JTI EDUCATION Flipbook PDF

JTI EDUCATION

27 downloads 118 Views 22MB Size

Story Transcript

Latar Belakang pembentukan P2K3 : • Bentuk komitmen K3 dari pimpinan perusahaan • Mempercepat pengambilan keputusan jika terdapat masalah K3 • Pengawasan tidak langsung terhadap pengelolaan K3 P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah organisasi yang berdasarkan peraturan pemerintah harus dibentuk untuk membantu pengusaha menjalankan program K3 di perusahaannya bagi perusahaan yang memiliki karyawan >100 orang atau memiliki potensi bahaya tinggi. Mafaat dengan adanya P2K3 : • Mengembangkan kerjasama bidang K3 • Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3 • Forum komunikasi dalam bidang K3 • Menciptakan tempat kerja yang nihil (nol) kecelakaan dan penyakit akibat kerja P2K3 Apakah yang dimaksud P2K3 ? No. Dok. : STD- BRF - 012 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 01-08-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman


P2K3 di PT KDM telah dibentuk di seluruh wilayah KDM dan telah menjalankan fungsinya dengan sangat baik. P2K3 di PT KDM terdiri dari Management Team sebagai ketua P2K3 1 dan beserta para kepala bagian atau personil yang mewakili Lembaganya. P2K3 melakukan pertemuan rutin setiap bulan untuk membahas masukan karyawan maupun pihak lain, hasil temuan dan tindakan perbaikan terkait dengan pengelolaan K3LH. Poin Penting : “Setiap pekerja dihimbau membaca Notulen Meeting P2K3 yang selalu di update pada setiap bulannya dan Susunan Anggota P2K3 di papan informasi K3LH yang ada di masing-masing wilayah agar dapat mengetahui informasi terkait pengelolaan K3LH demi terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat.” P2K3 Bagaimana Implementasi Pelaksanaan P2K3 di PT KDM ? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Contoh Pemasangan Notulen Meeting P2K3 di papan Informasi Poster Susunan Anggota P2K3 No. Dok. : STD- BRF - 012 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 01-08-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman


Hazard Report (Pelaporan Bahaya) adalah suatu tindakan untuk mengingatkan rekan kerjanya dan melaporkan dengan tujuan untuk meminimalkan resiko bahaya dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan : o Agar seluruh kecelakaan bisa dihindari sejak dini. o Agar bisa mengambil Poin of Learning dari setiap kecelakaan yang terjadi supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali. Apa saja yang perlu kita laporkan? 1. Semua tindakan tidak aman yang dilakukan karyawan (Unsafe Action) 2. Semua kondisi tidak aman yang ditemukan oleh karyawan (Unsafe Condition) 3. Semua kejadian hampir celaka (nearmiss) yang berpotensi timbulnya kecelakaan. Kepada siapakah kita melapor? 1. Atasan Langsung 2. Supervisor Anda 3. Manager Anda 4. EHS Departemen HAZARD REPORT Apakah Pelaporan bahaya itu ? No. Dok. : STD- BRF - 021 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 18-01-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman


“Apakah anda masih ingat dengan aturan ini” “Lihat Bahaya Laporkan” “Jangan pernah mentolelir tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman” “Termasuk hampir celaka (nearmiss)” Melihat resiko/bahaya Tegur/Laporkan Keselamatan Poin Penting : Setiap pekerja diharapkan untuk saling mengingatkan dan segera melakukan tindakan pelaporan apabila terdapat potensi bahaya (tindakan tidak aman maupun kondisi tidak aman termasuk hampir celaka) baik pada saat bekerja atau pada saat jalan kaki di sekitar area perusahaan agar kita semua selalu dalam keadaan aman dan selamat. Apabila kita hanya diam saja ketika terdapat bahaya, maka itu sama saja kita membiarkan rekan kerja kita celaka. HAZARD REPORT Bagaimanakah cara mencegah kecelakaan akibat kerja? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 021 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 18-01-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman


Kode Warna Keselamatan Kerja adalah kode warna dimana yang difungsikan sebagai penanda, peringatan, himbauan dan larangan untuk menjaga keselamatan karyawan, adapun jenis Kode Warna Keselamatan : 1. Warna Marka 2. Warna Pipa dan Tangki 3. Warna Rambu Warna Marka ! Kuning : Digunakan sebagai jalur pejalan kaki, jalur Forklift, jalur Evakuasi, dan Sel area kerja Hitam Kuning : Digunakan untuk area yang dapat menimbulkan resiko pada karyawan, menunjukan disini karyawan harus waspada pada daerah tersebut.Contoh : Stupper, dinding pembatas dll. Merah Putih : Digunakan untuk area alasan keamanan (Sekitar titik darurat akses, Safety Shower, Eye wash, Panel listrik, APAR, dll) Warna Pipa atau Tangki ! Merah : Untuk pemadam api. Contoh : Pipa hidran. Kuning : Gas mudah terbakar (Flammable Gas). Contoh : Pipa PGN Coklat : Cairan mudah terbakar (Combustible). Contoh : Solar Hijau : Air minum, pendingin, Air boiler. Contoh : Air bersih Biru : Udara bertekanan. Contoh : Udara compressor Warna Rambu ! Warna rambu merah dengan kontras putih di fungsikan sebagai larangan. Kode Warna Keselamatan Apa itu Kode Warna Keselamatan ? No. Dok. : STD- BRF - 024 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 18-01-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman Zona bebas api


Warna biru dengan kontras putih difungsikan sebagai perintah yang harus ditaati Warna Kuning dengan kontras warna hitam difungsikan untuk identifikasi bahaya atau sebagai peringatan Warna hijau dengan kontras putih difungsikan untuk kondisi aman, jalur evakuasi dan P3K Warna merah dengan kontras putih difungsikan sebagai pemadam api Warna putih dengan kontras hitam difungsikan sebagai informasi umum Point Penting : Karyawan diwajibkan untuk mengetahui tentang kode warna yang ada pada area perusahaan untuk meminimalir terjadinya kecelakaan dalam bekerja dan menjadikan karyawan lebih waspada dalam melintasi atau melewati area perusahaan dengan kode warna tertentu. Kode Warna Keselamatan Apakah yang dapat dilakukan sebagai karyawan? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 024 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 18-01-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman Wajib menggunakan APD keselamatan Bahaya listrik tegangan tinggi Lokasi pertolongan pertama pada kecelakaan Lokasi alat pemadam api Informasi umum (Toilet)


Rambu keselamatan adalah sebuah jenis tanda yang dirancang untuk memperingati suatu bahaya, mengisyaratkan tindakan wajib atau mengharuskan pemakaian alat pelindung pribadi, melarang tindakan atau barang, mengidentifikasikan tempat alat pemadam kebakaran, alat pertolongan pertama dan atau menandai rute pintu keluar untuk evakuasi dll. Adakah perundangan yang mengatur? 1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b : “ Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempattempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja “ 2. PP No. 50 Thun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4 : “ Rambu-rambu K3 harus dipasang dengan standar dan pedoman teknis “ Apakah kegunaan dari Rambu Keselamatan? 1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat 3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan. 4. Mengigatkan para karyawan dimana harus menggunakan alat pelindung diri (APD) 5. Sebagai label identitas penempatan peralatan tanggap darurat. 6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang tidak diperbolehkan. Ada berapakah pengelompokan Rambu Keselamatan? 1. PERINTAH Berupa : Larangan , kewajiban 2. WASPADA Berupa : Bahaya, Peringatan, perhatian 3. INFORMASI Rambu-rambu Keselamatan Apakah yang dimaksud rambu keselamatan? No. Dok. : STD- BRF - 027 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 25-02-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman


Contoh Rambu keselamatan ! 1. Perintah 2. Waspada 3. Informasi Point Penting : Setiap karyawan diwajibkan untuk mematuhi semua rambu keselamatan sesuai dengan pengelompokannya, yaitu berupa perintah, waspada maupun informasi untuk meminimalkan resiko bahaya di tempat kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Rambu-rambu Keselamatan Apakah peran kita selaku karyawan? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 027 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 25-02-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman Gunakan Penggangan Tangga Gunakan Sepatu Safety Gunakan Masker Waspada Permukaan Panas Awas Benda Tajam Bahaya Ruang Terbatas Lokasi Pertolongan Pertama Lokasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Lokasi Informasi Toilet


1. Penggunaan Jalur Pedestrian Penggunaan jalur pedestrian (Jalur Pejalan Kaki) merupakan usaha kita bersama dalam menjaga ketertiban berlalu lintas di dalam area perusahaan 2. Penggunaan Zebracross Zebracross digunakan untuk jalur penyebrangan bagi para pejalan kaki. Penggunaan zebracross yang benar dapat menghindarkan kita dari tertabrak kendaraan yang lalu lalang ketika kita melintas jalur lintasan kendaraan No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman Trafic Mangement Control Trafic Management Control adalah sebuah pengendalian dalam manajemen lalulintas . pengendalian dalam TMC mengatur mulai lalu lintas kendaraan, tata cara parkir kendaraan, dan bahkan lalu lintas para pejalan kaki dengan media marka dan rambu yang tersebar di seluruh penjuru perusahaan. Hal ini dilakukkan untuk menertibkan lalu lintas dan pengendalian potensi terjadinya kecelakaan di area dalam perusahaan.


3. Parkir Kendaraan Penempatan kendaraan bermotor dengan posisi menghadapke arah depan (Front Nose) atau menghadap ke arah jalan keluar. Hal ini ditujukan agar disaat terjadi keadaan darurat, kedaraan bermotor bisa dikelaurkan lebih cepat tanpa harus memutar arah kendaraan bermotor terlebih dahulu. 4. Tata Tertib Rambu Semua personil wajib mematuhi segala bentuk rambu-rambu yang sudah terpasang di area perusahaan. Salah satu contoh adalah rambu batas kecepatan maksimal 30km/jam. Diharapkan semua personil tidak boleh melebihi batas kecepatan maksimal yang telah ditetepkan pada saat berkendara di dalam area perusahaan. Poin Penting ! “ Tetap waspada saat berada di lingkungan perusahaan, patuhi semua rambu-rambu keselamatan di area perusahaan, kita bisa menyelamatkan diri kita dan rekan kerja kita. ” No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman Trafic Mangement Control


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 21-01-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Pemilahan Sampah Apa itu Sampah? Bagaimana cara pemilahan sampah? Sampah adalah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.(Wikipedia) Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan. Jenis-jenis Sampah :


Kenapa harus memilah sampah : 1. Sampah memiliki karakteristik yang berbeda-beda setiap jenisnya. Pemilahan bisa membantu mempercepat dalam proses pengelolaannya. 2. Beberapa jenis sampah bisa dikelola kembali. Pengelolaan sampah berdasarkan 3R : Reduce (dikurangi / dihilangkan), Reuse (digunakan kembali) & Recycle (daur ulang sampah) 3. Lingkungan yang bersih dapat meningkatkan kenyamanan bekerja dan kinerja karyawan. Cara Pemilahan Sampah : 1. Pastikan sampah telah dipisahkan sesuai Jenis Sampah. 2. Masukkan sampah ke dalam tempat sampah yang telah di sediakan sesuai Jenis Sampah masing-masing 3. Tutup rapat tempat sampah sehingga tidak ada sampah yang tercecer dan bau yang keluar dari tempat sampah Tips Pemilahan Sampah : 1. Bila tempat sampah terlihat penuh, segera hubungi Tim terkait untuk segera dilakukan pengosongan tempat sampah 2. Menggunakan plastic sampah untuk setiap tempat sampah sehingga mempermudah dalam pengambilan sampah dan tempat sampah bisa selalu dalam keadaan bersih 3. Secara rutin memastikan tempat sampah selalu dalam keadaan bersih, rapi dan kondisi yang baik (tidak rusak, penyok, dll) Poin Penting ! “Pemilahan Sampah dengan benar berarti kita ikut serta dalam menjaga kelestarian Lingkungan Hidup!!” No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 21-01-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Pemilahan Sampah Apa itu Sampah? Bagaimana cara pemilahan sampah?


Helm keselamatan pekerja digunakan untuk melindungi pekerja pada lokasi tertentu dari adanya potensi kejatuhan benda, harus memenuhi setandart sekurangnya adalah ANSI/ESEA Z98.1-2014 Helm keselamatan ketinggian berfungsi untuk melindungi pekerja dari potensi terbentur ketika terjatuh dari ketinggian, Sekurangnya pada helm ini memiliki 3 point dan tidak boleh berpenutup sehingga menghalangi pandangan dari atas. Harus memenuhi setandart sekurangnya adalah EN 12492 Helm ini difungsikan untuk mengurangi radiasi pancaran cahaya yang terjadi dari kegiatan pengelasan dan berfungsi untuk menghalangi percikan bunga api dari pengelasan ke daerah wajah. Harus memenuhi setandart sekurangnya adalah ANSI Z87.1 Helm pemadam kebakaran difungsikan untuk menghalangi adanya api yang menuju mata dan daerah belakang kepala, helm ini dirancang tahan api. . Harus memenuhi setandart sekurangnya adalah ISO 11999 Safety Helmet Apakah fungsi masing-masing safety helmet berbeda ? Safety Helmet Safety Helmet Ketinggian Safety Welding Helmet Safety Helmet Fire No. Dok. : STD- BRF - 020 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman


Akibanya jika tidak menggunakan Safety helmet adalah : 1. Bahaya potensi terbentur 2. Bahaya potensi kejatuhan barang 3. Bahaya tersengat arus tegangan tinggi 1. Pastikan Safety Helmet memiliki kelengkapan seperti gambar di samping dan berfungsi dengan baik. 2. Pakai Helm kemudian pasang chin strap pada bagian dagu dan kencangkan (sesuai ukuran kepala) 3. Putar Ajustable (nope strap) sesuaikan dengan ukuran kepala anda. Safety Helmet Apakah yang terjadi apabila kita tidak menggunakan safety helmet ? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia Bagaimanakah cara memakai Safety Helmet yang benar ? Sebagai pengatur ukuran dari helem Sebagai pelindung kepala apabila terjadi benturan Sebagai pengunci agar helm tidak terlepas dari kepala No. Dok. : STD- BRF - 020 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman


Segitiga api adalah suatu teori tentang terbentuknya api dengan penggambaran melalui skema berbentuk segitiga. Api sendiri merupakan fenomena yang dapat kita rasakan dan amati karena adanya cahaya, panas, dan unsur lainnya yang timbul akibat reaksi kimia. Menurut teori segitiga api yaitu ada 3 elemen penting yaitu : No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman SEGITIGA API 2. Oksigen merupakan salah satu unsur yang ada di dalam udara. Dengan kadar oksigen 16% dalam udara, maka dapat menimbulkan reaksi pembakaran. 1 3. Sumber panas dapat berasal dari: • Faktor alam • Energi panas yang timbul akibat reaksi kimia • Energi panas akibat listrik 1. Bahan bakar Bahan bakar pembentuk api bisa berasal dari benda padat, cair, maupun gas • Padat: Kayu, kertas, kapas, dan lain-lain. • Cair: Minyak tanah, bensin, spirtus, dan lain-lain. • Gas: Karbit, LPG, LNG, dan lainlain. Bahan-bahan tersebut tergolong bahan mudah terbakar yang mudah bereaksi dan menimbulkan api.


Penanganan Api Menurut Segitiga Api Dapat kita lakukkan dengan menghilangkan salah satu unsur pembentuknya maka api dapat dipadamkan. Berikut upaya pemadaman yang dapat Anda lakukan: 1. COOLING (dilakukan dengan melakukkan pendinginan). Contoh : Menggunakan semprotan air. 2. SMOTHERING/ MEMISAHKAN UDARA (menhalangi masukanya oksigen). Contoh : Dengan menutup permukaan bahan bakar dengan selimut api (fire blanket) atau dengan busa (foam). 3. STARVATION ( membatasi , mengurangi bahan bakar di tempat berlangsungnya kebakaran). Contoh : dengan menutup saluran / kran bahan bakar pada daerah yang terbakar atau mengeluarkan bahan yang mudah terbakar dari lokasi kebakaran 4. DILUTION (Mengurangi /melakukan pengenceran kadar oksigen di batas minimum sehingga pembakaran tidak lagi berlangsung). Contoh : dengan menyemprotkan gas dari APAR dengan bahan misalkan Co2 5. BREAK CHAIN REACTION Mengganggu /merusak nyala api pada kebakaran secara kimiawi / fisik. Contoh : dengan menebas api (mekanis) atau menyemprotkan APAR bertujuan ke reaksi pembakaran (halon/dry chemical). Poin Penting ! “Pahami segitiga apa sehingga apabila terjadi kebakaran kita bisa melakukan penanganan dengan tepat pada api supaya bisa kita kendalikan. Dan jika tidak bisa dikendalikan segera lapor kepada atasan / koordinator Tim Tanggap Darurat ” No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman SEGITIGA API EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia


Tujuan : 1. Pendeteksi/peringatan dini bahaya kebakaran 2. Peringatan Semua Karyawan untuk segera melakukan proses menuju Assembly point Jenis-jenis Detector Fire Alarm: 1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector 2. Fix Temperature No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman Alarm Fire Alarm Sistem adalah Rangkaian Instalasi Pendeteksi Asap dan Api Secara Sensitif dengan alat atau perlengkapan yang terintegrasi dan bekerja secara bersamaan untuk mendeteksi adanya asap/api atau kebakaran dan memberikan peringatan baik secara Bunyi yang Nyaring maupun sistem suara (audio). Sistem alarm ini dapat diaktivasi dari smoke detector (detektor asap) ataupun heat detector (detektor panas).Atau dapat juga diaktivasi menggunakan peralatan aktivasi manual seperti manual call points atau pull station. Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat . area ideal: ruangan kantor,ruang arsip,ruang server ,dan sejenisnya Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Area ideal : Ruang boiler,genset, bengkel las ,dan sejenisnya


3. Beam Detector ( Smoke Sensor) 4. Break Glass ( Manual Alarm) Langkah Penting saat Fire Alarm berbunyi: 1. Jangan Panik 2. Matikan Peralatan Listrik 3. Lindungi Saluran Pernafasan 4. Ikuti petunjuk Evakuasi 5. Jangan sampai terjebak di kerumuman (resiko terjebak saat evakuasi) Poin Penting ! “ Saat Alarm kebakaran berbuyi di semua karyawan jangan panik dan karyawan diwajibkan untuk menuju area assembly Point ,dimana untuk mengatisipasi bahaya yang lebih fatal ” No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 23-11-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman Alarm Beam smoke detector bekerja dengan prinsip partikel asap yang mengganggu transmisi dan penerimaan cahaya dari sinar infra-merah (IR) dan ditempatkan area yang tinggi. Area ideal : Warehouse, Area Produksi Manual Alarm Station Notifier adalah perangkat input manual yang ditekan oleh orang yang berada di area tersebut saat melihat adanya kebakaran. Inputan ini langsung mengaktifkan fire alarm Area ideal : all area EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia


APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah Suatu alat pemadam api ringan yang berfungsi untuk memadamkan kebakaran api kecil, ada 2 macam jenis APAR di lokasi perusahaan kita yaitu : • APAR Powder • APAR Clean Agent APAR Clean Agent • APAR Clean Agent bila dibandingkan dengan jenis alat pemadam api powder adalah bersifat bersih tidak meninggalkan residu, bekas atau kotoran seperti powder. • Tidak merusak lapisan ozon / non halon non CFC, ramah lingkungan (clean agent) dan telah memenuhi aturan pemerintah tentang larangan halon. • Memadamkan kelas api ABC • Terkenal memiliki daya padam lebih efektif pada kebakaran khusus dari bahan listrik, elektronik dan kabel. • Tidak beracun bagi manusia • Tidak konsleting listrik (non kondusif) ➢ Sedangkan kekurangan Liquid gas adalah tidak dapat memadamkan api diluar ruangan yang terbakar luas karena hanya diperuntukkan pada ruangan tertutup yang bersifat mengikat oksigen. Powder • Disamping itu juga harga alat pemadam api jenis powder yang lebih murah dibanding jenis bahan pemadam lainnya seperti jenis bahan pemadam liquid gas, foam, carbondioxida (CO2). • Memandamkan kelas api ABC • Terkenal memiliki daya padam lebih efektif pada kebakaran umum dari bahan kayu kertas plastik. • Kekurangan jenis bahan pemadam powder adalah : ➢ Meninggalkan sisa debu / residu ➢ Beracun bagi manusia APAR Apakah yang dimaksud dengan APAR? No. Dok. : STD- BRF - 018 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 12-12-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman


Cara penggunaan APAR baik jenis powder maupun clean agent adalah sama yaitu dengan prinsip CARA (Cabut,Arahkan,Remas dan Ratakan) Cara Pakai : ➢ Cabut kunci pengaman/pin hingga segel putus (pin berada di atas tabung APAR. Pin berfungsi sebagai pengaman handle atau pegangan dari penekanan yang tidak sengaja. ➢ Arahkan semprotan ke pusat API. Arahkan searah angin dan tegak 30-60 derajat. ➢ Remas atau genggam dengan kuat genggamanya. ➢ Ratakan pemadaman pada sumber API dengan cara sapukan Nozzle yang kita pegang ke arah kiri dan kanan API, agar media yang disemprotkan merata. Point Penting : Setiap karyawan di harapkan mampu dan mengetahui cara penggunaan APAR yang di maksudkan untuk mencegah kebakaran yang lebih besar (memadamkan API sedini mungkin). APAR Bagaimanakah cara menggunakan APAR? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 018 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 12-12-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman PENANGANAN GIGIT ULAR Beberapa ular berbisa akan memunculkan gejala tersendiri. Namun secara umum, gigitan ular dapat diidentifikasi melalui tanda dan gejala berikut: 1. Terdapat dua luka gigitan 2. Nyeri dan bengkak, kemerahan/ kehitaman dan/ atau lepuh di sekitar luka gigitan 3. Sesak nafas, mual dan muntah 4. Penglihatan kabur 5. Berkeringat 6. Air liur meningkat 7. Mati rasa di wajah dan anggota badan tertentu PERTOLONGAN PERTAMA GIGITAN ULAR 1. Identifikasi onset (Waktu terjadi) dan lokasi gigitan ular 2. Identifikasi jenis ular dari bentuk, warna dan karakteristiknya 3. Pindahkan korban ke ke tempat yang jauh dari lokasi gigitan untuk menghindari gigitan kedua 4. Jaga pergerakan fisik seminimal mungkin, pergerakan seperti berjalan dapat membantu bisa ular menyebar lebih luas 5. Cincin, jam tangan, dan baju yang ketat yang berada di ekstremitas harus dilepaskan 6. Posisikan anggota tubuh yang terkena gigitan lebih rendah dari posisi jantung 7. Mengikat bagian anggota atas tubuh yang terkena gigitan (namun jangan terlalu ketat) agar racun tidak cepat menyebar 8. Beri bidai (seperti korban patah tulang), agar meminimalkan Gerakan. 9. Pasien segera dibawa ke rumah sakit terdekat


PENANGANAN GIGIT ULAR No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman Pasca Digigit Ular, Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan: 1. Jangan Dihisap 2. Jangan Dikeluarkan Darahnya 3. Jangan Dipijat 4. Jangan Gunakan Obat Herbal Cara Mencegah Gigitan Ular : Mengingat risiko yang sangat berbahaya, sangat penting untuk mengetahui cara mencegah agar Anda atau rekan Anda tidak digigit ular. Lakukan cara-cara di bawah ini: 1. Jika melihat ular, jangan pernah mencoba untuk mengganggunya, seperti mendekati lalu menyentuhnya, mengangkat atau melempari dengan batu. 2. Sebaiknya jangan bergerak jika Anda tidak sengaja berada atau melihat ular melintas, agar ular tidak merasa terancam. 3. Kenakan celana panjang dan sepatu bot saat bepergian ke tempat yang diduga menjadi habitat ular, misalnya ke hutan, kebun, atau sawah. Poin Penting ! “Tetap berhati-hati dan waspada saat berada di area luar, jangan panik saat menghadapi keadaan yang tidak di inginkan. Ikuti himbauanhimbauan di atas” EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman Accident Classification Apa sih Accident Classification itu ? Accident Classification adalah sebuah klasifikasi jenis kecelakaan kerja yang terjadi berhubungan dengan karyawan di JTI yang diklasifikasi dari kecelakaan kerja ringan atau tanpa korban hingga kecelakaan kerja berat atau menimbulkan korban jiwa. Accident Classification terbagi menjadi menjadi beberapa 6 jenis, yaitu : 1. Nearmiss Case (Kasus Hampir Celaka) 2. First Aid Case (Kasus dengan Kotak P3K) 3. Medical Treatment Case (Kasus dengan Perawatan Medis) 4. Restricted Work Case (Kasus dengan Batasan Pekerjaan) 5. Lost Time Injury (Kasus hingga hilang hari kerja) 6. Fatality Case (Kasus hingga Korban Jiwa) Nearmiss Case atau Kasus Hampir Celaka adalah peristiwa yang tidak direncanakan diluar kondisi normal dalam beraktivitas yang tidak mengakibatkan luka, penyakit atau kerusakan, namun berpotensi untuk menghasilkan dampak. First Aid Case atau Kasus dengan Kotak P3K adalah peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan korban dengan tingkatan luka ringan dimana penanganan luka dilakukan dengan menggunakan isi dari Kotak P3K. Medical Treatment Case atau Kasus dengan Perawatan Medis adalah peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan korban dengan tingkatan luka sedang dimana penanganan luka membutuhkan perawatan medis tingkat lanjutan di Tempat Pelayanan Kesehatan Umum (Klinik / Rumah Sakit).


Restricted Work Case atau Kasus dengan Batasan Pekerjaan adalah peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan korban dengan tingkatan luka sedang/berat dimana korban tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana jobdesknya dampak dari luka yang diderita. Lost Time Injury atau Kasus hingga hilang hari kerja adalah peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan korban dengan tingkatan luka berat sehingga korban tidak bisa bekerja di hari itu dan bisa membutuhkan beberapa hari untuk penyembuhan dari luka yang diderita. Fatality Case atau Kasus hingga Korban Jiwa adalah peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan korban jiwa sampai menghilangkan nyawa dari korban. Recordable Injuries adalah cedera terkait pekerjaan yang membutuhkan lebih dari pertolongan pertama didefinisikan sebagai cedera yang dapat direkam. Yang termasuk pada Recordable Injuries MTC , RWC, LTI, Fatality Di JTI seluruh kejadian di atas harus dilaproakan melalui Incident Manajement Modul (IMM) oleh sebab itu. Karyawan harus melaporakn sesuai prosedur pelaporan kejadian untuk selanjutknya dilakukkan investigasi agar kejadian tidak terulang kembali. Poin Penting ! “Pahami setiap clasifikasi incident dan laporkan setiap kejadian incident supaya tidak terulang kembali ” No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Accident Classification Apa sih Accident Classification itu ?


Pada tanggal 23 Februari 2020 telah terjadi kecelakaan kerja oleh kontraktor di Malawi, dimana pekerjaanya itu adalah bekerja pada ketinggian. Kronologi kejadianya adalah sebagai berikut : 2 orang kontraktor setelah makan siang melanjutkan pekerjaanya memasang CCTV, mereka menaiki anak tangga step ladder, kemudian setelah mereka menaiki platform tangga salah seorang dari mereka pingsan setelah melihat bagian bawah. Setelah pingsan, karyawan tersebut jatuh dan menimpa karyawan dibelakangnya dan selanjutnya pengawas yang ada di bagian bawah memegangi tangga sebelum tangga tersebut menghantam tanah. Kemudian pada saat kontraktor lain berusaha menurunkan kontraktor yang pingsan, pengawas yang memegangi tangga memutar lutut kanannya dan mengalami cidera dibagian lututnya. Kontraktor yang pingsan dan pengawas kemudian dilarikan ke Rumah Sakit terdekat dan langsung dilakukan pemeriksaan X-Ray, untuk mengetahui kontraktor tidak mengalami patah tulang ataupun dislokasi. Kecelakaan kerja di ketinggian Bagaimana cara kita bekerja di ketinggian menggunakan tangga? No. Dok. : STD- BRF - 026 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 25-02-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman


Hal-hal yang harus diperhatikan : • Pastikan bahwa petugas yang melakukan pekerjaan ketinggian dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki gangguan takut ketinggian • Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun • Gunakan metode 3 titik tumpu (3- points contact) saat naik ataupun turun tangga. 3 titik tumpu artinya 2 kaki berpijak dengan 1 tangan berpegang pada anak tangga atau 2 tangan berpegang pada anak tangga dengan 1 kaki berpijak . • Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan memegang anak tangga. Jangan bekerja di samping kiri atau kanan • Jangan berdiri pada anak tangga paling atas saat menggunakan step ladder • Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak tangga dan permukaan pijakan tangga • Hindari membawa barang saat menaiki/ menuruni tangga. Jika membawa peralatan, gunakan tas atau tools belt yang memudahkan saat naik-turun tangga • Gunakan alat pelindung jatuh (Full Body Harness) saat memanjat apabila diperlukan • Jangan menaiki tangga dengan kapasitan beban melebihi batas maksimum yang ditentukan. Perhatikan nilai beban maksimum tangga, bobot Anda dan berat peralatan yang Anda bawa. Point Penting: Ini adalah pengingat bagi kita semua untuk menjadi lebih sadar dan berhati-hati terkait bekerja di ketinggian. Bekerja menggunakan step ladder, yang juga banyak peralatan serupa yang digunakan di pabrik dan aktivitas kita dapat menyebabkan insiden seperti ini. Harap tetap waspada terhadap implementasi Prosedur Bekerja di Ketinggian dan bagikan informasi ini sebagai titik pembelajaran kepada tim kita. Kecelakaan kerja di ketinggian Apakah peran kita selaku karyawan? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 026 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 25-02-2020 Halaman : 2 dari 2 Halaman


LB3 (Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Contoh Limbah B3 : ▪ Kain majun terkontaminasi oli/pelumas ▪ Oli/pelumas bekas dari hasil perbaikan mesin ▪ Aki/accu bekas ▪ Lampu TL bekas ▪ Limbah dari Laboratorium ▪ Dll. TPS LB3 (Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3) Adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung Limbah B3 yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang bersifat sementara sebelum dilakukan pengelolaan dan sudah mendapatkan ijin dari Pemerintah Setempat untuk melakukan Penyimpanan Limbah B3. LIMBAH B3 Definisi Limbah B3 ? No. Dok. : STD- BRF - 014 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 01-08-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman


PT KDM memiliki tempat khusus menyimpan sementara Limbah B3 yang disebut TPS Limbah B3. Sesuai peraturan perundangan, bahwa Limbah B3 tidak boleh dibuang sembarangan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Berikut ini adalah alur proses pengelolaan Limbah B3 : Poin Penting : “Setiap pekerja dihimbau untuk tidak membuang Limbah B3 sembarangan, dan bisa segera menghubungi Tim K3LH apabila ingin menyerahkan Limbah B3 ke TPS Limbah B3.” LIMBAH B3 Bagaimana Implementasi Pengelolaan Limbah B3 di PT KDM ? EHS Department Safety Briefing JTI Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 014 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 01-08-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman Departemen Penghasil Dikemas dengan standard Pengemasan LB3


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman Kebijakan HIV/AIDS Apa itu Kebijakan HIV/AIDS ? Kebijakan HIV/AIDS adalah bentuk komitmen dari manajemen Japan Tobacco International GSC Indonesia dalam rangka pencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS di lingkungan kerja sesuai peraturan perundangan-undangan Republik Indonesia (Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No: Kep.68/Men/IV/2004) detail komitmen sebagai berikut : • Menyelenggarakan sosialisasi kepada seluruh pekerja dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV / AIDS di tempat kerja • Tidak mewajibkan tes HIV / AIDS bagi calon pekerja sebagai syarat penerimaan pekerja, promosi, dan kelanjutan status kerja • Memperlakukan seluruh pekerja sama dan tidak membedakan pekerja dengan HIV / AIDS dalam hal mendapatkan kesempatan kerja, hak untuk mendapatkan promosi, maupun kondisi dan perlakuan khusus lainnya • Mengizinkan pekerja dengan HIV / AIDS untuk terus bekerja selama pekerja tersebut secara medis mampu memenuhi standar kerja yang ditentukan • Merahasiakan semua informasi medis, catatan kesehatan atau informasi lain yang terkait, termasuk kerahasiaan identitas pekerja dengan HIV / AIDS • Melarang segala bentuk stigmatisasi terhadap pekerja dengan HIV / AIDS • Memastikan agar kebijakan ini diterapkan di seluruh lokasi kerja Japan Tobacco International • Senantiasa melakukan peninjauan atas efektivitas kebijakan ini secara berkala dan berkesinambungan Poin Penting ! Seluruh karyawan diharapkan memiliki kepedulian serta dukungan atas kebijakan ini dan berperan aktif dalam penerapannya.


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Kebijakan HIV/AIDS


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman Near Miss / Hampir Celaka Apasih Near Miss itu ? “Near Miss / Hampir Celaka” Berdasarkan EHS Definition : Near Miss / Hampir Celaka: Sebuah kejadian yang tidak diinginkan dalam keadaan yang sedikit berbeda dan dapat mengakibatkan cedera terkait pekerjaan, kerusakan property atau polusi lingkungan. (Belum terjadi kerugian / kecelakaan, tapi sudah hampir terjadi) Mengapa Melaporkan Near Miss / Hampir Celaka Sangat Penting? 1. Membantu mencegah terjadinya insiden di kemudian hari karena hasil investigasi memberikan informasi tentang faktor penyebab dan akar penyebab dari kecelakaan kerja. 2. Dapat diinformasikan kepada seluruh area 3. Meningkatkan keselamatan pekerja dan meningkatkan budaya keselamatan. 4. Membantu mengidentifikasi kelemahan prosedur operasional, seperti prosedur dalam melakukan pekerjaan yang mungkin jarang terjadi, tetapi berpotensi menimbulkan konsekuensi tinggi.


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Near Miss / Hampir Celaka Bagaimanakah cara melaporakan? Bagaimanakah Near Miss di JTI : • Sebagai upaya preventive, saat ini JTI menjadikan topic serius sebagai upaya pencegahan kecelakaan • Near Miss harus dilaporkan melalui Incident Management Module (IMM) • Karyawan memiliki kewajiban melaporkan Near Miss Bagaimana Cara Melaporkan : 1. Karyawan yang mengetahui / mengalami wajib melaporkan kepada atasan atau langsung ke Tim EHS. 2. EHS Representative bersama EHS melakukan investigasi 3. PIC IMM lembaga setempat melaporkan ke IMM (software JTI Global untuk mencatat seluruh incident dan nearmiss) Poin Penting ! 1. Insiden yang terjadi di tempat kerja dapat mengakibatkan cedera serius atau kerusakan properti. 2. pelaporan near miss dapat membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari. 3. di JTI dengan melaporkan Near Miss berarti menyelamatkan rekan lain dan juga melindungi properti perusahaa


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman Penggunaan Kotak P3K Apasih Kotak P3K itu ? P3K adalah upaya memberi pertolongan pertama secara CEPAT dan TEPAT pada pekerja dan atau orang lain yang berada di tempat kerja yang mengalami sakit/ cidera ditempat kerja Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah sarana yang harus disediakan di tiap gedung atau ruangan yang berisi peralatan yang di pergunakan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan . Sesuai namanya, tujuan dari pengadaan kotak P3K adalah sebagai langkah mengantisipasi dan penanganan dini cedera atau luka. Cedera atau luka bisa terjadi secara tiba-tiba dan penanganannya pun harus cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Itulah mengapa kotak P3K sangat diperlukan. Letakkan kotak obat-obatan ini di tempat yang mudah terjangakau.


No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Penggunaan Kotak P3K Bagaimanakah cara Penggunaan? Lalu, bagaimana karyawan apabila cidera dan memerlukan penanganan kotak P3K? 1. Karyawan diharapkan untuk menghubungi PIC Kotak P3K. 2. Apabila PIC tidak berada pada lokasi bisa menghubungi petugas P3K yang ada pada area tersebut 3. Setelah Penanganan PIC/Petugas P3K akan menulis pada buku pelaporan terkait dengan penanganan yang telah dilakukkan 4. PIC/Petugas P3K segera menginformasikan kepada paramedis dan Tim EHS apabila Poin Penting ! “Pastikan saat menggunakan isi dari Kotak P3K harus sepengetahuan dari PIC Kotak P3K dan melakukkan pencatatan karena ini sangat penting untuk evaluasi supaya kejadian yang sama tidak terulang kembali. Segera infomasikan ke Pareamedis dan tim EHS apabila terjadi incident di tempat kerja kita”


No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 21-10-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Pemilahan Sampah Apa itu Sampah? Bagaimana cara pemilahan sampah? Sampah adalah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.(Wikipedia) Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan. Jenis-jenis Sampah :


Kenapa harus memilah sampah : 1. Sampah memiliki karakteristik yang berbeda-beda setiap jenisnya. Pemilahan bisa membantu mempercepat dalam proses pengelolaannya. 2. Beberapa jenis sampah bisa dikelola kembali. Pengelolaan sampah berdasarkan 3R : Reduce (dikurangi / dihilangkan), Reuse (digunakan kembali) & Recycle (daur ulang sampah) 3. Lingkungan yang bersih dapat meningkatkan kenyamanan bekerja dan kinerja karyawan. Cara Pemilahan Sampah : 1. Pastikan sampah telah dipisahkan sesuai Jenis Sampah. 2. Masukkan sampah ke dalam tempat sampah yang telah di sediakan sesuai Jenis Sampah masing-masing 3. Tutup rapat tempat sampah sehingga tidak ada sampah yang tercecer dan bau yang keluar dari tempat sampah Tips Pemilahan Sampah : 1. Bila tempat sampah terlihat penuh, segera hubungi Tim terkait untuk segera dilakukan pengosongan tempat sampah 2. Menggunakan plastic sampah untuk setiap tempat sampah sehingga mempermudah dalam pengambilan sampah dan tempat sampah bisa selalu dalam keadaan bersih 3. Secara rutin memastikan tempat sampah selalu dalam keadaan bersih, rapi dan kondisi yang baik (tidak rusak, penyok, dll) 4. Setelah membuang masker pastikan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer Poin Penting ! “Pemilahan Sampah dengan benar berarti kita ikut serta dalam menjaga kelestarian Lingkungan Hidup!!” No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 21-10-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Pemilahan Sampah Apa itu Sampah? Bagaimana cara pemilahan sampah?


No. Dok. : STD- BRF - 043 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 04-01-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Sistem Manajemen Terpadu (IMS) Sistem Manajemen Terpadu (SMT) atau istilah lainnya adalah Integrated Management System (IMS) adalah suatu sistem yang menggabungkan antara sistem manajemen mutu, K3, lingkungan dan energi secara sistematis agar efektif dan efisiennya di dalam penerapannya di perusahaan. Sistem Manajemen adalah perencanaan pengendalian di dalam perusahaan dari hulu ke hilir dengan memfokuskan pada topik tertentu sesuai dengan standar persyaratan ISO (Standar Internasional) dan SMK PP 50 Th 2012. 5 Sistem Manajemen Terpadu yang diimplementasikan oleh JTI GSC Indonesia adalah ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, ISO 50001, dan SMK3. ▪ ISO 9001:2015 tentang Sistem Manajemen Mutu berfokus untuk menyediakan produk yang berkualitas. ▪ ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan berfokus untuk meminimalkan dampak lingkungan. ▪ ISO 45001:2018 tentang Sistem Manajemen K3 berfokus untuk meminimalkan kecelakaan kerja di perusahaan. ▪ ISO 50001:2018 tentang Sistem Manajemen energi berfokuskan untuk efisiensi energi yang digunakan di perusahaan. ▪ SMK3 adalah sistem manajemen mengenai K3 yang untuk meminimalkan kecelakaan kerja dan diwajibkan oleh pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012


Sistem Manajemen Terpadu (IMS) No. Dok. : STD- BRF - 043 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 04-01-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman JTI GSC Indonesia adalah bagian terintegrasi dari JT International, yang mengimplementasikan sasaran yang sama yaitu Sistem Manajemen Terpadu: ▪ Memastikan kepuasan konsumen dengan menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan kualitas dan menerapkan prinsip “Kualitas Berdasarkan Konsumen" untuk menjamin loyalitas konsumen. Contoh aktivitas: Operator dan tim Quality bekerja sama untuk memastikan proses produksi berjalan lancar dan tidak ada kerusakan produk. ▪ Berkomitmen untuk menghilangkan risiko bahaya dan K3 serta memberikan kondisi kerja yang aman dan sehat untuk mencegah kecelakaan kerja, cedera terkait pekerjaan dan kesehatan yang buruk dengan konsultasi dan partisipasi pekerja. Contoh aktivitas: Ketika pekerja melihat adanya kondisi tidak aman, misalnya terdapat tumpahan bahan kimia di lantai kerja, maka segera melakukan tindakan pengendalian guna meminimalkan terjadi kecelakaan. Dan secara paralel menginformasikan ke atasannya langsung. ▪ Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sesuai dengan konteks organisasi, termasuk sifat, skala dan dampak lingkungan dari aktivitas, produk dan layanan. Contoh aktivitas: Oli bekas dari hasil pemeliharaan mesin ditampung pada kemasan jerigen yang tertutup rapat dan diserahkan ke TPS Limbah B3. ▪ Melindungi lingkungan alam dari dampak dengan cara mencegah polusi, mitigasi perubahan iklim, adaptasi dan perlindungan ekosistem dimanapun berada. Contoh aktivitas: Meminimalkan aktivitas berkendara di area perusahaan untuk mengurangi polusi udara. ▪ Meningkatkan performa energi, sesuai dengan sifat dan skala penggunaan dan konsumsi energi oleh perusahaan. Contoh aktivitas: Mematikan AC ruangan ketika sudah tidak digunakan. Komitmen untuk penerapan sistem manajemen tertuang dalam Kebijakan SMT (IMS) yang terpasang di seluruh area kerja di perusahaan. Contoh beberapa titik pemasangan antara lain Ruang Meeting, Ruang Koordinasi, Office, Lobby pintu masuk Gedung, Pos Security, Dekat finger, Dll. Poin Penting ! “Setiap aktivitas yang dilakukan oleh karyawan merupakan suatu bentuk kontribusi dalam rangka mencapai keberhasilan dalam implementasi Sistem Manajemen Terpadu (IMS)”


No. Dok. : STD- BRF - 043 Lembaga : EHS Rev : 003 Tanggal : 28-03-2022 Halaman : 1 dari 2 Halaman Sistem Manajemen Terpadu (IMS) Integrated Management System (IMS) atau istilah lainnya adalah Sistem Manajemen Terpadu (SMT) merupakan suatu sistem yang menggabungkan antara sistem manajemen mutu, K3, lingkungan, energi dan IACS robustification secara sistematis agar efektif dan efisien dalam mendukung kelancaran proses bisnis di perusahaan. 5 Sistem Manajemen Terpadu yang diimplementasikan oleh JTI GSC Indonesia adalah sebagai berikut : ▪ ISO 9001:2015 tentang Sistem Manajemen Mutu berfokus untuk menyediakan produk yang berkualitas demi menjamin kepuasan pelanggan. ▪ ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan berfokus untuk meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan. ▪ ISO 45001:2018 & SMK3 PP 50 Th 2012 tentang Sistem Manajemen K3 berfokus untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan derajat Kesehatan karyawan. ▪ ISO 50001:2018 tentang Sistem Manajemen energi berfokus untuk meningkatkan performa energi di perusahaan, termasuk didalamnya adalah efisiensi dan konsumsi energi. ▪ IACS Robustification yang berfokus untuk peningkatan penguatan sistem kontrol dan otomasi industri.


Sistem Manajemen Terpadu (IMS) No. Dok. : STD- BRF - 043 Lembaga : EHS Rev : 003 Tanggal : 28-03-2022 Halaman : 2 dari 2 Halaman JTI GSC Indonesia adalah bagian terintegrasi dari JT International, yang mengimplementasikan sasaran yang sama yaitu Sistem Manajemen Terpadu: ▪ Memastikan kepuasan konsumen dengan menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan kualitas dan menerapkan prinsip “Kualitas Berdasarkan Konsumen" untuk menjamin loyalitas konsumen. Contoh aktivitas: Operator dan tim Quality bekerja sama untuk memastikan proses produksi berjalan lancar dan tidak ada kerusakan produk. ▪ Berkomitmen untuk menghilangkan risiko bahaya dan K3 serta memberikan kondisi kerja yang aman dan sehat untuk mencegah kecelakaan kerja, cedera terkait pekerjaan dan kesehatan yang buruk dengan konsultasi dan partisipasi pekerja. Contoh aktivitas: Ketika pekerja melihat adanya kondisi tidak aman, misalnya terdapat tumpahan bahan kimia di lantai kerja, maka segera melakukan tindakan pengendalian guna meminimalkan terjadi kecelakaan. Dan secara paralel menginformasikan ke atasannya langsung. ▪ Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sesuai dengan konteks organisasi, termasuk sifat, skala dan dampak lingkungan dari aktivitas, produk dan layanan. Contoh aktivitas: Oli bekas dari hasil pemeliharaan mesin ditampung pada kemasan jerigen yang tertutup rapat dan diserahkan ke TPS Limbah B3. ▪ Melindungi lingkungan alam dari dampak dengan cara mencegah polusi, mitigasi perubahan iklim, adaptasi dan perlindungan ekosistem dimanapun berada. Contoh aktivitas: Meminimalkan aktivitas berkendara di area perusahaan untuk mengurangi polusi udara. ▪ Meningkatkan performa energi, sesuai dengan sifat dan skala penggunaan dan konsumsi energi oleh perusahaan. Contoh aktivitas: Mematikan AC ruangan ketika sudah tidak digunakan. ▪ Mempertahankan dan meningkatkan penguatan sistem kontrol dan otomasi industri dari upaya manipulasi dan ancaman keamanan yang berdampak pada keamanan, keandalan, dan kualitas dari sistem kontrol dan otomasi industri. Contoh aktivitas : Perubahan proses pada mesin produksi. Komitmen untuk penerapan sistem manajemen tertuang dalam Kebijakan SMT (IMS) yang terpasang di seluruh area kerja di perusahaan. Lokasi titik pemasangan berada di pintu masuk gedung. Poin Penting ! 1. Kebijakan Integrated Management System (IMS) merupakan suatu bentuk komitmen yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas pekerjaan. 2. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh karyawan merupakan suatu bentuk kontribusi dalam rangka mencapai keberhasilan dalam implementasi Integrated Management System (IMS).”


Alat Keselamatan forklift adalah Alat tambahan pada unit Forklift sesuai Standar JTI untuk memastikan operator dan karyawan disekitarnya beraktifitas dengan aman. APA TUJUAN DARI PEMASANGAN ALAT KESELAMATAN FORKLIFT? • Operator Forklift dapat mengoperasian forklift yang aman dan sesuai dengan standar JTI yang dimplimentasikan • Karyawan sekitar mampu mengetahui batas aman daan mencegah suatu kecelakaan dalam pengoperasian forklift . ALAT KESELAMATAN YANG DIPASANG DI UNIT FORKLIFT : 1. APAR 2. Backwards blue led safety light No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 28-06-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Alat Keselamatan Forklift APAR Merupakan Alat keselamatan , dimana fasilitas ini digunakan sebagai Alat pemadam api peruntukan untuk unit Forklift saat terjadi kebakaran “Blue light “ merupakan Alat keselamatan , dimana fasilitas ini digunakan sebagai himbauan karyawan bahwa adanya aktivitas forklift yang berjalan mundur ,dimana jarak indikatornya sejauh 4,5 meter.


3. Red Zone Danger Area Safety Light Poin Penting ! “ Alat keselamatan hanya sebuah fasilitas , Pencegahan suatu kecelakan kerja tergantung dari setiap awareness Karyawan ” No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 28-06-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman Alat Keselamatan Forklift EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Red Zone merupakan Alat keselamatan , dimana fasilitas ini digunakan untuk memperingatkan adanya batas aman sejauh 1 Meter dari unit forklift , yang semua karyawan dilarang mendekati forklift saat unit Forklift operasional Jika ada yang perlu dilaporkan? Ketidaksesuaian? Kemana melapor : • Supervisor anda • EHS Hal yang pelu diperhatikan : • APAR dipastikan tersedia dan siap digunakan di Forklift • Indikator “Blue light “ dan “red Zone” dipastikan menyala dan sesuai standard. • Karyawan dipastikan berada di zona aman terkait pengoperasian forklift


Booklet Covid-19 adalah buku panduan bagi karyawan yang bertujuan agar karyawan mengerti dan memahami bagaimana penerapan pencegahan Covid-19 yang selama ini telah dilakukan di JTI. No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 15-08-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Booklet Covid19 – Saat Bekerja Pusat Pengendalian Penyakit menyatakan bahwa membersihkan tangan pada waktu-waktu penting dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan Hand sanitizer adalah langkah terpenting yang dapat dilakukan seseorang untuk menghindari sakit dan menyebarkan ke orang-orang di sekitar mereka Hand sanitizer ditempatkan di lokasi dalam ruangan utama bersama dengan instruksi penggunaan Hand sanitizer / bagaimana cara membersihkan tangan. Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak bersih, karena kuman menyebar Ketika seseorang menyentuh sesuatu yang terkontaminasi. Karyawan harus mempraktikkan cara batuk atau bersin yang baik, yaitu dengan cara batuk atau bersin ke tisu/ siku bagian dalam masing-masing karyawan, bukan dengan tangan atau langsung ke udara di sekitar mereka.


Area Kerja dan Produksi : Poin Penting ! “ Kesadaran diri untuk menjaga kesehatan demi keluarga dan rekan kerja dengan penuh tanggungjawab sangat dibutuhkan pada pademi Covid-19 ini ” No. Dok. : STD- BRF - 029 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 15-08-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman Booklet Covid19 – Saat Bekerja EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia 1. Workstation harus diatur untuk memungkinkan pemisahan 2 meter antara individu 2. Masker wajib untuk semua karyawan, gunakan masker ganda / KN95 “Berdasarkan anjuran” 3. Karyawan sangat dianjurkan untuk mendisinfeksi ruang kerja mereka sendiri beberapa kali selama shift, khususnya pada permukaan umum. 4. Karyawan harus diingatkan untuk menghindari menyentuh wajah mereka dan harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir beberapa kali selama jam kerja untuk mengurangi risiko dan mencegah potensi infeksi dari orang ke orang 5. Menjaga jarak saat bepergian di seluruh fasilitas; termasuk elevator, eskalator, dan tangga. 6. Di kantor, workstation harus memiliki sekat ketika orang bekerja dalam jarak 2 meter satu sama lain. Saat mempertimbangkan modikasi area kantor, hindari tata letak meja tatap muka. 7. Bagi WFH, di utamakan bekerja dari rumah jika pekerjaan bisa dilakukan dari rumah 8. Karyawan sangat dianjurkan untuk mendisinfeksi area kerjanya setiap 2 jam sekali, khususnya pada permukaan yang paling sering digunakan seperti keyboard, monitor, sandaran tangan kursi, meja, pembatas bilik, dll.


Ear Plug atau sumbat telinga adalah alat pelindung diri (APD) yang berfungsi memberikan perlindungan dari paparan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Penggunaan APD ini adalah sebagai upaya terakhir dalam pengendalian resiko kebisingan di tempat kerja (lakukan upaya sesuai dengan hirarki pengendalian misal: eliminasi sumber kebisingan atau rekayasa Teknik memberi peredam dll. Jika digunakan dengan benar APD ini dapat berfungsi maksimal mengurangi intensitas kebisingan hingga ± 30 dB (tergantung jenis Ear Plug). Penggunaan ear Plug yang salah Apakah akibatnya ? 1. Apabila anda tidak memasang/menggunakan ear plug dengan benar anda tidak akan menerima fungsi dari earplug tersebut dengan maximal. 2. Apabila anda memaksakan bekerja diarea kerja dengan kebisingan lebih dari 85db dan tidak menggunakan alat pelidung pendengaran maka akan berdampak terhadap pendengaran anda (pendengaran menurun, rusaknya gendang telinga) Note: • Perhatikan tingkat kebisingan ditempat kerjamu, jika melebihi 85 ddB maka wajib menggunakan alat pelindung pendegaran. • Patuhi alat bantu pendengaran ditempat kerja. • Perhatikan Ear Plug yang kamu miliki jika mengalami perubahan bentu dan fungsi lakukan enggantian, standart penggunaan ear plug kita untuk penggunaan stiap hari bisa lebih dari 2 minggu • Rawat Ear plug dengan baik simpan ditempat yang bersih dan jauhkan dari debu dan kotoran. Ear Plug Apasih Ear Plug itu ? No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 1 dari 2 Halaman


1. No-Roll Foam a. Tarik telinga ke belakang dan masukkan earplug dengan baik ke dalam saluran telinga hingga benar-benar menutupi saluran telinga b. Earplug harus dimasukkan ke dalam saluran telinga seperti yang ditunjukkan pada gambar. Hindari mendorongearplug terlalu dalam c. Bila ujung earplug tidak terlihat saat seseorang melihat Anda dari depan, hal ini menandakan earplug sudah dipasang dengan benar. 2. Roll-Down Foam a. Gulung atau putar-putar earplug sampai berukuran kecil menggunakan tangan yang bersih b. Tarik telinga ke belakang dan masukkan earplug dengan baik ke dalam saluran telinga c. Tahan selama 30-40 detik hingga earplug benar-benar menutupi saluran telinga. Bila ujung earplug tidak terlihat saat seseorang melihat Anda dari depan, hal ini menandakan earplug sudah dipasang dengan benar. 3. Multiple Use a. Sambil memegang earplug, tarik telinga ke belakang b. Masukkan earplug dengan baik agar seluruh flensa berada tepat di dalam saluran telinga c. Bila ujung earplug tidak terlihat saat seseorang melihat Anda dari depan, hal ini menandakan earplug sudah dipasang dengan benar. Ear Plug Bagaimanakah cara memakai Ear Plug ? EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 30-07-2019 Halaman : 2 dari 2 Halaman


No. Dok. : STD- BRF - 023 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 20-06-2020 Halaman : 1 dari 2 Halaman Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 Manajemen PT Karyadibya Mahardhika berkomitmen untuk memberlakukan kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan COVID-19 di lingkungan kerja Japan Tobacco International GSC Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku dan ketentuan yang dipersyaratkan oleh Global JTI Manajemen PT Karyadibya Mahardhika berkomitmen untuk: ▪ Menyelenggarakan sosialisasi dan memberikan informasi kepada seluruh pekerja dalam rangka promosi, pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi COVID-19 di tempat kerja ▪ Tidak memperlakukan diskriminatif dan melarang segala bentuk stigmatisasi terhadap pekerja yang mengalami kasus positif maupun setelah sembuh dari COVID-19. ▪ Mengizinkan pekerja dengan kasus COVID-19 untuk melakukan isolasi dan karantina mandiri sebagaimana ketentuan yang berlaku tanpa mengurangi hak-hak pekerja. ▪ Memastikan agar kebijakan ini diterapkan di seluruh lokasi kerja Japan Tobacco International ▪ Senantiasa melakukan peninjauan atas efektivitas kebijakan ini secara berkala dan berkesinambungan Manajemen PT Karyadibya Mahardhika bertanggungjawab untuk menjamin kebijakan ini dikomunikasikan kepada seluruh pekerja, mitra kerja, dan mitra usaha perusahaan agar dipatuhi dan dilaksanakan


DEFINISI TUJUAN Ruang Lingkup No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 28-10-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman LOTO ( Lock Out Tag Out) • Prosedur ini berlaku di seluruh wilyah operasional GSC Indonesia • Prosedur ini meliputi pelaksanaan Penguncian dan Penandaan (LOTO) yang meliputi seluruh karyawan internal, termasuk Lembaga Eksternal terkait yang terlibat dalam aktifitas pekerjaan Digunakan sebagai pedoman pemasangan dan pelepasan system penguncian dan penandaan terhadap peralatan atau mesin atau Sumber energi yang sedang dalam kondisi operasional dan atau perawatan ,Perbaikan penambahan atau perubahan agar tidak menimbulkan Kecelakaan. Lock Out (Penguncian) : Kegiatan mengunci atau pemasangan alat pengunci pada sumber energi , agar tidak dioperasikan oleh pihak yang tidak berkepentingan Tag Out ( Penandaan ) : Kegiatan pemberian tanda peringatan yang jelas ,berupa label dan perlengkapannya yang dapat dipasangkan dengan kuat pada alat pengunci sumber energi dan atau aktifitas, sehingga dapat menunjukkan bahwa alat itu Alat Pengunci gembok Alat Pengunci Mesin Alat Penanda


CARA KERJA Poin Penting ! “ Pastikan LOTO terpasang pada aktifitas yang membutuhkan , dan pemasangan /pelepasan hanya dilakukan oleh personil yang berkompeten dan berwenang” No. Dok. : STD- BRF - 003 Lembaga : EHS Rev : 000 Tanggal : 28-10-2021 Halaman : 2 dari 2 Halaman LOTO ( Lock Out Tag Out) EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA JTI-GSC Indonesia Keterangan : • Pastikan aktifitas penguncian dan penandaan dilakukan secara aman sesuai K3 dan lingkungan • Pada saat Pelaksanaan Penuncian dan Penandaan ,semua karyawan harus dapat mengidentifikasi dan memahami resiko bahaya dan dampak lingkungan di sekitarnya • Jika terjadi kecelakaan kerja pada saat pelaksanaan kegiatan penguncian dan penandaan ikuti petunjuk sesuai prosedur yang terkait • Penguncian dan penandaan dilakukan hanya oleh personil dan karyawan yang berkompetensi. Proses Administrasi Pemasangan LOTO Maintenance Pelepasan LOTO Proses Administrasi


EHS Department Safety Briefing PT. KARYADIBYA MAHARDHIKA Jika saat melakukan pekerjaan di area produksi, dan terjadi kondisi mesin berhenti atau saat akan dilakukan maintenance , berikut Langkah-langkah keselamatan yang harus dilakukan : 1. Jangan pernah melakukan by-pass safety protection!! 2. Cek notifikasi alarm terlebih dahulu untuk mengidentifikasi trouble guna memudahkan penentuan alat dan APD yang akan digunakan. 3. Jika memerlukan mematikan sumber energi (antara lain listrik , gas, udara bertekanan , air), pastikan prosedur LOTO harus dijalankan, panggil pihak yang berwenang untuk mematikan dan mengunci energi. 4. Perhatikan lingkungan sekitar : pastikan rekan rekan yang tidak berkompeten untuk meninggalkan area agar mengurangi resiko lain yang mungkin timbul. pastikan barang-barang yang tidak diperlukan tidak berada di area mesin. 5. Periksa diri, pastikan penggunaan APD yang sesuai dengan pekerjaan (misal : sarung tangan harus sesuai dan sarung tangan tidak boleh digunakan untuk rotating part area - benda berputar yang sedang beroperasi , dll) 6. Pastikan penggunaan alat / tool dan alat bantu yang memang peruntukannya, jangan sentuh bagian beresiko dengan jari tangan atau bagian tubuh lainnya. 7. Gunakan penanda mesin dalam perbaikan / safety barricade pada mesin. 8. Untuk trouble di area Driver atau Inverter , pastikan menunggu off >5 menit untuk sebelum pelaksanaan maintenance dan pastikan prosedur intervention dilaksanakan dan hanya petugas yang berwenang yang melakukan. 9. Jika memerlukan Izin Pekerjaan Khusus (panas, ketinggian dll) harus dipastikan proses izin dilakukan terlebih dahulu. 10. Pastikan membersihkan dan tidak ada perlatan atau barang lain tertinggal di dalam mesin setelah selesei pekerjaan. 11. Pastikan komunikasi “show your hand” seluruh tim setelah mesin selesai diperbaiki dan akan digunakan kembali. 12. Catat semua aktivitas dalam laporan aktivitas. No. Dok. : STD- BRF - 028 Lembaga : EHS Rev : 001 Tanggal : 12-09-2021 Halaman : 1 dari 2 Halaman Machine Safety Langkah keselamatan apa yang harus saya perhatikan saat akan maintenance atau trouble shooting mesin berhenti?


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.