Eksplorasi Konsep 2 Flipbook PDF

Eksplorasi Konsep 2

23 downloads 101 Views 4MB Size

Story Transcript

Eksplorasi Konsep 2.3. BUDI SETIA BASKARA noted on Pengantar Pembelajaran pada modul ini adalah untuk menuntun CGP agar dapat menjelaskan konsep coaching secara umum, dapat membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training, dapat menjelaskan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat) BUDI SETIA BASKARA noted on Supervisi Akademik Kegiatan Supervisi akademik memiliki tujuan agar dapat memastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan betul-betul berpihak pada murid, selain itu juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Pemimpin sekolah yang baik harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, salah satu pendekatan yang bisa di gunakan yaitu pendekatan coaching BUDI SETIA BASKARA noted on 2.1.1 Konsep Coaching secara Umum Elemen-elemen coaching adalah Coach, coachee, mentoring, training, counseling, consulting. Adapun penerapan prinsip tersebut dilakukan semenjak sebagai wakil kepala sekolah urusan kesiswaan kemudian ketika pandemi covid sampai dengan sekarang lebih banyak mengarah pada pelaksanaan coaching dan consulting baik dengan murid maupun teman sejawat. BUDI SETIA BASKARA noted on Metode Pengembangan Diri 1. Tentang a. mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. b. konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. c. Fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. d. Training merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku pegawai. Pengalaman saya adalah ketika menjadi Wakil Kepala sekolah urusan Kesiswaan. BUDI SETIA BASKARA noted on Tabel Perbedaan antara Coaching, Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training yang menjadi perbedaan antara coaching dengan mentoring adalah dalam bentuk pelayanan dalam memberi bantuannya. Di mana dalam coaching pelayanan yang diberikannya adalah menuntun coachee untuk mencari solusi masalah, sedangkan dalam mentoring membagikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang pernah dialami untuk membantu mengembangkan orang lain.


BUDI SETIA BASKARA noted on 2.1.2 Coaching dalam Konteks Pendidikan Proses coaching dalam proses pendidikan merupakan kegiatan komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, dalam hal ini murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya, sehingga mereka mampu beradaptasi dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. BUDI SETIA BASKARA noted on Paradigma berpikir Among Coaching merupakan suatu proses dalam mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Melalui rangsangan Pertanyaan-pertanyaan reflektif sebagai stimulus yang diberikan diharapkan agar coachee dapat melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. BUDI SETIA BASKARA noted on Materi 2.1 Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching berbeda dengan mentoring, konseling, fasilitasi maupun training. Coaching memiliki tujuan menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki. coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. BUDI SETIA BASKARA noted on Penutup Coaching dalah dapat membantu diri saya sendiri khususnya serta rekan guru-guru pada umumnya dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya agar kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat bukan hanya pada aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajarsaja, tetapi juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, maka akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran Ekplorasi BUDI SETIA BASKARA noted on Pengantar


Supervisi akademik salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat melakukan itu, diperlukan paradigma berpikir bertumbuh dan keberpihakan pada murid. Apa pun pendekatan yang digunakan untuk pengembangan kompetensi, kesemuanya diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.2.1 Paradigma Berpikir Coaching Upaya kita agar dapat membantu rekan sejawat kita dalam mengembangkan kompetensi dirinya menjadi otonom, adalah melalui paradigma berpikir coaching dengan menerapkan prinsip : 1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan BUDI SETIA BASKARA noted on Prinsip Coaching Dalam aktifitas coaching, kita mengenal adanya tiga prinsip coaching yakni ; pertama kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee, kedua proses kreatif dan ketiga mampu memaksimalkan potensi. BUDI SETIA BASKARA noted on Refleksi dalam paradigma Coaching kekuatan saya ada pada mampu melihat peluang baru dan masa depan sedang pada prinsip coaching adalah kemitraan posisi skor insyaallah 8 dan diakhir program CGP ini ditargetkan menjadi 10 BUDI SETIA BASKARA noted on 2.2.3 Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik Tiga prinsip coaching yang perlu kita pegang pada saat kita melakukan percakapan dengan rekan sejawat dalam rangka membantu mereka untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom.supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Prinsip dan paradigma berpikir coaching ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi agar dapat memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. BUDI SETIA BASKARA noted on Materi 2.2 Upaya pengembangan kompetensi diri, salah satu fokusnya adalah agar guru menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang yang mengembangkan. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang


yang sedang kita ajak berinteraksi. Costa dan Garmston (2016) menyampaikan bahwa kita bisa memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. Namun, posisi awal yang kita ambil adalah posisi sebagai seorang coach BUDI SETIA BASKARA noted on Penutup Coaching sebagai sebuah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: 1. dua arah 2. memicu proses berpikir coachee 3. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru Pada saat kita menggunakan prinsip coaching dalam mengembangkan kompetensi diri rekan sejawat, maka percakapan yang berlangsung adalah dua arah. Yang kita lakukan adalah mendengarkan rekan kita dan kemudian melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa dia dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang dia inginkan. Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menjadi otonom karena dalam prosesnya orang yang dikembangkan perlu untuk berpikir ke dalam dirinya untuk mendapat kesadaran diri akan situasi yang dihadapinya BUDI SETIA BASKARA noted on 2.3.1 Kompetensi Inti Coaching Ada kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. Kompetensi inti coaching: 1. Kehadiran Penuh/Presence 2. Mendengarkan Aktif 3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot BUDI SETIA BASKARA noted on Kehadiran Penuh/Presence 1. Pengalaman saya dalam menghadirkan fokus ketika melakukan percakapan dengan orang lain adalah ketika saya melakukan percakapan dengan rekan sejawat terutama ketika membuat rumusan program kegiatan di sekolah dalam menumbuhkan karakter baik/ budaya positif dan manajemen sekolah. 2. yang biasa dilakukan untuk menghadirkan fokus tersebut adalah dengan melakukan teknik STOP, menghadirkan konsentrasi penuh dalam diri agar kita dapat hadir penuh dan sadar utuh ketika menjalani sebuah kegiatan. 3. Pengalaman saya saat hilang fokus di saat sedang melakukan percakapan dengan orang lain adalah ketika terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, ketika suasana atau tempat kurang nyaman sehingga banyak gangguan, dan juga kondisi fisik lelah yang mempengauhi emosional. Yang harus dilakukan untuk mengembalikan fokus adalah dengan melakukan teknik STOP, menghadirkan konsentrasi penuh dalam diri agar kita dapat hadir penuh dan sadar utuh ketika menjalani sebuah kegiatan. BUDI SETIA BASKARA noted on Mendengarkan Aktif


1. a) Yang dirasakan ketika diberi label oleh orang lain adalah menyadarinya b) Kita kembali fokus mendengarkan coachee kita. Karena penilaian kita terhadap kejadian itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana coachee menilai dirinya sendiri. 2. a) Yang saya rasakan ketika orang salah mengartikan apa yang kita sampaikan dalam percakapan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus kepada coachee, b) mengingatkan diri kita bahwa percakapan ini adalah tentang coachee, kejadian yang pernah kita alami, tidak penting/relevan dalam percakapan ini. kita perlu “melepaskan” diri dari emosi tersebut dan berusaha mengembalikan emosi kita ke posisi netral, agar kita tetap bisa menjadi rekan berpikir coachee kita. 3. a)Yang saya rasakan ketika orang lain balik bercerita adalah menyimaknya dengan terbuka, b) mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian agar tetap fokus pada komunikasi dan memberikan apresiasi terhadap penilaian yang dia berikan. BUDI SETIA BASKARA noted on Mengajukan Pertanyaan Berbobot 1. yang terjadi pada diri saya jika terjadi menghadapi pertanyaan-pertanyaan di atas adalah menenangkan diri dan melakukan introspeksi agar mendapatkan kesadaran penuh akan kesalahan atau kekurangan yang terjadi. 2. Yang saya pikirkan adalah melakukan kaji ulang terhadap permasalahan tersebut agar dapat menemukan akar permasalahannya yang kemudian melakukan analisis berbagai alternatif solusi yang bisa dilakukan sebagai pemecahan dari permasalahan tersebut. 3. yang saya rasakan dengan pertanyaan tersebut adalah kegelisahan atau rasa tidak nyaman dengan adanya masalah tersebut 4. Respon saya adalah menerima kesalahan tersebut dengan kesadaran diri (awareness) dan mempertanggung jawabkan kesalahan tersebut dengan melakukan perbaikan diri melalui penyelesaian permasalahan serta meningkatkan motivasi diri agar tidak mengulang kesalahan yang sama. BUDI SETIA BASKARA noted on Mendengarkan dengan RASA Mendengarkan, Merangkum, dan Bertanya melalui RASA yang merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask diperkenalkan oleh Julian Treasure merupakan upaya bagaimana kita melatih mendengarkan secara aktif dan sebenarnya sudah sering kita lakukan baik ketika diklat, seminar atau perkuliahan sehingga kita bisa reflektif dalam menyimak. dari kedua fase latihan tersebut, agar kita bisa mendapatkan hasil optimal maka diperlukan konsentrasi atau focusing jangan dilakukan secara beruntun tetapi diberi jeda agar otak kita bisa melakukan recovery dengan efektif dan efisien. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.3.2 Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA 1. Dari Semua alur percakapan di atas yang sangat menantang adalah dalam identifikasi, Coach harus mampu melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi percakapan dengan merujuk pada sejumlah pertanyaan rumpang berbasis analisa SWOT agar dapat mengeksplore lebih jauh lagi apa yang diinginkan coache. 2. Kendala yang mungkin akan kita hadapi dalam alur TIRTA ketika melakukan percakapan Coaching adalah kompleksitas permasalahan yang dihadapi sehingga akan membutuhkan waktu ekstra agar dapat melaakukan identifikasi permasalahan yang dibicarakan, kemudian kendala berikutnya adalah perbedaan pemikiran atau kepentingan yang muncul dalam pembicaraan tersebut yang akan berpengaruh pada


pengembangan ide yang akan dilaksanakan. Strategi, waktu, ukuran keberhasilan dan alternatif alternatif solusi harus menjadi struktur yang jelas sehingga ketika komitmen tidak terbentur oleh kepentingan. BUDI SETIA BASKARA noted on Umpan Balik Berbasis Coaching 1. Coaching dalah dapat membantu diri saya sendiri khususnya serta rekan guru-guru pada umumnya dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya agar kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat bukan hanya pada aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajarsaja, tetapi juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, maka akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. b. umpan balik adalah umpan balik yang disampaikan secara langsung dengan baik, tidak lama setelah kejadian/pembelajaran/situasi berlangsung sehingga akan lebih dapat diterima dengan baik pula dan untuk diimplementasikan selanjutnya dalam memperbaiki kekurangan yang ada, agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik BUDI SETIA BASKARA noted on Materi 2.3 Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. dengan menerapkan pendekatan Alur TIRTA BUDI SETIA BASKARA noted on Penutup alur percakapan dalam coaching sangat diperlukan secara sistematis, efektif dan efisien danga diawali oleh harapan dalam ini dianggap urgen. untuk itulah diperluka sebuah pendekatan yang disebut Alur TIRTA. BUDI SETIA BASKARA noted on Pengantar supervisi akademik adalah sebuah upaya untuk membantu guru untuk mengembangkan kemampuan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran serta membantu guru lebih profesional dalam bidangnya masing-masing BUDI SETIA BASKARA noted on Supervisi Akademik Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak.Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru BUDI SETIA BASKARA noted on 2.4.1. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.


BUDI SETIA BASKARA noted on Video Paradigma Berpikir Coaching Dalam proses coaching seorang guru harus memberikan kemerdekaan belajar kepada murid agar mereka bisa menemukan kekuatan dirinya dengan tuntunan seorang guru atau pamong agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. sistem among ing ngarso sung tulodo , ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan pendekatan coaching. tur wuri handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.4.1.1 Percakapan Pra-observasi Tiga alasan penting mengapa percakapan dengan guru sebelum kegiatan observasi kelas dibutuhkan. Pertama, percakapan awal ini membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan keterlibatan aktif dalam proses. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.4.1.2. Observasi Observasi adalah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Tujuan utama tahap ini adalah mengambil data atau informasi secara obyektif mengenai aspek pengembangan yang sudah disepakati. Motif pelaksanaan observasi kelas ini harus berawal dari kebutuhan pembelajaran murid dan kebutuhan pengembangan potensi guru serta pemahaman bahwa observasi ini dilakukan supervisor bersama-sama dengan guru. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.4.1.3. Percakapan Pasca-observasi percakapan pasca-observasi, supervisor dapat menggunakan model percakapan untuk refleksi dan percakapan untuk kalibrasi dengan menggunakan data yang telah diambil pada saat kunjungan kelas sesuai dengan kesepakatan akan aspek-aspek yang hendak diperhatikan BUDI SETIA BASKARA noted on 2.2.4.2. Tindak lanjut Supervisi Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. BUDI SETIA BASKARA noted on 2.4.3. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.


BUDI SETIA BASKARA noted on Materi 2.4 seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik. BUDI SETIA BASKARA noted on Penutup Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan. forum diskusi eksplorasi konsep by BUDI SETIA BASKARA - Wednesday, 30 November 2022, 4:46 PM 1. Apa keterkaiatan keterampilan coaching dengan kegiatan supervisi akademik ? 2. Bagaimana tindakan konkret yang harus kita lakukan agar dalam menerapkan paradigma berpikir dan prinsip coaching dalam lebih efektif dan efisien ?


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.