JoSC - Vol. 2 No. 1 Oktober 2022 Flipbook PDF

JoSC - Vol. 2 No. 1 Oktober 2022

91 downloads 120 Views 3MB Size

Story Transcript

JoSC

Journal of Sustainable Construction Vol. 2 No. 1 - October 2022

Construction Project Management Research Center Universitas Katolik Parahyangan

e-ISSN: 2808-2869 p-ISSN: 2964-4437

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022 e-ISSN 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Editorial Note Peristiwa Pandemi Covid-19 telah mendorong dilakukannya sejumlah kajian pada berbagai bidang kehidupan manusia tidak terkecuali pada bidang konstruksi. Pada edisi terbitan jurnal Volume 2 No. 1 tahun 2022 terdapat dua hasil kajian terkait dampak Pandemi Covid-19. Sabilla dan Herman mendapati bahwa dalam kejadian Pandemi Covid-19 telah mendorong peningkatan kualitas pelayanan di Stasiun Bandung meskipun belum sepenuhnya memenuhi harapan penumpang. Selanjutnya Henong melakukan tinjauan literatur secara sistematis atas sejumlah penelitian yang mengkaji dampak Pandemi Covid-19 terhadap penyelesaian proyek konstruksi. Henong menyimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di masa Pandemi Covid-19 adalah keterlambatan pengiriman material ke lokasi proyek. Sementara itu dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi konstruksi kajian Reista dkk menemukan bahwa terdapat sejumlah perbedaan ketika volume pekerjaan dihitung secara tradisional yang menggunakan Computer Aided Design (CAD) 2D dibandingkan proses hitung volume menggunakan pendekatan Building Information Modelling (BIM). Pada studi kasus yang dilakukan perbedaan terbesar ada pada volume pekerjaan plafon sementara pekerjaan terkecil ada pada pekerjaan struktur. Masih terkait dengan teknologi konstruksi terutama untuk produsen material konstruksi, Wimala dkk melakukan penilaian risiko untuk aplikator teknologi RISHA. Sejumlah risiko tinggi berhasil diidentifikasi yaitu kendala pada mobilisasi material dan/atau panel RISHA serta ketidaksesuaian gambar desain dan kondisi lapangan proyek. Journal of Sustainable Construction tidak hanya fokus kajian pada tahapan konstruksi sebuah proyek, tetapi juga memberikan ruang publikasi untuk kajian di tahap operasional, untuk itu pada edisi ini dapat dilihat kajian yang dilakukan Hermawan dan Setiawan yang mencoba mengkaji tentang perlunya sistem informasi manajemen aset dan fasilitas gedung PPAG 2 Universitas Katolik Parahyangan. Kajian akan sistem informasi manajemen aset ini diharapkan menjadi penghubung antara pengelola dan pengguna dalam mempermudah proses pemanfaatan dan perawatan fasilitas yang ada. Demikianlah lima topik hasil kajian yang terbit pada jurnal Volume 2 No. 1 tahun 2022. Lima topik tersebut memberikan gambaran bahwa dalam konteks Sustainable Construction, maka kajian-kajian yang dipublikasikan tidak hanya fokus pada tahapan konstruksi tetapi juga melihat bagaimana proyek konstruksi tersebut dioperasikan yang harus tetap menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Oktober 2022 Editorial Team of JoSC

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022 e-ISSN 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Editorial Team Editor-in-Chief Andreas Franskie Van Roy, Ph.D - Universitas Katolik Parahyangan Speciality Editor Prof. M. Agung Wibowo, Ph.D. - Universitas Diponegoro Prof. Dr. Sarwono Hardjomuljadi - Universitas Mercu Buana Prof. Dr. Puti F. Tamin - Institut Teknologi Bandung Deputy Editor Dr. Eng. Mia Wimala - Universitas Katolik Parahyangan Dr.-Ing. habil. Andreas Wibowo - Universitas Katolik Parahyangan Assistant Editor Adrian Firdaus, M.Sc. - Universitas Katolik Parahyangan Theresita Herni, M.T. - Universitas Katolik Parahyangan Editorial Assistant Rd. Arini Ayu Lestari, S.Pd.

Publisher Pusat Studi Manajemen Proyek Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan © 2022 JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022 e-ISSN 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Peer Reviewers Dr. Anton Soekiman - Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia Dr. Felix Hidayat - Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia Dr. Farida Rachmawati - Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia Riduan Yunus, Ph.D. - Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Johor, Malaysia Jati Utomo Dwi Hatmoko, Ph.D. - Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Heni Fitriani, Ph.D. - Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia Harijanto Setiawan, Ph.D. - Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Indonesia Wahyudi P. Utama, Ph.D. - Universitas Bung Hatta, Padang, Indonesia

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022 e-ISSN 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Table of Content Kepuasan Penumpang terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Kereta Api di

1-12

Stasiun Bandung selama Pandemi Covid-19 dengan Metode IPA Ddan CSI Ratu Ar'ba Sabilla dan Herman Implementasi Building Information Modelling (BIM) dalam Estimasi Volume

13-22

Pekerjaan Struktural dan Arsitektural Itsna Aulya Reista, Annisa, dan Ilham Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penyelesaian Proyek Konstruksi:

23-29

Tinjauan Literatur Sistematis Sebastianus Baki Henong Pengukuran Tingkat Risiko Aplikator dalam Penerapan Teknologi Rumah

30-38

Instan Sederhana Sehat (RISHA) di Indonesia Mia Wimala, Theodorus Rasta, Carissa Perencanaan Sistem Informasi Manajemen Aset dan Fasilitas Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise 2 (PPAG 2 ) Dominico Nouwen Hermawan dan Theresita Herni Setiawan

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

39-47

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022, 1-12 https://journal.unpar.ac.id/index.php/josc e-ISSN: 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Kepuasan Penumpang terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Kereta Api di Stasiun Bandung selama Pandemi Covid-19 dengan Metode IPA dan CSI Ratu Ar’ba Sabilla1* dan Herman1 Dikirim: 15/08/2022

Diterima: 20/09/2022

ABSTRAK Stasiun KA Bandung merupakan stasiun kelas besar yang berada di dalam pengelolaan PT KAI DAOP II Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kinerja dan tingkat kepuasan penumpang serta mengevaluasi kondisi Standar Pelayanan Minimum (SPM) aspek kenyamanan selama pandemi Covid-19 dengan mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penyebaran kuesioner dan observasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil sebelum dan saat pandemi menggunakan metode Importance-Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dan saat pandemi semua variabel indikator bernilai negatif, artinya semua pelayanan yang diberikan masih di bawah harapan penumpang. Sementara itu, kinerja menyeluruh dengan metode CSI saat pandemi didapat sebesar 0,790 yang artinya ada kenaikan tingkat kepuasan. Untuk evaluasi SPM No 63 Tahun 2019 aspek kenyamanan yang dikaitkan dengan protokol kesehatan dari sepuluh ketentuan empat di antaranya belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kata kunci: customer satisfaction index, evaluasi SPM, importance-performance analysis, kepuasan penumpang, pandemi Covid-19

1. PENDAHULUAN Penggunaan moda transportasi umum yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia adalah jasa kereta api karena dinilai lebih ekonomis, efisien dari segi waktu dibanding moda transportasi lainnya. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memberi fasilitas mobilitas untuk menggunakan jasa kereta api. Kereta api sendiri berkaitan erat dengan stasiun yang digunakan sebagai tempat pemberangkatan, pemberhentian maupun transit kereta api. Lokasi stasiun yang strategis merupakan salah satu hal penting yang mampu untuk membantu dalam mobilitas di suatu wilayah. Lokasi Stasiun Bandung terletak di jalan Stasiun Timur (pintu selatan) dan jalan Kebon Kawung (pintu utara) di kelurahan Kebon jeruk, kecamatan Andir, kota Bandung yang berada di dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi II Bandung dan stasiun tersebut menghubungkan wilayah Bandung Raya dan Jabodetabek, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Dalam segi pelayanan, pengguna jasa perkeretaapian ingin mendapatkan pelayanan yang berkualitas dengan standar ketentuan yang sudah ada. Hal tersebut mendorong PT KAI (Persero) untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan seperti modernisasi sistem tiket, menyediakan aplikasi KAI Access, dan melakukan peningkatan infrastruktur dan fasilitas pelayanan seperti menyediakan layanan informasi 121. Pandemi Covid-19 bergulir lebih dari setahun, di masa tak menentu ini berbagai sektor industri terkena dampaknya, ada yang mampu bertahan ada pula yang tidak. Dibutuhkan upaya 1

Institut Teknologi Nasional Bandung, Jl. PH.H. Mustofa No. 23, Bandung 40124 * Penulis Korespondensi: [email protected]

2

Sabilla dan Herman

secara bersama agar mampu menyesuaikan dengan kondisi saat ini yakni di masa pandemi Covid-19 dengan tujuan untuk memulihkan produktivitas masyarakat dan membuat kondisi perekonomian kembali berputar. Pencegahan penyebaran Covid-19 terus dilakukan dengan melakukan pembatasan mobilitas pada sektor transportasi, dimana sektor transportasi turut berperan dalam penyebaran Covid-19. Tidak terkecuali sektor transportasi Kereta Api yang juga terdampak dengan pembatasan mobilitas. Tren volume penumpang kereta api baik KRL maupun non KRL mulai mengalami penurunan sejak awal pandemi mulai meningkat di Indonesia, yaitu fase work from home (WFH) dan school from home (SFH) pada awal Maret 2020, serta mengalami stagnasi pada fase PSBB, pembatasan kapasitas penumpang dan social distancing mulai diterapkan pada bulan April-Mei 2020. Dalam masa adaptasi kebiasaan baru atau masa new normal mulai mengalami peningkatan kembali. Setelah masa pandemi Covid-19 menuju era new normal diharapkan terjadi peningkatan di bidang jasa transportasi khususnya di bidang perkeretaapian. Untuk itu PT KAI DAOP II Bandung diharapkan mampu mengevaluasi serta memperbaiki faktor-faktor yang menurunkan kepuasan pelanggan. Faktor-faktor yang mencakup PM 63 tahun 2019 seperti keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan, dan kesetaraan untuk pengguna jasa perkeretaapian yang sesuai dengan Surat Edaran No 18 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan Surat Edaran No 80 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Perkeretaapian Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019. Sehingga pengguna jasa bisa merasa puas dengan kinerja atau pelayanan yang diberikan PT KAI DAOP II Bandung. 2. TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan Tujuan bisnis pada dasarnya adalah menghasilkan pelanggan yang puas [1]. Meningkatkan kepuasan pelanggan memiliki beberapa manfaat, seperti harmonisasi hubungan antara bisnis dan pelanggan, memberikan landasan yang baik untuk pembelian ulang, dan menciptakan dan membentuk loyalitas pelanggan. Rekomendasi dari mulut ke mulut untuk menguntungkan perusahaan [2]. Di dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible [3], konsumen umumnya menggunakan beberapa atribut atau faktor berikut: 1) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. 2) Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. 3) Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4) Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. 5) Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Standar Pelayanan Minimum di Stasiun Kereta Api Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana ditentukan dalam PM No 63 Tahun 2019 merupakan standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh penyelenggara jasa bagi pengguna jasanya dan merupakan tolak ukur yang menjadi pedoman bagi pengelolaan pelayanan dan sebagai acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban penyedia layanan kepada pengguna jasa dalam rangka meningkatkan pelayanan yang mudah, cepat, berkualitas, terjangkau dan terukur. Standar pelayanan minimum harus diterapkan pada stasiun kereta api. Untuk menentukan kelayakan pelayanan stasiun kereta api perlu dilakukan analisis awal pada tiap jenis pelayanan, kemudian dibandingkan dengan standar pelayanan minimum yang ada.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Sabilla dan Herman

3

Metode IPA (Importance-Performance Analysis) Importance Performance Analysis teknik ini, responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut tersebut. Kemudian, nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut perusahaan akan dianalisis dengan Importance Performance Matrix. Matriks ini berfungsi sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang spesifik, dimana perbaikan suatu kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan pelanggan/pengguna jasa. Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat harapan pelayanan menurut pengguna jasa dan tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan adalah metode Diagram Kartesius [4].

Gambar 1. Diagram Importance Performance Analysis Gambar 1 di atas merupakan diagram kartesius dimana terdapat empat kuadran untuk menganalisa kepentingan dan kinerja. 1) Kuadran I Prioritas Utama (Concentrate) Merupakan atribut-atribut yang dianggap penting tetapi kinerjanya belum sesuai dengan harapan oleh pengguna layanan. Atribut di kuadran ini perlu ditingkat kinerjanya. 2) Kuadran II Pertahankan Prestasi (keep up the good work) Merupakan atribut-atribut yang dianggap penting dan kinerjanya sudah sesuai dengan yang dirasakan oleh pengguna layanan. 3) Kuadran III Prioritas Rendah (Low Priority) Merupakan atribut-atribut yang dianggap kurang penting dan pada kenyataan kinerja atribut ini tidak terlalu istimewa. 4) Kuadran IV Berlebihan (Possible Overkill) Merupakan atribut-atribut yang dianggap kurang penting tetapi kinerjanya dianggap berlebihan oleh pengguna layanan. Metode CSI (Customer Satisfaction Index) Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan pengukuran yang digunakan dalam menentukan tingkat kepuasan konsumen keseluruhan yang pendekatannya dilakukan melalui pertimbangan tingkat harapan dari atribut atau faktor yang diukur. Pengukuran ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan pelanggan dengan memperhatiikan tingkat kepentingan atribut jasa yang dipresentasikan dalam bentuk prosentase pelanggan yang senang dalam suatu survei kepuasan konsumen [5]. Interpretasi nilai CSI dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Interpretasi Customer Satisfaction Index [6] Angka Indeks 0,00 – 0,34 0,35 – 0,50 0,51 – 0,65 0,66 – 0,80 0,81 – 1,00

Interpretasi Tidak puas Kurang puas Cukup puas Puas Sangat puas

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

4

Sabilla dan Herman

Uji Signifikansi Chi-Square Uji Chi-Square pada data penelitian dapat menggunakan fungsi tabulasi silang (Crosstab) di aplikasi pengolahan data. Uji chi-Square merupakan metode statistik yang umum digunakan untuk menguji hipotesis populasi dalam bentuk nominal, sehingga menghasilkan ukuran sampel yang lebih besar [7]. Pengujian ini dilakukan terhadap 10 variabel karakteristik pelanggan yang berhubungan dengan tingkat kinerja. Jika hasil dari chi-square berada di bawah nilai 0,05 maka data dapat dikatakan signifikan secara statistik. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada Stasiun Bandung yang berada dalam pengelolaan PT KAI DAOP II yang bertempat di jalan Stasiun Timur (pintu selatan) dan jalan Kebon Kawung (pintu utara) di kelurahan Kebon jeruk, kecamatan Andir, kota Bandung. Populasi sampel dalam penelitian ini merupakan penumpang kereta api yang naik maupun turun di Stasiun Bandung bulan April 2020-April 2021 (2.524.660 penumpang). Jumlah sampel yang diteliti diambil dengan menggunakan Rumus Slovin [8] diperoleh: 100 orang dengan teknik convenience sampling dengan kriteria merupakan penumpang yang naik maupun turun di Stasiun Kereta Api Bandung. Pada penelitian ini ada dua pengerjaan yang pertama adalah evaluasi kinerja SPM aspek kenyamanan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No 63 Tahun 2019 yang dikaitkan dengan protokol kesehatan masa pandemi Covid-19 dan yang kedua adalah survei tingkat kepuasan penumpang di Stasiun Bandung. Langkah-langkah pada penelitian ini dimulai dari perumusan masalah, tujuan, ruang lingkup dan hasil yang ingin dicapai. Selanjutnya, dilakukan studi literatur sebagai acuan penelitian. Tahap untuk evaluasi kinerja SPM yaitu melakukan pengumpulan data primer kemudian melakukan observasi data standarisasi sesuai Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2019 dan Surat Edaran (SE) Satuan Tugas Penanganan Covid-19 No 18 Tahun 2022 lalu dilakukan pengolahan dan analisis data. Survei tingkat kepuasan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data primer dan sekunder, di mana untuk data sekunder memakai jumlah volume penumpang bulan April 2020 hingga April 2021 dan data hasil kepuasan KA Pakuan yang digunakan sebagai pembanding untuk kepuasan sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Dibuat desain kuesioner dengan menggunakan skala likert 5 point untuk mengukur kepuasan kemudian penyebaran data yang dilakukan pada tanggal 25 Mei-28 Mei 2022 pukul 09.00-15.00 WIB, setelah itu dilakukan pengumpulan data untuk diolah dan dianalisis menggunakan metode IPA dan CSI. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik umum responden Karakteristik demografi pelanggan berdasarkan hasil penelitian dibagi menjadi empat kelompok yaitu jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan bulanan seperti disajikan pada Tabel 2. Aspek pengetahuan pelanggan dibagi menjadi enam kelompok yaitu tujuan perjalanan, alat transportasi menuju stasiun, alat transportasi meninggalkan stasiun, frekuensi penggunaan Kereta Api Bandung, asal perjalanan pengguna, tujuan perjalanan pengguna seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Karakteristik Umum Responden (Berdasarkan Demografi) Demografi Jenis Kelamin Usia

Pekerjaan

Variabel Laki-laki Perempuan 50 tahun Pegawai swasta

Persentase 39 61 8 62 15 4 11 46

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Sabilla dan Herman

5

Penghasilan Bulanan

BUMN PNS/TNI/Polri pelajar/mahasiswa wiraswasta/pengusaha lainnya Rp500 ribu – Rp 1,5 juta Rp 1,5 juta – Rp 2,5 juta Rp 2,5 juta – Rp 5 juta belum perpenghasilan

3 10 21 8 8 9 7 38 11

Tabel 3. Karakteristik Umum Responden (Berdasarkan Aspek Pengetahuan) Apek Pengetahuan Tujuan Perjalanan

Alat transportasi menuju stasiun

Alat transportasi meninggalkan stasiun

Frekuensi Perjalanan

Asal Perjalanan

Tujuan Perjalanan

Variabel rekreasi/liburan mengunjungi keluarga urusan bisnis/berdagang dinas/bekerja lainnya angkutan online mobil pribadi sepeda motor taksi konvensional/becak/ojek konvensional angkutan umum angkutan online mobil pribadi sepeda motor taksi konvensional/becak/ojek konvensional angkutan umum seminggu sekali sebulan sekali sebulan 2 kali setahun sekali lainnya Bandung Jakarta Bekasi Bogor Depok Jakarta Bandung Yogyakarta Bekasi Surabaya Solo Depok Cicalengka Tulungagung Purworejo Bogor Purwakarta Cilacap

Presentase (%) 43 24 7 21 5 63 12 10 7 8 58 15 10 10 7 2 21 7 31 39 71 25 2 1 1 49 29 4 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

6

Sabilla dan Herman

Perhitungan Gap Service Quality Tabel 4. Penilaian Gap Service Quality 100 responden di Stasiun Bandung No 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Atribut layanan RELIABILITY Kemudahan menjangkau lokasi stasiun Ketersediaan informasi berkaitan dengan jadwal KA Ketepatan jadwal perjalanan KA Kemampuan memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan Kemudahan dalam memperoleh informasi yang jelas Rata-rata RESPONSIVENESS Kecepatan dan kesiapan petugas dalam menyediakan pelayanan bagi pelanggan hingga Tuntas Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan Kecepatan dalam merespons kondisi darurat di dalam kereta maupun di stasiun Kecepatan dalam merespons keluhan dan permasalahan pelanggan Petugas selalu menunjukkan rasa percaya diri dan sikap siap melayani/membantu pelanggan Rata-rata ASSURANCE Keramahan dan kesopanan petugas dalam melayani pelanggan Kemampuan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya Keamanan dan kenyamanan pada saat berada di stasiun/kereta Kenyamanan pada saat naik turun kereta Ketersediaan asuransi atau jaminan keselamatan Rata-rata EMPHATY Kemampuan petugas memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah dimengerti Kesediaan karyawan untuk menghargai dan melayani serta mengutamakan kebutuhan Pelanggan Kejujuran dan kesabaran karyawan/petugas dalam memberikan pelayanan Harga tiket yang ditawarkan Ketersediaan layanan pelanggan 24 jam Rata-rata TANGIBLES Kebersihan di stasiun Kebersihan di ruang tunggu stasiun Kebersihan toilet di stasiun Sirkulasi udara di ruang tunggu stasiun Ketersediaan alat untuk menginformasikan rute perjalanan Jumlah tempat duduk di ruang tunggu stasiun Rata-rata

Kenyataan ̅ 𝒙

Harapan ̅ 𝒚

Gap (x̄- Ȳ)

4.07 4.22 4.33 4.03 4.00 4.13

4.35 4.61 4.60 4.58 4.51 4.53

-0.28 -0.39 -0.27 -0.55 -0.51 -0.40

3.92

4.41

-0.49

3.94

4.46

-0.52

3.87

4.60

-0.73

3.78

4.58

-0.80

3.98

4.46

-0.48

3.90

4.50

-0.60

4.07

4.63

-0.56

4.06 4.00 3.86 3.80 3.96

4.52 4.65 4.54 4.51 4.57

-0.46 -0.65 -0.68 -0.71 -0.61

4.09

4.54

-0.45

4.01

4.45

-0.44

3.96

4.52

-0.56

3.76 3.79 3.92

4.41 4.48 4.48

-0.65 -0.69 -0.56

3.91 3.99 3.68 4.04 3.87 3.67 3.86

4.69 4.61 4.67 4.53 4.51 4.56 4.60

-0.78 -0.62 -0.99 -0.49 -0.64 -0.89 -0.74

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Sabilla dan Herman

7

Tabel 5. Penilaian Gap Service Quality 100 responden di KA Ekspress Pakuan No 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Atribut layanan RELIABILITY Kemudahan menjangkau lokasi stasiun Ketersediaan informasi berkaitan dengan jadwal KA Ketepatan jadwal perjalanan KA Kemampuan memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan Kemudahan dalam memperoleh informasi yang jelas Rata-rata RESPONSIVENESS Kecepatan dan kesiapan petugas dalam menyediakan pelayanan bagi pelanggan hingga Tuntas Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan Kecepatan dalam merespons kondisi darurat di dalam kereta maupun di stasiun Kecepatan dalam merespons keluhan dan permasalahan pelanggan Petugas selalu menunjukkan rasa percaya diri dan sikap siap melayani/membantu pelanggan Rata-rata ASSURANCE Keramahan dan kesopanan petugas dalam melayani pelanggan Kemampuan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya Keamanan dan kenyamanan pada saat berada di stasiun/kereta Kenyamanan pada saat naik turun kereta Ketersediaan asuransi atau jaminan keselamatan Rata-rata EMPHATY Kemampuan petugas memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah Dimengerti Kesediaan karyawan untuk menghargai dan melayani serta mengutamakan kebutuhan Pelanggan Kejujuran dan kesabaran karyawan/petugas dalam memberikan pelayanan Harga tiket yang ditawarkan Rata-rata TANGIBLES Ketersediaan layanan pelanggan 24 jam Kebersihan di stasiun Kebersihan di ruang tunggu stasiun Kebersihan toilet di stasiun Sirkulasi udara di ruang tunggu stasiun Ketersediaan alat untuk menginformasikan rute perjalanan Jumlah tempat duduk di ruang tunggu stasiun Rata-rata

Kenyataan ̅ 𝒙

Harapan ̅ 𝒚

Gap (x̄- Ȳ)

3.38 2.50 2.02 2.33 2.34 2.51

4.37 4.59 4.68 4.28 4.46 4.48

-0.99 -2.09 -2.66 -1.95 -2.12 -1.96

2.55

4.27

-1.72

2.28

4.46

-2.18

2.37

4.54

-2.17

2.29

4.49

-2.20

2.53

4.27

-1.74

2.40

4.41

-2.00

2.55

4.35

-1.80

2.05 2.34

4.51 4.63

-2.46 -2.29

2.27 2.46 2.33

4.44 4.31 4.45

-2.17 -1.85 -2.11

2.75

4.24

-1.49

2.64

4.21

-1.57

2.29

4.34

-2.05

2.61 2.55

4.49 4.25

-1.88 -1.70

2.48 2.26 2.19 2.04 2.20 2.09 2.29 2.18

3.99 4.61 4.48 4.54 4.38 4.35 4.36 4.45

-1.51 -2.35 -2.29 -2.50 -2.18 -2.26 -2.07 -2.28

Berdasarkan hasil analisis, untuk hasil di Stasiun Bandung gap per atribut terbesar yaitu Kebersihan di toilet stasiun (atribut 23) sebesar -0,99 dan gap per dimensi terbesar yaitu dimensi tangible sebesar -0,74. Sedangkan, untuk hasil di KA Ekspress Pakuan gap per atribut terbesar yaitu Ketepatan jadwal KA sebesar -2,66 dan gap per dimensi terbesar yaitu dimensi tangible sebesar -2,28. Nantinya nilai gap terbesar itu yang menjadi perhatian bagi pihak penyedia jasa.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

8

Sabilla dan Herman

Gambar 2. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Terhadap Pelayanan Penumpang di Stasiun Bandung Berdasarkan hasil perhitungan IPA didapatkan atribut kualitas pelayanan yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan di Stasiun Bandung yaitu sebanyak enam atribut kualitas pelayanan yaitu: 1) Kecepatan dalam merespons kondisi darurat di dalam kereta maupun di stasiun 2) Kecepatan dalam merespons keluhan dan permasalahan pelanggan 3) Kenyamanan pada saat naik turun kereta 4) Kebersihan di stasiun 5) Kebersihan toilet di stasiun 6) Jumlah tempat duduk di ruang tunggu stasiun Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan di Stasiun Bandung Usulan perbaikan untuk Stasiun Bandung berdasarkan atribut yang masuk pada kuadran 1 untuk peta IPA atau kepada atribut yang memiliki nilai kepentingan yang tinggi bagi konsumen namun, kinerja nya masih kurang memuaskan. Usulan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan di Stasiun Bandung No 1

No atribut 8

Atribut Kecepatan dalam merespon kondisi darurat di dalam kereta maupun di stasiun

2

9

Kecepatan dalam merespon keluhan dan permasalahan pelanggan

3

14

Kenyamanan pada saat naik turun kereta

Akar Masalah Kurangnya keterampilan operator lapangan dalam mengenal kondisi darurat yang terjadi dan kecekatan untuk penanganan yang harus dilakukan Kurangnya kecekatan dalam merespon tindakan dari atasan dan operator lapangan atas semua permasalahan dan keluhan yang terjadi kepada pelanggan Penumpang selalu tidak sabar/tergesa-gesa untuk naik ke dalam gerbong kereta api ataupun turun dari gerbong kereta api

Usulan Perbaikan PT KAI mengadakan pelatihan dan kursus keterampilan tertentu untuk operator lapangan baik di dalam perjalanan maupun di stasiun kereta Petugas stasiun mempunyai sifat dan kepribadian sendiri-sendiri, untuk itu PT KAI akan memberikan penyuluhan kepada para petugas Stasiun Bandung agar lebih disiplin dan mengutamakan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan Melakukan pemberitahuan oleh petugas PPKA (melalui loud speaker) kepada penumpang yang akan naik dan turun dari gerbong kereta api lebih teratur dan disiplin

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Sabilla dan Herman

9

4

21

Kebersihan di stasiun

5

23

Kebersihan toilet di stasiun

6

26

Jumlah tempat duduk di ruang tunggu stasiun

Kurangnya komitmen kerja sama yang kuat antara pihak stasiun dengan pihak kedua sebagai penyedia jasa kebersihan Budaya egois dari setiap penumpang akan menjaga kebersihan dan penggunaan fasilitas umum

Pemeliharaan Gedung stasiun lebih difokuskan dan melakukan pengontrolan secara berkala terhadap pekerjaan yang dilakukan cleaning service Melakukan sosialisasi informasi lisan atau tulisan untuk menumbuhkan kesadaran penumpang dalam menggunakan dan menjaga kebersihan bersama Diupayakan penumpang yang sudah melakukan boarding langsung diarahkan untuk menaiki kereta dan menempati kursinya sesuai nomor yang tertera di tiket

Jumlah kursi yang tersedia di ruang tunggu tidak sebanding dengan jumlah calon penumpang

Analisis Customer Satisfaction Index Terhadap Pelayanan Penumpang Pengukuran CSI digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan penumpang secara keseluruhan dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut layanan[8]. Perhitungan akhir CSI di dapat dari weight score dibagi dengan high scale yang digunakan dalam pengukuran kepuasan skala likert yaitu 5, seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut. Tabel 7. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index di Stasiun Bandung Atribut Total

Rata-rata harapan Importance Weighting Rata-rata (Ȳ) Factor (WF) kenyataan (x̄) 117.98 1.00 102.70 Customer satisfaction Index (CSI) = ∑WS/5

Weighted Score (WS) 3.95 0.790

Tabel 8. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index di KA Ekspress Pakuan Atribut Total

Rata-rata harapan (Ȳ) 114.64

Importance Weighting Factor (WF) 1.00

Rata-rata kenyataan (x̄) 62.10

Customer satisfaction Index (CSI) = ∑WS/5

Weighted Score (WS) 2.38 0.476

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode CSI di atas, untuk Stasiun Bandung didapat sebesar 0,790 di mana artinya penumpang “puas” terhadap kinerja pelayanan yang ada di Stasiun Bandung. Sedangkan untuk KA Ekspress Pakuan didapat sebesar 0,476 di mana penumpang masih kurang puas terhadap kinerja yang telah diberikan. Uji Korelasi Chi-Square Berdasarkan Tingkat Kinerja Berdasarkan hasil uji chi-square, terdapat hubungan antara tingkat penghasilan bulanan dengan kepuasan responden. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 3. Nilai P value (Asymp.Sig) < 5 persen (0,000 < 0,05). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1) Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan bahwa tingkat pendapatan per bulan dari pengguna KA di Stasiun Bandung berpengaruh terhadap kinerja yang diterima. Penumpang berpendapatan rendah secara umum akan memilih kelas ekonomi sehingga kelas ekonomi akan lebih tinggi permintaan dan standar pelayanan kelas ekonomi itu terbatas. Sedangkan kelas yang lebih tinggi dengan standar pelayanan yang lebih baik sepi penumpang padahal untuk cost operasional itu dibuat secara keseluruhan. Margin atau keuntungan dari kelas ekonomi itu adalah minimal sehingga secara keseluruhan pelayanan akan berdampak.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

10

Sabilla dan Herman

2)

Pelanggan mengungkapkan bahwa diharapkan adanya harga promo atau voucher potongan harga pada saat pemesanan tiket KA. Dengan itu mungkin bisa menarik peminat lainnya untuk menggunakan kereta api sebagai moda transportasi.

Gambar 3. Hasil Uji Chi square Hubungan Pendapatan dengan Kinerja Perbandingan Hasil Penelitian kepuasan Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibandingkan bahwa kepuasan penumpang saat pandemi lebih besar atau dikatakan lebih puas dibandingkan dengan data hasil sebelum terjadinya pandemi. Hasil perbandingan ini tidak bisa sepenuhnya dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan karena perbandingannya tidak apple to apple dengan alasan perbedaan studi kasus dan karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, hasil perbandingan hanya dilihat dari sudut pandang penumpang jasa di Stasiun Bandung. Dengan itu, ada beberapa faktor yang menjadi penunjang kenaikan tingkat kepuasan penumpang pada saat pandemi yaitu: 1) Pada kemudahan menjangkau lokasi stasiun dirasa mudah oleh penumpang karena adanya kebijakan sistem kerja WFH sehingga mobilitas orang di jalan berkurang/tidak macet. 2) Keamanan dan kenyamanan pada saat berada di stasiun/kereta terasa lebih baik karena adanya peraturan pemerintah tentang pencegahan penyebaran virus corona di dalam stasiun dan di dalam gerbong kereta yang melarang penumpang untuk berbicara langsung atau melalui sambungan telepon genggam sehingga tingkat ketergangguan oleh suara orang berbicara berkurang. 3) Kemampuan memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan dengan jumlah penumpang yang terbatas sehingga fokus petugas stasiun atau petugas didalam gerbong lebih baik dan lebih memperhatikan tiap-tiap penumpang contohnya seperti petugas memperhatikan pemakaian masker penumpang untuk selalu memakai masker yang benar. 4) Kebersihan di area stasiun maupun di gerbong kereta api menjadi perhatian utama untuk diperhatikan karena pada masa pandemi seperti ini pengguna KA menjadi lebih sensitif terhadap kebersihan sekitarnya. Evaluasi Standar Pelayanan Minimum di Stasiun Bandung Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan [9]. Berdasarkan hasil penelitian kinerja SPM yang mengacu Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 dengan aspek kenyamanan serta berdasarkan persyaratan perjalanan perkeretaapian dalam masa pandemi Covid-19 (SE No 18 Tahun 2022 dan SE No 72 Tahun 2022). Dapat diketahui masih ditemukan perilaku penumpang yang tidak menjaga jarak fisik karena kurangnya kesadaran dari penumpang itu sendiri terkait protokol kesehatan. Kebersihan stasiun dan kebersihan toilet masih kurang diperhatikan dengan benar walaupun sudah dilakukan pembersihan secara berkala. Beberapa penumpang masih ditemukan merokok di area fasilitas stasiun padahal sudah jelas tertera di stiker/papan untuk imbauan dilarang merokok di area fasilitas stasiun.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Sabilla dan Herman

11

Tabel 9. Kondisi Eksisting di Stasiun Bandung terhadap persyaratan perjalanan perkeretaapian dalam masa pandemi Covid-19 No 1

Parameter Area Ruang Tunggu

Indikator Atribut Fasilitas untuk antigen/swab

Kondisi Eksisting Terdapat fasilitas untuk antigen/swab hingga vaksin booster ke 3 yang disediakan oleh pihak stasiun

Kesesuaian Sudah Sesuai

Penumpang menjaga jarak fisik

Masih ditemukan penumpang yang tidak menjaga jarak Tidak ditemukan penumpang yang tidak menggunakan masker di area ruang tunggu Penumpang menaati peraturan yang ada di stasiun

Belum Sesuai

Penumpang menjaga jarak fisik pada saat antre untuk boarding pass

Penumpang menaati peraturan untuk menjaga jarak fisik saat antre untuk boarding pass

Sudah Sesuai

Pemakaian masker

Tidak ditemukan penupang yang tidak menggunakan masaker di area boarding

Sudah Sesuai

Fasilitas cuci tangan/handsinitizer

Terdapat fasilitas handsinitizer dan cuci tangan untuk pengguna gunakan Masih ditemukan bagian yang kotor di beberapa titik area walaupun sudah dilakukan pembersihan secara berkala

Sudah Sesuai

Masih ditemukan bagian yang kotor oleh sampah di beberapa titik area walaupun sudah dilakukan pembersihan secara berkala Masih ditemukan beberapa penumpang yang merokok di rea fasilitas

Belum Sesuai

Penggunaan masker

2

Area Boarding

Pengecekan suhu

3

Kebersihan toilet

Kebersihan toilet

4

Kebersihan stasiun

Kebersihan stasiun

5

Himbauan melarang merokok

Himbauan melarang merokok di semua area fasilitas stasiun

Sudah Sesuai

Sudah Sesuai

Belum Sesuai

Belum Sesuai

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Gambar

12

Sabilla dan Herman

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian 3 metode di atas, hasil perhitungan Service Quality antara kenyataan dan harapan terhadap kualitas pelayanan sebelum dan saat pandemi, semua variabel indikator bernilai negatif artinya semua pelayanan masih berada di bawah harapan penumpang. Tingkat kinerja sesudah pandemi jauh lebih besar dibandingkan sebelum adanya pandemi. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya dapat dikatakan signifikan karena perbandingan tidak apple to apple. Untuk evaluasi SPM aspek kenyamanan yang dikaitkan dengan protokol kesehatan masih ada beberapa yang masih belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan itu, sebaiknya dilakukan pelayanan lebih baik lagi terhadap kualitas pelayanan, serta menerapkan dan mengoptimalkan Standar Pelayanan Minimal sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2019 aspek kenyamanan pada masa pandemic Covid-19 dan persyaratan perjalanan perkeretaapian dalam masa pandemi Covid-19 (SE No 18 Tahun 2022 dan SE No 72 Tahun 2022). DAFTAR RUJUKAN [1] [2] [3] [4] [5]

[6]

[7] [8]

[9]

S. Schnaars, Marketing Strategy : A Customer Driven Approach, Free Press, 1991. F. Tjiptono, Strategi Kepuasan Pelanggan, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. V. Zeithaml, L. Berry dan A. Parasuraman, “The Behavioral Consequences of Service Quality,” Journal of Marketing, vol. 60, no. 20, pp. 31-46, 1996. J. Martilla dan J. James, “Importance-Performance Analysis,” Journal of Marketing, vol. 41, no. 1, pp. 77-79, 1977. S. Dewi, R. D.P. dan A. Sulaksmi, “Analisis Kepuasan Pelanggan dengan Pendekatan Metode Customer Satisfction Index dan Importance Performance Analysis,” dalam Seminar Teknologi dan Rekayasa, 2015. A. Pohandry, S. Sidarto dan W. Winarni, “Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan dengan Menggunakan Metode Customer Satisfaction Index dan Importance Performance Analysis serta Service Quality,” Jurnal REKAVASI, vol. 1, no. 1, 2013. Sugiyono dan A. Nuryanto, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2006. H. Khurniyah, A. Amrawaty dan M. Aminawar, “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk Rumah Potong Ayam PT. Ciomas Adisatwa Maros Sulawesi Selatan,” Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan, vol. 5, no. 1, pp. 38-46, 2016. R. Ananda, “Evaluasi Kinerja Operasional dan Pelayanan Kereta Api Penataran, Stasiun Gubeng dan Malang Kota Baru,” 20 September 2017. [Online]. Available: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/2785/. [Diakses 2022].

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022, 13-22 https://journal.unpar.ac.id/index.php/josc e-ISSN: 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Implementasi Building Information Modelling (BIM) dalam Estimasi Volume Pekerjaan Struktural dan Arsitektural Itsna Aulya Reista1, Annisa1* dan Ilham1 Dikirim: 28/9/2022

Diterima: 13/10/2022

ABSTRAK Perhitungan volume pekerjaan menggunakan gambar Computer Aided Design (CAD) 2D memerlukan proses manual dan software pendukung lain seperti Microsoft Excel untuk perhitungan. Hal ini menyebabkan peluang terjadinya error karena ketidaktelitian interpretasi dan perhitungan dalam mengelaborasi kompleksitas bangunan yang akan dibangun. Penerapan Building Information Modelling (BIM) dapat meminimalisir kesalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan software Autodesk Revit untuk estimasi perhitungan volume dan menganalisis perbedaan hasil estimasi perhitungan volume berbasis Building Information Modelling dan hasil estimasi menggunakan CAD 2D. Studi kasus penelitian menggunakan data perencanaan gedung utama Rumah Sehat Baznas (RSB) Berau. Penelitian dilakukan dengan membuat model BIM menggunakan software Autodesk Revit dari data Detail Engineering Design (DED) CAD 2D eksisting. Output volume software Revit kemudian dibandingkan dengan Bill of Quantity (BQ) eksisting dan dianalisis perbedaannya.. Hasil penelitian menunjukan rata-rata perbedaan pada pekerjaan fondasi adalah 2%, pekerjaan sloof dan balok 0%, pekerjaan kolom 1%, pekerjaan pelat lantai 3%, pekerjaan railing 15%, pekerjaan dinding 7%, pekerjaan pintu 7%, pekerjaan jendela 0%, pekerjaan pola lantai 5%, pekerjaan plafond 17%, dan pekerjaan atap 6%. Rata-rata perbedaan pada pekerjaan arsitektural adalah 6%, sedangkan pada pekerjaan struktur adalah 5%, perbedaan terjadi karena kesalahan menghitung jumlah objek, kesalahan perhitungan, dan kesalahan interpretasi gambar. Kata Kunci: arsitektural, Autodesk Revit, BIM, struktural, volume

1. PENDAHULUAN Penggunaan software Autodesk Revit untuk perhitungan volume masih jarang dilakukan di Indonesia karena saat ini sebagian besar perhitungan volume masih dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel, padahal software ini mampu melakukan perhitungan volume secara akurat dan real time sesuai model bangunan yang dimodelkan. Model bangunan saling terintegrasi sehingga saat model diubah, secara otomatis volume pekerjaan akan langsung berubah sehingga dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Penelitian ini diperlukan untuk melihat persentase (%) perbedaan volume dan penyebab mengapa terjadi perbedaan tersebut. Peneliti ingin memberi gambaran data informasi yang dihasilkan BIM 5D, sehingga dapat menghemat waktu karena kesalahan pada desain dapat direvisi dengan mudah. Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan software Autodesk Revit untuk pekerjaan perhitungan volume, serta menganalisis perbedaan hasil perhitungan volume berbasis BIM 5D dengan perhitungan volume secara BIM 2D, perbedaan ini dapat digunakan untuk menentukan mana yang lebih efisien antara BIM 2D dan BIM 5D untuk perhitungan volume. Data proyek yang digunakan adalah data Detail Engineering Design (DED) dan Bill of Quantity (BQ) pekerjaan struktur dan arsitektur pada proyek perencanaan RSB Berau. Hasil volume dari software 1

Institut Teknologi Sains Bandung, Jl. Ganesha Boulevard No.1, Bekasi 17530 * Penulis Korespondensi: [email protected]

14

Reista, dkk.

Autodesk Revit dibandingkan dengan data perhitungan BQ proyek dan dihitung selisihnya dalam persentase (%), selisih tersebut kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Building Information Modelling (BIM) BIM merupakan suatu metode yang menggunakan teknologi untuk memodelkan suatu bangunan dimana aspek desain, konstruksi, dan operasional tersistem menjadi satu dalam informasi digital (3D) yang terintegrasi dan bekerja secara kolaboratif [1]. Keunggulan BIM diantaranya: (1) mampu menunjukkan siklus hidup bangunan pada tahapan proses konstruksi dan operasi fasilitas; (2) kuantitas dan kualitas dari suatu material dapat digali dengan mudah; (3) Lingkup kerja dapat dibagi, dipisahkan dan ditentukan dengan jelas [2]. BIM adalah sebuah pendekatan untuk desain bangunan, konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM mendukung keseluruhan aspek desain proyek, penjadwalan, dan informasi-informasi lainnya secara terintegrasi. Pada dasarnya, BIM ini merupakan penggabungan dari dua gagasan penting yaitu [3] : 1) Menjaga informasi desain dalam bentuk digital, sehingga memberi kemudahan untuk memperbaharui dan berbagi data antara pihak yang terlibat dalam proyek. Baik perusahaan konsultan desain arsitektur, mekanikal, elektrikal, plumbing, landscape dan kontraktor. 2) Konsep real-time yang berhubungan terus menerus antara data desain digital dengan inovasi-inovasi teknologi pemodelan bangunan, sehingga dapat menghemat waktu dan uang serta meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek. Penerapan BIM Di Indonesia Penerapan BIM pada Kementrian PUPR saat ini mulai dilakukan pada Bangunan Gedung Negara dengan luas diatas 2000 m² dan diatas dua lantai [4]. BIM digunakan dari tahap perencanaan sampai dengan konstruksi, bahkan dapat digunakan pada tahapan operasi dan pemeliharaan. Kebijakan teknologi BIM dapat meminimalisasi dampak dari terlambatnya pekerjaan, penambahan biaya, serta kegagalan konstruksi. Penerapan tersebut telah dilakukan dan diinisiasi pada pembangunan Gedung negara di lingkungan Ditjen Cipta Karya dalam beberapa proyek antara lain renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno, renovasi dan pengembangan stadion Manahan Solo, pembangunan Pasar Atas Bukittinggi di Sumatera Barat, serta Stadion dan Aquatic Arena untuk PON Papua dan bangunan Gedung lainnya [5]. Autodesk Revit Proyek konstruksi seringkali melibatkan sinkronisasi antara beberapa disiplin ilmu terkait, seperti: arsitektural, struktural, dan mekanikal elektrikal [6]. Terkadang apa yang seharusnya dikerjakan bersama oleh para engineer dilakukan secara terpisah karena tidak ada fasilitas terintegrasi [7]. Namun saat ini, penggunaan dan penerapan aplikasi yang dapat mengintegrasikan ketiga disiplin ilmu tersebut dalam perencanaan proyek konstruksi telah muncul dan diterapkan agar sinkronisasi tercipta dengan benar, memudahkan pengerjaan di lapangan dan tentunya mempercepat pelaksanaan proyek sehingga tepat waktu, mutu dan kualitasnya. Salah satu program yang dapat digunakan untuk melakukan superimpose tersebut adalah Autodesk Revit. Autodesk Revit adalah aplikasi atau alat program berbasis BIM yang membantu mendokumentasikan proyek dalam model 3D secara lebih realistis. Berikut adalah fitur-fitur lain pada Autodesk Revit [8]: 1) Modelling Pemodelan adalah hal yang paling penting pada perencanaan sebuah proyek. Teknologi pemodelan Revit, yang berorientasi pada objek, dapat membuat pemodelan lebih mudah dan lebih efisien. Komponen seperti kolom, balok, tulangan, jendela, dan pintu otomatis dapat dipilih (family), sehingga sebagai modeler hanya perlu memasukkan spesifikasi yang diperlukan sesuai dengan desain rencana.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Reista, dkk.

2)

3)

4)

15

Massing Dengan menggunakan massing, objek yang digunakan untuk menggambarkan bentuk dan geometri suatu bangunan dapat dilakukan dengan lebih sederhana. Tujuan dari massing ini adalah untuk menentukan luas, volume, atau dapat diintegrasikan ke dalam aplikasi lain seperti insight untuk menganalisis konsumsi energi, pencahayaan, dan lain lain. Phasing BIM sering disebut sebagai aplikasi empat dimensi karena dapat dilihat setiap waktu. Revit dapat melakukan perubahan model sesuai kebutuhan selama fase proyek. Pada setiap fase konstruksi, dapat menentukan komponen mana yang akan terlihat atau disembunyikan. Grouping Revit juga berfungsi sebagai aplikasi yang dapat menampilkan data dalam berbagai format. Model yang dibuat di Autodesk Revit dapat mengatur objek-objek ini dalam satu susunan daftar. Daftar tersebut terintegrasi langsung ke dalam model yang dibuat, sehingga saat mengubah objek juga akan mengubah daftar.

Volume Pekerjaan Perhitungan kuantitas memiliki peran yang penting, kegiatan ini diperlukan untuk menghitung dan memverifikasi jumlah pekerjaan yang termasuk dalam lingkup pekerjaan untuk BQ yang akan diserahkan nanti. sebagai dokumen lelang perhitungan volume ini harus dilakukan dengan hatihati dan akurat dan dibangun sesuai dengan gambar perencanaan yang disetujui agar kesalahan yang kemudian mengarah pada perselisihan atau bahkan merugikan kontraktor tidak terjadi. BQ adalah kumpulan daftar yang menunjukkan ringkasan pekerjaan yang diselesaikan dan perkiraan/kuantitas [9]. Volume pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan per kegiatan pekerjaan yang dicantumkan dalam BQ. Harga total keseluruhan merupakan jumlah dari seluruh hasil perkalian volume pekerjaan dengan harga satuan masing-masing pekerjaan. Umumnya, pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 11% dari harga total keseluruhan pekerjaan juga ditambahkan ke dalam total perhitungan [10]. Metode perhitungan volume menggunakan gambar 2D memerlukan banyak proses manual sehingga diperlukan ketelitian dalam proses komputasi untuk mendapatkan volume bersih dari setiap elemen sehingga volume yang sama tidak dihitung dua kali. Di sisi lain, dengan metode BIM seperti Revit, proses perhitungan volume dapat dilakukan dengan lebih efisien berdasarkan model yang sudah dibuat. Hal ini membantu mengurangi dampak kesalahan manusia dalam proses manual. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Studi kasus ditinjau pada RSB Berau karena kelengkapan data dan kompleksitas sedang yang cukup menunjukan gambaran umum ruang lingkup proyek konstruksi. Langkah-langkah dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur untuk memperkaya pengetahuan, kemudian dilakukan penginputan data, yaitu data arsitektur dan struktur. Tahap selanjutnya yaitu memodelkan ulang gambar 2D arsitektur dan struktur menjadi 3D yang diteruskan dengan mengeluarkan perhitungan volume dari software Autodesk Revit. Volume dari Autodesk Revit ini akan dibandingkan dengan volume pada BQ proyek. Tahapan dari analisis data adalah sebagai berikut: 1) Meng-export data volume dari Revit ke Microsoft Excel 2) Mengelompokkan volume Revit dan BQ sesuai pekerjaan dan menyamakan satuannya. 3) Menghitung selisih volume Revit dengan BQ, dan dibuat dalam bentuk persentase. 4) Menganalisis perbedaan volume tersebut. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN RSB Berau RSB Berau dibahas karena masih jarang penggunaan BIM dalam bangunan Rumah Sakit. Data Bangunan yang digunakan dan diperoleh yaitu:

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

16

1)

2) 3)

Reista, dkk.

Data Umum bangunan Nama Gedung : Gedung A Lokasi : Berau, Kalimantan Timur Fungsi : Rumah Sakit Jumlah Lantai : 2 lantai Tinggi Gedung : 15 m Material Struktur : Beton bertulang Data Gambar Data gambar yang digunakan adalah gambar 2D struktur dan arsitektur. Data Bill Of Quantity(BQ) proyek Data BQ yang digunakan adalah data struktur dan arsitektur.

Hasil Pemodelan Pemodelan struktur terdiri dari pemodelan fondasi, kolom, balok, pelat lantai dan atap, Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Revit 2023 versi student. Hasil dari pemodelan struktur dapat dilihat pada Gambar 1, hasil dari pemodelan fondasi dapat dilihat pada Tabel 1, hasil dari pemodelan kolom dapat dilihat pada Tabel 2, dan hasil dari pemodelan balok dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 1. Pemodelan Struktur Beton dan Tulangan Tabel 1. Hasil Pemodelan Fondasi Nama

Gambar DED

Hasil Pemodelan

Pilecap PC1

Pilecap PC2

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Reista, dkk.

17

Tabel 2. Hasil Pemodelan Kolom Nama

Gambar DED

Hasil Pemodelan

Kolom K1

Kolom K2

Kolom KP1

Tabel 3. Hasil Pemodelan Balok Nama

Gambar DED

Hasil Pemodelan

BL4

BL2a

BL2b

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

18

Reista, dkk.

Pemodelan arsitektur terdiri dari pemodelan dinding, finishing lantai, pintu, jendela, tangga, dan ceiling. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Revit 2023 versi student. Hasil dari pemodelan arsitektur dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Pemodelan Arsitektur Kesesuaian Pekerjaan Seluruh hasil perhitungan perbedaan volume BQ eksisting dan volume Autodesk Revit yang telah dibuat presentase (%) diklasifikasikan menjadi tiga: (1) Sesuai; (2) Kurang Sesuai; (3) Tidak Sesuai. Item pekerjaan diklasifikasikan sesuai jika volume BQ dan volume Autodesk Revit memiliki perbedaan 0% sd 10%. Item pekerjaan diklasifikasikan kurang sesuai jika volume BQ dan volume Autodesk memiliki perbedaan 11% sd 20%. Item pekerjaan diklasifikasikan sesuai jika volume BQ dan volume Autodesk Revit memiliki perbedaan > 20%. Dari seluruh pekerjaan arsitektur dan struktur yang telah dimodelkan terdapat 71% pekerjaan sesuai dengan volume BQ, 12% kurang sesuai, dan 17% tidak sesuai. Diagram kesesuaian seluruh pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan grafik kesesuaian pekerjaan arsitektur pada Gambar 4 dan grafik kesesuaian pekerjaan struktur pada Gambar 5.

Presentase Kesesuaian 17% 12% 71%

Sesuai

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

Gambar 3. Diagram Kesesuaian Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Reista, dkk.

19

Kesesuaian Pekerjaan Arsitektur 120%

100%

100% 80%

84% 66%

66%

60% 40% 20% 0%

50%

34%

50%

40% 40%

25% 25%

20% 8% 8%

0%

Pek Railing Pek Dinding Pek Pintu Sesuai

25% 25%

0% 0% Pek Jendela

Kurang Sesuai

34%

0% Pek Pola Pek Plafond Pek Atap Lantai Tidak Sesuai

Gambar 4. Grafik Kesesuaian Pekerjaan Arsitektur Pada pekerjaan railing perbedaan volume terjadi karena pada BQ eksisting panjang handrail dan railing dihitung dari tampak atas sehingga panjang yang memiliki kemiringan dianggap datar sedangkan pada Autodesk Revit panjangnya dihitung sesuai dengan bentuk aslinya, sehingga bagian yang memiliki kemiringan dihitung sesuai dengan panjang kemiringan tersebut. Pada pekerjaan dinding di BQ eksisting perhitungan volume lantai 1 ketinggiannya adalah mengikuti ketinggian lantai 1 yaitu 4.20 m sedangkan pada revit ketinggiannya adalah di atas level sloof yaitu 5.05 m, sehingga perhitungan pada Autodesk Revit lebih besar. Pada pemodelan pintu terdapat perbedaan volume yang diperoleh antara software Autodesk Revit dan BQ. Pada BQ eksisting terjadi misinterpretasi DED sehingga tidak terdapat item pintu P9 sedangkan pada revit dimodelkan pintu P9 yang jumlahnya 4 buah pintu. Pada Autodesk Revit jumlah P1 hanya terdapat 4 buah pintu, namun di BQ terdapat 5 pintu. Hal ini terjadi karena pada BQ terdapat kelebihan jumlah pintu yang seharusnya 4 buah dihitung 5 buah. Pada pemodelan jendela tidak terdapat perbedaan volume yang diperoleh antara software Autodesk Revit dan volume BQ. Pada pemodelan lantai perbedaan volume terjadi karena perhitungan pada Autodesk Revit setelah dikurangi dengan kolom dan dinding sedangkan pada BQ tidak, sehingga volume pada BQ lebih besar. Pada pemodelan plafond perbedaan volume terjadi karena perhitungan pada Autodesk Revit volumenya adalah hasil pengurangan dengan kolom dan dinding sedangkan pada BQ tidak, sehingga volume pada BQ lebih besar. Pada pemodelan atap terdapat perbedaan volume yang diperoleh antara software Autodesk Revit dan volume BQ pada proyek, hal ini karena dimungkinkan pada BQ panjang lisplank dihitung dari tampak atas sehingga panjang yang memiliki kemiringan dianggap datar, sedangkan pada revit panjangnya dihitung sesuai dengan bentuk aslinya, sehingga bagian yang memiliki kemiringan dihitung sesuai dengan panjang kemiringan tersebut.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

20

Reista, dkk.

Kesesuaian Pekerjaan Struktur 120%

100%

100%

100% 75%

80%

75%

60% 40% 20% 0%

25% 0% 0% Pek Fondasi Sesuai

0% Pek Balok & Sloof Kurang Sesuai

25% 0% Pek Kolom

0% 0% Pek Pelat Lantai

Tidak Sesuai

Gambar 5. Grafik Kesesuaian Pekerjaan Struktur Pada pemodelan fondasi, terjadi perbedaan volume dikarenakan: (1) pada perhitungan BQ ketinggian borepile dianggap sama yaitu setinggi 9,1 m; (2) perbedaan volume terjadi karena misinterpretasi DED sehingga jenis pile cap pada BQ terdapat satu tipe sedangkan pada pemodelan software Autodesk Revit terdapat dua jenis pile cap; (3) ketinggian borepile disesuaikan dengan level yang ada pada gambar DED yaitu 7,2 m untuk tipe 2 dan 9,1 m untuk tipe 1. Pada pemodelan kolom, perbedaan volume terjadi karena misinterpretasi DED yang menyebabkan error perhitungan pada software Autodesk Revit dan volume BQ eksisting. Perbedaan terjadi karena level kolom pada perhitungan BQ berbeda dengan pemodelan di Autodesk Revit, pada BQ level kolom lantai 1 adalah 1+4.20 m, namun 1+4.20 m belum mencapai level fondasi sehingga kolom tidak menempel pada fondasi, sedangkan pada pemodelan Revit level kolom lantai 1 adalah +4.20 m ditambah dengan 0.85 m untuk mencapai fondasi sehingga membuat perhitungan kolom di Revit menjadi lebih besar karena ketinggian kolom level 1 menjadi lebih tinggi, bukan +4.20 m melainkan +5.05 m dan secara otomatis berat tulangan menjadi lebih besar. Pada detail balok, terjadi ketidaksesuaian antara penulisan keterangan detail tulangan dan gambar detail balok. Hal ini mengakibatkan berat tulangan pada BQ menjadi lebih besar. Pada BQ perhitungan volume beton dilakukan dari as ke as, sehingga hasilnya akan lebih besar karena jaraknya lebih panjang, sedangkan pada Revit perhitungan volume sesuai dengan panjang balok sehingga tidak ada double volume dengan kolom yang membuat hasil volumenya lebih kecil. Pada pemodelan pelat lantai, perbedaan volume terjadi pada pekerjaan penulangan, hal ini karena pada lantai atap yaitu dak beton perhitungan tulangannya tidak terhitung, sehingga berat tulangan pada BQ menjadi lebih kecil. Hasil Kolaborasi Setelah gambar 2D dimodelkan kembali menjadi 3D pada software Revit, terdapat beberapa bentrokan dan perbedaan yang terjadi pada Tabel 4 berikut ini:

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Reista, dkk.

21

Tabel 4 Hasil kolaborasi pekerjaan arsitektur dan struktur No

Gambar

Error

Keterangan

1

Pada lantai 2 terdapat balok yang saling bersinggungan dengan shaft.

Pada penelitian ini tidak dilakukan pemodelan MEP (Mekanikal, Elektrikal, Plambing) sehingga tidak diketahui isi dari shaft tersebut apakah perlu dilakukan review desain atau tidak, karena jika pada shaft tersebut terdapat pipa ataupun alat ME yang lain maka dalam pelaksanaan dilapangan pipa tersebut perlu di bengkokkan atau diubah desain baloknya.

2

Pada detail tulangan, tulangan atas dan bawah dianggap sama yaitu 4D19, namun pada gambar tulangan hanya ada 2 tulangan bukan 4 tulangan. Hal ini sering terjadi karena pada gambar 2D cad tidak ada warning apabila terdapat ketidaksesuaian, namun pada Revit setiap terdapat ketidaksesuaian langsung muncul warning error sehingga kesalahan dapat diketahui.

Pada saat melakukan penggambaran dan penulisan keterangan harus teliti, karena estimator cenderung melihat keterangan untuk memperoleh volume, sehingga perlu diketahui bahwa keterangan yang dituliskan tidak selalu benar dan tetap harus melihat gambar.

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut. 1) Dari seluruh pekerjaan yang dihitung terdapat 71% pekerjaan sesuai BQ, 12% kurang sesuai, dan 17% pekerjaan tidak sesuai. 2) Rata-rata perbedaan pada pekerjaan arsitektural adalah 6%, sedangkan rata-rata perbedaan pada pekerjaan struktur adalah 5%. 3) Rata-rata perbedaan pada pekerjaan fondasi adalah 2%, pekerjaan sloof dan balok 0%, pekerjaan kolom 1%, pekerjaan pelat lantai 3%, pekerjaan railing 15%, pekerjaan dinding 7%, pekerjaan pintu 7%, pekerjaan jendela 0%, pekerjaan pola lantai 5%, pekerjaan plafond 17%, dan pekerjaan atap 6%. 4) Software Autodesk Revit mampu meminimalisir kesalahan perhitungan volume pekerjaan seperti item pekerjaan yang dapat terhitung dua kali. 5) Kolaborasi antara bagian arsitektur dan struktur pada RSB Berau menggunakan software Autodesk Revit mampu meminimalisir terjadinya clash seperti sloof yang selevel dengan lantai.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

22

1) 2)

3) 4)

Reista, dkk.

Sedangkan saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pemodelan yang dilakukan harus benar dan sesuai agar volume material yang diperoleh akurat. Software Autodesk Revit 2023 yang digunakan saat ini masih berat untuk penulangan dimungkinkan masih dalam tahap pengembangan sebelum launching lahun 2023, sehingga untuk penelitian lanjutan mungkin dapat menggunakan software lain selain Revit yang berbasis open BIM. Saat melakukan perhitungan volume harus teliti dalam penggunaan satuan, karena saat satuan berbeda volume dapat berbeda. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara menyeluruh untuk semua bidang, baik arsitektur, struktur, dan MEP.

DAFTAR RUJUKAN [1]

S. Sangadji, S. Kristiawan dan I. Saputra, “Pengaplikasian Building Information Modeling (BIM) Dalam Desain Bangunan Gedung,” Matriks Teknik Sipil, vol. 7, no. 4, pp. 381-386, 2019. [2] R. Apriansyah, Implementasi Konsep Building Information Modelling (BIM) Dalam Estimasi Quantity Take Off Material Pekerjaan Struktural, 2015. [3] A. Nugraha, Implementasi Konsep Building Information Modelling (BIM) Dalam Estimasi Quantity Take Off Material Pekerjaan Plumbing, 2020. [4] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 22/PRT/M/2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara, 2018. [5] BIM PUPR, “Implementasi BIM di Indonesia untuk Proyek Bangunan Gedung,” 31 Agustus 2019. [Online]. Available: http://bim.pu.go.id/berita/baca/42/implementasi-bim-diindonesia-untuk-proyek-bangunan-gedung.html. [6] N. Nelson dan J. Sekarsari, “Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Building Information Modeling (BIM) dalam Tahapan Pra Konstruksi Gedung Bertingkat,” Jurnal Mitra Teknik Sipil, vol. 2, no. 4, pp. 241-248, 2019. [7] A. Fikri, Efektivitas Perhitungan Volume Pekerjaan Struktur dengan Menggunakan Bantuan Building Information Modeling (BIM), 2022. [8] S. B. Rayendra, “Studi Aplikasi Teknologi Building Information Modeling untuk PraKonstruksi,” dalam Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS, 2014. [9] R. Ferial, B. Hidayat, R. Pesela dan D. Daoed, “Quantity Take-Off Berbasis Building Information Modeling (BIM) Studi Kasus: Gedung BAPPEDA Padang,” Jurnal Rekayasa Sipil, vol. 17, no. 3, pp. 228-238, 2021. [10] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 1 Tahun 2022, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022, 23-29 https://journal.unpar.ac.id/index.php/josc e-ISSN: 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penyelesaian Proyek Konstruksi: Tinjauan Literatur Sistematis Sebastianus Baki Henong1* Dikirim: 07/08/2022

Diterima: 16/10/2022

ABSTRAK Pada awal Maret 2020 Coronavirus Disease (Covid)-19 resmi diumumkan pemerintah telah masuk Indonesia. Sejak saat itu pemerintah mulai memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bagi kegiatan masyarakat. PSBB mengakibatkan banyak aktivitas masyarakat menjadi terhambat dan salah satunya adalah proyek konstruksi. Banyak proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan proyek akibat pandemi Covid-19 dan telah banyak studi pada ranah ini. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan systematic literature review atas studi-studi terdahulu. Ada tiga pertanyaan penelitian yang akan dijawab yaitu bagaimana dampak Covid-19 terhadap penyelesaian proyek konstruksi, apa faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi, dan apa implikasi secara legal kontraktual. Berdasarkan kajian yang dilakukan, dampak Covid-19 yang terjadi pada proyek konstruksi meliputi keterlambatan proyek konstruksi. Faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan pada masa Covid-19 adalah keterlambatan pengiriman material ke lokasi proyek, jumlah tenaga kerja yang tidak memadai, kekurangan atau kerusakan peralatan. Pandemi Covid-19 dikategorikan sebagai peristiwa kahar, yang membebaskan kontraktor pelaksana dari kewajiban membayar denda akibat keterlambatan proyek. Namun, penegasan ini perlu dinyatakan secara eksplisit dalam kontrak konstruksi untuk menghindari potensi terjadinya konflik antara pemilik dan kontraktor pelaksana. Kata kunci: Covid-19, dampak, keterlambatan, proyek konstruksi, systematic literature review

1. PENDAHULUAN Pada awal Maret 2020, Coronavirus Disease (Covid)-19 resmi diumumkan pemerintah telah masuk Indonesia. Sejak saat itu pemerintah mulai memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bagi kegiatan masyarakat. PSBB membatasi aktivitas masyarakat, melarang kerumunan sampai pada mobilitas masuk-keluar dari daerah yang satu ke daerah yang lain dibatasi [1]. Kebijakan PSBB mengakibatkan banyak aktivitas masyarakat menjadi terhambat dan salah satunya adalah proyek konstruksi [2]. Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan bagi proyek konstruksi. Banyak proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan dan peningkatan biaya [3]. Data menunjukkan pertumbuhan nilai indeks konstruksi mengalami penurunan dari 4,9% menjadi 2,1% pada tahun 2020 [4]. Penurunan indeks konstruksi ini disebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh proyek, mulai dari pengalihan anggaran untuk penanganan Covid-19, keterbatasan sumber daya dan keadaan lainnya [5]. Keterlambatan proyek konstruksi di masa pandemi Covid-19 telah menjadi perhatian banyak peneliti dan akademisi, mengingat dampak kerugian yang sangat besar. Banyak kajian telah difokuskan pada keterlambatan proyek konstruksi selama pandemi. Namun, sejauh ini belum ada kajian yang secara spesifik difokuskan pada pemetaan studi-studi terdahulu dalam ranah ini. Sehubungan dengan hal ini, tulisan ini bertujuan untuk mengisi kekosongan pengetahuan dengan 1

Universitas Katolik Widya Mandira, Jl. Jenderal Achmad Yani No. 50-52, Kupang 85225 * Penulis Korespondensi: [email protected]

24

Henong

melakukan systematic literature review (SLR). Secara khusus, tulisan ini menjawab tiga pertanyaan penelitian yaitu bagaimana dampak Covid-19 terhadap pelaksanaan proyek konstruksi, apa faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi, dan apa implikasi secara legal kontraktual. 2. TINJAUAN PUSTAKA Keterlambatan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non excusable delays; NED), keterlambatan yang dapat dimaafkan (excusable delays; ED) dan keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (compensable delays; CD). NED adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor. ED adalah keterlambatan yang disebabkan kejadian-kejadian di luar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja. CD adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut (Boy et al. 2021). Keterlambatan menimbulkan kerugian baik bagi pemilik maupun kontraktor pelaksana. Bagi pemilik, keterlambatan berarti tertundanya manfaat yang seharusnya diterima lebih cepat jika proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Sementara itu, bagi kontraktor, keterlambatan proyek berdampak pada meningkatnya biaya tidak langsung (overhead) dan ekskalasi biaya langsung, khususnya material konstruksi. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode SLR yang dimulai dengan pencarian artikel yang relevan menggunakan bantuan mesin pencari Google Scholar dengan pencarian Boolean (Boolean search). Kata-kata kunci yang digunakan untuk pencarian adalah “keterlambatan AND proyek konstruksi AND Covid-19,” dengan tahun terbit antara 2020 dan 2022 sampai penelitian ini dilaksanakan. Satu catatan penting dalam penelitian ini adalah artikel yang dapat diakses bebas (open access) saja yang digunakan sebagai basis SLR. Hasil penelusuran selanjutnya disaring (filter) untuk memastikan hanya artikel yang benarbenar relevan yang akan dianalisis. Tahap berikutnya adalah melaksanakan analisis bibliometrik untuk memetakan publikasi menurut jumlah publikasi per tahun dan metodologi penelitian yang digunakan. SLR dilakukan terhadap artikel terpilih disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, meliputi, dampak Covid-19 terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, faktor-faktor penyebab keterlambatan di masa pandemi Covid-19, dan implikasinya. Gambar 1 menyajikan secara skematis metodologi penelitian ini. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pencarian awal menemukan 93 artikel. Artikel-artikel dipilah sesuai tema dan dihasilkan 68 artikel untuk SLR. Artikel-artikel terpilih ini dipublikasikan dalam jurnal dengan disiplin ilmu yang berbeda yaitu keteknikan, kesehatan, ekonomi dan hukum. Berdasarkan tahun, sebanyak 20 artikel (29,41%) dipublikasikan pada tahun 2020, 39 artikel (57,39%) pada tahun 2021, dan sisanya ada 9 artikel (13,23%) pada tahun 2022. Metodologi yang dipakai sangat bervariasi. Sebanyak 40 (58,82%) artikel menggunakan pendekatan kuantitatif dan 28 (41,17 %) artikel menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif termasuk simulasi Monte Carlo [6], [7], interpretive structural modeling [8], crash program [9], soft system methodology [10]. Metode yang digunakan untuk penelitian kualitatif juga beragam, termasuk yuridis normatif [11] dan doctrinal legal research [12].

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Henong

25

Gambar 1. Skema Pemetaan Penelitian Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi Masa Pandemi Faktor-faktor penyebab keterlambatan pembangunan proyek adalah perubahan desain selama konstruksi, keterlambatan pengiriman material, keterlambatan persetujuan gambar kerja, keterlambatan pembayaran, serta metode kerja yang tidak sesuai [8]. Studi lain [13] menyatakan faktor yang mempengaruhi keterlambatan di masa pandemi Covid-19 adalah keterlambatan dalam penyerahan lahan, cuaca yang buruk, perubahan desain, kurangnya pengendalian dan pengawasan keuangan, jumlah tenaga kerja tidak memadai, pemogokan, pembayaran termin yang terlambat, keterlambatan dalam persetujuan desain gambar, pengalokasian dana tidak tepat, perbedaan kondisi bawah tanah. Khairani dan Supriyadi [14] menegaskan faktor utama penyebab keterlambatan di masa pandemi Covid-19 yakni faktor keuangan di mana klien terlambat membayar kepada kontraktor. Marioga et al. [15] menyatakan faktor penyebab keterlambatan adalah kurangnya tenaga kerja, keterlambatan pengiriman bahan, intensitas curah hujan, kurangnya keahlian tenaga kerja, kekurangan peralatan, kerusakan peralatan dan perubahan desain oleh klien. Vitri et al. [16] menyatakan faktor keterlambatan di masa pandemi Covid-19 yakni kebijakan pemerintah, desain, cuaca, karakteristik tempat dan material. Studi lain [17] menyebutkan faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi yaitu pembatasan jumlah tenaga kerja, wabah Covid19, kekurangan bahan material, kekurangan alat, rendahnya kemampuan tenaga kerja, produktivitas kerja yang kurang maksimal. Faktor fluktuasi harga material dan faktor penumpukan material juga merupakan faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan proyek di masa pandemi Covid-19 [18]. Clarita dan Anondho [19] menyatakan ketersediaan material dan peralatan adalah faktor yang paling berpengaruh. Hadhinata et al. [20] menyatakan cuaca dan keamanan pekerja juga merupakan faktor yang paling mempengaruhi keterlambatan. Di sisi lain, Raranta et al. [21] menegaskan faktor yang paling berpengaruh adalah penerapan kebijakan PSBB karena Covid19. Santoso et al. [22] menyatakan faktor ketersediaan tenaga kerja adalah yang paling berpengaruh keterlambatan di masa pandemi Covid-19. Sementara itu, Apriliani et al. [1] menyatakan selain faktor ketersediaan tenaga kerja, proses mobilisasi peralatan dan alat berat berpengaruh pada penyelesaian proyek di masa pandemi Covid-19.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

26

Henong

Adenugroho et al. [23] menyebutkan faktor yang mempengaruhi keterlambatan yaitu tenaga kerja, peralatan dan material. Halim et al. [8] menegaskan faktor yang mempengaruhi keterlambatan yakni perubahan desain, keterlambatan pengiriman material, keterlambatan persetujuan gambar kerja, keterlambatan pembayaran, serta metode kerja yang tidak sesuai. Manning et al. [24] menyebutkan beberapa masalah menyebabkan keterlambatan konstruksi, termasuk kekurangan tenaga kerja, adanya jarak sosial, protokol Covid-19 dan keterlambatan pasokan material. Hermanto dan Tani [25] menegaskan faktor yang mempengaruhi keterlambatan adalah ketidaktepatan waktu pemesanan material, adanya keluhan dari warga akibat pelaksanaan konstruksi, perubahan desain atau detail dalam waktu pelaksanaan. Vitri et al. [26] menyebutkan faktor yang mempengaruhi keterlambatan antara lain kekurangan bahan konstruksi, kontrol kontraktor utama terhadap subkontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan, komunikasi antara pekerja dan kepala tukang atau mandor, keterlambatan pengiriman atau penyediaan peralatan kerja dan keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan. Berdasarkan faktor-faktor penyebab keterlambatan yang sudah diperoleh dapat dipahami di masa pandemi Covid-19, keterlambatan pengiriman material, peralatan maupun kekurangan tenaga kerja menjadi permasalahan utama. Material, peralatan dan tenaga kerja terlambat sampai ke lokasi proyek karena adanya PSBB. Faktor-faktor lain hanya merupakan faktor-faktor pelengkap dan mengakibatkan keterlambatan proyek konstruksi di masa pandemi Covid-19 meski tidak setinggi pengaruhnya dibandingkan faktor-faktor dominan. Dampak Covid-19 terhadap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Performa pengerjaan pada saat adanya dampak Covid-19 tetap diusahakan semaksimal dan seefisien mungkin [6]. Permatasari et al. [27] menyatakan dampak dari pandemi Covid-19 tecermin dari sejumlah kontraktor terpaksa berhenti beroperasi karena keterbatasan dana, permintaan pasar yang menurun, keterbatasan suplai yang tersedia. Akibatnya, pelaksanaan konstruksi secara normal pun menjadi terganggu. Bsisu [28] menyatakan dampak Covid-19 yakni PSBB. Konsultan desain dapat bekerja dari rumah tetapi tidak demikian halnya dengan kontraktor yang harus tetap di lokasi proyek. Dengan alasan ini, Pemerintah tetap mengizinkan kegiatan konstruksi untuk tetap berjalan dengan protokol Kesehatan. Dewi [12] menegaskan dampak Covid-19 adalah kebijakan PSBB sehingga menimbulkan keterlambatan dalam distribusi bahan bangunan. Zamani et al. [29] menyatakan dampak Covid-19 menyebabkan masalah keuangan pada proyek konstruksi. Alenezi [30] menyatakan dampak Covid-19 terhadap proyek konstruksi yakni keterlambatan namun diupayakan untuk membuat perencanaan yang tepat untuk menghindari. Boy et al. [31] mengatakan dampak Covid-19 yakni keterlambatan pada pelaksanaan proyek konstruksi. Utari dan Samad [32] menyatakan dampak Covid-19 yakni biaya pengeluaran yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya penambahan jumlah pekerja dan jam lembur [9]. Juniari et al. [33] menyatakan dampak Covid-19 yakni banyak pekerjaan terhambat. Adapun Mohamed et al. [34] menegaskan dampak Covid-19 mengakibatkan sebagian perusahaan konstruksi tutup sementara beberapa yang beroperasi. Kawmudi et al. [35] dan Hidayat et al. [5] menyatakan dampak Covid-19 terhadap pelaksanaan proyek adalah penundaan proyek konstruksi. Berdasarkan kajian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dampak dominan Covid-19 terhadap proyek konstruksi adalah keterlambatan dan penundaan proyek konstruksi, PSBB, masalah keuangan, kontraktor berhenti bekerja, dan kepanikan sosial. Dengan demikian, dampak dominan Covid-19 adalah keterlambatan dan penundaan pelaksanaan proyek konstruksi. Implikasi secara Legal Kontraktual Sun dan Xu [36] menyatakan sengketa kontrak proyek konstruksi yang disebabkan wabah Covid19 saat ini menjadi isu hangat yang menjadi perhatian. Ketidakmampuan kontraktor pelaksana memenuhi kewajiban kontraktual akibat Covid-19 dikategorikan sebagai peristiwa force majeure

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Henong

27

atau kahar [16], [37]–[40]. Juaningsih [41] menyatakan salah satu dampak yang dirasakan masyarakat dengan hadirnya Covid-19 adalah PHK yang dilakukan oleh beberapa perusahaan kepada para pekerja dengan alasan force majeure atau mengalami kerugian. Penetapan wabah Covid-19 sebagai peristiwa kahar perlu dilakukan untuk menghindari potensi terjadinya konflik antara para pihak yang berkontrak. Yadeta [42] mengusulkan dua skenario untuk memitigasi konflik dan sengketa yaitu dengan menetapkan pandemi sebagai peristiwa force majeure dan melakukan perubahan hukum. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil SLR yang telah dilakukan atas sejumlah artikel yang terseleksi dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan pada masa Covid-19 antara lain keterlambatan pengiriman material dan peralatan, pembatasan pekerja dan keamanan pekerja di lapangan, cuaca, pemogokan, pembayaran termin yang terlambat, perubahan desain selama konstruksi, keterlambatan persetujuan gambar kerja, keterlambatan pembayaran serta metode kerja yang tidak sesuai. 2) Dampak Covid-19 terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi antara lain penerapan kebijakan PSBB, banyaknya perusahaan konstruksi yang terpaksa berhenti beroperasi karena keterbatasan dana, permintaan pasar yang menurun, keterbatasan suplai material dan peralatan, keterlambatan pekerjaan di lapangan, peningkatan biaya di lapangan. 3) Penetapan pandemi Covid-19 sebagai peristiwa kahar perlu dilakukan mencegah terjadinya konflik dan sengketa antara pemilik dan kontraktor pelaksana karena pandemi ini berimplikasi pada kerugian yang harus ditanggung oleh kedua belah pihak karena pelaksanaan proyek yang terlambat. DAFTAR RUJUKAN [1] N. F. Apriliani, W. T. Adi, and D. S. Atmaja, “Analisis Faktor Aspek Material dan SDM yang Terdampak Pandemi Covid-19 pada Proyek Konstruksi,” J. Civ. Eng. Vocat. Educ., vol. 8, no. 1, pp. 25–31, 2021. [2] A. N. Sari and V. Suryan, “Pandemi Covid-19: Dampak terhadap Pekerjaan Konstruksi,” J. Talent. Sipil, vol. 4, no. 2, pp. 214–220, 2021. [3] Y. T. Wasono, “Penundaan Pekerjaan Konstruksi Akibat Pandemik Covid-19: Menghadapi Dampak Pandemik Covid-19,” SIP Law Firm, 2020. https://siplawfirm.id/penundaanpekerjaan-konstruksi-akibat-pandemik-covid-19-menghadapi-dampak-pandemik-covid19/. [4] N. M. Pratomo, “Banyak Proyek Ditunda Akibat Pandemi, Sektor Konstruksi Diprediksi Melambat,” Ekonomi dan Bisnis, 2020. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200521/45/1243417/banyak-proyek-ditunda-akibatpandemi-sektor-konstruksi-diprediksi-melambat. [5] F. Hidayat, N. Wijaya, and M. S. P. Jayadi, “Analisis Perbandingan Dampak Pandemi Covid19 pada Kontraktor Berskala Besar dan Kecil di Kota Jabodetabek,” in Konferensi Nasional Teknik Sipil 15, 2021, pp. 1–8. [6] A. Ronaldo and H. Sulistio, “Analisis Perbandingan Kinerja Proyek Sebelum dan Setelah Covid-19 di Sumatera Selatan,” J. Mitra Tek. Sipil, vol. 4, no. 3, pp. 687–694, 2021. [7] M. E. Sampurno, I. G. A. Widyadana, and J. Budiman, “Penjadwalan Proyek Menggunakan Monte Carlo Simulation pada Kondisi Tidak Pasti,” Dimens. Utama Tek. Sipil, vol. 8, no. 2, pp. 1–19, 2021, doi: 10.9744/duts.8.2.1-19. [8] E. C. Halim, A. Andi, and J. Rahardjo, “Aplikasi Interpretive Structural Modeling (ISM) pada Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi di Surabaya,” Dimens. Utama Tek. Sipil, vol. 8, no. 1, pp. 60–77, 2021, doi: 10.9744/duts.8.1.60-77. [9] B. R. Suseno, S. N. Sari, and R. Maulana, “Analisis Percepatan Waktu Penyelesaian Proyek

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

28

[10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22]

[23]

[24]

[25]

Henong

Menggunakan Metode Crash Program Dengan Penambahan Jam Kerja Dan Penerapan Sistem Kerja Shift,” in Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XVI, 2021, vol. 2021, no. November, pp. 135–145. D. Suryadi, H. Sulistio, and L. A. Megawati, “Analisis Risiko Kegagalan Konstruksi Infrastruktur Permukiman,” J. Teor. dan Terap. Bid. Rekayasa Sipil, vol. 9, no. 85, pp. 129– 138, 2021. A. Safira, A. Chandrawulan, and P. Faisal, “Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi Selama Pandemi Covid-19 Berdasarkan Perspektif Hukum Indonesia,” J. Huk. Doctrin., vol. 6, no. 1, pp. 103–117, 2021. I. D. L. Dewi, “Tanggung Jawab Atas Wanprestasi Pada Jasa Konstruksi Akibat Pandemi Covid-19,” Yustitia, vol. 14, no. 1, pp. 1–10, 2020. A. W. Tyas and J. P. H. Waskito, “Analisa Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Jembatan Joyoboyo,” axial, J. Rekayasa dan Manaj. Konstr., vol. 9, no. 2, pp. 71–78, 2021. F. Khairani and I. Supriyadi, “Analisis Faktor Keterlambatan Pada Pembangunan Proyek X,” J. Appl. Civ. Eng. Infrastruct. Technol., vol. 2, no. 2, pp. 39–45, 2021. S. Marioga, J. E. Latupeirissa, and Meti, “Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Pada Pekerjaan Pile cap ( Studi Kasus: Proyek Upgrade Trans Studio Mall Makassar ),” Paulus Civ. Eng. J., vol. 3, no. 3, pp. 321–329, 2021. G. Vitri, W. Boy, and W. P. Zayu, “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Sekolah Dalam Pandemi Covid-19,” Racic RAB Constr. Res., vol. 5, no. 2, pp. 65–74, 2020, doi: 10.36341/racic.v5i2.1543. A. Awab, A. Budi, and L. A. Megawati, “Analisis Faktor Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat di Kota Depok pada Masa Pandemi Covid-19,” Universitas Pakuan, 2021. N. Islamiati and Y. D. Suwandari, “Analisis Faktor Supply Material terhadap Keterlambatan Proyek di Era Covid-19: Jalur Pedestrian Kandang Roda-Pakansari,” J. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 18–25, 2021. J. Clarita and B. Anondho, “Peringkat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Konstruksi Akibat Penyebaran Virus Covid-19,” J. Mitra Tek. Sipil, vol. 5, no. 1, pp. 223–232, 2022. C. Hadhinata, M. Mirza, and A. Pratama, “Implementasi Metode Pelaksanaan Universitas Negeri Malang di Era Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM),” J. Bangunan, vol. 27, no. 1, pp. 19–30, 2022. M. E. Raranta, P. A. K. Pratasis, and A. K. T. Dundu, “Analisis Faktor-faktor Keterlambatan yang Berpengaruh Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek Dermaga (Studi Kasus: Pelabuhan Laut Anggrek di Gorontalo),” Tekno, vol. 19, no. 78, pp. 197–203, 2021. A. Purwanto et al., “Studi eksploratif dampak pandemi COVID-19 terhadap proses pembelajaran online di sekolah dasar,” EduPsyCouns J. Educ. Psychol. Couns., vol. 2, no. 1, pp. 1–12, 2020, [Online]. Available: https://ummaspul.ejournal.id/Edupsycouns/article/view/397. T. Adenugroho, D. Pontan, R. F. Prasetyo, and A. N. Idatama, “Identification of Dominant Factors Affecting the Successful Development of Highway Construction Projects,” in Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, 2021, pp. 537–544. J. Manning, A. Sattineni, and A. Simons, “COVID-19 Impact to Construction Activity Durations on Department of Defense (DoD) Projects,” in Proceedings of 57th Annual Associated Schools of Construction International Conference, 2021, vol. 2, pp. 156–146, doi: 10.29007/7m7j. Hermanto and I. Tani, “Analisis Risiko dan Mitigasi Risiko Keterlambatan Pembangunan Menara Telekomunikasi Pada Pt . XYZ,” in Prosiding CEEDRiMS 2021, 2021, pp. 418–425.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Henong

29

[26] W. Boy, D. I. Mazni, G. Vitri, and G. Rahman, “Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Produktivitas Pekerjaan Konstruksi (Tinjauan Analisis Statistik terhadap Penerapan Protokol Kesehatan),” Teknika, vol. 17, no. 1, pp. 43–55, 2021. [27] R. Permatasari, I. Mahardika, and B. W. Soemardi, “Kajian Penerapan Teknologi Konstruksi oleh Kontraktor dalam Menghadapi Kondisi Pandemi Covid-19,” in Konferensi Nasional Teknik Sipil 15, 2021, pp. 20–21. [28] K. Al-Deen Bsisu, “The Impact of COVID-19 Pandemic on Jordanian Civil Engineers and Construction Industry,” Int. J. Eng. Res. Technol., vol. 13, no. 5, pp. 828–830, 2020. [29] S. H. Zamani, R. A. Rahman, M. A. Fauzi, and L. M. Yusof, “Effect of COVID-19 on Building Construction Projects: Impact and Response Mechanisms,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, vol. 682, no. 1, doi: 10.1088/1755-1315/682/1/012049. [30] T. A. N. Alenezi, “Minimising the Delay Factors on Construction Projects: A Local Case Study in Kuwait City during Covid-19,” Int. J. Eng. Res. Gen. Sci., vol. 8, no. 5, pp. 5–8, 2020. [31] W. Boy, R. Erlindo, and R. A. Fitrah, “Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Kuliah pada Masa Pandemi Covid 19,” J. Rivet, vol. 1, no. 01, pp. 57– 64, 2021, doi: 10.47233/rivet.v1i01.231. [32] R. P. Utari and A. Samad, “Evaluasi Kinerja Proyek Pembangunan Gedung Akibat Covid-19 dengan Metode Earned Value Concept (EVM),” Sentra, vol. 1, no. 1, pp. 173–181, 2020. [33] R. Juniarti, R. Pratiwi, and S. M. Nuh, “Analisa Keputusan Pengoptimalan Jadwal Kerja pada Proyek Pembangunan Distribution Center Alfamart Pontianak,” JeLAST J. PWK, Laut, Sipil, Tambang, vol. 8, no. 1, pp. 1–10, 2021. [34] H. Mohamed, A. L. Mansoori, A. B. Alsaud, and H. Yas, “The Impact of Covid 19 on Increasing the Cost of Labor and Project Price in the United Arab Emirates,” Int. J. Pharm. Res., vol. 13, no. 01, pp. 5069–5076, 2021, doi: 10.31838/ijpr/2021.13.01.691. [35] W. N. Kawmudi, S. D. Jayasooriya, A. R. Rupasinghe, and K. C. Ariyarathna, “Identification of the Challenges Imposed by COVID-19 Pandemic on Sri Lankan Construction Projects,” in Proceedings of the 13th International Research Conference of General Sir John Kotelawala Defence University, 2021, no. January, pp. 35–44. [36] C. Sun and S. Xu, “Analysis of the Impact of the Covid-19 Epidemic on the Construction Engineering EPC Projects and Claims,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, vol. 676, no. 1, doi: 10.1088/1755-1315/676/1/012038. [37] I. D. L. Dewi, “Konstruksi Akibat Pandemi Covid-19,” Tanggung Jawab Atas Wanprestasi Pada Jasa Konstr. Akibat Pandemi Covid-19, vol. 2019, 2019. [38] S. Hansen, “Does the COVID-19 Outbreak Constitute a Force Majeure Event? A Pandemic Impact on Construction Contracts,” J. Civ. Eng. Forum, vol. 6, no. 1, p. 201, 2020, doi: 10.22146/jcef.54997. [39] M. Pamadi, U. H. Umar, and N. Chen, “Analisis Perbandingan Penjadwalan Proyek dengan Aktual Proyek Menggunakan Metode EVA (Earned Value Analysis) pada Pembangunan Ruko 3 Lantai (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Ruko De Monde Junction–Pasir Putih),” J. Civ. Eng. Plan., vol. 2, no. 2, pp. 188–202, 2021. [40] F. Simpeh et al., “A Review of Construction Project Management Guidelines under the Impact of COVID-19 Epidemic Dispersal: A Case Study of Thai Construction Projects,” J. Facil. Manag., vol. 34, no. March, pp. 1–19, 2021. [41] I. N. Juaningsih, “Analisis Kebijakan PHK bagi Para Pekerja pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia,” Bul. Huk. dan Keadilan, vol. 4, no. 1, pp. 189–196, 2020. [42] A. E. Yadeta, “Analysis of the Global Impact of the Pandemic (COVID-19) on Construction Industry: Possible Scenarios,” Curr. Trends Civ. Struct. Eng., vol. 6, no. 4, 2020, doi: 10.33552/ctcse.2020.06.000641.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022, 30-38 https://journal.unpar.ac.id/index.php/josc e-ISSN: 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Pengukuran Tingkat Risiko Aplikator dalam Penerapan Teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) di Indonesia Mia Wimala1,2, Theodorus Rasta1, dan Carissa3 Dikirim: 27/10/2022

Diterima: 28/10/2022

ABSTRAK Dalam upaya pengadaan rumah RISHA, Direktorat Bina Teknik Perumahan dan Permukiman (BinTek PP) melatih, memberikan lisensi, dan menugaskan para aplikator untuk melakukan produksi dan perakitan RISHA. Pada praktiknya, berbagai masalah masih dihadapi oleh para aplikator selama ini. Berbagai permasalahan ini perlu diidentifikasikan, dievaluasi, dan dicarikan solusinya agar penerapan teknologi RISHA semakin membaik di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat risiko yang kemungkinan dihadapi oleh para aplikator berdasarkan permasalahan yang ada, dengan mempertimbangkan nilai probabilitas dan dampaknya. Kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh dari hasil kajian literatur, maupun wawancara serta penyebaran kuesioner kepada beberapa aplikator RISHA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah yaitu kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA, banyaknya tenaga kerja baru yang senantiasa berubah, belum adanya pedoman yang seragam terkait ukuran cetakan, serta ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan termasuk ke dalam kategori risiko tinggi (high). Sementara itu, risiko yang termasuk ke dalam kategori sedang (moderate) meliputi permasalahan kenaikan harga baja tulangan dan permintaan calon pengguna yang seringkali tidak dapat diakomodasi oleh teknologi RISHA, sedikitnya tenaga ahli yang tersedia, serta pemasangan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan. Permasalahan yang termasuk dalam kategori rendah (low) terkait dengan ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA, pengadaan panel oleh pihak ketiga, dan besarnya anggaran untuk modal awal. Kata kunci: aplikator RISHA, manajemen risiko, mitigasi risiko, permasalahan aplikator

1. PENDAHULUAN Backlog perumahan merupakan masalah yang makin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2022, kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan perumahan ini bahkan telah mencapai kurang lebih 12.000.000, dimana 80% dari rumah tangga tidak memiliki rumah [1]. Untuk mengentaskan permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengembangkan inovasi teknologi beton pracetak untuk percepatan pembangunan, yang dinamakan sebagai Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) sejak 2004 [2][3]. Sesuai dengan tujuan awal, panel-panel RISHA tersebut dirancang sedemikian rupa untuk dapat dikombinasikan menjadi rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dalam hal ini, rumah dirancang dengan luas bangunan 36 meter2 (T-36). Panelpanel RISHA yang terdiri dari P1, dan P2 (Gambar 1) dapat dikombinasikan menjadi komponen kolom dan/atau balok, yang selanjutnya dapat dirangkai menggunakan panel penyambung, P3 menjadi sebuah modul (Gambar 2) [4].

1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141 Pusat Studi Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141 3 Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141 * Penulis Korespondensi: [email protected] 2

Wimala, dkk.

31

Gambar 1. Panel P1, P2, dan P3 RISHA [5]

Gambar 1. Modul RISHA [5] Di dalam penerapannya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Bina Teknik Perumahan dan Permukiman (BinTek PP) melatih, memberikan lisensi, dan menugaskan para aplikator sebagai salah satu pemangku kepentingan untuk membantu produksi dan pemasangan panel-panel RISHA. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga menunjang produk rakyat melalui program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Saat ini, 53 aplikator resmi telah tersebar di seluruh Indonesia, dengan 20% berada di Jawa Barat [6], namun berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar aplikator sudah tidak aktif. Dengan target pencapaian 1.000.000 rumah per tahun [7] ditambah lagi dengan kebutuhan rumah insidental seperti rumah darurat bencana yang tidak sedikit jumlahnya, jumlah aplikator tersebut tidak mencukupi. Selain itu, berbagai masalah lain juga telah dihadapi oleh para aplikator selama ini, antara lain terkait persiapan produksi, produksi, dan juga perakitannya. Dalam upaya mitigasi risiko, jenis dan tingkat risiko perlu diidentifikasi pada tahap awal. Hal ini dimaksudkan agar prioritas mitigasi dapat diberikan terlebih dahulu kepada risiko-risiko yang berada pada kategori tinggi (high) mengingat keterbatasan sumber daya yang ada [8]. Penelitian JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

32

Wimala, dkk.

awal ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan oleh para aplikator RISHA, dan mengukur tingkat risikonya berdasarkan nilai probabilitas dan dampaknya untuk kepentingan di masa mendatang. 2. RUMAH INSTAN SEDERHANA SEHAT (RISHA) Perakitan panel RISHA dilakukan melalui serangkaian tahapan secara berurutan, yaitu: pembersihan lokasi; pengukuran dan pemasangan papan duga; penggalian fondasi; pemasangan fondasi; pemasangan panel P3 sebagai penyambung pada fondasi; pemasangan balok panel P1 sebagai sloof; pemasangan kolom dengan panel P1 dan panel P2; pemasangan panel P3 sebagai penyambung kolom dengan balok atas; serta pemasangan panel P1 sebagai ring balok [9]. Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pengadaan Jasa Konstruksi, perakitan panel RISHA dilakukan oleh tenaga kerja konstruksi bersertifikasi yang kemudian disebut sebagai aplikator (PUPR, 2020). Para calon aplikator mendapatkan bimbingan teknis dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Ditjen Bina Konstruksi untuk menjadi aplikator dengan keahlian produksi panel RISHA, maupun perakitan panel RISHA menjadi modul RISHA. Bimbingan teknis dan pelatihan biasanya dilaksanakan secara luring di beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhannya. Pendaftaran peserta dibuka untuk masyarakat umum, baik perorangan, perusahaan, maupun lembaga. Jumlah peserta setiap sesi dibatasi 20 sampai 50 orang. Durasi bimbingan teknis dan pelatihan berlangsung selama tiga sampai lima hari. Materi yang disampaikan menitikberatkan pada produksi panel-panel RISHA dan konstruksi panel-panel tersebut menjadi modul RISHA. Tujuan bimbingan teknis dan pelatihan antara lain: memastikan bahwa peserta memiliki kemampuan dasar untuk merencanakan bangunan RISHA; peserta mengenal, memahami dan mampu memproduksi panel-panel RISHA; peserta mampu merakit panel-panel RISHA, peserta mampu melayani kebutuhan masyarakat, mengelola dan mengembangkan usaha sebagai aplikator RISHA di wilayah masing-masing. Para peserta mendapatkan buku pedoman teknis RISHA, atau dapat pula diakses secara online di laman web Sistem Manajemen Pengetahuan (Simantu) yang dikembangkan oleh Kementerian PUPR. Selain buku pedoman, fasilitas lain yang didapatkan peserta antara lain: satu buah cetakan panel P1, satu buah cetakan panel P2, satu buah cetakan panel P3, bahan-bahan praktik pembangunan RISHA, peralatan pendukung keselamatan kerja, akomodasi, konsumsi, transportasi [11]. Bimbingan teknis dan pelatihan RISHA juga dilakukan secara daring yang diselenggarakan untuk mempermudah dan mempercepat penyebaran teknologi RISHA di seluruh Indonesia. Peserta e-training calon aplikator RISHA akan dipandu untuk mempelajari semua informasi teknis RISHA secara mandiri. Informasi teknis teknologi RISHA dipelajari melalui dokumen digital berupa video yang disusun dari dokumentasi digital pelatihan nasional calon aplikator RISHA di bandung oleh Ditjen Bina Konstruksi. Setelah mempelajari dokumen video tersebut, peserta melanjutkan dengan praktik secara mandiri. Selama proses e-training, peserta akan tergabung di dalam sebuah grup whatsaap yang dapat digunakan untuk berkonsultasi, bertanya atau diskusi selama proses pelatihan. Pada tahap akhir, para peserta diwajibkan mengikuti evaluasi yang diselenggarakan di Bandung. Apabila peserta lulus pada ujian evaluasi, maka peserta berhak untuk memperoleh memperoleh sertifikasi aplikator RISHA. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang dimulai dengan mengkaji literatur-literatur terkait dari berbagai penelitian terdahulu. Selanjutnya, wawacara terhadap enam aplikator RISHA yang masih aktif dan terdaftar di Kementerian PUPR dilakukan untuk mengidentifikasi dan memahami lebih dalam tentang berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan selama tahapan proyek RISHA. Setelah mengelompokkan jenis permasalahan tersebut, seperangkat kuesioner akan dibagikan kepada para aplikator tersebut untuk menentukan kemungkinan terjadi/probabilitas (probability) dan dampak (severity) risiko permasalahan tersebut untuk kepentingan proyek serupa di masa yang akan datang. Probabilitas dan dampak dari risiko

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Wimala, dkk.

33

yang mungkin terjadi masing-masing diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (low), sedang (moderate), dan tinggi (high). Dampak risiko akan dikaitkan dengan lima batasan utama proyek konstruksi yaitu waktu, biaya, sosial, tenaga kerja, dan metode konstruksi berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari empat bagian, yaitu: 1) data responden, 2) probabilitas risiko, 3) dampak risiko, dan 4) upaya yang selama ini telah dilakukan. Hasil kuesioner selanjutnya diolah menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menghasilkan kategori tingkat risiko. Kategori tingkat risiko merupakan perkalian dari kategori probabilitas risiko dengan kategori dampak risiko. Tabel 1 menampilkan kategori tingkat risiko dengan nilai 1 dan 2 untuk tingkat rendah (low), 3 sampai dengan 5 untuk tingkat sedang (moderate), dan 6 sampai dengan 9 untuk tingkat tinggi (high). Tabel 1. Matriks Kategori Tingkat Risiko Probabilitas/Probability Rendah/Low (1) Sedang/Moderate (2) Tinggi/High (3)

Rendah/Low (1)

Dampak/Severity Sedang/Moderate (2)

Tinggi/High (3)

1 (Rendah/Low) 2 (Rendah/Low) 3 (Sedang/Moderate)

2 (Rendah/Low) 4 (Sedang/ Moderate)) 6 (Tinggi/High)

3 (Sedang/ Moderate)) 6 (Tinggi/High) 9 (Tinggi/High)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara terhadap enam aplikator RISHA, beberapa masalah pada masing-masing tahapan persiapan produksi, produksi, serta perakitan panel berhasil diidentifikasi (tabel 2). Tabel 2. Permasalahan yang Dihadapi oleh Para Aplikator RISHA No 1

2

3

Tahapan Proyek Persiapan produksi panel

Pembuatan panel

Perakitan panel

Permasalahan 1 Kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA Harga baja tulangan yang semakin meningkat Permintaan calon pengguna yang sulit diakomodasi karena keterbatasan RISHA Ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA Sedikitnya tenaga kerja ahli Pekerjaan penulangan yang sulit dilakukan oleh tenaga kerja baru Pengadaan material oleh pihak ketiga, misal dari perusahaan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Besarnya anggaran untuk modal awal Belum seragamnya pedoman ukuran dan cetakan Pemasangan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan Ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan

2 √



Aplikator 3 4





5

6





√ √



√ √

√ √















√ √

√ √



√ √

Penentuan Kategori Probabilitas (Probability) dan Dampak (Severity) Risiko Setiap permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya dialami dengan intensitas yang berbeda oleh masing-masing aplikator berdasarkan skala Likert 1 sampai dengan 3. Tabel

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

34

Wimala, dkk.

3 dan 4 menunjukkan klasifikasi probabilitas yang ditetapkan pada penelitian ini, dan hasil penilaian kuesioner terhadap probabilitas terjadinya risiko masing-masing permasalahan. Tabel 3. Kategori Probabilitas (Probability) Kategori Probabilitas (Probability) Rendah (low) Sedang (moderate) Tinggi (high)

Nilai 1 2 3

Klasifikasi Intensitas Tidak pernah atau jarang terjadi pada proyek Kadang-kadang terjadi pada proyek Hampir selalu terjadi pada proyek

Tabel 4. Hasil Kategori Probabilitas (Probability) No 1

2

3

Tahapan Proyek Persiapan produksi panel

Pembuatan panel

Perakitan panel

Permasalahan Kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA Harga baja tulangan yang semakin meningkat Permintaan calon pengguna yang sulit diakomodasi karena keterbatasan RISHA Ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA Sedikitnya tenaga kerja ahli Pekerjaan penulangan yang sulit dilakukan oleh tenaga kerja baru Pengadaan material oleh pihak ketiga, misal dari perusahaan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Besarnya anggaran untuk modal awal Belum seragamnya pedoman ukuran dan cetakan Pemasangan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan Ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan

Rerata Hasil Kuesioner 2,83

Nilai Probabilitas 3 (high)

2,83 1,67

3 (high) 2 (moderate)

1,83 2,33 2,83

2 (moderate) 2 (moderate) 3 (high)

1,33

1(low)

1,50 2,67

2 (moderate) 3 (high)

1,83

2 (moderate)

1,67

2 (moderate)

Untuk menentukan kategori dampak risiko, lima aspek seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5 dirinci lebih lanjut menjadi tiga kategori. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan besarnya dampak yang berpotensi dialami oleh aplikator RISHA dari suatu permasalahan, dan tentu saja mempermudah penilaian. Masing-masing aplikator memiliki kepentingan atau opini yang berbeda di antara aspek yang ada untuk setiap risiko permasalahan. Dengan menggunakan metode AHP, didapatkan bobot penilaian dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: waktu 29%, biaya 14%, sosial 11%, tenaga kerja 23%, dan metode 23%. Tabel 6 menampilkan penilaian dampak risiko berdasarkan wawancara dengan para aplikator. Rerata nilai dampak merupakan jumlah keseluruhan dari perkalian nilai dampak berdasarkan setiap aspek dengan bobot masing-masing aspek. Tabel 5. Kategori Dampak (Severity) Risiko Aspek Waktu Biaya Sosial

Rendah (Low) Waktu pemasangan panel 3-5 hari kerja Penambahan biaya kurang dari 15% modal awal Tidak ada dampak sosial

Kategori Dampak (Severity) Sedang (Moderate) Waktu pemasangan panel 6-10 hari kerja Penambahan biaya 15-20% dari modal awal Adanya keraguan dari calon penghuni untuk menggunakan RISHA

Tinggi (High) Waktu pemasangan panel lebih dari 10 hari kerja Penambahan biaya lebih dari 20% modal awal Calon penghuni tidak ingin menggunakan RISHA

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Wimala, dkk.

35

Tabel 5. Kategori Dampak (Severity) Risiko Aspek Tenaga kerja

Rendah (Low) Tidak ada dampak terhadap tenaga kerja

Metode Konstruksi

Teknologi RISHA masih dapat digunakan

Kategori Dampak (Severity) Sedang (Moderate) Tinggi (High) Penurunan produktivitas Penurunan produktivitas tenaga kerja tenaga kerja dan permintaan tambahan tenaga kerja Teknologi RISHA dapat Teknologi RISHA tidak digunakan sebagian dapat digunakan

Tabel 6. Hasil Penilaian Kategori Dampak (Severity) Risiko Nilai dan Kategori Dampak (Severity) Permasalahan

Waktu (29%)

Biaya (14%)

Sosial (11%)

Kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA Harga baja tulangan yang semakin meningkat Permintaan calon pengguna yang sulit diakomodasi karena keterbatasan RISHA Ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA Sedikitnya tenaga kerja ahli Pekerjaan penulangan yang sulit dilakukan oleh tenaga kerja baru Pengadaan material oleh pihak ketiga, misal dari perusahaan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Besarnya anggaran untuk modal awal Belum seragamnya pedoman ukuran dan cetakan Perakitan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan Ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan

(2) moderate

(2) moderate

(1) low (1) low

Nilai Dampak

(1) low

Tenaga Kerja (23%) (2) moderate

Metode Konstruksi (23%) (1) low

(2) moderate

(3) high (3) high

(1) low (2) moderate

(1) low (3) high

(1) low (2) moderate

(2) moderate (2) moderate

(1) low

(1) low

(3) high

(1) low

(1) low

(1) low

(1) low (3) high

(2) moderate (2) moderate

(1) low (1) low

(3) high (3) high

(1) low (1) low

(2) moderate (2) moderate

(2) moderate

(1) low

(1) low

(3) high

(1) low

(2) moderate

(1) low (2) moderate

(3) high (2) moderate

(1) low (1) low

(1) low (1) low

(1) low (1) low

(1) low (2) moderate

(2) moderate

(1) low

(1) low

(3) high

(1) low

(2) moderate

(3) high

(1) low

(1) low

(1) low

(1) low

(3) high

Penentuan Kategori Tingkat Risiko Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai kategori tingkat risiko didapatkan dengan mengkalikan nilai kategori probabilitas pada Tabel 5 dengan nilai kategori dampak pada Tabel 6. Perhitungan nilai kategori tingkat risiko dapat dilihat pada Tabel 7, dengan penjelasannya berdasarkan matriks kategori tingkat risiko pada Tabel 1.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

36

Wimala, dkk.

Tabel 7. Hasil Penilaian Tingkat Risiko No 1

2

3

Tahapan Proyek Persiapan produksi panel

Pembuatan panel

Perakitan panel

Permasalahan Kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA Harga baja tulangan yang semakin meningkat Permintaan calon pengguna yang sulit diakomodasi karena keterbatasan RISHA Ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA Sedikitnya tenaga kerja ahli Pekerjaan penulangan yang sulit dilakukan oleh tenaga kerja baru Pengadaan material oleh pihak ketiga, misal dari perusahaan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Besarnya anggaran untuk modal awal Belum seragamnya pedoman ukuran dan cetakan Pemasangan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan Ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan

Nilai Probabilitas (Probability) 3

Nilai Dampak (Severity) 2

Nilai Tingkat Risiko 6

Kategori Tingkat Risiko high

3

1

3

moderate

2

2

4

moderate

2

1

2

low

2 3

2 2

4 6

moderate high

1

2

2

low

2

1

2

low

3

2

6

high

2

2

4

moderate

2

3

6

high

Dapat dilihat bahwa risiko permasalahan yang termasuk dalam kategori tinggi (high) bagi para aplikator pada penerapan teknologi RISHA selama ini adalah permasalahan kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA; banyaknya tenaga kerja baru yang senantiasa berubah; belum adanya pedoman yang seragam terkait ukuran cetakan; serta ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, saat ini teknologi RISHA diterapkan kebanyakan sebagai rumah darurat bencana. Akibat lokasi bencana yang cukup menantang dan berada di pelosok, mobilisasi material maupun panel RISHA seringkali mengalami kendala dalam pengirimannya. Tidak seperti pembuatan beton in-situ, beton pracetak ini tentu saja lebih membutuhkan tempat yang lebih besar selama pengiriman. Aturan khusus dalam pengepakan, penyusunan, dan pengiriman juga tentu saja berbeda. Jika tidak direncanakan dengan baik maka panel tersebut kemungkinan dapat retak, patah, maupun hilang. Hal ini yang kemudian menyebabkan adanya biaya khusus pengiriman yang lebih mahal dibandingkan dengan beton konvensional. Permasalahan lainnya, aplikator juga seringkali harus mengalami permasalahan tenaga kerja yang seringkali berubah untuk setiap proyek. Saat ini, jumlah aplikator tersertifikasi umumnya berasal dari Jawa Barat, dan para tenaga kerja yang dimilikinya sangat terbatas. Hal ini menyebabkan proyek-proyek RISHA yang berada di luar Jawa Barat akan membutuhkan aplikator tersebut. Namun untuk menghemat biaya akomodasi dan transportasi tenaga kerja, maka aplikator tersebut akan menggunakan orang-orang setempat untuk melaksanakan konstruksi RISHA. Tenaga kerja yang baru perlu dilatih terlebih dahulu dan JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Wimala, dkk.

37

dibiasakan dengan pekerjaannya akan menyebabkan bertambahnya waktu pemasangan panel RISHA, dan pada akhirnya mempengaruhi biaya konstruksi. Para aplikator yang terlibat menjelaskan bahwa cetakan panel RISHA hanya dibuat oleh dua aplikator untuk kebutuhan di seluruh Indonesia. Namun demikian, karena tidak ada pedoman khusus tentang cara pembuatannya, maka cetakan yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini menyebabkan kesulitan pemasangan di lapangan, terlebih lagi jika terdapat cetakan yang dihasilkan oleh aplikator yang berbeda. Lubang baut yang tidak sama posisinya menyebabkan panel-panel RISHA tidak dapat dipakai satu sama lain dan berpengaruh terhadap kerugian biaya, mutu, dan waktu konstruksi. Ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan juga seringkali dihadapi oleh para aplikator terutama pada proyek-proyek RISHA yang tidak standar, ataupun untuk tujuan lainnya, seperti sekolah, rumah dua tingkat, dan masjid. Akibatnya, beberapa pekerjaan tambah seringkali perlu dilakukan dan hal ini menyebabkan penambahan biaya dan waktu konstruksi. Sementara itu, risiko yang termasuk ke dalam kategori sedang (moderate) meliputi permasalahan kenaikan harga baja tulangan; permintaan calon pengguna yang seringkali tidak dapat diakomodasi oleh teknologi RISHA; sedikitnya tenaga ahli yang tersedia; serta perakitan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan. Kenaikan harga baja tulangan yang cukup signifikan beberapa tahun terakhir menyebabkan kekhawatiran bagi para aplikator, karena jumlah baja tulangan yang digunakan besar, sehingga menyebabkan biaya produksi yang semakin meningkat. Sayangnya, harga panel RISHA yang dijual di pasaran tidak dapat semena-mena dinaikkan. Hal ini tentu saja menyebabkan keuntungan yang dapat diperoleh oleh para aplikator semakin berkurang. Permintaan calon pengguna terkait desain rumah yang diinginkan seringkali tidak dapat diakomodasi oleh teknologi RISHA. Keterbatasan beton pracetak masih menjadi kendala bagi para calon pengguna dan terutama oleh para arsitek. Tenaga ahli yang tersedia terkait teknologi RISHA ini juga belum terlalu banyak. Tidak banyak arsitek di Indonesia yang mau menerapkan teknologi RISHA ini ke dalam perancangan rumah maupun bangunan gedung lainnya. Selain itu, penelitian-penelitian terkait RISHA juga belum terlalu banyak. Hal ini tentu saja dibutuhkan untuk tujuan pengembangan teknologi ini ke depannya, sekaligus menarik minat bagi para calon pengguna. Perakitan panel yang tidak sesuai standar dapat disebabkan karena kurangnya pelatihan untuk para tenaga kerja. Desain rumah RISHA yang tidak standar, dan perbedaan ukuran cetakan juga menambah buruk permasalahan ini. Permasalahan yang termasuk ke dalam kategori rendah (low) terjadi adalah terkait dengan ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA; pengadaan panel oleh pihak ketiga; dan besarnya anggaran untuk modal awal. Meskipun risiko ini sangat rendah, namun ketidakpahaman masyarakat terkait teknologi RISHA juga dapat mempengaruhi banyak hal. Praktik ilegal di lapangan tanpa menggunakan jasa aplikator tersertifikasi akan menyebabkan risiko yang lebih besar lagi. Masyarakat dapat mengikuti sosialisasi dan pelatihan yang diberikan oleh para aplikator dan pihak Kementerian PUPR yang akan berguna bagi pemeliharaan dan pembangunan rumah tumbuh di masa mendatang. Selain itu, jika berminat, masyarakat dapat terlibat dalam produksi panel RISHA yang digadang-gadang menjadi salah satu program UMKM yang ditawarkan oleh pemerintah. Tentu saja hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut. Pengadaan panel oleh pihak ketiga juga sering dihadapi oleh para aplikator. Untuk proyek-proyek besar, seperti pengadaan rumah darurat bencana, seringkali para aplikator menjadi subkontraktor bagi para kontraktor Badan Umum Milik Negara (BUMN). Demi percepatan pelaksanaan, panelpanel RISHA umumnya diadakan oleh para kontraktor BUMN tersebut. Hal ini menyebabkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan panel RISHA semakin berkurang. Para aplikator juga diharuskan memiliki stok panel RISHA yang membutuhkan biaya tersendiri. Stok ini dibutuhkan jika tiba-tiba terdapat proyek RISHA yang membutuhkan sehingga menghemat waktu tunggu untuk produksinya. Tanpa mengetahui kapan stok-stok tersebut akan digunakan, hal ini tentu saja akan memberatkan para aplikator. Selain itu, pembagian proyek RISHA pada umumnya belum merata. Hal ini menyebabkan beberapa aplikator terpaksa gulung tikar, dan menjual panel

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

38

Wimala, dkk.

yang tersedia serta cetakan yang dimiliki dengan harga yang lebih murah. Belum ada bantuan dari pihak pemerintah terkait produksi panel RISHA sampai saat ini. 5. KESIMPULAN Penelitian ini berhasil mengukur risiko permasalahan yang dihadapi oleh para aplikator RISHA di lapangan ke dalam tiga kategori tingkat risiko. Adapun permasalahan yang termasuk ke dalam kategori tinggi risiko (high) adalah permasalahan kendala mobilisasi material dan/atau panel RISHA; banyaknya tenaga kerja baru yang senantiasa berubah; belum adanya pedoman yang seragam terkait ukuran cetakan; serta ketidaksesuaian gambar desain dengan kondisi di lapangan. Sementara itu, permasalahan kenaikan harga baja tulangan dan permintaan calon pengguna yang seringkali tidak dapat diakomodasi oleh teknologi RISHA; sedikitnya tenaga ahli yang tersedia; serta pemasangan panel tidak sesuai standar karena kurangnya pelatihan merupakan beberapa permasalahan yang termasuk ke dalam tingkat risiko sedang (moderate). Meskipun berada dalam kategori tingkat risiko rendah (low), beberapa permasalahan berikut yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain, meliputi ketidakpahaman masyarakat mengenai RISHA; pengadaan panel oleh pihak ketiga; dan besarnya anggaran untuk modal awal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para stakeholder, khususnya pihak pemerintah dalam perumusan strategi perbaikan maupun peningkatan teknologi RISHA di masa yang akan datang. Diharapkan, para aplikator yang merupakan pelaku utama teknologi ini akan dapat bekerja dengan lebih baik dengan dukungan dari pihak pemerintah. DAFTAR PUSTAKA [1] Kompas, “80 Persen Keluarga Belum Punya Rumah, ‘Backlog’ Perumahan RI Kini di Atas 12 Juta,” Kompas, Jakarta, pp. 1–7, 2022. [2] M. N. M. Iqbal and B. T. Ujianto, “Alternatif Desain Rumah Tumbuh Modular Sistem Prefabrikasi Risha,” Pawon J. Arsit., vol. 5, no. 1, pp. 53–62, 2021, [Online]. Available: https://ejournal.itn.ac.id/index.php/pawon/article/view/3319. [3] Y. P. Heston, “RISHA Home Development with Knockdown Technology according to Local Contextual Needs (Pengembangan Rumah RISHA dengan Teknologi Knockdown sesuai Kebutuhan Kontekstual Lokal, in Indonesian),” vol. 6, 2015. [4] PUPR, “Pengenalan Teknologi RISHA Rumah Instan Sederhana Sehat,” bandung, 2020. [5] Carissa, Anastasia Maurina, Budianastas Prastyatama, and Mia Wimala, “Comparative Suitability of RISHA’s Modular Structure for the Spatial Dimension of Human Activities Case Study The Living Bandung Korean Project Building, Indonesia.pdf,” JAITA, vol. 2, no. 2, 2021. [6] BINTEK, “Daftar Aplikator RISHA,” 2022. . [7] Tim Komunikasi Publik Ditjen Penyediaan Perumahan, “Target Satu Juta Rumah,” Maisona, vol. 01, p. 08, 2016. [8] A. Biswas, “Risk Analysis in Precast Industry,” March, 2021, doi: 10.35291/24549150.2019.0146. [9] A. Sabaruddin dan Nana Puja Sukmana, Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Bandung, 2005. [10] PUPR, “Pemerintah Selenggarakan Pelatihan Terkait Kontrak,” 2020. . [11] R. RISHA, “Pelatihan Nasional Calon APLIKATOR Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) Bandung, 1 s.d. 3 April 2020 Tujuan Pelatihan,” 2020.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Journal of Sustainable Construction Vol. 2, No. 1, Oktober 2022, 39-47 https://journal.unpar.ac.id/index.php/josc e-ISSN: 2808-2869 | p-ISSN: 2964-4437

Perencanaan Sistem Informasi Manajemen Aset dan Fasilitas Gedung PPAG 2 Universitas Katolik Parahyangan Dominico Nouwen Hermawan1 dan Theresita Herni Setiawan1* Dikirim: 15/04/2022

Diterima: 14/09/2022

ABSTRAK Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise 2 (PPAG 2) merupakan gedung pusat pembelajaran yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendukung. Dengan banyaknya fasilitas yang ada pada gedung PPAG 2 diperlukan pengelola aset fasilitas gedung agar dapat beroperasi secara optimal. Manajer aset fasilitas gedung dilengkapi dengan beberapa divisi untuk membantu dalam menjalankan, mengelola, sekaligus melakukan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Sistem informasi yang akan berperan sebagai penghubung antara kebutuhan pengelola dan pengguna dibutuhkan untuk mempermudah proses manajemen aset. Sistem informasi yang dibuat akan ditinjau dari beberapa faktor sehingga dapat menentukan perubahan maupun perbaikan yang terjadi setelah adanya prototipe sistem informasi yang dibuat. Kata Kunci: manajemen aset fasilitas, sistem informasi

1. PENDAHULUAN Guna mendapatkan hasil yang optimal dalam menjalankan manajemen aset dan fasilitas sebuah gedung maka dibutuhkan sistem informasi agar fasilitas dan aset yang berada di dalamnya dapat berfungsi dengan baik, secara berkelanjutan, secara ekonomis, efisien, dan efektif [1]. Teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat mempermudah serta mengefisienkan waktu untuk melakukan koordinasi antar pihak sehingga berjalan dengan lebih efektif, namun tentunya hal ini juga perlu diimbangi oleh sumber daya manusia yang menjadi pengguna dari pada teknologi tersebut [2]. Pada penelitian kali ini Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise 2 atau biasa disebut dengan gedung PPAG 2 menjadi objek penelitian. Gedung PPAG 2 merupakan salah satu gedung Universitas Katolik Parahyangan Bandung, dengan konsep bangunan vertikal yang memiliki berbagi macam jenis fungsi fasilitas didalamnya. Banyaknya pihak-pihak yang akan memanfaatkan berbagai macam fungsi gedung yang ada, maka sistem informasi menjadi hal penting yang dapat membantu pengelola gedung. 2. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DAN FASILITAS Bermula dari aset sendiri aset merupakan barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu [3]. Sementara fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi sebuah aset itu sendiri, contohnya adalah apabila memiliki aset gedung perkuliahan, maka didalam gedung tersebut memiliki fasilitas yang menunjang sebuah perkuliahan seperti ruang kelas, ruang auditorium, dan sebagainya. Manajemen aset sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu manajemen aset strategis, taktis, dan juga operasional [4]. Pada manajemen aset strategis akan lebih membahas mengenai tujuan dan visi misi dalam mengelola aset, sedangkan pada manajemen taktis lebih mengatur mengenai cara 1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141 * Penulis Korespondensi: [email protected]

40

Hermawan dan Setiawan

yang harus dilakukan agar mencapai tujuan tersebut dengan mempertimbangkan hukum, target pasar, serta risiko yang diambil, sementara apabila manajemen aset operasional lebih membahas mengenai pelaksanaan, kontrol, hal-hal yang terjadi di lapangan [4]. Mengetahui mengenai aset, fasilitas, serta manajemen aset. Ketiga hal itu digabungkan dalam sebuah software yang dilaksanakan menggunakan hardware, serta dioperasikan oleh brainware, sehingga segala informasi dapat di proses dan menghasilkan sebuah output yang berguna serta mempemudah mencapai tujuan dari manajemen aset tersebut [5]. Sistem informasi yang baik memiliki indikator pendukung yang bisa ditinjau sehingga menjadi acuan dalam menentukan sistem informasi yang baik atau tidak. Tabel 1 menunjukkan indikatorindikator yang akan ditinjau dalam menentukan kualitias sistem informasi [6]. Tabel 1. Indikator yang Ditinjau dalam Menentukan Kualitas Sistem Informasi Variabel Kualitas sistem

Kualitas informasi

Indikator Keandalan Ketepatan waktu Kemudahan penggunaan Relevansi Kelengkapan Keakuratan

Sumber Pressman, 2012 [7] Liu dan Arnett (2000) [6] Davis (1989) [6] Liu dan Arnett (2000) [6] Doll dan Torkzadeh dalam Amalia (2016) [8] Doll dan Torkzadeh dalam Amalia (2016) [8]

3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Pada awal penelitian dilakukan perumusan latar belakang masalah, dilanjutkan dengan penentuan tujuan masalah tujuan, dan pengambilan batasan masalah. Selanjutnya dilakukan studi pustaka dan juga wawacara dengan pihak terkait untuk memahami kondisi yang ada di lapangan serta peran dari pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan manajemen aset dan fasilitas gedung. Setelah informasi yang dibutuhkan terkumpul, data tersebut diolah dengan membandingkan terhadap teori yang sudah didapatkan pada studi pustaka dan juga membuat skema manajemen aset yang baru, beserta Entity Relationship Diagram (ERD), dan prototipe dari sistem informasi manajemen aset dan fasilitas gedung yang baru. Pada bagian akhir penelitian akan dilakukan peninjauan ulang terhadap sistem informasi yang baru dengan sistem informasi yang terdahulu dengan membandingkan 6 aspek yang menentukan kualitas sebuah sistem informasi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Informasi Saat Ini Peninjauan dilakukan dengan melakukan survei lapangan serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Survei lapangan yang dimaksud adalah mengunjungi objek penelitian secara langsung dengan bertemu pelaksana manajemen aset yang pada saat itu, sedangkan wawancara ini melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak terkait mengenai pengelolaan aset serta pengguna aset yang dilakukan dengan tidak menggunakan pertanyaan yang formal, sehingga disebut dengan nama wawancara. Dua aktivitas itu silakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sistem manajemen aset dan fasilitas yang digunakan. Tabel 2 adalah penjelasan sistem informasi yang digunakan sekarang. Tabel 2. Sistem Informasi Saat Ini Sistem Infomaasi Inventarisasi Aset Pengadaan Aset Perawatan Aset Operasional Aset

Keterangan Menyimpan berkas-berkas serah terima barang secara offline Mengkomunikasikan secara langsung kepada pihak terkait Koordinasi dilakukan dalam bentuk laporan bulanan Melakukan pengisian form secara offline.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Hermawan dan Setiawan

41

Perencanaan Sistem Informasi Dari hasil wawancara dengan Property Asset & Facility manager, Deputy Facility Manager, serta Ketua Yayasan UNPAR, dan studi literatur maka didapatkan kebutuhan pengguna dari sistem informasi yang akan dirancang. Sistem informasi ini nantinya akan diolah menjadi data flow diagram (DFD) pada Gambar 1 yang digunakan sebagai landasan berfikir dalam pembuatan sistem informasi. Kebutuhan pengguna disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Kebutuhan Pengguna No 1

Pihak Yayasan UNPAR

2

Property Asset & Facility Manager

3

Deputy Facility Manager

4

SH Marketing

5

SH General Service

6

SH Engineering

7

SH Procurement

8

General Admin Services & Finance Check

Kebutuhan Mengetahui informasi penggunaan aset dan fasilitas gedung Mengetahui informasi pengadaan aset Menyetujui permintaan penggunaan aset dan fasilitas gedung Menyetujui pengadaan aset Gedung Mengetahui Informasi penggunaan aset dan fasilitas gedung Mengetahui Informasi aset yang sudah terinventaris Mengetahui inventaris aset di dalam gedung Mengusulkan pengadaan Aset maupun fasilitas gedung Menyetujui pepengusulan kerusakan aset fasilitas gedung Menyetujui penggunaan aset fasilitas gedung Memvalidasi pekerjaan SH engineering setelah melakukan perbaikan/ perawatan aset Mengetahui Informasi penggunaan aset dan fasilitas gedung Menyetujui penggunaan aset fasilitas gedung Melakukan usulan akan pengadaan aset gedung Memvalidasi pekerjaan SH procurement setelah melakukan pengadaan aset Memvalidasi aset yang sudah di inventariskan Mengetahui Informasi penggunaan aset dan fasilitas gedung Mengusulkan penggunaan aset dan fasilitas gedung Melakukan pengecekan setelah aset fasilitas gedung digunakan Melakukan pelaporan apabila ada kerusakan dalam aset maupun fasilitas gedung Mendapatkan informasi aset fasilitas gedung yang butuh di perbaiki maupun dilakukan perawatan Melakukan pelaporan setelah melakukan perbaikan/ perawatan aset Mendapatkan informasi mengenai pengadaan atas kebutuhan yang di perlukan Mencocokan inventaris aset yang dibuat oleh general admin terhadap barang yang ada Melakukan pelaporan setelah melakukan pengadaan atas kebutuhan yang diperlukan Melakukan input inventarisasi Aset yang ada Melakukan perencanaan anggaran terhadap akan pengadaan Aset gedung

Keterangan: Keperluan operasional (peminjaman / penyewaaan aset dan fasilitas) Keperluan inventarisasi Keperluan pengadaan barang Keperluan perbaikan/ perawatan aset maupun fasilitas

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

42

Hermawan dan Setiawan

Deputy Facility Manager

Pelaksanaan Pengadaan ASet Pemasukan aset kedalam gudang Usulan Inventarisasi Aset Pemberinan ijin pengadaan barang Pelaksanaan

Persetujuan Inventaris aset Perijinan penggunaan Aset Fasilitas Gedung Usulan penggunaan Aset Fasilitas Gedung

SH Procurement

Usulan validasi inventaris aset yang masuk

SH Marketing

Usulan validasi inventaris aset yang masuk Usulan penggunaan Aset Fasilitas Gedung

Usulan Penanganan Pemeliharaan/ perbaikan aset fasilitas

Property Asset & Facility Manager

Pelaksanaan Penggunaan Aset Fasilitas Gedung Usulan Penanganan Aset/ Fasilitas dari PAFM Usulan Pengadaan Aset

SH Engineering

Usulan Penanganan Pemeliharaan/ perbaikan aset/fasilitas

Pemberinan ijin pengunaan Aset Fasilitas Gedung

Sistem Informasi Manajemen Aset Fasilitas PPAG 2

Penanganan Usulan Penanganan dari Property Asset & Facility Manager

General Admin Services & Finance Check

SH General Sevice, HSE & Car Pool

Pemberinan ijin pengadaan barang

Usulan penggunaan Aset Fasilitas Gedung Usulan Pengdaan Barang & Audit dari Yayasan Pemberin ijin pengunaan Aset Fasilitas Gedung

Usulan Inventarisasi Aset

Yayasan UNPAR

Usulan Penanganan Aset & audit

Usulan Pengdaan Aset Usulan Pengadaan Aset & audit

Gambar 1. Data Flow Diagram (DFD)

Setelah mengetahui kebutuhan dari pada pengguna dan juga data flow diagramnya, maka ditentukan fitur-fitur yang ada didalam sistem informasi sebagai penunjang dari kebutuhan. Fiturfitur sistem informasi tersebut disajikan pada Gambar 2 dan 3 terdiri dari acces control, pelaporan inventarisasi aset, pelaporan pengadaan aset, pelaporan perawatan aset, pelaporan penyewaan dan peminjaman aset, validasi, dan verifikasi. Fitur-fitur ini dibuat dengan berdasarkan pada kebutuhan dari pengguna, dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Analisis dalam bentuk pembuatan flowchart masing-masing manajemen beserta pembuatan ERD dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sistem informasi yang sesuai dan juga memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Jalur koordinasi sistem dari satu pihak ke pihak-pihak lainnya di bangun berdasarkan DFD yang sudah ada. ERD akan menjadi acuan dalam membuat detail dari masing masing flow manajemen. Sistem informasi yang akan dibuat ditunjukkan hanya untuk pihak internal, sehingga pihak konsumen tentunya tidak dapat mengakses sistem informasi tersebut. Detail informasi dari beberapa kegiatan dicantumkan dengan data yang detail dan seksama, hal ini dikarenakan agar pihak pengontrol manajemen aset dapat melakukan monitoring dan controling dengan optimal tanpa kekurangan data yang memang dibutuhkan. Flowchart beserta ERD dari masing masing manajemen aset disajikan pada Gambar 4 sampai dengan 11. ERD dari masing-masing manajemen aset ini dirangkai dengan mennyesuaikan kebutuhan antara user, pengelola aset, dan teknologi yang ingin dibangun.

Gambar 2. Menu Utama

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Hermawan dan Setiawan

43

Gambar 3. Daftar Kontrol Akses Skema Manajemen Pemeliharaan Aset maupun Fasilitas Gedung PENYIMPANAN DATA

Yayasan UNPAR

Skema Manajemen Peminjaman Dan Penyewaan Aset

General Admin Services & Finance Check

SH Engineering

Property Asset & Facility Manager

SH General Sevice, HSE & Car Pool

FORM/DOKUMEN

PENYIMPANAN DATA

Yayasan UNPAR

Property Asset & Facility Manager

SH Marketing

FORM/DOKUMEN

Start

Start

TIDAK

TIDAK

Usulan Pemeliharaan Aset

Form Fasilitas Pemeliharaan

TIDAK TIDAK Validasi usulan

Usulan Peminjaman Ruang

Form Persetujuan Property Asset & Facility Manager

Pemeriksaan dan Validasi Data Pemeliharaan Aset

Penentuan Jenis kerusakan

Usulan perbaikan/ perawatan aset

Formulir Peminjaman Ruang

Formulir Persetujuan Property Asset & Facility Manager

DISETUJUI Penangan Dilakukan Dengan Outsourcing

TIDAK

Kerusakan dapat ditangani secara internal?

Form Tindakan SH Engineering

Data Penggunaan Fasilitas

Usulan Peminjaman Ruang

Budgeting Outsourcing

Pemeriksaan dan Validasi

IYA Data Pemeliharaan Aset

Form Persetujuan Yayasan UNPAR

Validasi Usulan

DISETUJUI

Penanganan Kerusakan

Form Pelaksanaan

TIDAK

Verifikasi Perbaikan

AMAN

Formulir Persetujuan Yayasan UNPAR

DISETUJUI Pemberian ijin

Form Validasi Perkejaan Perbaikan

Data Penggunaan Fasilitas

Pelaksanaan

Form pelaksanaan

END

Aset Telah Diperbaiki

END

Gambar 4. Flowchart Manajemen Pemeliharaan Aset Gambar 5. Flowchart Manajemen Peminjaman Aset

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

44

Hermawan dan Setiawan

Skema Manajemen Pengadaan Aset PENYIMPANAN DATA

Sekma Manajemen Inventarisasi Aset

SH Procurement Office

Yayasan UNPAR

General Admin Services Property Asset & Facility & Finance Check Manager

PENYIMPANAN DATA

FORM/DOKUMEN

Deputy Facility Manager

SH Procurement Office

General Admin Services & Finance Check

FORM/DOKUMEN

Start

Start

Formulir Pengadaan Aset

Usulan Pengadaan Aset

Pemeriksaan Aset

Usulan Inventarisasi Aset

Form Inventarisasi Aset

TIDAK

Form Persetujuan SH Procurement Office

Formulir Audit Pengadaan Aset

Budgeting Pengadaan Aset

SESUAI Data Inventaris Aset

Data Pengadaan Aset Pemeriksaan dan Validasi

Usulan Validasi Aset yang Masuk

Formulir Persetujuan Yayasan UNPAR

TIDAK

Pemeriksaan Aset

DISETUJUI Data Pengadaan Aset

Form Persetujuan Deputy Facility Manager

TIDAK

SESUAI

Usulan Pengadaan Aset Data Inventaris Aset

Form Pelaksanaan

Pelaksanaan Pengadaan Aset

Masuknya Aset kedalam gudang

End

Form Pelaksanaan

End

Gambar 6. Flowchart Manajemen Pengadaan Aset Gambar 7. Flowchart Manajemen Inventarisasi Aset

Password Nama Lengkap

Username

Password

ID

Divisi

ID

Akun

Akun

1

Nama penginventa risasi aset

Nama Lengkap

Username

Divisi

1

ID Diusulkan oleh

Tanggal terima aset

Diusulkan oleh

Tanggal inventarisasi

Tanggal Penggunaan

Berkas terkait

ID

n

ID ID

n

Nama Barang

Formulir Pengusulan

1

Terdiri atas

n

Status

Pengusulan Inventarisasi Aset

Kapasitas

Formulir Pengusulan

1

Terdiri atas

n

Kode Aset 1

1

Status Vefirikasi

Pengusulan peminjaman/ penyewaan Aset dan Fasilitas Gedung

Status

Fasilitas

Jumlah

1

1

Merek

Status Vefirikasi

Durasi

satuan

Diselesaikan dengan

Dilengkapi dengan Diselesaikan dengan

Dilengkapi dengan n

ID

n

1

Pelaksanaan

ID

1

Pelaksanaan

Nama pemvalidasi

ID

Status selesai

Form Validasi 1

Divisi pemvalidasi

1

Nama

Foto terkait Divisi

Status Validasi

Dilengkapi dengan

Nama pemvalidasi

Form Validasi 1

Divisi pemvalidasi

1

Status Selesai

ID

Waktu selesai

Uraian

Keterangan

Tanggal masuk gudang

Status Validasi

Kendala

Waktu mulai

Dilengkapi dengan

ID

ID 1

Nama pemvalidasi

1

Nama pemvalidasi

Form Validasi 2 Divisi pemvalidasi

Form Validasi 2 Divisi pemvalidasi

Status Validasi

Status Validasi

Gambar 8. ERD Inventarisasi Aset

Gambar 9. ERD Peminjaman & Penyewaan Aset

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Hermawan dan Setiawan

45

Password Nama Lengkap

Username

ID

Divisi

Akun

1

ID

Nama Barang

Diusulkan oleh

ID Spesifikasi n

Jumlah & satuan

Formulir Pengusulan

Tanggal dibutuhkan

Terdiri atas

1

Status

Pengusulan Pengadaan Aset

n

1

1

Status Vefirikasi

Kegunaan Aset Keterangan Diselesaikan dengan

Dilengkapi dengan

n

ID

1

Pelaksanaan Nama pemvalidasi

Status Selesai

ID

Form Validasi 1

Divisi pemvalidasi

Nama Pelaksana

1

Berkas Terkait (bukti pembayaran & kuitansi)

Status Validasi

Divisi

Dilengkapi dengan

Tanggal pelaksanaan

Keterangan

ID 1

Nama pemvalidasi

Form Validasi 2 Divisi pemvalidasi Status Validasi

Gambar 10. ERD Pengadaan Aset ID

Audit biaya Biaya Password Nama Lengkap

Username

Terdiri atas Divisi

ID ID

Akun

Penanganan yang dilakukan

Jenis penanganan

Outsourcing & Tugasnya

Diusulkan oleh

Terdiri atas Lokasi ID

Foto Terkait ID

Tanggal

Formulir Pengusulan

Pengusulan Pemeliharaan Aset dan Fasilitas Gedung

Terdiri atas

Status

Kode Aset Status Vefirikasi

Keterangan

Diselesaikan dengan

Dilengkapi dengan

ID Nama verifikator

ID

Pelaksanaan Nama pemvalidasi

Form Validasi 1

Diverifikasi dengan

Verifikasi Perbaikan

Tanggal verifikasi

Status Selesai

ID

Keterangan

Divisi pemvalidasi

Berkas Terkait

Uraian Status Validasi

Dilengkapi dengan

divisi

Waktu pelaksanaan

Gambar aset

Waktu selesai

ID

Nama pemvalidasi

Form Validasi 2 Divisi pemvalidasi Status Validasi

Gambar 11. ERD Pemeliharaan Aset

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

46

Hermawan dan Setiawan

Setiap entitas yang ada di dalam gambar masing masing manajemen aset, merupakan komponen yang menjadi acuan dalam form pelaporan maupun data yang ditampilkan untuk keperluan monitoring dan controling, untuk melihat detail daripada sistem informasi yang sudah dibuat berikut merupakan link lampiran hasil prototipe sistem informasi itu sendiri https://bit.ly/PPAG_2. Perubahan sistem informasi yang awalnya merupakan offline sehingga menjadi online memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan untuk menentukan kualitas sistem informasi yang telah dibuat. Sistem informasi yang sekarang digunakan pada obyek penelitian akan dibandingkan dengan sistem informasi yang telah dibuat, sesuai dengan studi literatur. Perubahan sistem informasi akan ditinjau dengan 2 variabel, yaitu dari segi kualitas sistemnya dan juga kualitas informasinya. Tabel 4 merupakan hasil dari perubahan akibat sistem informasi yang dibuat. Tabel ini merupakan hasil paparan dari wawancara yang dilakukan baik kepada pengguna dan pengelola aset. Tabel 4. Perubahan Akibat Sistem Informasi Online Aspek

Perubahan

Kelengkapan (completeness)

Penggunaan sistem informasi online, kelengkapan informasi tidak mengalami banyak perubahan.

Keakuratan (accuracy)

Dengan adanya sistem informasi online, keakuratan informasi menjadi lebih tinggi.

Relevansi (relevance)

Penggunaan sistem informasi online tidak meningkatkan relevansi data yang didapatkan.

Kemudahan penggunaan (ease of use) Ketepatan waktu (timeliness) Keandalan (reliability)

Penggunaan sistem informasi online meningkatkan kesederhanaan pelaksanaan sistem. Penggunaan internet pada sistem informasi meningkatkan membuat informasi yang didapatkan merupakan informasi aktual sehingga ketepatan waktunya sangat meningkat Penggunaan program komputer dan semuanya yang serba otomatis meningkatkan keandalan informasi yang didapatkan.

5. KESIMPULAN Berdasarkan perencanaan dan juga peninjauan aspek kualitas sistem informasi, penerapan sistem informasi manajemen aset secara online membawa dampak yang positif, dari 6 indikator yang ditinjau 4 diantaranya membawa dampak yang positif, yaitu dari aspek keakuratan, kemudahan penggunaan, ketepatan waktu, dan keandalan, serta 2 aspek diantaranya tidak mengalami perubahan, yaitu dari segi kelengkapan, dan relevansi. Sistem informasi yang telah dibuat dapat menerima, menyimpan, dan memantau aktivitas manajemen aset seperti inventarisasi, pengadaan, perawatan, peminjaman, dan penyewaan aset maupun fasilitas yang ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengelola dan sistem manajemen aset di Indonesia secara umum, serta perkembangan sistem manajemen aset di Indonesia. DAFTAR RUJUKAN [1] R. A. Aryani Soemitro and H. Suprayitno, “Pemikiran Awal tentang Konsep Dasar Manajemen Aset Fasilitas,” J. Manajemen Aset Infrastruktur Fasilitas, vol. 2, no. 0, pp. 1–14, 2018, doi: 10.12962/j26151847.v2i0.4225. [2] M. Rakhmadian, S. Hidayatullah, H. Respati, and U. M. Malang, “Analisis Kualitas Sistem Dan Kualitas Informasi Terhadap Kepuasan Pemakai Sistem Informasi Akademik Dosen,” no. September, pp. 665–675, 2017. [3] M. H. Rahman and I. Widiasanti, “Analisa Pelaksanaan Manajeman Aset Infrastruktur Gedung Dewi Sartika Universitas Negeri Jakarta,” Padur. J. Tek. Sipil Univ. Warmadewa, vol. 8, no. 2, pp. 156–168, 2019, [Online]. Available:

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

Hermawan dan Setiawan

[4] [5] [6] [7] [8]

47

https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/paduraksa/article/view/1401/1024. A. Haider and A. Koronios, Information Systems for Engineering and Infrastructure Asset Management, vol. 9783834942. 2013. SI, “Peranan Brainware Dalam Sistem Informasi Manajemen,” J. Agric. Food Chem., vol. 23, no. 4, pp. 795–798, 2013, doi: 10.1021/jf60200a019. I. Prayanthi, E. Lompoliu, and R. D. Langkedeng, “Pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi Dan Perceived Usefulness Terhadap Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi,” Klabat Account. Rev., vol. 1, no. 2, p. 1, 2020, doi: 10.31154/kar.v1i2.475.1-11. H. Setiawan, “Analisis Kualitas Sistem Informasi Pantauan Pembentukan Karakter Siswa Di Smk N 2 Depok Sleman,” Elinvo (Electronics, Informatics, Vocat. Educ., vol. 2, no. 1, pp. 102–109, 2017, doi: 10.21831/elinvo.v2i1.16427. I. B. G. M. Mangun Buana and N. G. P. Wirawati, “Influence Quality of Information System, Quality of Information, and Perceived Usefulness on User Accounting Information System Satisfaction,” E-Jurnal Akunt., vol. 22, p. 683, 2018, doi: 10.24843/eja.2018.v22.i01.p26.

JOSC – VOL. 2 NO. 1 OKTOBER 2022 (E-ISSN 2808-2869 | P-ISSN: 2964-4437)

JoSC

Journal of Sustainable Construction

Construction Project Management Research Center Universitas Katolik Parahyangan

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.