BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN 2 Flipbook PDF


37 downloads 107 Views 908KB Size

Story Transcript

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

0

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

@2023, Penerbit UNIMED, Medan Judul Buku

: Psikologi Pendidikan

Penerbit

: UNIMED Jl. Kenangan, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

i

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR Buku Psikologi Pendidikan ini disusun kepada komposisi pendidik, khususnya kompetensi pedagogi. Materinya didasarkan pada standar isi pendidik calon guru. Tujuan penulisan buku ini adalah menyediakan panduan bagi mahasiswa dalam mengembangkan wawasan, keterampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus menerapkan langsung teknologi belajar di dalam perkuliahan. Beberapa perangkat pembelajaran: garis-garis besar program perkuliahan, kontrak belajar, tujuan pembelajaran, konsep materi, latiham, tugas-tugas, rangkuman dan daftar Pustaka disediakan untuk membantu mahasiswa dalam merencanakan kegiatan belajar harian, mingguan baik secara mandiri maupun bersama-sama dalam kelompok. Buku ini berisi konsep materi esensial. Mahasiswa dapat memperluas dan memperdalamnya dari sumber lain. Diharapkan mahasiswa dapat menstruktur pola pikirnya tentang belajar dan pembelajaran agar dapat melaksanakannya secara efektif. Selain itu diharapkan juga masukan-masukan dari mahasiswa dan pembaca sebagai bahan untuk merevisi buku ini kelak. Pada cetakan ke-5 buku ini telah direvisi, terutama pada bagian perkembangan dan belajar, motivasi belajar dan desain pembelajaran.

Medan, Januari 2023

Isyrofirrahmah

ii

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1 A.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN .................................................................................................. 2

B.

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN ................................................................ 4

C.

Memahami Peran Psikologi Pendidikan .................................................................................... 5

D.

Definisi Pendidikan ............................................................................................................... 8

BAB II .................................................................................................................................................. 9 BELAJAR ............................................................................................................................................ 9 A.

BELAJAR ............................................................................................................................... 10

B.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar ......................................................................................... 15

C.

Teori Belajar Dalam Pendidikan ............................................................................................. 15

BAB III .............................................................................................................................................. 16 KARATERISTIK BELAJAR ............................................................................................................. 16 A.

Inteligensi ................................................................................................................................ 17

B.

Gaya Belajar ............................................................................................................................ 19

C.

Gaya Berfikir ........................................................................................................................... 20

D. Gaya Perilaku (tempramen)........................................................................................................ 22 D.

Pendidikan Anak Berbakat .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 25 Sri Milfsyrtty, D. (2023). Psikolgi Pendidikan. Medan: PPs Unimed. ................................................ 25

iii

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Psikologi pendidikan membantu pendidik untuk menjadi profesional yang efektif dalam pembelajaran, berbahagia menjalankan tugasnya serta dapat diteladani kemuliaan pribadinya. Sejalan dengan level enam dalam Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia materi dibuku ini dirancang untuk menghasilkan capaian pembelajaran sesuai domain sikap, pengetahuan dan keterampilan.

BAB 1 1

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namun, definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri yakni ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang memfokuskan perhatiannnya pada proses belajar dan pembelajaran; menerapkan metode dan teori psikologi dan menjadikannya teori secara berkesesuaian (Woolfolk, 2007). Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan pembelajaran. Istilah psikologi pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah frasa yaitu, psikologi dan pendidikan. Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai individu dan anggota kelompok serta pengaruh yang muncul dari hubungan individu tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Pengertian pendidikan menurut Sugihartono dkk(2007:3-4), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang di lakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan. Sehingga pengertian psikologi pendidikan adalah membahas tentang proses belajar mengajar , terutama bagaimana seharusnya siswa belajar, guru mengajar, serta bagaimana proses belajar mengajar seharusnya dilakukan. Pendidikan dan psikologi diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pen didikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konse ling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.Dalam menjalankan peran yang multifungsi, guru sangat dituntut untuk memahami berbagai aspek perilaku, baik perilaku dirinya sendiri maupun perilaku orang-orang yang berkaitan dengan tugasnya tersebut. Jadi, dalam menjalankan tugas mutifungsi nya tersebut, guru dapat memberikan sumbangan yang efektif terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah atau di tem pat pendidikan lainnya. 2

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Berdasarkan uraian diatas mengenai pendidikan, mendidik dan psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa makna esensial perlunya pengkajian psikologi pendidikan adalah agar pendidik dapat melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara profesional didasarkan pada landasan filosofi pendidikan, teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah teruji secara empirik. 1. Psikologi Secara Umum Psikologi dalam istilah disebut sebagai ilmu jiwa, berasal dari bahasa Inggris yakni psycology. psycology merupakan dua akar kata yang berhubungan dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa logo yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Psikologi mengalami perkembangan dalam artinya. Ini disebabkan karena pengertian tentang jiwa dan tidak pernah ada titik temu sejak dahulu. 2. Sejarah psikologi dapat dibagi dalam beberapa periode yaitu: a. Psikologi pra-sistematik yang setua sejarah manusia dan terdiri dari renunganrenungan yang secara relatif tak tertata yang didasarkan kepada ide keagamaan dan mitologis. b. Psikologi sistematik yang berawal sekitar tahun 400 SM dimulai oleh Plato dan berisi renungan-renungan yang teratur secara rasional. c. Psikologi ilmiah yang bermula menjelang akhir abad ke-19 dan mengandung simpulansimpulan yang faktual yang bisa didefinisikan dan merupakan suatu satuan ilmu tersendiri. 3. Psikologi Multidisipliner Ilmu Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu lain dan sebaliknya, ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi. a. Psikologi dengan sosiologi, b. Psikologi dengan ilmu politik, c. Psikologi dengan ilmu komunikasi, d. Psikologi dengan biologi, e. Psikologi dengan ilmu alam, f. Psikologi dengan filsafat, g. Psikologi dengan ilmu pendidikan 4. Definisi Psikologi Pendidikan Menurut Crow & Crow dalam bukunya dengan judul “Educational Psychology” menerangkan bahwa: Educational Psychology describes and explains the learning 3

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

experiences of an individual from birth through old age. Its subject matter is concerned with the conditions that affect learnin. Psikologi pendidikan merupakan pengalaman belajar artinya segala perubahan yang terjadi atau dilakukan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berakhlak menjadi berakhlak. 4. Tokoh Perkembangan Psikologi Pendidikan  William James.  John Dewey.  E.L Thorndike.

B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN Psikologi pendidikan pada dasarnya adalah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Hasil penyelidikan dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang dapat diterapkan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar, proses mengajar, dan proses mengajar belajar. Crow & Crow mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan faktafakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah dalam hal ini data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan, yang demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, sebagai berikut: a. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar. b. Sifat-sifat dan proses belajar. c. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar. d. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar. e. Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar. f. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar. g. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar. h. Pengaruh/akibat relative dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalamanpengalaman belajar yang incidental dan informal terhadap suatu individu. i. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah. 4

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

j. Akibat/pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi psikologi pada siswa.

C. Memahami Peran Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan sebagai landasan memiliki peran penting dalam pengembangan teori dan praktik pendidikan, pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian. Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektifitas proses pendidikan. Psikologi pendidikan memberi dasar kerja bagi proses pendidikan serta pengkajian dalam mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik dipandang sebagau subjek yang memiliki potensi dan memiliki potensi dan memiliki posisi sentral dalam proses perjalanan. Peserta didik dalam konteks implementasi psikologi pendidikan mendapat tempat secara benar, di mana peserta didik dihargai dengan baik dari aspek latar belakang, potensi, harga diri, dorongan untuk percaya diri, kemandirian dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Ini memberi kontribusi terhadap pengembangan orang tua. 1. Perkembangan Otak a. Definisi Perkembangan Otak Otak merupakan organ kecil yang tersimpan didalam batok kepala yang merupakan pusat sistem syaraf dan berfungsi sebagai pusat kendali dan koordinasi seluruh aktifitas biologis, fisik, dan sosial dari seluruh tubuh. Batok kepala manusia rata-rata mampu menampung volume sekitar 1700 ml yang berisi 1400 ml (80%) otak, 150 ml (10%) darah, dan 150 ml (10%) cairan otak. Manusia terlahir dengan struktur otak yang sempurna dengan berat sekitar 1300-1400 gram (2% berat tubuh). Otak merupakan sumber dari seluruh pemikiran, perasaan, keinginan, dan juga merupakan penjaga memori kita. Menurut Dryden, otak mengalami perkembangan secara pesat pada tahun awal dan membagi perkembangan otak pada masa awal hingga usia 12 tahun ke dalam 6 rentang perkembangan:

5

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

a) Menjelang awal kelahiran: anak dalam usia menjelang kelahiran memiliki 100 miliar sel optak aktif dan mereka menjalis sekitar 50 triliun hubungan dengan selsel otak lain dan bagian tubuh lainnya. b) Bulan awal: bayi mulai bereaksi terhadap lingkungan, mengembangkan hubungan sinaptik baru dengan kecepatan 3 miliar perdetik. c) Mnejelang 6 bulan pertama: bayi berbicara dengan menggunakan semua bahasa didunia, namun kemudian akan berbicara hanya dengan menggunakan bahasa yang dia ambil dari lingkungan, khususnya bahasa ibu, otaknya membangun keterampilan berbicara dengan bahasa yang dia tidak dengar. d) Menjelang 8 bulan: otak bayi memiliki 1000 triliun hubungan. Sesudah itu jumlah hubungan mulai menurun, kecuali di hadapkan pada rangsangan di semua indranya. e) Menjelang 10 tahun: sebagian hubungan telah mati pada kebnyakan anak, namun masih meninggalkan sekitar 500 triliun yang akan bertahan sepanjang hidupnya. f) Sampai usia 12 tahun: otak kini dilihat seperti spons super yang paling banyak menyerap sejak kelahiran hingga usia 12 tahun. Lalu spons itu tidak lagi menyerap dan kebanyakan arsitektur fundamental otak sudah sempurna. 2. Bagian dan Fungsi Otak b. Cerebrum (Otak Besar) Otak besar (Cerebrum) merupakan pusat syaraf utama yang berfungsi untuk pengaturan semua aktivitas tubuh, berkaitan dengan kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. c. Lymbic system Sistem limbik secara filogenetik kuno terdiri atas beberapa struktur kortikikal dan sub kortikal, dengan koneksi yang kompleks dan luas. Hal ini yang menjadi dasar neuralis terhadap aspek naluri dan emosi dari perilaku serta fungsi ingatan. Sistem ini kaya interkoneksi dengan hipotalamus dimana kondisi emosi dipengaruhi oleh, perubahan kondisi fisiologis dan biokimia. Namun sitem limbic berasal; dari lokasi beberapa komponen utama yang terletak pada pinggiran medial dari grand lobe dan beberapa serabut utama dari jaras-jaras yang diproyeksikan ke hipotalamu. Sistim limbik ini terletak di tengah otak yang fungsinya bersifat emosional dan kognitif. Perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar dikendalikan oleh sistim limbik. Sistem ini juga merupakan panel control yang menggunakan informasi panca indra untuk 6

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

selanjutnya didistribusikan kebagian neokorteks. Neokorteks adalah bagian otak yang menyimpan kecerdasan yang lebih tinggi. Penalaran, berfikir secara intelektual, pembuatan keputusan, bahasa, perilaku yang baik, kendali motorik sadar dan penciptaan gagasan (ide) berasal dari pengaturan neokorteks. 2. Neurosains Neurosains adalah sistem ilmu baru yang mempelajari tentang sistem kerja syaraf. Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistem syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan pendekatan multidisipliner. Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasardasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya. 3. Neurospiritual Spiritualitas merupakan buah dari perilaku dan emosi yang baik, kemudian kebaikan tersebut menjelma menjadi spektrum yang bersifat transenden. Maksud spiritualitas manusia adalah bagaimana dapat merasakan pengalaman meaning, value, dan purpose sehingga kehidupan dapat menuju pada keadaan transenden serta termanifestasikan untuk orang lain. 4. Neurosains dan Pengembangkan Kreatifitas Dalam buku Inovasi Belajar dan Pembelajaran, Asrori menjelaskan kata “kreatif” berasal dari bahasa latin “crate” berarti menyebabkan tumbuh: Menghasilkan, menciptakan, mengeluarkan. Kreativitas dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan-gagasan yang baru dan berguna. Menurut Barron, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Rogers mendefinisikan kreativitas ialah kemampuan yang menandai ciri-ciri orang kreatif. Terdapat dua ciri mengenai cara berfikir kreatif menurut Guilford yaitu cara berfikir konvergen, merupakan cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Dan ciri cara berfikir selanjutnya ialah berfikir divergen, ialah kemampuan individu untuk mencari alternatif jawaban terhadap sebuah persoalan.

7

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

D. Definisi Pendidikan Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat emahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami Dalam pandangannya tentang filsafat ilmu pengetahuan, Locke mengemukakan tentang beberapa tujuan dari pendidikan, yakni: Pertama, pendidikan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmran setiap manusia (bangsa). Oleh sebab itu, sebagai bagian akhir dari pendidikan, pengethauan hendaknya membantu manusia untuk memperoleh kebenaran,keutamaan, dan kebijaksanaan hidup. Kedua, pendidikan juga bertujuan untuk mencapai kecerdasan setiap individu dalam menguasai ilmu pengetahuan sesuai dengan tingkatannya. Dalam konteks itu, Locke melihat pengetahuan sebagai usaha untuk memberantas kebodohan dalam hidup masyarakat. Setiap manusia diarahkan pada usaha untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Ketiga, pendidikan juga menyediakan karakter dasar dari kebutuhan manusia untuk menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab. Dalam arti ini, pengetahuan dilihat oleh John Locke sebagai sarana untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang bermoralk. Seluruh tingkah laku diarahkan pada usaha untuk membentuk pribadi manusia yang baik, dengan karakter dasar sendiri sejak diciptakan. Keempat, pendidikan menjadi sarana dan usaha untuk memelihara dan memperbaharui sistem pemerintahan yang ada.

8

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB II BELAJAR

BAB 1I 9

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. BELAJAR Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Akan tetapi kematangan distimulasi oleh faktor belajar dan sebaliknya belajar tidak efektif jika diberikan tak sesuai dengan kematangan yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu. Pembelajaran diibaratkan sebagai bantuan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi proses belajar. Jika ingin membantu perserta didik belajar untuk menguasai keterampilan tertentu maka guru dapat memfasilitasinya dengan strategi modelling. Peserta didik dapat berlatih terus menerus hingga keterampilan tersebut dikuasainya. Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan proses perkembangan. Domain perkembangan tersebut antara lain adalah perkembangan fisik motorik, kognitif, psikososial, sosialemosional dan moral. Semua tahapan perkembangan ini terpengaruh terhadap kesiapan belajar peserta didik. Oleh karena itu, pendidik perlu memahami bagaimana keadaan perkembangan peserta didik secara umum dan spesifik pada tiap domain perkembangan. Pemahaman ini memungkinkan pendidik untuk membantu peserta didik mendapatkan informasi sesuai dengan yang diperlukannya dan membantu peserta didik melewati dan mencapai tahapan perkembangan yang seharusnya dimasuki peserta didik sesuai dengan tingkatan usia. Secara umum pendidik dapat memahami tingkat kesiapan peserta didik dalam belajar berdasarkan teori yang dimaksud. Sehingga, upaya pembelajaran yang dilakukan peserta didik dapat diproses. 1. Belajar vs Kematangan Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya. Namun tidak semua perubahan ini disebabkan proses belajar. melainkan ada juga yang disebabkan kematangan (maturation). Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak sudah mampu berjalan pada usia dua tahun. Kondisi motorik yang diperlukan anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut. Akan tetapi seorang anak tidak akan otomatis mampu membaca pada usia enam tahun, jika tidak mempelajari cara membaca meskipun kematangan kognitif ini sudah tercapai pada tahap tersebut. Kemudian, dalam proses perkembangan ada masa peka yang memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu terlewatkan maka kemampuan yang didukung masa peka tersebut akan terganggu pada usia selanjutnya. Misalnya, masa 10

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

peka untuk perkembangan sensasi terhadap rentang jarak, tumbuh sekitar tiga tahun melalui aktivitas melompat dan berlari. Akan tetapi jika di usia tersebut anak tidak punya pengalaman yang mengasyikkan tentang aktivitas tersebut misalnya, anak hanya duduk bermain, maka kecenderungannya di usia dewasa akan sering mengalami masalah ketika melompati sesuatu, menaiki tangga, mengatur jarak dalam berkendaraan. 2. Otak Belajar Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan untuk memproses berbagai informasi. Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang kompleks. Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak disebabkan oleh myelination yaitu sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat. sekat. Myelination dalam daerah otak berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan. Perkembangannya baru lengkap hingga anak berusia empat tahun Sedangkan myelination yang diperlukan dalam memfokuskan perhatian baru akan lengkap perkembangannya di usia akhir Sekolah Dasar. Hal ini berimplikasi bahwa anak-anak sulit untuk mempertahankan perhatian pada jangka waktu lama. Perhatian mereka akan meningkat sejalan dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu di dalam belajar anak memerlukan segmen istirahat di antara mata pelajaran di sekolah untuk membantu menjaga energi dan motivasi anak untuk belajar. Jaringan otak perlu distimulasi agar terjadi myelination. Jaringan otak yang mendapat stimulasi akan mencapai perkembangannya sekitar 80% pada usia 3 tahun dan 85% usia 6 tahun dan mencapai 90% pada usia 10 tahun. Perkembangan otak erat kaitannya dengan perkembangan kognitif yang diperlukan untuk belajar. Sehingga saat ini dikenal pembelajaran berbasis gelombang otak. 3. Perkembangan dan Belajar Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berpikir. Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah 11

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Piaget. Perkembangan kognitif di dalam teori kognitif Piaget mencakup proses-proses yaitu skema, assimilasi, akomodasi, organisasi dan squiblibrasi. Skema adalah konsep kerangka kognitif atau kerangka referensi yang ada di dalam

pikiran

seseorang

yang

dipakai

untuk

mengorganisasikan

dan

menginterpretasikan informasi. Ketika individu memasukkan pengetahuan yang baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada di dalam skema maka proses mental itu disebut asimilasi. Ketika suatu informasi yang diterima individu melalui proses assimilasi kurang sesuai dengan skema yang ada maka di dalam diri individu terjadi proses mental penyesuaian diri dengan informasi baru dan ini disebut dengan akomodasi. Piaget mengatakan bahwa untuk memahami dunianya secara kognitif individu akan mengelompokkan perilaku yang terpisah ke dalam sistem kognitif yang lebih tertib dan lancar, pengelompokan atau penataan perilaku ke dalam kategori-kategori. Proses mental ini disebut dengan organisasi. Penggunaan organisasi akan dapat meningkatkan kemampuan memori jangka panjang. Mekanisme bagaimana individu bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya disebut equilibrium. Pergeseran ini terjadi pada saat individu mengalami kognitif disequilibrium dalam usahanya untuk memahami dunianya. Pada akhirnya, individu memecahkan konflik dan mendapatkan keseimbangan pemikiran. 4. Perkembangan Bahasa dan Belajar Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan atau simbol. Semua bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks dan pragmatis. Fonologi merupakan sistem suara bahasa. Morfologi, aturan untuk mengombinasikan morfem yang merupakan serangkaian suara yang bermakna yang merupakan kesatuan bahsa terkecil. Sedang sintaksis adalah cara kata yang PSIKOLOGI PENIDIKAN dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Sematik merupakan makna kata dan kalimat dan pragmatis adalah penggunaan percakapan yang tepat. Noam

Chomsky

(1957)

mengemukakan

bahwa

manusia

cenderung

mempelajari bahasa pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Bukti paling kuat untuk basis biologi dari bahasa adalah bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai titik penting dalam berbahasa pada saat yang hampir sama, meskipun ada banyak variasi

12

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

dalam input bahasa yang mereka terima. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi faktor biologi dan sosial pada saat mereka berinteraksi. Vigotsky menetapkan bahasa sebagai alat kultural dalam pengembangan kognitif. Peserta didik dapat menggunakan inner spech dalam penyelesaian proses belajarnya. Scalfolding ataupun dalam assisted learning (belajar dengan bimbingan) bahasa sangat bermain peran. Orang-orang dewasa yang berada di lingkungan anak dapat menjadi funds of knowledge (sumber belajar) bagi anak- anak di bidang pekerjaan, rumah tangga dan kehidupan beragama. Di sinilah peran bahasa, simbol dan angka menjadi sangat diperlukan untuk membantu anak menyelesaikan persoalan belajarnya. 5. Perkembangan Sosial dan Belajar Perkembangan social mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Termasuk di dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negative seperti agressifitas dan kekerasan. Perkembangan sosial yang sangat relevan dibahas di dalam konteks sosial di sekolah adalah (1) perubahan konsep diri (self concept) dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik, (2) perubahan kebutuhan dasar dan motif personal, (3) perubahan pada sense tentang hubungan dan tanggungjawab. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan social dapat dijelaskan melalui teori ekologi yang dikembangan Bronfenbrenner (1917-2000). Fokus utama teori ini adalah konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Pada teori ini dikemukakan lima sistem lingkungan yang merentang interaksi interpersonal sampai kepada kultur yang lebih luas. Sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. 6. Perkembangan Moral Sejalan dengan perkembangan Theory of Mind and intensi pada anak. maka berkembang juga di dalam diri mereka perkembangan perasan benar dan salah. Hal ini berhubungan dengan penalaran moral (moral reasoning) yaitu pikiran tentang benar dan salah serta konstruksi aktif pertimbangan moral (moral judgement). Damon 1995 mengemukakan bahwa perkembangan moral yang paling awal yang berlangsung di dalam kelas-kelas di sekolah adalah moral untuk berbagi dalam menggunakan bahanbahan ataupun perlengkapan sekolah secara bersama-sama (distributive justice). Bagi 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

anak-anak usia lima tahun distribusi yang adil didasarkan pada persamaan jumlah pembagian. Mereka akan merasa diperlakukan tidak adil jika kawannya mendapatkan lebih banyak dari yang didapatkannya. Pada perkembangan berikutnya baru mereka mampu mengenali bahwa sebagian orang mestinya mendapatkan lebih banyak berdasarkan kepantasan, misalnya orang berkerja lebih keras atau tampil lebih baik sehingga pantas mendapat lebih banyak. Sekitar umur delapan tahun anak-anak mampu melihat perlunya mempertimbangkan sesuatu berdasarkan kebajikan. Mereka dapat memahami bahwa sebagian siswa pantas mendapatkan lebih banyak waktu dan perhatian guru karena mereka berkebutuhan khusus. Bidang lain yang memerlukan pertimbangan moral adalah pemahaman tentang aturan. Bagi anak-anak usia 5-6 tahun aturan tentang tingkah laku misalnya dalam bermain bersifat mutlak dan tidak dapat diubah. Bila suatu aturan dilanggar, anak percaya bahwa hukuman harus sebanding

dengan

besar

kerusakan

yang

diakibatkannya. Misalnya, hukuman untuk anak yang memecahkan tiga gelas harus lebih besar daripada anak yang memecahkan satu gelas. Konsep moral ini disebut Piaget (1965) dengan realisme moral. Carol Giligan mengkritisi teori penalaran moral Kohlberg dengan mengatakan bahwa perkembangan individu bergerak dari fokus kepentingannya: ke penalaran moral yang didasarkan komitmen terhadap individu-individu dan hubungan-hubungan tertentu dan setelah itu naik ke tingkat tertinggi moralitas yang didasarkan pada prinsip tangungjawab dengan kepedulian pada semua orang. Perilaku moral dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialaminya. Orang-orang dewasa mula-mula mengendalikan perilaku anak-anak melalui instruksi, supervisi, hadiah dan hukuman serta koreksi langsung. Pengaruh lainnya adalah modeling. Anak-anak yang secara konsisten diperlakukan dengan perhatian, kemurahan hati akan cenderung lebih peduli pada hak-hak dan perasaan orang lain. Masalah perilaku yang berkaitan dengan moral yang lazim di sekolah adalah menyontek. Hasil penelitian awal tentang menyontek tidak berhubungan dengan ketidakjujuran individu secara umum (Burton, 1963). Siswa yang menyontek matematika tidak otomatis menjadi orang yang memang pembohong atau pengutil di super market. Anak laki-laki secara umum lebih banyak menyontek dari perempuan dan siswa yang berprestasi lebih rendah juga lebih banyak menyontek dari yang tinggi,

14

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

siswa yang memiliki efikasi diri atau keyakinan diri akademik yang rendah juga cenderung lebih banyak menyontek. Perilaku menyontek juga berhubungan dengan faktor situasi. Siswa yang diberikan tes dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang sempit dan kurang mendapat perhatian guru cenderung untuk menyontek. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan perilaku menyontek adalah dengan menghindari siswa mendapat situasi tekanan, mempersiapkan mereka untuk ujian dengan mengerjakan tugas latihan dalam waktu yang cukup, menekankan pada aspek belajar daripada nilai sehingga siswa dapat mengerjakan tugas-tugasnya dengan aman tanpa harus menyontek. Bantuan-bantuan yang diberikan kepada siswa terhadap kesulitan belajarnya sebelum ujian akan membantu siswa memahami pelajaran sehingga mereka menolak godaan untuk menyontek.

B. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Ngalim Purwanto faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu: Faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (intern) yang meliputi faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2. Faktor yang ada di luar individu (ekstern) antara lain meliputi faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia.

C. Teori Belajar Dalam Pendidikan 1. Teori Belajar Behaviorisme 2. Teori Belajar Kognitivisme 3. Teori belajar konstruktivisme 4. Teori Belajar Humanisme

15

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB III KARATERISTIK BELAJAR

BAB III 16

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Inteligensi Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Pada tahun 1916 Lewis Madison mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir abstrak. Tahun 1941, George D.Stoddard menyebut inteligensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan:1) mengandung kesukaran, 2) kompleks yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah, 3) abstrak, yaitu mengandung simbol- simbol yang memerlukan analisis dan interprestasi, 4) ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efisien dari segi penggunaan waktu, 5) diarahkan pada sutu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas, 6) mempunyai nilai sosial yaitu cara dan hasil pemecahan masalah yang dapat diterima oleh nilai dan norma sosial dan 7) berasal dari sumbernya yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tahun 1946. Dari berbagai definisi tentang inteligensi dapat diambil suatu pemahaman yang sama bahwa inteligensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran dengan jernih, pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat, kemampuan menyelesaikan masalal secara optimal. Tinggi rendahnya tingkat inteligensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan sesorang dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Angka normatif tes inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai dengan inteligence quotient (IQ). Meskipun tidak semua tes inteligensi akan menghasilkan angka 1Q melainkan ada yang memberikan klassifikasi tingkat inteligensi seperti level III berarti normal. Istilah inteligensi diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh William Stem (Jerman), kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat ini IQ resmi digunakan. 17

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Ketika pertama kali digunakan perhitungan IQ digunakan dengan rumus. Implikasi model distribusi normal terhadap tingkat inteligensi adalah persentase terbesar populasi berada pada sekitar mean yaitu antara 90-110. Semakin jauh ke kiri semakin rendah dan semakin jauh ke kanan semakin tinggi. Persentase populasi yang ada akan semakin kecil. Artinya persentase orang yang mempunyai IQ yang tinggi sekali akan sama kecilnya dengan persentase orang yang memiliki 10 rendah sekali. Beberapa ciri yang dimiliki oleh individu yang sangat tinggi atau superior berdasarkan penelitian Wolf &Steven 1982 yaitu: cepat belajar, berminat membaca biografi, punya kecenderungan ilmiah, telah dapat membaca sebelum masuk sekolah, suka belajar, punya penalaran abstak yang baik, mampu berbicara dengan baik, tulisan tangannya jelek, tunggal, sulung, Lahir dari pasangan suami istri agak tua, penyesuaiannya baik, sehat jasmani, punya skor tinggi dalam berbagai prestasi, imajinasi baik, tingkat energi tinggi. Seorang yang dikatakan late developer adalah seseorang yang pada tahunpertama dalam hidupnya memiliki IQ di bawah normal tetapi mengalami kenaikan nilai IQ menjadi normal atau melebihinya. Tes inteligensi tidak dapat membedakan slow learner dan late learner. Oleh karena itu sangat perlu hati-hati dalam menginterpretasikan nilai 1Q. Kemudian 1Q juga tidak dapat mengukur aspek perkembangan mental secara menyeluruh hanya secara umum, sehingga diperlukan pengukuran lainnya. Misalnya, kreativitas tidak dapat diukur dengan IQ. Kondisi lain lagi, dua orang individu yang memiliki IQ yang sama tidak berarti perkembangan mental keduanya sama karena nilai tersebut adalah penjumlahan dari skor yang berbeda-beda. Dalam menggunakan IQ untuk memprediksi hasil belajar juga perlu dilakukan secara hati-hati karena hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diperoleh dari belajar sedangkan inteligensi adalah kemampuan potensial yang digunakan untuk memperkirakan keberhasilan individu kalau dia belajar. Jadi dalam memprediksi keberhasilan di sekolah tes prestasi belajar lebih mampu menjadi prediktor dibanding dengan IQ. Tetapi bila terjadi situasi yang sangat berbeda, misalnya pindah sekolah ke sekolah yang sangat berbeda situasinya, maka IQ lebih mampu memprediksi keberhasilan daripada prestasi belajar. Howard Gardner merumuskan teori inteligensi ganda (multiple inteligence). Pertama adalah inteligensi linguistik digunakan untuk membaca dan menulis. Kedua inteligensi matematik logis yaitu yang digunakan untuk memecahkan masalah 18

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

berbentuk logika simbolis dan abstrak. Ketiga, inteligensi spasial yaitu yang digunakan dalam mencari cara berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Keempat inteligensi musik berfungsi dalam menyusun lagu, menyanyi, memainkan alat musik ataupun mendengarkan musik. Kelima, inteligensi kelincahan tubuh yang diperlukan dalam aktivitas atletik, menari, berjalan dan mengendalikan tubuh. Keenam, inteligensi interpersonal yaitu yang digunakan dalam berkomunikasi, saling memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Inteligensi intrapersonal yaitu inteligensi yang sangat dibutuhkan dalam memahami diri sendiri, merupakan kepekaan seseorang akan suasana hati dan kecakapannya sendiri.

B. Gaya Belajar Berikut ini konsep belajar yang dibahas adalah proses belajar internal yang berlangsung pada diri individu sebagai hasil proses pembelajaran. Pembahasan tentang hal ini diawali dengan memahami terlebih dahulu faktor- faktor yang mempengaruhi individu dalam beraktivitas termasuk belajar. Yaitu, perhatian, pengamatan, pendengaran, perabaan dan penciuman. Semua ini bersumber dari berfungsinya panca indra manusia. Peran pancaindra dalam belajar sangat menentukan. Itulah yang menyebabkan ketika belajar semua alat indra perlu diartikan. Jadi, selain memberi perhatian, mengamati, mendengar, merasakan perlu juga peragaan sehingga semua indra terlibat dan proses belajar internal akan berlangsung dengan baik. Dalam konteks belajar, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih sensitif pada salah satu indranya. Misalnya, ada orang yang lebih mudah menangkap dan meresapkan sesuatu dari penglihatannya dibanding dengan perasaannya. Sejalan dengan kondisi ini, individu dapat digolongkan atas lima tipe pengamatan yaitu tipe visual, auditif, taktil, gustatif dan olfaktoris. Jika kondisi ini dihubungkan dengan proses belajar internal, setiap orang perlu menyeimbangkan ketiga gaya belajar ini di dalam diri.Tidak terpaku pada satu gaya belajar saja. Sebagaimana dikemukakan Gordon Dryden (1996) bahwa jika peserta didik hanya belajar melalui penglihatannya makaperolehannya hanya sebesar 10%, dengan mendengar hanya sebesar 30%, dari penglihatan dan pendengaran sebesar 50%, sedangkan dari yang dikatakan sebesar 70% dan sebesar 90% dari yang dilakukan. 19

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Sedangkan jika ingin mendapatkan hasil 100% adalah dengan mengajarkan pada orang lain pengetahuan yang telah dimilikinya. Seseorang yang bergaya belajar mandiri (field independent) adalah yang berusaha membebaskan diri dari lingkungannya pada saat dia belajar atau pada saat dia membuat keputusan tentang sesuatu hal. Seseorang yang bergaya belajar bergantung (field dependent) adalah yang mudah terpengaruh lingkungan pada saat belajar. Gaya belajar mandiri tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan dimasa lampau. Berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya, tidak peduli akan namanama orang lain. Kurang mementingkan hubungan sosial, tidak memerlukan petunjuk yang terperinci, dapat menerima kritik dengan perbaikan. Didalam mencapai tujuan peserta didik yang memiliki gaya belajar mandiri didorong oleh faktor-faktor yang bersifat menantang dan melihat kegunaan tugas yang sedang dilakukan. Siswa yang memiliki gaya belajar mandiri cenderung ingin meningkatkan rasa ingin tahunya. Pendekatan komunikatif sangat memberikan peluang kepada siswa dengan berbagai kegiatan komunikasi dan permainan yang menarik. Gaya belajar bergantung adalah dipengaruhi lingkungan, banyak bergantung pada pendidikan sewaktu kecil, dididik untuk selalu memperhatikan orang lain, mengingat hal-hal dalam konteks sosial dengan luas, memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan. Mereka harus banyak dibantu oleh guru atau teman- temannya dalam bentuk kerja kelompok. Untuk memberi dorongan kearah yang lebih mandiri siswa memiliki gaya belajar bergantung memerlukan metode pengajaran yang sesuai agar hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Gaya belajar bergantung mempunyai dampak positif yaitu anda bisa mendapatkan gambaran secara keseluruhan, pandangan yang lebih huns, konfigurasi suatu masalah atau gagasan, ataukejadian secara umum. Gaya belajar ini menurut Dunn dipengaruhi oleh 4 faktor dan elemen dasar.

C. Gaya Berfikir Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam dan dangkal. Gaya yang reflektif dan impulsif disebut sebagai tempo konseptual Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam 20

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

memberi respon dan merenungkan akurasi jawaban. Gaya impulsif cenderung spontan, cepat dan menggunakan kebih banyak waktu untuk merespon dan mengakurasi suatu jawaban. Sedangkan individu yang reflektif lebih memungkinkan mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks dan memecahkan problema dan membuat keputusan. Individu yang reflektif lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan standar kinerja tinggi dan cenderung lebih berhasil daripada yang impulsif. Seorang yang impulsif perlu mengembangkan kemampuannya untuk berpikir dulu sebelum memberi respon, memahami terlebih dahulu informasi yang diterimanya dan menyusun rencana untuk mengendalikan impulsivitasnya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi peserta didik yang impulsif adalah : 1. Pantau peserta didik di kelas untuk mengetahui yang implusif. 2. Bicara dengan mereka agar mau meluangkan lebih banyak waktu untuk berfikir sebelum memberikan jawaban. 3. Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya. 4. Jadilah guru bergaya reflektif. 5. Bantu peserta didik untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya. 6. Hargai peserta didik yang impulsif bersedia meluangkan lebih banyak waktu untuk berfikir. Pujilah peningkatan kinerja mereka. 7. Bimbing peserta didik untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsifitasnya. Gaya mendalam dan dangkal berhubungan dengan kemampuan dan kemauan individu mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam) atau sekadar mencari apa-apa yang perlu dipelajari (gaya dangkal). Individu yang belajar dengan menggunakan gaya dangkal cenderung mengalami kesulitan mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Cenderung belajar pasif, seringkali hanya mengingat informasi. Berbeda dengan gaya berpikir mendalam, lebih memungkinkan untuk secara aktif memahami apa- apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat. Dari kedua gaya mendalam dan dangkal, tampaknya gaya dangkal yang berpeluang besar mengalami hambatan dalam belajar. Oleh karena itu, 21

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

individu yang memiliki gaya berpikir dangkal perlu mengembangkan diri agar dapat memahami bahwa belajar bukan hanya mengingat materi akan tetapi yang lebih penting adalah menghubungkan apa yang mereka pelajari sekarang dengan apa yang pernah mereka pelajari di masa lalu, memikirkannya secara mendalam dan meluas. Guru dapat membantu peserta didik yang bergaya belajar dangka agar belajar secara mendalam dengan cara memberi tahu mereka bahwa ada yang lebih penting daripada sekedar mengingat materi pelajaran. Ajukan pertanyaan yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi yang lebih luas, Guru perlu menjadi model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi, Hindari menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak.

D. Gaya Perilaku (tempramen) Tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dapat dikategorikan atas: 1) Gaya perilaku yang mudah. Pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2) Gaya perilaku sulit yaitu yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan lamban dalam menerima pengalaman baru. 3) Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat yaitu yang biasanya beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah. Individu yang memiliki gaya perilaku sulit dan lamban cenderung mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu mereka perlu mengembangkan diri dalam hal memberi perhatian terhadap kecenderungan perilaku belajarnya terutama dalam menghadapi pelajaran yang sulit terutama ketika berada di dalam kelas yang besar. Menghindar dari lingkungan yang memberi cap/label sebagai orang yang "sulit". Strategi yang dapat dipilih pendidik dalam berhubungan dengan tempramen murid (Sanson & Rothbard, 1995): 1. Beri perhatian dan penghargaan pada individualitas. Pendidik perlu peka terhadap isyarat dan kebutuhan peserta didik. Tujuan pembelajaran yang baik mungkin dapat tercapai melalui satu cara dengan satu murid, dan cara lain dengan murid lain, tergantung pada tempramen peserta didik. Beberapa tempramen menimbulkan 22

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya anak yang mudah stress, yang tampak dalam sikapnya yang gampang tersinggung. mungkin menghindar atau enggan berbicara dengan guru. 2. Perhatikan struktur lingkungan peserta didik. Kelas yang penuh dan berisik sering menimbulkan banyakmasalah bagi anak "sulit" ketimbang yang "mudah". Peserta didik yang takut dan suka menjauhi kawan mungkin akan lebih baik masuk secara pelan ke dalam lingkungan atau konteks baru. 3. Waspadailah problem yang dapat muncul apabila memberi cap "sulit" bagi seorang peserta didik dan menyusun paket program untuk "anak sulit". Beberapa buku dan program untuk orang tua dan guru terutama difokuskan pada tempramen anak (Cameron, Hansen, & Rosen, 1989; Turecki & Tonner, 1989). Sebagian besar difokuskan pada peserta didik yang sulit. Akan lebih membatu untuk mengetahui bahwa ada peserta didik yang lebih susah diajar ketimbang yang lain. Nasihat tentang cara menangani temperamen tertentu juga berguna. Akan tetapi, apakah suatu karakter itu termasuk "sulit" atau tidak akan tergantung kepada lingkungannya, jadi problemnya tidak selalu datang dari peserta didik. Melabel peserta didik sebagai anak yang lebih pintar atau kurang pintar biasanya berbahaya. Demikian pula, melabeli anak sebagai anak "sulit" juga berbahaya karena si anak nantinya akan berprilaku sebagaimana label itu. Ingat pula bahwa tempramen dapat diubah sampai pada tingkat tertentu (Sanson & Rothbard, 2002). Gaya berpikir dikelompok atas gaya berpikir sekuensial konkrit (SK), acak konkret (AK), acak abstrak (AA), sekuensial abstrak (SA).

D. Pendidikan Anak Berbakat Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini ada sekitar 10-15% anak berbakat yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka tampak dalam tanda-tanda berikut: a. Kemampuan intelegensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes intelegensi yang sangat tinggi, misal IQ di atas 120. b. Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni dan lain-lain. 23

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

c. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ideide baru. d. Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan memengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok. e. Prestasi – prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain – lain. 1. Pelaksanaan Pendidikan Anak Berbakat

24

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Sri Milfsyrtty, D. (2023). Psikolgi Pendidikan. Medan: PPs Unimed.

25

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.