Flipbook PDF ( Flipbook PDF)


22 downloads 124 Views 1MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA UJIAN TENGAH SEMESTER TAHUN 2022/2023 Hari/Tanggal Mata Kuliah Nama Program Studi Ruangan Kelas Dosen Waktu Sifat Ujian : Sabtu / 10 Desember 2022 : AL-Islam dan Kemuhammadiyahan : Lailan Hidayati (2220060059) : Manajemen Pendidikan Tinggi : A Reguler C : Dr. Zailan, M.Pd : 100 Menit : Buka Buku SOAL 1. Menurut Anda apakah benar dan salah dapat dinilai dengan menggunakan akal atau perlu panduan yang lainnya? 2. Menurut Anda seberapa besar pengaruh ajaran agama dalam kehidupan social! 3. Islam sebagai Agama merupakan panduan bagi pemeluknya dalam menjaga sikap saling menghormati hak pribadi, dan kelompok masyarakat yang lain, dalam konteks ini coba jelaskan posisi HAM dalam timbangan Islam! 4. Coba Anda analisa bagaimana model keislaman umat Islam di Indonesia dan Timur Tengah secara umum. JAWABAN 1. Menurut saya, benar dan salah tidak dapat dinilai hanya berdasarkan akal namun juga memerlukan panduan yang lain. Akal adalah petunjuk bagi manusia dan yang membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya. Akal dalam pengertian islam bukan otak, tetapi daya berfikir yang terdapat pada jiwa manusia. Daya yang digambarkan oleh Al-Qur’an yaitu memperoleh pengetahuan lewat alam sekitar. Akal dalam pengertian inilah yang dikontrasikan dalam Islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia yaitu dari Allah SWT. Allah SWT memberikan akal kepada seluruh umat manusia yang merupakan suatu anugerah/pemberian yang luar biasa, namun akal bukan segala – galanya, akal memerlukan panduan lain seperti wahyu dan sunnah dapat dikatakan islam menundukkan akal terhadap wahyu dan sunnah Nabi Muhammad SAW. 2. Menurut saya, kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari yang namanya perubahan, baik itu perubahan yang mengarah ke pengaruh positif maupun mengarah ke pengaruh negatif, sehingga perlu adanya pedoman, dan petunjuk yang bisa mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan sosial di masyarakat. Dalam hal ini, peran agama menjadi sangat penting. Dalam interaksi sosial di masyarakat adanya kemajuan mempengaruhi prilaku dan pola sikap masyarakat, sehingga banyak prilaku menyimpang di


masyarakat, yang dapat menggangu stabilitas kehidupan bermasyarakat. Dengan aktualisasi nilai-nilai agama di masyarakat secara kontinu dan berkelanjutan, akan semakin menunjukkan kehidupan dan perubahan sosial di masyarakat yang bernilai positif. Selain sebagai pedoman, agama juga dapat digunakan sebagai filter terhadap dampak negatif dalam perubahan sosial di masyarakat. Agar masyarakat bisa lebih selektif dalam menerima dan bisa mengakomodir budaya-budaya baru yang datang dari Barat. 3. Hak Asasi Manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan melekat padanya di manapun ia berada. Tanpa adanya hak ini berarti berkuranglah harkatnya sebagai manusia yang wajar. Hak asasi manusia adalah suatu tuntutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan, suatu hal yang sewajarnya mendapat perlindungan hukum. Dalam mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dijelaskan mengenai Hak asasi sebagai berikut : “Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga kemanusiaan adalah dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia.” Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri. Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam aldloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-‘aql (penghormatan atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al- nasl (keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya. 4. Upaya mendefinisikan identitas Islam Nusantara sebagai lawan dari Islam Arab, bahwa Islam Nusantara adalah antithesis dari citra Islam yang tampil di dunia Arab. Islam Nusantara adalah Islam yang telah mengalami pribumisi sehingga sesuai dengan kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Karakter yang sering disematkan kepada Islam Nusantara adalah ramah, anti kekerasan, toleran, menghargai tradisi, dan menghargai kebangsaan. Sebaliknya dari Islam Nusantara, Islam Arab sering diasosiasikan dengan beberapa sifat negatif seperti kekerasan, diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan, tidak menghargai tradisi dan warisan sejarah yang digambarkan dengan penghancuran heritage dari Makkah dan Madinah,


serta cenderung menolak inovasi dalam pemikiran keagamaan. Pandangan ini sering didukung dengan kabar tentang perlakukan terhadap TKI (Tenaga Kerja Indonesia), larangan bagi perempuan untuk menyopir, wisata Arab di Puncak, pembangunan Makkah yang mirip Las Vegas, dan tak kunjung usainya perang dan konflik di Timur Tengah. Karena itulah, seringkali didengar penegasan bahwa Islam Indonesia bukanlah Islam Arab. Bahkan, ada juga yang bersikap ekstrem dengan mengekspresikan ketidaksukaan terhadap simbol atau apapun yang berkaitan dengan identitas Arab yang ada di masyarakat. Problem yang terkait dengan citra buruk Islam Arab itu akan kita singgung nanti, namun inti dari tulisan ini adalah ingin membahas pertanyaan tentang mengapa sebagian orang terlihat begitu antipati terhadap budaya Arab yang ditampilkan di masyarakat Mengapa pertentangan identitas etnik antara Islam Pribumi dan Islam Asing. Apakah mereka tetap menjadi orang Mesir yang berakar kuat pada budaya bangsa itu atau telah berubah menjadi orang Arab Menjadi Muslim itu pada sebagian orang ternyata tak sekadar perpindahan agama, tapi juga pergantian kultur; mengadopsi budaya Arab, berbahasa Arab, dan berperilaku seperti orang Arab. Bahwa orang Mesir yang menjadi Muslim itu bukan hanya berubah identitas keagamaannya, tapi juga identitas kulturalnya; mereka telah berubah menjadi orang Arab. Hal yang hampir sama terjadi di Indonesia meski dalam konteks dan relasi yang berbeda. Pertentangan identitas yang berkaitan dengan Arab itu berada pada dua level, yaitu: Pertama, antara folk atau indigenous religions vs. foreign religions (agama leluhur atau pribumi vs. agama asing). Kedua, antara Islam pribumi vs. Islam asing atau, jika ditarik pada garis ekstrim, antara Islam Nusantara vs. Islam Arab". Pada poin pertama, pertentangan itu terjadi karena agama-agama yang dominan di Indonesia itu ternyata semuanya adalah agama asing. Enam agama yang diakui di Indonesia itu bahkan kadang dianggap sebagai agama penjajah (invaders) yang kehadirannya telah menggusur beragam agama lokal atau agama leluhur. Bersamaan dengan pengukuhan mereka sebagai agama resmi atau diakui, berbagai agama lokal itu lantas hanya dianggap sebagai kepercayaan, bukan agama. Mereka tidak dianggap layak atau memenuhi syarat untuk disebut agama yang diberi definisi mengikuti kriteria agama yang dominan. Pada poin kedua, dalam konteks Islam saja, terdapat perdebatan tentang implementasi ajaranajaran Islam dalam konteks keindonesiaan, tentang universalisme ajaran Islam dan kosmopolitanisme peradaban Islam, tentang dakwah kultural dan pribumisasi, dan lain-lain.


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.