ILHAM ROSIHAN KURNIAWAN - GURU - MTS TANWIRUL ISLAM - JAWA TIMUR (2) Flipbook PDF

ILHAM ROSIHAN KURNIAWAN - GURU - MTS TANWIRUL ISLAM - JAWA TIMUR (2)

93 downloads 107 Views 290KB Size

Story Transcript

INTERNALISASI NILAI ISLAM DALAM PEMBELAJARAN MIPA

ARTIKEL Diajukan dalam Simposium Nasional Guru Madrasah 2019

OLEH: ILHAM ROSIHAN KURNIAWAN NIM. 19820323 200501 1 003

KEMENTERIAN AGAMA MTs TANWIRUL ISLAM DESA TANGGUMONG KEC. SAMPANG KAB. SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR 2019

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... 1 ABSTRACK ...................................................................................................... 1

A. Pendahuluan .................................................................................... 1 B. Permasalahan ................................................................................... 6 C. Metode Penelitian ............................................................................ 6 D. Kajian Teori .................................................................................... 8 E. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................... 14 F. Daftar Pustaka ................................................................................... 16

2

INTERNALISASI NILAI ISLAM DALAM PEMBELAJARAN MIPA (Analisis Atas Kandungan Nilai Islam dalam Buku Ajar Sains di Madrasah Tsanawiyah) Ilham Rosihan Kurniawan Abstrak: Artikel ini mengkaji tentang upaya menginternalisasi nilai Islam dalam pembelajaran sains di madrasah melalui penyusunan buku ajar bernuansa islami. Sumber data utama adalah buku ajar Sains di Madrasah Tsanawiyah kelas VII, VIII, dan IX. Dengan menggunakan analisis dokumen (document analysis) dan proses berpikir aduktif (adductive reasoning) terhadap buku ajar dimaksud, diperoleh kesimpulan bahwa upaya menginternalisasi nilai islam dalam pembelajaran sains di madrasah melalui buku ajar belum dilakukan secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan tidak signifikannya nilaiislam dalam buku ajar sains di madrasah. Abstract: This article examines efforts to internalize Islamic values in the learning of science in madrasah through the preparation of Islamic textbooks. The main data source is the Science textbooks in grade VII, VIII, and IX Madrasah Tsanawiyah. By using document analysis and adductive reasoning to the textbook, the conclusion is that efforts to internalize Islamic values in learning science in madrasas through textbooks have not been maximally carried out. This is indicated by the insignificance of Islamic values in science textbooks in madrasah

Pendahuluan Indonesiaku dalam situasi darurat!!!.Itulah statemen yang paling pas untuk menggambarkan

kondisi

krisis

multidemensional

masyarakat

kita,

Indonesia.Modernisasi dan globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat luar biasa terhadap pergeseran nilai dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Tiada hari tanpa adanya berbagai peristiwa tragedi hidup dan kehidupan yang terjadi disekeliling kita.Yang memilukan dan memalukan. Mulai dari free seks dan pesta seks dikalangan siswa, mahasiswa, sebagian prilaku pak guru dan bu guru sudah tidak menjadi teladan, figur-figur publik yang banyak terseret ke bui; mulai dari wakil rakyat, menteri, gubernur, bupati hingga kepala desa / lurah, tak terkecuali pejabat teras dilingkungan kementerian agama; tersebarnya penyalahgunaan narkotika yang hampir menyentuh elemen masyarakat, dan banyak lagi tragedi-tragedi yang memilukan dan memalukan. Kondisi ini merupakan dampak sistem pendidikan kita yang materialistik-sekuralistik.Krisis ini merupakan realitas dan fenomena sosial yang tak terbantahkan.Krisis yang menyeluruh, menurut H.A.R. Tilaar, merupakan 3

refleksi kegagalan sistem pendidikan nasional di negara kita.1Ini juga berarti pelaksanaan pendidikan agama belum berhasil optimal, kalau tidak dibilang gagal.Bukankah selama ini pendidikan agama ada di mana-mana, diajarkan pada semua jenjang dan jenis pendidikan? Hampir semua negara pada umumnya, tak terkecuali Indonesia, sedang dilanda krisis multidimensi.Tentu banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satu faktor yang utama adalah masalah dikotomi atau dualisme sistem pendidikan.Faktor tersebut diperparah oleh lemahnya visi para pemimpin dan pendidik tentang signifikansi dan orientasi pendidikan.2Paradigama dikotomik atau dualisme sistem pendidikan ini bermuara dari faham sekuralisme yang berkembang dan mendominasi di seluruh dunia dan pada gilirannya membawa krisis dalam segala aspek kehidupan.3 Terbentuknya paradigma dikotomi pendidikan Islam ini berawal dari pemahaman

dikotomik

ilmu

pengetahuan.Diantara

faktor

yang

menonjol

terbentuknya pola dikotomi ilmu adalah fanatisme dalam beragama.Sikap fanatisme ini selanjutnya melahirkan sikap ekslusivisme.4Sikap ekslusif dalam arti pemikiran yang menganggap kebenaran dan keselamatan hanya ada pada keyakinannya sendiri dan orang yang mengikutinya, sementara keyakinan orang lain salah. Kemudian tidak mau bergaul, mengisolasi diri dari yang lain. Akibarnya pemikiran Islam tidak berkembang, terisolasi dari perubahan maupun perkembangan kemajuna zaman.5 Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait dengan pembagian kelompok ilmu Islam dalam pengertian ilmu agama yang dilawankan dengan kelompok ilmu nonIslam atau ilmu umum, yang selanjutnya berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam.Akibatnya, muncul pula istilah-istilah sekolah agama dan sekolah umum.Sekolah agama berbasis ilmu-ilmu agama dan sekolah 1

H.A.R. Tilaar, Paradigama Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 46. Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma Inklusif, (Malang: UIN Malang Press, 2009), 61. 3 Ibid. 4 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 206. 5Ibid, 207. 2

4

umum berbasis ilmu umum. Kemunculan dikotomi ini merupakan wujud konkrit dikotomi dalam pendidikan Islam.6 Pasca keluarnya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang kemudian diikuti sejumlah peraturan terkait di bawahnya,7 telah terjadi perubahan signifikan terkait posisi madrasah dalam sistem pendidikan nasional; madrasah tidak lagi dipandang sekedar sebagai sekolah agama, melainkan diakui sebagai sekolah umum, tepatnya sekolah umum berciri khas agama Islam. Banyak pihak menilai bahwa perubahan status madrasah tersebut merupakan langkah maju pemerintah dalam mengapresiasi lembaga pendidikan Islam.Di pihak lain, tidak sedikit pula yang khawatir karena dengan perubahan status tersebut materi PAI di madrasah kian tersingkir. Sebab, dengan status sebagai sekolah umum, muatan kurikulum madrasah untuk mata pelajaran umum sama dengan kurikulum sekolah pada jenjang yang sama. Selanjutnya, untuk mewujudkan ciri khas agama Islam, disajikan sejumlah mata pelajaran agama Islam yang meliputi Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.Dengan demikian, pasca perubahan status madrasah menjadi sekolah umum, kurikulum madrasah didominasi materi umum.Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, siswa madrasah lebih disibukkan dengan kajian materi-materi umum sebagaimana dilakukan siswa sekolah. Kekhawatiran di atas direspon Kementerian Agama (sebagai penanggungjawab pengelolaan madrasah) dengan menggagas integrasi mata pelajaran agama dan mata pelajaran umum di madrasah melalui tiga upaya, yaitu; (1) program mafikkib[matematika, fisika, kimia, bahasa inggris, dan biologi] bernuansa Islam; (2) program pelajaran agama bernuansa iptek; dan (3) program penciptaan suasana keagamaan.8Upaya ini, terutama yang nomor (1), sering disebut sebagai upaya islamisasi sains.

6

Ibid. 215

7

Peraturan tersebut antara lain; PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar, PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah, dan SK Mendikbud No. 489/U/1992 tentang Sekolah Menengah Umum. 8 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam (Jakarta; Logos, 2005), 140-143.

5

Untuk melaksanakan gagasan tersebut, dibutuhkan sejumlah komponen pendukung, terutama buku ajar dan tenaga pendidik. Buku ajar untuk mata pelajaran umum di madrasah harus sudah diinternalisasikan dengan materi keislaman agar guru dan murid memiliki panduan baku. Demikian pula dengan tenaga pendidik mata pelajaran umum di madrasah, harus disiapkan guru-guru yang memiliki kemampuan lebih, yakni mampu menginternalisasikan materi umum dengan nilai nilai Islam.Jika kedua hal di atas tidak disiapkan, maka gagasan islamisasi sains di madrasah hanya sekedar menjadi impian. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, permaslahan yang ingin dijawab dan dibahas dalam tulisan ini antara lain: a. Bagaimana kandungan nilai Islam dalam buku ajar sains di madrasah? b. Apa saja upaya yang telah dilakukan Kementerian Agama dalam melakukan internalisasi nilai Islam dalam pembelajaran sains? Metode Penelitian Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa urutan-urutan kata yang tertulis atau pernyataan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pula pada latar individu secara holistik (utuh).9Penulis menggunakan penelitian literatur (kajian kepustakaan). Jenis penelitian ini merupakan kajian pustaka (library research).Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang dilakukan.Kajian pustaka disebut juga kajian literatur, atau literature review.Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik tertentu. Kajian tersebut memberikan tinjauan tentang apa yang yang telah dibahas atau dibicarakan oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang

9

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 4.

6

mendukung, permasalahan penelitian yang dilakukan atau ditanyakan, metode, dan metodologi yang sesuai.10 Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti hendak mendeskripsikan secara utuh dan mendalam tentang fenomena di balik teks.Yang menjadi sumber data dalam studi ini adalah buku ajar sains di Madrasah Tsanawiyah kelas VII. Buku teks yang dikaji adalah;Ilmu Pengetahuan Alam SMP/ MTs kelas VII semester 1 revisi 2017 karya Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti, dan Siti Nurul Hidayati;Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs kelas VIII semester 1 revisi 2017 karya Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal, Lia Yuliati, I wayan Dasna, Ardian A. Pangestuti, Dyne R. Puspitasari, Hamim T. Mahfudhillah, Alifa Robitah, Zenia L. Kurniawati, Fatiya Rosyida, Mar’atus Sholihah; Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs kelas IX semester 1 revisi 2018 karya Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal, Lia Yuliati, I wayan Dasna, Ardian A. Pangestuti, Dyne R. Puspitasari, Hamim T. Mahfudhillah, Alifa Robitah, Zenia L. Kurniawati, Erfitra R. Prasmala. Ketiga buku tersebut diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Ketiga buku ini dipilih karenabuku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangkaimplementasi Kurikulum 2013.Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak dibawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.11 Sesuai dengan jenis sumber data yang bertumpu pada data dokumenter, maka pengumpulan data dalam studi ini menggunakan metode dokumentasi dengan instrumen penelitian berupa pedoman dokumentasi.Analisis data dilakukan selama dan setelah penelitian berlangsung dengan menggunakan metode analisis dokumen (document analysis). Dalam melakukan analisis dokumen, digunakan proses berpikir aduktif (adductive reasoning), yakni pola pikir dengan cara mengemukakan jawaban 10

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 95. 11 Perlu diketahui, bahwa sampai penelitian ini dilakukan belum ditemukan buku teks pelajaran IPA yang beredar di masyarakat yang berlaku khusus untuk Madrasah Tsanawiyah, semua tertulis “untuk SMP/MTs”. Karena itu, penelitian ini menggunakan teks yang berlaku umum tersebut.

7

pada pertanyaan tertentu sehingga diperoleh “kecocokan” penjelasan yang memuaskan.12 Kajian Teori Pengertian Internalisasi Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehinggamerupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku13.Dari uraian di atas dapat dipaparkan bahwa internalisasi adalah upaya untukmengintegrasikanatau menggabungkan nilai Islam sebagai penghayatan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau sikap.Dalam kaidah Bahasa Indonesia akhiran “isasi” mempunyai arti proses, sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Format Pendidikan Terpadu (Internalisasi Nilai Islam dengan Sains) Pendidikan Islam dapat diartikan pula sebagai usaha pembinaan dan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman kepada syariat Islam yang disampaikan oleh Rasulullah agar manusia dapat berperan sebagai pengabdi Allah Swt yang setia dengan segala aktivitasnya guna tercipta suatu kondisi kehidupan yang ideal, aman, sejahtera dan berkualitas serta memperoleh jaminan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.14Terpadu berarti sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu).15Jadi yang dimaksud Pendidikan Terpadu adalah pendidikan yang memadukan sains dan agama secara berdampingan untuk membimbing anak didiknya berkepribadian Islam dan berwawasan global (menguasai pengetahuan umum). Pendidikan terpadu yang menitikberatkan pada aspek keseimbangan: afektif, kognitif dan psikomotorik, serta memadukan secara harmonis pendidikan formal, non

12 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1993), 74. Depdiknas.Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2005), 439

13

14

Jalaluddin, Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 72. Kamus Besar Bahasa Indonesia On Line dalam http://kbbi.web.id/padu, diakses tanggal 10 Mei 2015. 15

8

formal dan informal.16Atau pendidikan yang berusaha membentuk kepribadian Islam secara komprehensif, dengan sistem pendidikan yang menyeimbangkan pendidikan akhlakiyah, fikriyah dan jasadiyah. Implementasi pendidikan terpadu ini hendaknya dikembangkan melalui pilarpilar fitrah manusia yang dibingkai dengan ruh ajaran ilahiyah.Tujuannya bukan semata berdimensi tunggal parsial, tetapi multi dimensi secara integral, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Artinya, pendidikan terpadu yang dikembangkan dalam Islam bukan sekedar proses pendidikan terarah, tetapi proses pendidikan multi-dimensi untuk kehidupan dunia akhirat, yaitu proses pengembagnan jasmani, rohani, intelektual, akhlak dan sosial. Pendidikan terpadu memandang manusia dari prinsip ketauhidan kepada Allah, dan memandang alam semesta sebagai suatu suatu sistem terpadu dan berkesinambungan dengan dimensi fisiologis dan psikis manusia. Dengan sistem ini, pendidikan akan mampu mengarahkan manusia untuk tidak berbuat mafsadah, karena dinamika intelektualnya yang kosong dari nilai-nilai agama.17 Menurut Siswanto --dengan mengutip pendapatnya Muahaimin--, bahwa secara spesifik dalam bidang pendidikan agama perlu dikembangkan salah satu model pembelajaran yang bersifat sistemik/organisme. Meminjam istilah biologi, organism dapat berarti susunan yang bersistem dari berbagai bagian jasad hidup untuk suatu tujuan. Dalam konteks pendidikan agama, model sistemik/organism bertolak dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama.18

16

M. Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul albab, (Malang, UIN-Malang Press, 2010), 42. 17 M. Zainuddin, Paradigma, 52. 18 Siswanto, Paradigma, 81. Lihat pula pada Muhaimin, Rekonstruksi, 67.

9

Pandangan semacam itu menggarisbawahi pentingnya kerangka pemikiran yang dibangun dari fundamental doctrines dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah al- Shahihah sebagai sumber pokok. Ajaran dan nilai-nilai ilahi didudukkan sebagai sumber konsultasi yang bijak, sementara aspek kehidupan lainnya didudukkan sebagai nilai-nilai insani

yang

mempunyai hubungan vertikal-linier dengan nilai ilahi/agama.19 Implementasi model pembelajaran terpadu ini, menurut Siswanto, bisa berbentuk : 1) model pendidikan umum (modern) yang diisi dengan konsep-konsep Islam. Ini bisa berupa sekolah umum Islam yang memadukan ilmu agama dan ilmu modern; 2) model pendidikan tradisional yang dimodernisasi dengan memasukkan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa berupa pesantren modern; dan 3) model pendidikan sintesis dari keduanya secara seimbang. 20 Sementara, menurut Zainuddin, untuk menciptakan sistem pendidikan yang terpadu, yang mampu menguatkan pendidikan agama sekaligus mengakomodir seluruh potensi didik dengan utuh, sehingga menghasilkan manusia paripurna (insan kamil), maka perlu adanya keterpaduan yang harmonis dalam semua komponen pendidikan yang dilakukan secara integral dan terpadu.21 Adapun elemen-elemen yang harus dipadukan, dalam sistem pendidikan terpadu ini sebagai berikut : 1. Keterpaduan tujuan dan jenjang pendidikan22. Dalam pendidikan terpadu rumusan tujuan pendidikan didasarkan pada keterpaduan beberapa aspek : [1] tujuan hidup manusia, meraih kebahagiaan dunia akhirat, [2] memperhatikan sifat-sifat dasar (fitrah) manusia baik jasmani, rohani, akal dan kebutuhan individu dan keluarga, [3] memperhatikan tuntutan sosial masyarakat baik berupa pelestarian budaya, maupun kebutuhan hidupnya dalam menghadapi perkembangan dan tuntutan zaman.

19

Muhaimin, Rekonstruksi, Ibid. Siswanto, Paradigama, Ibid. 83. 21 Zainuddin, Paradigma, 52. 22 Ibid. 20

10

Tujuan itu harus memadukan secara komprehensif, mencakup semua aspek, nilai dasar, kecerdasan, kedewasaan dan kepribadian yang bulat dan utuh, baik secara normatif dan fungsional yang diorientasikan untuk mencapai sejahteraan hidup di dunia dan akhirat.Tujuan itu selanjutnya dirumuskan yang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan tahapan-tahapan jenjang pendidikan yang berkelanjutan. 2. Keterpaduan Keilmuan23 Ilmu agama dan ilmu umum harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang terpadu yang harus dikuasai oleh setiap muslim untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam dalam menghadapi persaingan global mutlak harus melakukan perimbangan penguasaan sains dan teknologi dengan keimanan dan ketakwaan yang dipadukan dengan proporsi yang seimbang agar dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan zaman. 3. Keterpaduan Kurikulum Pendidikan24 Untuk optimalisasi keterpaduan ilmu di atas, diperlukan model kurikulum yang integral yang mampu memformulasikan semua tindakan edukatif dalam suasana dinamis, bersifat fleksibel, terbuka serta merangsang dinamika fitrah peserta didik secara optimal. Materi kurikulum harus mampu menyentuh semua fitrah peserta didik, baik fitrah nurani, akal dan perasaan sehingga memberi corak dan mewarnai segala aktifitas kehidupannya sebagai abid dan khalifah. Integrasi ilmu agama dan ilmu umum dalam kurikulum terpadu bisa dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.Secara kuantitatif artinya porsi pendidikan umum dan pendidikan agama diberikan secara seimbang, sedangkan secara kualitatif, menjdikan pendidikan umum diperkaya dengan nilai-nilai agama, dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan yang ada dalam pendidikan umum.Nilai agama memberikan

makna

dan

semangat

(ruh)

terhadap

program

pendidikan

umum.Dengan pemaduan ini dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan peserta 23 24

Ibid.54 Ibid. 59.

11

didik dapat memahami esensi ilmu secara utuh, mengetahui tujuan dan maslahat serta mengamalkan ilmu pengetahuan yang berdasarkan keimanan. Bentuk kurikulum terpadu ini bisa mengacu dari konsep yang oleh para ahli disebut integrated curriculum yang dapat dilakukan dengan bentuk : [1] keterpaduan dalam satu disiplin ilmu, [2] keterpaduan lintas bidang studi, dan [3] keterpaduan dalam dan lintas siswa. Kegiatan belajar mengajar juga harus memadukan secara utuh antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam seluruh aktivitas belajar, dengan pendekatan yang lebih variatif.Belajar bukan saja pembahasan konsep dan teori, tetapi harus mengarahkan siswa pada dunia aplikasinya. Pendekatan langsung pada prkatek yang memberikan pengelaman nyata, akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik. Metode yang digunakan bersifat diealektis yang selaras dengan materi, tujuan, situasi dan kondisi.Beberapa macam metade dapat dipadukan agar bisa menyentuh seluruh dimensi dan potensi peserta didik untuk menjadi kreatif, aktif dan bisa berfikir. Penggunaan pendekatan dan metode di atas, harus didasarkan pada basis berpusat pada siswa (student active learning).Posisi guru lebih berfungsi sebagai fasilitator, serta merangsang siswa untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas belajar. Evaluasi yang digunakan harus secara terpadu antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ukuran keberhasilan tidak terpaku pada aspek kognitif, yang ditujukan dengan angka-angka nilai Ujian Nasional (UN) atau indeks prestasi (IP), tetapi harus berorientasi kepada kematangan emosi (EQ), kematangan intelektual (IQ), kematangan spiritual (SQ) dan keterampilan kerja yang tercermin dalam diri perserta didik. 4. Keterpaduan Tenaga Kependidikan dan Sarana25

25

Ibid. 59

12

Proses belajar mengajar akan berjalan efekti dan efisien kalau didukung dengan sarana dan prasana yang memadai. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi peserta didik secara optimal, karena merupakan instrumen yang ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendidikan harus mampu menyentuh seluruh dimensi potensi perserta didik secara utuh. Oleh karena itu, harus diformulasikan sesuai dengan materi, situasi kondisi, pengembangan fisik dan psikis peserta dididk serta kemampuan pendidik dalam memproyeksikan sarana secara optimal untuk pencapaian tujaun pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai ilahiyah. 5. Keterpaduan Manajemen Pendidikan26 Lembaga pendidikan yang dalam penyelenggaraannya melibatkan banyak orang merupakan

suatu

organisasi

yang

berupaya

mencapai

tujuan

yang

ditetapkan.Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan kepentingan bersama karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai aktivitas dan tugas dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Sekolah sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari sekumpulan manusia yang melakukan interkasi dan koordinasi secara sadar dalam melaksanakan proses pendidikan, juga melakukan interaksi dan bergantung pada pihak luar lingkungannya seperti orang tua siswa, instansi lain dan masyarakat. Oleha karena itu, sekolah merupakan suatu sistem terbuka yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama. Disamping itu, sekolah sebagai suatu sistem yang mempunyai input, proses dan output. Input sekolah meliputi siswa, guru, tenaga kependidikan, dana dan kebijakan pemerintah. Proses meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, motivasi, iklim dan budaya sekolah, sedang output akan menghasilkan kualitas

26

Ibid. 61

13

lulusan berupa prestasi dan perkembangan siswa serta kepuasan, baik pada sekolah, wali siswa dan masyarakat pengguna output sekolah. Pelaksanaan

sistem

manajemen

pendidikan

yang

berorientasi

pada

penyelenggaraan secara terpadu bisa dilakukan sebagai berikut : kepemimpiman kepala sekolah yang kuat, demokratis dan visoner, aktif dan dinamis, mampu menggerakkan sumber daya pendidikan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah secara optimal, serta mampu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan kandungan nilaiIslam dalam buku ajar sains di Madrasah Tsanawiyah kelas VII, VIII, dan IX . Kandungan nilai Islam yang dimaksud dalam kajian ini adalah adanya upaya untuk mengintegrasikan uraian sains dalam buku ajar dengan ajaran islam. Hasil analisis terhadap buku-buku ajar sains yang telah dipilih sebagai sumber data menunjukkan bahwa dalam bukusiswa IPA Kelas VII semester 127,ditemukan sejumlah teks, di enam tempat berbeda, yang diintegrasikan dengan Islam sebagaimana terlihat dalam tabel berikut : Bab

Hlm

1

27

2

33

3

93

4

152

Bunyi Teks Alat-alat ukur yang sudah kamu pelajari hanya dapat digunakanuntuk mengukur benda berukuran kecil. Kamu mengetahui, betapabesar dan luasnya alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini. Bendabendaciptaan-Nya ada yang berukuran sangat kecil (mikroskopis), tetapiada juga yang berukuran sangat besar (makroskopis). Sebagai makhlukciptaan-Nya yang paling sempurna, kamu harus mampu menjelajahalam mikroskopis maupun makroskopis. Kamu akan kagum terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang telahmenciptakan bumi beserta segala isinya. Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakanberbagai jenis makhluk hidup dengan sangat teratur. Tuhan Yang Maha Esa jugamenciptakan alam semesta ini dengan sempurna, seperti air, udara, hutan, batuan,dan berbagai macam mineral yang terdapat dalam perut bumi. Oleh karena itu, kamu wajib selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan kamu sebagai makhluk yang paling sempurna. Kekaguman kamu jugaakan bertambah besar kepada Sang MahaPencipta, dengan mengetahui bahwa bendabendadi sekitarmu dapat dikelompokkanmenjadi kelompok yang berbeda-beda. (Renungan dan Refleksi)

27

Buku ajar yang dikaji adalah buku IPA untuk Kelas VII SMP/MTs revisi 2017 semester 1 karya Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti, dan Siti Nurul Hidayati. Buku ini terdiri atas 6bab, dengan tebal buku 234 halaman.

14

5

212

Sebagai contoh, Tuhan menciptakan berbagai jenis logamyang dapat diolah menjadi alatalat rumah tangga. Pemanfaatan alatalatrumah tangga tersebut harus mempertimbangkan suhu karena padasuhu yang berbeda membutuhkan alat yang berbeda. Betapa lengkapnyaciptaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga manusia dapat memenuhikebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita untukselalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu wujud syukurpada Tuhan dengan selalu menjaga alam ini dan menggunakan apa yangada di sekitar kita sesuai dengan kebutuhan. (Renungan) Bayangkan, jika Tuhan Yang Maha Esa tidak menciptakan matahari, udara yang mengandung oksigen, dan karbon dioksida. Tidak akan terjadiperistiwa metabolisme, baik katabolisme maupun anabolisme padaorganisme, sehingga kehidupan tidak berjalan dengan baik. Tuhan Yang Maha Esa telah mengatur kestabilan energi yang ada di alam dengan cara perubahan wujud/transformasi energi untuk menjaga keseimbangan alam.

Hasil analisis terhadap bukusiswa IPA Kelas VIII semester 128,ditemukan sejumlah teks, di tujuh tempat berbeda, yang diintegrasikan dengan Islam sebagaimana terlihat dalam tabel berikut : Bab

Hlm

1

2

1

36

1

60

2

76

2

93

3

106

4

199

Bunyi Teks Kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kita telah diberi tangan dan kaki, sehingga kita dapat dengan mudah mengambil barang-barang yang kita butuhkan atau bergerak menuju suatu tempat yang kita inginkan Sekarang kamu telah mengetahui prinsip kerja dari otot. Kamu harus banyak bersyukur pada Tuhan telah menciptakan otot otot tersebut sehingga seluruh aktifitas tubuh dapat bekerja terus tanpa harus kamu kendalikan. (Ayo, kita Renungkan) Setiap makhluk hidup diberikan kemampuan untuk bergerak oleh Tuhan Yang Maha Esa Tuhan telah menciptakan manusia sebagai makhlik yang paling sempurna. (Ayo, kita Renungkan) Konsep usaha, daya, dan pesawat sederhana hanyalah sebagian kecil ilmu Tuhan yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana system kerja benda benda yang ada. Kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menjadikan Negara Indonesia ini menjadi Negara yang subur, sehingga banyak jenis tumbuhan yang tmbuh di Indonesia. (Ayo, Kita Renungkan) Kamu patut bersyukur pada Tuhan karena telah member tubuh yang sehat sehingga semua system dalam tubuh bekerja dengan baik.

Hasil analisis terhadap bukusiswa IPA Kelas IX semester 129,ditemukan sejumlah teks, di tujuh tempat berbeda, yang diintegrasikan dengan Islam sebagaimana terlihat dalam tabel berikut : 28

Buku ajar yang dikaji adalah buku IPA untuk Kelas VIII SMP/MTs revisi 2017 semester 1 karya Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal, Lia Yuliati, I wayan Dasna, Ardian A. Pangestuti, Dyne R. Puspitasari, Hamim T. Mahfudhillah, Alifa Robitah, Zenia L. Kurniawati, Fatiya Rosyida, Mar’atus Sholihah. Buku ini terdiri atas 6 bab, dengan tebal buku 324 halaman.

15

Bab

Hlm

1

2

1

42

2

52

2

108

3

128

3

156

4

166

Bunyi Teks Kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena diberi kesempatan untuk lahir di dunia dan dapat me lihat keindahan berbagai ciptaan-Nya. (Ayo Kita Renungkan) Sebagai makhluk hidup yang diberi kesempatan untuk berada di dunia ini, Tuhan juga memberi kita tanggung jawab untuk mempertahankan keberadaan kita di dunia. Maha Besar Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan di Indonesia ini, sehingga kita merasakan indahnya kekayaan alam negara kita Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahi makhluk-Nya dengan kemampuan untuk mempertahankan diri dari predator atau pemangsa maupun dari perubahan lingkungan Maha Kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan langit dan bu mi beserta isinya dengan sa ngat sempurna sehingga dapat dijadikan tempat tinggal bagi makhluk hidup. Dengan demikian, sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan, kita memiliki kewajiban untuk senantiasa menjaga keasrian dan kelestarian lingkungan disamping memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup, sebagai fasilitas yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa bagi makhluk-Nya Maha Besar Tuhan kita yang telah menciptakan alam ini lengkap dengan berbagai zat yang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup.

Berdasarkan paparan data di atas dapat dinyatakan bahwa kandungan agama Islam dalam bahan ajar sains di madrasah belum signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah teksnya yang sedikit dan isinya yang bersifat umum, hanya berupa deskripsi sangat ringkas tentang Tuhan YME sebagai pencipta, keanekaragaman ciptaan-Nya, anjuran untuk mensyukuri nikmat-Nya, dan memanfaatkan ciptaan-Nya untuk tujuan yang baik serta hanya ada pada bagian akhir yaitu di kolom Renungan dan Refleksi. Temuan penelitian di atas menggambarkan bahwa konsep integrasi materi umum dan agama yang telah digagas Kementerian Agama pasca perubahan status madrasah menjadi sekolah umum berciri khas Islam, jika dilihat dari aspek penyiapan buku ajar belum terbukti. Hal ini terlihat dari penyusunan buku ajar sains di madrasah yang uraiannya hampir tidak dihubungkan/tidak diintegrasikan dengan ajaran Islam. Padahal setiap bab dalam buku ajar sains di Madrasah Tsanawiyah dapat diintegrasikan dengan ajaran Islam.

29

Buku ajar yang dikaji adalah buku IPA untuk Kelas IX SMP/MTs revisi 2018 semester 1 karya Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal, Lia Yuliati, I wayan Dasna, Ardian A. Pangestuti, Dyne R. Puspitasari, Hamim T. Mahfudhillah, Alifa Robitah, Zenia L. Kurniawati, Erfitra R. Prasmala. Buku ini terdiri atas 5 bab, dengan tebal buku 310 halaman.

16

Kementerian Agama seyogyanya memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dengan membentuk lembaga/unit khusus yang bertugas menyiapkan, menyempurnakan, dan mengevaluasi buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dipakai di madrasah. Dengan gagasan ini, Kementerian Agama akan lebih leluasa menyiapkan buku ajar sains bernuansa Islam. Dan dalam jangka panjang, gagasan tersebut dapat menjadi salah satu upaya untuk menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum yang hingga kini belum tuntas. Dari aspek lain diakui bahwa Kementerian Agama telah lama melakukan sejumlah terobosan untuk melakukan upaya islamisasi sains di madrasah, yakni dengan menyiapkan guru mata pelajaran sains yang memahami ajaran Islam. Upaya ini dilakukan agar para guru mata pelajaran sains di madrasah cakap mengajar materi sains bernuansa islami. Upaya ini dilakukan dengan membuka Program Studi Tadris di IAIN yang telah digagas sejak tahun 1960. Kendati program ini sempat terhenti karena kebijakan Kemdikbud yang tidak mendukung, belakangan, upaya menyiapkan guru mata pelajaran sains bernuansa islami semakin mantap setelah pemerintah melakukan alih status IAIN/STAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) sejak tahun 2002. Daftar Pustaka Abdullah, Amin. Islamic Studies di Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006. Abdullah Idi dan Toto Suharto, 2006., Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana Azizy, A. Qodri. 2003, Pendidikan (Agama)Untuk Membangun Etika Sosial : Mendidik Anak Sukses Masa Depan : Pandai dan Bermanfaat, Semarang : Aneka Ilmu Aip Saripudin, Dede Rustiawan K, dan Adit Suganda. Praktis Belajar Fisika 1 .Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. al-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin.Bandung : Pustaka, 1995. Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta : Kompas, 2002. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru.Jakarta; Logos, 1999.

17

Bastaman, Hanna Djumhana. “Islamisasi Sains dengan Psikologi Sebagai Ilustrasi”, dalam Ulumul Qur’an.Vol.II, No. 8, 1991. Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor.Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional, 1992. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Fadjar, A. Malik. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung : Mizan, 1999. Hadiwijoyo, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2.Yogyakarta; Kanisius,1980. Keputusan Menteri Agama Nomor 370/1993 tentang Madrasah Aliyah Keraf, A. Sony dan Mikhael Dua.Ilmu Pengetahuan; Sebuah Tinjauan Filosofis.Yogyakarta; Kanisius, 2001. Kertanegara, Mulyadhi. “Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Telaah Kritis Terhadap Epistemologi Barat”, dalam Refleksi Jurnal Kajian Agama dan Filsafat Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol.1 No. 3, Juni-Agustus 1999. Kertanegara, Mulyadhi. Integrasi Ilmu. Bandung : Mizan-UIN Press, 2006. Kertanegara, Mulyadhi. Menembus Batas Panorama Filsafat Islam.Bandung; Mizan, 2002. Maksum.Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : Logos, 1999. Mastuhu.Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta : INIS, 1994. Minhaji, Akh. “Masa Depan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia; Perspektif SejarahSosial”, TadrisJurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan.Volume 2, Nomor 2, 2007. Mulyanto, “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, dalam Ulumul Qur’anVo.II, No.9, 1991. Muhaimin, 2009., Rekontruksi Pendidikan Islam, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

Rahayu, Iman. Praktis Belajar Kimia untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam.Jakarta : Logos, 2005. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993. Saefudin, A. M. Desekularisasi Pemikiran; Landasan Islamisasi.Bandung; Mizan, 1990. Sulistyorini, Ari. Biologi 1 untuk SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Siswanto, Paradigma Pendidikan Terpadu, Strategi Penguatan Pendidikan Agama Islam, dalam Jurnal KARSA Vol. IXI No. 1 April 2001 Zainuddin, M., 2010., Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul albab, Malang, UIN-Malang Press

18

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.