Buku cergam "Grow Up" karya Ine Nur Fadillah Flipbook PDF

link kuesioner uji coba: https://forms.gle/ectPCcuUTByk4ZQA8

54 downloads 104 Views 31MB Size

Story Transcript

i


Grow Up Cerita : Ine Nur Fadillah & Lieken Febrina T Ilustrasi: Ine Nur Fadillah Hak cipta dilindungi Undang-Undang Diterbitkan kali pertama oleh Ine Nur Fadillah Cetakan Pertama : Januari 2023 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau selutuh buku ini dalam bentuk apapun (seperti cetak, fotokopi, mikrofilm, VCD, CD-Rom, dan rekaman suara) tanpa izin penulis Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi huruf b, huruf e, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana dengan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) 4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). ii


Daftar isi Daftar Isi iii Quarter Life Crisis iv Chapter 1 Dunia Baru 1 Chapter 2 Who am i? 35 Chapter 3 Fase locked-in dan separation 53 Chapter 4 Fase Identity Exploration 95 Chapter 5 Fase Rebuilding 147 iii


QUARTER LIFE CRISIS yang biasa terjadi pada seseorang di rentang usia 18 hingga 29 tahun sebagai suatu respon terhadap ketidakstabilan yang memuncak, perubahan yang konstan, terlalu banyaknya pilihan-pilihan serta perasaan panik, dan tidak berdaya (sense of helplessness) Penyebab menyeluruh dari quarter life crisis adalah krisis identitas di mana individu usia dua puluhan sangat tidak puas dengan pekerjaan, hubungan interpersonal, kehidupan selama/setelah kuliah, dan mendefinisikan siapa mereka dan apa yang mereka lakukan. - Robbins dan Wilner (2001) iv


CHAPTER 1 DUNIA BARU 1


Aku tak bisa menghentikan senyuman yang ada di wajahku begitu memandang sebuah gedung bertingkat tepat di depan mataku. Aku mengeratkan pegangan pada tas ranselku, gedung di depanku ini akan menjadi tempat tinggalku selama empat tahun ke depan, sekarang aku resmi menjadi anak perantau yang akan menimba ilmu di kota orang alias aku sudah menjadi mahasiswa baru di Kota B. Dengan langkah riang, aku menarik koper dan masuk menuju kos putri, gedung ini sangat bersih dan terawat, aku tidak tahu jumlah pasti berapa kamarnya namun gedung kosku ini memiliki dua lantai dan aku tinggal di lantai 2. Saat menaiki anak tangga, aku bertemu dengan penghuni kos yang lain, aku menyapa mereka sambil tersenyum ramah. Akhirnya aku sampai di kamarku, dengan perasaan membuncah aku membuka kamarku. Kamar ini lumayan luas, ternyata pihak pemilik kos sudah memberikan sebuah lemari kecil dan satu single bed. Tak terasa senyumku semakin lebar, sekarang aku harus cepat-cepat menata kamarku. Aku berbaring sejenak saat aku baru selesai membersihkan kamarku, lumayan capek juga ternyata. Mungkin karena kamar ini sudah lama ditinggalkan jadi banyak kotoran menempel tapi sekarang kamarku sudah bersih, harum dan siap ditinggali. 2


Tinggal satu pekerjaanku saja yang tersisa, yaitu membereskan bukuku ke dalam kardus. Setelah mengambil waktu selama lima menit, aku membangunkan diriku dan mulai menata bukubuku ke dalam kardus. 3


Mataku tak sengaja menangkap sticky-sticky notes yang tadi kutulis, kalau ada yang melihat ini pasti orang akan mengira bahwa aku adalah mahasiswa ambisius, sebenarnya setengah benar dan setengah salah. Dibanding ambisius, aku hanya tidak suka jika aku yang tertinggal. 4


Tujuanku menulis memo dan menempelkannya di kamarku adalah agar aku tidak lupa apa tujuanku untuk belajar hingga sejauh ini serta agar aku juga tidak lupa bahwa untuk mewujudkan mimpi yang besar, aku perlu untuk mewujudkan mimpi yang kecil dahulu. Merintis dari awal, tak peduli bagaimanapun prosesnya aku percaya pada kemampuanku sendiri. 5


6


Aku memandang takjub pemandangan yang ada di depan mataku, rasanya baru kemarin aku masih memakai seragam putih abu, sepatu hitam dengan tali yang harus berwarna putih, rok span yang membuatku sulit berlari ketika tidak sengaja bangun kesiangan, buku paket yang beratnya mengalahkan beban belajarku, dan pemandangan anak-anak nakal yang sedang dihukum oleh guru kesiswaan. Sekarang pemandangan tersebut tergantikan dengan pemandangan yang lebih beragam, aku tidak lagi melihat orang yang memakai seragam putih abu namun baju yang lebih bebas. Kemeja dengan celana yang robek-robek, rambut anak laki-laki yang warnanya beragam juga panjang, perempuan-perempuan yang sekarang tidak khawatir memperbaiki riasannya di sepanjang koridor kampus, sepatu yang berwarna-warni, semuanya di mataku terlihat sama. Sepanjang perjalanan menuju kelas, aku tersenyum senang, sepertinya aku benar-benar memasuki dunia baru. Dunianya orang dewasa. “Eh lo tahu gak sih senior yang kemarin lipsticknya merah itu?” nada bicaranya yang terkesan memancing itu, menarik perhatianku yang dari tadi hanya mendengarkan tanpa menyimak. Itu suara Agatha, di kelasku dia adalah perempuan paling cantik, rambutnya panjang dan bergelombang, tidak hanya itu gaya berpakaiannya pun sudah sekelas model. Tidak jarang juga dia suka memperlihatkan barang-barang brandednya, “Ah maksud lo yang pas PKKMB kerjaannya marah-marah?” yang barusan menjawab adalah Erisa, dia duduk tepak di sebelahku, rambutnya pendek yang membuatnya terkesan tomboy, 7


berbeda dengan Agatha, Erisa memiliki aura wanita jutek yang sulit didekati padahal dia aslinya sangat ramah, orang-orang di sekitarku ini hanya bisa menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, “Kenapa sih sama senior itu?” kini gantian Jennie bertanya, ia duduk di sebelah Erisa. Kalau disuruh bagaimana mendeskripsikannya, dia ini sedikit mirip dengan pick me girl tapi aku juga bingung kenapa dia dapat julukan tersebut, hanya karena dia pernah mengatakan bahwa dia adalah satu-satunya anak kelas yang tidak menyukai kentang goreng bukan berarti dia harus mendapatkan julukan tersebut kan? Mereka hanya iri saja pada kemampuan Jennie yang percaya diri tentang apa yang dia rasakan, dia adalah orang yang sangat jujur tentang perasaannya. Orang yang tidak memakai topeng. Agatha, Erisa dan Jennie adalah ketiga temanku yang berharga, aku senang bisa dekat dengan mereka karena aku adalah satu-satunya anak yang bisa bergabung dengan geng mereka. Aku berhasil meruntuhkan tembok yang mereka bangun. Alasannya sangat sederhana, mereka bertiga adalah mahasiswa yang sangat populer. Agatha terkenal karena suara merdunya, dia juga sudah pernah mengikuti ajang bergengsi yang kudengar dia pernah ikut kompetisi di acara tv nasional. Erisa dia sangat mahir bermain piano, keluarganya memang dikenal dengan keluarga berdarah seni, dan Jennie dia terkenal karena sering melakukan dance cover dia juga masuk crew dance yang terkenal seantero Kota B, kemampuan menarinya sudah tidak perlu diragukan lagi dan aku adalah anak biasa saja yang berhasil masuk dengan lingkaran sosial mereka. Aku termasuk dalam jajaran anak populer kan? 8


Cerita kami bisa berakhir dengan dekat seperti ini adalah entah kenapa dari sejak awal PKKMB dan ospek jurusan kami selalu satu kelompok, dan karena tidak ada anak angkatanku yang berani mendekati atau menyapa mereka, aku berinisiatif untuk mendekati duluan, ah sepertinya sejak mereka melihat aku sedang membuat sketsa gambar. Waktu seminar umum aku sangat bosan dan mengantuk akhirnya aku memutuskan untuk menggambar suasana seminar umum. Mungkin bakatku diakui mereka, dan sejak saat itu mereka yang tadinya tidak peduli dan selalu cuek membalas sapaanku kini membiarkan aku duduk di meja yang sama dengan mereka. Mereka bertiga adalah ketiga temanku yang sangat berharga. 9


Saat ini kami berempat sedang melakukan piknik di dekat taman kampus, suasana senja yang terlihat romantis dan hangat ini menggoda kami untuk menghabiskan waktu lebih lama. Ditemani dengan cemilan keripik kentang dan minuman kaleng bersoda menambah poin sempurna. Hari ini kami memiliki hari yang cukup melelahkan, dari mulai kelas yang dimulai dari pukul 8 pagi, tugas dari senior himpunan mahasiswa ah aku lupa bilang bahwa setelah masa ospek jurusan selesai kami memasuki masa kaderisasi. Sebenarnya bisa dibilang masa osjur kami belum berakhir, masa kaderisasi itu bisa dibilang masa senioritas sedang gencar-gencarnya. Aku juga muak kenapa juga masih ada masa seperti ini tapi ya mau bagaimana lagi, kami tidak punya pilihan lain untuk tidak mengikuti kegiatan ini. Lagipula, aku memiliki teman-teman yang selalu ada. Dengan adanya mereka, mau seberat apapun hari yang kulalui aku bisa melewatinya. Karena kami berempat saling berbagi penderitaan yang sama. Aku merasa sangat bersyukur, berkat mereka aku tidak mengenal rasa sepi, harihari yang aku lewati juga tidak berwarna hitam putih. Aneh ya, padahal aku baru mengenal mereka selama tiga bulan tetapi aku sudah merasa sedekat nadi. 10


Berbeda saat aku semasa sekolah dulu, kanvasku yang berwarna netral kini berganti dengan warna-warni indah yang membentuk harmoni dan keindahan, seperti Pelangi yang memiliki tujuh warna berbeda namun tetap indah dilihat dan terasa menyatu. 11


Tak kusangka untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akan pulang larut dan hampir mendekati waktu tengah malam. Hari ini sangat menyenangkan, setelah aku dan teman-temanku melakukan piknik sederhana kami pergi ke timezone dan memainkan beberapa game di sana. Oh iya, kami juga sempat berfoto dan ini adalah pertama kalinya aku mempunyai foto polaroid bersama temanku. Ternyata mempunyai teman itu semenyenangkan ini dan ini adalah rasa baru yang menghampiri hidupku, sudah kubilang kan sebelumnya? Hatiku ini bagaikan danau kering yang mustahil akan muncul air namun setelah bertemu mereka, danau yang tadinya kering sudah penuh meluap dengan air juga terdapat pohon-pohon yang menghiasi danauku. Aku harus membeli figura foto kecil untuk memajang foto polaroid ini di meja belajarku. 12


Sebenarnya aku merasa tenagaku terkuras hingga dasar dan ingin sekali segera membersihkan diri serta meluruskan badanku pada kasurku yang sudah melambai dengan keras dari tadi. Namun, baru saja aku akan melangkah ke kamar mandi mataku teralih pada catatan tugas yang kutempel di dinding dan aku pandangi jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan 23:40, sepertinya aku tidak bisa tidur nyenyak jika tidak segera mengerjakannya. Akhirnya aku memaksakan diri mengerjakan tugas sampai pagi toh, besok kelasku akan diadakan di sore hari. 13


Aku mengerjapkan mataku ketika merasa tidurku terusik, entah kenapa hari ini ponselku sangat berisik, dengan mata masih setengah mengantuk aku melihat jam yang masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Aku masih punya banyak waktu hingga kelas sore nanti, sebaiknya aku tidur lagi. Baru saja aku memejamkan mata, aku mendengar notifikasi chat dari ponselku mataku langsung terbelalak ketika membaca puluhan notifikasi dari El serta panggilan tak terjawab lainnya, sial dia sudah mengirimiku pesan dari pukul setengah sembilan. Pasti sekarang kelas sudah dimulai, aku harus cepat meski telat, aku tidak boleh meninggalkan kelas ini 14


Tunggu dulu, apa koridor kampusku sepanjang ini? Kenapa pula kelasku yang sore hari harus dimajukan di pagi hari dengan mendadak begitu --tidak mendadak sih karena aku yang salah baru bangun pukul 7 pagi dan yang lebih menyebalkannya lagi adalah aku sempat salah memasuki kelas dan juga KENAPA HARI INI KELASKU HARUS DIADAKAN DI LANTAI DUA?! Ayolah sebenarnya aku sudah tidak kuat berlari, aku tidak berbakat juga dalam lari cepat tapi kalau aku berjalan aku akan sangat terlambat. Penampilanku kali ini pasti sangat berantakan. 15


BRAK Aku benar-benar tak punya muka sekarang, semua teman sekelasku melihatku yang berjalan dengan ragu dan kepala menunduk. Aku bisa merasakan pandangan kecewa dari dosen, “Maafkan saya Pak, saya tidak akan membela diri karena ini adalah kelalaian saya. Mohon maaf sekali lagi,” SIGH Aku tahu suara tarikan napas yang mencoba memaklumi memendam rasa kecewa yang mendalam padaku. Aku sangat mengetahuinya, “Kamu telat satu jam, kamu boleh mengikuti kelas tapi akan dianggap tidak hadir oleh Bapak. Artinya, kamu sudah menggunakan satu dari tiga kali kesempatan untuk tidak hadir di kelasku. Silakan duduk,” aku berterima kasih karena setidaknya dosen memberikanku kesempatan untuk mengikuti kelas di jam terakhir. 16


Aku sempat bertemu pandang dengan El, terlihat sekali raut khawatir di wajahnya aku tersenyum mengatakan terima kasih dan berkata tidak apa-apa. Lalu, aku mengalihkan pandanganku pada ketiga temanku yang duduk di belakang El. Kenapa mereka terlihat biasa saja padahal aku telat, raut wajah mereka terlihat baik-baik saja malah terlihat seperti sudah menonton pertunjukan yang menarik. Sebenarnya apa mereka benar-benar temanku? 17


Maksudku, aku baru tingkat pertama tapi sudah memberikan kesan buruk aku yakin pasti ini akan memengaruhi nilaiku, baru juga memulai aku sudah mendapatkan poin minus dan yang paling membuatku heran adalah, kenapa di saat seperti ini ketiga temanku tidak ada yang menanyakan keadaanku atau sekadar menghiburku? Kelas sudah selesai dari tiga puluh menit yang lalu namun pikiranku masih berada di tempat yang lain. Aku masih terpikirkan bagaimana nasibku ke depannya, apakah kejadian tadi pagi akan menjadikanku bahan pembicaraan dosen? 18


Mereka juga tidak menghubungiku seperti yang El lakukan, padahal kalau memang tidak bisa menghubungi kan mereka juga bisa datang ke kosku. Di tengah kalutnya pikiranku mereka masih bercengkrama seolah tidak ada apapun yang terjadi, tak ada satu pun yang menjelaskan kenapa mereka tidak memberitahuku. Padahal El hanya seseorang yang aku kenal karena kami sekelas, kami juga jarang bertukar sapa tapi di saat tadi hanya El yang mencoba menghubungiku. Sedangkan mereka bertiga adalah temanku yang berharga, rasanya aku seperti seekor bebek yang berkumpul di antara tiga angsa. Selain itu, aku juga terpikirkan oleh tugasku yang aku kerjakan semalam. Aku merasa kurang maksimal tapi itu semua sudah telat, tugasku sudah dikumpulkan apapun hasilnya aku harus terima. Karena hal tersebut adalah konsekuensi atas perbuatan lalaiku. Lagipula manusia itu menanam apa yang dituai kan? TAPI .. aku tetap tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi, ditambah lagi aku merasa tidak nyaman berada disini sekarang, teman-temanku terlihat berbeda hari ini, dan kembali mengingatkanku akan pertemuan pertama kami. 19


20


Akar-akar tumbuhan yang merambat dihiasi bunga yang menjulur dengan kelopaknya yang cerah seakan mengucapkan selamat datang padaku. Aku terpana akan keindahan yang tampak di depan mata, sinar hangat yang menyentuh kulitku, aroma bunga yang menggelitik hidungku membawa langkahku terus masuk ke dalam. Keindahan dunia baru ini membuatku ingin tinggal di dalamnya, karena duniaku ini ‘sempurna’. Layaknya seekor bebek yang mendambakan perairan danau di ujung sana, aku berlari untuk meraih dunia baru yang akan menyambutku. Di hari pertama aku aku bertemu mereka yang berdiri di sebrang sana, di sebrang pintu taman Dengan langkah penuh percaya diri aku mendekat pada pintu taman yang akan mengantarku pada dunia baru. yang ingin aku masuki. 21


“Aduh sumpah ya, gue gak tahan banget sama anak itu,” “Berasa paling cantik gak sih? Padahal bukan apa-apa kalo sama kita,” “Mana tadi cara jalannya dih gak banget, kek lo tuh gak usah so jadi anak yang berkasta tinggi deh,” 22


Aku menyeruput teh manisku dengan tenang sambil mendengarkan diskusi yang mereka bicarakan atau istilah lainnya membicarakan orang. Mereka membicarakan orang seolah itu adalah hal biasa, layaknya kita memakan nasi di setiap makan. Hal yang biasa. Di sudut hatiku, aku merasa sangat tak nyaman dan ingin segera pergi namun aku pikir pembahasan ini pasti sering dilakukan oleh teman-temanku yang lain kan? Saat aku SMA pun aku seringkali mendengar teman-temanku yang menggosipkan temannya. Jadi ini masih hal yang wajar kan?, pikirku saat itu. Sinyal negatif yang dulu ku abaikan, akhir-akhir ini mulai menyadarkanku. 23


“Nay, kenapa lo dari tadi diem aja?” “Ah oh itu-“ “Lo kepikiran soal tadi yang telat?” aku menatap mata Erisa ketika dia bertanya dengan tepat sasaran, tuh kan kehkawatiranku tentang kesetiaan mereka itu tidak berguna, buktinya sekarang mereka bertanya perihal keadaanku. “Sebenernya aku takut banget. Ini kan baru awal masuk kuliah tapi aku udah telat kalo nanti di akhir nilaiku masih kurang, gimana? Gimana pun juga kesan pertama itu penting kan….” aku menunggu respon salah satu dari mereka namun kenapa tiba-tiba hening seperti ini? Hatiku sakit ketika melihat pemandangan yang ada di depan mataku. 24


Mereka tak acuh dan sibuk dengan gadget masing-masing, padahal aku sedang berkeluh kesah dan sedang butuh dukungan tapi respon apa ini? “Udah sih Nay, lo masih mending bisa masuk. Lo gak inget Agatha pernah gak sengaja bolos sekali? Dia full lho gak ikut KBM tapi lo kan masih bisa ikut,” “Iya gak usah dipikirin juga, toh cuman telat sejam doang gak bikin dunia kiamat,” Cuman, katanya. Ironis ya. 25


26


Rasanya danauku mulai mengering, danau yang tadinya berlimpah ruah oleh air jernih yang menyegarkan kini mulai keruh dan surut. Tumbuhtumbuhan yang berada di dekat danauku pun kini mulai layu. Aku merasa kekosongan yang teramat dalam di sudut hatiku, sebenarnya apa yang hilang dari diriku? Aku seperti kehilangan dalam ruangan gelap yang tak berujung, perasaan yang memberatkan aku dan hampa yang sering kurasakan ketika aku sendiri. Rasanya seperti aku yang memakai baju warna putih di tengahtengah orang yang memakai baju warna hitam. Perbedaan yang membuatku kontras dengan yang lain, juga perasaan terasingkan dari dunia. Suara notifikasi grup chat menyadarkanku dari lamunan. Aku tahu pasti ini dari grup teman-temanku, aku sudah menyiapkan notifikasi khusus untuk grup ini. 27


Agatha: ehh nonton film avatar the way of water yuk Erisa : aduh udah rilis ya? gue lupa mau ngajak kalian buat nonton itu Jennie : yaudah ayo tonton hari ini ajaa, kita kan libur dan itu di twitter lagi trending banget lho Agatha: oke berarti pada nonton ya? Jennie : iyaa ayoo gas Erisa : oke gue pesen tiket buat kita berempat Jennie : berempat? Jennie : eh oh iyaa sama naya juga yaa aduh sorry lupaaa maaf ya ayaang @Naya Erisa : temen macam apa lo wkwk Agatha: udah dahh er buru pesen tar abis malah harus ganti hari Erisa : iyee kanjeng ratu Erisa : udah yeee di xgv jam 4 sore, langsung ketemuan di sana aja Jennie : ihh asiikkk mau pada kembaran gak baju kita? Agatha: gak Erisa : gak Jennie : anjir, yaudah langsung ke tempat kan? Kalo gt gue jalan ama bebeb dl Agatha: ye hepi ngedate lah kalian Erisa : ya ya yang punya pacar 28


Padahal aku belum mengetik apapun, mereka juga tidak bertanya pendapatku soal film yang akan ditonton. Aku tidak ingin pergi tapi mereka memutuskan seenak hati. Apa semua pertemanan seperti ini? ... “Ya ampuunnn gue bener-bener amazed banget sama film sequelnya. Lo paham gak sihh? Ceritanya beneran sebagus ituuu,” “Sesuai ekspektasi film kedua avatar memuaskan banget,” “Ya lo bayangin aja lah film pertamanya sebagus itu yakali di film kedua bakal biasa aja?” Sesuai dugaan, mereka sibuk membahas film yang barusan kami tonton. Aku tidak mengerti apa yang sedang mereka bahas. Bahkan sepanjang film tayang pun aku tidak tahu fil tersebut menceritakan apa, masalahnya apa dan semua alurnya aku tak mengerti. Yang bisa kulakukan sekarang adalah hanya menyimak apa yang mereka bicarakan, seperti biasa. Bagaikan kotak di sudut ruangan yang terlupakan, tidak terawat dan tidak dipedulikan. Mungkin ini yang terbaik, meski aku ditaruh di sudut ruangan setidaknya aku masih satu ruangan dengan mereka. 29


Sebenarnya apa yang sebenarnya sedang aku lakukan sekarang? Meraih mimpi? Mana ada aku berusaha meraih mimpi hanya dengan bermain-main seperti ini? Apasih yang kucari dan yang kumau? Bagaimana nasib nilaiku? Kemana perginya semangatku yang sudah lama aku bangun? Kenapa aku menjadi tidak terarah seperti ini? Sebenarnya dimulai dari mana masalah ini? Tidak bukan. Kenapa bisa jadi begini? Kenapa aku malah terombang-ambing di tengah lautan seperti buih yang bisa menghilang dalam sekejap? Apa yang sedang kucari? Kemana harusnya aku pergi? Pintu yang kubuka, apa benar itu adalah pintu yang akan menunjukkan keindahan dunia baru padaku? 30


31


32


“Nay lo bisa kan bantu gue buat ngerjain tugas ini?” “Lo kan anak paling pinter di kelas kita, lagianSesama teman harus saling membantu kan?” Ajakan yang tidak bisa kutolak maupun aku terima. Kalau aku menolak akankah mereka kecewa padaku? Atau yang terburuk aku akan dijauhi? Dunia baru yang menuntut kesempurnaan ini perlahan menelan diriku sendiri hingga terasa sesak. 33


34


CHAPTER 2 : WHO AM I? 35


Pukul 06:30 pagi Sinar Mentari pagi menyapa kamarku yang terletak di depan, sinarnya cukup menyilaukan karena sekarang sudah memasuki musim kemarau matahari bergeser ke utara dan itu membuat kamarku lebih banyak mendapatkan sinar mentari. Kehidupanku kali ini tidak ada bedanya saat aku SMA, aku sudah terbiasa hidup sendiri dan berusaha sendiri apalagi aku adalah anak pertama. Aku memikul beban yang cukup banyak, beban di pundakku yang samar terasa sekarang makin terasa nyata dan berat. Kehidupanku tidak ada bedanya dengan garis lurus yang sudah ditentukan, rutinitas yang selalu sama danGROWL Berbicara tentang rutinitas, harusnya sekarang aku sedang membeli sarapan. Manusia butuh makan untuk menjalani kehidupan kan? Baiklah, di waktu pagi begini memang paling baik untuk mencari sarapan sekaligus aku harus belanja mingguan ke minimarket. Padahal aku sudah terbiasa untuk melihat minuman yang terpajang di showcase tapi masih saja sulit untuk memutuskan harus membeli apa, pilihanku terjatuh pada dua minuman susu berperisa cokelat. Persoalan sederhana tapi tidak bagiku, karena bagiku harga keduanya memang tidak beda jauh namun ini akan cukup berpengaruh dengan keuanganku bulan ini, aku juga punya pengeluaran lain. Baiklah, sepertinya tidak ada pilihan lain. Aku cukup membeli air mineral dan membeli susu di lain waktu. Bagaimanapun juga air mineral adalah yang terbaik -tidak sebenarnya ini sudah memasuki akhir bulan aku harus meminimalisir pengeluaran bulan ini. 36


37


Saat akan berjalan menuju kasir untuk membayar barang yang aku butuhkan, aku melihat di etalase terdapat cemilan yang kusukai dan sedang ada diskon. Aku meneguk ludahku dan hampir mengambil cemilan tersebut namun dengan cepat aku mencegah tangan kananku mengambilnya. Tidak, tidak boleh. Hari ini aku harus mengencangkan celana di pinggangku, tidak ada cara lain. Aku harus menutup mataku agar tidak tergoda melihat barang diskon dan secara khilaf membelinya. 38


Hari ini entah kenapa terasa sangat berat, kepalaku juga pundakku juga terasa berat. Rasanya mirip dengan diberi tekanan secara perlahan namun konstan yang akhirnya membuatku sering merasakan migrain. Dari kapan ya aku merasa begini? Rutinitas yang aku lakukan setiap hari membuatku tenggelam dan berasa berenang tanpa arah membuat tenagaku terkuras dua kali lipat dari biasanya. 39


Apalagi jurusan kuliah yang sekarang aku tempuh bukanlah bidang yang aku minati atau aku sukai. Apa ini yang dinamakan salah jurusan? Ternyata aku mengalami hal seperti ini ya, perasaan menyesal mendalam juga perasaan mengganjal yang ada dalam hatiku, akankah membesar dan terkuak di permukaan? Sejak SMA aku tidak tahu bakatku apa, aku juga tidak terlalu meminati suatu bidang yang kulakukan hanyalah belajar dengan giat dan mendapatkan prestasi tapi rasa hampa ini tidak pernah terisi dan hilang. Kupikir dengan menjalani kehidupan SMA dengan baik, belajar dengan giat, menjadi murid teladan akan membuatku puas dengan diriku namun hingga sekarang aku tidak merasakan apapun. Orang bilang setiap manusia akan menemukan percikan api dalam dirinya ketika menemukan sesuatu yang diminati tapi aku…. Aku tidak merasakan apapun percikan api, gelora semangat atau perasaan semacam itu. Aku tidak lebih dari orang yang menjalani rutinitas sehari-hari untuk menjalani kehidupanku.Tapi aku juga penasaran, Sampai kapan aku merasa hampa seperti ini? Layaknya surat yang ditaruh dalam botol kaca dan dilemparkan, aku terbawa arus oleh lautan yang entah kemana akan membawaku yang terkunci dalam ruang kaca berharap ada yang membuka. Keindahan lautan yang kulihat dari botol kaca adalah kemewahan dan kemewahan tidak cocok dengan aku yang hanya sepucuk kertas yang terkunci di dalam botol kaca. Pasrah dengan keadaan dan berdiam diri menunggu pertolongan, adalah sebuah rutinitas kehidupanku yang kujalani. 40


Berisik. Telingaku terkontaminasi. Kepalaku terasa pengang. ARGH Aku menjerit tertahan dengan buku yang kusimpan di atas kepalaku berharap aku bisa mengumpulkan konsentrasi untuk belajar. Ingin rasanya menghancurkan televisi di rumah agar terasa tenang tapi setelah itu aku akan ditendang dari daftar nama Kartu Keluarga, sialan. Sudahlah masa bodoh, mau aku paksakan pun tidak akan bisa jika lingkungan tidak mendukungku. Besok saja aku mempelajari ini. 41


Aku sepertinya sudah gila. Apakah otakku sudah bergeser satu senti dari tempatnya? Bisa-bisanya di saat dosen sedang menjelaskan materi yang tidak aku pahami aku memikirkan menu makan siang yang ada di kantin. Yah ini juga salahku memutuskan berangkat hanya dengan meminum susu kotak saja dan akibat yang kudapatkan adalah ini, perutku sudah sangat kelaparan dan kepalaku dipenuhi dengan menu makan siang. Tidak, tidak boleh seperti ini aku harus mengalihkan pikiranku. 42


Aku benaran sudah gila. KENAPA AKU MALAH MENGGAMBAR SKETSA MIE AYAM? Astaga tapi aku juga manusia yang tidak bisa bohong, aku benarbenar lapar. “Ketua kelas tolong bagikan hasil nilai laporan praktikum minggu kemarin, jika ada yang tidak suka dengan hasil penilaian ruangan Saya selalu terbuka. Kelas selesai, sampai jumpa di kelas praktikum,” “Baik, terima kasih Pak,” Segera setelah kami mengucapkan terima kasih dosen menganggukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan kelas. Aku yang sedang membereskan barang-barangku dan bersiap pergi ke kantin, sedikit terkejut dengan kehadiran ketua kelas yang berdiri di mejaku sambil menyerahkan laporan praktikum milikku. 43


Aku kecewa mendapatkan hasil yang tidak memuaskan, padahal aku semalam suntuk mengerjakan laporan ini namun yang kudapatkan hanya nilai C. Memangnya usahaku tidak lebih dari cukup? Aku tertawa getir melihat nilai yang terpampang di pandanganku. Ternyata, aku tidak cukup hanya dengan mengandalkan usaha saja. Yah, tidak apa-apa masih ada kesempatan lain untuk bisa memperbaiki nilaiku, aku harus tetap tersenyum meski mendapatkan kekecewaan mendalam karena ada yang lebih penting, aku sudah membuang waktu lima menitku untuk makan siang dan malah meratapi nilai C. 44


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.