut ? Apakah secara kolektif ataukah masing-masing menghitung jumlah hartanya diperusahaan tersebut dan membayarkan zakatnya ?

. Lihat: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option dan Fatawa Lajnah Daa-imah (12330). 2. Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/245-246 dan Majmu' Fatawa Ibnul'Utsaimin 18/197 1

23

Jawab: Boleh bagi kalian membayar zakat perusahaan tersebut secara sendirisendiri setelah menghitung jumlah aset kepemilikan masing-masing. Namun bila perusahaan dengan seluruh pemiliknya tersebut ingin mengeluarkan zakat secara kolektif maka harus juga menghitung jumlah aset kepemilikan masing-masing lalu mengeluarkan zakat dengan mengambil 2,5 % dari jumlah aset setiap masing-masing saudara anda. 32. Soal: Saya seorang pedagang, modal dagang saya diawal perdagangan 50 juta, namun beberapa bulan kemudian saya mendapatkan keuntungan yang berlipat, maka apakah pada masa satu tahun usaha, saya harus membayar zakat untuk 50 juta tersebut ataukah membayar sekalian dengan jumlah total keuntungan yang saya dapat walaupun uang keuntungan tersebut belum cukup satu tahun seperti halnya modal usaha saya ? Jawab: Yang wajib bagi anda adalah membayarkan zakat dari jumlah total harta modal + keuntungan yang anda dapatkan, walaupun tabungan keuntungan anda tersebut belum mencapai jangka satu tahun. Alasannya karena keuntungan yang merupakan cabang atau hasil tersebut terikat dengan pokok atau modal usaha anda, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Adapun barang-barang yang dijadikan alat untuk tempat atau angkut barang seperti bangunan toko, timbangan, gerobak, mobil, dll maka tidak dikenai zakat, karena yang dikenai zakat hanyalah barang-barang yang dipersiapkan untuk barang dagang saja.1

1 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/223-224

24

Zakat Hasil Tani 33. Soal: Apa syarat utama wajibnya membayar zakat hasil tani ? Jawab: Syarat-syarat wajib pengeluaran zakat hasil tani adalah seperti yang tertera dalam soal jawab no. 3 sebelumnya, hanya saja yang khusus berkaitan dengan hasil tanaman makanan pokok seperti gandum, beras dll maka waktu pengeluaran zakatnya tidaklah bergantung pada tahun, namun bergantung pada waktu panen. Kapan waktu panen tiba maka saat itulah zakatnya harus dikeluarkan walaupun dalam satu tahun mengalami dua kali panen. Ini sesuai firman Allah ta'ala: "…Dan berikanlah haknya (zakatnya) pada hari panennya". (QS Al-An'aam: 141)1. 34. Soal: Tanaman apa saja yang wajib dizakatkan? Apakah khusus makanan pokok atau mencakup seluruh jenis tanaman yang dibudi daya? Jawab: Tanaman yang wajib dizakatkan adalah hanyalah tanaman berupa makanan pokok atau buah-buahan dan biji-bijian yang bisa tersimpan lama dan tidak rusak seperti jagung, beras, gandum, sagu, kurma, kismis, atau kacangkacangan. Adapun tumbuhan/budi daya selain makanan pokok seperti buahbuahan yang mudah rusak, tanaman hias, atau kayu, maka tidak dizakatkan bila waktu panen tiba2. 35. Soal: Bagaimanakah cara membayar zakat hasil tani ini? Jawab: Hasil tani ini dibayar ketika panen. Adapun nishab dan kadar zakatnya adalah sebagai berikut: 1. Nishab hasil panen tanaman makanan pokok ini adalah harus mencapai 1 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal.121 2 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/76, 81

25

lima wasaq = 300 sha' (sekitar 870 kg atau 1.050 liter). Hal ini sesuai sabda Nabi kita shallallahu'alaihi wasallam: "Tidak ada sedekah (zakat) pada biji dan buah-buahan hingga mencapai lima wasaq" (HR Bukhari: 1405, dan Muslim: 979). 2. Adapun kadar zakat yang dikeluarkan bila hasil panen tersebut telah mencapai 300 sha' atau lebih adalah diperinci sebagai berikut: Pertama: Bila pertanian tersebut diairi secara alami artinya pengairannya hanya bersandar pada air hujan yang turun, atau aliran air sungai, maka kadar zakat yang dikeluarkan darinya adalah 10 % dari jumlah total hasil panen. Kedua: Namun bila pertanian tersebut diairi dengan air kincir yang ditarik oleh binatang atau diairi dengan alat yang memiliki biaya, maka kadar zakatnya lebih sedikit yaitu hanya 5 % dari jumlah total hasil panen. Ketiga: Bila seorang petani menggunkan dua cara diatas dalam pengairan kebun, ladang atau sawahnya, maka ia hanya mengeluarkan zakat sebesar 7,5 % dari jumlah total hasil panen. Hal ini berdasarkan hadis: "Pada biji yang diairi dengan air sungai dan hujan zakatnya sepersepuluh (10 %), dan yang diairi dengan kincir yang ditarik oleh binatang zakatnya seperdua puluh (5 %)" (HR Muslim: 981) 1. 36. Soal: Saya memiliki dua ladang, satunya ladang padi dan kedua ladang jagung, kadang keduanya memiliki masa panen yang bersamaan, maka apakah saya harus menggabungkan keduanya atau harus dihitung secara terpisah ? Jawab: Karena kedua jenis makanan pokok ini berbeda maka dalam penentuan nishab dan kadar pengeluaran zakatnya harus dipisahkan. Artinya padi tersebut dihitung secara sendiri, dan bila mencapai nishab maka dikeluarkan zakatnya sesuai kadar zakat hasil tani yang telah dibahas sebelumnya (lihat: soal jawab no. 35), demikian pula jagung harus dihitung secara terpisah. Bila ternyata jumlah total masing-masing tidak mencapai nishab zakat hasil tani (1.050 liter / 870 kg), misalnya padi hanya 700 liter, dan jagung hanya 700 liter juga, maka anda tidak wajib mengeluarkan zakat hasil tani anda, karena keduanya tidak mencapai jumlah nishab zakat yang wajib dikeluarkan. Kecuali bila anda ingin bersedekah maka tidak mengapa memberikan sebagiannya kepada fakir miskin, namun pahalanya akan 1 . Lihat: Syarh Arkaan Al-Islam: hal.121-122 dan Fiqh Islam: hal.204-205

26

dinilai sebagai pahala sedekah, bukan zakat, Wallaahu a'lam. 37. Soal: Bolehkah memberikan zakat hasil pertanian ini pada para pekerja dipertanian atau perkebunan tersebut ? Jawab: Bila para pekerja tersebut adalah termasuk kategori fakir miskin atau salah satu golongan orang yang berhak mendapatkan zakat, maka silahkan memberikan zakat hasil tani ini kepada mereka. Karena mungkin saja gaji yang anda berikan dari hasil jerih payah mereka belum mencukupi kebutuhan harian atau bulanan mereka sehingga mereka sangat membutuhkan zakat tersebut demi menutupi kekurangan dan kebutuhan mereka. 38. Soal: Bolehkah membayar zakat hasil pertanian ini dengan uang atau barang lain yang senilai dengan kadar zakat dalam bentuk hasil tani ? Jawab: Yang wajib adalah mengeluarkan zakat dalam bentuk harta yang dizakatkan tersebut. Misalnya zakat hewan ternak, harus dibayar dengan hewan ternak juga, demikian pula zakat hasil bumi, harus dibayar dengan hasil bumi tersebut. Sebab inilah hukum asal zakat yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Namun apabila ada hajat, maslahat atau tujuan penting lainnya yang mengharuskan pengeluaran zakat ini dalam bentuk uang, seperti karena pemerintah memutuskan harus dibayar dengan uang, atau karena penerima zakat lebih membutuhkan uang, maka boleh baginya mengeluarkan zakat hasil bumi ini dengan uang senilai kadar zakat tersebut. Misalnya kadar zakatnya adalah 50 liter beras, maka ia harus mengeluarkan zakat hasil tani tersebut dengan uang senilai atau seharga 50 liter beras tersebut. Wallaahu a'lam1.

1 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/68

27

Zakat Tambang dan Rikaz / Harta Terpendam 39. Soal: Apakah hasil tambang harus dizakatkan? Bagaimana cara pembayaran zakatnya? Jawab: Ya, hasil tambang harus dizakatkan bila mencapai nishab zakat. Dalam hadis: bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah mengambil zakat dari hasil tambang dinegeri Qabaliyah (HR Abu Daud: 3061, Ibnu Khuzaimah: 2323 dan Hakim,: 1/404, hadisnya shahih). Bila hasil tambang tersebut emas atau perak, maka harus dihitung sesuai nishab keduanya, misalnya emas bila mencapai berat murni 85 gram atau lebih maka wajib dikeluarkan zakatnya, demikian pula perak bila mencapai berat murni 595 gram atau lebih maka wajib dikeluarkan zakatnya, masingmasing 2,5 % dari jumlah total nilai atau berat emas dan perak tersebut. Boleh bagi pemiliknya untuk mengeluarkan zakatnya dalam bentuk emas atau perak, maupun dalam bentuk uang senilai kadar zakat keduanya. Adapun bila tambang tersebut adalah selain emas dan perak seperti minyak bumi, aluminium, batu bara, nikel, tembaga, besi atau lainnya, maka nishabnya harus dinilai seharga 85 gram emas. Bila harga hasil tambang tersebut mencapai harga 85 gram emas atau lebih, maka wajib dikeluarkan zakatnya dengan kadar 2,5 % dengan uang. Dan wajib diketahui bahwa pembayaran zakat hasil tambang ini adalah ketika tambangnya telah dihasilkan, tidak menunggu harus mencapai usia tabungan setahun. Ini sama halnya dengan zakat hasil tani, yang mana bila telah ada maka harus segera dikeluarkan zakatnya1. 40. Soal: Apa kriteria rikaz atau harta terpendam yang harus dibayar zakatnya? dan berapa kadar pembayaran zakatnya? Jawab: Rikaz adalah harta sebelum islam -berupa emas, perak, atau harta berharga lainnya- yang terpendam dalam tanah atau tersembunyi yang kemudian didapat oleh seorang muslim. Dalam masyarakat Indonesia sering pula 1 . Lihat: Syarh Arkaan Al-Islaam: hal. 116, dan Fiqh Islam: hal.205-206

28

dikenal dengan istilah harta karun. Barangsiapa yang mendapatkan harta ini maka ia telah menjadi pemiliknya dan wajib baginya membayar zakatnya dengan kadar seperlima (20 %) dari jumlah total harta rikaz tersebut. Harta rikaz ini tidak disyaratkan harus mencapai nishab zakat atau harus tertabung selama setahun terlebih dahulu 1. Dalam hadis Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Zakat dalam harta rikaz adalah seperlima" (HR Bukhari: 1499, dan Muslim: 1710). 41. Soal: Bolehkah membayar zakat hasil tambang atau rikaz ini dengan uang yang senilai dengan kadar zakatnya? Ataukah zakatnya wajib berasal dari tambang atau rikaz tersebut? Jawab: Boleh hukumnya mengeluarkan zakat hasil tambang dengan uang senilai kadar zakatnya (lihat perinciannya pada soal jawab no. 39). Adapun harta rikaz maka hukum dasarnya adalah ia mengeluarkan zakatnya dari jenis harta rikaz tersebut, hanya saja bila ada hajat atau maslahat penting maka ia boleh mengeluarkan zakatnya berupa uang senilai 20 % dari jumlah total harga harta rikaz tersebut. Wallaahu a'lam.

1 . Lihat: Syarh Arkaan Al-Islam: hal.116 dan Fiqh Islam: hal.206

29

Zakat Peternakan 42. Soal: Adakah syarat wajib pembayaran zakat peternakan? Jawab: Syarat wajib pengeluaran zakat ternak sama dengan syarat-syarat zakat lainnya (lihat soal jawab no. 3). 43. Soal: Saya ingin mengetahui hewan ternak apa saja yang wajib dibayar zakatnya, apakah semua jenis hewan ternak atau hewan ternak tertentu saja? Jawab: Dari segi jenis hewan ternaknya, secara umum zakat ternak ini terbagi tiga: yaitu onta, sapi atau kerbau, dan kambing / domba dengan segala jenisnya. Selain tiga jenis hewan ternak ini, maka tidak dikenakan zakat peternakan. Adapun dari segi penggunaannya, bila hewan tersebut digunakan untuk keperluaan pekerjaan seperti mengairi sawah, mengangkut barang atau lainnya, maka tidak dikenakan zakat. Yang dikenakan zakat adalah hewanhewan yang khusus digembalakan, itupun bila mencapai nishab atau jumlah minimal hewan yang wajib dizakatkan (penjelasannya pada soal jawab berikut). 44. Soal: Berapa nishab dan kadar zakat peternakan dimasing-masing hewan yang wajib dibayar zakatnya ini? Jawab: Hewan ternak berupa onta, sapi / kerbau dan kambing dengan segala jenisnya tidak dikeluarkan zakatnya kecuali harus mencapai jumlah tertentu yang disebut sebagai nishab. Perinciannya adalah sebagai berikut: Nishab dan Kadar Zakat Onta: -Dibawah 5 onta ternak tidak wajib dibayar zakatnya kecuali bila pemiliknya berkehendak untuk mengeluarkan sedekah darinya maka

30

hukumnya boleh yaitu dengan 1 ekor kambing berumur 2 tahun lebih, atau 1 ekor domba berumur 1 tahun lebih (kadar zakat terrendah). -Antara 5 sampai 9 onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor kambing berumur 2 tahun lebih, atau 1 ekor domba berumur 1 tahun lebih. -Antara 10 sampai 14 ekor onta, kadar zakatnya adalah 2 ekor kambing berumur 2 tahun lebih, atau 2 ekor domba berumur 1 tahun lebih. -Antara 15 sampai 19 onta, kadar zakatnya adalah 3 ekor kambing berumur 2 tahun lebih, atau 3 ekor domba berumur 1 tahun lebih. -Antara 20 sampai 24 onta, kadar zakatnya adalah 4 ekor kambing berumur 2 tahun lebih, atau 4 ekor domba berumur 1 tahun lebih.\ -Antara 25 sampai 35 onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak onta yang berumur 1 tahun lebih. -Antara 36 sampai 45 onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak onta berumur 2 tahun lebih. -Antara 46 sampai 60 onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak onta berumur 3 tahun lebih. -Antara 61 sampai 75 onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak onta berumur 4 tahun lebih. -Antara 76 sampai 90 onta, kadar zakatnya adalah 2 ekor anak onta berumur 2 tahun lebih. -Antara 91 sampai 120 onta, kadar zakatnya adalah 2 ekor anak onta berumur 3 tahun lebih. -Diatas 121 ekor onta, kadar zakatnya adalah 3 ekor anak onta berumur 2 tahun lebih. -Diatas 121 ekor onta ini, dihitung tiap-tiap 40 ekor onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor onta berumur 2 tahun lebih, dan tiap-tiap 50 ekor onta, kadar zakatnya adalah 1 ekor onta berumur 3 tahun lebih. 1 Nishab dan Kadar Zakat Sapi / Kerbau: - Dibawah jumlah 30 ekor sapi / kerbau, maka tidak wajib dibayar zakatnya kecuali bila pemiliknya berkehendak untuk mengeluarkan sedekah darinya maka hukumnya boleh yaitu dengan 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 1 tahun lebih (kadar zakat terrendah) - Antara 30 sampai 39 ekor sapi / kerbau, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 1 tahun lebih. - Antara 40 sampai 59 ekor sapi / kerbau, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 2 tahun lebih. - Antara 60 sampai 69 ekor sapi / kerbau, kadar zakatnya adalah 2 ekor anak sapi atau 2 ekor kerbau berumur 1 tahun lebih. - Selanjutnya di atas 60 atau 70 ekor ini, dihitung dengan kalkulasi, setiap 30 ekor kadar zakatnya adalah 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 1 tahun lebih. Dan setiap 40 ekor, kadar zakatnya adalah 1 ekor anak sapi 1 . Ini berdasarkan surat Abu Bakr Al-Shiddiq radhiyallahu'anhu kepada penduduk Bahrain (pesisir Selat Arab) yang diriwayatkan Anas bin Malik radhiyallahu'anhu dalam Shahih Bukhari (1545).

31

atau 1 ekor kerbau berumur 2 tahun lebih1. Sehingga bila jumlah sapi / kerbaunya adalah 70 ekor maka zakatnya; 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 1 tahun lebih dan 1 ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau berumur 2 tahun lebih. Bila jumlahnya 80 ekor, maka zakatnya; 2 ekor anak sapi atau 2 ekor kerbau berumur 2 tahun lebih, dan seterusnya. Bila seseorang memiliki ternak sapi dan kerbau, maka hendaknya mencampurkan jumlah keduanya ketika dihitung untuk pembayaran zakat, dan bila jumlah keduanya mencapai nishab zakat, maka hendaknya dibayar zakatnya dengan memilih salah satunya; sapi atau kerbau dengan kriteria umur yang disebutkan di atas. Nishab dan Kadar Zakat Kambing / Domba: - Di bawah jumlah 40 ekor kambing / domba tidak ada zakatnya, kecuali bila pemiliknya berkehendak untuk mengeluarkan sedekah darinya maka hukumnya boleh yaitu dengan 1 ekor kambing betina berumur 2 tahun lebih atau dengan 1 ekor domba betina berumur 1 tahun lebih (kadar zakat terrendah). - Antara 40 sampai 120 ekor kambing / domba, kadar zakatnya adalah 1 ekor kambing betina berumur 2 tahun lebih atau 1 ekor domba betina berumur 1 tahun lebih. - Antara 120 sampai 200 ekor kambing / domba, kadar zakatnya adalah 2 ekor kambing betina berumur 2 tahun lebih atau 2 ekor domba betina berumur 1 tahun lebih. - Antara 201 sampai 399 ekor kambing / domba, kadar zakatnya adalah 3 ekor kambing betina berumur 2 tahun lebih atau 3 ekor domba betina berumur 1 tahun lebih. - Jumlah 400 ekor kambing / domba, kadar zakatnya adalah 4 ekor kambing betina berumur 2 tahun lebih atau 4 ekor domba betina berumur 1 tahun lebih. - Mulai dari 400 ekor kambing / domba ini, perhitungannya tiap-tiap 100 ekor kambing / domba, kadar zakatnya adalah 1 ekor kambing / domba dengan umur yang tersebut diatas. Jadi, 500-599 ekor, zakatnya adalah 5 ekor kambing / domba, bila 600-699 maka zakatnya adalah 6 ekor kambing / domba, dan demikian seterusnya. Bila seseorang memiliki ternak kambing dan domba, maka hendaknya mencampurkan jumlah keduanya ketika dihitung untuk pembayaran zakat, dan bila jumlah keduanya mencapai nishab zakat, maka hendaknya dibayar zakatnya dengan memilih salah satunya; kambing atau domba dengan kriteria umur yang disebutkan di atas2.

1 . Ini berdasarkan hadis Muadz bin Jabal radhiyallahu'anhu yang shahih Riwayat Ahmad (22037), dan Abu Daud (1576). 2 . Fiqh Islam: hal.198-200, dan Syarh Arkaan Al-Islam: hal.120

32

45. Soal: Bolehkah membayar zakat peternakan dengan uang atau barang lain yang senilai dengan hewan ternak tersebut ? Jawab: Pada dasarnya seseorang harus membayar zakat ternak ini dengan hewan ternak yang disebutkan dalam kadar atau miqdar zakat peternakan. Namun bila seorang peternak memandang bahwa pemberian zakat dalam bentuk uang atau barang lain sangat memberi maslahat pada penerima zakat, atau pemerintah menetapkan pembayarannya dengan uang tunai misalnya, maka boleh baginya menyerahkan zakat ternak ini dalam bentuk uang atau barang lain tapi nilainya harus sesuai dengan kadar harga zakat hewan ternak tersebut, tidak boleh kurang. Misalnya zakatnya dua ekor kambing, maka ia harus membayar zakat seharga dua ekor kambing tersebut. Wallaahu a'lam.1 46. Soal: Saya berserikat atau bekerjasama dengan seorang teman membangun usaha peternakan kambing, bagaimanakah cara pembagian zakatnya ? Karena ternak itu adalah milik kami berdua secara kolektif dan bukan hak milik pribadi ! Jawab: Orang yang berserikat dalam peternakan baik dua orang atau lebih, maka dalam urusan zakat kepemilikan hewan ternak tersebut dianggap hak milik satu orang, artinya semua orang yang berserikat tersebut mengeluarkan zakat hewan ternak tersebut dengan zakat satu orang saja yaitu dalam bentuk zakat perusahaan hewan ternak. Namun perserikatan ini harus memiliki kriteria berikut: 1. Hewan-hewan ternak milik mereka tersebut memiliki satu kandang atau dalam satu tempat. 2. Tempat penggembalaan dan minum semua hewan tersebut adalah satu tempat. 3. Penggembalanya adalah orang-orang yang sama. Mengenai zakat perserikatan ini Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mengumpulkan yang terpisah-pisah, dan tidak pula memisahkan yang sudah terkumpul karena takut membayar zakatnya" (HR Bukhari: 1450)2. 1 . Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/338 2 . Fiqh Islam: hal.201-202

33

Zakat Madu 47. Soal: Apakah madu wajib dizakatkan? dan bila wajib, apakah ada syaratsyaratnya? Bagaimana cara pembayarannya? Jawab: Sebagian ulama berpendapat bahwa madu harus dibayar zakatnya sebanyak sepersepuluh (10 %) dengan berdalilkan beberapa hadis diantaranya HR Ibnu Majah (1824) dari Abdullah bin Amr radhiyallahu'anhu: "Bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menarik sedekah (zakatnya) madu dengan kadar sepersepuluh". Namun jumhur / mayoritas ulama termasuk madzhab syafi'i tidak berpendapat demikian, mereka hanya menyatakan bahwa madu yang dihasilkan dari lebah tidak wajib dibayar zakatnya karena ia bukan merupakan barang atau jenis makanan yang wajib dibayar zakatnya, dan hadis-hadis seputar zakat madu ini adalah lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Syaikh Ibnul-'Utsaimin rahimahullah berkata: "Pendapat yang benar adalah bahwa madu tidak memiliki zakat, karena hal ini tidak bersumber dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam (dari jalur shahih), namun hanya bersumber dari Umar radhiyallahu'anhu bahwa beliau membatasi tempat-tempat lebah dan mengambil sepersepuluh madunya (untuk zakatnya). Karenanya, tidak wajib untuk mengeluarkan zakat madu, namun bila seseorang yang memiliki madu mengeluarkan zakatnya maka tentu ini perbuatan baik, dan bahkan bisa saja hal ini menjadi penyebab bertambahnya lebah dan madunya. Adapun pendapat bahwa zakat madu ini wajib yang mana seseorang berdosa bila meninggalkannya, maka ini pendapar yang tidak berdalil (kuat) sama sekali"1. Kesimpulannya: zakat madu ini tidak wajib dizakatkan, namun bila ada orang yang memiliki madu dan ingin mengeluarkan zakatnya, maka ini adalah amalan yang baik, sebab ia merupakan amalan sedekah yang bernilai besar dihadapan Allah ta'ala sekaligus telah mengikuti salah satu pendapat sahabat Umar radhiyallahu'anhu. Adapun nishab zakat madu ini adalah 62 kg. Bila ada yang memiliki madu dibawah jumlah ini maka tidak perlu mengeluarkan zakatnya. Bagi yang ingin berbaik hati mengeluarkan zakat madu ini adalah dengan memperhatikan hal berikut: 1 . Fatawa Al-Zakaah: hal.87, dan lihat juga: http://islamqa.info/ar/46315 .

34

1. Bagi orang yang pekerjaannya mencari madu dihutan sekaligus menjualnya, maka ia mengeluarkan zakat darinya sekitar 10 % atau mengeluarkannya dalam bentuk uang seharga 10 % dari jumlah total madu tersebut. 2. Bagi orang yang kerjanya hanya memperjualbelikan madu, maka ia mengeluarkan zakatnya seperti zakat barang dagangan yaitu 2,5 % dari jumlah total madu tersebut, atau dengan uang seharga 2,5 % darinya1.

1 . Mukhtashar Al-Fiqh Al-Islami: 60

35

Zakat Profesi 48. Soal: Adakah zakat profesi dalam islam? Mohon penjelasannya! Jawab: Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari gaji bulanan. Ia sama halnya dengan jenis zakat lainnya yang berupa emas, perak atau uang. Zakat ini juga sama dengan zakat penghasilan lainnya baik dari hasil dagang, hasil kerja, atau lainnya. Sebab itu, seseorang tidak wajib membayar zakat profesi ini setiap bulannya, karena zakat uang itu wajib dibayar bila telah mencapai nishab dan telah tertabung selama satu tahun. Sehingga bila gaji bulanan itu habis dibelanjakan pada bulan itu, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya. Cara terbaik untuk mengeluarkan zakat profesi ini adalah dengan dua cara berikut: Pertama: Bila ia menerima gaji bulan itu, misalnya dibulan Muharram, ia kemudian menjadikan batas awal tahun (hawl) tertabungnya gaji itu adalah bulan Muharram, kemudian dibulan Shafar ia menerima gaji lagi, dan menabungnya dengan menjadikan batas awal tahun tertabungnya gaji itu adalah bulan Shafar, dan demikian seterusnya. Bila tahun depan di bulan Muharram, gaji yang ditabung pada Muharram tahun lalu -baik ditambahkan dengan uang lain yang tertabung pada bulan Muharram tahun lalu itu atau tidak- mencapai nishab seharga 85 gram emas maka ia wajib mengeluarkan zakatnya 2,5 %, dan bila tidak sampai maka zakatnya tidak wajib. Demikian pula dibulan Shafar, bila gaji bulan Shafar tahun lalu yang masih tertabung -baik ditambahkan dengan uang lain yang tertabung pada bulan Shafar tahun lalu itu atau tidak- dengan jumlah yang mencapai nishab seharga 85 gram emas maka ia wajib mengeluarkan zakatnya. Demikian pula bulan-bulan selanjutnya. Cara ini walaupun lebih menghemat pengeluaran zakat pada harta, namun memiliki kesulitan dan merepotkan pada tatacara pengeluaran dan perhitungan harta tersebut. Kedua: Bila gaji bulanan itu tertabung atau sebagiannya tertabung hingga satu tahun, misalnya tabungan gaji dari bulan Muharram tahun lalu sampai bulan Muharram tahun ini, jumlahnya mencapai nishab harga 85 gram emas, maka ia bisa mengeluarkan zakat harta yang dihasilkan dari gaji bulanan profesinya tersebut sebanyak 2,5 % persen, walaupun semua harta

36

tersebut belum mencapai hawl atau belum tertabung selama satu tahun karena tabungan gaji bulan Muharram saja yang sampai setahun. Cara kedua ini walaupun agak memperbesar pengeluaran zakat namun memiliki keistimewaan diantaranya; 1. Ini merupakan salah satu cara yang sangat membantu fakir miskin atau orang-orang yang membutuhkan karena mereka akan mendapatkan harta ini dengan cepat. 2. Ini merupakan bentuk pengeluaran zakat harta yang disegerakan walaupun semua tabungan harta itu belum sampai hawl (setahun). Dan ini dibolehkan dalam islam sebagaimana diizinkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam pada pamannya 'Abbas bin Abdul-Muththalib radhiyallahu'anhu. (lihat: soal jawab no. 10). Wallaahu a'lam.1

1 . Lihat: Fatwa Lajnah Daa-imah: 9/280, dan http://islamqa.info/ar/26113

37

Zakat Fitrah 49. Soal: Saya ingin mengetahui tentang hukum zakat fitrah, apakah semua muslim harus membayarnya ? Jawab: Hukum zakat fitrah ini adalah wajib bagi setiap muslim baik laki-laki, perempuan, besar, kecil, merdeka atau hamba sahaya, mereka semua diwajibkan untuk membayar zakat fitrah sebanyak 1 sha' (3,5 liter atau 2,9 kg) dari makanan pokok menurut tiap-tiap negeri tertentu. Bagi yang berstatus istri atau anak-anak, maka harus dibayarkan oleh sang suami atau ayah bila memiliki kemampuan untuk itu. Hal ini sesuai hadis: "Rasulullah mewajibkan zakat fitri (berbuka) dari bulan Ramadhan sebanyak satu sha' (3,5 liter / 2,9 kg) kurma atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan" (HR Bukhari: 1503 ,dan Muslim: 984 ). Setiap orang yang memenuhi syarat berikut diwajibkan membayar zakat fitrah: 1. Beragama islam. 2. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan. Anak yang lahir setelah terbenam matahari pada malam hari raya idul fitri tidak wajib dibayarkan zakat fitrah. Demikian pula seorang laki-laki yang menikah setelah terbenam matahari pada malam itu tidak wajib membayarkan zakat untuk istrinya. 3. Memiliki kelebihan harta atau makanan untuk dirinya dan keluarga yang ditanggunginya pada malam hari raya atau siang harinya. Orang yang tidak memiliki kelebihan makanan pada hari dan malam itu tidak wajib membayar zakat fitrah karena ia dianggap sebagai fakir atau miskin yang berhak mendapatkan zakat fitrah1. 50. Soal: Apa sebenarnya tujuan dan hikmah dibalik zakat fitrah yang selalu diwajibkan pengeluarannya di akhir bulan Ramadhan ? Jawab: Hikmah zakat fitrah ini banyak diantaranya: 1. Ia merupakan salah satu ibadah yang berfungsi untuk mensucikan ibadah 1 .Fiqh Islam: hal. 207-208 dan Syarh Arkaan Al-Islam: hal. 127-128

38

puasa seorang muslim dan menyempurnakannya. Karena boleh jadi dalam ibadah puasanya di bulan Ramadhan tersebut memiliki beberapa pelanggaran dan ketidaksempurnaan penyelenggaraannya, sehingga zakat fitrah diharapkan bisa menyempurnakan dan mensucikan pelanggaran tersebut. 2. Ia juga memberikan kecukupan makanan dan kebutuhan fakir miskin serta membuat mereka terhibur dalam menyongsong hari besar idul fitri, sehingga mereka turut serta bisa merayakannya seperti kaum muslimin lainnya. Kedua hikmah ini sesuai hadis Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci orang berpuasa dari perbuatan dan perkataan keji (selama puasa), serta sebagai makanan pokok untuk orang-orang miskin" (HR Abu Daud: 1609, dan Ibnu Majah: 1827, hadisnya hasan)1. 51. Soal: Adakah batasan waktu pengeluaran zakat fitrah ini ? Bila dikeluarkan pada awal Ramadhan bolehkah ? Jawab: Waktu-waktu pengeluaran zakat fitrah ini secara terperinci adalah sebagai berikut: 1. Waktu wajib pengeluaran zakat fitrah ini adalah dari terbenamnya matahari pada malam hari raya idul fitri hingga shalat idul fitri keesokan harinya, karena waktu terbenamnya matahari merupakan waktu berbuka terakhir dari bulan Ramadhan. 2. Waktu sunat pengeluarannya adalah setelah shalat subuh pada pagi hari raya hingga waktu shalat idul fitri. Sesuai hadis: "Dan beliau memerintahkan pembayaran zakat itu sebelum keluarnya orang-orang untuk shalat (idul fitri)". ((HR Bukhari: 1503, dan 1509). 3. Waktu bolehnya pengeluarannya adalah sehari atau dua hari sebelum hari raya idul fitri sebagaimana yang diamalkan oleh para sahabat pada zaman Nabi termasuk Ibnu Umar radhiyallahu'anhu dan sahabat lainnya2, bahkan sebagian ulama membolehkan untuk mengeluarkannya dari awal bulan Ramadhan. Apabila seseorang membayar zakat fitrah ini setelah shalat idul fitri tanpa ada udzur atau alasan syar'i maka ia berdosa, dan zakat yang dibayarnya 1 .Syarh Arkaan Al-Islam: hal.127-128 2 . Dalam HR Bukhari (1511)

39

tersebut sama sekali tidaklah bernilai zakat fitrah namun hanya bernilai sedekah biasa. Adapun bila ia melakukan itu karena ada alasan syar'i seperti lupa atau tidak mendapatkan fakir miskin sebelum shalat idul fitri, maka zakatnya tetap dianggap sebagai zakat fitrah yang sah. Ini sesuai hadis Ibnu Abbas: "Barangsiapa yang membayarnya (zakat fitrah) sebelum shalat (idul fitri) maka ia adalah zakat fitrah yang diterima (sah), dan barangsiapa yang membayarnya setelah shalat (tanpa alasan syar'i) maka ia hanyalah dianggap sebagai sedekah seperti sedekah-sedekah biasanya" (HR Abu Daud: 1609, dan Ibnu Majah: 1827, hadisnya hasan)1. 52. Soal: Siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan zakat fitrah ini? Jawab: Orang yang berhak mendapatkan zakat fitrah ini adalah semua delapan golongan penerima zakat yang disebutkan oleh Allah ta'ala dalam Al-Quran (lihat: soal jawab no. 3). Walaupun yang paling utama tetap diserahkan pada kaum fakir miskin sebagaimana dalam hadis: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci orang berpuasa dari perbuatan dan perkataan keji (selama puasa), serta sebagai makanan pokok untuk orang-orang miskin" (HR Abu Daud: 1609, dan Ibnu Majah: 1827, hadisnya hasan) 53. Soal: Banyak orang yang membayar zakat fitrah dengan uang tunai senilai bahan makanan pokok, apakah hal yang seperti ini dibolehkan? Jawab: Dalil-dalil zakat fitrah berupa hadis-hadis yang disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa zakat fitrah ini harus dibayar dalam bentuk makanan. Namun, sebagian ulama membolehkan pengeluaran zakat ini dengan nilainya berupa uang dengan syarat: bila ada darurat dan memang uangnya sangat dibutuhkan, seperti Ishaq bin Rahuwiyah, Abu Tsaur, Ibnu Taimiyah, dan selain mereka. Sebab itu untuk kehati-hatian dalam keselamatan agama seorang muslim, harusnya tidak mengeluarkan zakat fitrah kecuali dengan makanan pokok, kecuali kalau ada orang miskin atau fakir yang sangat darurat membutuhkan uang. Imam Al-Sarkhasi rahimahullah menukil bahwa Abu Bakr Al-A'masy 1 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal. 128-129

40

rahimahullah berkata: "Mengeluarkan zakat berupa gandum (jenis makanan) lebih utama daripada mengeluarkannya dalam bentuk nilainya (uang), karena hal ini lebih dekat dengan implementasi perintah (sunnah Rasulullah), dan ini lebih menjauhkan dan menyelamatkan seseorang dari perbedaan pendapat ulama, sehingga inilah pendapat yang paling menunjukkan kehatihatian"1. 54. Soal: Saya mendengar bahwa janin atau orang yang wafat harus dikeluarkan juga zakat fitrahnya, adakah dalilnya? Jawab: Janin yang masih berada dalam kandungan ibunya ketika waktu berbuka terakhir (saat matahari terbenam pada hari terakhir Ramadhan / pada malam hari raya idul fitri), tidak diwajibkan untuk dibayarkan zakat fitrahnya menurut seluruh ulama karena ketika waktu wajib pembayaran zakat fitrah ini tiba ia belum terlahir kedunia dan belum dianggap sebagai anak yang wajib dibayarkan zakat fitrahnya. Hanya saja hal ini disunatkan karena para salaf dari kalangan sahabat seperti Utsman bin 'Affan radhiyallahu'anhu dan juga para tabiin telah membayarkan zakat untuk janin yang masih ada dalam kandungan ibunya. Jika janin tersebut lahir sebelum matahari terbenam pada hari terakhir Ramadhan maka ia tetap diwajibkan pembayaran zakat fitrahnya karena ketika waktu wajib pembayarannya tiba yaitu tenggelamnya matahari pada hari itu, ia telah berada didunia2. Adapun hukum zakat fitrah bagi orang yang wafat adalah sebagai berikut: 1. Bila orang tersebut wafat sebelum terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan maka ia tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya karena ia wafat sebelum mendapati waktu wajibnya pembayaran zakat fitrah yaitu terbenamnya matahari. 2. Bila ia wafat setelah atau tepat terbenamnya matahari, maka wajib dibayarkan zakat fitrahnya karena ketika matahari terbenam yang merupakan awal waktu wajibnya pembayaran zakat fitrah, ia masih hidup sehingga dikenakan kewajiban zakat fitrah3.

1. Lihat: Al-Majmu' –Al-Nawawi (6/112), Majmu' Fatawa –Ibnu Taimiyah (25/8283), dan Al-Mabsuth –Al-Sarkhasy (3/107-108). 2.Lihat:http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=6406 3 . Lihat: Al-Majmu': 6/84, Al-Mughni: 2/358 dan http://islamqa.info/ar/65780

41

55. Soal: Apa hukumnya orang yang sengaja atau lupa membayar zakat fitrah hingga shalat idul fitri selesai? Jawab: Apabila seseorang sengaja membayar zakat fitrah ini setelah shalat idul fitri tanpa ada udzur atau alasan syar'i maka ia berdosa, dan zakat yang dibayarnya tersebut sama sekali tidaklah bernilai zakat fitrah namun hanya bernilai sedekah biasa. Adapun bila ia melakukan itu karena ada alasan syar'i seperti lupa atau tidak mendapatkan fakir miskin sebelum shalat idul fitri, maka zakatnya tetap dianggap sebagai zakat fitrah yang sah. Ini sesuai hadis Ibnu Abbas: "Barangsiapa yang membayarnya (zakat fitrah) sebelum shalat (idul fitri) maka ia adalah zakat fitrah yang diterima (sah), dan barangsiapa yang membayarnya setelah shalat (tanpa alasan syar'i) maka ia hanyalah dianggap sebagai sedekah seperti sedekah-sedekah biasanya" (HR Abu Daud: 1609, dan Ibnu Majah: 1827, hadisnya hasan)1. 56. Soal: Sebagian orang melalaikan puasa Ramadhan, bahkan kadang tidak berpuasa karena malas atau sengaja, bila mereka mengeluarkan zakat fitrah, sahkah zakatnya? Jawab: Orang yang bermalas-malasan puasa Ramadhan atau melalaikannya, ia telah melakukan suatu dosa besar dan wajib segera bertaubat kepada Allah. Dan ia tetap diwajibkan membayar zakat fitrah karena zakat fitrah merupakan kewajiban lain selain puasa Ramadhan, sehingga bila ia meninggalkan zakat fitrah maka ia telah melakukan dosa besar lainnya. Sebab itu zakat fitrahnya tetap dianggap sah, namun tentunya sangat dikhawatirkan tidak bisa memberikannya pahala atau bahkan tidak bisa menutupi kekurangan puasanya sebab zakat fitrah hanya menyucikan kelalaian-kelalaian yang sifatnya pelanggaran dan dosa kecil dalam bulan Ramadhan, dan tidak bisa mensucikan dosa besar termasuk meninggalkan puasa secara sengaja karena dosa besar tidak bisa disucikan kecuali dengan taubat nashuha. Wallaahu a'lam.

1 . Syarh Arkaan Al-Islam: hal. 128-129

42

Infaq dan Sedekah 57. Soal: Apakah beda antara infaq dan sedekah? dan apa hukum keduanya dalam islam? Jawab: Pada dasarnya keduanya merupakan dua istilah yang memiliki makna yang sama dalam Bahasa Indonesia yaitu beribadah kepada Allah dengan cara memberikan harta kepada orang lain atau lembaga tertentu atau untuk kemaslahatan umum, secara suka rela dan tanpa diwajibkan oleh syariat islam. Bahkan penggunaan keduanya dalam masyarakat islam indonesiapun secara umum tidak dibedakan. Keduanya memiliki hukum yang sunat, berbeda dengan zakat yang hukumnya wajib. Adapun nafaqah atau harta nafkah, maka ia lebih khusus diberikan kepada orang yang wajib kita tanggungi kehidupannya seperti istri, anak, orang tua, atau kerabat lainnya. Sedekah atau infaq ini sangat dianjurkan dalam islam dan sangat banyak memiliki dalil baik dari Al-Quran maupun hadis Nabi, diantaranya: Firman Allah ta'ala: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya". (QS Saba`: 39). Dalam hadis: "Allah tabaraka wa ta’ala berfirman: ‘Hai anak adam, berinfaqlah niscaya aku akan gantikan infaqmu’.” (HR. Muslim: 993) 58. Soal: Apa saja keutamaan atau fadhilah infaq atau sedekah dalam islam? Jawab: Fadhilah infaq atau sedekah dalam islam sangatlah banyak, diantaranya: 1. Pahalanya dilipatgandakan oleh Allah ta'ala. Sesuai firman-Nya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261) 2. Akan mendapatkan doa para malaikat agar sedekah itu digantikan Allah didunia berupa rezeki dan diakhirat berupa rezeki surga. Dalam hadis:

43

“Tidaklah hamba-hamba membuka lembaran pagi hari melaikan akan ada dua malaikat turun, salah satunya berdoa: ‘Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang berinfak’. Sedang yang lainnya berseru: ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang tidak berinfak’.” (HR. Bukhari: 1442) 3. Sedekah dapat menghapus dosa. Dalam hadis: “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi: 612, hadis hasan) 4. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir, sebagaimana dalam hadis tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu: "Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari: 1421) 5. Memberi keberkahan pada harta, sesuai hadis: “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim: 2588) 59. Soal: Siapakah yang paling berhak diberikan infaq dan sedekah? dan Adakah sedekah yang paling utama? Jawab: Yang paling berhak mendapatkan sedekah dan infaq adalah orang-orang yang berada dalam tanggungan anda, yaitu anak istri, orangtua atau kerabat lain yang tidak ada dalam tanggungan anda. Bahkan ini merupakan bentuk sedekah yang paling utama karena sangat besar pahalanya disisi Allah ta'ala sesuai hadis: "Memberikan sedekah pada orang miskin (yang bukan kerabat) bernilai sedekah, adapun memberikannya pada kerabat (yang miskin) maka bernilai dua; sedekah sekaligus penguatan silaturrahim". (HR Tirmidzi: 664, Nasai: 2582, dan Ibnu Majah: 1844 dengan derajat hasan). Juga sangat utama memberikan sedekah pada para tetangga yang fakir miskin, karena selain sedekah itu memiliki pahala sedekah juga pahala berbuat baik pada tetangga. Adapun sedekah yang paling utama selain sedekah pada kerabat adalah sedekah jaariyah berupa infaq pada pembangunan masjid, sekolah, atau tempat-tempat umum, juga infaq untuk dakwah dan penyebaran agama islam, karena semua ini merupakan sedekah jaariyah yang pahalanya akan terus mengalir selama sedekahnya tersebut membuahkan hasil dan dipergunakan walaupun orang tersebut telah wafat, Rasulullah bersabda: "Bila anak adam telah meninggal dunia, maka akan terputus semua amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmunya yang

44

senantiasa bermanfaat bagi manusia, dan anak shalih yang selalu mendoakannya". (HR Muslim: 1631) 60. Soal: Apa sedekah itu harus selalu berupa uang atau makanan? Bolehkah saya bersedekah dengan pakaian atau barang-barang kebutuhan lainnya seperti kulkas, motor, perhiasan, kipas angin dll? Jawab: Sedekah sunat berbeda dengan zakat yang wajib. Bila zakat yang wajib jenis harta atau barang-barang zakatnya sudah ditentukan, maka sedekah ini tidaklah ditentukan jenis hartanya. Oleh karena itu, setiap orang boleh menyedekahkan atau berinfaq dengan jenis harta apa saja yang ia miliki baik uang, makanan dengan berbagai jenisnya, alat-alat elektronik, dan sebagainya, tanpa diikat oleh waktu dan tempat tertentu. 61. Soal: Bagaimana hukumnya bila harta atau uang sedekah dijadikan sebagai keperluan dakwah seperti biaya pembangunan masjid, sekolah, ponpes, biaya taklim dan gaji para dai! Jawab: Hukum menyalurkan sedekah untuk kepentingan dakwah ini adalah sunnah muakkadah, sebuah amalan sunat yang sangat dianjurkan dalam islam karena manfaat sedekah ini akan tersebar kepada seluruh umat islam bahkan umat manusia, dan tidak terbatas pada golongan tertentu. Apalagi ini merupakan amalan jaariyah yang pahalanya akan terus mengalir selama ilmu yang tersebar karena sedekahnya tersebut diamalkan ataupun diajarkan kepada orang lain. Rasulullah bersabda: "Bila anak adam telah meninggal dunia, maka akan terputus semua amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmunya yang senantiasa bermanfaat bagi manusia, dan anak shalih yang selalu mendoakannya". (HR Muslim: 1631) 62. Soal: Memberikan sedekah pada pengemis dan pengamen dijalan-jalan bolehkah? Jawab: Dalam islam, mengemis itu sangatlah dilarang kecuali bagi orang yang

45

sangat membutuhkan uang atau biaya hidup. Banyak sekali ancaman bagi mereka yang mengemis padahal ia memiliki harta dan tidak membutuhkan harta orang lain, diantaranya sabda Rasulullah: "Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya" (HR Bukhari; 1474, dan Muslim; 1040)1. Sebab itu, bila kita ketahui bahwa seorang pengemis itu merupakan orang yang membutuhkan, maka hendaknya diberikan sedekah sesuai dengan keikhlasan kita. Akan tetapi, perlu diperhatikan banyak para pengemis yang ada dijalan-jalan atau dimanapun telah terbukti, bahwa diantara mereka ada yang sebenarnya memiliki banyak harta, bahkan telah terbukti juga bahwa banyak anak-anak yang mengemis sebenarnya dimotori dan dijadikan alat oleh oknum-oknum tertentu untuk mengeruk kekayaan dengan penipuan yang seperti ini. Sebab itu, seseorang hendaknya berhati-hati dalam memberikan mereka sedekah agar tidak tertipu dan tidak salah orang. Hendaknya memperhatikan siapa saja diantara mereka yang memang betulbetul membutuhkan, lalu memberinya sedekah. Dengan cara seperti ini ia tetap mendapatkan pahala sedekah sekalipun pengemis tersebut adalah penipu, karena ia telah berusaha memperhatikan hal ini2. Sedangkan pengamen, maka tidak perlu diberikan uang sedekah karena beberapa alasan, diantaranya: 1. Mengamen merupakan pekerjaan yang tidak halal, karena menggunakan alat musik untuk mencari rezeki. Dan alat musik sangat terlarang dalam islam. 2. Sebenarnya banyak diantara pengamen adalah anak-anak orang kaya, hanya saja mereka terjun dalam dunia ngamen ini untuk hura-hura dan main-main saja, sehingga kita tidak tahu sebenarnya siapa diantara mereka yang harus diberikan sedekah. Belum lagi banyak diantara mereka adalah para penganggur yang memang malas untuk mencari pekerjaan yang halal. 3.Mengamen dengan alat musik adalah haram, sebab itu yang pantas bagi orang yang melihat mereka adalah menasehati mereka agar menjauhi dunia meminta-minta dengan cara mengamen. 63. Soal: Bolehkah suatu lembaga zakat atau sedekah berinvestasi dan membuka usaha dengan modal dari biaya sedekah agar uang sedekah tersebut berkembang ? Jawab: 1 . Lihat: Majmu' Fatawa Ibnu Baaz: 14/320 2 . Lihat: http://islamqa.info/ar/104781

46

Berinvestasi dan membuka usaha dengan menggunakan modal dari sedekah orang-orang hukumnya boleh, dengan syarat investasi atau usaha tersebut bukanlah usaha yang diharamkan oleh islam seperti mengandung riba atau lainnya, serta hasilnya diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan atau untuk kemaslahatan umum. Hal ini disebabkan karena lingkup penyebaran harta sedekah lebih luas dan dilapangkan, juga untuk menjaga agar harta tersebut terus berkembang sehingga lebih banyak bermanfaat dalam waktu yang agak lama. Hal ini berbeda dengan zakat yang wajib, karena golongan orang yang menerima zakat sudah ditetapkan secara paten dalam Al-Quran sehingga berinvestasi dengan harta zakat tersebut akan sangat menzalimi mereka yang membutuhkan1 . 64. Soal: Banyak orang yang kadang bersedekah dari harta yang tercampur bunga bank atau riba, bolehkah atau sahkah sedekah tersebut dan apakah pelakunya mendapatkan pahala ? Jawab: Orang yang memiliki harta haram baik dari hasil riba, atau judi wajib berlepas diri dari harta tersebut karena ia merupakan harta haram yang akan membuat dirinya binasa diakhirat kelak. Cara untuk melepaskan diri dari harta haram ini adalah menyedekahkannya pada kaum fakir miskin atau untuk kemaslahatan umum dengan niat untuk melepaskan diri dari harta haram ini, bukan dengan niat sedekah karena bersedekah dengan harta haram tidak mendapatkan pahala apa-apa sebab Allah ta'ala hanya menerima sedekah dari harta yang halal lagi baik, sesuai hadis: "Sesungguhnya Allah itu baik, dan Dia tidak menerima kecuali yang baik (halal)" (HR Muslim: 1015) .2 Adapun bila harta haram itu berasal dari hasil curian atau rampokan atau korupsi, maka tidak boleh disedekahkan karena itu merupakan hak milik orang lain atau lembaga tertentu yang wajib dikembalikan pada pemiliknya3. 65. Soal: Apakah harta temuan wajib disedekahkan bila pemiliknya tidak diketahui ?

1 . Lihat: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option 2 . Lihat: Fatawa Nur 'Ala Al-Darb –Syaikh Al-Utsaimin: 16/2 3 . Lihat:http://islamqa.info/ar/126486 dan Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/383

47

Jawab: Ya, bila seseorang menemukan suatu harta atau barang tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak atau harganya tidak mahal namun pemiliknya tidak lagi diketahui setelah berusaha sekian lama dicari, maka orang tersebut hendaknya memberikan harta tersebut pada fakir miskin dengan niat bahwa itu adalah sedekahnya orang yang punya harta, dan orang tersebut insyaa Allah mendapatkan juga pahala karena ia termasuk perantara adanya sedekah tersebut. Dan apabila suatu saat pemiliknya diketahui maka hendaknya diberitahu bahwa harta atau barangnya tersebut telah disedekahkan, bila ia mengikhlaskannya maka tidak mengapa, dan bila ia tetap memintanya maka orang tersebut harus mengembalikannya dan pahala sedekah barang atau harta sebelumnya adalah untuknya karena kepemilikan harta atau barang temuan tadi sudah berpindah padanya. Namun apabila harta temuan tersebut banyak, atau barang temuan tersebut mahal dan pemiliknya tidak didapat setelah sekian lama dicari, maka hendaknya ia menyerahkan harta atau barang tersebut pada pihak berwajib untuk disimpan hingga pemiliknya didapat, atau untuk dimasukkan kedalam baitul-mal bila negeri tersebut menerapkan sistem dan hukum islam1. Atau bila dinegeri tersebut tidak diberlakukan sistem dan hukum islami maka boleh baginya untuk memberikan harta / barang tersebut kepada salah satu lembaga zakat yang terpercaya untuk dikelola secara syar'i atau disimpan hingga pemiliknya diketahui. Wallaahu a'lam. 66. Soal: Meminta kembali harta yang disumbangkan atau disedekahkan, haramkah ? Jawab: Bila harta sedekah tersebut telah diterima oleh orang yang berhak menerimanya maka haram hukumnya bagi orang yang bersedekah untuk meminta kembali harta sedekah tersebut sesuai kesepakatan seluruh ulama, dan bahkan ini merupakan amalan buruk lagi menjijikkan sebagaimana digambarkan dalam hadis yaitu: "Sesungguhnya orang yang mengambil kembali sedekahnya bagaikan anjing yang memakan kembali muntahnya" (HR Bukhari: 1490 dan Muslim: 1620)2.

1.Lihat:http://lohaidan.af.org.sa/node/219,dan,http://fatwa.islamweb.net/fatwa/inde x.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=158825 2 . Lihat: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option= FatwaId&Id=20625

48

67. Soal: Bolehkah menerima sedekah dari harta yang kita ketahui mengandung riba atau dari hasil yang haram? Jawab: Ya, boleh bagi fakir miskin atau lembaga ZIS untuk mengambil sedekah dari harta haram atau didapat dengan cara haram seperti riba, uang suap, atau gaji menyanyi dan musik. Pada hakikatnya harta haram ini bukanlah hak milik orang yang mendapatkannya dengan cara haram, sehingga bila ia menggunakan harta ini maka ia telah memakan atau menggunakan harta tersebut secara batil. Adapun bila diambil dan dimakan oleh orang fakir miskin maka boleh karena harta ini adalah hak milik mereka yang ketika diberikan pada mereka berubah menjadi halal1. Sedangkan bila harta haram ini diketahui berasal dari hasil curian atau rampokan atau korupsi, maka tidak boleh diambil karena itu merupakan hak milik orang lain atau lembaga tertentu yang wajib dikembalikan pada pemiliknya2. 68. Soal: Sampaikah pahala sedekah yang saya sedekahkan atas nama orang tua saya yang sudah wafat? Jawab: Semua ulama sepakat bahwa doa, haji dan sedekah orang yang masih hidup untuk orang yang sudah wafat sampai kepadanya di alam barzakh dan ia bisa mendapatkan manfaat dari ketiga amalan shalih tersebut. Ini sesuai hadis Aisyah radhiyallahu'anha: bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan berkata: ”Ya Rasulullah, ibuku telah meninggal dan beliau tidak meninggalkan wasiat apapun, aku mengira seandainya dia bisa bicara, maka ia akan bersedekah. Ya Rasulallah, apakah ia mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya?”.Nabi menjawab:”Ya” (HR Bukhari: 1388,dan Muslim: 1004). Namun sedekah yang paling utama atas nama mereka yang telah wafat adalah sedekah jaariyah berupa waqaf pembangunan masjid atau sekolah, pembagian waqaf mushaf Al-Quran, penggalian sumur, pemberian nafkah pada para penuntut ilmu dan berbagai bentuk sedekah jaariyah lainnya3. 1 . Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah: 28/595 dan Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 15/383 2 . Lihat:http://islamqa.info/ar/126486 3 . Lihat: http://islamqa.info/ar/42384

49

50

Waqaf 69. Soal: Saya ingin mengatahui tentang hakikat wafaq dan hukumnya dalam islam ! Jawab: Waqaf adalah suatu amalan menahan suatu benda tertentu yang kekal zatnya (bisa dimanfaatkan tanpa membuatnya rusak) guna diberikan pada jalan kebaikan. Waqaf ini merupakan salah satu jenis sedekah, hanya saja memiliki kekhususan tersendiri. Agar harta waqaf ini sah ketika diserahkan, maka ia harus memiliki beberapa rukun: 1.Ada yang berwaqaf, syaratnya adalah hal itu atas kehendak sendiri walaupun orang yang berwaqaf itu bukan muslim. 2.Ada barang yang diwaqafkan, barang tersebut agar sah menjadi barang waqaf harus memenuhi syarat berikut; -Kekal zatnya. Artinya barang atau benda tersebut bisa digunakan tanpa membuatnya rusak seperti tanah, masjid, rumah, mushaf, buku dll. -Barang itu adalah hak milik orang yang berwaqaf, walaupun hak kepemilikan itu bercampur dengan orang lain dan tidak bisa dipisahkan (musya'). Misalnya satu rumah dimiliki oleh dua orang, namun salah satunya mewaqafkan bagiannya dirumah tersebut. 3.Ada tempat berwaqaf atau orang yang menerima waqaf tersebut. Namun yang lebih utama adalah waqaf untuk kepentingan islam dan kemaslahatan umum seperti waqaf tanah untuk pembangunan masjid, ponpes, panti asuhan dll. 4.Ada lafaz serah terima, seperti: saya waqafkan ini kepada orang-orang miskin. Lebih baik lagi bila itu berupa surat tanda serah terima harta waqaf dari pemberi dan penerima waqaf dengan dilengkapi tanda tangan masingmasing pihak untuk menghindari adanya persengketaan dimasa mendatang1. 70. Soal: Barang apa saja yang bisa dijadikan waqaf ? Jawab: Barang apapun bisa diwaqafkan asal dengan dua syarat berikut: 1 . Fiqh Islam: hal. 341-342

51

1-Kekal zatnya. Artinya barang atau benda tersebut bisa digunakan tanpa membuatnya rusak seperti tanah, masjid, rumah, mushaf, buku dll. 2-Barang itu adalah hak milik orang yang berwaqaf, walaupun hak kepemilikan itu bercampur dengan orang lain dan tidak bisa dipisahkan (musya'). Misalnya satu rumah dimiliki oleh dua orang, namun salah satunya mewaqafkan bagian dirinya dirumah tersebut1. 71. Soal: Bolehkah mewaqafkan tanah atau suatu bangunan dalam jangka waktu tertentu saja ? Ataukah wajib jangka waktu waqaf itu harus disyaratkan selamanya ? Jawab: Tanah atau barang apa saja yang diwaqafkan tidak sah bila hanya untuk sementara waktu karena waqaf itu memiliki beberapa syarat khusus: 1.Selama-lamanya dan tidak dibatasi oleh waktu. Bila diwaqafkan selama satu tahun, maka waqaf tersebut tidak sah. 2.Harus tunai dan tidak ada khiyar syarat. Artinya pemindahan kepemilikan waqaf itu pada saat ijab qabul penyerahannya, tidak boleh disyaratkan khiyar, atau bila berkata: "Kalau si A datang, saya waqafkan barang ini pada anda". Waqaf seperti ini tidak sah karena tidak tunai. Kecuali syarat tersebut berkaitan dengan kematian, misalnya: "Bila saya wafat, maka saya waqafkan tanah ini pada yayasan B", maka ini hukumnya boleh dan sah. 3.Hendaknya jelas kepada siapa barang tersebut diwaqafkan2. 72. Soal: Seseorang yang mewaqafkan tanahnya untuk selamanya, apakah suatu saat ia boleh menarik waqafnya tersebut ? Jawab: Perlu diketahui bahwa bila seseorang telah mewaqafkan tanah atau barang lainnya pada orang lain atau lembaga tertentu, maka barang tersebut telah menjadi hak milik orang lain atau lembaga tersebut, dan sudah bukan lagi merupakan hak miliknya. Sehingga bila telah diwaqafkan, maka tidak boleh lagi diminta kembali3. 1 . Fiqh Islam: hal. 341 2 . Fiqh Islam: hal. 343 3. Lihat:www.ibnothaimeen.com/all/khotab/article_586.shtml, Khirsyi:7/84, dan http://islamqa.info/ar/140176#

52

Mukhtashar-Al-

Hal ini seperti halnya sedekah, dan ini telah disebutkan dalam hadis: ""Sesungguhnya orang yang mengambil kembali sedekahnya bagaikan anjing yang memakan kembali muntahnya" (HR Bukhari: 1490 dan Muslim: 1620) 73. Soal: Ada seseorang yang semasa hidupnya telah mewaqafkan suatu bangunan miliknya untuk masjid, namun ahli warisnya menuntut kembalinya waqaf tersebut sepeninggalnya. Apa hukum penuntutan ahli waris ini dan bagaimana seharusnya pendirian para pengelola waqaf tersebut ? Jawab: Bila harta telah diwaqafkan maka harta tersebut sudah bukan lagi menjadi hak miliknya, sebab itu tidak boleh atau haram bagi ahli warisnya baik anak-anak atau cucu-cucu dan kerabatnya untuk meminta kembali bangunan tersebut karena bangunan tersebut bukan lagi hak milik orang tua mereka, dan juga bangunan waqaf ini tidak bisa diwariskan kepada siapapun. Ia sudah menjadi hak milik umat islam dan wajib bagi pengelola waqaf ini untuk berusaha mempertahankannya walaupun harus sampai ke meja hijau tentunya dengan membawa bukti nota kesepekatan atau serah terima bangunan waqaf tersebut1. Wallaahu a'lam. 74. Soal: Apa hukumnya apabila harta waqaf tersebut dijual oleh para pengelolanya ? Jawab: Waqaf harusnya dikelola atau digunakan sesuai dengan tujuan dan syarat yang diajukan oleh orang yang mewaqafkan harta tersebut, tidak boleh digunakan untuk selain itu termasuk dijual atau disewakan. Dikecualikan bila penjualan harta waqaf tersebut memiliki maslahat yang lebih besar, atau merupakan perkara darurat, maka boleh bagi pengelola waqaf tersebut menjualnya namun setelah adanya pertimbangan darurat atau maslahat tersebut. Serta hasil penjualan waqaf tersebut kemudian digunakan untuk kepentingan lainnya yang juga masih dalam bentuk waqaf dan harta yang tidak rusak bila dipakai agar waqaf tersebut tetap bisa mengalirkan pahala bagi yang mewaqafkannya walaupun ia telah wafat2. 1 . Lihat: Fatwa Lajnah Daa-imah (8366, dan 16403) 2 . Lihat: Al-Fatawa Al-Kubra- Ibnu Taimiyah; 5/429, Fatawa Lajnah Daa-imah; 16/76-77, Fatawa Nur 'Ala Al-Darb: 19/367, dan http://islamqa.info/ar/140176.

53

75. Soal: Melakukan investasi atau usaha dengan menggunakan harta atau barang waqaf agar ada tambahan modal untuk kelangsungan waqaf tersebut, bolehkah hal ini ? Jawab: Hal ini tidak dibolehkan kecuali adanya darurat atau maslahat besar yang diharapkan dibalik investasi tersebut termasuk untuk kelangsungan waqaf tersebut. (lihat: soal jawab no. 74 diatas). 76. Soal: Bolehkah berwaqaf dengan niat agar pahalanya untuk orang yang sudah meninggal dunia ? Jawab: Boleh, karena waqaf merupakan salah satu jenis sedekah yang apabila diserahkan dengan niat agar pahalanya untuk sang mayit maka akan sampai padanya dan bermanfaat baginya insyaa Allah. (lihat: soal jawab no. 68).

54

Hibah 77. Soal: Saya ingin bertanya tentang makna atau hakikat hibah, dan apa bedanya dengan waqaf, sedekah, dan hadiah ? Jawab: Semua yang anda sebutkan ini adalah jenis pemberian gratis pada orang lain tanpa ada timbal balik atau pembayaran. Hibah adalah pemberian yang tidak ada timbal baliknya baik berupa barang yang dapat dijual, dengan tujuan hanya untuk memberikan manfaat pada orang yang menerima barang hibah tersebut. Kecuali kalau hibah tersebut diniatkan untuk mendapatkan pahala maka ia memiliki hukum seperti sedekah. Sedekah adalah pemberian harta yang diberikan dengan mengharap pahala dari Allah dan manfaat pada orang yang menerimanya. Hadiah adalah pemberian suatu barang dengan tujuan mengungkapkan cinta dan kasih sayang pada orang yang menerimanya, sebab itu anda akan tetap memberikan hadiah walaupun pada orang kaya1. Sehingga Nabi kita menerima hadiah dan menolak sedekah. Sedangkan waqaf adalah menahan suatu benda tertentu yang kekal zatnya (bisa dimanfaatkan tanpa membuatnya rusak) guna diberikan pada jalan kebaikan. Hibah memiliki beberapa syarat yaitu; 1.Ada orang yang memberi hibah yaitu orang yang mukallaf dan tidak dipaksa, 2.Ada orang yang diberi, 3.Ada ijab qabul, pemberian hibah ini adalah untuk selamanya, tidak boleh dibatasi dalam jangka waktu tertentu. 4.Ada barang hibah2. 78. Soal: Jenis harta apa saja yang boleh dihibahkan ? Jawab: Barang hibah ini disyaratkan berupa barang yang bisa diperjual belikan. Barang yang tidak bisa diperjual belikan seperti barang-barang haram maka 1 .lihat: Fatawa Al-Haitami; 4/294 2 .lihat: Fiqh Islam; hal. 327

55

tidak sah menjadi harta yang dihibahkan1. 79. Soal: Bolehkah memberikan hibah, waqaf, atau sedekah dengan mensyaratkan beberapa hal ? Jawab: Boleh bagi orang yang berwaqaf atau pemberi hibah untuk memberikan syarat-syarat penggunaan harta waqaf atau hibah tersebut kepada penerima atau pengelolanya, dengan ketentuan bahwa syarat-syarat tersebut tidak bertentangan dengan aturan dan syariat islam serta bukan perkara yang haram karena Umar radhiyallahu'anhu telah memberikan waqaf dengan persyaratan, juga sesuai dalil umum dalam hadis:“Seorang muslim wajib menunaikan persyaratan yang telah disepakati kecuali persyaratan yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR Tirmidzi: 1352, hadis hasan shahih)2 Adapun sedekah, maka perinciannya sebagai berikut; 1.Bila dalam penyerahan sipemberi menetapkan syarat agar tidak boleh menggunakan harta sedekah itu kecuali sesuai syarat, maka syarat tersebut batil dan sedekah ini tidak sah. 2.Adapun bila sedekah ini diserahkan dengan sedikit perintah, misalnya: "Ambil uang ini dan belikan beras atau tepung", atau "Belanjakan ditoko A dan B", tanpa ada penegasan bahwa itu syarat sedekahnya, maka hukumnya boleh, dan sedekah tersebut sah, dan wajib bagi yang menerimanya untuk melaksanakan apa yang disuruhkan oleh pemberi sedekah3. 80. Soal: Bagaimana hukumnya menerima waqaf, hibah atau sedekah dari orangorang kafir ? Jawab: Boleh hukumnya menerima hibah, waqaf, sedekah atau hadiah dari orangorang kafir dan mereka tidak mendapatkan pahala sama sekali karena 1 . Lihat: Fiqh Islam: hal. 327 2 . Lihat: http://islamqa.info/ar/13720 3 . Lihat: Hasyiah Tuhfah Al-Muhtaaj –Al-Syarwani: 6/301 (Dicetak bersama Tuhfah Al-Muhtaj) dan http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page= showfatwa&Option=FatwaId&Id=78776

56

mereka bukan muslim dan amalan mereka tertolak. Namun dalam menerimanya harus diperhatikan beberapa hal yaitu: 1.Mereka tidak mensyaratkan hal-hal yang bisa merusak agama dan keyakinan seorang muslim. 2.Tidak boleh merasa terhina dan rendah diri ketika menerima hal tersebut. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sendiri telah menerima hadiah dari mereka yaitu dari Kaisar Roma dan Pemimpin Mesir Muqauqis, dan juga memberikan mereka hadiah dan hibah1.

1.Lihat:www.fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&lang=&Optio n=FatwaId&Id=7680

57

Aqiqah 81. Soal: Apa hukum aqiqah ? Jawab: Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuh dari lahirnya anak baik laki-laki ataupun perempuan. Menyelenggarakan aqiqah ini hukumnya sunat bagi orang yang wajib menanggung nafkah si anak yang baru lahir. Rasulullah bersabda; "Anak yang baru lahir menjadi barang gadaian sampai disembelihkan baginya aqiqah pada hari ketujuh dari hari lahirnya, dan hendaklah dihari itu juga dicukur rambut kepalanya dan diberi nama". (HR Abu Daud: 2838, Tirmidzi: 1522, dan Ibnu Majah: 3165, hadis shahih). Namun bila aqiqah ini tidak bisa dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannya karena alasan tertentu maka bisa dilakukan kapan saja. Untuk laki-laki disembelih dua ekor kambing, dan untuk perempuan hanya seekor kambing saja sesuai hadis dari Aisyah radhiyallahu'anha ia berkata: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah menyuruh kita supaya menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dengan dua ekor kambing dan untuk perempuan dengan seekor kambing" (HR Tirmidzi: 1590, dan Ibnu Majah: 3163, hadis shahih)1. 82. Soal: Ada kebiasaan masyarakat yang melakukan aqiqah dengan menyembelih sapi, apakah hal ini dibolehkan ? ataukah hewannya harus kambing ? Jawab: Tentunya, dasar sunnah dalam aqiqah adalah dengan menyembelih kambing. Tapi jumhur ulama membolehkan untuk melakukan aqiqah dengan menyembelih sapi atau onta. Dalil tentang kebolehan masalah ini tidak tegas atau tidak jelas dari sunnah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, namun mereka berdalil dengan mengqiyaskan (menyamakan hukum) pelaksanaan aqiqah ini dengan pelaksanaan udh-hiyah / kurban yang mana dalam kurban dibolehkan penyembelihan sapi dan onta. Tapi mereka mensyaratkan bahwa sapi yang disembelih untuk aqiqah tersebut sudah berumur dua tahun dan telah masuk pada tahun ketiga, dan onta yang disembelih sebagai aqiqah berumur lima tahun keatas. 1 . Lihat: Fiqh Islam: hal.479-480

58

Dan boleh bagi yang ingin aqiqah hanya mengambil sepertujuh dari daging sapi atau onta tersebut untuk aqiqah karena sepertujuh sapi atau onta setara dengan daging satu ekor kambing. Juga dibolehkan untuk bekerjasama dalam penyembelihan sapi dalam aqiqah ini, misalnya si A, B dan C masing-masing memiliki satu anak, sepakat untuk menyembelih satu ekor onta atau sapi dan itu dijadikan sebagai hewan aqiqah untuk tiga anak tersebut1. Akan tetapi untuk kehati-hatian hendaknya lebih memilih aqiqah dengan kambing karena nash/dalil aqiqah dalam hadis-hadis semuanya menyebut kambing sekaligus menunjukkan bahwa dasar sunnah aqiqah adalah dengan kambing. Wallaahu a'lam. 83. Soal: Aturan aqiqah adalah anak laki-laki harus 2 kambing, lalu bila saya hanya mampu membeli satu ekor kambing, sahkah aqiqah putera saya jika hanya dengan satu ekor kambing tersebut ? Jawab: Yang paling sunnah tentunya menyembelih dua ekor kambing untuk bayi laki-laki sebagaimana dalam hadis: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah menyuruh kita supaya menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dengan dua ekor kambing dan untuk perempuan dengan seekor kambing" (HR Tirmidzi: 1590, dan Ibnu Majah: 3163, hadis shahih) Namun bila seseorang hanya mampu untuk menyembelih kambing maka tetap sah aqiqahnya dengan dalil hadis lain yaitu Abbas radhiyallahu'anhuma: "Rasulullah shallallahu'alaihi melakukan aqiqah untuk Hasan dan Husein masing-masing kambing". (HR Abu Daud: 2841, hadis shahih)2

satu ekor hadis Ibnu wasallam satu ekor

84. Soal: Apa hukumnya bersedekah dengan emas atau perak seberat seluruh potongan rambut sang anak yang di-aqiqah ? Jawab: Hukum perkara yang anda tanyakan ini adalah sunnah sesuai pendapat jumhur ulama, hanya saja kebanyakan ulama memilih timbangan perak 1 . Lihat: Al-Majmu': 8/429 2 . Lihat: Al-Majmu': 8/409 dan Al-Syarh Al-Mumti': 7/492

59

daripada timbangan emas, karena hadis Ali radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam melaksanakan aqiqah untuk Hasan dengan satu kambing, dan beliau bersabda: "Wahai Fatimah, cukurlah rambutnya dan bersedekahlah seberat timbangan rambutnya dengan perak". Ali berkata: "Lalu sayapun menimbang rambutnya, dan berat timbangannya menyamai satu dirham atau sebagian dirham saja". (HR Tirmidzi: 1519, hadis hasan lighairihi). Untuk sekarang karena perak agak langka, maka cukup membayar sedekah ini dengan harga perak. Misalnya berat rambut sang bayi tersebut setelah ditimbang atau diprediksi -bila sulit ditimbang- adalah 3 gram. Berat 3 gram ini kemudian dikalikan dengan harga 1 gram perak misalnya Rp, 11,000,-. Sehingga: 3 gram x Rp 11,000,- = Rp, 33,000,- (tiga puluh tiga ribu rupiah). Bilangan ini boleh dilebihkan, seterusnya diberikan kepada yang berhak mendapatkannya dari kalangan fakir miskin. 85. Soal: Bolehkah bila saya menyerahkan kambing aqiqah saya kepada lembaga tertentu agar mereka saja yang menyembelih dan menyalurkannya ? Jawab: Menyerahkan sejumlah uang untuk penyelenggaraan aqiqah pada lembaga tertentu seperti LAZ, atau PONPES agar mereka yang membeli hewan aqiqah tersebut, lalu menyembelih dan membagi-bagikan dagingnya pada yang membutuhkan, hukumnya boleh. Bahkan bila dagingnya disebar kepada yang membutuhkan anda mendapatkan pahala sedekah1. Atau bahkan bila menyerahkan pelaksanaannya pada anggota keluarga lain yang berada jauh dari kita hukumnya juga boleh. Adapun hanya membayar uang aqiqah tersebut kepada suatu lembaga atau fakir miskin tanpa adanya penyembelihan hewan aqiqah karena diganti saja dengan uang seharga hewan aqiqah tersebut, maka ini hukumnya tidak sah, karena aqiqah adalah proses menyembelih hewan bukan bersedekah dengan uang, Wallaahu a'lam2.

1 . http://www.salmajed.com/fatwa/findnum.php?arno=7217 2.Lihat:wwwfatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=129186

60

Kurban 86. Soal: Mana yang benar tentang hukum kurban dalam islam ? Jawab: Kurban adalah hewan yang disembelih dengan niat ibadah kepada Allah pada hari raya idul adha, dan tiga hari setelahnya (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Para ulama berbeda pendapat tentang hukum kurban ini, ada yang mewajibkannya bagi setiap muslim yang mampu, dan ada yang hanya berpendapat sebagai amalan sunat saja. Yang lebih benar menurut jumhur ulama adalah bahwasanya hukum ber-kurban ini adalah sunat bagi yang mampu sesuai hadis Nabi shallallahu'alaihi wasallam: "Tidak ada satu perbuatan yang dilakukan manusia pada hari nahr (hari raya idul adha) yang lebih dicintai oleh Allah daripada penyembelihan hewan qurban, sungguh qurban itu akan hadir pada hari kiamat lengkap dengan tanduk, kuku dan bulunya. Dan sungguh darahya telah sampai kepada Allah Azza wa Jalla sebelum darah itu menyentuh tanah, maka berbahagialah dengan sembelihan kalian" (HR Tirmidzi: 1493 dan Ibnu Majah: 3126, hadis hasan). Penyembelihan kurban ini juga tidak dilakukan oleh Abu Bakr dan Umar radhiyallahu'anhuma dengan tujuan agar tidak dianggap sebagai kewajiban1. Hewan-hewan yang harus dikurbankan adalah tiga jenis: 1.Kambing yang telah berumur lebih dari dua tahun atau domba yang telah berumur lebih dari setahun / sudah berganti giginya. 2.Onta yang telah berumur lima tahun lebih. 3.Sapi / kerbau yang telah berumur dua tahun lebih2. 87. Soal: Adakah fadhilah atau keutamaan dari adanya penyembelihan hewan kurban ini pada hari raya idul adha ? Jawab: 1 . Lihat: Al-Umm: 2/224 dan lihat: Mir-aah Al-Mafaatih: 5/72-73, dan Fiqh Islam: hal. 475 2 . Fiqh Islam: hal. 476

61

Penyembelihan hewan kurban ini memiliki fadhilah / keutamaan besar diantaranya: 1.Ia merupakan sunnah Nabi Ibrahim 'alaihissalam, juga sunnah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. 2.Ia adalah ibadah yang sangat dicintai Allah pada hari raya idul adha. 3.Hewan kurban itu akan menjadi pemberi syafaat pada orang yang menyembelihnya hari kiamat kelak, sesuai hadis: "Tidak ada satu perbuatan yang dilakukan manusia pada hari nahr (hari raya idul adha) yang lebih dicintai oleh Alla daripada penyembelihan hewan qurban, sungguh qurban itu akan hadir pada hari kiamat lengkap dengan tanduk, kuku dan bulunya. Dan sungguh darahya telah sampai kepada Allah Azza wa Jalla sebelum darah itu menyentuh tanah, maka berbahagialah dengan sembelihan kalian " (HR Tirmidzi: 1493 dan Ibnu Majah: 3126, hadis hasan). 4.Sebagai sedekah untuk kaum fakir miskin yang diharapkan turut serta berhari raya pada hari yang mulia ini. 88. Soal: Apa hukumnya menyembelih hewan kurban sebelum shalat idul adha ? Jawab: Perlu diketahui bahwa penyembelihan kurban tidak terkait dengan adanya shalat idul adha, hanya saja ia terkait dengan waktu awal pelaksanaan shalat idul adha, walaupun shalat idul adha tidak dilaksanakan misalnya. Waktu awal shalat idul adha adalah waktu shalat dhuha yaitu naiknya matahari setinggi tombak atau 15 menit dari terbitnya matahari. Inilah waktu awal shalat idul adha, karena itu tidak dibolehkan menyembelih hewan kurban sebelum waktu ini sebagaimana dalam hadis: "Barangsiapa yang menyembelih kurban sebelum shalat (idul adha) maka sesungguhnya ia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang menyembelih kurban setelah shala, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya dan menjalani aturan islam" (HR Bukhari: 5594)1. 89. Soal: Wajibkah kita berkurban ditempat tinggal kita ? ataukah boleh diserahkan ditempat lain yang lebih membutuhkan ? Jawab: 1 . Lihat: Fiqh Islam: hal. 477

62

Tentunya yang lebih utama adalah melakukan penyembelihan hewan kurban tersebut dengan diri sendiri dan dalam daerah yang kita tempati, demi untuk menegakkan syiar islam didaerah tersebut. Namun apabila hewan kurban tersebut lebih dibutuhkan oleh umat islam ditempat atau negeri lain, maka hukumnya boleh untuk mengirimkan daging kurban tersebut kepada mereka, atau mengirimkan sejumlah uang ke lembaga atau orang yang amanah di negeri tersebut lalu merekalah yang membeli hewannya lalu menyembelih dan membagi-bagikannya. Hal ini tentunya sesuai dengan maslahat dan tujuan umum adanya syariat kurban tersebut yaitu agar orang-orang fakir miskin bisa turut serta merasakan indahnya hari raya idul adha dengan memiliki kecukupan makanan dan kebutuhan, Wallaahu a'lam 1. 90. Soal: Bolehkah hukumnya bila kita menyerahkan uang senilai hewan kurban pada lembaga tertentu agar mereka saja yang menguruskan penyelenggaraannya baik dari segi pembelian hewan kurban, dan penyembelihannya ? Jawab: Ya, boleh menyerahkan uang senilai hewan kurban pada lembaga tertentu agar mereka yang menurus pembelian hewannya, serta penyembelihan dan pembagiannya pada orang-orang yang membutuhkan, apalagi bila lembaga tersebut lebih mengetahui kondisi masyarakat secara umum dan mengenal mana yang kaya dan miskin, sehingga pembagian hewan kurban tersebut bisa sesuai dengan harapan yaitu bisa memberikan bantuan dan sedekah pada mereka yang membutuhkan2.

1 .Lihat: Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin dan Syaikh Nashir Al-'Umar di http://islamqa.info/ar/175475 2 . Lihat: Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin di http://islamqa.info/ar/175475

63

Kaffarah Nadzar dan Sumpah 91. Soal: Sumpah apa saja yang apabila dilanggar harus dibayar kaffarahnya ? Jawab: Sebelumnya perlu diketahui bahwa sumpah adalah menegaskan sesuatu dengan menyebut nama Allah ta'ala atau sifat-sifatNya, seperti "Wallaahi", "Wa Ar-Rahman", atau dalam bahasa Indonesia "Demi Allah", "Demi ArRahman" dll. Syarat-syarat agar sumpah itu sah adalah sebagai berikut: 1.Harus dari orang yang mukallaf (berakal dan baligh). 2.Berasal dari kemauan sendiri, tidak dipaksa. 3.Menyengaja. Kalau sumpah karena keceplosan lidah, sumpahnya tidak dianggap sah. Bila tiga syarat ini terdapat dalam diri seseorang ketika bersumpah maka bila ia langgar, ia wajib membayar kaffarah sumpah. Adapun sumpah dengan menyebut selain nama Allah, maka hukumnya syirik kecil dan pelakunya berdosa, karena bersumpah harus dengan menyebut nama atau sifat Allah ta'ala. Nabi kita bersabda: “Barangsiapa yang mau bersumpah maka hendaknya dia bersumpah dengan nama Allah atau dia diam saja". (HR Bukhari: 2482 dan Muslim: 3105). Sumpah selain Allah ini walaupun pelakunya berdosa, namun tidak diwajibkan membayar kaffarah. Demikian pula orang yang keceplosan bersumpah atau karena terbiasa mengucapkannya tanpa ada niat sumpah maka tidak juga diwajibkan membayar kaffarah kalau melanggar sumpahnya, sebagaimana dalam ayat: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah) tapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja" (QS Al-Maaidah: 89)1. Termasuk sumpah dusta, misalnya "Demi Allah saya tidak melakukannya" padahal ia berdusta. Sumpah dusta ini tidak diwajibkan pelakunya membayar kaffarah sumpah namun hanya berdosa karena ia berdusta dengan mengatasnamakan Allah ta'ala.

1 . Lihat: Fiqh Islam: hal. 483 dan Shahih Fiqh Sunnah: 2/285 dan setelahnya.

64

92. Soal: Apakah semua nadzar bila tidak dilakukan wajib membayar kaffarah ? Jawab: Nadzar adalah janji melakukan kebaikan yang asalnya tidak wajib menurut syariat islam, setelah dinadzarkan maka hukumnya menjadi wajib. Hukum asal nadzar ini makruh karena mewajibkan atas diri sendiri apa yang tidak diwajibkan Allah ta'ala serta membebani diri sendiri. Namun apabila seseorang telah bernadzar maka wajib untuk dilaksanakan. Dalam hadis: "Barangsiapa yang bernadzar akan mengerjakan ketaatan maka hendaknya mengerjakan ketaatan itu" (HR Bukhari: 6696). Nadzar yang sah yang apabila tidak mampu dilakukan, maka wajib untuk membayar kaffarah adalah: 1.Nadzar dengan menjanjikan suatu ibadah atau amalan apabila ia mendapat nikmat atau terhindar dari bahaya. Misalnya: Bila saya sembuh, saya akan berpuasa tiga hari. 2.Nadzar dengan menjanjikan ibadah atau amalan dengan tidak ada sebabnya. Misalnya: Saya bernadzar saja akan shalat dua rakaat. Dua jenis nadzar ini bila tidak dilakukan atau tidak mampu dilakukan maka harus diganti dengan kaffarah sesuai kaffarah sumpah. Adapun nadzar untuk bermaksiat seperti berjudi, berzina, atau minum miras maka nadzarnya tidak sah, bila ia tidak lakukan, maka tidak wajib membayar kaffarah karena nadzar tersebut batil. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa bernadzar akan mengerjakan maksiat maka janganlah mengerjakan maksiat itu" (HR Bukhari: 6696)1. 93. Soal: Berupa apakah kaffarah nadzar atau kaffarah sumpah tersebut ? Jawab: Bila seseorang bersumpah lalu melanggarnya maka ia wajib membayar kaffarah sumpah tersebut. Demikian pula bila bernadzar lalu tidak mampu melaksanakan nadzar tersebut karena satu dan lain hal, maka ia wajib membayar kaffarah nadzar tersebut yang sama dengan kaffarah sumpah, yaitu: Ia harus memilih salah satu diantara tiga perkara berikut: 1.Memberi 10 orang miskin dengan makanan seperti makanan pokok dalam zakat fitrah, tiap-tiap orang miskin mendapatkan satu mud (sekitar 750 1 . Lihat: Fiqh Islam: hal. 485 dan Shahih Fiqh Sunnah: 2/315 dan setelahnya.

65

gram atau 3/4 kg). 2.Memberi pakaian kepada 10 orang miskin. Jenisnya pakaian apa saja sesuai dengan kondisi mereka yang diberi. 3.Memerdekakan hamba sahaya. Jika tidak mampu melaksanakan salah satu dari tiga perkara ini, maka ia wajib berpuasa tiga hari. Ini sesuai firman Allah: "Maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari". (QS Al-Maa-idah: 89)1. 94. Soal: Bolehkah mewakilkan kaffarah nadzar atau sumpah ini pada lembaga pengelola zakat atau sedekah ? Jawab: Ya, hukumnya boleh untuk mewakilkan suatu lembaga dalam mengelola kaffarah ini baik dengan menyerahkan mereka barang yang menjadi penebus kaffarah ini ataupun dengan menyerahkan pada mereka uang tunai agar lembaga tersebut yang kemudian membeli barang-barang penebus kaffarah dan membagi-bagikannya kepada pihak yang membutuhkan2. Wallaahu a'lam.

1 . Lihat: Shahih Fiqh Sunnah: 2/310-314, dan Fiqh Islam: hal. 484. 2.Lihat:http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=185113.

66

Fidyah Puasa 95. Soal: Berapakah fidyahnya orang yang diyakini tak bisa puasa lagi seperti orang tua renta atau orang sakit yang tak diharapkan sembuh lagi ? Jawab: Jenis orang-orang yang anda tanyakan ini tidak diwajibkan berpuasa menurut ijma' ulama islam. Hanya saja mereka diwajibkan untuk membayar fidyah, setiap hari diganti dengan fidyah satu mud atau 3/4 kg makanan pokok kepada fakir miskin. Allah ta'ala berfirman: "Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin" (QS Al-Baqarah: 184). Bila ketidaksanggupannya tersebut 30 hari, maka ia wajib membayar fidyah untuk 30 hari, baik pembayarannya dicicil perhari atau langsung satu kali1. 96. Soal: Saya masih bingung dengan fidyahnya wanita hamil atau menyusui ketika ia tidak mampu berpuasa Ramadhan, bisakah diperjelas ? Jawab: Wanita yang hamil atau menyusui yang tidak puasa karena khawatir akan kesehatan atau keselamatan dirinya sendiri, atau kesehatan dirinya sekaligus kesehatan atau keselamatan anaknya, maka ia hanya diwajibkan mengqadha puasa tanpa membayar fidyah. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah memberikan keringanan pada musafir untuk tidak melakukan setengah shalat (hanya qashar), dan tidak berpuasa, serta memberikan keringanan pada wanita hamil dan menyusui dari puasa". (HR Tirmidzi: 715, hasan). Namun bila wanita hamil atau menyusui tersebut tidak berpuasa hanya karena khawatir pada kesehatan atau keselamatan anaknya saja, maka ia wajib mengqadha puasa yang ditinggalkannya dan juga wajib membayar fidyah setiap hari ketunggakan puasanya dengan satu mud atau 3/4 kg makanan pokok pada fakir miskin. Ini sesuai ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma: "Wanita menyusui atau hamil bila khawatir pada anak mereka, maka mereka berbuka puasa saja dan memberikan makanan untuk fakir miskin". (HR Abu Daud: 2317, shahih). 1 . Lihat: Shahih Fiqh Sunnah: 2/124 dan Fiqh Islam: hal.233-234

67

97. Soal: Bolehkah fidyah berupa makanan ini diganti saja dengan uang karena ratarata mereka lebih membutuhkan uang ? Jawab: Dalam ayat tentang fidyah: "Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin" (QS Al-Baqarah: 184). Allah ta'ala hanya menyebutkan makanan untuk jenis pembayaran fidyah, dan tidak menyebutkan hal lainnya sehingga yang wajib dalam fidyah puasa adalah dibayar dengan makanan. Hanya saja sebagian ulama membolehkan pembayaran fidyah ini dengan uang bila maslahatnya lebih besar seperti karena si penerima lebih membutuhkan uang, dll1. Wallaahu a'lam. 98. Soal: Bisakah pembayaran fidyah ini diwakilkan ke lembaga pengelola zakat ? atau lebih utama membayarnya sendiri pada orang yang membutuhkan ? Jawab: Yang lebih utama adalah membayarnya sendiri kepada mereka yang membutuhkan, karena dengannya anda bisa langsung mengenal dan akrab dengan fakir miskin. Namun bila anda mewakilkannya pada pengelola zakat disatu lembaga tertentu maka itu juga boleh, bahkan lebih baik bila anda tidak mengetahui perihal fakir miskin didaerah anda atau khawatir salah dalam menyalurkan fidyah tersebut, karena lembaga pengelola sedekah atau zakat tentunya lebih tahu dan memiliki data tentang fakir miskin yang ada disekitarnya atau didaerah operasionalnya, Wallaahu a'lam2. 99. Soal: Mohon dijelaskan fidyahnya berhubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan ! Jawab:

1.Lihat:http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=6673 2 . Lihat: Kasyf Al-Litsam 'An Ahkaam Al-Shiyaam: hal. 161

68

Jimak atau berhubungan suami istri , jika dilakukan disiang hari ramadhan dalam keadaan puasa -walaupun tanpa keluar mani- maka ; 1.Puasa keduanya batal, 2.Keduanya wajib bertaubat dan mohon ampun kepada Allah, 3.Keduanya wajib mengqadha puasa hari itu, 4.Keduanya membayar kaffarah / tebusan yaitu dengan memerdekakan satu budak/hamba sahaya, jika tidak mampu maka berpuasa 2 bulan berturutturut, dan jika tidak mampu juga maka harus memberi makan 60 orang miskin. Ini sesuai hadis Abu Hurairah radhiyallahu'anhu: "Pada suatu saat ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. seseorang lelaki datang dan berkata; ”wahai Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam celakalah aku”. --Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bertanya : apa yang telah membuatmu celaka ?. --Ia menjawab,”aku melakukan hubungan badan dengan istriku padahal aku sedang berpuasa”. -Rasulullah bertanya kepadanya,”dapatkah kamu (sebagai hukumannya) membebaskan seorang budak?” -ia menjawab : tidak.Rasulullah bertanya,”dapatkah kamu puasa dua bulan penuh?” -ia menjawab : tidak. -Rasulullah bertanya : “dapatkah kamu memberi makan enam puluh orang miskin?” -ia menjawab : tidak. -Nabipun termenung sejurus dan pada saat yang bersamaan sekeranjang penuh kurma dibawa ke hadapannya. Nabi bertanya,” mana orang yang bertanya tadi?” - itu menjawab,”aku disini”. -Nabi bersabda kepadanya, “bawalah ini dan sedekahkanlah”. -Orang itu berkata,”haruskah kusedekahkan kepada orang yang lebih miskin daripada ku? Demi Allah, tidak ada keluarga di antara dua gunung ini (Madinah) yang lebih miskin daripadaku”. -Nabipun tersenyum hingga tampak gigi serinya dan berkata,”berikanlah makanan ini kepada keluargamu”. (HR Bukhari : 1936 dan Muslim : 1111).

69

Hukum Mewakilkan ZIS Pada Lembaga Tertentu 100. Soal: Apa hukum mewakilkan zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, kaffarah dan fidyah pada lembaga atau instansi pengelola sejenis BAZ, LAZ atau semisalnya ? Jawab: Lembaga atau instansi pengelola zakat dan sedekah seperti BAZ atau LAZ adalah berfungsi sebagai wakil sekaligus perantara untuk dua pihak yaitu pemberi dan penerima. Artinya pemberi zakat atau sedekah mewakilkan hartanya pada lembaga ini untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Sedangkan penerima mewakilkan lembaga ini untuk menerima harta tersebut dari pemberi. Dalam islam perkara wakil mewakilkan ini adalah perkara yang dibolehkan dengan syarat: lembaga tersebut adalah lembaga yang amanah dan terpercaya baik dari segi penjagaan amanah harta tersebut ataupun dari segi penyalurannya kepada yang membutuhkan; harus tepat sasaran yaitu benar-benar dibagikan pada yang membutuhkan, dan tepat waktu yaitu tidak terlambat membagikannya seperti pembayaran zakat fitrah sebelum shalat idul fitri dan penyembelihan hewan kurban sebelum lewat hari-hari tasyriq1. Juga boleh memberikan mereka atau lembaga tersebut uang senilai zakat fitrah, fidyah, atau kaffarah anda, dan mewakilkan mereka untuk membeli zakat fitrah, fidyah atau kaffarah itu baik berupa makanan atau pakaian atau lainnya. Namun yang lebih utama tentunya menyerahkan zakat atau sedekah atau fidyah atau kaffarah tersebut secara langsung kepada fakir miskin atau yang membutuhkan, khususnya kepada kerabat atau tetangga atau kenalan yang memang membutuhkan. Adapun bila hal ini tidak memungkinkan maka lebih baik mewakilkan semuanya pada lembaga atau instansi pengelola tersebut agar mereka yang membagi-bagikannya kepada fakir miskin2.

1 . Lihat: http://islamqa.info/ar/224651 2.Lihat:http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=Fatw aId&Id=186597

70

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.