Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak Festival Seni Multatuli 2021
| Angela Oscario | Een Rochaeni | Midiana Ariethia | | Sulfiza Arizka | Siti Syalwa | Akhmadi Puguh Raharjo | | Karseno | Elisa D.S. | Saroh Jarmin | Faye Yolody | | Daniel Yudha Kumoro | Arletta Shaffira Takwim | | Siti Nurlaela | Eka Nurul Hayat | Nazwa Yuliana | | Nurdini | Dede Nurhalimah | Dinda Eka Savitri | Siti Hanna Sumedi | Winata Faturahman |
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak ©Angela Oscario, dkk. all right reserved Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit. Cetakan Pertama: Oktober 2021 Penulis: Angela Oscario, dkk. Editor: Tim Penerbitan dan Launching Festival Seni Multatuli 2021 Ilustrator Isi: Savira Mujahidah, Edeendang, Omen Yoga, Djoni Cobra, dan Angga Neza Gambar Sampul: Omen Yoga Desain Sampul: Uthera Kalimaya Tata Letak: Desma Yuliadi Saputra ISBN: 978-623-97855-1-2
_______________ Diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Jalan RT. Hardiwinangun No. 4, Rangkasbitung, Kab. Lebak, Banten. 42312. Telp. (0252) 201072
_____________________________________________________________________________________
ii
Festival Seni Multatuli 2021
Kata Pengantar Kudu jadi kuntul sa uruyan Kudu jadi walik sa giringan Kudu jadi gagak sa gelangan Kudu sareundeuk, saigel, sabobok, sapihanean Kacai jadi sa leuwi, ka darat jadi sa logak Kudu bisa silih asah, silih asih, silih asuh …..
P
epatah ini sering kita dengar dari para orang tua, namun kita tidak bisa memahami arti atau maksudnya. Didengar, tapi tidak diresapi artinya. Padahal bilamana kita resapi, pepatah ini mengajarkan kita mengenai
kebersamaan dan pergaulan dengan sesama serta alam sekitar kita. Bagaimana dalam setiap kebersamaan kita harus menerapkan silih asah, silih asih, dan silih asuh. Bukan silih tajong, silih tejeh, silih surungkeun atau silihsilih lainnya. Tahun ini, tema besar Festival Seni Multatuli yaitu Tunggul Buhun yang berarti pokok pohon yang sangat tua. Karena itu, setelah mengutip pikukuh Baduy Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Diruksak pada Festival Seni Multatuli 2019, Tim Penerbitan dan Launching mencoba menghubungkan tema program dengan tema besar Festival Seni Multatuli 2021 itu. Tema yang kami pilih untuk Undangan Menulis adalah “Harta Karun dari Tanah Karuhun”. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
iii
Tema ini kami pilih karena kami melihat kekayaan nilai, adat istiadat dan budaya di Kabupaten Lebak. Kekayaan ini merupakan harta karun tak ternilai yang mesti terus diwariskan dari generasi ke generasi lainnya. Agar tetap lestari, segala upaya mesti terus dilakukan. Buku ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Tim Penerbitan dan Launching dalam gelaran Festival Seni Multatuli 2021. Kami berangkat dari pemikiran apa yang bisa kami berikan untuk generasi selanjutnya di Kabupaten Lebak. Selain itu, dalam riset kecil yang kami lakukan, ketidaktersediaan bahan bacaan untuk anak-anak di Kabupaten Lebak, khususnya yang menyuguhkan kearifan lokal daerahnya ini, masih sangat sulit. Sulitnya akses terhadap bahan bacaan untuk anak-anak ini, menurut hemat kami sangat riskan dalam proses pewarisan nilai-nilai, adat istiadat dan budaya warisan leluhur ini. Legenda, fabel dan sage adalah alternatif jenis cerita anak yang coba kami tawarkan kepada para penulis yang menghadiri Undangan Menulis Cerita Anak. Alhamdulillah dalam prosesnya, 106 naskah kami terima pada tengat terakhir penerimaan naskah. Dari 106 naskah itu, kedua kurator membantu kami memilih 20 naskah dengan 1 naskah terpilih di dalamnya. Maka, inilah 20 naskah terpilih Undangan Menulis Cerita Anak 2021. Selamat kepada 20 nomine! Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam seluruh proses kerja Tim Penerbitan dan Launching. Mohon maaf kami pasti melakukan kekeliruan dan kesalahan serta kinerja yang tidak maksimal. Semoga apa yang kita lakukan bermanfaat bukan hanya untuk pribadi, tapi untuk generasi penerus di Kabupaten Lebak.
Rahayu Ing Bhuana Uthera Kalimaya Manager Tim Penerbitan Festival Seni Multatuli 2021
iv
Festival Seni Multatuli 2021
Khazanah Pengetahuan dalam Cerita Anak di Kabupaten Lebak
B
uku kumpulan cerita anak yang dihasilkan dari salah satu program Festival Seni Multatuli tahun 2021 yang berbentuk fabel, legenda, dan sage ini akan menambah khazanah pengetahuan tentang Kabupaten
Lebak dari sudut pandang cerita anak yang kaya akan kisah dan tradisi lisan di tengah kehidupan masyarakatnya dalam konteks sejarah, budaya, moral, dan bahasa lokal. Kabupaten Lebak memang kaya akan tradisi budaya luhur yang hidup di dalam entitas besar komunitas adat, yakni: Masyarakat Adat Baduy dan Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul. Dua entitas besar komunitas adat tersebut merupakan sumber kekayaan tradisi budaya yang mesti terus dilestarikan keberadaannya. Dalam hal ini, termasuk beragam kearifan lokal yang dituangkan dalam cerita anak pada buku ini. Dongeng menjadi salah satu media pembentukan karakter dan penumbuhan budi pekerti bagi anak. Sebab dalam sebuah dongeng, selalu diceritakan nilai-nilai kebajikan dan keteladanan yang mudah ditiru oleh anakanak. Sebagai orangtua, sudah seharusnya kita membekali anak-anak dengan teladan yang baik sebagai bekal mereka kelak di masa depan. Keteladanan itu, salah satunya bersumber dari kearifan lokal yang diangkat dari tradisi budaya yang hidup di tengah masyarakat kita dalam bentuk tradisi lisan yang diolah menjadi tradisi tulis kemudian dituangkan secara kreatif ke dalam buku kumpulan cerita anak oleh tim kerja Festival Seni Multatuli. Adanya karunia yang melimpah akan keindahan alam, situs-situs peninggalan zaman prasejarah, keluhuran nilai-nilai budaya, tradisi yang dilestarikan secara turun-temurun, menjadikan Kabupaten Lebak cukup dikenal di mata dunia. Sedangkan buku kumpulan cerita anak menjadi khazanah pengetahuan tersendiri dalam segmen Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
v
yang berbeda. Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Lebak menyambut baik atas diterbitkannya buku “Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak”. Kiranya tidak berlebihan jika timbul harapan, buku ini akan dibaca oleh masyarakat luas, dan dengan demikian pula, nama Lebak akan dikenal oleh anak-anak secara luas di seluruh Indonesia, bahkan manca negara. Sebuah generasi baru yang akan menjadikan Lebak sebagai destinasi yang wajib mereka kunjungi. “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari” – Pramoedya Ananta Toer.
Iti Octavia Jayabaya Bupati Lebak
vi
Festival Seni Multatuli 2021
Alternatif Menjaring Wisatawan Berkunjung ke Kabupaten Lebak
P
emerintah Kabupaten Lebak melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak berhenti berupaya mewujudkan Visi Bupati, menjadikan Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi lokal. Upaya-
upaya tersebut salah satunya direalisasikan dalam momen perhelatan Festival Seni Multatuli (FSM). FSM 2021 sebagai event tahunan yang diselenggarakan atas kerja sama dengan Platform Indonesiana, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek yang sebelumnya berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini menjadi tanggung jawab Bidang Budaya pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kerja kreatif FSM yang diusung oleh para seniman dan budayawan Lebak dengan konsep Gotong-Royong Kebudayaan, melahirkan banyak ide dan gagasan yang dituangkan dalam berbagai tampilan kesenian; musik, tari, puisi, monolog, teater, seni rupa, seni instalasi, dan sastra. Dalam ranah sastra, buku kumpulan cerita anak ini merupakan hasil akhir dari program penerbitan FSM 2021. Berisi kumpulan cerita anak yang mengangkat beragam tema dalam cerita fabel seputar hewan endemik di Lebak seperti burung anis, owa abu-abu, tando, dan kerbau. Begitu pula cerita legenda yang sangat banyak di Lebak, dan sejarah kepahlawanan dalam cerita sage. Diterbitkannya buku berjudul “Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak”, menjadi alternatif lain dalam mengembangkan strategi promosi pariwisata. Sebagaimana novel Max Havelaar yang membawa Lebak terkenal di daratan Eropa di akhir abad ke-19 silam, buku ini juga diharapkan dapat menjadikan Lebak lebih terkenal melalui cerita-cerita anak yang menarik dan berkesan bagi pembaca sehingga menerbitkan keinginan untuk datang berkunjung ke Lebak. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
vii
Tentunya ini merupakan sebuah tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, bagaimana cerita anak dapat menjadi salah satu alternatif untuk menjaring wisatawan datang mengunjungi destinasi-destinasi wisata yang terdapat di Lebak. Melalui seting dan latar cerita yang digambarkan dalam buku kumpulan cerita anak “Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak”, semoga menginspirasi para pembaca untuk datang berkunjung menikmati keindahan dan segala anugerah alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di atas sekeping bumi bernama Lebak.
Imam Rismahayadin Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
viii
Festival Seni Multatuli 2021
Tanggapan Atas Kumpulan Cerita Anak “Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak” Wawan Sukmara
D
i era digital sekarang ini informasi dapat dengan mudah dan cepat hadir di tengah-tengah kita bahkan
anak-anak kita dapat dengan mudah mengakses apa yang mereka ingin tahu. Kita sulit memfilternya.
Sementara sumber tontonan dan bacaan atau informasi lainnya yang sesuai dengan perkembangan jiwa dan mental anak-anak kita apalagi yang bersumber dari kearifan lokal semakin sulit ditemukan. Penulisan cerita anak yang bersumber pada kearifan lokal: apakah itu fabel, toponimi atau legenda adalah langkah positif untuk pemenuhan bahan bacaan anak-anak sekaligus sebagai bahan memperkenalkan dan proses pewarisan tinggalan budaya setempat. Dua puluh judul cerita anak dari dua puluh orang penulis merupakan karya terbaik dan terpilih menjadi nominator pada lomba penulisan cerita anak FSM 2021. Masing-masing penulis menyampaikan gaya penulisannya yang bersumber dari toponimi. Dari cerita yang berkembang di masyarakat atau mengangkat cerita hewan yang dijadikan tokoh pada tulisannya sebagaimana yang disyaratkan panitia. Mungkin ini hanya kebetulan saja. Dari sekian judul cerita yang tokohnya hewan hampir semua memilih tokoh hewan yang di “umpamakan” oleh panitia yang tertulis pada syarat penulisan: kerbau, burung anis, tando, owa abu, dan sebagainya. Tentu ini tidak menyalahi ketentuan. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi hewan endemik di Kabupaten Lebak yang dapat menjadi sumber cerita dan pengetahuan baru bagi anak-anak termasuk beragam jenis ikan air tawar yang hidup atau pernah hidup di sungai-sungai di Kabupaten Lebak. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
ix
Saya tahu cerita ini adalah fiksi. Penulis dapat memberikan imajinasi dan nyawa terhadap hewan yang ada dalam ceritanya. Akan tetapi lebih baik lagi jika penulis mengetahui karakteristik, habitat serta makanan hewan tersebut. Semisal burung anis merah. Ada yang menyebut juga Anis Cacing atau Anis Bata, yang nama latinnya geokichla citrine banyak ditemukan di Lebak Selatan: Cikotok. Adalah burung yang habitatnya di daerah yang lembab, pemakan cacing, dan buah-buahan. Burung ini merupakan jenis burung rendah yang tidak dapat terbang tinggi dan tidak termasuk burung yang suka berkoloni. Di Kabupaten Lebak banyak jenis burung yang mungkin juga ada di daerah lain akan tetapi penyebutannya berbeda seperti burung Kutilang,di Lebak ada yang menyebutnya burung Pedet. Sekali lagi, ini cerita fiksi. Dalam cerita memungkinkan seekor burung memakan atau melakukan apa saja bahkan dapat berbicara. Pada unsur bahasa. Terdapat penulis yang memasukan bahasa daerah: Sunda. Itu hal yang baik untuk memperkuat unsur kelokalan Lebak. Pastinya ada istilah atau kosa kata bahasa Sunda Lebak yang berbeda dengan bahasa Sunda Priangan misalnya. Dalam hal ini patut diduga ada kekhawatiran penulis menggunakan bahasa Sunda Lebak sama dengan menggunakan bahasa Sunda yang kasar apalagi ketika dibandingkan dengan bahasa Sunda Priangan. Hal ini terlihat dari pemilihan kata yang sengaja “dihalus-haluskan” semisal kata “abdi” barangkali lebih pas kalau “kami” untuk penggunaan bahasa Sunda Lebak. Anggapan bahasa Sunda Lebak adalah bahasa Sunda yang kasar tentu saja itu pendapat yang keliru. Menurut hemat saya itu dikarenakan membandingkan dengan bahasa Sunda Priangan. Sebaiknya melihat kasar atau halus penggunaan bahasa harus dilihat secara utuh kontek penerapannya. Perbedaan tersebut adalah bukti kekayaan bahasa yang dimiliki bangsa ini. Juga bukti kekayaan bahasa Sunda. Kembali kepada dua puluh judul cerita anak dari dua puluh orang penulis yang masuk nominasi merupakan karya terbaik dari penulis yang bukan untuk pertama kalinya menulis sebuah cerita. Lomba Penulisan Cerita Anak pada Festival Seni Multatuli 2021 mengisyaratkan cerita untuk anak usia 6 sampai 16 tahun atau bisa diartikan untuk anak pada jenjang usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Pada anak usia Sekolah Dasar kita mengenal kelas rendah bagi anak Kelas 1-3. Hal ini berdasarkan perkembangan jiwa anak. x
Festival Seni Multatuli 2021
Cerita anak tentu saja tidak cukup dibangun oleh alur cerita yang baik, penokohan yang menarik serta rangkaian kalimat yang sederhana. Melalui cerita anak kita menuntun imajinasi anak kepada pemahaman pesan moral atau nilai baik yang terkandung dalam cerita tersebut. Dari dua puluh judul cerita anak yang saya baca masih terkesan bahwa kebanyakan untuk konsumsi bacaan anak pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar Kelas 6 dan jenjang Sekolah Menengah Pertama serta nilai moral yang ingin disampaikan penulis kebanyakan masih jauh terpendam dalam cerita. Ada beberapa penulis yang membuat keterangan nilai moral yang ingin disampaikan di luar naskah cerita itu sendiri. Itu juga baik. Akan lebih baik jika tersimpan dalam cerita itu sendiri dan si pembaca (anak-anak) dapat dengan mudah memahaminya. Semoga dengan ikhtiar kita ini akan lebih banyak lagi bahan bacaan anak-anak kita yang bersumber dari kearifan lokal setempat di masa mendatang. Selamat untuk kedua puluh peserta yang ceritanya terpilih. Dan kepada yang belum terpilih masih ada media lain untuk tetap menulis. Sekali lagi selamat.
Rangkasbitung, 2 Oktober 2021
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
xi
xii
Festival Seni Multatuli 2021
Pertanggungjawaban Kurator Cerita Anak Bertema “Harta Karun dari Tanah Lebak” Festival Seni Multatuli 2021 Tema: Tema dalam cerita anak harus memiliki makna yang tersembunyi sesuai dengan tema Festival Seni Multatuli yaitu Harta Karun dari Tanah Karuhun. Harta karun yang dimaksud dalam penilaian berupa nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat yang diceritakan secara turun-temurun sehingga menjadi dongeng anak. Harta karun dalam penilaian bukan berbentuk benda seperti beberapa naskah yang terlampir, akan tetapi berupa pesan moral dan nilai-nilai sosial yang di dalamnya terdapat pendidikan karakter bagi anak. Dengan begitu, naskah cerita harus mampu menerjemahkan kearifan lokal dengan memuat nilai-nilai karakter sebagai bentuk harta karun yang sesungguhnya. Beberapa naskah yang diterima oleh kurator dapat ditebak dengan mudah pesan ceritanya melalui judul yang diusulkan. Hal tersebut membuat hierarki kemenarikan sebuah cerita tergambar secara jelas. Sehingga, tidak lagi menjadi harta karun. Sebenarnya, seluruh judul dapat ditulis secara sederhana sesuai dengan bahasa anak-anak dengan menyesuaikan isi cerita tanpa memberi kunci jawaban kepada pembaca. Contohnya: Hap-Hap si Tando dan Mas Bo si Kerbau yang Hampir Menggigit Peti Mati tapi Ternyata Peti Harta Karun (tertulis dalam naskah cerita no. 51). Padahal, cerita tersebut dapat dikemas secara singkat dengan menyembunyikan isi cerita. Tujuannya, agar pembaca dapat tertarik dan merasa penasaran untuk terus membaca. Selain itu, kurator juga menemukan terdapat 12 judul cerita yang memiliki teks hampir mirip tema yang diberikan. Jika dari 12 judul tersebut ada yang terpilih dalam kumpulan cerita anak, kurator berharap agar editor dapat mengubah judul yang mirip tersebut agar agar lebih memunculkan rasa penasaran dan ketertarikan anak-anak untuk membacanya. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
xiii
Penyajian: Naskah yang masuk pada penilaian, merupakan naskah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur instrintik yang meliputi perwatakan, alur, latar, dan keutuhan tema. Selanjutnya, kurator juga sangat memperhatikan orisinalitas ide penulis. Orisinalitas menjadi salah satu poin penting dalam penilaian agar memunculkan cerita baru yang sebelumnya tidak pernah ditulis dan dipublikasikan. Orisinalitas ide menjadi penting mengingat terdapat banyak naskah yang diadopsi dari cerita-cerita sastra tutur yang kemudian dituangkan dalam teks naskah. Sepanjang naskah ini belum pernah diterbitkan, maka sah saja bila naskah tersebut hadir dalam bentuk tulisan. Kemudian, keefektifan dalam penyampaian pesan. Kefektifan dalam penyampaian pesan harus dilakukan agar pembaca tidak menerka-nerka dan berpikir ulang terkait pesan yang disampaikan mengingat pembaca adalah anak-anak bukan orang dewasa. Terkait unsur intrinsik yang hadir dalam naskah-naskah ini, sebenarnya sudah cukup tergambarkan melalui berbagai varian yang dicoba semenarik mungkin untuk dinarasikan. Akan tetapi, pada bagian -bagian tertentu penulis harus lebih banyak lagi menggali hal-hal terkait perwatakan, alur, latar, dan keutuhan tema. Selanjutnya, penulis banyak menemukan alur cerita yang tergopoh-gopoh yang mencerminkan bahwa penulis kurang sabar untuk mengurai efektivitas ide gagasan yang ingin disampaikan. Hal tersebut disebabkan oleh rasa ingin segera menyelesaikan naskah cerita. Akibatnya keteruraian ide tidak dapat dituangkan secara terstruktur. Tentu saja, membuat pembaca kebingungan karena alur yang ditulis melompat-lompat. Seandainya penulis tidak tergesa-tega, tentu hubungan antarkalimat dan antarparagraf dapat menjadi dan dapat terjaga secara utuh dalam satu kesatuan cerita. Terakhir, dalam penyajian kurator menemukan terdapat banyak naskah yang memiliki kemiripan dalam menyajikan ide, gagasan, alur dan keterampilan penulis berbahasa. Dengan begitu, dibutuhkan literatur bahan bacaan, informasi, dan juga daya nalar yang kuat untuk mengoptimalkan “kemenarikan” naskah cerita yang telah disusun. Sehingga, perolehan nilai tak ada yang lebih menonjol satu sama lain, hanya bergeser pada satuan rentang 10.
xiv
Festival Seni Multatuli 2021
Materi: Dalam seluruh naskah yang diterima, kurator tidak menemukan adanya unsur pornografi, radikalisme, kekerasan, SARA, bias gender, ekspresi kebencian. Seluruh naskah mencerminkan persatuan dan kesatuan bangsa. Seluruh naskah juga sudah dapat menggambarkan sifat-sifat baik makhluk hidup, mengembangkan sikap spiritual, sosial, kebersamaan, keberagaman, dan lain sebagainya meskipun sifat-sifat tersebut banyak ditemukan mirip antara judul satu dengan lainnya. Beberapa naskah juga telah menampilkan sosok anak yang kuat, tegar, dan jujur. Materi yang disajikan oleh penulis telah mampu mengembangkan kecakapan sehingga memotivasi pembaca untuk berkreasi dan berinovasi. Materi juga banyak mengandung unsur dalam membangun karakter bangsa Indonesia, kearifan lokal yang tentunya dapat berkontribusi bagi dunia pendidikan anak. Poin terpenting dalam materi yaitu indikator-indikator yang ingin dicapai dalam olahan materi pada naskah-naskah yang telah diterima, sudah memenuhi berbagai aspek. Ditetapkan di Rangkasbitung, 28 September 2021
Kurator 1
Kurator 2
Iroh Siti Zahroh
Minhatul Ma’arif
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
xv
xvi
Festival Seni Multatuli 2021
Daftar Isi Kata Pengantar
iii
Khazanah Pengetahuan dalam Cerita Anak di Kabupaten Lebak
v
Alternatif Menjaring Wisatawan Berkunjung ke Kabupaten Lebak
vii
Tanggapan Atas Kumpulan Cerita Anak “Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak” Pertanggungjawaban Kurator
ix xiii
Daftar Isi
xvii
Angela Oscario Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
1
Een Rochaeni
7
Asal Mula Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana Midiana Ariethia Bageur si Owa dan Harta Tanah Karuhun
13
Sulfiza Arizka
19
Burung Anis, Pahlawan Kecil dari Negeri Lebak Siti Syalwa Burung Anis Kembang dan Burung Anis Merah
25
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
xvii
Akhmadi Puguh Raharjo
31
Dodo, Si Tando - Menebus Kesalahan Karseno
37
Kisah Tando dan Lima Pemburu Elisa D.S.
43
Harta Karun Terbaik Saroh Jarmin
47
Kisah Nyai Geulis Faye Yolody
53
Membujuk Bulan Purnama Daniel Yudha Kumoro
57
Owa dan Festival Samagaha Bulan Arletta Shaffira Takwim
63
Owa Berhati Emas Siti Nurlaela
67
Bubu, Kerbau Kecil yang Cerdik Eka Nurul Hayat
71
Tando Ingin ke Bulan Nazwa Yuliana
75
Persahabatan Harimau Jawa dan Burung Anis Nurdini Legenda Ciujung & Ciberang
xviii Festival Seni Multatuli 2021
81
Dede Nurhalimah
85
Kembali ke Hutan Cijolang Dinda Eka Savitri
89
Asal-Usul Nama Goa Lalay Siti Hanna Sumedi
95
Kisah Aki dan Nini Bagedur (Asal usul Pantai Bagedur) Winata Faturahman
99
Kisah Kertam dan Kertih Biodata Nomine Naskah Cerita Anak FSM 2021
105
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
xix
xx
Festival Seni Multatuli 2021
Angela Oscario
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
P
ejamkan matamu. Bayangkan angin sepoi-sepoi menerpa wajah.
Gemericik air di kejauhan menggelitik telinga. Hirup dalam-dalam aroma pepohonan yang segar. Sinar matahari yang tidak terlalu terik memberikan rasa kehangatan yang nyaman. Perlahan, buka matamu. Kamu melihat langit biru yang cerah. Pepohonan rindang mengelilingi tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan. Di tanah lapang itu sekelompok kerbau melepas lelah setelah membantu pak petani di sawah. Dengan lahap mereka mengunyah rumput yang lezat. Seekor kerbau yang paling muda—kita panggil saja namanya Bungsu—menggeleng-gelengkan Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
1
kepalanya. Wah, kenapa ya si kerbau Bungsu? Ah,
tak gentar dengan kuakan itu dan terbang mendekat
rupanya telinganya gatal. Pasti gara-gara kutu yang suka sekali numpang tinggal di badan kerbau. Kalian
makin cepat. Kerbau Bungsu lari tunggang langgang menghilang ke antara pepohonan perkebunan.
tahu kutu, kan? Kutu itu hewan yang mencari makan
***
dengan cara menghisap darah. Hihihi, kocak sekali gerak-gerik kerbau Bungsu. Kerbau Bungsu ingin meredakan rasa gatalnya
Bulan menerangi malam. Kerbau Bungsu menoleh ke kanan, kiri memperhatikan sekitar. Situasi aman.
dengan berendam di air kubangan. Ia berjalan seorang
Tidak tampak sang burung Jalak. Kerbau Bungsu berlari
diri ke sela-sela pepohonan di perkebunan. Samar-samar
menemui teman-temannya. Menggebu-gebu, ia mence-
kicau burung mengiringi langkahnya. Lama-kelamaan, kicau tersebut terdengar makin dekat, makin berisik. Sang
ritakan pengalaman menegangkannya kepada para kerbau lain. Bukannya prihatin, para kerbau malah me-
burung seperti sedang berceloteh. Kerbau Bungsu berhenti
nertawakan kerbau Bungsu. Mereka menganggap
melangkah, mencari sumber suara tersebut.
semua itu hanyalah imajinasi kerbau Bungsu. Mungkin
Ah, itu dia! Seekor burung Jalak bertengger di dahan pohon. Ada apa dengan sang burung yang berbulu hitam
burung itu cuma mau berkenalan dan bersahabat. Kerbau Bungsu kesal karena tak dipercaya. Ia memilih untuk
tersebut? Kenapa burung itu terus mengamati kerbau
tidur menyendiri. Wah, kasihan ya. Kalau menurut
Bungsu? Kerbau Bungsu menguak dan mengangguk
kamu bagaimana? Apa sih maksud burung Jalak? Apa
untuk menyapa burung Jalak. Bukannya balas mengangguk, sang burung malah terbang menukik ke arah
memang kerbau Bungsu yang terlalu penakut? Keesokan harinya di tanah lapang para kerbau
kerbau Bungsu. Kerbau Bungsu kaget bukan kepalang.
seperti biasa menyantap rumput dengan santai. Kerbau
Kenapa ya? Apa sang burung marah dan mau menye-
Bungsu masih merasa was-was. Ia terus menoleh ke
rangnya? Apa salah kerbau Bungsu? Reaksi pertamanya adalah menguak kencang. Namun sang burung Jalak
kanan kiri, merasa diintai. Kerbau Bungsu tak berani menceritakan kekhawatirannya pada teman-teman
2
Festival Seni Multatuli 2021
karena takut ditertawakan lagi. Secara tak sadar, dido-
Di perkampungan dekat air terjun, para petani
rong rasa takut, kerbau Bungsu berjalan mundur, mundur, menjauh dan terus menjauh ke dalam pepohonan
beristirahat menikmati santap siang. Mereka dikagetkan oleh burung Jalak yang terbang mendekat dengan kicau-
perkebunan. Mendadak ia merasa ada yang hinggap di
an memekakkan telinga. Tak hanya itu, burung Jalak
atas kepalanya. Terdengar kicau burung Jalak tepat di
mematuk-matuk caping pak Tani. Para petani kesal di-
samping telinganya. Kerbau Bungsu terlonjak kaget. Ia lari tunggang langgang tanpa memperhatikan ke arah
buatnya. Salah satu pak Tani hendak mengusir burung Jalak, tapi seorang yang lain berkata, “Burung itu seperti
mana ia berlari.
meminta pertolongan kita.”
Kerbau Bungsu terus berlari, berlari dan berlari.
Burung Jalak berkicau tambah kencang seolah
Burung Jalak terbang mengejar tepat di belakangnya. Sang burung Jalak tak berhenti berkicau seolah mau
setuju dengan perkataan itu. Burung Jalak mematuk caping pak Tani dan terbang menjauh. Ia berhenti sem-
mengatakan sesuatu. Sayang kerbau Bungsu yang keta-
bari menoleh untuk menunggu para petani mengikuti-
kutan tak punya waktu untuk berusaha memahami
nya. “Ayo, kita ikuti!” Para petani pun meninggalkan
maksud kicauan sang burung Jalak. Suara gemuruh air terdengar makin jelas. Kerbau
makan siang mereka. ***
Bungsu tak sadar berlari ke arah air terjun. Kakinya terus berlari sementara kepalanya menoleh untuk memastikan
Dipandu burung Jalak, para petani tiba di air terjun.
jaraknya dengan burung Jalak. Kerbau Bungsu tak tahu di hadapannya air terjun membentang. Ia berusaha
Mereka melihat kerbau Bungsu berjuang untuk tidak tenggelam di kolam air terjun yang dalamnya 7 meter.
mengerem langkahnya tapi terlambat. Kerbau Bungsu
“Kumpulkan sulur pohon dan sambung jadi tali pan-
terjauh dari atas air terjun. Suara kuakannya tenggelam
jang!” seru salah seorang pak Tani. Dengan gesit mereka
di antara derai air terjun.
membuat tali lasso dari sulur. Di tepi kolam pak Tani mengambil ancang-ancang dan melemparkan tali lasso
***
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
3
itu ke arah kerbau Bungsu. Yak! Lemparannya jitu
Kerbau Bungsu beristirahat sembari dikelilingi para
sekali. Tali lasso menjerat badan kerbau Bungsu. Kesemua petani mengerahkan tenaga mereka untuk
kerbau. Dengan semangat kerbau Bungsu menceritakan pengalamannya. Ia pun menyampaikan bahwa mereka
menarik kerbau Bungsu.
akan kedatangan teman-teman baru hari ini. Tak lama ***
terdengar kicau burung-burung Jalak. Sang burung
Kerbau Bungsu terbaring lemas di tepi kolam air
Jalak datang bersama gerombolannya untuk menetap di perkebunan itu. Para kerbau menyambut gembira
terjun. Pak Tani memeriksanya. “Dia baik-baik saja.
kedatangan mereka. Kini mereka tidak akan merasa gatal
Cuma butuh istirahat.” Burung Jalak bertengger di
karena kutu lagi. Burung-burung Jalak hinggap di tubuh
dahan sembari terus memperhatikan kerbau Bungsu. Mendadak ia terbang ke atas kepala kerbau Bungsu dan
mereka dan makan kutu-kutu tersebut. Pertemanan yang saling menguntungkan bukan? Kerbau bebas gatal
mematuk-matuk kulit dekat telinganya. Kerbau Bungsu
dan burung jalak mendapatkan makanan enak. Kerbau
menguak ketakutan tapi tak punya sisa tenaga untuk
Bungsu belajar satu hal yang sangat penting dari penga-
kabur. Pak Tani menenangkan sang kerbau. “Jangan takut. Burung Jalak ini cuma mau makan kutu yang
lamannya itu. Apakah kamu bisa menebaknya? Ya, benar. Tidak boleh cepat berperasangka buruk kepada
tinggal di dekat telingamu.” Kerbau Bungsu baru sadar
sesuatu atau orang lain.
bahwa burung Jalak tak bermaksud jahat sama sekali.
***
Malah kerbau Bungsu senang kalau kutu di tubuhnya bisa bersih. Kerbau Bungsu yang merasa malu karena
Di perkampungan para petani menceritakan kisah
telah berburuk sangka pun menguak perlahan untuk
kerbau dan burung jalak kepada para warga lain. Cerita
meminta maaf dan mengucapkan terima kasih.
itu terus diceritakan dari mulut ke mulut. Sejak itu air
***
4
Festival Seni Multatuli 2021
terjun di mana kerbau Bungsu jatuh dikenal dengan nama curug Munding atau air terjun kerbau. Hingga
sekarang banyak yang datang untuk berwisata di curug Munding lho. Teman-teman juga mau mengunjungi curug Munding? Letaknya ada di kabupaten Lebak, Banten. Sebelum suatu saat nanti berwisata ke sana, yuk pejamkan mata, bayangkan serunya bermain di curug Munding bersama teman dan keluarga. Di antara suara gemercik air, sayup-sayup terdengar luakan kerbau dan kicauan burung jalak yang hidup berdampingan dengan damai. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
5
6
Festival Seni Multatuli 2021
Een Rochaeni
Asal Mula Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana
D
i pinggir hutan, ada Sebuah per-
kampungan yang asri dan damai. Rumah penduduknya berjejer dengan rapi. Setiap rumah memiliki halaman yang ditanami sayur mayur. Di sisi halaman rumah terdapat sebuah lesung untuk menumbuk padi, sedangkan di belakang rumah terlihat kandang untuk hewan peliharaan. Setiap hari, para ibu berada di rumah. Mereka menjaga anak-anak sambil menyiapkan hidangan untuk keluarga. Para lelaki dewasa tentu saja bertugas untuk mencari nafkah keluarga. Mereka bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
7
Di halaman rumah Abah Jayadi, tampak Kaicin
“Hadeuh... Kaicin. Jangan banyak tanya, nanti kerbau
berlari mengejar ayam jago peliharaannya sambil tertawa riang. Sementara itu, Ambu Sanirah asyik menumbuk
kita keburu mengamuk. Sudah sana. Urusan orang tua. Anak-anak tidak usah tahu!” seru Ambu Sanirah memu-
padi di lesung yang ada di sisi halaman. Ayam jago yang
tus obrolan.
dikejar Kaicin tiba-tiba melompat ke arah Ambu Sanirah.
Ambu Sanirah berdoa dalam hati. Semoga suaminya
Kaicin mempercepat larinya mengejar sang ayam. Hap! Kaicin berhasil menangkap sang ayam tepat ketika
dan para lelaki di kampung Panembong selamat. Tak ada huru hara perang yang sampai ke kampung Panembong.
hampir menabrak Ambu Sanirah. Tak urung hal itu
Semoga Susuhunan bisa memenangkan perang ini.
membuat Ambu Sanirah terkejut.
Terlihat Kaicin berlari ke belakang rumah. Di sana
“Kaicin, apa yang kamu lakukan?” tanya Ambu Sanirah.
terdengar suara kerbau melenguh seakan tak sabar menunggu kedatangan tuannya. Kaicin tersenyum melihat
“He..., He..., Ini Ambu, Kaicin menangkap si jago,”
tingkah tiga ekor kerbau peliharaannya. Sepasang ker-
jawab Kaicin sambil terkekeh.
bau betina dan jantan, serta anaknya yang baru berusia
“Daripada kamu cape mengejar si jago, mending bantu Ambu mandikan kerbau kita ke sungai,” kata
6 bulan. Kaicin bergegas menarik ketiganya ke arah belakang
Ambu.
rumah. Ada sungai yang jernih untuk memandikan
“Eh…, memangnya Abah ke mana, Ambu,” tanya
mereka. Setiap sore, di sungai itu ramai oleh para peng-
Kaicin. “Abah disuruh kumpul di Paguron Kidul,” jawab
gembala memandikan kerbau peliharaannya. Tampak dari jauh, Sarpin dan Cani sedang memandikan kerbau
Ambu Sanirah.
mereka. Kaicin segera turun ke sungai, bergabung dengan
“Mengapa Abah kumpul di sana, Ambu?” Kaicin kembali bertanya.
8
Festival Seni Multatuli 2021
Sarpin dan Cani yang hampir selesai memandikan kerbau mereka.
Di sisi lain, terjadi pertempuran yang dasyat antara
ajaran Islam yang dibawanya lebih mengutamakan ke-
Kian Santang dengan Prabu Siliwangi. Pasukan Prabu Siliwangi terdesak. Ratusan prajurit yang melindungi
damaian. Perang adalah jalan terakhir yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Sang Prabu terkapar tak berdaya. Tinggal beberapa pra-
“Periksa kondisi prajurit kita! Obati yang luka, ku-
jurit saja tersisa termasuk kepala prajurit. Sret! Anak
burkan dengan baik yang gugur. Ba’da Ashar kita kembali
panah melesat tepat mengenai kaki kuda yang dinaiki Prabu Siliwangi. Tak ayal, kuda yang dinaiki Prabu Sili-
ke istana!” titah Prabu Kian Santang pada Panglima pasukan.
wangi terjungkal. Sang Prabu terlempar dengan keras.
“Baik, Paduka,” jawab Panglima pasukan.
Badannya membentur tubuh prajurit yang tewas.
Panglima Pasukan segera mengatur bawahannya
“Ah... Bagaimana ini,” gumam Prabu Siliwangi. “Kita harus mundur, Paduka,” kata kepala prajurit
untuk melaksanakan perintah Prabu Kian Santang dengan baik. Semuanya bergerak cepat sesuai arahan panglima.
pada Prabu Siliwangi.
***
“Yah…, kita mesti mencari tempat untuk bersembunyi,” jawab Prabu Siliwangi. “Kita ke desa Panembong saja, Paduka. Di sana ada
Kaicin menggosok kerbau jantan dengan semangat. Baru juga Kaicin beralih ke kerbau betina miliknya,
rakyat kita yang masih setia pada ajaran leluhur,” saran
tampak Ambu Sanirah berlari tergopoh-gopoh men-
Kepala Prajurit.
dekati sungai.
“Baik, kita segera ke sana. Walau bagaimanapun, warisan leluhur tetap harus dijaga. Tak boleh kalah dengan
“Kaicin! Kaicin! Segera tarik kerbau kita ke darat. Kita harus pergi mengungsi sekarang!” teriak Ambu Sanirah.
ajaran baru walau nyawa taruhannya. Kita mundur
“Mengapa kita harus mengungsi, Ambu?” tanya
sekarang!” seru Prabu Siliwangi kepada sisa pasukannya.
Kaicin penasaran.
Prabu Kian Santang menahan pasukannya yang akan mengejar Prabu Siliwangi. Walau bagaimanapun,
“Ayo bergegas Kaicin. Nanti di jalan Abahmu akan jelaskan. Ajak juga temanmu segera pulang dan bersiap Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
9
mengungsi,” jawab Ambu Sanirah sambil membantu
Mereka segera berjalan ke lapangan kampung. Di
Kaicin menarik tali di leher kerbau jantan agar cepat jalan.
sana warga sudah berkumpul. Tampak Abah Saldi, jaro kampung Panembong berdiri di hadapan semua warga.
“Sarpin! Sani! Ayo segera pulang. Kita ketemu di
Di sampingnya ada Kepala Prajurit Prabu Siliwangi.
lapangan kampung, ya!” teriak Kaicin pada teman-
“Para warga semuanya, kita akan berangkat
temannya. “Ya, Kaicin!” jawab Sarpin dan Sani sambil bergegas
sekarang. Jaga keluarga masing-masing jangan sampai terpisah dari rombongan!” jelas Jaro Saldi.
menghalau kerbau mereka untuk kembali.
“Baik jaro!” seru warga serempak.
Di halaman rumah tampak Abah Jahadi, ayah
“Mari berangkat, Susuhunan kita di barisan depan
Kaicin sudah siap pergi. Hanya buntelan sarung yang berisi pakaian mereka bertiga yang dibawa. Ambu
dengan jaro dan para pengawal. Di barisan kedua ibuibu dan anak-anak. Para bapak dan pemuda di barisan
Sanirah membawa buntelan lain yang berisi emas dan
samping dan belakang untuk keamanan bersama!”
sedikit uang.
perintah Kepala Prajurit pada semuanya.
“Ayo cepat Kaicin, Ambu. Susuhunan kita, Prabu Siliwangi sudah sampai di lapangan kampung,” kata Abah mengingatkan Ambu Sanirah dan Kaicin. “Abah, bagaimana dengan kerbau kita. Apa kita akan
“Siap Kepala Prajurit!” jawab para warga. “Panggil Susuhunan kita dengan nama Prabu Pucuk Umun mulai sekarang. Jaga Susuhunan kita dengan nyawa kalian!” kata Kepala Prajurit menegaskan.
membawanya?” tanya Kaicin. “Ya, bawa kerbau kita, Kaicin. Siapa tahu bisa untuk
“Kami akan membela Susuhunan dengan nyawa Kami!” teriak semua warga.
membantu membawa beban yang berat. Kalau perlu,
Rombongan itu mulai berjalan meningglkan kam-
kita juga bisa menyembelihnya untuk bekal makanan
pung Panembong. Mereka berjalan ke arah selatan. Me-
kita semua,” jawab Abah Jahadi.
napaki hutan dan bebatuan. Beberapa waktu kemudian
10
Festival Seni Multatuli 2021
mereka sampai di pegunungan terjal. Perjalanan jadi
Cikeusik (keusik= pasir). Kaicin dan Ambu Sanirah
makin sulit. Rombongan tersendat di suatu hutan yang sangat lebat. Agar perjalanan mencari tempat pengungsi-
senang sekali bisa tinggal di sana. Sebagian lainnya membuka hutan yang subur dan
an itu lancar, maka para warga yang mengiringi diting-
membuat kampung yang dinamakan Cikertawana.
galkan di sebuah tempat. Sang Prabu sebagai raja meng-
Keluarga Sarpin dan Sani memutuskan tinggal di Ciker-
ubah dirinya menjadi burung beo. Burung beo itu terbang tinggi menuju pegunungan
tawana (kerta = subur, wana = hutan). Mereka dengan giat membangun rumah untuk perkampungan baru.
Kendeng. Terlihat dari atas, beberapa puncaknya men-
Semua warga pengikut setia Prabu Pucuk Umun
julang ke langit, yaitu gunung Bulangit, Bodaan, Serani,
memulai hidup baru dengan tetap menjaga ajaran
Geresik, dan Kendeng. Lereng-lerengnya terjal, lembahlembahnya curam dan masih tertutup hutan-hutan
leluhurnya. Kesehariannya sarat dengan “parabuyut”. Mereka bercocok tanam dan menyimpan hasil panen
lebat.
padi huma di “leuit,” (=lumbung padi). Leuit dibangun
Ditemukannya tempat yang indah dengan hampar-
di pinggiran tiap kampung. Setiap keluarga memiliki
an pasir putih. Di sampingnya, ada aliran sungai yang jernih. Air sungai tersebut tampak berkilauan. Tanah
leuit. Dengan adanya leuit membuat warga tidak akan kekurangan bahan pangan.
sekitarnya juga terlihat sangat subur. Turunlah burung
Mereka menjaga “pikukuh” leluhur sampai sekarang,
beo itu ke tepi sungai untuk minum. Ketika paruhnya
yaitu lojor teu meunang dipotong‘ (panjang tak boleh
masuk ke dalam air, kembalilah ia ke bentuk manusia. Maka tempat itu dinamakan Cibeo.
dipotong), pendek teu meunang disambung (pendek tak boleh disambung), nu lain kudu dilainkeun (yang bukan
Selanjutnya, para warga, pengikut setia sang Prabu
harus dibukankan), nu ulah kudu diulahkeun (yang
dibawa ke tempat tersebut. Abah Jahadi dan sebagian
jangan harus dilarang), nu eunya kudu dieunyakeun
warga membuat perkampungan di tempat yang banyak hamparan pasir. Perkampungan tadi diberi nama
(yang benar harus dibenarkan). Pikukuh tersebut membuat warga hidup damai dan tentram selamanya. [*] Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
11
KETERANGAN Abah : panggilan untuk ayah/bapak Ambu : panggilan untuk ibu/mama Jaro : kepala desa/dusun Keusik : pasir Kerta : subur Leuit : lumbung padi Parabuyut : aturan leluhur Pikukuh : aturan/ tekad yang kuat Susuhunan : kasepuhan/ orang yang sangat dihornati Wana : hutan
12
Festival Seni Multatuli 2021
Midiana Ariethia
Bageur si Owa dan Harta Tanah Karuhun
I
ni adalah cerita dari zaman dahulu, saat manusia dan hewan
masih dapat hidup dengan berdampingan dengan rukun. Di pesisir selatan Kabupaten Lebak, di hutan dataran rendah yang dengan rimbunnya menaungi bukit-bukit kecil di pesisir pantai, hiduplah kawanan owa abu-abu dengan damai. Di masa itu, hutan masih banyak yang belum terjamah dan manusia belum banyak membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian maupun kawasan permukiman seperti saat ini. Owa abu-abu pada masa itu pun belum terancam punah seperti saat ini, di Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
13
mana anak-anak owa banyak dijebak dan dijual
“Lalu ada gemuruh dari kejauhan. Makin lama makin
sebagai hewan peliharaan yang bergengsi. Nah, di dalam kawanan owa itu, hiduplah Bageur
mendekat. Gemuruh itu datang semakin kencang seiring dengan bergeraknya gelombang hitam dari kaki langit.
si owa abu-abu kecil yang lincah dan pemberani. Ia
Siapapun yang tidak lari cukup cepat akan dimakan oleh
tinggal bersama Abah dan Amahnya di sebuah pohon
gelombang tersebut dan dibawa kembali ke lautan”.
tinggi yang rimbun di tengah hutan. Sehari-hari, selain sibuk memakan berbagai jenis buah, ia senang men-
Bageur menatap Abahnya dengan penuh kengerian. “Apakah kita dapat selamat darinya Abah?” tanya Bageur
dengarkan Abahnya bercerita tentang petualangan para
dengan nada khawatir.
owa yang telah pergi mendahului mereka.
“Iya anakku. Selama kita mau mendengarkan bahasa
“Akimu pernah menceritakan kepada Abah cerita dari nenek moyang mereka tentang sesosok gelombang
alam. Mendengarkan kekayaan yang sesungguhnya di tanah yang penuh ujian ini”, jawab Abahnya dengan bijak.
gelap yang datang dan menerjang daratan” begitu Abah
Bageur pun mengangguk, berjanji untuk selalu
membuka ceritanya. “Gelombang itu akan menghancurkan apa pun yang ada di tepi pantai. Namun gelombang itu selalu memberikan peringatan sebelum ia datang”. “Apa itu Abah?” tanya Bageur dengan penasaran.
mendengarkan alam bicara. *** Selain petuah-petuah tentang alam, Abah pun me-
“Bumi bergoncang sebelum ia datang. Kadang samar,
nasihati Bageur agar berhati-hati ketika mendekati tem-
kadang kencang dan lama…,” jawab Abah. Lalu ia melanjutkan, “…setelah itu, air di pantai pun mendadak pergi
pat manusia tinggal. Abah mewanti-wanti Bageur bahwa ada manusia yang suka membuat ulah yang merugikan
ke samudera, pantai menjadi surut. Burung-burung
satwa liar seperti dirinya dan Abah tidak ingin Bageur
terbang menjauh. Lalu…,”
terluka karena ulah manusia. Namun sayang, karena
“Lalu apa Abah?” potong Bageur dengan cepat, penuh rasa penasaran.
Bageur sangat ingin bermain dengan anak manusia, ia menjadi kurang waspada dalam kesehariannya. Naas
14
Festival Seni Multatuli 2021
baginya, saat ia sedang mencari makan suatu hari, Bageur
bawah langit biru yang cerah. Bageur hanya dapat
terkena jebakan pemburu. Ia meronta-ronta mencoba membebaskan diri, namun tidak berhasil. Untung saja ia
melihat pesta itu dari kejauhan di rumahnya yang berada di atas pohon. Dari kejauhan itu ia bisa melihat Asta
segera ditemukan oleh Asta, seorang anak petani yang
dan keluarganya ikut dalam keramaian tersebut.
kurus namun baik hati dan sayang pada binatang. Asta
Lalu mendadak, tanpa peringatan, terjadilah gempa
yang melihat Bageur meronta-ronta pun segera membebaskan Bageur dari jebakan itu.
bumi. Bumi bergetar. Semua terasa bergoyang. Bageur yang dari tadi berbaring langsung duduk siaga. Abah dan
Bageur merasa sangat berterima kasih dan berjanji
Amahnya pun demikian. Di kejauhan, keriuhan pesta pun
dalam hati akan membalas kebaikan Asta suatu hari
terhenti. Semua penduduk desa mendadak terdiam.
nanti. Benar saja, setiap kali Asta datang, Bageur akan bergelantungan di pohon dan bergerak mendekat untuk
Beberapa menit kemudian keriuhan pesta pun berlanjut. Semua seakan tidak mengindahkan gempa yang
menyambutnya. Bageur kemudian akan memberi Asta
baru saja terjadi. Mereka kembali menari dan bergembira.
buah sawo kesukaannya. Asta yang suka sekali buah
Tidak sadar bahwa burung-burung terbang menjauh.
sawo tentu saja merasa amat senang karena Bageur selalu memilihkan buah sawo termanis yang ada. Bageur dan
Lalu, alam pun mulai menunjukkan perubahan. Bageur, keluarganya dan kawanan owa yang lain sadar
Asta segera saja menjadi akrab dan banyak menghabiskan
akan hal itu. Mereka melihat air pantai mulai bergerak
waktu bersama.
menjauh menuju laut bebas. Bageur menatap dengan ***
Beberapa saat kemudian di desa tempat Asta tinggal
penuh kengerian melihat para manusia mulai bergerak mendekati pantai, mencoba memunguti ikan-ikan yang menggelepar di pantai. Inilah bahasa alam yang dicerita-
ada sebuah perayaan. Warga desa tumpah ruah turun
kan Abahnya waktu itu.
ke pantai untuk merayakan keberhasilan panen mereka tahun itu. Mereka bersenang-senang, menari-nari di
“Wah, ada ikan banyak!” kata mereka senang. Para penduduk desa pun semakin ramai mendekati pantai Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
15
sambil memunguti ikan-ikan yang menggelepar di pantai.
agak jauh dari pantai dengan dahi berkenyit. Bageur ber-
Sementara itu, Abah dan amak sudah bersiap lari mencari pohon tertinggi di bukit yang lebih tinggi. “Ayo,
teriak memanggilnya. Asta terkejut dan menghampirinya. Meskipun Asta juga tidak mengerti bahasa owa, tapi
nak, kita harus cepat pergi!” kata Abah cemas. Tapi
ia mengerti bahwa Bageur ingin menyampaikan se-
Bageur malah terlihat bingung. Dia teringat Asta, manu-
suatu. Oleh karena itu, Asta mengikuti Bageur yang me-
sia sahabatnya. “Abah, aku harus memperingatkan Asta”, kata Bageur. “Aku tidak mau dia tenggelam,
narik-narik tangannya. “Tunggu dulu!” kata Asta tiba-tiba. Asta memanggil
Abah..” lanjut Bageur sambil bergegas menuju desa Asta.
orang tuanya agar mengikuti Bageur. Orang tua Asta
Tidak dihiraukannya Abah dan Amah yang berteriak-
awalnya enggan mengikuti Bageur. Namun ketika ayah
teriak berusaha mencegahnya pergi. Di pantai, manusia sedang berkumpul dan tertawa-
Asta melihat kawanan owa di kejauhan mulai bergerak dengan ributnya menuju bukit yang lebih tinggi, ia pun
tawa senang. Bageur berteriak-teriak memanggil Asta.
percaya pada anaknya. Ia mendadak teringat kisah nenek
Tapi tentu saja tidak ada yang mengerti bahasa owa.
moyangnya tentang laut yang mengamuk dan meneng-
Beberapa anak justru tertawa sambil menunjuk-nunjuk Bageur.
gelamkan sebuah desa. Ayah Asta membuat keputusan dengan cepat. Ia segera mengajak ibu Asta untuk meng-
“Hei hei liat..abdi jadi kera… Hu, hu, hu, hu, hu, hu...,”
ikuti Bageur. Ia juga berteriak mengajak penduduk desa
ledek salah satu anak-anak sambil memonyong-kan
segera pergi menjauh dari dekat pantai. Tapi kebanyakan
mulut dan berputar-putar dengan lengan di kepala. Seorang pemuda melihat Bageur dan berusaha menang-
hanya menertawakannya. Mereka tidak mungkin menyia-nyiakan ikan yang menunggu untuk diambil begitu
kapnya. Bageur bergerak menjauh dengan cepat. Untung-
saja hanya demi mengikuti seekor kera. Bukankah ma-
lah ia seekor owa yang lincah.
nusia adalah makhluk paling pintar? Demikian mungkin
Bageur hampir putus asa hingga akhirnya ia melihat Asta. Ternyata Asta tidak ikut berkerumun. Ia berdiri
mereka berpikir.
16
Festival Seni Multatuli 2021
Kita tidak punya banyak waktu lagi! jerit Bageur
kecuali kampung dimana Asta tinggal. Asta, keluarganya
dalam hati. Dia berlari sekencang-kencangnya dengan Asta, keluarganya dan beberapa penduduk desa yang
dan beberapa penduduk desa yang selamat di atas pohon pun menatap dengan penuh kengerian selagi gelombang
mengikuti di belakangnya. Mereka masuk ke perbukitan,
besar itu menghancurkan semua yang mereka miliki.
ke dalam hutan, mencoba menjauhi pantai sebisa mereka.
Bageur menatap Asta dengan penuh rasa syukur.
Sesampainya di dalam hutan, Bageur pun mulai memanjat pohon tertinggi yang bisa ditemukannya, Asta dan
Kearifan yang diturunkan oleh nenek moyangnya telah berhasil menyelamatkan nyawa manusia-manusia baik
penduduk desa mengikuti di belakangnya. Saat mereka
ini. Asta dan keluarganya juga memandang Bageur
sudah aman di atas pohon, terdengarlah gemuruh di ke-
dengan rasa penuh terima kasih. Mereka sadar bahwa
jauhan. Sesosok gelombang hitam besar datang dari kejauhan, bergerak dengan cepat dan menyapu meng-
alam menyimpan kearifan yang mereka harus pelajari lebih banyak lagi. Asta bersyukur ia mau mendengarkan
hantam pantai dengan kekuatan yang dahsyat. Gelom-
bahasa alam melalui perilaku Bageur. Kearifan ini, upaya
bang tersebut bergerak dengan leluasa dan tanpa ampun
untuk memahami bahasa alam ini, merupakan harta
menghancurkan semua yang ada di daratan, tidak ter-
karun dari Tanah Karuhun yang sesungguhnya. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
17
18
Festival Seni Multatuli 2021
Sulfiza Arizka
Burung Anis, Pahlawan Kecil dari Negeri Lebak1
S
uatu hari, tepat pada waktu rang-
sang, Burung Anis mendengar bisikan Angin. Bisikan itu mengandung sebuah pertanyaan. Seolah-olah memiliki tangan dengan jari-jari yang usil, pertanyaan itu menggelitik telinga Burung Anis. “Apakah engkau ingin menjadi pahlawan?”
1
Cerita anak ini memuat beberapa istilah Urang Kanekes/Baduy Dalam. Pengertian sebagian istilah tertara pada halaman ke-5 atau tidak termasuk tubuh karya yang sesuai teknis maksimal empat halaman.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
19
Itulah pertanyaan yang dibisikan Angin. Angin itu
pondok teu meunang disambung, nu lain kudu dlainkeun,
berembus lembut dari arah Tangtu. Aromanya yang berbau wangi makanan hangat. Karena itu, Burung Anis
nu ulah kudu diulahkeun, nu enya kudu dienyakeun.” Seluruh warga Tangtu sangat senang mendengar
menduga Angin telah menyelinap ke dalam hawu di
nyanyian yang dikicaukan Burung Anis. Berkat nyanyian
kampung Urang Kanekes itu.
itu, para barudak bisa mengenal amanat buyut tanpa
Makanan Urang Kanekes selalu menarik perhatian Burung Anis. Setiap mencium aromanya, ia suka mene-
harus diajari ambu atau ama mereka. Sebagai ungkapan terimakasih, Puun telah memilih salah seorang enok
bak-nebak nama makanan tersebut. Apakah makanan
untuk memberikan sejumput beras bagi Burung Anis.
itu bernama pasung merah, otak-otak labuan, jojorong,
Hari ini Burung Anis tidak tertarik menebak aroma
balok menes, atau apem putih? Setelah puas menebaknebak, ia akan terbang ke dalam Tangtu. Di Tangtu, ia
makanan yang dibawa Angin. Ia sangat terpikat pada pertanyaan yang dibisikkan Angin. “Kupikir, aku ingin
mencari hawu yang mengepulkan asap beraroma
menjadi pahlawan,” kicau Burung Anis, “ Tetapi, aku
makanan yang diciumnya.
tidak tahu arti pahlawan.”
Bila makanan tersebut sesuai dengan tebakannya, Burung Anis akan berkicau dengan riang. Bunyi kicau-
Angin beraroma makanan berlalu dalam sekejap mata. Burung Anis tidak sempat bertanya arti ‘pahlawan’
annya jauh lebih merdu daripada nyanyian bidadari.
padanya. Daripada tersesat karena memburu Angin,
Dalam kicauannya, Burung Anis menyanyikan amanat
Burung Anis memutuskan untuk bertanya pada sahabat-
buyut. Setiap kata dari lagu itu berasal dari ajaran-ajaran nenek moyang Urang Kanekes. Begini bunyinya:
sahabatnya. Dari ranting pohon kokoleceran tempatnya berteng-
“Buyut nu dititipkeun ka puun, nagara satelung lima,
ger, Burung Anis mengepakkan sayapnya di udara Negeri
pancer salawe negara, gunung teu meunang dilebur, lebak
Lebak. Mulanya, Burung Anis terbang menuju kubangan.
teu meunang dirusak, larangan teu meunang dirempak, buyut teu meunang dirobah, lojor teu meunang dipotong,
Di sana, ia bertemu dengan Badak Bercula Satu yang sedang berendam. Selain Badak Bercula Satu, Burung Anis
20
Festival Seni Multatuli 2021
juga menjumpai Kerbau di kubangan yang sama. “Hai, Sahabat-sahabatku! Apakah kalian tahu arti pahlawan?” tanya Burung Anis saat hinggap di ujung cula sang Badak Bercula Satu.
“Kami memang tidak mengetahui arti pahlawan,” ujar Kerbau. “Tetapi, engkau bisa bertanya pada sahabatsahabat kita yang lain.” “Bila engkau bersungguh-sungguh,” ujar Badak Ber-
“Maafkan aku, Burung Anis,” sahut Kerbau sambil
cula Satu, “engkau tidak hanya akan mengetahui arti-
tersenyum ramah. “Aku pun baru kali ini mendengar kata ‘pahlawan’. Jadi, aku tidak tahu artinya. Barangkali
nya, tetapi kau juga bisa meraih cita-citamu itu.” Burung Anis terbang meninggalkan kubangan
Badak Bercula Satu mengetahui arti pahlawan?”
dengan hati gembira. Ia pun melanjutkan usaha mencari
Sebelum ditanya, Badak Bercula Satu telah meng-
arti kata ‘pahlawan’. Usaha itu berlangsung berbulan-
geleng-gelengkan kepalanya yang besar. “Aku juga tidak tahu arti pahlawan,” ujar Badak Bercula Satu.
bulan. Ia menjelajahi seluruh sungai, lembah, jurang, dan gunung. Ia bertanya pada Tando, Owa Abu-abu, Elang,
“Aduh! Aduh! Aduh! Aku ingin menjadi pahlawan!”
Kupu-kupu, Ikan, hingga Macan Tutul. Bahkan, ia tidak
kicau Burung Anis dengan nada gelisah. “Tetapi, aku tidak
lupa bertanya kepada Pu’un. Sayangnya, pertanyaannya
tahu arti pahlawan.” “Itu membingungkan,” lenguh Kerbau. “Engkau
belum juga menemukan jawaban. “Kata ‘pahlawan’ tidak ada dalam bahasa Urang
ingin menjadi pahlawan. Tetapi, engkau sendiri tidak
Kanekes,” jelas Pu’un ketika dikunjungi Burung Anis di
mengetahui arti pahlawan.”
bale. “Karena itu, aku tidak bisa memberikan jawaban
“Betul!” balas Burung Anis. “Aku ingin menjadi sesuatu yang tidak aku ketahui itu. Tetapi, memikirkannya
dengan tepat dan benar. Bila bertanya pada Rangkasbitung, mungkin engkau akan mendapatkan jawaban
membuat hatiku gembira. Barangkali itulah yang
yang tepat dan benar. Dia lah makhluk paling bijak yang
disebut cita-cita. Konon, siapa pun yang memiliki cita-
aku kenali,” sambung Kepala Adat Urang Kanekes itu.
cita, ia bisa membuat keajaiban. Nah, sekarang aku ingin mengetahui arti cita-citaku itu.”
“Baiklah, Pu’un,” kicau Burung Anis.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
21
Setelah mengucapkan terimakasih, Burung Anis
“Pahlawan adalah siapa pun yang berbuat kebaik-
membentangkan sayap. Perlahan-lahan ia terbang meninggalkan bale menuju Leuweung Kolot. Di hutan
an,” ujar Rangkasbitung ketika menjawab pertanyaan Burung Anis. “Karena itu, bila engkau berbuat kebaikan,
warisan nenek moyang Urang Kanekes itulah tumbuh
engkau pun layak disebut pahlawan.”
Rangkasbitung.
“Aku hanya bisa berkicau,” kicau Burung Anis dengan
Rangkasbitung adalah serumpun pohon bambu betung. Ia dinamakan Rangkasbitung karena batang-
nada ragu. “Kurasa itu tidak cukup menjadikan diriku pahlawan.”
batangnya sering mengalami kerusakan. Mulai dari
“Engkau tidak selalu sekadar berkicau, Burung Anis,”
hangus disambar petir, lapuk karena usia tua, dipatah-
ujar Rangkasbitung, “Tetapi, engkau sering mengicau-
kan badai, hingga hancur tertimpa pohon lain yang tumbang. Semangat hidupnya seolah tidak bisa dilekangkan
kan nyanyian amanat buyut. Itu sebuah perbuatan baik yang luar biasa.”
penderitaan. Meskipun rusak berulang kali, pohon
“Benarkah?” tanya Burung Anis dengan nada tak
betung muda tetap kembali tumbuh di rumpunnya.
percaya. “Kurasa, aku hanya melakukan perbuatan
Karena itulah ia dinamakan Rangkasbitung. Sebab, ‘rangkas’ berarti ‘rusak’. Sedangkan ‘bitung’ berarti
sederhana.” “Perbuatanmu memang sederhana,” sambung Rang-
bambu betung.
kasbitung. “Tetapi kau mengerjakannya dengan cara yang
Konon, nama pohon betung itulah yang dijadikan
luar biasa. Itu mengingatkanku pada Multatuli. Multatuli
sebagai salah satu nama daerah di Negeri Lebak. Nenek moyang orang-orang daerah itu berharap keturunan
hanya menulis. Sederhana sekali, bukan? Tetapi, engkau pun tahu, perbuatan sederhana itu telah membawa
mereka akan meneladani sifat Rangkasbitung. Bila sifat
kebaikan yang luar biasa.”
Rangkasbitung diteladani, tidak ada beban kehidupan
“Multatuli tidak sekadar menulis,” balas Burung
yang membuat sengsara dan tidak ada cita-cita yang mustahil untuk diraih.
Anis, “Ia menulis Max Havelaar. Itu sebuah karya besar. Sementara itu, aku hanya bisa bernyanyi dengan cara
22
Festival Seni Multatuli 2021
berkicau. Ukuran tubuhku pun kecil. Bagaimana mung-
Daftar Istilah
kin aku berbuat kebaikan sebesar yang dilakukan Multatuli?”
(1)
Bale: tempat pertemuan
(2)
Tangtu: Pemukiman Urang Kanekes/Badui Dalam
“Kicauanmu juga sebuah karya besar, Burung Anis,”
(3)
Pu’un: kepala adat
ujar Rangkasbitung sambil membelai-belai kepala
(4)
Leuweng Kolot: Hutan tua/hutan keramat/
Burung Anis dengan daun-daunnya. “Banyak manusia yang batal melanggar amanat buyut berkat kicauanmu.
hutan larangan (5)
Berkat kicauanmu pula, Negeri Lebak telah terhindar
Rangsang: waktu ketika sinar matahari datang (saat Urang Kanekes melakukan kegiatan sehari-hari)
dari kehancuran. Karena itulah, engkau pun layak
(6)
Hawu: dapur
disebut pahlawan. Seandainya Negeri Lebak hancur karena amanat buyut dilanggar, Multatuli tentu tidak
(7)
Amanat buyut: susunan larangan Urang Kanekes
(8)
Barudak: anak-anak
bisa menulis Max Havelaar, bukan? Percayalah, Burung
(9)
Ambu: ibu
Anis! Dalam tubuhmu yang kecil tersimpan kebaikan
(10) Ama: ayah
besar yang bisa kau bagikan.” Berkat penjelasan Rangkasbitung, perlahan-lahan
(11)
Enok: anak gadis
Burung Anis mulai memahami arti ‘pahlawan’. Ia pun menyadari bahwa perbuatan sederhana yang selama ini dilakukannya memiliki nilai kepahlawanan. Ia pun semakin rajin berkicau menyanyikan amanat buyut sampai akhir hayatnya. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
23
24
Festival Seni Multatuli 2021
Siti Syalwa
Burung Anis Kembang dan Burung Anis Merah
P
ada suatu pagi yang cerah, burung
Anis Kembang sedang terbang mengitari Hutan Karuhun. Sambil mengepakan sayapnya, ia bernyanyi dengan senang hati. Burung-burung lain menyapanya sembari memberi senyum hangat untuknya. Ia merasa hari ini seperti hari besar untuknya karena ia masih diberi kesempatan untuk terus terbang. Ketika menikmati rasa itu, tibatiba ia mendengar suara kicaunya yang merdu. Ia segera turun dan mengikuti suara kicauan itu.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
25
Suara kicauan itu ternyata dari rumah burung Anis
Burung Anis Kembang menikmati jamuan dengan penuh
Merah. Sepengetahuannya, burung Anis Merah memang memiliki kicauan yang indah. Suaranya bahkan berva-
rasa senang. Sampai akhirnya burung Anis Kembang menanyakan tentang kicauan burung Anis Merah yang
riasi. Burung Anis Kembang pun ikut kagum mendengar-
sangat merdu.
kan kicauan burung Anis Merah. Sampai-sampai ia tak sengaja menginjak ranting-ranting pohon dan membuat burung Anis Merah berhenti berkicau.
“Boleh aku menanyakan sesuatu kepadamu?” burung Anis Kembang memperkecil suaranya. “Boleh,” balas burung Anis Merah.
“Siapa itu?” ucap burung Anis Merah. Dengan lang-
“Tadi aku mendengar kicauanmu dari atas sana.
kah sedikit terburu-buru, burung Anis Kembang mulai
Kalau aku boleh tahu bagaimana kamu bisa memiliki
mengepakkan sayapnya. Segara burung Anis Merah menghampiri.
kicauan yang merdu seperti itu?” tanya burung Anis Kembang dengan rasa kagum.
“Hei, kamu!” tegas burung Anis Merah. “Maaf, maaf, aku akan pergi” sahut burung Anis
“Wah, kicauanku, ya?” balas kaget burung Anis Merah.
Kembang. “Eh, jangan pergi. Mampir dulu ke rumahku. Aku
“Iya, kicauanmu. Aku bahkan terhanyut mendengar kicauanmu. Apa aku bisa belajar banyak darimu burung
baru saja membuat sarapan yang enak. Mari kita makan
Anis Merah?” Burung Anis Kembang mempertegas ke-
bersama” balas cepat dari burung Anis Merah.
ingintahuannya. Sambil tertawa, burung Anis Merah
“Aku sudah sarapan tadi, kamu saja yang makan,” balas burung Anis Kembang bergegas pergi.
mengatakan, “kicauanku seperti ini karena aku sering berlatih,” jawab burung Anis Merah dengan malu-malu.
“Kalau gitu minum saja dulu! Sini tidak apa-apa,”
Burung Anis Kembang semakin kagum dengan
burung Anis Merah menahan pergi burung Anis Kembang.
jawaban burung Anis Merah. Segera burung Anis Kem-
Burung Anis Kembang akhirnya berhenti. Ia langsung menerima jamuan yang diberikan burung Anis Merah.
bang bertanya, “latihan seperti apa yang kamu lakukan? Boleh ajarkan aku?” Wajah burung Anis Kembang
26
Festival Seni Multatuli 2021
sangat antusias, melihat wajah itu burung Anis Merah
ikut perlombaan. Karena hal itu, burung Anis Kembang
tidak enak menolak ajakannya. Dengan wajah malumalu dan sedikit tidak percaya diri burung Anis Merah
menanyakan perihal keikutsertaan burung Anis Merah dalam perlombaan itu.
mengiyakan permintaan burung Anis Kembang untuk
“Kamu sudah baca pengumuman hari ini?” tegur
berlatih bersama. “Sampai bertemu besok hari ya, burung Anis Merah. Terima kasih atas jamuannya. Jamuan terbaik yang pernah aku dapatkan,” sahut burung Anis Kembang dengan hati riang.
burung Anis Kembang. “Sudah,” balas burung Anis Merah. “Lalu, apa kamu ingin mengikuti lomba itu?” burung Anis Kembang bertanya pelan. “Sebenarnya…, aku ragu. Kamu bagaimana?” balas
Keesokan harinya, mereka berlatih bersama. Burung Anis Kembang sangat patuh dan senang mengikuti
burung Anis Merah dengan kurang percaya diri. “Karena aku sudah berlatih bersamamu, aku ingin
instruktur dari burung Anis Merah. Hingga akhirnya
mengikuti lomba itu. Aku ingin sekali menang. Agar
burung Anis Kembang berlatih setiap hari. Sampai suatu
mereka tahu bagaimana kicauanku,” jawab dengan
ketika terdapat pengumuman bahwa akan diadakan lomba berkicau bagi seluruh burung di Hutan Karuhun.
penuh percaya diri. “Wah, kamu benar-benar sudah berusaha, ya?”
Dengan penuh semangat, burung Anis Kembang ingin
kagum burung Anis Merah.
mengikuti lomba tersebut. Bahkan ia ingin merasakan
Burung Anis Merah menimbang-nimbang keingin-
menang. Mendengar lomba itu, burung Anis Kembang segera
annya. Melihat wajah burung Anis Kembang, ia pun mulai tertarik mengikuti lomba itu. Dan mereka pun
menuju rumah burung Anis Merah. Ia pun meminta
sepakat akan berlatih setiap hari agar menang.
burung Anis Merah melatihnya terus agar ia dapat
Mereka pun berlatih setiap hari dari siang sampai
menang. Tetapi burung Anis Kembang lupa, bahwa burung Anis Merah jugalah burung yang mungkin ingin
malam hari. Hingga suatu ketika, salah satu penghuni Hutan Karuhun, Oa melewati mereka yang sedang Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
27
berlatih. Oa pun berkata, “Wah, merdu sekali kicauan
Burung Anis Merah menunggu kehadiran burung
kamu burung Anis Merah.” Mendengar pujian itu burung Anis Merah merasa
Anis Kembang. Hingga senja tiba, burung Anis Kembang tak kunjung datang. Burung Anis Merah pun merasa
percaya diri. Sedangkan burung Anis Kembang mulai
kehilangan sekaligus heran. Lalu burung Anis Merah
merasa tersaingi. Karena rasa itu, burung Anis Kembang
menghampiri burung Anis Kembang. Sesampainya di
memikirkan hal buruk. “Mengapa hanya burung Anis Merah yang dibilang
sana, burung Anis Kembang terlihat tertidur dan tak acuh akan kedatangan burung Anis Merah. Melihat itu,
bagus. Apa jangan-jangan suaraku tidak bagus? Ah, aku
burung Anis Merah menyapa.
merasa pesimis kali ini,” ucap burung Anis Kembang
“Hei, kamu kenapa?”
dalam hati. Dengan langkah lesu, burung Anis Kembang meminta menghentikan latihannya. Mereka pun ber-
Burung Anis Kembang tak menjawab sapaan itu. Iya hanya terus terdiam. Burung Anis Merah kembali bertanya.
henti berlatih dan burung Anis Kembang segera pulang.
“Apa yang terjadi padamu burung Anis Kembang?”
Di perjalanan pulang, burung Anis Kembang me-
Mendengar pertanyaan itu burung Anis Kembang
mikirkan hal buruk lagi. “Aku mulai takut dengan keputusanku mengikuti
segera menjawab dengan penuh kesedihan. “Aku tidak bisa menang perlombaan itu burung Anis
lomba itu. Apalagi lawanku sendiri adalah temanku yang
Merah!” Berlinanglah air mata burung Anis Kembang.
memang memiliki kicauan merdu. Sebaiknya, aku
“Kicauanku tidak merdu sepertimu, setiap hari aku
kuburkan saja keinginanku untuk menang. Burung Anis Merah layak mendapatkan kemenangan itu. Aku tidak
berlatih tapi percuma saja. Karena kicauanmu lebih merdu dariku. Untuk apa aku ikut lomba jika akhirnya aku tidak
layak,” ucapnya sambil meneteskan air mata. Karena
menang. Padahal aku sudah berusaha, tapi semua terasa
ucapannya itu, ia pun tidak hadir latihan bersama burung
sia-sia,” ujarnya lagi sambil menangis.
Anis Merah. Ia mengurung diri. Ia bertekad besok akan mengundurkan diri dari perlombaan.
Mendengar ucapan itu burung Anis Merah bersedih. Ia segera memeluk burung Anis Kembang. Kemudian
28
Festival Seni Multatuli 2021
burung Anis Merah mengajak terbang burung Anis Kembang. Tetapi ia menolak. Lalu burung Anis Merah pun bercerita. “Ingatkah kamu waktu kita masih kecil. Kita seekor
Mendengar ucapan itu burung Anis Merah merasa sedikit bangga dengan dirinya dan merasa senang karena temannya telah kembali bahagia. Tidak berlarut-larut, burung Anis Merah pun mengajak burung Anis Kem-
burung kecil yang belum mampu terbang tinggi. Hingga
bang untuk kembali berlatih.
suatu hari kita menginginkan bisa terbang agar melihat indahnya alam dari atas sana. Karena keinginan itu, kita
Keesokan harinya, perlombaan dimulai. Burung Anis Merah dan burung Anis Kembang menunjukan kemam-
berusaha melawan rasa takut kita akan ketinggian. Dan
puannya. Mereka sangat senang ketika sudah menyele-
karena rasa keinginan itu kita terus berusaha agar dapat
saikan perlombaan. Hingga hasil yang ditunggu tiba. Juri
terbang tinggi, terbang jauh, dan terbang kemanapun yang kita inginkan. Hingga akhirnya kita bertemu.
melakukan penilaian. Dan pemenang perlombaan kicauan burung Hutan Karuhun adalah Burung Anis Merah
Semua itu adalah keinginan kamu dan keinginan aku,
dan Burung Anis Kembang. Mereka berada di posisi per-
burung Anis Kembang. Dan perlombaan itu juga adalah
tama dan posisi kedua. Walaupun hasil mereka ber-beda
keinginan kita. Jadi, kubur dalam-dalam rasa takutmu dalam meraih kesuksesanmu. Karena keinginan kamu
tetapi mereka tetap menjadi juara bersama. Jika ingin berhasil, keinginan kamu untuk sukses harus
untuk berhasil harus lebih besar daripada ketakutanmu
lebih besar daripada ketakutanmu akan kegagalan. [*]
akan kegagalan.” Mendengar cerita itu, burung Anis Kembang menangis tersedu-sedu. Ia tidak menyangka perasaannya
Jakarta, September 2021
akan seperti ini. Ia segera memeluk burung Anis Merah dan mengucapkan. “Terima kasih burung Anis Merah. Kamu memang pelatih sekaligus teman terbaikku.” Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
29
30
Festival Seni Multatuli 2021
Akhmadi Puguh Raharjo
Dodo, Si Tando - Menebus Kesalahan
I
ni adalah kisah dari Tanah Karuhun. Dahulu
kala, di jaman para jawara, hiduplah seorang
pendekar muda bernama Danu. Ia adalah se-orang yang amat berbakat dalam ilmu kanuragan dan pencak silat hingga dijuluki ‘tupai terbang’ oleh sesama jawara lainnya. Malang baginya, pujian yang datang silih berganti tersebut kemudian membuat Danu semakin besar kepala dan lupa dengan ajaran gurunya. Puncaknya adalah ketika ia dengan sengaja menggunakan kesaktiannya untuk menyakiti yang lemah dan mengambil keuntungan dari keadaan tersebut. Sang guru yang mendengar kejadian itu pun menjadi amat marah dan segera mendatangi Danu. Danu yang melihat gurunya datang dalam keadaan sangat Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
31
marah pun mendadak diliputi oleh rasa bersalah yang
tar baginya. Lalu ketika ia membuka matanya, ia me-
teramat sangat. Ia segera mengembalikan harta yang diambilnya kepada orang yang pernah ia sakiti, namun
lihat dirinya bukan manusia lagi. Betapa ironis, pikirnya, ia yang selama ini terkenal
hal tersebut ternyata tidak membuat kemarahan guru-
dengan sebutan tupai terbang kini benar-benar menjadi
nya mereda.
seekor tupai terbang.
“Ampuni aku guru…,” pinta Danu sambil bersujud. Namun, sang guru hanya menatapnya dengan marah sambil berkata dengan keras.
“Mulai saat ini kamu bukanlah Danu si jawara lagi,” sang guru bicara padanya dengan sedih. “Mulai saat ini kamu adalah seekor tando. Kamu akan tinggal di atas
“Mintalah ampunan kepada Tuhan. Karena kau
pohon, makan buah-buahan dan hanya keluar di malam
telah melanggar sumpah jawaramu!” “Tapi guru, saya menyesal. Saya telah mengembalikan
hari. Kamu harus belajar berguna bagi sebanyak mungkin makhluk agar kamu dapat lepas dari kutukanmu ini.”
apa yang pernah saya ambil,” iba Danu kepada gurunya.
Lalu bersama itu, hilanglah sang guru dari hadap-
“Itu belum cukup Danu. Kau harus membalas per-
annya, meninggalkan si Tando seorang diri meratapi
buatanmu melalui ujian yang lebih berat lagi…,” ucapnya dengan suara bergetar. Lalu setelah sunyi sesaat,
nasibnya. ***
sang guru pun bersabda. “Kepada Danu, demi memahami esensi dari seorang
Waktu berlalu dengan lambat bagi si Tando. Karena
jawara, dengan ini aku mengutukmu menjadi hewan sebagaimana pantasnya…,” ucapnya dengan suara ber-
malu dengan apa yang pernah ia perbuat, Danu kini menggunakan nama Dodo untuk memanggil dirinya.
getar.
Dodo si Tando. Ia belajar makan buah-buahan saja.
Seketika itu, Danu berubah menjadi seekor Tando,
Belajar menggunakan sayapnya untuk meluncur dari satu
hewan seperti tupai dengan ‘sayap’ dari selaput tipis kulit yang membentang di sisi tubuhnya. Dunia terasa berpu-
pohon ke pohon lainnya. Ia pun belajar bersosialisasi dengan hewan lainnya untuk membunuh kesepian yang
32
Festival Seni Multatuli 2021
melandanya. Perlahan tapi tanpa ia sadari, Dodo menjadi
ara tempat Keke sedang asyik makan malam. Dodo dan
terbiasa dan mulai mensyukuri kehidupan yang ia miliki. Ia pun bertekad dalam hatinya untuk menebus kesalah-
Keke pun makan bersama sambil sesekali bercanda. Mereka telah menjadi teman dekat meskipun rasanya belum
annya dengan memberi manfaat tidak hanya bagi sesama
lama sejak mereka pertama berkenalan.
manusia, namun juga kepada alam lingkungan dan hewan-hewan yang ada di dalamnya. ***
“Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini Dodo?” tanya keke dengan antusias. “Ah seperti biasa, aku membuang kotoran berisi bijibijian yang kumakan di sisi hutan yang mulai gundul
Entah telah berapa lama setelah ia menjadi seekor
ditebangi manusia. Aku berharap mereka akan tumbuh
Tando, malam itu, saat matahari terbenam, Dodo keluar dari sarangnya di sebuah pohon tinggi. Kepalanya meng-
menjadi pohon yang besar dan bermanfaat bagi kita semua,” jawab Dodo dengan penuh kerendahan hati.
amati kondisi sekitar dan ketika kondisi aman, ia pun
“Kamu memang baik Dodo,” puji Keke sambil terus
keluar dari sarangnya.
makan buah-buahan.
“Selamat malam semuanya!” Awalnya hanya para jangkrik yang membalas salam-
“Ah, tidak,” jawab Dodo. “Aku hanya mencoba bermanfaat bagi alam yang kita tinggali. Lagipula, aku ingin
nya. Namun lama-lama penghuni hutan lainnya mulai
menolong tidak hanya hewan dan hutan. Aku ingin
membalas.
menolong manusia juga. Sampai saat ini, aku belum bisa
“Malam,” sahut Bubu si burung hantu dari rindangnya tajuk pepohonan.
menolong mereka,” mata Dodo pun terlihat berkaca-kaca. “Jangan sedih Dodo, kuyakin suatu hari nanti kamu
“Malam dodo,” jawab Keke, si kelelawar buah yang
akan bisa menolong mereka,” hibur Keke dengan penuh
sedang menikmati buah ara segar.
keyakinan. Dodo pun mengangguk dengan yakin. Iya,
“Ah lagi-lagi malam yang indah,” ujar Dodo penuh syukur. Ia pun melayang dari sarangnya menuju pohon
suatu hari nanti janjinya dalam hati. *** Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
33
Agaknya, Tuhan menjawab doanya. Pada suatu
Dodo melayang dari pohon ke pohon sambil mengikuti
malam, Dodo sedang berdiam di rumahnya setelah selesai memakan buah-buahan sebagai makan malamnya.
para perampok itu dengan hati-hati. Setelah sekitar 30 menit, mereka pun berhenti dan masuk ke sebuah pondok
Dodo hampir tertidur ketika mendadak ia mendengar
di dalam hutan. Melihat hal itu, Dodo pun merasa senang
jeritan seseorang minta tolong.
karena jujur saja, ia mulai lelah melayang-layang meng-
“Tolong! Tolong!” Jerit suara itu semakin jelas. Dodo menjulurkan kepalanya keluar dari sarangnya
ikuti mereka. Ia pun mendarat persis di atas atap pondok dan memasang kupingnya untuk menguping.
dan melihat ke bawah. Samar-samar ia melihat sekelom-
“Hahaha…, mudah sekali mengambil harta dari
pok orang sedang merampok sebuah rumah tak begitu
suami istri itu!” seru salah seorang dari mereka. “Seperti
jauh dari tempatnya tinggal. Empat orang lelaki bersenjata tajam sedang mengambil paksa sebuah bungkusan
mengambil dari bayi…,” tambahnya lagi. “Ayo buka, aku penasaran dengan isinya!” seru se-
kain dari sepasang suami istri yang tinggal di rumah
orang yang lain. Lalu salah seorang dari mereka mem-
itu.
bukanya. Mereka pun berseru penuh kekecewaan.
“Jangan diambil, hanya ini harta kami yang berharga…,” pinta sang suami kepada keempat orang itu.
“Yah! Hanya perhiasan murahan dari kuningan!” seru mereka hampir bersamaan.
Namun, keempat orang itu hanya tertawa dan mem-
Kecewa, mereka pun melemparkan kantung itu ke
bawa bungkusan kecil itu pergi.
sudut ruangan, teronggok bersama tumpukan harta yang
Dodo merasa geram melihat pemandangan itu. Segera saja ia meluncur keluar dari sarangnya dan me-
ada di tempat itu. Mereka pun segera tertidur karena kelelahan.
layang ke pohon terdekat sambil mengikuti para peram-
Tando yang melihat keadaan itu pun segera me-
pok. Dodo ingin mengetahui di mana mereka tinggal,
nyelinap masuk ke dalam rumah. Ia mengambil kantung
sekaligus memberi pelajaran kepada mereka.
dan membawanya melayang ke pohon terdekat. Lalu,
34
Festival Seni Multatuli 2021
seperti ketika ia datang tadi, ia pun meluncur dari pohon
ke hutan dan menemui Dodo si Tando.
ke pohon hingga ia tiba di rumah suami istri yang malang itu. Ia menjatuhkan kantung tersebut ke pangkuan sang
“Kau telah memenuhi ujianmu. Apakah kamu siap menjadi manusia lagi?” tanya sang guru. Dodo yang me-
suami yang kemudian terkejut dan menatap ke atas. Mata
rasa senang, hendak segera menjawab “iya”. Namun,
mereka pun bertemu.
ketika ia merenungkan lagi, agaknya menjadi seekor
“Terima kasih, wahai Tando yang baik hati. Pasti Tuhan mengutusmu untuk menjadi penolong bagi
Tando tidak begitu buruk. Setidaknya, ia tidak akan melakukan kejahatan lagi dalam wujud seperti ini. Dodo pun
hamba yang lemah ini…,” ujarnya penuh rasa syukur.
menggeleng.
Air mata terlihat berlinang di sudut matanya.
Sang guru pun tertawa. “Kau telah menjadi sosok
Dodo pun merasa senang, namun tugasnya belum selesai. Ia mulai berputar-putar mencoba memberi pe-
yang bijak muridku,” pujinya. “Jika kau suatu hari mau kembali menjadi manusia, kau hanya perlu menemuiku.
tunjuk kepada laki-laki itu untuk mengikutinya. Berun-
Aku akan menunggumu.” Lalu sang guru pun pergi
tung, si lelaki cepat tanggap dan bergegas memanggil
dengan hati yang bahagia.
aparat desa untuk mengikuti si Tando. Beramai-ramai, mereka menuju ke pondok di tengah hutan. Ketika mereka
Dodo pun melanjutkan hidup sebagai seekor Tando di hutan tersebut dengan penuh rasa syukur. Ia bahagia
tiba di sana, para perampok itu masih tertidur dengan
dengan hidupnya dan bahagia dengan segala yang di-
pulasnya. Mereka pun tanpa kesulitan ditangkap dan
berikan alam kepadanya. Masyarakat pun menjadi baik
harta yang terkumpul segera dibagi-bagikan kepada para penduduk yang merasa kehilangan.
kepadanya dan sering memberikannya makanan. Jika sudah begini, apa lagi yang dia butuhkan? Ia sudah
Kisah kepahlawanan Dodo pun menjadi buah bibir
mendapatkan harta karun sesungguhnya dari Tanah
yang menyebar jauh. Hingga akhirnya berita tersebut
Karuhun. Hidup damai bersama alam dalam hubungan
sampai ke telinga sang guru. Sang guru bergegas datang
yang saling menghargai. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
35
36
Festival Seni Multatuli 2021
Karseno
Kisah Tando dan Lima Pemburu
L
angit biru yang cerah berkilau,
perlahan berganti kelabu. Mendung semakin menyelimuti. Butir-butir air mulai turun dari langit. Dalam sekejap, hujan bertambah lebat. Hutan yang semula meneduhkan, seketika berubah menakutkan. Suasana sepi semakin menghantui. Hanya gemericik air yang sore itu setia menemani para hewan penghuni hutan. Sesekali kilatan cahaya masih nampak menyilaukan mata, suara dentuman halilintar yang menggelegar menyusul kemudian.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
37
Dua jam berlalu. Hujan deras berhenti membuat para
“Karena yang dipakai Kerbau untuk mandi, bukan
penghuni hutan merasa cemas. Rintik gerimis masih berusaha mengantarkan rasa malas. Seekor burung ter-
air bersih. Tapi air sungai yang kotor!” jawab Owa Abu yang tiba-tiba menjawab sambil bergelantungan. Burung
lihat anggun melompat dari satu dahan menuju dahan
Anis serta Tando sempat terkejut dengan suara itu. Tapi
lain. Burung itu kemudian berhenti di sebuah ranting
setelah menyadari kehadiran Owa Abu, ke-terkejutan
yang ramping. “Tando!” panggil Burung Anis yang sengaja mem-
mereka sirna. Dengan penuh ketelitian, Owa merayap dari sebuah dahan basah untuk mendekati Tando yang
basahi diri dengan sisa-sisa air hujan. Tando yang tengah
satu hari lagi akan berulang tahun.
berteduh di celah batang pohon memberanikan diri
“Kasihan sahabat kita Si Kerbau, karena air mandi-
untuk menampakkan wajah. “Wahai, sahabatku burung Anis. Sekarang masih
nya kotor. Badannya jadi banyak kutu. Dia pasti sering merasa gatal-gatal,” Tando memberikan komentar.
gerimis. Kenapa kamu tidak berteduh saja?” tanya
“Kalo soal itu, kamu tenang saja, Tando,” sahut Owa
Tando, penasaran. Sambil berulangkali melompat riang
Abu. “Sebab kutu adalah salah satu cemilan kesukaan
di ranting dan mengibaskan helaian sayapnya, Burung Anis menjawab,
Burung. Bukankah seperti itu, Anis?” Lanjutnya, sambil tertawa. Burung Anis mengiyakan dan mulai ikut tertawa,
“Aku harus membersihkan sayapku, Tando. Supaya
Tando berbuat hal yang sama. Diantara siraman rintik
bersih dari debu dan kutu. Sebab seekor kutu bisa meng-
gerimis yang tipis; ketiga hewan bersahabat itu tertawa.
ganggu lompatanku.” Tando mengangguk, ia paham maksud sahabatnya.
***
“Tapi kenapa sahabat kita, Si Kerbau badannya masih
Di sebuah desa yang berada tidak jauh dari hutan, se-
juga banyak kutu? Padahal dia sering bermain air juga,
buah mobil terlihat berjalan mendekati rumah pejabat
seperti kamu,” tanya Tando lagi.
dusun bernama Pak Sanusi. Kedatangan orang-orang asing dari luar kota malam itu, membuat Kerbau pelihara-
38
Festival Seni Multatuli 2021
an Pak Sanusi penasaran. Ia pun tak berhenti memper-
makan dan minum, suara Kerbau tetap terdengar
hatikan gelagat orang-orang asing itu. “Jadi, kedatangan kalian semua ingin melakukan
hingga nyaris tak berhenti. “Pak, kenapa setelah tamu bapak pergi. Kerbau kita
penelitian tentang satwa di hutan sekitar sini?” tanya
mendadak berisik?” tanya Bu Suci, istri Pak Sanusi.
Pak Sanusi setelah mendengarkan penjelasan tamunya.
“Barangkali dia mau melahirkan, Bu…,” jawab Pak
“Benar sekali, pak.” Jawab salah seorang tamu yang sempat memperkenalkan diri bernama Prama. Setelah
Sanusi, santai. Akibat terlalu santai, ia tidak menyadari seekor burung Anis sedang bertengger di salah satu sisi
mencatat tanda pengenal para tamu, dan memberikan
kandang kayu. Suara Kerbau mulai berhenti.
nasihat serta peraturan di hutan, Pak Sanusi akhirnya
“Sebenarnya, bapak ini lupa atau waktu sekolah ter-
memberikan ijin kepada tamunya untuk melakukan penelitian. Wajah kelima tamu itu terlihat senang. Dengan
lalu banyak jajan? Kerbau kita itu kerbau jantan, Pak. Mana ada kerbau jantan bisa melahirkan?” sahut Bu Suci,
bangga dan perasaan menang, para tamu itu pun kem-
heran.
bali mendekati mobilnya.
“Ada apa Kerbau? Kenapa kamu memanggilku sambil
“Kalian lihat sendiri bukan? Orang dusun di sini bodoh. Mereka tidak tahu kalau tujuan kita sebenarnya ingin
berteriak seperti itu?” tanya burung Anis, penasaran. “Ada bahaya! Bahaya besar, wahai sahabatku. Lima
berburu Tando. Dan menyulap Tupai Terbang itu menjadi
orang pemburu sedang mencari Tando!” jawab Kerbau,
lembaran uang!” ucap Prama yang tampak seperti pe-
serius. Burung Anis terkejut mendengar jawaban Kerbau.
mimpin rombongan. Semua rekan Prama tertawa terbahak-bahak.
Ia terus melompat-lompat, tanda panik. “Apa kamu yakin, Kerbau?” tanya Burung Anis lagi.
Kecurigaan Kerbau semakin menajam setelah me-
Kerbau mengiyakan. Ia-pun menceritakan tentang lima
lihat beberapa senjata dan perlengkapan berburu yang
orang asing yang sudah bergerak menuju hutan.
sengaja dibawa oleh Prama. Kerbau segera berteriak memanggil sahabatnya, Burung Anis. Meski sudah diberi
“Sekarang pergilah! Cepat peringatkan semua sahabat kita! Jangan sampai ada yang terluka. Terlebih Tando, Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
39
sebab sebentar lagi kita akan merayakan hari kelahiran-
pemburu segera meringkusnya dengan paksa. Suara tawa
nya!” pinta Kerbau. Burung Anis segera membentangkan sepasang sayapnya, dan mulai terbang menuju ke hutan.
para pemburu terdengar membahana. Owa Abu dan Burung Anis terus berlari menghindari sorotan cahaya
***
milik para pemburu. Suasana hutan mendadak menakutkan.
Dengan bekal berbagai jenis senjata dan alat penerangan, Prama dan keempat sahabatnya sudah siap
“Apa? Teman kalian diringkus?!” tanya Ayah Owa Abu. Sambil berusaha menyembunyikan rasa takut Owa
untuk berburu Tando. Pada dahan pepohonan, mereka
Abu mengiyakan.
terus mencari.
“Saudaraku semua, mari kita bebaskan Tando dan
Berjarak belasan meter dari para pemburu, burung Anis sudah berkumpul dengan ketiga sahabatnya. Ia
usir para pemburu itu! Hutan ini adalah harta karun kita. Jangan biarkan mereka merusak kedamaian tanah
segera menyampaikan kabar yang didapat dari Kerbau.
karuhun!” ajak ayah Owa Abu, geram. Semua kawanan
“Kalau begitu, kamu harus bersembunyi sampai
Owa Abu dewasa tampak bersemangat. Suara teriakan
mereka pergi, Tando!” pinta Owa Abu, serius. Belum sempat Tando membalas ucapan, tiba-tiba tempat mereka
para Owa Abu semakin membuat suasana hutan bertambah mencekam. Pemburu yang mengetahui serang-
sedang berkumpul diterangi cahaya yang begitu menyi-
an Owa Abu berusaha menembaki Owa Abu, tetapi
laukan mata.
dengan lincah mereka menghindar. Pemburu kehabisan
“Itu! Tembak!” Pram berteriak. Owa Abu, Burung Anis serta Tando yang masih merasakan silau di mata
persenjataan, mereka dipaksa pergi meninggalkan hutan tanpa membawa hasil buruan apapun; kecuali ketakut-
langsung dihujani dengan peluru bius. Burung Anis dan
an. Tando pun berhasil diselamatkan.
Owa Abu sempat melarikan diri. Namun Tando bernasib
Tepat tanggal dua Desember jam Enam lewat dua
malang. Sebutir peluru bius yang tepat mengenai bagian leher, membuatnya gagal melarikan diri. Ia terjatuh, para
puluh delapan malam. Dalam suasa hutan yang sejuk, Tando dan ketiga sahabatnya terlihat sangat ahagia. Si
40
Festival Seni Multatuli 2021
lincah bersuara elok Burung Anis, Owa Abu yang pemberani, serta Kerbau yang baik hati. Perayaan hari ulang tahun sekaligus keberhasilan menjaga harta karun di tanah karuhun berjalan penuh suka cita. Mereka sadar bahwa perbedaan itu elegan. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
41
42
Festival Seni Multatuli 2021
Elisa D.S.
Harta Karun Terbaik
P
agi ini, matahari bersinar lembut. Arak-arakan
awan putih menghiasi langit biru. Burung-
burung bernyanyi riang di atas pepohonan. Satu demi satu, penghuni Hutan Karuhun keluar dari sarangnya. Mereka semua terlihat bersemangat dalam menyambut persiapan pesta ulang tahun Raja Babau kerbau, kecuali Wawa, seekor owa berwarna abu-abu. Beberapa hari belakangan, Wawa yang biasanya aktif dan gemar bergelantungan dari pohon ke pohon, terlihat sering menyendiri dan duduk termenung. Sekarang pun, ia hanya memandangi Roli surili dan Ganis si burung anis yang sedang bercengkerama. Seperti penghuni hutan lainnya, kedua sahabat Wawa itu telah menyiapkan hadiah terbaik untuk sang raja. Mereka ingin memberikan sesuatu yang istimewa, Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
43
sebagai tanda terima kasih atas kehidupan yang damai
“Tumben, Wawa pendiam kayak gitu,” bisik Ganis.
di bawah kepemimpinan Raja Babau. “Nis, kamu besok bawa hadiah apa?” tanya Roli
“Iya. Kalau abdi perhatikan, teh … belakangan ini Wawa jadi aneh. Jarang keluar rumah. Sekali keluar,
penuh rasa ingin tahu.
teman kita itu malah duduk melamun. Padahal, biasanya
“Itu, mah… rahasia. Lihat saja besok,” Ganis menge-
Wawa selalu antusias jika ada perayaan. Abdi, mah, jadi
dipkan matanya dengan jenaka. “Sok, atuh. Pakai rahasia segala,” Roli mencebikkan
bingung melihatnya.” “Barangkali, Wawa punya masalah dan membutuh-
mulutnya.
kan waktu untuk menyendiri. Kita doakan saja, semoga
“Kalau kamu sendiri, emang sudah punya kado
dia segera menemukan jalan keluarnya,” tutur Ganis bijak.
untuk Raja Babau?” Ganis terbang mendekati Roli. “Abdi, mah, besok mau bawa…, ehm…, rahasia juga,”
Roli mengiyakannya. Kedua sahabat itu kemudian berjalan-jalan ke tepian
sahut Roli cepat. Dalam Bahasa Lebak, abdi artinya saya.
hutan. Mereka bergabung dengan teman-teman yang
Ganis tertawa mendengarnya. “Kamu, mah. Bisanya
lain untuk bermain di pagi yang cerah tersebut.
ikut-ikutan abdi, euy.” “Sstt, Nis … cicing, atuh.” Roli menyuruh Ganis untuk
Waktu berlalu tanpa terasa. Ulang tahun Raja Babau pun tiba. Semua penghuni hutan berduyun-duyun men-
diam. Ia mengarahkan dagunya ke Wawa.
datangi acara yang meriah tersebut. Mereka dijamu
Ganis langsung paham dengan kode tersebut. Si
dengan beragam makanan yang sangat lezat. Buah-
burung anis itu baru menyadari, jika raut muka Wawa tak ceria seperti biasanya.
buahan segar hasil hutan yang menggiurkan pun siap untuk disantap.
“Wawa, apa kamu sudah punya hadiah untuk raja?”
Raja Babau sangat senang melihat antusiasme para
Roli berjalan mendekati Wawa.
penghuni hutan dalam merayakan ulang tahunnya.
Wawa menggeleng. Ia hanya tersenyum sekilas, lalu buru-buru berpamitan pada Roli dan Ganis.
“Terimalah hadiah dari abdi, Paduka. Semoga Paduka senantiasa sehat dan kuat,” Roli meletakkan sekeranjang
44
Festival Seni Multatuli 2021
rumput hijau nan segar di hadapan rajanya.
Raja Babau manggut-manggut mendengar penu-
“Terima kasih atas hadiah dan doanya, Roli.” Raja Babau manggut-manggut seraya tersenyum lebar.
turan mereka berdua. Sang raja akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat tinggal Wawa. Raja Babau me-
“Abdi selalu berdoa agar Baginda panjang umur.
mang terkenal bijaksana dan berhati mulia. Pemimpin
Semoga Baginda berkenan menerima hadiah kecil dari
dari Hutan Karuhun itu tak segan-segan mengunjungi
abdi,” kata Ganis sambil mempersembahkan sebaskom dedak ke Raja Babau.
rakyatnya yang sedang tertimpa masalah. “Hampura, Baginda Raja. Abdi tidak bisa hadir dalam
“Wah, terima kasih banyak, Ganis. Aromanya enak
pesta ulang tahun Paduka yang mulia.” Wawa yang tak
sekali. Kebetulan, dedakku sudah habis.”
menyangka akan kedatangan raja, buru-buru meminta
Raut muka Ganis berseri-seri tatkala mendengar pujian Raja Babau.
maaf dan menundukkan badannya dengan takzim. “Apa yang menjadikan penyebab ketidakhadiranmu
Satu per satu, para penghuni hutan lainnya bergilir-
di pestaku, Wawa?” selidik Raja Babau.
an memberikan hadiah sekaligus doa terbaik untuk sang
“Hampura, Baginda. Sudah beberapa hari ibu abdi
raja. Setelah itu, semua menikmati jamuan yang telah disediakan.
tergolek sakit. Abdi tidak bisa meninggalkan ibu barang sejenak. Selama ini, ibu sudah merawat dan membesar-
“Tunggu dulu. Aku dari tadi tidak melihat Wawa,”
kan abdi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Seka-
Raja Babau mengedarkan pandangannya.
rang, saat ibu sakit, abdi akan berjuang sekuat tenaga
Seketika itu juga, terdengar bisik-bisik dari semua yang hadir di pesta. Mereka baru menyadari jika Wawa
demi kesembuhannya. Apa pun itu, akan abdi lakukan agar ibu bisa sehat kembali,” tutur Wawa panjang lebar.
tidak datang ke acara penting tersebut. Tanpa buang waktu, Roli dan Ganis menghadap Raja Babau. Mereka secara bergantian menyampaikan kondisi Wawa yang lain dari biasanya.
Raja Babau tercengang mendengarnya. “Termasuk dengan tidak menghadiri pestaku?” “Hampura, Paduka.” Wawa kembali meminta maaf seraya mengangguk takzim. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
45
“Bagaimana jika aku memberikan hukuman yang
an bumi dan kilauan mutiara indah yang terpendam di
berat untukmu karena hal ini?” Raja Babau meninggikan suaranya.
lautan. Sebagai pemimpin di Hutan Karuhun ini, aku beruntung sekali mempunyai rakyat sepertimu.”
Semua yang hadir menjadi gempar. Mereka pun
Wawa, Roli, Ganis, dan semua penghuni hutan ter-
terpecah menjadi dua bagian. Sebagian besar para peng-
cengang mendengar penuturan Raja Babau.
huni hutan menyalahkan Wawa karena menganggap owa tersebut kurang menghormati sang raja. Menurut
“Sekarang, rawatlah ibumu sepenuh hati. Setelah ibumu sembuh, aku ingin kalian berdua pindah ke istana,
mereka, ibu yang sakit masih bisa ditinggal sebentar,
karena sejak saat ini, aku mengangkatmu sebagai pena-
sedangkan mendatangi pesta raja adalah sesuatu yang
sihat pribadiku, Wawa,” titah Raja Babau.
lebih utama untuk didahulukan. Hanya sebagian kecil saja yang mendukung Wawa, termasuk Babau dan
Raja yang bijaksana itu kemudian memerintahkan pengawalnya agar memberikan ramuan obat-obatan
Ganis. Namun, kedua sahabat Wawa tersebut tidak bisa
dan aneka makanan lezat untuk ibu Wawa.
berbuat apa-apa atas keputusan Raja Babau.
Semua penghuni hutan bersorak mendengarnya.
“Hampura, Baginda. Silakan. Abdi, teh … ikhlas. Namun, abdi berharap kemurahan hati Paduka untuk
Mereka bersyukur karena tidak salah dalam memilih pemimpin.
memberikan waktu, supaya abdi bisa merawat ibu
Wawa sontak menunduk takzim tatkala mendengar
hingga sembuh terlebih dahulu. Setelah itu, abdi akan
titah sang raja. Berkali-kali, owa abu-abu itu mengucap-
menjalani hukuman dari Paduka,” tutur Wawa pasrah. “Aku tadi hanya mengujimu, Wawa.” Raja Babau
kan terima kasih atas keputusan Raja Babau. Ia tak pernah menyangka, bakti kepada ibu telah membawanya
tersenyum lebar. “Bagaimana bisa, aku akan meng-
ke derajat yang sangat tinggi dan mulia. [*]
hukum anak yang sangat berbudi sepertimu? Baktimu dalam merawat ibu adalah harta yang sangat berharga, mengalahkan nilai harta karun berupa emas di kedalam46
Festival Seni Multatuli 2021
Gresik, 19 September 2021
Saroh Jarmin
Kisah Nyai Geulis
D
i sebuah kampung nan asri dan damai,
hiduplah seorang gadis yang sangat cantik. Kecantikannya itu bahkan terkenal sampai ke kampung-kampung seberang. Karena kecantikannya pula, gadis itu disebut Nyai Geulis, yang artinya perempuan cantik. Orang-orang lupa dan tidak lagi peduli dengan nama aslinya. Semua orang yang mengagumi kecantikannya, dengan senang hati memanggilnya Nyai Geulis. Tak terperikan dengan kata-kata, dan tak tergambarkan dengan bahasa, semua yang tampak dari paras Nyai (Sebuah legenda tentang asal usul nama Kampung Cigeulis) Cerita rakyat dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten
Geulis hanya cahaya kecantikan. Semburat purnama seolah tumpah ruah di sana.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
47
Semakin bertambah hari, Nyai Geulis semakin
pemuda yang mendekatinya selalu ditolaknya. Kesantun-
tumbuh mekar menjadi seorang gadis nan jelita dan santun. Nyai Geulis pun larut dalam pujian dan keka-
an pun mulai memudar dari dirinya. Semakin banyak pemuda yang menginginkannya, semakin kuat ia ber-
guman orang-orang. Pelan-pelan ia pun turut menyadari
anggapan bahwa kecantikannya hanya untuk pemuda
kecantikannya sendiri. Ia pun kerap mematut diri dalam
bangsawan yang gagah perkasa. Para pemuda kampung
bayangan air sungai yang mengalir di kampungnya. Hingga akhirnya Nyai Geulis pun memiliki kebiasaan
yang hanya petani atau buruh, bukanlah idamannya. Tidak terhitung berapa pemuda yang sudah mendatangi-
bercermin di air sungai.
nya dan melamarnya, tapi ia menolaknya.
Dari pagi sampai sore, ia akan berada di sungai, me-
Sampai pada suatu hari, datanglah seorang pemuda
matut-matut diri dalam bayangan air sungai sambil bersenandung. Begitulah kebiasaan setiap harinya. Ia
dari kampung seberang. Meskipun pemuda itu berpenampilan tidak berbeda dengan pemuda lain yang per-
lupa membantu ibunya yang sudah tua bekerja di ladang.
nah melamarnya, namun ia sebenarnya adalah seorang
Ia juga tidak mau lagi bermain bersama teman-teman-
bangsawan dari keluarga kaya raya dan terpandang yang
nya. Hari-harinya hanya ia habiskan dengan bercermin di sungai. Anehnya, kebiasaannya itu justru makin
juga berilmu tinggi. Kecantikan Nyai Geulis yang didengarnya, membuatnya jatuh hati. Ia pun menemui
menguatkan kecantikannya. Berbondong-bondong para
sang gadis cantik di pinggir sungai.
pemuda datang ke sungai hanya untuk melihat kecantik-
“Nyai, perkenalkan, aku pemuda dari kampung
an Nyai Geulis. Tidak puas hanya dengan melihat, para pemuda itu
seberang. Kecantikan Nyai telah membawa aku ke sini,” ucap pemuda itu. Nyai Geulis mengamati penampilan
pun, satu per satu memberanikan diri mendatanginya,
pemuda itu. Ia menatap tak berkedip sekujur tubuh
mengajaknya bersenda gurau, bahkan banyak yang
pemuda itu. Nyai Geulis tersenyum kecut.
kemudian meminangnya. Tetapi tidak ada satu pun dari para pemuda itu yang diterima oleh Nyai Geulis. Semua
“Tapi engkau tidak pantas menginginkanku. Kecantikanku bukan untuk pemuda sepertimu. Kecantik-
48
Festival Seni Multatuli 2021
anku hanya akan aku berikan kepada seorang pemuda
ingin engkau menerimaku bukan karena itu,” Nyai
bangsawan yang gagah perkasa.” “Oh. Jadi apa itu artinya aku tidak pantas untuk-
Geulis hanya tertawa mendengar perkataan si pemuda. Ia menganggap pemuda itu hanya berbohong.
mu?” tanya sang pemuda.
“Sudahlah. Engkau jangan membohongi aku.
“Tentu saja. Engkau hanya pemuda biasa yang mis-
Pemuda miskin dan buruk rupa sepertimu tidak pantas
kin. Tidak berbeda dengan mereka yang pernah melamarku. Pergilah!”
bersanding denganku.” “Jangan sampai engkau menyesal karena menolak-
“Baiklah. Aku akan pergi. Tapi besok aku akan datang lagi,” ucap sang pemuda sambil berlalu.
ku, Nyai!” “Hanya sihir yang bisa membuatmu berubah jadi
Keeseokan harinya, pemuda itu datang lagi. Lusa, ia pun datang lagi. Tulat, ia pun datang lagi. Tubin, ia pun
pemuda bangsawan yang gagah perkasa. Hahaha!” Tawa Nyai Geulis terdengar jeri di hati sang pemuda. Ia benar-
datang lagi. Berulang hari, setiap hari, pemuda itu terus
benar kecewa karena Nyai Geulis tidak seperti dugaan-
datang untuk menemui Nyai Geulis yang mematut-
nya. Kecantikan Nyai Geulis tidak mencerminkan ke-
matut diri dalam bayangan air sungai sambil bersenandung. Sang pemuda kampung seberang benar-benar
cantikan hatinya. Ia dibuai oleh kecantikan parasnya hingga lupa menilai ketulusan hati orang lain.
jatuh cinta kepada Nyai Geulis. Ia berusaha meyakinkan
Sang pemuda kampung seberang pun pergi. Berhari-
Nyai Geulis agar menerima cintanya, tapi ia hanya
hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-
mendapatkan hinaan dari Nyai Geulis. “Nyai, aku ingin engkau menerima cintaku karena
tahun. Ia tidak lagi tampak mendatangi Nyai Geulis di pinggir sungai. Hatinya hancur karena Nyai Geulis telah
ketulusanku, bukan karena hal lain,” ucap sang pemuda
menolaknya.
suatu hari. Tapi Nyai Geulis tidak memedulikannya. “Nyai, aku adalah putra seorang saudagar kaya. Di kampungku aku adalah keluarga bangsawan. Tapi aku
Setelah kepergian sang pemuda kampung seberang itu, hal ganjil terjadi. Nyai Geulis masih dengan kecantikannya yang tidak tersaingi gadis mana pun. Ia juga Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
49
masih terus mematut diri setiap hari dalam bayangan
“Hahaha! Hanya sihir yang bisa membuatmu ber-
air sungai sambil bersenandung. Tapi kini sudah tidak ada lagi pemuda yang berani mendekatinya. Nyai Geulis
ubah menjadi gagah dan tampan. Dasar pembohong!” “Aku tidak berbohong. Aku akan membuktikannya,
pun tampak bersedih. Senandungnya terdengar penuh
Nyai. Tanyalah kepada para pengawalku!”
penyesalan. Ia pun teringat dengan gadis-gadis lain yang
“Pengawal? Aku tidak percaya. Mana mungkin
sudah menikah dan berumah tangga. Sementara ia masih berharap bisa dipinang oleh seorang pemuda bangsawan
engkau punya pengawal? Lihat dirimu! Pakaianmu saja tidak memperlihatkanmu sebagai seorang bangsawan.”
yang gagah perkasa. Semakin hari ia menyaksikan
“Pakaian, Nyai? Engkau hanya menilai aku dari pa-
bayangan kecantikannya semakin memudar. Nyai Geulis
kaian? Baiklah, aku akan menunjukkannya kepadamu.”
pun tampak bersedih. Tahun berganti. Kecantikan Nyai Geulis masih tak
Pemuda itu pun pergi, dan tak lama ia kembali. Kali ini pemuda itu benar-benar menampakkan wujud aslinya.
tergantikan meskipun ia mulai menua. Kabar bahagia-
Seorang pemuda bangsawan yang gagah perkasa. Para
nya, sang pemuda kampung seberang datang lagi mene-
pengawalnya berdiri di belakangnya. Nyai Geulis tak
muinya di pinggir sungai. Sang pemuda berharap Nyai Geulis sudah berubah pendirian dan bisa menerima ke-
berkedip memandangi pemuda itu yang tampak gagah dan tampan.
tulusan cintanya.
“Bagaimana, Nyai? Apakah aku masih berbohong?”
“Nyai, aku datang lagi. Menikahlah denganku!”
“Semuanya pasti hanya karena sihir dan akal-akalan
Ucap pemuda itu tanpa basa-basi lagi. “Tapi engkau tetaplah pemuda miskin yang tidak
engkau saja! Aku tidak percaya. Pemuda miskin sepertimu tetap tidak pantas untukku.”
pantas menjadi pendampingku,” jawab Nyai Geulis. “Tentu saja aku pantas. Aku seorang bangsawan yang kaya raya sekarang.”
50
Festival Seni Multatuli 2021
Mendengar jawaban Nyai Geulis, sang pemuda merasa sakit hati. Sambil menahan amarah, ia memejamkan matanya. Dalam kekecewaannya, ia menggunakan kesaktian dan ketinggian ilmunya untuk mengubah
dirinya menjadi tampak lebih tampan di mata Nyai
“Jangan pergi!” Suara Nyai Geulis terdengar meng-
Geulis. Seketika, tubuh sang pemuda tampak bercahaya. Ia menjelma menjadi seorang pangeran yang gagah dan
iba. Tapi sang pemuda tetap berlalu dan tidak pernah kembali lagi. Nyai Geulis menangis sejadi-jadinya. Ia
rupawan. Semua yang melihat dan menyaksikannya
menyesal karena kesombongannya. Tak henti ia mena-
menatap tak percaya. Tak terkecuali Nyai Geulis. Tapi
ngis hingga air matanya menyatu dengan air sungai dan
hati sang pemuda sudah terluka. Ia pun hanya menatap Nyai Geulis dengan tatapan penuh kecewa dan kemu-
terjadilah banjir besar. Nyai Geulis pun terbawa hanyut oleh banjir air matanya sendiri. Sejak itu, tidak ada lagi
dian pergi.
suara senandung gadis cantik yang mematut-matut diri
Tiba-tiba terdengar Nyai Geulis memanggil sang
dalam bayangan air sungai.
pemuda. “Tunggu! Aku mau menikah denganmu. Jangan
Seiring waktu, Nyai Geulis pun hanya menjelma kisah, ceritanya pun terlupakan. Tapi konon, nama
pergi!” Nyai Geulis terus memanggil-manggil sang
Kampung Cigeulis muncul karena dilatarbelakangi oleh
pemuda.
kisah itu. [*]
Cipanas-Lebak, September 2021
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
51
52
Festival Seni Multatuli 2021
Faye Yolody
Membujuk Bulan Purnama
S
eluruh penduduk Kabupaten Fauna
Lebak sudah menunggu-nunggu datangnya hari ini. Rino, sang badak jawa yang menjadi Kepala Suku, akan segera mengumumkan tema festival tahunan yang sangat terkenal di seluruh penjuru Banten. Pertemuan tersebut diadakan di area air terjun Curug Sata. “Ehem…,” Kepala Suku Rino berdehem siap berbicara di depan ratusan penduduk. Culanya tampak gagah dan memantulkan sinar matahari yang terik. “Festival Fauna Lebak tahun ini bertema Bulan Purnama!” Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
53
Suasana seketika dipenuhi sorak-sorai kebahagiaan.
Si Owa memanjat pohon pinus sampai di pucuk
Celoteh Owa (si monyet abu-abu), cuitan Burung Anis, lolongan Anjing Hutan, suara kepakan sayap Elang Jawa
dengan lincah. Ah, bulan purnama yang besar sudah terlihat! Owa yakin jaraknya dengan bulan sudah tidak
sampai suara hewan lainnya bersatu padu menciptakan
jauh. Lalu ia melompat setinggi mungkin dari pucuk
irama musik yang penuh semangat.
pohon untuk meraih bulan, tapi.. Ternyata tangannya
“Jadi, kami harus membawa bulan, Pak Kepala Suku?” tanya si Monyet Surili yang bermata bulat.
tidak sampai ke bulan. Tubuhnya terhempas turun, dan ia segera memegang erat batang pohon.
“Benar. Bulan purnama akan kalian hadirkan di fes-
Kini, giliran Burung Anis yang mencoba. Ia yakin
tival dan ditonton oleh seluruh penduduk Banten.”
dapat mencapai bulan karena ia bisa memiliki sepasang
Semua hewan bertepuk tangan. Hanya melalui festival tahunan inilah mereka bisa unjuk gigi dan bertemu
sayap yang hebat! Ia pun terbang menuju langit. Dua jam kemudian,
dengan teman-teman di luar Kabupaten Fauna Lebak.
ia mulai merasa kelelahan. Seberapa cepat sayapnya
Maka hari itu dibentuklah tim kerja fauna.
dikepakkan, bulannya tetap terasa jauh sekali. Si burung
Terpilihlah Owa, Burung Anis, dan Tupai Terbang yang harus membujuk bulan purnama di langit. Sedang-
anis menyerah dan terbang turun kembali. Sementara, si Tupai Terbang meminta bantuan angin
kan si Buaya, Anjing Hutan, dan Harimau Jawa bertugas
untuk meniupnya tinggi-tinggi.
membuat tarian untuk dibawakan saat festival. *** Malam harinya, Owa, Burung Anis, dan Tupai Terbang sudah bersepakat bertemu di hutan pinus. Mereka berencana membawa bulan turun dari langit ketika bulan sedang tidur. Maka aksi mereka pun dimulai. 54
Festival Seni Multatuli 2021
Tapi, lagi-lagi ia merosot turun. Sekuat-kuatnya angin meniupnya, si Tupai Terbang tidak bisa meraih bulan! Setiap malam berikutnya mereka mencoba, tapi tidak pernah berhasil. Lalu, mereka bertiga naik ke atas pucuk pohon dan bersama-sama teriak memanggil bulan. “BULAAAAAAN!”
“BULAAAAAAN!”
“Aha, bagaimana kalau kita buat saja bulan purnama?”
“BULAAAAAAN!” Si bulan menengok ke arah mereka. Mereka bertiga senang bukan kepalang karena bulan ternyata mendengar mereka!
Ide tersebut disambut dengan gembira seluruh tim. Mereka pun mendiskusikan bagaimana membuat sebuah bulan purnama yang seru. Sementara, tim musik dan penari yang dipimpin oleh
“MAUKAH KAU IKUT DATANG KE FESTIVAL DI KABUPATEN KAMI?” tanya owa dengan suara keras.
Buaya, Anjing Hutan, dan Anoa sudah selesai membuat aransamen musik dan gaya tariannya yang keren. Mereka
Bulan menggeleng. Ia tidak mau.
akan mengajarkan para penduduk Kabupaten Fauna
“SEHARI SAJA KOK, BULAN. BANTU KAMI, YA?”
Lebak. Ah, serunya!
tupai berusaha membujuk. Bulan menggeleng lagi. Mereka kini bingung, bagaimana mereka bisa membawa bulan ke festival minggu depan? *** Keesokan harinya, ketika seluruh anggota tim ber-
Kemudian, tibalah hari festival yang diadakan di sebuah lapangan luas supaya dapat menampung seluruh warga yang datang dari kabupaten lain. Di lapangan itu terdapat sebuah panggung besar yang digantungi lampulampu. Di sanalah nanti mereka akan menari, bermusik, dan memperlihatkan bulan purnama. Suasana lapangan sangat ramai, bersemangat, dan dipenuhi penonton yang
kumpul untuk melaporkan hasil persiapan masing-
berdesak-desakkan.
masing, Owa, Burung Anis, dan Tupai Terbang menunduk lesu.
Kini giliran tim pengisi acara Kabupaten Fauna Lebak yang akan tampil. Para penduduk yang lain pun mem-
“Maafkan kami karena tidak berhasil membujuk
berikan dukungan dengan teriakan dari tempat penonton.
bulan purnama,” ujar Owa. Tiba-tiba, Kancil yang cerdas memberikan mereka
Kemudian lampu panggung dimatikan sehingga suasana gulap gulita.
ide. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
55
Di atas panggung, Burung Anis dan Elang Jawa
musikal dengan gerakan yang sangat lincah.
membentangkan sebuah kain besar berwarna putih ke hadapan penonton. Lalu dari balik kain, Owa menyala-
Elang terbang mengitari panggung dengan kemegahan sayapnya.
kan lampu sorot ke arah kain. Ia memegang lempengan
Anjing hutan dan Kancil ternyata dapat menari tango!
berbentuk bulat seperti bulan purnama, sehingga cahaya
Owa dapat lempar tangkap tiga bola sekaligus seperti
lampu memantulkan siluet bulan besar di kain putih. Lalu, para kancil, tupai, kambing, dan anjing hutan
badut. Kancil dapat bernyanyi merdu dengan nada tinggi.
saling menggendong sehingga mereka menjadi tinggi dan membentuk sebuah pohon yang sedang menemani
Kepala Suku Rino yang juga menonton tak henti-
bulan purnama. Burung Hantu bertengger di dahan pohon sambil mengeluarkan suaranya yang khas.
hentinya bertepuk tangan. Ia mengagumi kehebatan warga Kabupaten Fauna Lebak dalam mendatangkan
Adegan di balik kain itu menggambarkan suasana
bulan purnama ke atas panggung untuk mewarnai festi-
malam yang syahdu, dengan bulan purnama besar yang
val ini.
sedang bersinar di langit. Penonton terpukau seperti melihat pertunjukan wayang kulit, di mana para hewan
Semenjak kesuksesan festival tersebut, Kabupaten Fauna Lebak menjadi lebih maju dan dikenal di Indo-
hanya terlihat bayangan hitamnya dari balik kain.
nesia. Warga Kabupaten Fauna Lebak mendapatkan
Penonton festival bersorak riang melihat bulan
penghargaan sebagai kabupaten yang paling kreatif.
purnama besar di atas panggung. Mereka meneriakkan “Hidup Lebak! Hidup Lebak!” sebagai bentuk pujian pada
Tentu saja, yang paling bahagia berkat festival itu adalah seluruh warga Kabupaten Fauna Lebak sendiri.
pertunjukan itu.
Dengan bekerjasama dan usaha keras, mereka dapat me-
Selanjutnya, para hewan yang membentuk sebuah pohon itu membubarkan posisi, lalu muncul dari balik kain dengan kostum berwarna-warni. Mereka ber56
Festival Seni Multatuli 2021
wujudkan keinginan mereka mendatangkan bulan purnama! [*]
Daniel Yudha Kumoro
Owa dan Festival Samagaha Bulan
P
ada suatu ketika. Di sebuah hutan rimba. Hiduplah sekelompok hewan. Mereka adalah kerbau,
kera, tupai, dan seekor burung. Mereka hidup rukun, damai, dan saling menolong. Di satu pagi. Beberapa hewan berkumpul. Mereka sedang membicarakan topik yang sedang hangat di kalangan warga hutan. Yaitu Festival Samagaha Bulan. Sebuah perayaan untuk menyambut datangnya gerhana bulan. Diadakan oleh sekawanan hewan liar yang hidup di luar hutan. “Festival Samagaha Bulan akan diadakan nanti malam. Bagaimana menurut kalian?” tanya Anis.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
57
Anis adalah seekor burung yang suka berkicau. Kepala
“Iya, aku dengar!” jawab Owa sembari memalingkan
dan perutnya berwarna jingga. Sedang sayap dan ekornya berwarna abu-abu. Jika berbicara, tubuhnya bergoyang
pandangannya. Sejenak kemudian Owa sudah berayun-ayun ke
ke kiri dan ke kanan.
pohon lain.
“Bukankah tetua telah melarang kita untuk tidak
“Kenapa tidak boleh? Gerhana bulan sangat indah.
keluar hutan selama gerhana bulan nanti?” sahut Buba. Buba adalah seekor kerbau yang bertubuh besar.
Terjadi hanya sekali dalam dua setengah tahun. Sayang untuk dilewatkan…,” tukas Owa.
Perutnya berbentuk bulat. Memiliki dua tanduk yang
Mendengar celotehnya, Anis menjadi kesal. Ia lang-
tajam di kepalanya. Senang bersantai dengan berendam
sung terbang mendekati Owa.
di rawa-rawa. “Benar. Aku juga mendengar jika festival itu sebe-
“Tidak! Puun1 sudah berpesan. Kita tidak boleh keluar dari hutan. Apalagi mendatangi festival tersebut,” terang
narnya adalah pesta makan hewan-hewan buas,” timpal
Anis dengan nada geram.
Tando.
“Meski tidak ke festival, kita tetap harus turun ke
Tando adalah seekor tupai yang memiliki selaput di tubuhnya. Selaput itu ia gunakan untuk terbang.
lembah. Gerhana bulan tidak dapat disaksikan dalam hutan yang lebat ini,” balas Owa.
Melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Warna
Melihat itu, Buba perlahan bangkit dari tempat
bulunya merah kecoklatan.
duduknya. Lalu berjalan ke arah Owa.
Sementara itu, seekor hewan tampak asyik sendiri. Ia adalah Owa. Kera yang tidak memiliki ekor. Bulunya
“Owa! Kita harus mematuhi pesan dari para karuhun2…,” jelas Buba.
berwarna abu-abu. Tangan dan kakinya panjang. Ia gunakan untuk bergelantungan di ranting pohon. “Owa! Kamu dengar tidak?!” seru Anis pada Owa yang dari tadi terus bermain-main di atas pohon. 58
Festival Seni Multatuli 2021
1 2
Tetua adat Leluhur
Tiba-tiba Tando melompat. Lantas terbang ke arah
jat pohon paling tinggi di hutan itu. Tapi keinginan dia
mereka bertiga. “Larangan teu meunang ditempak, buyut teu
sebenarnya adalah mendatangi festival tersebut. Diam-diam, Owa menyelinap keluar hutan. Lang-
meunang dirobah3, “ sahut Tando.
kah kakinya perlahan. Berhati-hati menginjak daun-
Owa berhenti. Ia diam sejenak. Namun sejurus
daun kering di atas tanah. Takut bunyinya terdengar
kemudian ia kembali berayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Meninggalkan teman-temannya dengan hati
oleh hewan-hewan yang sedang beristirahat. Ia meraih sebuah ranting pohon. Lantas berayun sekuat tenaga
jengkel. Anis, Buba, dan Tando menggeleng-gelengkan
hingga ke ujung hutan.
kepala melihat kelakuan Owa.
“Syukurlah aku telah keluar dari rimba ini,” kata
Selang beberapa waktu kemudian. Mentari mulai tergelincir. Hari menginjak petang. Para hewan kembali
Owa sambil mengatur napasnya. Begitu melihat suasana di luar hutan, ia menjadi
pulang ke rumah masing-masing. Burung Anis terbang.
takjub. Dari luar hutan, suasana langit begitu terang.
Masuk ke sarangnya di atas ranting pohon Kokoleceran.
Bulan masih berupa bulatan utuh berwarna kuning. Dari
Diikuti oleh Tando. Sedang Buba hanya duduk. Bertengger di bawah pohon tersebut. Hutan menjadi sunyi.
kejauhan ia melihat sebuah tempat yang terang benerang. Penuh dengan cahaya kunang-kunang. Itulah
Langit berubah gelap. Tidak ada bintang. Samarsamar sinar warna kuning merebak. Itu adalah cahaya bulan. Dari dalam hutan, bulan tidak terlihat. Tertutup oleh pohon-pohon yang rimbun. Kalau hanya ingin melihat gerhana bulan, sebenarnya Owa bisa saja meman-
lembah tempat perayaan Festival Samagaha Bulan. “Oh, indah sekali! Tapi apakah aku terlambat?” bisiknya. “Belum! Kamu belum terlambat!” Owa terkejut. Tiba-tiba seekor hewan muncul di hadapannya. Mengajaknya bicara. “Siapa kamu?” tanya Owa.
3
Larangan tak boleh dilanggar, buyut tak boleh diubah
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
59
“Jangan takut. Namaku Tigris,” jawabnya.
Tiba-tiba Tigris melayangkan tangan kanannya ke
Tigris adalah seekor harimau. Bulunya belang. Perpaduan antara warna hitam, putih, dan kuning. Tatapan
arah tubuh Owa. Kera itu terkejut bukan main. Kukukuku tajam tiba-tiba muncul dari balik jari jemari Tigris.
matanya tajam. Bila menyeringai tampak deretan gigi-
Menuju dadanya. Owa sigap. Ia melompat ke belakang
giginya yang runcing.
sembari menangkis serangan dari Tigris. Naas. Cakar
“Aku Owa,” balas Owa. “Aku mau pergi ke tempat itu. Apakah kau juga?”
itu merobek lengan kirinya. Darah segar mengucur dari tangan Owa.
tunjuk Tigris ke arah lembah.
“Kejam kau, Tigris!” pekik Buba sambil menyeruduk
“Benar. Aku juga mau ke sana,” sahut Owa girang.
Tigris dengan tanduknya.
“Kalau begitu mari aku antar,” kata Tigris. “Terima kasih, Tigris. Kamu baik sekali. Tidak seperti
Telak. Tanduk kanan Buba mengenai perut Tigris. Harimau itu terpelanting ke atas. Lantas jatuh ke tanah.
teman-temanku dalam hutan itu”, balas Owa.
Seketika datang seekor burung mematuk-matuk mata
“Tenang, Owa. Kau akan dapat teman-teman baru.
Tigris. Sementara seekor tupai terbang dan mendarat di
Nanti akan aku kenalkan di sana,” timpal Tigris. “Wah, asyik! Pasti teman-temanmu juga baik
telinga harimau itu. Lantas menggigitnya dengan kuat. Tigris berteriak kesakitan. Ia bangkit lalu menghindar
seperti dirimu,” puji Owa.
dari serangan Anis dan Tando.
“Ah, bisa saja kamu…,” sahut Tigris.
“Ampun!” jerit Tigris sambil lari menahan sakit.
“Owa! Lari!” Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan.
Owa terduduk lemas. Matanya berair. Bukan karena menahan luka di tangannya. Tapi memendam penye-
“Hah, siapa?” Owa menoleh.
salan besar di hatinya. Tidak hanya melalaikan buyut4,
Sebuah bayangan hitam bertanduk besar sedang meluncur dengan cepat. Itu adalah Buba. “Terlambat!” geram Tigris. 60
Festival Seni Multatuli 2021
4
larangan
tapi ia juga telah mengabaikan teman-teman yang menyayanginya. “Sudah. Ayo pulang! Nanti aku obati lukamu,” ajak Tando. “Hei, lihat bulan itu! Ia telah tertutup separuh bayangan bumi! Indah sekali!” kata Anis sambil menunjuk ke langit. “Akhirnya kamu bisa melihat gerhana itu, Owa. Tapi sayang. Kamu tidak jadi pergi ke festivalnya,” sindir Buba. “Jangan bercanda! Memiliki teman-teman yang baik lebih menyenangkan daripada datang ke festival itu,” tukas Owa. Merekapun tertawa bersama. [*]
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
61
62
Festival Seni Multatuli 2021
Arletta Shaffira Takwim
Owa Berhati Emas
R
atusan tahun lalu di Tanah Karuhun, hewan
dan manusia hidup berdampingan. Semula semua hidup tenteram, pohon bersemi, sungai mengalir. Kicauan burung dapat terdengar ketika fajar terbit. Tidak disangka, seiring berjalannya waktu, manusia perlahan mulai serakah. Pohon mulai ditebangi, air sungai mulai mengering, tanah yang sebelumnya diselimuti rumput perlahan menjadi gersang. Manusia mengambil hasil hutan terus-menerus, semakin lama hasil hutan semakin habis. Para hewan mulai kelaparan, tubuh mereka mulai kurus. Mereka kehilangan tempat tinggal karena banyak pohon yang mati.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
63
Hewan-hewan memutuskan berkumpul untuk me-
“Kalau begitu, pergilah ke tanah mereka, Tando.
nemui Owa, sang penjaga hutan. Owa dianggap sebagai pemimpin oleh para hewan karena sifatnya yang bijak-
Buatlah kesepakatan dengan manusia. Katakan kita akan membantu mereka sebagai balasannya,” titah Owa.
sana. Owa pun diyakini sebagai tetua, karena konon ia
***
sudah lama menempati hutan jauh sebelum adanya manusia. Di hadapan Owa sudah ada ratusan hewan dengan kondisi memprihatinkan.
Tando beserta beberapa hewan pergi menuju tempat tinggal manusia. Di sana, mereka menyatakan maksud
“Owa, kami datang untuk mengadu,” seekor Surili
dan tujuan kedatangan. Tando menyampaikan semua
membuka pembicaraan. “Sudah berminggu-minggu
pesan yang dititipkan oleh Owa, dan manusia pun
kami mulai kehilangan sumber alam. Kami kesulitan untuk mencari makanan, rumah kami hilang.”
menyetujuinya. Hewan-hewan akan mulai membantu manusia dan mereka akan membayar para hewan setiap
“Manusia serakah!” sahut seekor Burung Anis.
ada panen besar.
“Bagaimana ini, Owa? Kami rasa kami tidak akan
Hari demi hari dilalui oleh para hewan sambil terus
bisa bertahan hidup dengan kondisi seperti ini. Hewan mulai jatuh sakit, kita tidak bisa biarkan ini terus terjadi.”
bekerja membantu manusia. Mulai dari bercocok tanam, membajak sawah, hingga mengangkut hasil panen. Para
jelas Surili.
hewan bekerja keras dengan harapan manusia akan
Owa mendengarkan keluhan para hewan dengan
membayar mereka. Namun sayangnya, manusia mem-
seksama. Selama ini Owa tahu apa yang terjadi, namun ia terlalu menaruh banyak harapan kepada manusia,
bayar hasil jerih payah mereka dengan tidak sepadan. Akibatnya, semakin banyak hewan yang jatuh sakit.
berpikir bahwa mereka akan berubah.
Tando yang ikut bersama hewan di pemukiman manu-
“Saya lihat manusia memiliki banyak makanan, Owa,” kini seekor Tando angkat bicara.
64
Festival Seni Multatuli 2021
sia, melakukan protes kepada manusia. Ia menagih janji yang telah disepakati bersama.
“Hei, manusia! Kenapa kalian tidak lekas membayar
“Bayarlah hewan-hewan yang sudah bekerja untuk
kami, para hewan? Kami sudah membantu kalian dengan senang hati walaupun kami harus menahan lapar.
kalian dengan persediaan makanan yang banyak. Aku yang akan menggantikan para hewan untuk bekerja.”
Kalian tidak lihat, hewan-hewan kini mulai jatuh sakit
“Mana bisa kamu bekerja sendiri,” ejek manusia.
dan kalian tidak kunjung membayar kami,” protes Tando.
Owa mengetuk ekornya di atas tanah. Hal ini mem-
Hewan lain menyerukan tanda setuju. “Tidak usah khawatir, kami akan membayar kalian
buat manusia bingung. Namun yang terjadi selanjutnya sangat mengejutkan seluruh makhluk yang berada di
pada panen besar mendatang.”
Tanah Karuhun. Sebuah tunas muncul dari tanah, tu-
“Lalu kenapa kau tidak membayar kami pada panen
nas tersebut tumbuh perlahan hingga menjadi sebuah
sebelumnya? Kalau seperti ini kami akan berhenti bekerja!” “Silakan saja kalian berhenti bekerja! Tapi jangan
pohon pisang. Manusia dan hewan menyaksikan sendiri keajaiban yang terjadi di hadapan mereka.
harap kami akan membagikan makanan kepada kalian
Tanpa pikir panjang, manusia langsung menyetujui
secara cuma-cuma.”
tawaran yang diberikan Owa, berpikir bahwa mereka
Para hewan takut akan ancaman manusia, mereka tidak ingin memperburuk keadaan. Mereka pasrah dan
akan mendapatkan harta yang lebih banyak. Mengetahui kesaktian Owa, manusia menjadi sema-
kembali bekerja.
kin serakah dan meminta lebih banyak hal kepada Owa.
Kabar ini sampai ke telinga Owa, ia merasa sangat
Yang mereka tidak tahu adalah semakin dimanfaatkan
kasihan. Owa memutuskan untuk pergi menemui manusia sendiri dan berniat untuk menyerahkan diri untuk
kesaktiaannya, ekornya akan memendek. Apabila ekornya hilang, kesaktiannya pun akan lenyap.
membantu mereka. Kedatangan Owa seperti cahaya
Owa bekerja keras siang dan malam untuk meme-
terang di dalam kegelapan bagi para hewan. Owa lang-
nuhi permintaan manusia. Para hewan pun kini sudah
sung menemui manusia untuk melakukan perjanjian baru.
kembali sehat dan hutan sudah kembali asri. Benar saja, semakin lama ekor Owa semakin pendek. Manusia tetap Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
65
tidak sabar dan semakin serakah apalagi melihat keada-
gar, kalian dan keturunan kalian akan menanggung
an hutan yang subur. Owa murka. Amarahnya mengakibatkan hujan lebat.
akibatnya.” Para hewan bersorak kegirangan dan berterima
“Sudah cukup wahai manusia! Aku tidak akan
kasih pada Owa, karena kini, mereka dapat menikmati
membiarkan ini terus terjadi. Kalian hanya akan terus
hasil hutan sendiri tanpa takut diganggu oleh manusia.
serakah. Sudah semestinya hewan dan manusia hidup terpisah. Setelah hujan ini reda, akan ada sungai besar
Owa tidak merasa para hewan harus membalas budi padanya. Karena baginya, keselamatan hutan dan para
mengalir yang membelah hutan. Sebelah Timur akan
warganya merupakan hal yang paling penting. Walau-
ditinggali manusia dan sebelah Barat akan ditinggali
pun Owa harus merelakan ekor saktinya yang merupa-
para hewan. Buaya akan menempati sungai itu untuk menjaga perbatasan.”
kan bagian penting dari dirinya. Sejak saat itu, para hewan menjulukinya sebagai Owa Berhati Emas. [*]
Hujan turun semakin deras, air perlahan-lahan mulai naik dan membentuk aliran sungai. Manusia yang semula berkumpul di bagian barat hutan, mulai berbondong-bondong pergi menyebrang ke arah timur sebelum air sungai semakin dalam. Setelah memastikan semua manusia sudah berhasil menyebrang, para buaya turun ke sungai untuk menempati rumah baru mereka. Tak berapa lama, hujan pun berhenti. Owa berjalan ke tepian sungai, seraya berseru, “perhatian para penghuni hutan! Dengan adanya batasan sungai ini, artinya tiada satupun yang boleh melewatinya, terutama kalian manusia. Apabila kalian melang66
Festival Seni Multatuli 2021
Siti Nurlaela
Bubu, Kerbau Kecil yang Cerdik
S
iang itu kaki bukit diguyur hujan lebat. Bubu dan kerbau-kerbau kecil
berkejaran di padang rumput. Mereka sungguh gembira bermain di bawah siraman air yang turun dari langit. Kilula, sang Pemimpin kawanan kerbau, sembunyi di gua kecil. Ia tak suka tubuhnya basah oleh air hujan. Kilula sudah tua. Kulitnya berkeriput dan giginya hampir tanggal semua. Seharus-nya, kawanan kerbau memiliki pemimpin baru. Namun, Kilula menolak untuk digantikan. Ia ingin terus memimpin kawanan kerbau. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
67
Di antara hijau rerumputan terdapat sebuah danau
Tiap kali membawakan air minum untuk Kilula,
kecil. Danau itu terbentuk dari cekungan tanah yang terisi oleh air hujan. Airnya bening dan sejuk. Rasa haus
Bubu terpaksa menahan napasnya. Sebentar lagi musim penghujan berakhir. Musim
seketika hilang setelah meneguknya.
kemarau segera datang menggantikannya. Pada saat
Sebatang pohon akasia tumbuh di tepi danau.
musim kemarau, pemandangan di kaki bukit akan ber-
Naungan pohon itu menjadi singgasana Kilula. Hanya ia yang boleh berteduh di bawahnya.
ubah. Rumput-rumput kecokelatan terpanggang terik matahari. Danau mengering hingga dasarnya retak-
Bubu dan kawanan kerbau senang berkubang
tetak. Kawanan kerbau terpaksa mengungsi.
pinggiran danau yang berlumpur. Apalagi pada waktu
Kilula memimpin mereka pergi ke punggung bukit.
cuaca terasa panas menyengat. Namun, tidak bagi Kilula. Sepanjang siang yang panas, ia duduk terkantuk-
Di sana terdapat kolam dengan mata air yang tak pernah mengering. Tersedia pula tumbuhan hijau untuk mereka
kantuk di bawah pohon akasia. Ia beralasan tubuhnya
makan.
mengigil tiap kali tersentuh oleh air. Apabila merasa haus,
Sayangnya, tempat itu dijaga oleh seekor harimau
ia meminta kerbau lain mengambilkan air untuknya. Malang bagi Bubu, Kilula senang membebankan
bernama Zoum. Ia mengizinkan kawanan kerbau untuk minum namun dengan satu syarat. Kilula harus menye-
tugas itu kepadanya.
rahkan seekor kerbau muda paling gemuk untuknya.
Bubu enggan berdekatan dengan Kilula. Kerbau tua
Setiap Musim Kemarau datang, kerbau-kerbau harus
itu malas mandi sehingga bau tak sedap menguar ke sekelilingnya. Namun, lalat-lalat menyukai aroma tubuh
merelakan salah satu anggota kawanan mereka menjadi santapan Zoum. Kerbau malang yang terpilih tak mampu
Kilula. Mereka merubung di mana pun ia berada. Kilula
mengelak. Ia harus patuh pada sang Pemimpin, Kilula.
tidak merasa terganggu. Bahkan, ia telah bersahabat dengan lalat-lalat.
68
Festival Seni Multatuli 2021
Kebijakan Kilula ditentang oleh sebagian besar kerbau dewasa. Mereka mengusulkan agar kawanan itu pergi ke sungai di dasar lembah. Walaupun jarak yang harus
mereka tempuh lebih jauh, akan tetapi tak ada anggota
Bubu memandangi parit-parit itu. Tiba-tiba, ia men-
keluarga yang dikorbankan. Kilula menolak saran itu. Titahnya tak boleh diban-
dapat akal. Apabila ada parit yang menghubungkan kolam dengan danau, maka danau tetap terisi air saat
tah, “Satu kerbau harus rela berkorban demi kawanannya!”
musim kemarau. Itulah rencananya, menggali parit!
*
Awalnya, kerbau-kerbau kecil kebingungan melihat
Menjelang sore, hujan berhenti turun. Langit kem-
tingkah Bubu. Mereka mengira Bubu memiliki permainan baru. Setelah mendengar penjelasannya, mereka
bali cerah. Bubu yang lelah bermain, menghampiri
bergegas membantu. Kerbau-kerbau dewasa pun tak
kedua orangtuanya. Tanpa sengaja, ia mendengar per-
mau ketinggalan. Mereka ikut serta menggali parit.
cakapan mereka. Ayahnya berkata bahwa Kilula telah memilih Belu untuk ia serahkan kepada Zoum. Ibu
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tiga purnama sudah pekerjaan menggali parit mereka laku-
Bubu seketika menangis tersedu-sedu.
kan. Sekarang tibalah waktunya mengerjakan bagian
Malam itu Bubu bermimpi buruk. Dalam mimpinya,
tersulit, yaitu menggali parit di dekat kolam.
ia melihat Belu berjalan bersama Zoum. Bubu memanggil-manggil nama kakaknya, memintanya untuk kem-
Zoum muncul di sana hanya saat musim kemarau. Namun, siapa yang tahu jika ia tiba-tiba datang.
bali. Belu menoleh sebentar kemudian menjauh hingga
Walaupun masih kecil, Bubu memiliki banyak akal.
lenyap ditelan kegelapan.
Ia membagi kawanan kerbau menjadi dua kelompok.
Bubu terbangun dengan keringat bercucuran. Ia tak ingin kehilangan kakak satu-satunya.
Kelompok pertama bertugas menggali parit, sedangkan kelompok kedua mengawasi sekeliling. Apabila Zoum
Esok harinya, matahari mengintip sebentar. Awan
tiba-tiba muncul, kelompok kedua akan segera memberi
hitam menutupi langit dan hujan deras kembali turun.
aba-aba agar seluruh kerbau meluncur turun. Supaya
Parit-parit kecil bermunculan, mengalirkan air menuju ke danau.
adil, setiap beberapa waktu, kedua kelompok bertukar tugas. Ketika malam hampir tiba, pekerjaan itu selesai. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
69
Parit yang mereka gali mulai dialiri air. Akhirnya, musim kemarau pun datang… Zoum menunggu kedatangan Kilula di dekat kolam. Namun, hingga kemarau mencapai puncaknya, kerbau tua itu tak kunjung muncul. Ia penasaran lalu turun ke kaki bukit untuk mencari tahu apa yang terjadi. Betapa terkejutnya Zoum melihat danau masih terisi
Zoum terkejut. Ia mengaum keras untuk menakuti mereka. Namun, kawanan kerbau terus bergerak maju. Harimau itu akhirnya melarikan diri masuk ke dalam hutan. Kawanan kerbau bersorak gembira. Berkat strategi jitu Bubu, mereka kini dapat hidup dengan tenang. Bagaimana nasib Kilula?
air. Sepetak rumput tumbuh subur di antara rumput
Saat kawanan kerbau hendak mengepungnya,
yang mengering. Petak rumput itu dirawat dengan baik.
Zoum menerkam Kilula lalu membawanya masuk ke
Namun, siapa yang merawatnya? Hanya Kilula yang tampak di sana. Zoum bertanya-tanya, di mana kerbau-
dalam hutan. [*]
kerbau lainnya? Zoum sungguh kelaparan. Ia harus makan. Akan tetapi, hanya Kilula yang ada. Ah, tak mengapa, pikir Zoum. Kilula bahkan tak menyadari dirinya dalam bahaya. Kerbau tua itu duduk terkantuk-kantuk di bawah pohon akasia. Saat Zoum sedang mengendap-endap mengincar Kilula, terdengar seruan lantang seekor kerbau kecil. “Seraaang!” Bubu tiba-tiba muncul dari balik batu besar, disusul oleh kawanan kerbau dari berbagai penjuru padang rumput. 70
Festival Seni Multatuli 2021
Eka Nurul Hayat
Tando Ingin ke Bulan
D
ari atas dahan sebuah pohon,
Tando menatap bulan purnama yang bersinar terang di atas langit. “Brrrrr” Angin malam berembus kencang membuat sekujur tubuhnya menggigil kedinginan, bulubulunya yang tipis sampai berdiri. “Aduh, dingin sekali malam ini, andai aku mempunyai syal untuk menutupi leherku” Tando mengeluh kedinginan. “Aku bisa membuatkan sebuah syal untukmu, Tando” kata seekor kelelawar kecil yang tiba-tiba hinggap di pohon itu sambil tersenyum memamerkan taringnya. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
71
“Ah, kau membuatku kaget, Kelly. Tapi aku ingin
“Tapi itu tidak mungkin, Tando, bagaimana caranya
sebuah syal yang istimewa” kata Tando sambil menggelatukkan giginya menahan dinggin malam.
kau akan pergi ke bulan? Kau kan tidak punya sayap,” Kelelawar perajut syal itu masih penasaran.
“Yang istimewa? Maksudmu yang bagus seperti yang
“Itu mudah saja, lihat! Walaupun aku tidak punya
aku buatkan untuk raja hutan?” tanya Kelly si kelelawar.
sayap, tapi aku punya selaput kulit yang kuat untuk
“Oh, bukan, bukan yang seperti itu. Syal Raja hutan yang kau buatkan itu tentu saja bagus, tapi tidak isti-
terbang ke bulan,” jawab Tando penuh rasa percaya diri. “TIDAK BISA! bulan itu terlalu tinggi, Tando, kau
mewa” Tando tersenyum tipis sambil memandangi bulan.
tidak akan bisa terbang setinggi itu,” Kelly berteriak kesal.
“Lalu syal istimewa yang seperti apa yang kau
“Ah, Kelly, aku tidak percaya padamu, aku pasti bisa
inginkan? Aku pasti bisa membuatkannya untukmu, kau pasti akan menyukainya” tanya Kelly penuh percaya diri.
terbang ke bulan, aku memang belum pernah terbang setinggi itu, tapi aku akan bertanya pada Elang Jawa sang
“Tidak, Kelly, aku tidak mau syal buatanmu, syal
Garuda bagaimana caranya, bukankah ia terbiasa terbang
buatanmu tidak istimewa, hampir semua binatang di
melintasi awan?” jawab Tando samil membusungkan dada.
hutan ini memakai syal buatanmu, aku ingin syal yang tidak dibuat di hutan ini, tapi yang dibuat di atas bulan
Tandopun pergi meninggalkan Kelly, ia akan mencari Elang Jawa sang penguasa cakrawala. Kelly hanya
sana, dirajut oleh nenek Anteh yang terkenal itu, bukan-
geleng-geleng kepala dan kembali merajut syal pesanan
kah itu sangat istimewa, Kelly?” Tando tersenyum penuh
Rino si Badak bercula satu.
makna. “A..., apaa? Syal yang dibuat di bulan? Oleh nenek
“Hai Tando, tumben kau terbang ke pohon ini? Apa yang membawamu kemari?” tanya seekor Owa betina
Anteh?” Kelly terkejut.
berwarna abu-abu yang sedang menyusui anaknya.
“Ya, Kelly, syal istimewa yang dibuat di bulan oleh Nenek Anteh,” jawab Tando tersenyum lebar.
72
Festival Seni Multatuli 2021
“Aku sedang mencari Elang Jawa untuk mengajariku terbang tinggi sampai ke bulan,” jawab Tando pendek. “APA? Terbang ke bulan? Kau pasti sedang bercanda
bukan? Hahaha…,” tiba tiba seekor Owa Jantan menim-
“Kami tidak iri padamu, Tando, Owa jantan hanya
pali sambil mendekat, ia adalah pasangan Owa betina yang sedang menyusui itu.
ingin memberitahumu bahwa keinginanmu untuk terbang ke bulan itu adalah mustahil,” jawab Owa betina
“Lagipula Sang Elang mungkin sedang tidur sekarang,
yang baru saja selesai menyusui anaknya.
tapi ngomong-ngomong kenapa kau ingin ke bulan?”
“Baiklah, kalian lihat! Aku akan terbang sekarang juga
Owa jantan penasaran, bola matanya yang bulat semakin membesar.
menuju bulan, aku akan menjadi hewan pertama yang terbang ke bulan bahkan memiliki syal yang dibuat nenek
“Aku ingin bertemu nenek Anteh dan minta dibuat-
Anteh di sana,” Tandopun mengepakkan selaput kulitnya
kan syal olehnya,” jawab Tando.
dan ia mulai terbang. Tapi belum sampai mele-wati pucuk
“Kenapa harus di bulan? Bulan kan jauh dan tinggi sekali, lagipula di hutan kita ada Kelly yang bisa membuat-
pohon yang paling tinggi, tiba-tiba angin berembus kencang sekali, Tando terhempas angin, ia kehilangan kese-
kan syal untukmu,” jawab Owa jantan dengan wajah serius.
imbangan dan akhirnya “gedebuk “ ia jatuh ke tanah.
“Aku ingin syal istimewa yang dibuat di bulan, syal yang
Owa jantan yang melihat kejadian itu bergegas me-
tidak dimiliki oleh binatang lain di hutan ini, bahkan oleh raja hutan sekalipun,” jawab Tando penuh rasa bangga.
nuruni pohon dan mendekati Tando yang kini tergeletak di tanah. Owa betina pasangannya menyusul turun
“Kau sombong sekali, Tando, lagipula kau harus
sambil menggendong anaknya.
mengukur kemampuanmu saat kau menginginkan
“Tando! Tando! bangun!” teriak Owa jantan panik
sesuatu,” balas Owa jantan. “Kau bilang aku tidak mampu untuk terbang sampai
sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. “Tando! Tando! bangun!” Owa jantan itu kembali
ke bulan, Owa? Bilang saja kalau kau iri, lihat kau hanya
menggoyang-goyangkankan tubuh Tando, tak berapa
bisa bergelantungan di antara dahan pohon sedangkan
lama, Tando membuka matanya dan berkata pelan.
aku bisa terbang, iya kan?” Tando kembali membanggakan dirinya sebagai tupai yang bisa terbang.
“Teman-teman, aku ingin syal buatan Kelly saja,” pasangan Owa itu tersenyum lega. [*] Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
73
74
Festival Seni Multatuli 2021
Nazwa Yuliana
Persahabatan Harimau Jawa dan Burung Anis
P
ada zaman dahulu, di dalam hutan yang
sangat lebat. Hiduplah berbagai macam hewan. Mereka hidup secara berdampingan, kecuali Harimau Jawa, sifatnya yang sangat sombong membuatnya selalu sendiri, untuk menemani kebosanannya, ia seringkali menakut-nakuti hewan lain hingga membuat hewan-hewan itu berlari ketakutan. Pada suatu hari yang cerah, Harimau Jawa itu berjalan-jalan menghirup udara segar sambil mencari mangsa untuk dijaili. Tidak sengaja, ia melihat segerombolan Burung Anis yang sedang bertengger di pohon bambu. Sasaran empuk baginya untuk menakuti mereka semua. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
75
Aughmmm!
hewan lain,” ucap burung anis itu di hadapan harimau.
“Kalian dengar auman tadi?” tanya ketua burung itu. “Apa itu suara harimau?” tambah yang lain.
Ia seakan tidak takut jika sewaktu-waktu harimau itu langsung menerkamnya dan merobek-robek tubuhnya
“Bahaya, kita harus segera pergi.”
yang mungil.
Seketika, mereka terbang meninggalkan pohon ter-
“Hei, burung! Berhentilah mengejekku, aku hanya
sebut. Tetapi, hanya ada satu burung yang masih bertengger. Ia memperhatikan harimau jawa yang sedang
tidak suka melihat segerombolan hewan bersama, mereka tertawa, saling mengobrol, sedangkan aku? Hanya bisa
tertawa terbahak-bahak di balik semak-semak.
melihat.”
“Hei! Harimau bodoh, keluar! Jangan hanya bersem-
Burung anis yang tadinya merasa kesal, seketika iba.
bunyi di balik semak-semak,” ucapnya dengan lantang. Harimau jawa itu langsung menghampirinya, dan
Ia berfikir bahwa apa yang dilakukannya oleh harimau hanya pelampiasan dari kesendiriannya.
berkata.
“Lagipula, siapa yang ingin berteman denganmu
“Ha ha ha... rupanya kamu siap menjadi santapan
Harimau? Predikatmu sebagai raja hutan, sombong dan
makan siangku.” “Oh pasti, tapi sebelum itu coba tangkap aku,” ejeknya
jail membuat hewan lain enggan untuk berteman.” Tiba-tiba, Harimau itu bangun dengan ancang-
sambil menggoyangkan ekornya ke kanan dan ke kiri.
ancang bersiap untuk menerkam. Burung anis yang ter-
Harimau jawa itu geram, dengan cakarnya yang tajam,
kejut hanya bisa menyembunyikan rasa takutnya dengan
ia memanjat. Namun, permukaan pohon bambu sangat licin baginya, hingga ia pun jatuh ke tanah dengan sangat
berpura-pura berani. “Jika itu masalahmu, aku bisa menjadi teman,” ucap-
keras.
nya.
“Aduh,” rintihnya tak kuasa untuk kembali berdiri. “Rasakan, itulah akibat dari sikap sombong. Mentangmentang raja hutan bisa seenaknya menakut-nakuti 76
Festival Seni Multatuli 2021
“Pembohong.” “Bohong itu hanya sifat manusia yang tidak boleh kita contoh karena banyak merugikan pihak lain.”
Mendengar hal itu, Harimau Jawa merasa senang karena baru pertama kalinya ia mendapatkan seorang teman. Harimau Jawa itu, satu-satunya yang masih hidup di hutan. Semenjak saat itulah, Harimau Jawa dan
Burung anis tertawa, dia geli melihat ketakutan dari harimau jawa. “Kamu mengejekku?” “Aku saja yang kecil berani, masa kamu yang ber-
Burung Anis berteman. Mereka selalu bersama kemana
tubuh besar ketakutan.”
pun pergi. Suatu hari, udara sangat terik dan membuat mereka
Harimau jawa terdiam, ia menguatkan diri untuk berani.
haus kepanasan. Harimau jawa dan burung anis pergi
Keberadaan pemburu semakin membuat resah.
bersama ke sungai. Saat menikmati segarnya air sungai,
Harimau Jawa pun kesulitan mencari makanan kesana
betapa terkejutnya mereka mendengar hewan-hewan berlarian.
kemari. Berkat Burung Anis yang selalu terbang tinggi melihat hutan, ia tahu ketika ada pemburu.
“Awas ada pemburu,” teriak kerbau sambil berlari
Hari mulai petang, harimau kembali ke gua persem-
dengan tubuhnya yang gempal.
bunyian diantar oleh burung anis.
Mereka panik dan burung anis langsung mengepakkan sayapnya.
“Aku kembali ke sarang dulu yah harimau,” ucapnya berpamitan.
“Harimau ayo kita bersembunyi.” Walaupun masih kehausan, harimau dengan sekuat
“Sampai jumpa besok,” tambahnya dan langsung terbang.
tenaga berlari untuk menghindari para pemburu itu, ia masuk ke dalam gua yang ditunjukkan oleh Burung Anis.
Harimau Jawa merasa sedih, ia sebetulnya ingin sekali Burung Anis menjaganya, karena kehadiran pem-
“Burung anis, apakah kita disini akan aman?”
buru tidak disangka-sangka, bisa pagi bahkan malam
“Harimau, kecilkan suaramu nanti mereka akan tahu.”
hari. Ia masuk ke dalam gua dengan wajah yang murung.
“Aku takut akan ditangkap.”
Malam hari yang begitu sunyi, Harimau tertidur dengan pulas. Tiba-tiba, suara hentakan kaki memCurug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
77
bangunkannya. Harimau Jawa panik, dia mencoba me-
merupakan tupai terbang.
larikan diri namun tidak sempat karena pemburu ternyata sudah lama mengincarnya. Terlihat ada beberapa manu-
“Burung anis maaf aku harus mengatakan ini.” “Apa yang kamu tahu Tando? Coba katakan.”
sia yang berada di depan gua. Mereka membawa sangkar
Dengan berat hati, ia mengatakan apa yang diketahui.
dan memasukan Harimau Jawa itu ke dalamnya. Ia me-
“Semalam, aku mendengar pemburu tertawa dengan
ronta-ronta untuk bisa keluar, akan tetapi tubuhnya lemas karena terpanah.
puas, karena penasaran akhirnya aku keluar untuk melihat mereka. Tak disangka, di dalam sangkar itu aku meli-
Keesokannya, di pagi hari yang sedikit mendung.
hat Harimau Jawa. Rupanya mereka puas telah me-
Burung Anis menghampiri gua untuk bertemu Harimau
nangkapnya.”
Jawa. “Harimau, aku bawakan ikan yang segar untukmu,”
Burung Anis menolak untuk percaya, karena menurutnya Harimau Jawa adalah binatang yang cerdas dan
ucapnya sambil meletakkan ikan itu. Setelah beberapa
juga cekatan. Ia bisa bersembunyi tanpa diketahui pem-
lama, tak ada jawaban dari dalam. Biasanya, harimau
buru.
langsung mendengar dan keluar. Burung anis merasa heran, ia pun masuk ke dalam.
“Tando jangan katakan itu lagi, aku tak akan percaya dan terus menunggu harimau sampai dia pulang.”
“Harimau, Harimau, kamu di mana?” ucapnya.
Hewan lain yang mendengar percakapan mereka
Di dalam pun tidak terlihat harimau, ia semakin kha-
menangis, termasuk oa abu-abu. Setiap hari, burung anis
watir. Burung anis pun keluar, meskipun hujan turun. Hewan lain yang melihat burung anis merasa iba, mereka
selalu ke gua, dia menunggu dengan penuh harapan sampai petang. Sesekali, ia mengelilingi hutan untuk mencari
tak tega memberitahukan Burung Anis bahwa harimau
harimau. Walaupun, ia sudah tahu jawabannya akan
telah tertangkap.
tetap sama. Namun, burung anis tidak ingin menyerah
“Hei, Tando! Apakah kamu melihat harimau melewati jalan ini?” tanya burung anis kepada tando yang
begitu saja.
78
Festival Seni Multatuli 2021
Sekian lama mencari dan menunggu, tetapi Harimau
Mendengar perkataan Monyet, ia berpikir ada benarnya
tak kunjung kembali. Burung Anis hampir menyerah, hanya tinggal ia seorang yang tinggal di hutan tersebut
juga. Burung Anis pun setuju dan pergi bersama Monyet. Sampai Burung Anis berkeluarga, ia tak kunjung ber-
karena keluarganya telah pergi ke hutan lain yang lebih
temu Harimau. Ia pun tak tahu di mana rimbanya Hari-
aman.
mau meskipun terus mencari. Saat kembali, hutan tersebut
“Hai, Burung Anis! Apakah kamu akan tetap di sini? Sedangkan banyak sekali pemburuan serta pohon-pohon
sudah menjadi permukiman manusia. Namun, Burung Anis tetap mengingat berbagai kenangannya dengan
semakin sedikit terutama pohon bambu,” tanya seekor
Harimau.
Monyet yang sedang bergelantungan. “Iya, aku ingin tetap disini. Jika aku pergi harus bersama harimau.”
“Harimau dimanapun kamu berada, aku berharap kamu baik-baik saja, dan satu hari nanti kita bisa bertemu kembali,” ucapnya sambil terbang untuk pulang. [*]
“Daripada kamu menunggu, sedangkan dirimu saja dalam bahaya, lebih baik pergi ke hutan lain, barangkali Harimau ada diantara hutan-hutan tersebut.”
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
79
80
Festival Seni Multatuli 2021
Nurdini
Legenda Ciujung & Ciberang
D
ahulu kala, dari Lebak hiduplah seorang putra Raja tampan ber-
nama Si ujung. Putra Raja tersebut terkenal sangat mahir bermain ujungan. Si Ujung juga amat suka berburu. Pada suatu hari, ia meminta izin kepada Baginda Raja yang tidak lain Ayahnya untuk pergi berburu ke hutan yang dipenuhi dengan pepohonan bambu. Sesampainya di hutan, sinar matahari pagi menyelimuti. Dengan semangat, Si Ujung bersama pasukan kerajaan berjalan beriringan mencari hewan buruannya. Setelah seharian berburu, namun belum satu pun hewan buruannya ditemukan. Hari pun sudah hampir gelap. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
81
“Aku pasti akan menemukan hewan buruan yang
hilang di tengah hutan bambu Baginda Raja tetap bersi-
aku inginkan sebelum malam,” ujar Si Ujung yang belum juga menyerah.
kap bijaksana dan tidak marah kepada anak buahnya, Beliau memiliki keyakinan putranya tersebut akan pulang
Tiba-tiba, Si Putih, kuda yang ditungganginya me-
dengan selamat.
ringik. Ternyata, sesuatu lewat di hadapannya dengan
Keesokan paginya, Si Ujung terbangun di tepi sungai,
begitu cepat. “Hei, ada apa Putih, kamu melihat sesuatu?’’ Tanya
ia bertemu dengan seorang putri cantik bernama Nyi Putri. “Hei, siapa kamu yang sudah berani memasuki wila-
Si Ujung bersemangat.
yah Kerajaan kami?” tanya Nyi Putri ke Si Ujung yang
Dari kejauhan Si Ujung melihat seekor rusa yang
baru terbangun dari tidurnya.
cantik, Si Ujung pun langsung mengejarnya. Namun, sayang Si Ujung kehilangan rusa tersebut karena berlari
Si Ujung senang ia akhirnya bertemu dengan seseorang yang ia pikir dapat membantunya mencari jalan
begitu cepat. Karena keasyikan mengejar rusa, Si Ujung
pulang,
terpisah dari pasukan kerajaan dan tersesat di tengah-
“Aaa…, aku Si Ujung. Aku tersesat di sini saat ber-
tengah lebatnya pohon bambu. “Ke mana rusa itu? Padahal aku sudah mengejarnya
buru, bisakah kamu membantuku?” ujar Si Ujung sembari menatap Nyi Putri nan cantik. Si Ujung mencerita-
dari jauh,” ujar Si Ujung kelelahan. Ia tersadar bahwa
kan apa yang dialaminya dan meminta bantuan Nyi
dirinya dan Si Putih telah tertinggal jauh dari rombongan.
Putri agar ia dapat kembali pulang.
“Hei, Putih sepertinya kita tersesat! Bagaimana ini hari pun sudah malam,” ujar Si Ujung kepada kudanya itu. Ia
“Aku bisa saja membantumu tapi kamu harus bertemu dengan ayahku, Beliau adalah Raja Jin, kamu harus
mencari jalan untuk pulang tapi belum juga berhasil.
meminta izin keluar dari wilayah kami!” sahut Nyi Putri.
Para pasukan kerajaan akhirnya melaporkan kejadi-
Mendengar hal tersebut Si Ujung tidak keberatan
an tersebut kepada Baginda Raja mengenai kabar Putra Raja yang tengah tersesat. Mendengar berita putranya
ikut dengan Nyi Putri sebab ia juga tersepesona dengan kecantikan Nyi Putri.
82
Festival Seni Multatuli 2021
Si Ujung pun ikut bersama Nyi Putri menaiki perahu
Dengan kesaktiannya, Raja Jin pun dalam sekejap
menuju Kerajaan Jin. Sepanjang menyusuri sungai, ia terkagum-kagum melihat keindahan alam. Sesampai-
mengembalikan Si Ujung ke tempat tinggalnya. Sesaat kemudian, Si Ujung sudah berada di kamar tidurnya dan
nya di Kerajaan Jin, Nyi Putri menceritakan semuanya
langsung menceritakannya semua yang terjadi kepada
kepada ayahnya yakni Raja Jin. Si Ujung pun bertemu
dirinya ke Ayah dan Ibunya. Baginda Raja pun setuju
dengan Raja Jin yang begitu ramah. Namun, di lain sisi, ia juga mengemukakan niatnya untuk memperistri
dan sudah merestui niatan putranya itu, Namun, Sang Ibu tidak setuju dengan keputusan anaknya untuk memi-
Nyi putri. Nyi Putri dan ayahnya terkejut mendengar
nang Nyi Putri.
permintaan Si Ujung.
Malam harinya, Si Ujung bertapa di goa untuk me-
Bagi manusia, tidaklah mudah memperistri putri dari bangsa Jin. Selain itu, Nyi Putri pun sebentar lagi akan
mohon kepada Dewa agar diberi kekuatan lahir batin. Tibalah di hari yang ditentukan, Si Ujung meminta doa
dipertunangkan dengan pemuda dari bangsa Jin yang
restu kepada Sang Baginda Raja dan Ibunya agar dapat
bernama Si Berang. Dipanggillah Si Berang ke Kerajaan,
memenangkan perlombaan. Sayang bagi Si Ujung, ia
Raja Jin menceritakan semua kepada Si Berang dan memutuskan untuk mengadakan pertandingan berlari cepat
hanya mendapat restu dari Ayahnya saja. Si Ujung pun pergi dan tiba di tempat yang telah di-
menuju bukit untuk Si Ujung dan Si Berang. Bagi yang
tentukan. Sesampainya, di sana sudah nampak Raja Jin,
memenangkan pertandingan, ia yang dapat menikahi
Nyi Putri dan Si Berang yang sudah menunggunya.
putrinya. “Aku akan mengadakan pertandingan lari cepat hingga
“Baik, kita sudah sampai di hari ini, aku ingin melihat kemampuan kalian yang luar biasa!’’ ujar Raja Jin
sampai ke bukit, siapa yang memenangkan lomba ia ber-
kepada Si Ujung dan Si Berang. Raja Jin menginginkan
hak menikahi putriku, tapi ingat kalian harus bersikap jujur
Si Berang tidak menggunakan kesaktiannya yang instan
saat pertandingan berlangsung,” ujar Raja Jin ke keduanya. Keduanya pun setuju dengan rencana Raja Jin itu.
saat pertandingan, Si Berang pun mengikuti permintaannya itu. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
83
Dimulailah pertandingan tersebut, Si Berang berlari
Ujung belum juga menanggapi perkataan Si Berang, Raja
di depan Si Ujung, tampaknya Si Ujung tertinggal jauh dari Si Berang. Kesal ia tertinggal jauh, ia tidak kehilang-
Jin pun turut angkat bicara. “Tidak, kamulah yang sesungguhnya seorang peme-
an akal untuk memenangkan pertandingan.
nang Berang! karena selama pertandingan kamu sudah
“Aduh! Aku sudah tidak sanggup lagi berlari dan men-
bertindak jujur dengan tidak bersikap curang, jadi kamu-
daki bukit. Kalau begini, aku bisa kalah dari Si Berang. Sepertinya, aku harus melewati hutan agar cepat sampai!” ujar
lah yang berhak menikahi putriku!” Sahut Raja Jin yang tersenyum bangga dengan Si Berang.
Si Ujung sambil kelelahan dengan badan penuh keringat.
Mendengar hal tersebut Si Berang tidak terima keka-
Si Ujung bertindak curang dengan mencari jalan cepat
lahannya, Si Ujung tiba-tiba menyerang Si Berang dengan
dengan memutar bukit melewati hutan di mana jalan itu tidak sesuai dengan jalur yang telah ditentukan selama per-
kesaktiannya. Namun, Si Ujung malah terlempar ke rerum-punan Bitung sehingga pohon-pohon bambu beserta
tandingan. Ia pun keluar dari hutan dan kembali berlari di
dedaunannya menjadi berjatuhan (Dalam bahasa Sunda
jalur sesungguhnya.
=Rangkas).
Tampak ia kembali sudah jauh di depan Si Berang yang sedang berlari tepat di belakangnya, tidak lama Si
Semenjak itu, konon, bekas jalan pertandingan yang ditempuh Si Ujung berlari menjadi sebuah Sungai yang
Ujung pun berhasil mengambil bendera yang ditancapkan
dinamai Ciujung dan jalan yang bekas dilalui Si Berang
di bukit dan berhasil memenangkan lomba. Nyi Putri dan
menjadi Sungai Ciberang. Begitu juga, saat hujan turun
Raja Jin tampak sudah lebih dulu menunggu di bukit. Mengetahui ia kalah dari Si Ujung, Si Berang pun meng-
atau air sungai sedang keruh penduduk setempat percaya bahwa Si Ujung sedang menguasai wilayah tersebut.
hampiri Si Ujung. Ia mengakui kekalahannya dan meng-
Namun, jika air sedang jernih, Si Berang lah yang sedang
ucapkan selamat kepada Si Ujung.
ada di wilayah tersebut. Untuk itu, dimana asal mula ter-
“Selamat, aku sudah kalah darimu, kamu berhak untuk mempersunting Nyi Putri!” Ujar Si Berang besar hati. Si
ciptanya nama SUNGAI CIUJUNG dan SUNGAI CIBERANG di daerah Rangkasbitung, Lebak. [*]
84
Festival Seni Multatuli 2021
Dede Nurhalimah
Kembali ke Hutan Cijolang
D
i lereng hutan Cijolang¹ sedang
diadakan pertemuan tertutup yang hanya dihadiri oleh para tetua. Nampak di antara yang hadir adalah Kerbau, Owa Abu-abu, Tando, Burung Anis, Kasintu, Ajag, Surili juga beberapa hewan lain. Pertemuan tertutup sore itu di gagas oleh Pak Kerbau dan dipimpin oleh langsung oleh Pak Ajag.
1
Hutan di daerah sekitar Sajira
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
85
“Saudara-saudaraku sekalian, akan saya sampaikan
tetua dan juga anak-anak.
hal yang menjadi topik pertemu-an kita kali ini.” Ujar Pak Ajag mengawali pertemuan.
Pada pertemua itu pula Pak Kerbau, sebagai yang di jadikan pemimpin hutan berpesan agar anak-anak mereka
Sunyi. Para peserta yang hadir menyimak dengan
yang sudah pergi bisa kembali lagi. Pesan pun di sebar ke
takzim apa yang akan disampaikan oleh Pak Ajag.
seantero hutan.
“Hutan tempat kita tinggal kini tengah mengalami kerusakan yang di lakukan oleh mahluk-mahluk yang
“Mèh leuweung ieu aya nu ngajagaan,”2 ucap Tando yang sudah berumur.
tidak bertanggung jawab,” jeda sebentar. Dan suasana
“Benar, jika bukan anak-anak kita sendiri siapa lagi
masih hening. “Kita harus menjaga hutan ini agar kelak
yang akan menjaga dan melindungi hutan ini,” timpal
anak cucu kita bisa memikmatinya. Selain kerusakan yang di lakukan oleh yang tidak bertanggung jawab, para
Pak Owa abu-abu. “Mulai sekarang kita harus beri pengertian kepada
generasi muda, anak-anak kita sepertinya sudah tidak
anak-anak kita untuk tetap mau tinggal disini,” Burung
merasa betah dan nyaman tinggal di sekitar sini dan lebih
Anis menambahkan.
memiloh untuk berpindah tempat,” sambung Pak Ajag. Pak Kerbau yang menjabat sebagai pemimpin hutan
Sore itu suasana hutan Cijolang sedikit berbeda, banyak terdengar percakapan diantara rumah-rumah.
hanya mendengarkan apa yang di sampaikan oleh ka-
Intinya, harus ada yang menjaga hutan ini. Hutan bukan
wannya, sementara di sebelahnya duduk dengan tenang
hanya sebagai tempat tinggal mereka, tetapi hutan adalah
Owa abu-abu, Surili, Kasintu dan di dahan paling rendah bertengger Burung Anis juga Tando.
harta yang harus dijaga, dirawat, untuk kemudian diberikan kepada generasi selanjutnya.
Generasi muda hutan Cijolang memang telah banyak
***
yang berpindah ke hutan tetangga. Alasannya karena hutan tempat mereka lahir tidak lagi menyediakan banyak makanan. Itulah sebabnya hanya menyisakan para 86
Festival Seni Multatuli 2021
2
Supaya hutan ini ada yang menjaga
Sementara itu, di hutan tetangga tak kalah riuh.
“Mungkin benar juga apa yang dikatakan oleh teman-
Terdengar percakapan serius terutama dari para pemuda yang berasal dari hutan Cijolang. Mereka telah menda-
teman. Ada sesuatu yang mengharuskan kami untuk kembali pulang ke hutan Cijolang,” Batin Burung Anis.
pat kabar tentang keinginan para tetua untuk sebisa
“Tetapi, apakah aku akan merasa senang seperti di hutan
mungkin segera pulang dan menetap disana.
ini?” lanjutnya.
“Kemarin aku dapat kabar bahwa kita diberi tugas untuk menjaga hutan Cijolang,” suara Tando muda terde-
Di pohon tak jauh dari Burung Anis berada, tiga ekor Surili muda sedang berbincang.
ngar jelas diantara riuh yang lain. “Iya. Aku juga mendengar kabar itu,” jawab Owa
“Sebaiknya kita kembali saja,” ujar Surili yang berada di dahan paling bawah.
abu-abu. “Tapi apakah persediaan makanan untuk kita sehari-
“Kolot urang pasti atoheun mun urang balik. Jeung deui urang bisa ngabantuan pagawean kolot nu lain,
hari cukup? Sementara penghuni hutan Cijolang semakin
ngabaturan adi-adi urang misalna,”3 tambah Surili yang
bertambah,” Kerbau yang sedang merumput buka suara.
berada di dahan paling tinggi. Sedang seekor lainnya
“Semoga saja masih banyak persediaan makanan,” Ajag yang tak jauh dari kerbau juga menimpali.
mengangguk setuju dan berkata “Hayuk lah urang balik ka leuweung Cijolang.”4
“Mungkin para tetua punya maksud dan tujuan me-
Kawanan Kasintu yang sedang berada di tepi mata
ngapa kita harus pulang dan menetap di sana,” ucap
air juga membahas hal yang sama. Akhir-akhir ini sejak
Kasintu bijak. Mereka tengah berada di pohon yang rindang, pohon
pertemuan para tetua hutan Cijolang dan rencana untuk menyuruh kaum muda untuk pulang, pembicaraan para
dengan buah yang lebat dan ranum. Angin semilir. Sejuk.
hewan selalu membahas hal yang sama.
Di dahan paling tinggi, Burung Anis sepertinya sedang menyendiri. Jauh dari kerumunan kawan lainnya.
3
Orang tua kita pasti akan senang jika kita pulang. Dan juga kita bisa membantu pekerjaan orang tua, juga menjaga adik adik misalnya 4 Ayolah kita pulang ke hutan Cijolang
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
87
“Ibu dan Bapakku juga menyuruhku pulang,” Ujar
Di atas mereka, sekawanan Burung Anis beraneka
Kasintu dengan ekor berwarna merah terang. “Orang tuaku juga. Bahkan Bapakku kemarin mengi-
warna riang gembira. Semua bergembira. Semua senang. Para orang tua senang, anak-anak juga tak kalah senang
rim pesan kepada Burung Anis,” timpal Kasintu berwarna
karena kakak-kakaknya sudah kembali pulang.
hitam pekat.
“Terima kasih sudah bersedia kembali pulang. Hutan
“Kalau begitu sebaiknya kita pulang saja,” tambah Kasintu yang lain.
ini rumah kita. Harus kita jaga. Harta berharga kita ada di tempat ini. Jangan sampai hutan ini rusak karena tidak
***
ada yang menjaga dan merawat,” Pak Kerbau sebagai pemimpin hutan mengucapkan terima kasih.
Hari itu, hutan Cijolang meriah, semua keluar rumah. Menyaksikan kawanan hewan yang kembali pulang. Ter-
Dan sekarang, hutan Cijolang kembali riuh oleh berbagai cerita, gelak tawa, juga senyum bahagia para tetua.
lihat iring-iringan yang ramai. Kerbau, Ajag, Kasintu juga
Semoga generasi muda hutan Cijolang dapan menjaga
beberapa hewan yang lain. Lalu di dahan yang rindang
hutan dan segala isinya dengan baik. [*]
nampak bergelantungan Owa abu-abu, Tando, Surili.
88
Festival Seni Multatuli 2021
Dinda Eka Savitri
Asal-Usul Nama Goa Lalay
T
ersebutlah dua orang sahabat yang selalu bersama-sama sedari kecil. Pesisir Pantai
Sawarna, selalu menjadi tempat kesukaan mereka untuk berlari-lari, mencari kumang yang tersesat, berjalan melewati pematang sawah atau hanya untuk saling mengubur diri di bawah pasir putih. Hingga tumbuh dewasa, mereka tetap sering pergi bersama-sama, bahkan untuk mengadu nasib diperantauan pun, mereka putuskan bersama. “Asa kieu-kieu bae geh hirup, urang ka kota bae tah?”1 Usul Wasanggeni kepada sang sahabat.
2
Begini terus hidup, kita pindah saja ke kota, yuk?
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
89
Mengingat pekerjaannya sedari kecil hanya meng-
Hari pertama tiba di pelabuhan, sah lah mereka men-
gembala kerbau milik tetangga, Adengika, sahabat Wasanggeni pun menyambut baik ide tersebut. Tanpa
jadi seorang kuli panggul. Penghasilan yang mereka dapatkan hari itu cukup lumayan dibandingkan dengan
pikir panjang, mereka berpamitan kepada orangtua untuk
pekerjaan sehari-hari mereka sebelumnya di kampung.
merantau ke kota, tepatnya Pelabuhan Merak, jantung
Cukup untuk membeli makanan, cukup untuk membeli
kehidupan Pulau Jawa pada masa-masa sebelum kemerdekaan.
alas tikar guna menumpang tidur di malam hari, juga masih ada sisanya untuk disimpan dan diberikan pada
Bermodalkan tumpangan mobil losbak yang mem-
orang tua di kampung. Hingga suatu hari, Wasanggeni
bawa tangkapan ikan-ikan laut seperti bandeng, pindang
berkesempatan untuk membawakan tas-tas seorang sau-
dan lain-lain untuk dijual kembali di kota, Wasanggeni dan Adengika pun akhirnya bisa sampai dengan selamat
dagar kaya yang sedang berjalan menuju kendaraan pribadinya. Wasanggeni cukup terheran, karena sosok yang
ke tempat tujuan. Begitu sampai, Adengika mengusul-
membaluti tubuhnya dengan baju berkain sutera tersebut,
kan pada sahabatnya untuk menjadi kuli panggul saja
menutup sebelah matanya dengan kain bak seorang bajak
di sana, karena sepertinya itulah pekerjaan yang paling cocok untuk mereka.
laut, dan karena penasaran, Wasanggeni iseng saja bertanya,
“Embung jing ih, doang budak amat dak kami!” 2
“Punten juragan, ari eta kenapa kitu matana?”3
Sanggah Wasanggeni mendengar saran Adengika. Namun,
Saudagar kaya itupun terkaget, seorang kuli panggul
karena mereka tidak punya modal untuk berdagang, pun tidak punya alat untuk menangkap ikan-ikan, akhirnya
berani-beraninya mengajak ia bicara. Namun, mendengar logatnya yang mencirikan berasal dari perkampungan,
Wasanggeni manut saja dengan usul sahabatnya.
ia pun berpikir bahwa Wasanggeni dapat menolongnya.
2
3
Engga ah, seperti anak kecil saja!
90
Festival Seni Multatuli 2021
Mohon maaf Juragan, kenapa dengan matanya?
Tak disangka, setelah sampai di depan kendaraan,
iyakan. Mereka berdua bersepakat akan bertemu kem-
sang saudagar kaya membuka penutup mata dan memperlihatkan sebelah matanya. Wasanggeni pun terkaget
bali 3 hari kemudian di tempat yang sama untuk menyerahkan kelelawar tersebut.
melihat bola mata saudagar kaya yang berwarna merah
Dengan terburu-buru, Wasanggeni segera pergi me-
gelap seperti darah yang menggumpal di bagian tengah.
ninggalkan si saudagar dan bergegas mencari keberada-
“Mata saya sakit, sudah hampir satu tahun. Saya sudah berobat kesana kemari, namun tak kunjung me-
an Adengika, sahabatnya, untuk mengabari kabar bagus tersebut. Adengika yang sedang beristirahat disebuah
nemui sembuh,” jelas sang saudagar kepada Wasanggeni
warung makan, terheran melihat Wasanggeni berlari
yang masih terdiam tak percaya dengan apa yang baru
menghampirinya,
saja ia lihat. “Menurut orang pintar4 yang saya temui kemarin
“Adengika, Deng, urang duaan bisa beunghar ieu mah dak!”5 Adengika semakin terheran mendengar ucap-
lusa, hanya ada satu obat yang dapat membuat mata
an sahabatnya yang sangat menggebu-gebu terse-
saya kembali normal dan bisa melihat lagi,” sambung sang
but.”Kunaon ari dia?”(6) tanya Adengika penasaran.
saudagar. “Apa itu juragan?” Kali ini Wasanggeni dengan ter-
Wasanggeni pun menceritakan pertemuannya dengan saudagar kaya yang memintanya untuk menemukan
gugup mencoba untuk bertanya.
kelelawar bermata merah. Namun Wasanggeni bingung,
“Mata kelelawar merah! Bisakah kau membawakan-
di mana ia harus mencari dan mendapatkan hewan yang
nya untuk saya? Maka akan saya beri banyak uang di tas yang tadi kau bawa sebagai imbalanya.”
dapat membuatnya kaya itu? Saat mendengar kata kelelawar, Adengika langsung
Mendengar tawaran yang menggiurkan tersebut,
teringat dengan tempat bermain semasa kecil bersama
tanpa pikir panjang, Wasanggeni pun langsung meng-
Wasanggeni. Ya, sebuah gua besar yang letaknya tak jauh 5
4
Orang yang dianggap memili kesaktian
6
Adengika, Deng, sepertinya kita akan kaya! Kamu kenapa?
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
91
dari Pantai Sawarna, Adengika pernah melihat ada bebe-
Akhirnya, tanpa pikir panjang, Wasanggeni segera
rapa keleawar keluar dari dalam gua tersebut, namun saat itu ia tak menghiraukanya, karena konon kabarnya itu
memasukan baju-bajunya ke dalam tas dan meninggalkan Adengika yang sedang terlelap tidur, berburu tum-
merupakan gua terlarang. Mendengar cerita Adengika ten-
pangan mobil losbak yang bisa membawanya pulang
tang gua tersebut dan demi mendapatkan uang yang
menuju Lebak selatan untuk menangkap kelelawar ber-
banyak, merekapun bersepakat untuk pulang ke kampung besok pagi, bersiap berburu kelelawar bermata merah.
mata merah dan mendapatkan tumpukan uang untuk dirinya sendiri.
Kelelahan seharian bekerja membuat Adengika tak
Dengan menumpang mobil losbak yang hendak
butuh waktu panjang merajut mimpi di bawah alam
pulang menuju Lebak Selatan, Wasanggeni akhirnya bisa
sadarnya. Berbeda dengan Wasanggeni, ia terus membayangkan, bahwa tas-tas milik saudagar kaya yang ia
sampai di pesisir Pantai Sawarna seorang diri. Tanpa menemui orang tuanya terlebih dahulu, Wasanggeni yang
bawa tadi siang ternyata berisikan tumpukan uang yang
sudah menggebu bergegas melewati persawahan warga,
sangat banyak. Dalam lamun panjangnya, tiba-tiba saja
pinggiran sungai dan jembatan gantung menuju gua ter-
Wasanggeni mendapatkan sebuah ide brilian. Ia memutuskan untuk pulang ke kampung seorang diri, dan
sebut. Ternyata, ia tak butuh waktu lama untuk menemukan gua itu, karena ia masih cukup mengingat jalan me-
meninggalkan Adengika.
nuju tempat bermainya dahulu bersama Adengika semasa
‘Beuh dak! Lamun kami bisa meungang eta lalay
kecil. Ketika Wasanggeni perlahan masuk kedalamnya,
ku sorangan bae, hartina duitna ge jeung kami sorangan etamah, biang jasa!’7 bersit Wasanggeni dalam hatinya.
ia disambut dengan keindahan batuan stalaktit dan stalakmit yang menghiasai langit-langit dan seisi gua dengan jumlah yang cukup banyak. Ternyata benar, ia melihat banyak sekali kelelawar yang sedang menggan-
7
Jika aku bisa menangkap kelelawar itu seorang diri, maka semua uang itu bisa untuk aku sendiri, luarbiasa!
92
Festival Seni Multatuli 2021
tung di langit-langit gua. Dan ketika Wasanggeni berkeliling mencari keleawar yang ia tuju, Wasanggeni seperti
melihat ada sorotan cahaya kecil berwarna merah yang
Akan tetapi, ketika kedua tanganya bersiap menang-
terpancar dari sudut gua. Gelap dan dinginya suasana gua, tidak menyurutkan
kap dan memasukan kelelawar lainya kedalam jaring, sungguh terkaget Wasanggeni dibuat, seketika saja kele-
keberanian Wasanggeni untuk terus masuk ke dalam.
lawar itu mengepakan sayapnya dan membuka matanya
Dan tepat, Wasanggeni melihat ada dua ekor kelelawar
lebar-lebar, sinar cahaya merah memancar jelas dari sorot
merah yang sedang tertidur dan menggantung di salah satu sudut langit gua. Meskipun sedang terlelap, namun
kedua matanya. Kemarahan! Ya, ia terlihat sangat marah melihat pasanganya, sang ratu kelelawar tak berdaya
terpancar cahaya merah dari balik kedua sayap kelela-war.
berada dalam jaring yang dibawa oleh Wasanggeni.
Girang bukan kepayang, akhirnya Wasanggeni dapat
Dengan sekali kepakan sayapnya yang lebar,
menemukan hewan yang dicarinya, meski tanpa ia sadari, ia sudah terlalu dalam menelusuri gua terlarang itu.
Wasanggeni tersungkur di dasar gua yang terendam air setinggi betis orang dewasa. Ratu kelelawar pun berhasil
Berbekal jaring dan obor kecil yang sudah ia persiap-
diselamatkan oleh sang raja, dan kini mereka memang-
kan, dengan penuh kehati-hatian ia tangkap kelelawar
gil seluruh pasukan kerajaan kelelawar untuk bangun
yang satu dan ia masukan kedalam jaring. Hap! Berhasil! Setelah kelelawar buruannya sukses ia
bergabung dan menyerbu Wasanggeni.Melihat begitu seramnya sorot mata kedua kelelawar tersebut, ditambah
tangkap, dengan langkah terburu ia berlari menuju mulut
dengan makin banyaknya kelelawar yang menghampiri
gua. Namun baru setengah jalan, ia mendadak meng-
dan mendekati tubuhnya, Wasanggeni pun berteriak-
hentikan langkahnya, dan kembali lagi ketempat kelewar bermata merah satunya lagi yang masih tergantung. Ber-
teriak meminta tolong berharap ada yang bisa membatunya keluar dari gua tersebut. [*]
maksud untuk menangkap keduanya agar bisa mendapatkan uang berlipat ganda dari sang saudagar kaya.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
93
94
Festival Seni Multatuli 2021
Siti Hanna Sumedi
Kisah Aki dan Nini Bagedur (Asal usul Pantai Bagedur)
P
ada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri bernama Aki Bagedur dan Nini
Bagedur. Mereka tinggal harmonis di sebuah pondok sederhana di tepi pantai. Aki Bagedur adalah seorang nelayan, sementara Nini Bagedur adalah seorang penjual ikan. Setiap pagi, Aki Bagedur pergi mencari ikan dengan perahu tua kesayangannya yang terbuat dari kayu. Siang harinya, Nini Bagedur menjual ikan hasil tangkapan Aki Bagedur di desa. Aki Bagedur dan Nini Bagedur dikenal sangat murah hati dan ramah oleh penduduk desa. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai suami istri yang cinta lingkungan. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
95
Setiap hari, sebelum berangkat mencari ikan, Aki
mereka tidak memperdulikan perkataan Aki Bagedur dan
Bagedur rajin membersihkan sampah yang ada di pantai. Aki Bagedur selalu menjaga kelestarian laut dengan meng-
tetap bersikeras untuk mencari ikan di laut itu. Dengan tegas Aki Bagedur tetap melarang para nelayan itu untuk
gunakan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan.
mencari ikan di laut tersebut. Sambil meninggalkan Aki
Nini Bagedur juga rajin memberi makan berbagai hewan
Bagedur, mereka mengancam bahwa tidak akan ada lagi
yang hidup di sekitar pantai dan jalan menuju desa. Nini Bagedur dikenal sebagai seorang yang murah hati karena
yang mencari ikan di laut itu termasuk Aki Bagedur. Dua hari kemudian, sekelompok nelayan yang sama
selalu membantu sesama. Ia sering memberi warga
datang menemui Nini Bagedur yang sedang berjualan
sekitar ikan hasil tangkapan Aki Bagedur secara gratis.
ikan di desa. Salah satu dari kelompok nelayan itu berkata
Suatu hari, ketika akan pergi mencari ikan, Aki Bagedur tiba-tiba melihat sekelompok nelayan yang akan
bahwa ikan yang selama ini dijual oleh Nini Bagedur adalah ikan hasil tanggkapan dengan menggunakan racun.
mencari ikan. Mereka membawa sebuah alat penangkap
Mendengar hal itu, semua orang termasuk Nini Bagedur
ikan yang berbahaya bagi habitat laut. Dengan lantang,
terkejut. Nini Bagedur langsung menyangkal pernyataan
Aki Bagedur melarang sekolompok nelayan itu untuk mencari ikan di laut. Tak lama kemudian, sekelompok
si nelayan. Kelompok nelayan itu meyakinkan para warga bahwa yang mereka katakan itu benar adanya dengan
nelayan itu pergi dengan tangan kosong. Namun, keesok-
memberikan bukti. Mereka berkata bahwa selama ini Nini
an harinya sekelompok nelayan itu kembali datang mene-
Bagedur berjualan ikan dan sering memberikan ikan se-
mui Aki Bagedur ketika akan berangkat mencari ikan. Mereka berteriak kepada Aki Bagedur, jika mereka tetap
cara gratis kepada warga karena dia takut keracunan. Dengan sabar, Nini Bagedur kembali berkata bahwa yang
tidak boleh mencari ikan maka aki bagedur juga tidak
dikatakan oleh para nelayan itu adalah bohong.
boleh mencari ikan di laut lagi. Dengan lembut, Aki Bage-
Namun sayangnya, warga malah menuduh Nini
dur berkata bahwa semua orang boleh mencari ikan asalkan tidak merusak habitat laut. Karena keras kepala,
Bagedur lah yang berbohong. Para warga pun merasa kecewa dan melarang Aki dan Nini Bagedur untuk mencari
96
Festival Seni Multatuli 2021
ikan di laut dan berjualan ikan di desa lagi.
Tak lama setelah kepergian Aki Bagedur, Nini Bagedur
Setelah kejadian itu, Aki dan Nini Bagedur kini hanya bisa merenungi nasib mereka yang kehilangan pekerjaan.
pun jatuh sakit dan meninggal. Para warga sangat terpukul atas meninggalnya Aki dan Nini Bagedur. Kini mereka
Bahkan, mereka berdua sudah tidak boleh lagi pergi ke
harus kehilangan dua orang tulus yang selalu menjaga
pantai karena warga telah menganggap mereka sebagai
dan melestarikan lingkungan dan habitat sekitar.
perusak lingkungan. Keadaan itu telah membuat Aki Bagedur sedih dan jatuh sakit. Hari demi hari, para warga
Untuk mengenang jasa Aki dan Nini Bagedur, warga menamai pondok tempat tinggal Aki dan Nini Bagedur
desa mulai mengeluhkan kondisi pantai yang semakin
dengan nama Pondok Bagedur.
kotor tak terawat. Tak hanya itu, warga pun mulai menge-
Bertahun-tahun setelah sepeninggal Aki dan Nini
luh akan hilangnya persediaan ikan di desa. Dengan kejadian itu, satu per satu warga mulai sadar
Bagedur, kini Pondok Bagedur dijadikan markas oleh pasukan Belanda yang datang ke Indonesia. Pondok Bagedur
bahwa selama ini Aki dan Nini Bagedur telah menjaga
yang dulunya tempat tinggal Aki dan Nini Bagedur
lingkungan dan membantu kebutuhan warga. Sampai
dijadikan tempat perlindungan oleh pasukan tentara
pada akhirnya para warga menyesal dan beramai-ramai mendatangi Aki dan Nini Bagedur untuk meminta maaf.
Belanda dari berbagai ancaman musuh. Lalu, di Pondok Bagedur inilah para tentara Belanda
Sesampainya di pondok Aki dan Nini Bagedur, para
membuat sepasang Meriam kokoh yang dibuat untuk
warga heran karena mereka hanya melihat Nini Bage-
menjaga mereka dari serangan musuh. Seiring dengan
dur yang terdiam seorang diri. Para warga pun bertanya ke mana Aki Bagedur? Dengan suara lirih memilukan,
banyaknya perlawanan dari para warga terhadap pasukan Belanda kini Pondok Bagedur telah diambil alih kem-
Nini Bagedur berkata bahwa Aki Bagedur telah mening-
bali oleh warga sekitar.
gal karena sakit. Mendengar hal tersebut, para warga
Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu para
pun kaget sekaligus sedih karena telah kehilangan sosok Aki Bagedur yang murah hati, jujur, dan pekerja keras.
warga mulai menggunakan Pondok Bagedur sebagai tempat berlindung dari ancaman penjajah yang datang ke Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
97
tanah mereka. Selain itu, sepasang meriam yang berada
Di zaman modern sekarang ini, Pantai Bagedur telah
di halaman Pondok Bagedur mereka jadikan sebagai alat pertahanan jika ada musuh yang menyerang. Para warga
dikenal sebagai pantai wisata yang terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Pro-
menamai sepasang meriam itu dengan nama Meriam
vinsi Banten. Pantai Bagedur merupakan salah satu pantai
Aki dan Nini Bagedur sebagai simbol dan penghormatan
kebangaan warga kabupaten lebak. Pantai Bagedur ter-
mereka akan jasa Aki dan Nini Bagedur yang telah menjaga lingkungan mereka sedari dahulu kala.
kenal akan keindahan laut dan deburan ombak tinggi yang nyaring bunyinya. Sampai saat ini, Meriam Aki dan
Bukan hanya itu, pantai yang dahulu selalu dijaga
Nini Bagedur masih berada kokoh di halaman Pondok
oleh Aki dan Nini Bagedur kini mereka beri nama Pantai
Bagedur dekat dengan Pantai Bagedur yang akan selalu
Bagedur.
menjadi simbol perjuangan Aki dan Nini Bagedur dalam menjaga kelestarian lingkungan. [*]
98
Festival Seni Multatuli 2021
Winata Faturahman
Kisah Kertam dan Kertih
T
ersebutlah di negeri yang subur dan damai,
Lebak Suaka nama negeri tersebut. Di negeri
itu, hiduplah berbagai macam jenis fauna yang hidup berdampingan walaupun berbeda-beda jenis spesiesnya. Negeri tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu Lebak Buana untuk hewanhewan pemakan tumbuh-tumbuhan, dan Lebak Savana untuk hewan-hewan pemakan daging. Walaupun berbeda daerah, kedua jenis hewan di negeri tersebut tetap hidup berdampingan tanpa saling mengganggu. Pada suatu ketika, negeri tersebut sedang dilanda kemarau panjang yang menyebabkan sumber air di negeri itu menjadi surut dan hampir habis. Sumber air di daerah Lebak Buana dulunya sangat melimpah Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
99
sebelum kemarau melanda. Hewan-hewan di daerah itu
“Iya, di sana memang daerah singa, macan, harimau,
tidak kekurangan air untuk kebutuhan hidup. Tetapi saat kemarau panjang melanda kali ini, daerah itu mengalami
dan teman-temannya. Tetapi kalau kita…,” “Apakah kalian sudah selesai?” Obrolan mereka ter-
air surut yang sangat drastis.
potong oleh suara Kala. Kertam dan Kertih kaget men-
Hal itu membuat kepala suku bernama Kala, seekor
dengar suara Kala.
Oa abu-abu memutuskan untuk memberikan jatah untuk masing-masing hewan. Akan tetapi, lama-lama
“Su…, su…, sudah Kepala suku kala…,” kata Kertam. “Baik, kalau sudah selesai, silahkan meninggalkan
persediaan air di daerah Lebak Buana semakin surut dan
tempat ini karena gantian dengan yang lain,” kata Kala.
membuat hewan-hewan di sana gelisah.
“Baik kepala suku Kala,” kata Kertih gugup menja-
Tersebutlah ada dua ekor kerbau yang berteman, mereka adalah Kertam sang kerbau hitam dan Kertih sang
wab. Mereka berdua meninggalkan sumber air sambil melanjutkan pembicaraan mereka.
kerbau putih yang sedang mendapat giliran minum di
“Apakah informasi dari dua burung itu benar?”
sumber air. Sambil meminum air mereka bercakap-cakap.
tanya Kertam.
“Kalau begini terus, lama-lama kita akan kehabisan air Tam,” kata Kertih kepada Kertam.
“Mereka sering terbang ke sana untuk minum air di Lebak Savana,” sahut Kertih.
“Tetapi bagaimana lagi, sumber air di sini hanya ini,”
“Makanya, sepertinya kita harus mencoba ke sana
sahut si Kertam.
untuk mencari tahu,”sahut Kertih lagi.
“Aku kemarin tidak sengaja mendengar percakapan dari dua ekor burung Anis, katanya di Lebak Savana
“Tetapi bagaimana caranya?” tanya Kertam. “Kita ke sana pada malam hari, saat penghuni di sana
sumber airnya masih banyak dan melimpah,” kata Kertih.
tidur. Jadi, kita tidak perlu takut ketahuan,” kata Kertih.
“Oh, ya? Tapi di sana banyak sekali hewan pemakan
“Aku takut kalau ketahuan maka habislah kita,” kata
daging. Apakah tidak apa-apa?” sahut Kertam.
100
Festival Seni Multatuli 2021
Kertih.
Malam harinya, ketika para penghuni Lebak Buana
“Sudah, kita diam dulu di sini sampai penjaga itu
sedang tertidur lelap, ada yang mengendap-endap mendekati Kertam. Ya, itu adalah Kertih yang bangun untuk
tertidur,” kata Kertih. Setelah beberapa lama menunggu, sang macan tutul
membangunkan Kertam.
penjaga pun tertidur. Kertam dan Kertih mengendap-
“Kertam…, bangun…,” kata Kertih lirih. Namun
endap melewati penjaga itu dan akhirnya berhasil lolos.
Kertam tidak terbangun. “Kertam! Bangun!” Kertih agak meninggikan suara-
“Di mana letak sumber air Kertih?” tanya Kertam. “Menurut informasi dari burung itu, letaknya di
nya agar Kertam terbangun. Dan benar saja, Kertam
tengah padang rumput,” Kertih menjelaskan. “Sudah, ayo
terbangun dengan mata yang masih kuyu.
kita bergegas. Waktu kita tidak banyak!” sambung Kertih.
“Iya…, aku sudah bangun,” kata Kertam. “Ayo, kita harus segera bergegas agar penghuni
Mereka berdua menyusuri tempat itu, melewati jalan yang di sekelilingnya terdapat penghuni yang sedang ter-
Lebak Buana tidak ada yang tahu,” kata Kertih. Mereka
lelap. Kertih sebenarnya ada rasa takut, namun rasa
berdua pun meninggalkan Lebak Buana menuju ke
takutnya hilang karena keadaan yang mengharuskan
sumber air di Lebak Savana. “Kertih, aku takut kalau sampai kita ketahuan nanti
dia bertahan hidup. Sebaliknya, beda dengan Kertam yang sejak dari awal memang sudah ketakutan karena
kita akan jadi santapan di sana,” kata Kertam khawatir.
membayangkan jika nanti mereka tertangkap oleh para
“Sudah, jangan berbicara yang tidak-tidak. Kita akan kembali dengan selamat,” Kertih menenangkan. Mereka sampai di perbatasan antara Lebak Buana dan
penghuni di sana. Tiba-tiba ada suara rumput yang bergerak. Kertam yang menyadari itu, langsung memanggil Kertih.
Lebak Savana dan bertemu dengan seekor Macan Tutul
“Kertih! Apa itu?!” tanya Kertam sedikit berteriak.
penjaga perbatasan.
“Sstt! Diam!” Gertak Kertih kepada Kertam. Dilihat-
“Aduh, bagaimana ini Kertih...,” Kertam ketakutan.
nya sekeliling, ternyata tidak ada apa-apa. “Ayo, kita lanjutkan perjalanan. Tidak ada apa-apa,” ajak Kertih. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
101
Tibalah mereka di sumber air setelah bersusah payah
“Bagaimana ini Kertih?” tanya Kertam. Kertih diam
mencarinya. Raut wajah Kertih seketika berubah menjadi sumringah melihat sumber air itu. Dia sudah mem-
sejenak dan berkata. “Kalau begitu kita minum di air itu sambil meng-
bayangkan meneguk air dari sumber air. Kertam pun
endap-endap,” Kertam yang mulanya ragu-ragu akhirnya
tidak kalah sumringah, raut wajahnya tida dapat menipu
mengiyakan ide dari Kertih. Mereka berdua mengendap-
kalau dia memang benar-benar menginginkan air itu. Mereka segera bergegas menuju air dan meminumnya.
endap dengan sangat hati-hati menuju sumber air. Mereka berdua tiba di tepi sumber air dan bergegas
Tetapi, mereka baru tiba di tepi sumber air, dari ke-
meminum airnya. Dahaga yang dirasakan pun hilang se-
jauhan tampak ada seekor Hyena yang berjalan sambil
telah meminum air. Belum sempat mereka meneguk air
sempoyongan. Kertam dan Kertih bergegas mencari semak untuk bersembunyi. Hyena itu rupanya akan minum di
untuk kedua kalinya, di belakang mereka muncul bayangan dan disertai geraman yang sangat kencang. Sang
sumber air itu juga. Dia terlihat sangat mengantuk dan
Hyena yang tertidur sampai terbangun dan lari sangat
harus bersusah payah untuk mencapai sumber air.
cepat melihat sosok yang ada di hadapannya. Kertam dan
“Kita tunggu sampai Hyena itu selasai minum,” kata Kertih. Dia melihat wajah Kertam yang pucat karena
Kertih gemetar dan perlahan menengok ke belakang. Mereka melihat sesosok Singa yang sangat besar.
ketakutan lalu berkata. “Tenang, dia tidak akan melihat
“Apa yang kalian lakukan di sini?!” kata Singa.
kita di sini,” wajah Kertam yang ketakutan tidak
Kertih yang gemetar menjawab. “Ka..., ka..., kami...,
memperdulikan lagi apa yang dikatakan Kertih. Hal yang tidak terduga pun terjadi, Sang Hyena yang
ha…, hanya ingin minum saja.” Kertam tidak berani menjawab dan hanya terdiam
selesai minum tidak pergi meninggalkan tempat itu. Dia
gemetar.
tertidur di tepi sumber air. Kertam dan Kertih yang melihatnya hanya bertatapan satu sama lain.
102
Festival Seni Multatuli 2021
“Mengapa kalian tidak meminta ijin terlebih dahulu?!” kata Sang Singa lagi.
“Ka…, kami takut dimangsa penghuni di sini,” jawab Kertih masih gemetar. “Siapa pemimpin kalian?!” tanya Sang Singa. “Kala, sang Oa abu-abu,” jawab Kertih lagi.
Kertih dan Kertam yang mendengar perkataan Kala semakin pucat dan gemetar. Sagar terdiam sejenak dan berbicara. “Hmm…, aku tidak akan menghukum mereka. Aku
“Cepat panggil pemimpin kalian ke sini!” kata Sang
memahami keadaan kalian di Lebak Buana. Tetapi, aku
Singa masih marah. “Tetapi…,” belum sempat Kertih menjawab, dari
mohon untuk kalian tidak mengulangi hal ini lagi. Jika kejadian ini terluang lagi, aku tidak bisa menjamin
belakang muncul Kala sang Oa abu-abu dan berkata.
keselamatan kelompokmu.”
“Ya, aku di sini, wahai Sagar!” sahut Kala. “Maafkan
“Terimakasih atas kebijaksanaanmu, wahai Sagar.
kedua anggota kelompokku ini, dari tadi aku membuntuti mereka dan ternyata mereka menuju ke sini,” sam-
Aku meminta maaf atas perilaku anggota kelompokku,” Kata Kala.
bung Kala.
“Satu hal lagi, kelompok kalian diperbolehkan untuk
“Lebak Suaka adalah tempat yang dianugerahi harta
meminum air dari sumber ini secukupnya atas perijinan
karun berupa air dan hutan, masing-masing sudah ada bagiannya. Sejak dulu, dari nenek moyang kita, tanah
dari kami. Karena sumber air ini adalah harta warisan nenek moyang yang harus dijaga. Bagaimanapun, kami
ini sudah dianugerahi dengan harta yang tidak ternilai,
akan menjaganya sampai kapanpun walaupun nyawa
masing-masing sudah ada bagiannya. Mengapa kelom-
kami taruhannya. Kau pun tentu tahu Kala, bagaimana
pok kalian masih melanggar?” tanya Sagar, Sang Singa. “Maafkan kami sekali lagi wahai Sagar. Air di Lebak
nasib negeri lain yang tidak mampu menjaga harta warisan leluhur. Mereka seperti negeri yang mati. Dan kami
Buana sedang surut sekali. Hewan-hewan di sana kesu-
tidak itu terjadi pada Lebak Savana ini,” sambung Sagar.
litan untuk hidup. Mungkin itu yang membuat kedua
“Baik Sagar, kami akan patuhi itu. Ya, begitupun
anggota kelompokku ini pergi ke sini. Dan jika engkau ingin menghukum mereka, aku persilahkan,” Kata Kala.
dengan hutan di Lebak Buana. Hutan itu merupakan harta warisan leluhur yang akan kami jaga,” kata Kala. Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
103
“Sekali lagi, maafkan atas perilaku anggota kami,” sambung Kala. Akhirnya, Kertam dan Kertih pun meminta maaf kepada Sagar dan berjanji tidak akan menyelinap lagi. Kepala suku Kala, Kertam, dan Kertih pun pulang ke Lebak Buana dengan selamat. Hal yang bisa kita ambil dari cerita ini adalah sangat perlu sikap rendah hati, berani meminta maaf ketika bersalah. Sifat Sagar juga harus kita miliki dalam berteman. Perilaku Kertam dan Kertih menjadi pengingat kita bahwa kita harus meminta ijin kepada orang lain yang mempunyai hal atas sesuatu hal. Yang terakhir adalah menjaga warisan leluhur dalam bentuk apapun menjadi hal yang wajib kita lakukan. [*]
104
Festival Seni Multatuli 2021
Biodata Nomine Naskah Cerita Anak FSM 2021 1. Angela Oscario Angela Oscario berprofesi sebagai pengajar Desain Komunikasi Visual di sebuah universitas swasta. Di luar kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk menekuni kegemaran menulis. Hobinya tersebut sempat ditekuni secara serius dengan menjadi penulis di beberapa program televisi, termasuk program anak Jalan Sesama (Sesame Street Indonesia), film pendek anak, majalah anak dan games edukasi untuk anak. 2. Een Rochaeni Een Rochaeni, lahir di Lebak Propinsi Banten pada tanggal 06 Maret 1972, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Eman Hilman dengan Ibu Rodiah, menikah dengan Suparman, S.Pd.Sd. (1995) dan telah dikaruniai dua buah hati yakni: Muhammad Haafizhdiin Ibrahim (1997) dan Khalid Abdurahman (2005). Pendidikan yang dijalani adalah Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Aweh I kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak lulus tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak lulus tahun 1987, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Rangkasbitung, kabupaten Lebak, jurusan SD lulus tahun 1990. Kemudian hijrah ke Jakarta melanjutkan pendidikan ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta Fakultas Bahasa dan Seni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus tahun 1995.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
105
3. Midiana Ariethia Midiana Ariethia, lahir di Jakarta, 16 November 1981. Alumni S1 Hukum di UNIKA Atma Jaya dan S2 Master of Laws di University of Melbourne. Menulis cerita merupakan kegemarannya sejak ia masih SMP. Saat ini, ketika ia tidak sibuk bekerja dan mengurus ketiga anaknya, ia menghabiskan waktu luangnya yang terbatas dengan membaca novel di kindle dan menonton film via layanan streaming daring. Saat ini ia berdomisili di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. 4. Sulfiza Ariska SULFIZA ARISKA lahir di Sumatera Barat. Merupakan penulis emerging Indonesia dalam Ubud Writers and Readers Festival ke-11 di Bali. Menjalani pendidikan dan aktif menulis di Yogyakarta. Meraih beberapa penghargaan seperti Pemuda Berprestasi Tingkat Nasional Penghargaan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dalam Puncak Nasional Hari Sumpah Pemuda ke-82 di Surakarta 28 Oktober 2010, Pemenang Unggulan Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012, Tangguh Award Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2018, dll. Minatnya di bidang literasi turun dari mendiang kakek buyutnya, Nenek Datuk Simarajo. Semasa hidup, kakek buyutnya tersebut merupakan seorang penghulu adat sekaligus penutur sastra klasik Minang ‘kaba’. 5. Siti Syalwa Lahir di Jakarta hari Minggu tahun 1998. Anak ketiga dari tujuh bersaudara. Saya engga suka tikus. Tapi tikus menjadi salah satu tokoh fabel pertama saya di kampus dan ditampilkan di depan umum. Berkat tikus saya mencintai dunia dongeng.
106
Festival Seni Multatuli 2021
6. Akhmadi Puguh Raharjo Akhmadi Puguh Raharjo, lahir di Jakarta, 26 Mei 1984. Alumni S1 Konservasi Sumberdaya Hutan di Universitas Gadjah Mada dan S2 Master of Forest Ecosystem Science di University of Melbourne. Menulis cerita merupakan sesuatu yang ia gemari sejak SMA, terlebih sejak ia tanpa sengaja menginisiasi klub komik di sekolahnya. Saat ini, selain sibuk bekerja dan mendampingi anak-anaknya sekolah daring, ia menghabiskan waktu luangnya membaca, menonton film horror dan memelihara berbagai jenis ikan hias. Saat ini ia berdomisili di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. 7. Karseno Menulis sejak SMA. Karya yang pernah mendapat apresiasi antara lain: Cerpen Anak berjudul Bahaya Narkotika, Di bawah Naungan Beringin. Terlibat sebagai penulis buku Antologi: Pesan Penyintas Siang (Judul karya: Manusia Hujan), Dirgamaya Wilwatikta (Judul Karya: Royal Regalia), dan terakhir buku antologi Tetragon (Judul Karya: Lelaki yang Menggenggam Kenangan). Penulis solo dari Novel Fiksi Ilmiah berjudul: Laskar Kalamupis. Menggagas ide cerita dan menulis skenario film televisi. Antara lain: Jodoh Pasti Bertamu, Penculik Anak Berkedok Penjual Mainan, Tanah Mengering Pengusaha Catering. 8. Elisa D.S. Elisa D.S. adalah nama pena dari Elisa Dwi Susanti, seorang penulis sekaligus mentor cerita anak. Penghargaan yang pernah diperolehnya adalah: dari 1.400-an jumlah pendaftar, novel anak Islami karyanya menjadi Finalis 10 Naskah Terbaik Kompetisi Author Rising Penerbit Kata Depan berkolaborasi dengan Wattpadindo 2020, Juara II Lomba Cipta Fabel LiterasiFF Channel 2021, Finalis 50 Naskah Terbaik Dialog Iman Maskana Media 2021, Juara Favorit Festival Cipta Cerpen Nasional Fun Bahasa 2020, Juara Harapan I Lomba Menulis Cerita Anak Palaray Media 2020, Finalis 30 Naskah Terbaik Festival Menulis Cerita Anak Nasional Fun Bahasa 2020, Finalis 50 Naskah Terbaik Lomba Menulis Dongeng SIP Publishing 2020, Finalis 100 naskah terbaik Lomba Menulis Cerpen Ke-10 Tingkat Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
107
Nasional Tulis.me 2020, Finalis Kompetisi Menulis Penerbit Indiva Media Kreasi genre Cerita Anak Lintang 2019, Finalis Lomba Menulis Cerita Anak Islami Penerbit Pro-U Media 2016, Finalis 30 Naskah Terbaik Lomba Menulis Cerpen Islami LAZISMU Kantor Layanan Umbulharjo dengan Penerbit Pro-U Media dan Suara Muhammadiyah 2016.Sinopsisnya (duet) berjudul Ketika Iblis Tersenyum ditayangkan dalam program FTV Cermin Kehidupan TRANS7. Bukunya yang telah terbit: Antologi Kisah Anak Shalih Kecil-Kecil Bisa Hafal Qur’an (Pro-Kids/ Kelompok Penerbit Pro-U Media, Juni 2016), kumpulan cerita pendek Nasi Krawu Sepenuh Kasih (Mecca Publishing, Mei 2018), antologi Cernak Kasih Sejuta Bunda (Indiva Media Kreasi, April 2020), antologi Cernak Jangan Lupa Bersyukur Hari Ini (Indiva Media Kreasi, November 2020), Novel Anak Islami Firdaus dan Rahasia Agung Mbah Kakung (Penerbit Guava, Mei 2021). Sejumlah karyanya berupa cerita santai, cerita anak, cerpen, resensi serta artikel Islami dimuat di Majalah FEMINA, Majalah BOBO, Nusantara Bertutur KOMPAS, SOLOPOS, LAMPUNG POS, HARIAN RAKYAT SULTRA, Majalah SWARATAMA terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah, Majalah JAYA BAYA, Majalah PANJEBAR SEMANGAT, RADAR SAMPIT, PADANG EKSPRES, MINGGU PAGI, JOGLOSEMAR, SATELIT POS, KORAN MADURA, SIMALABA, KABAR MADURA, DUTA MASYARAKAT, FLORES SASTRA, WAHID NEWS, dan ISLAMPOS. 9. Saroh Jarmin Saroh Jarmin. Lahir dan besar di sebuah kampung di Kab. Lebak, Banten. Menyelesaikan pendidikan S-1 di UPI Bandung dan S-2 di Untirta Serang. Saat ini, penulis dikenal dan aktif sebagai guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Cipanas Kab. Lebak. Memiliki kegemaran membaca novel membuat penulis tertantang untuk bisa menuliskan pengalaman dan imajinasinya dalam tulisan fiksi, terutama cerpen. Beberapa karyanya terbit di Majalah Cakrawala Lebak, Blog Kompasiana, Blog Gurusiana, serta dalam buku antologi cerpen bersama penulis lain dan dua buku solo. Beberapa prestasi yang pernah diraihnya di antaranya menjadi finalis Olimpiade Guru Nasional (OGN) tingkat nasional tahun
108
Festival Seni Multatuli 2021
2018, nomine workshop menulis cerpen kearifan lokal Lebak pada Festival Seni Multatuli (FSM) tahun 2019, dan Tim Pengembang Bahan Ajar Berbasis Aktivitas Jenjang SMA Kemendikbud tahun 2020. Penulis dapat dihubungi via surel
[email protected]. 10. Faye Yolody Sembari mengurus anaknya yang masih balita, Faye Yolody bekerja sebagai editor buku sekaligus pengusaha kuliner @samara.fromhome dan @omaomirecipe. Kenikmatannya menjalani peran sebagai ibu membuatnya terlibat dalam dunia anak-anak, sehingga ia membuat program homeschooling untuk anaknya dan memproduksi buku anak @tomo.kidsbook.Sebelumnya, Faye berkarier di industri majalah di Jakarta. Kecintaannya dalam dunia literasi selalu membuka matanya untuk terus belajar hal-hal baru yang seru. Faye percaya, membaca dan menulis adalah pondasi bagi kehidupan setiap insan untuk terus melangkah maju. 11. Daniel Yudha Kumoro Daniel Yudha Kumoro. Lahir di Surabaya. Lulusan S1 Psikologi. Tinggal di Sidoarjo. Bekerja sebagai guru. Aktif membuat artikel pendidikan di media lokal. Pernah mengikuti lomba menulis dan menjuarainya. Antara lain: juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional PENA IAI Bunga Bangsa Cirebon tahun 2018. Juara 1 Lomba Penulisan Local Content Dinas Perpustakaan & Kearsipan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tahun 2020. Juara 1 Lomba Menulis Esai Tema Kepahlawanan Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi tahun 2020. Serta nominasi-nominasi lainnya. Bukubuku antologinya antara lain: Pandemi Puisi (2020), Suara Hati Guru (2020), Desir Pesisir (2020), Bung Karno dan 101 Puisi Anak Bangsa (2020), Warna Merdeka Kala Korona (2020), Mencari Pahlawan di Tengah Pandemi (2020), Sidoarjo on Story (2020), Metamorfosa di Pelabuhan Canggu (2021). Selain menulis, saat ini beliau juga sedang mengembangkan kanal YouTube-nya.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
109
12. Arletta Shaffira Takwim Arletta Shaffira lahir di Tangerang, 18 Februari 1998. Alumni D4 Animasi di Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta. Penulis merupakan seorang ilustrator sekaligus desainer grafis. Tulisan-tulisannya biasa ia tuangkan ke dalam bentuk karya visual. Saat ini, penulis berdomisili di Tangerang Selatan. Temukan Arletta Shaffira lewat akun sosial media Instagram dan Twitter @arlettashaffira 13. Siti Nurlaela Siti Nur Laela lahir di Jakarta, 27 Agustus 1978. Ia pernah bekerja sebagai redaksi di majalah anak Bee Magazine. Ia pernah pula mengajar di sebuah rumah belajar sebelum pandemi Covid-19 merebak. Beberapa cerpen dan dongengnya pernah dimuat di majalah Bobo dan rubrik Nusantara Bertutur Koran Kompas. Kini ia banyak meluangkan waktunya berkebun di pekarangan rumah. 14. Eka Nurul Hayat Eka Nurul Hayat, lahir dan tumbuh di desa yang dikelilingi sungai mistis Ciberang. mengajar Bahasa Inggris di SMKN 1 Sajira, dan bergiat di Komunitas Literasi Akar Pohon. Pernah menulis buku puisi berjudul “Gerimis Yang Pemalu”. Cerpennya yang berjudul “Aku Tidak Bisa Pulang Malam Ini” masuk nominasi 20 cerpen terbaik FSM 2019. Saat ini sedang lebih banyak di rumah untuk mengurus bayi laki-lakinya yang baru berusia tiga bulan. 15. Nazwa Yuliana Nazwa Yuliana, begitulah nama lengkapnya. Sering disapa Awa, dengan nama pena ufuk timur. Lahir di Banten, 15 Juni 2004. SMAN 2 RANGKASBITUNG, menjadi sekolah lanjutannya dan saat ini duduk di bangku kelas satu. Dirinya tak asing lagi dengan berbagai perlombaan. Mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, bahkan pernah sampai ke nasional. Berbagai prestasi yang telah diraihnya sampai saat ini hanya titipan dari Sang Maha Pencipta. Tak ada 110
Festival Seni Multatuli 2021
yang patut dibanggakan, ia hanya sebutir pasir dari luasnya pantai. Berawal dari kegemarannya dalam bidang menulis, sehingga bisa menghasilkan beberapa karya. Isinya tidak sehebat penulis handal, namun semoga cukup untuk membuat para pembaca terhibur dan mengambil pelajaran dari apa yang diceritakan. Ia menjuluki dirinya sendiri sebagai, “Gadis Sejuta Mimpi.” Menurutnya, hanya mimpi yang bisa membuat kita terus bertahan dari kerasnya kehidupan dengan mimpi pula ia bisa berpetualang untuk menjadi ini dan itu walaupun masih sebatas angan. Berkat kerja keras, ikhtiar dan berdoa, ia yakin bisa mewujudkannya. Dalam hidup ini, tak ada yang tak mungkin jika mau berusaha. Bagi yang penasaran bagaimana kesehariannya atau ingin menyapanya, bisa kunjungi media sosial dengan nama: Instagram: @nazwayln15, Facebook: Nazwa Yuliana, E-mail:
[email protected],Serta akun wattpadnya yaitu,” Azwana06.” Terima kasih dan salam literasi! 16. Nurdini Nurdini atau disapa Dini lahir di Jakarta, 08 April 1994. Saat ini, ia berdomisili di Bogor. Ia merupakan lulusan D3 Prodi Penerbitan di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan S1 Desain Komunikasi Visual di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Ia sangat menyukai dunia menulis dan menggambar, serta menyukai dunia anak-anak. Ia pernah membuat beberapa tulisan mengenai cerita anak salah satunya pernah membuat ilustrasi & cerita pendek cerita rakyat “Si Kelingking” untuk Dongeng digital (Digitale.app). Selain itu, ia pernah menjadi penulis lepas artikel otomotif di Otofreak & sekarang aktif sebagai Desain Grafis. Pembaca dapat menghubunginya melalui email
[email protected] atau Instagram @dininrr. 17. Dede Nurhalimah Lebih sering di panggil Bude, Pustakawan sekolah juga ibu rumah tangga yang sedang menumpang hidup di Lebak.
Curug Munding, Kerbau, dan Burung Jalak
111
18. Dinda Eka Savitri Dinda Ekas, adalah nama pena pilihan penulis yang diselipkan dalam setiap tulisan-tulisannya. Seorang istri dan ibu yang selalu memiliki keinginan kuat untuk terus belajar ini, lahir di kota Bandung 13 Juni 1995. Sedari duduk di bangku SD sudah memiliki cita-cita seperti ibunya, ingin menjadi seorang guru, maka ia menyelesaikan program S1 pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. Pada masa itulah ia lebih mendalami ketertarikannya pada dunia menulis dan teater dengan bergabung bersama Teater Gates dan relawan TBM Kedai Proses. Meski telah berkeluarga dan mengajar, ia tak pernah menyurutkan kecintaannya pada dunia menulis. 19. Siti Hanna Sumedi Dilahir di Lebak Banten pada tanggal 06 Desember 1995. Saat ini, Ia sedang menempuh pendidikan S2 Pendidikan Bahasa Inggris di UNJ. Ia adalah seorang yang sangat gemar membaca berbagai karya ilmiah dan karya fiksi. Selain itu, Ia juga sangat gemar menulis berbagai artikel seputar pendidikan dan literasi. Banyak dari Artikel karyanya yang telah diterbitkan di Jurnal Nasional dan Jurnal Internasional. Baginya, menulis adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan pribadi, sosial, dan masyarakat. 20. Winata Faturahman Dilahirkan di Yogyakarta 30 tahun silam . Mulai senang dengan dunia menulis saat mengambil kuliah sarjana di salah satu perguruan tinggi seni di Yogyakarta. Berawal dari tugas salah satu mata kuliah yang mengharuskan untuk membuat naskah cerita, penulis mulai gemar menulis naskah-naskah cerita untuk film pendek tugas kuliah. Karena kebiasaan itulah, menulis cerita menjadi hobi yang hanya disimpan oleh penulis. Senang dengan dunia anak kecil menjadikan dorongan lain untuk penulis menulis cerita tentang anak-anak. blog per-nah menjadi salah satu media penulis untuk menuangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Walaupun sekarang tidak pernah menulis lagi di blog, namun penulis tetap mempunyai semangat dengan dunia literasi untuk berbagi pengalaman melalui cerita. 112
Festival Seni Multatuli 2021