Kajian Awal dan Rencana Kerja Peningkatan Jasa Ekosistem Estuari Ajkwa 1 Flipbook PDF


50 downloads 113 Views 9MB Size

Story Transcript

KAJIAN AWAL DAN RENCANA KERJA PENINGKATAN JASA EKOSISTEM DI ESTUARI AJKWA

Tahun 2023

RENCANA KERJA / TIME LINE KAJIAN AWAL DAN RENCANA KERJA PENINGKATAN JASA EKOSISTEM DI ESTUARI AJKWA

LOKASI REHABILITASI

: ESTUARY AJKWA

TAHUN PELAKSANAAN

: 2022 – 2032

KAMPUNG / DISTRIK

: Mimika Timur

KABUPATEN

: Mimika

PROVINSI

: Papua

DAS/SUB DAS

: Ajkwa

Tanggal : 05 April 2023

Disusun Oleh: PT. FREEPORT INDONESIA

ii

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Sasaran...................................................................................................................... 2 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................................................................ 3 II SASARAN LOKASI PENINGKATAN JASA EKOSISTEM DI ESTUARI AJKWA ............................................. 4 III RENCANA PENGELOLAAN UPPER ESTUARY ....................................................................................... 6 3.1 Deliniasi Lokasi Penanaman di Upper Estuary .............................................................................. 8 3.2 Pembuatan Strategi Dan Desain Revegetasi (Taman Kehati) ....................................................... 9 3.3 Analisis Vegetasi Untuk Mencari Sumber Benih ......................................................................... 12 IV RENCANA PENGELOLAAN MIDDLE ESTUARY ................................................................................... 28 V RENCANA PENGELOLAAN LOWER ESTUARY .................................................................................... 29 5.1 Pembangunan struktur Estuari ................................................................................................... 31 5.2 Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove .................................................................................. 41 5.3 Pelibatan Masyarakat Lokal ........................................................................................................ 49 5.4 Pembuatan Jalur Transportasi..................................................................................................... 50 5.5 Rancangan Peningkatan Jasa Ekosistem ..................................................................................... 51 5.6 Standar Pemantauan ................................................................................................................... 56

iii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estuari Ajkwa adalah sebuah sistem yang dinamis yang di dalamnya terjadi interaksi ekologis dengan tipe utama adalah ekosistem mangrove. Selain mangrove, ekosistem estuaria Ajkwa juga terdiri dari ekosistem perairan yang saling terkait satu sama lain membentuk sebuah kesatuan ekosistem yang tidak terpisahkan. Ekosistem estuari Ajkwa menjadi penting mengingat kawasan ini merupakan area yang dipengaruhi oleh aktifitas pembuangan tailing PTFI yang beroperasi sejak tahun 1998, yang mengakibatkan terjadi perubahan tutupan lahan di estuaria. Sebagai komponen utama dari wilayah estuari Ajkwa, ekosistem mangrove menjadi focus utama dalam pengelolaan estuari Ajkwa. Tercatat, dari hasil kajian yang dilakukan oleh PTFI (2021), sejak beroperasi 1998, seluas 4.551 ha wilayah mangrove di estuari Ajkwa berubah menjadi lahan non-mangrove, seperti alang-alang, rawa dan vegetasi darat. Dari hasil kajian ekosistem pesisir PTFI (2021), juga diperoleh bahwa dengan berkurangnya ekosistem mangrove menyebabkan berkurangnya nilai jasa ekosistem estuari Ajkwa. Dengan rencana operasi PTFI hingga 2041 nanti, juga telah dilakukan prediksi perubahan tataguna lahan di estuari Ajkwa yang diprediksi akan terjadi perubahan ekosistem mangrove yang merupakan keseimbangan antara hilangnya mangrove di bagian tengah estuari dan tumbuhnya lahan bermangrove (yang merupakan hasil sedimentasi) di hilir estuary. Dinamika perubahan tata guna lahan di estuari ini memerlukan langkah taktis yang beralasan logis (reasonable reasons) dengan tujuan utama yaitu meningkatkan nilai jasa ekosistem (ecosystem services) estuari Ajkwa. Upaya ini akan dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang dilakukan dengan mengacu kepada prioritas kegiatan. Untuk Fase I ini, yang berdurasi 3 tahun (2022-2024) adalah berupa peningkatan jasa ekosistem estuari Ajkwa, khususnya melalui percepatan perluasan wilayah mangrove di bagian hilir estuari Ajkwa. Fase I ini sekaligus merupakan fase awal dan sebagai uji coba dari program peningkatan jasa ekosistem di estuari Ajkwa. Upaya berupa program peningkatan jasa ekosistem estuari Ajkwa memiliki tujuan utama adalah meningkatkan jasa ekosistem yang bermanfaat tidak hanya secara ekologis, namun juga bagi masyarakat setempat. Aplikasi beberapa kegiatan tersebut selain bertujuan meningkatkan peran ekologis dan ekonomi, juga menciptakan kehidupan alam yang harmonis dan lestari, melalui aplikasi rencana ruang lanskap estuari khususnya penataan kawasan magrove sebagai lanskap estuari yang bernilai ekologi, estetis dan berkelanjutan. Program percepatan wilayah mangrove di hilir estuari ini dilakukan melalui aplikasi teknologi estuari struktur, yang diterapkan pada wilayah hilir estuari Ajkwa. Berdasarkan pertemuan Direktur Jenderal Perlindungan Pencemaran dan Kerusakan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 5 April 2022, PT Freeport Indonesia berencana untuk melakukan program perlindungan dan pengelolaan ekosistem estuari yang dilakukan dengan cara pembuatan estuari struktur (dalam bentuk T Groin) dengan tujuan untuk memelihara fungsi ekologis dan fungsi sosial budaya. PTFI diminta oleh KLHK untuk membuat rencana detil estuari struktur, membuat target monitoring keberhasilan dan perhitungan nilai karbon dari rehabilitasi mangrove. Disamping itu, PTFI juga diminta untuk melakukan pengelolaan dan rehabilitas mangrove berdasarkan kajian perlindungan ekosistem dan ekosistem pesisir oleh IPB pada bulan Juni 2021, dimana perkiraan kehilangan mangrove sampai 1

tahun 2041 adalah seluas 10.168 Ha dengan basis data dari tahun 1998 (menggunakan skenario 1 dalam kajian IPB). Titik-titik pemantauan kualitas air laut, biota laut, mikrororganisme (plankton dan bentos), dan akumulasi logam berat di mangrove disesuaikan dengan kondisi perubahan tanah timbul pada daerah estuari. Sebagai tindak lanjut, dilakukan pertemuan kembali pada tanggal 28 April 2022 dimana PTFI mempresentasikan materi pendekatan pengelolaan wilayah pesisi dengan perluasan hutan mangrove melalui pembangunan struktur T Groin di Muara Ajkwa dengan poin-poin sebagai berikut: Perubahan Morfologi di Muara Ajkwa; Kolonisasi Mangrove di Muara AJkwa; Nearshore Struktur Strategy; Lokasi Kegiatan Perluasan Hutan Mangrove; Pembuatan Struktur dari Bambu; Design Pilot Project dan Fase Pembuatan Struktur Muara; Layout Development & Design; Design Struktur didasarkan muka air pasang; Kriteria Keberhasilan; Kebutuhan Material dan Spesifikasi Fase 01 untuk struktur muara berupa T Groin akan dimulai pada periode 2022 – 2024 dengan total Panjang struktur 3,4 km; Pada Fase 01, area yang terbentuk yang bisa ditanami dengan mangrove adalah sekitar 200 Ha; Hasil dari Fase 01 akan dilakukan evaluasi oleh tim pakar sebelum dilanjutkan Fase 02 untuk meningkatkan keberhasilan; Pembuatan struktur muara akan melibatkan masyarakat Kamoro yang terkena dampak langsung PTFI, baik dalam kegiatan konstruksi maupun untuk penyediaan material; Jika fase 01 – 03 dapat berhasil, akan bisa terbentuk kolonisasi mangrove baru seluas hamper 4.000 Ha. Mengacu pada hasil rapat pada tanggal 5 April 2022, pembangunan estuari struktur perlu mempertimbangkan fungsi ekologis dan fungsi sosial-budaya. Berdasarkan presentasi tersebut, PTFI diminta untuk menambahkan ahli arsitektur lanskap ekologi pesisir selain ahli mangrove dan ahli kelautan, serta untuk mendesain estuari struktur dengan memperhatikan fungsi ekologi dan fungsi social-budaya selain memperhitungkan retensi sedimen. Pendekatan desain estuari struktur dengan menggunakan panetaan lanskap ekologi pesisir. Sebagai tindak lanjut dari hasil rapat tersebut, PTFI diminta untuk melengkapi para ahli yang dipilih kepakarannya antara lain didasari dari jurnal yang mereka tulis dan pengalaman lapangan. Lalu mengadakan Forum Group Discussion bersama ahli yang telah ditunjuk. FGD kemudian dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2022 dihadiri oleh Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Ketua Task Force Pemantauan, Evaluasi & Pengawasan Roadmap Tailing, Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir, Para Pakar Kelautan dari Institut Pertanian Bogor (Prof. Ario Damar), Universitas Diponegoro (Prof. Denny Nogroho, Dr. Rudhi Pribadi, Dr. Muhammad Helmi) dan Institut Sains dan Teknologi Nasional (Ir. Daisy Radnawati M.Sc.). Dalam FGD kemudian disepakai beberapa aspek yang akan dilakukan oleh PTFI.

1.2 Maksud dan Sasaran Maksud dari kegiatan ini adalah mempertahankan dan meningkatkan jasa ekosistem mangrove dengan cara melakukan upaya-upaya pengelolaan wilayah estuari Ajkwa yang terkena dampak oleh tailing, sehingga bisa meminimalkan dampak yang terjadi dengan cara memperluas hutan mangrove melalui desain engineering dan penanaman mangrove serta peningkatan jasa ekosistem mangrove. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan kajian kelayakan sistem pengelolaan dan perlindungan ekosistem pesisir yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan mempertimbangkan aspek ekologi, estetis serta aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

2

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan 1.3.1. Aspek Ekologi a)

b)

c)

d)

e) f)

g)

Melakukan evaluasi kemungkinan untuk mempertahankan ekosistem mangrove yang sudah ada, yaitu pada bagian tengah estuari Ajkwa seluas 3,786 ha serta melakukan diskusi kelayakan teknis dan tata kelola. Evaluasi dilakukan dengan melakukan perencanaan rekayasa hidrologi untuk meningkatkan fungsi ekosistem mangrove pada estuari Ajkwa untuk kemudian dilakukan diskusi kelayakan. Melakukan percepatan pertumbuhan mangrove yang saat ini telah tumbuh secara alami di bagian hilir estuari Ajkwa melalui penetapan area, pemilihan jenis, metode penanaman dan indikator keberhasilan. Membangun struktur estuari untuk meningkatkan sedimentasi di muara Ajkwa sehingga didapatkan habitat baru yang sesuai untuk kolonisasi mangrove dan dapat melokalisir penyebaran sedimen. Struktur estuari dapat menghasilkan lingkungan yang terlindung dan stabil sehingga benih mangrove lebih mungkin untuk tumbuh dengan baik. Melakukan evaluasi terhadap pemilihan material dan metode pembuatan estuari struktur serta kriteria keberhasilan, perencanaan desain lanskap serta keseimbangan energi dan dinamika air dan sedimen. Menyusun desain tata kelola ekologi di estuari Ajkwa untuk mempertahankan dan meningkatkan jasa ekosistem estuari Ajkwa. Menyusun indikator kunci untuk kegiatan mempertahankan ekosistem mangrove di bagian tengah estuari Ajkwa dan indikator kunci keberhasilan percepatan tumbuhnya mangrove di bagian hilir estuari Ajkwa. Merencanakan lanskap estuari yang menciptakan kehidupan alam yang harmonis dan lestari, sehingga dihasilkan rencana ruang lanskap estuari khususnya penataan kawasan mangrove sebagai lanskap estuari yang bernilai ekologis, estetis dan berkelanjutan.

1.3.2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya a) b) c)

d)

e) f) g) h)

Identifikasi persepsi masyarakat terhadap revegetasi mangrove dan pembuatan struktur estuari. Identifikasi masyarakat yang akan dilibatkan dalam kegiatan, yang didasarkan pada kepemilikan hak ulayat. Memberikan pelatihan dan pemahaman kepada masyarakat dalam pembuatan struktur estuari, penanaman mangrove, kegiatan pemantauan serta kemungkinan untuk melakukan penanaman material, misalnya bambu, yang dapat digunakan dalam pembuatan struktur estuari. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal pemilik hak ulayat melalui pembentukan badan usaha (CV) untuk jasa pembuatan estuari struktur dan penanaman mangrove. Meningkatkan fungsi sosial bagi masyarakat lokal melalui kegiatan pelatihan, perekonomian dan keterlibatan dalam program estuari struktur. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan. Meningkatkan pemanfaatan hutan mangrove untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Menentukan indikator keberhasilan peningkatan jasa ekosistem mangrove bagi masyarakat sekitar.

3

II SASARAN LOKASI PENINGKATAN JASA EKOSISTEM DI ESTUARI AJKWA Estuari Ajkwa adalah sebuah sistem yang dinamis yang di dalamnya terjadi interaksi ekologis dengan tipe utama adalah ekosistem mangrove. Sebagai komponen utama dari wilayah estuary Ajkwa, ekosistem mangrove menjadi focus utama dalam pengelolaan estuary Ajkwa. percepatan perluasan wilayah mangrove di bagian hilir estuary Ajkwa diperlukan untuk meningkatkan peran ekologis dan ekonomi, juga menciptakan kehidupan alam yang harmonis dan lestari, melalui aplikasi rencana ruang lanskap estuari khususnya penataan kawasan magrove sebagai lanskap estuari yang bernilai ekologi, estetis dan berkelanjutan. Program percepatan wilayah mangrove di hilir estuary ini dilakukan melalui aplikasi teknologi estuary structure, yang diterapkan pada wilayah hilir estuary Ajkwa. Perencanaan lanskap upper estuary ex mangrove sebagai area konservasi, taman kehati atau agroforestri yang dapat mengakomodir jasa lingkungan termasuk ketahanan pangan serta menjadi ruang pemanfaatan bagi masyarakat lokal. Melakukan perencanaan lanskap estuari yang menciptakan kehidupan alam yang harmonis dan lestari, sehingga dihasilkan rencana ruang lanskap estuari khususnya penataan lahan dan ekosistem eks-mangrove di upper estuary yang bernilai ekologis, estetis dan berkelanjutan. Pada Middle estuary dilakukan langkah mempertahankan ekosistem mangrove yang sudah ada, yaitu seluas 3,786 ha serta melakukan diskusi kelayakan teknis dan tata kelola. Evaluasi dilakukan dengan melakukan perencanaan rekayasa hidrologi untuk meningkatkan fungsi ekosistem mangrove pada estuari Ajkwa untuk kemudian dilakukan diskusi kelayakan.

Dalam penelitian terdahulu terlihat bahwa ukuran partikel tailing di area muara bervariasi dari kasar sampai sangat halus dan tercampur dengan sedimen alami, serta telah terbentuk delta dan lahan baru yang siap untuk ditumbuhi oleh mangrove (pembentukan daratan baru yang dipengaruhi oleh hidrodinamika pantai). Sasran lokasi revegetasi mangrove adalah tanah timbul yang membentuk daratan baru (new land) mengikuti ketersediaan actual area maupun hasil percepatan pengendapan sedimen di Estuary Ajkwa. Deleniasi area revegetasi mangrove yang akan direncanakan berdasarkan analisa intertidal melalui drone LiDAR maupun citra resolusi tinggi untuk menghasilkan model elevasi digital (DEM), dimana rencana tata letak untuk fokus pada sedimentasi progresif di atas +1 m MSL. Hasil deleniasi area revegetasi mangrove Tahun 2023-2027 dibagi menjadi prioritas revegetasi mangrove pertahun dengan luasan area ±500 Ha/tahun (Lihat Gambar 1).

4

Gambar 1. Sasaran lokasi Kajian Awal dan Rencana Kerja Peningkatan Jasa Ekosistem di Estuari Ajkwa 5

III RENCANA PENGELOLAAN UPPER ESTUARY Kegiatan revegetasi upper estuary direncanakan dilakukan pada aera seluas 10 Ha/tahun dimulai pada tahun 2023 hingga 2032. Pelaksanaan revegetasi akan dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan dari mulai tahap perencaan dan evaluasi, pelibatan masyarakat lokal, pembuatan kawasan hutan upper estuary standar luasan taman kehati serta upaya peningkatan jasa ekosistem. Mengacu kepada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MenHut-II/2011 Tahun 2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan Pasal 19 ayat 2, maka tahapan rencana pengelolaan Upper Estuary Tahun 2022-2032 disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Rencana Pengelolaan Upper Estuary Tahun 2022 – 2032

No

Tahapan

Kegiatan

1.1.

Perencanaan dan Evaluasi

1) Deliniasi lokasi penanaman dimana didapatkan luasan areal revegetasi seluas 188.59 Ha. 2) Pembuatan strategi dan desain revegetasi mengunakan konsep Taman Keanekaragaman hayati (Taman KEHATI) 3) Pemantauan karakteristik lahan calon areal penanaman. 4) Melakukan analisis vegetasi untuk mencari sumber benih 5) Melakukan identifikasi jasa ekosistem 6) Melakukan pemantauan jumlah jenis dan densitas tanaman 7) Melakukan evaluasi keberhasilan (QA/QC) hasil penanaman 1) Penyiapan Lahan berupa land crearing dan pembuatan jalur irigasi

1.2.

Pembuatan Taman KEHATI

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

6

No

1.3

1.4

Tahapan

Pelibatan Masyarakat Lokal

Peningkatan jasa ekosistem Upper Estuary (Taman KEHATI)

Kegiatan 2) Penyediaan bibit tanaman sesuai dengan perencanaan yang disepakati (Tanaman hutan lokal dan Tanaman Multipurpose tree species/MPTS) 3) Melaksanakan penanaman area seluas 10 Ha 4) pemeliharaan tanaman 1) Pembuatan unit bisnis masyarakat lokal 2) Melakukan pelatihan, pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat lokal mengenai penyiapan bahan baku, penanaman bibit, sampai pemeliharaan tanaman 3) Melakukan pembelian bibit tanaman dari masyarakat 4) Melibatkan masyarakat lokal dalam penanaman 5) Melibatkan masyarakat lokal pemeliharaan dan pengelolaan 1) Penentuan disain metodologi dan penentuan jasa ekosistem dan valuasi ekosistem kawasan tapak kegiatan Taman KEHATI. 2) Monitoring penentuan jasa ekosistem dan valuasi kawasan Upper Estuary Ajkwa (di lokasi calon tapak pembutan Taman Kehati). Nilai digunakan sebagai data dasar jasa ekosistem.

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

7

3.1 Deliniasi Lokasi Penanaman di Upper Estuary Peningkatan jasa ekosistem di Upper Estuary dilakukan dengan melakukan perencanaan lanskap estuari untuk mengihasilkan rencana ruang lanskap estuari khususnya penataan lahan dan ekosistem mangrove yang bernilai ekologis, estetis dan berkelanjutan. Perencanaan lanskap upper estuary ex mangrove sebagai area konservasi, taman kehati atau agroforestri diharapkan dapat mengakomodir jasa lingkungan termasuk ketahanan pangan serta menjadi ruang pemanfaatan bagi masyarakat lokal. Kegiatan survei lapangan atau site visit telah dilaksanakan pada tanggal 26 Februari hingga 8 Maret 2023. Tujuan dari survei lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan di upper estuary (kawasan reklamasi double levii). Survei dilaksanakan dengan metode ground chek dan pemetaan Kawasan menggunakan drone. Lokasi survei di upper estuary diprioritaskan pada calon lokasi Taman Kehati seperti yang dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi survei peningkatkan Jasa Ekosistem di Upper Estuary Lokasi peningkatkan jasa ekosistem di Upper Estuary merupakan dataran yang terbentuk dari hasil sedimentasi di Sungai Ajkwa. Kondisi permukaan tanah di upper estuary sebagian berupa lahan kering dan sebagian lagi masih berupa lahan basah. Vegetasi yang dominan pada lokasi prioritas di upper estuary adalah rumput Typha domingensis dan Phragmites karka. Permasalahan yang terdapat di upper estuary yaitu aksesibilitas yang cukup sulit untuk mencapai lokasi survei, hal ini juga menyebabkan kegiatan survei dan pemetaan belum dapat optimal dilaksanan. Hasil pemetaan dengan menggunakan drone serta hasil grounchek dapat dilihat pada Gambar 3.

8

Gambar 3. Mosaic Upper Estuary dari hasil pemetaan menggunakan drone

3.2 Pembuatan Strategi Dan Desain Revegetasi (Taman Kehati) Membuat desain lanskap kawasan upper estuary dalam bentuk hutan non produksi, hutan produksi dan area budidaya yang dapat meningkatkan jasa ekosistem Kawasan. 1) Alternatif 1 aplikasi bentuk patch seluas 10 Ha (200mx500m) Penentuan bentuk hutan disesuaikan dengan karakteristik lahan. Bentuk hutan yang direncanakan terdiri atas : • jalur; • mengelompok; dan • menyebar. Terdiri dari beberapa ekosistem hutan, padang rumput dan danau.

9

bentuk patch 10 Ha

Gambar 4. Pola tanam hutan Upper Estuary Detail jenis tanaman dan pola tanam pada hutan upper estuary Bahan bibit tanaman yang tersedia dalam jumlah cukup di Kabupaten Mimika yang dapat diperoleh dari masyarakat lokal adalah Jenis: 1.Tanaman hutan lokal seperti : beringin (Ficus arimitii), ketimunan (Timonius timon), Bambusa sp., merbau (Insia bijuga), pulai (Alstonia scholaris), jabon. 2.Tanaman Multipurpose tree species (MPTS) seperti: sagu (Metroxylon sagu), pisang (Musa sp.), pinang (Areca catechu), kelapa (Cocos nucifera), dan matoa (Pometia pinnata). Kegiatan selanjutnya adalah penanman pada zone-1 seluas 10 Ha.

TAHUN 2023-2032

TAHUN 2025

TAHUN 2023

TAHUN 2024

TAHUN 2026

TAHUN 2027

TAHUN 2029

TAHUN 2030

TAHUN 2023

TAHUN 2028 TAHUN 2023

Gambar 5. Jenis dan pola tanam pada hutan Upper Estuary 10

TAHUN 2031

TAHUN 2032

TAHUN 2023

Lanjutan Gambar 5. Jenis dan pola tanam pada hutan Upper Estuary 2) Alternatif 2 aplikasi bentuk patch seluas 30 Ha (500mx600m) Penentuan bentuk hutan disesuaikan dengan karakteristik lahan. Bentuk hutan yang direncanakan terdiri atas : jalur; mengelompok; dan menyebar. Terdiri dari beberapa ekosistem hutan, padang rumput dan danau

Gambar 6. Pola tanam hutan Upper Estuary bentuk patch 30 Ha 3) Rancangan jalur irigasi Sumber air irigasi berasal dari aliran sungai yang berada dalam tapak perencanaan, digunakan untuk kegiatan penyiraman tanaman.

Gambar 7.

Skema jalur irigasi pada blok penanaman 10 Ha dan 30 Ha

11

3.3 Analisis Vegetasi Untuk Mencari Sumber Benih 3.3.1. Ekosistem Mangrove di Upper Area Secara umum lokasi upper area didominasi oleh dua tipe vegetasi semak yang didominasi oleh spesies Phragmites karka dan Typha angustifolia. Phragmites karka mendominasi pada lokasi yang lebih kering, sedangkan Typha angustifolia mendominasi wilayah yang lebih basah atau tergenang. Selain itu juga ditemukan spesies - spesies lain yang hidup atau tumbuh diantara kedua jenis vegetasi tersebut (Tabel 2). Tabel 2. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

Komponen Vegetasi Mangrove Mayor

Mangrove Minor Mangrove Asosiasi

Komposisi Vegetasi yang Ditemukan di Upper Area Famili Avicenniaceae Arecaceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rubiaceae Acanthaceae Amaranthaceae Asteraceae Ebenaceae Fabaceae Malvaceae Moraceae Myrtaceae Passifloraceae Poaceae

Pteridaceae Verbenaceae Verbenaceae

Spesies Mangrove Avicennia marina (Forssk.) Vierh. Nypa fruticans (Thumb) Wurmb. Ceriops tagal Sonneratia caseolaris L. Scyphiphora hydrophyllacea Acanthus ebracteatus Celosia argentea Bidens pilosa Diospyros maritima Mimosa pudica Pueraria phaseoloides Talipariti tiliaceum Ficus sp. 1 Ficus sp. 2 Psidium guajava Passiflora foetida Imperata cylindrica Unidentified 2 Phragmites karka Unidentified 1 Acrostichum aureum Premna corymbosa Stachytarpheta jamaicensis

12

Tabel 3. Vegetasi yang Ditemukan di Upper Area NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

1.

Mimosa pudica

2.

Lumnitzera racemosa

3.

Phragmites karka

4.

Ficus sp.1

13

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

5.

Ficus sp.2

6.

Acrostichum aureum

7.

Bidens pilosa

8.

Sonneratia caseolaris

14

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

9.

Desmodium paniculatum

10.

Stachytarpheta jamaicensis

11.

Pueraria phaseoloides

12.

Passiflora foetida

15

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

13.

Acanthus ebracteatus

14.

Premna corymbosa

15.

Nypa fruticans

16.

Diospyros maritima

16

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

17.

Avicennia marina

18.

Talipariti tiliaceum

19.

Psidium guajava

20.

Celosia argentea

17

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

21.

Dolichandrone spathacea

22.

Typha angustifolia

23.

Unidentified 1

24.

Unidentified 4

18

NO

Herbarium

Dokumentasi Di Lapangan

25.

Unidentified 5

26.

Unidentified 6

3.3.2. Vegetasi di Area Natural Succession Plot Mile 21 Area Miles 21 merupakan Kawasan Pendidikan Reklamasi dengan luas 27 ha yang diperuntukan bagi demonstrasi suksesi alam di daerah tailing, pengenalan kegiatan reklamasi serta rekreasi alam. Pada lokasi Miles 21 ditemukan sekitar 69 jenis vegetasi. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di lokasi Miles 21 dapat dilihat pada Gambar 21.

19

Ficus sp.1

Pandanus sp

Ficus elastica

Ficus sp.2

Piper sp.

Alstonia scholaris

Gambar 8. Beberapa vegetasi yang ditemukan di Area Miles 21 3.3.3. Ekosistem Mangrove di Lower Area Lokasi pengamatan ekosistem mangrove di Lower Area merupakan area estuari yang di dalamnya terdapat stasiun pengamatan rutin mangrove yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia. Berdasarkan pengamatan sebelumnya (PT. Freeport Indonesia, 2019), yang dilakukan pada empat stasiun pengamatan mangrove yaitu Ajkwa Estuary (PSE-01)/St.5, P. Ajkwa (PAJ-01)/St.7, P. Waii (PWI-01)/St.8, dan Pasir Hitam (PPH-01)/St.9 ditemukan beberapa spesies yang dapat dilihat pada Tabel 4. 20

7

5

Gambar 9. Lokasi survei pemetaan ekosistem mangrove (PT. Freeport Indonesia, 2019) Stasiun PSE – 01 memiliki struktur komposisi serta karakteristik yang unik. Pada wilayah garis pantainya, telah terbentuk vegetasi pantai yang cukup baik. Kekerasan susbtrat juga sangat baik di daerah tersebut. Spesies seperti Casuarina equisetifolia, Barringtonia asiatica, Thespesia populnea dan Ipomoea pes – caprae hidup dan tumbuh baik. Hal ini menunjukkan bahwa pasang surut air laut tidak menjangkau di daerah tersebut. Stasiun PAJ – 01 merupakan stasiun yang ada di Pulau Ajkwa. Pulau Ajkwa sendiri merupakan salah satu pulau alami yang terbentuk dari proses sedimentasi yang ada di sungai Ajkwa. Mangrove yang hidup di Pulau Ajkwa merupakan mangrove pionir yang memang mencari lahan – lahan baru yang dapat untuk ditumbuhi. Mangrove Avicennia marina dan Sonneratia alba merupakan dua spesies yang sangat mendominasi di Stasiun PAJ – 01. Di Pulau Ajkwa juga dilakukan kegiatan rehabilitasi mangrove guna mempercepat proses suksesi yang ada di Pulau tersebut. Kegiatan rehabilitasi mangrove berupa kegiatan penanaman dari spesies Rhizophora mucronata.

21

Gambar 10. Hasil penanaman mangrove di area stasiun PAJ – 01 Stasiun PWI – 01 berada di Pulau Waii yang berada di muara Sungai Ajkwa. Pulau Waii juga merupakan pulau dari proses sedimentasi yang ada di Sungai Ajkwa. Mangrove pionir sangat mendominasi di Stasiun PWI – 01 terlihat dari tegakan mangrove yang ditemukan dalam salah satu plot pengamatan hanya ditumbuhi Nypa fruticans saja. Bukan berarti tidak ada pohon di titik pengamatan tersebut, tetapi mangrove yang ada didominasi oleh anakan (sapling) hasil dari kegiatan penanaman dengan spesies yang ditanam adalah Rhizophora apiculata. Kondisi pertumbuhan mangrove hasil penanaman sangat rapat dan terlihat mangrove anakan tersebut sudah mulai berkompetisi ruang dan melakukan penjarangan secara alami. Stasiun PPH – 01 merupakan salah satu stasiun monitoring ekosistem mangrove dari Environmental Department. Stasiun ini juga berada di muara sungai Ajkwa. Keanekaragaman spesies yang ada di dalam plot pengambilan data di stasiun PPH – 01 merupakan stasiun pengamatan dengan spesies terbanyak yang ditemukan di dalam plot. Mangrove yang ada di PPH – 01 termasuk kedalam kategori mangrove dewasa sehingga lantai hutan terbuka oleh tutupan mangrove. Pada stasiun PPH – 01 juga ditemukan mangrove asosiasi yang mampu hidup berdampingan langsung dengan mangrove sejati. Spesies seperti Excoecaria agallocha dan Dolichandrone spathacea merupakan beberapa spesies yang ditemukan di dalam plot pengambilan data. Beberapa spesies mangrove asosiasi ini mampu tumbuh dikarenakan salinitas yang ada di stasiun PPH – 01 masih mampu diadaptasi oleh kedua spesies. Cordia subcordata dan Talipariti tiliaceum ditemukan dalam perjalan namun tidak masuk kedalam plot pengambilan data. Asupan air tawar memang lebih banyak distasiun ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa Sonneratia caseolaris mampu tumbuh dengan baik di sepadan sungai di stasiun Pasir Hitam dan stasiun lain di muara sungai Ajkwa seperti PWI – 01 dan PAJ – 01. Spesies mangrove ini merupakan spesies yang hidupnya cenderung di wilayah dengan asupan air tawar yang tinggi dan salinitas yang rendah.

22

Tabel 4. Komposisi Jenis Mangrove yang Ditemukan di Lower Area (PT. Freeport Indonesia, 2019) Komponen Vegetasi Komponen Mayor Mangrove

Komponen Minor Mangrove

Jenis Mangrove 1

Rhizophora apiculata Blume

6

2

Rhizophora mucronata Lam.

7

Bruguiera parviflora (Roxb.) W.& A. ex Griff. Sonneratia alba J.E. Smith.

3

Avicennia officinalis L.

8

Sonneratia caseolaris (L.) Engl.

4

Avicennia marina (Forssk.) Vierh

9

Ceriops tagal C.B. Rob

5

Nypa fruticans Wurmb

10

Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam

1

Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

2

Lumnitzera littorea (Jack) Voigt.

3

Camptostemon schultzii Masters. Diospyros papuana Valeton ex Bakh.

4 Mangrove Asosiasi

2

Thespesia populnea (L.) Soland. ex Correa Talipariti tiliaceum (L.) Fryxell

18

Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum. Acanthus ilicifolius L

3

Sesuvium portulacastrum (L.) L.

19

Acanthus volubilis Wall.

4

Excoecaria agallocha L.

20

Barringtonia asiatica (L.) Kurz.

5

Derris trifoliata

21

Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.

6

Millettia pinnata (L.) Panigrahi

22

Acrosticum aureum

7

Calotropis gigantea (L) R.Br.

23

Ficus microcarpa L.f.

8

Pluchea indica (L.) Less.

24

Casuarina equisetifolia L.

9

Cordia subcordata Lam.

25

Terminalia catappa L.

10

Calophyllum inophyllum L.

26

Talipariti tiliaceum (L.) Fryxell

11

Clerodendrum inerme (L.) Gaertn.

27

Vitex ovata Thunb.

12

Oncosperma tigillarium (Jack.) Ridl.

28

Pandanus tectorius Sol.

13

Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.

29

Sesuvium portulacastrum (L.) L.

14

Crinum asiaticum L.

30

Ipomoea pes-capre (L.) Sweet.

15

Canavalia maritima Thouars.

31

Ipomoea pes – caprae (L.) R.Br.

16

Terminalia catappa L.

1

17

23

Sonneratia alba J.E. Smith.

Xylocarpus granatum Koen.

Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob.

Avicennia marina (Forssk.) Vierh.

Rhizophora mucronata Lamk.

Rhizophora apiculata Bl.

Lumnitzera littorea (Jack) Voigt.

Acanthus ilicifolius L

Gambar 11. Beberapa jenis mangrove yang ditemukan di Lower Area (PT. Freeport Indonesia, 2019)

24

3.3.4. Pemilihan Jenis tanaman Kriteria Pemilihan Jenis Pohon berdasrkan beberapa pertimbangan, seperti : a. Jenis Lokal Pioner Jenis pioner memerlukan banyak cahaya dan mampu tumbuh pada lahan marginal sehingga secara teoritis cocok untuk lahan yang terbuka dan miskin hara. Sitorus dan Badri (2008), menyarankan untuk menggunakan jenis lokal dalam kegiatan revegetasi karena mudah beradaptasi dengan kondisi setempat yang marginal. b. Cepat tumbuh tetapi tidak memerlukan biaya yang tinggi Jenis yang cepat tumbuh merupakan jenis yang relatif lebih efektif dalam menyerap air, unsur hara dan energi matahari serta CO2, karena percepatan pertumbuhan berkaitan erat dengan proses metabolisme fisologis terutama fotosintesa. Jenis yang cepat tumbuh biasanya relatif lebih cepat membentuk sistem percabangan untuk membentuk strata tajuk. Strata tajuk berfungsi untuk mengurangi laju angin, melindungi kerusakan fisik tanah. c. Menghasilkan serasah yang banyak dan mudah terdekomposisi Sebagian besar jenis tanaman cepat tumbuh biasanya juga menghasilkan serasah yang relatif banyak dan diharapkan mudah dan cepat terdekomposisi. Serasah merupakan bahan organik penting pembentuk agregat tanah, struktur tanah dan pencegah erosi (Giddens dan Rao, 1975) d. Sistim perakaran yang baik dan mampu bersimbiosis dan atau berhubungan timbal balik dengan mikroba tertentu. Akar memiliki peran penting sebagai penopang tumbuhnya pohon, penyerap dan sekaligus alat transport air dan mineral bagi tanaman. Akar tanaman yang cocok untuk reklamasi lahan sebaiknya memiliki sistem perakaran yang baik dan dapat bersimbiosis dengan jamur mikoriza dan bakteri tertentu yang dapat mempercepat proses reklamasi e. Merangsang datangnya vector pembawa biji. Jenis terpilih sebaiknya memiliki daya tarik bagi hadirnya satwa liar misalnya memiliki bunga, buah, biji atau daunnya disuka satwa liar. f. Mudah dan murah dalam perbanyakan, penanaman dan pemeliharaan. Jenis tumbuhan terpilih seharusnya dapat memproduksi buah dalam jumlah banyak, mudah hidup serta relative murah dari segi penanaman dan pemeliharaan g. Tanaman mempunyai manfaat multiguna bagi masyarakat lokal atau tanaman Multipurpose tree species (MPTS). Jenis tumbuhan terpilih dapat memproduksi hasil yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka bahan bibit tanaman yang tersedia dalam jumlah cukup di Kabupaten Mimika yang dapat diperoleh dari masyarakat lokal adalah Jenis : 1. Tanaman hutan lokal seperti : beringin (Ficus arimitii), ketimunan (Timonius timon), Bambusa sp., merbau (Insia bijuga), pulai (Alstonia scholaris), jabon. 2. Tanaman Multipurpose tree species (MPTS) seperti : sagu (Metroxylon sagu), pisang (Musa sp.), pinang (Areca catechu), kelapa (Cocos nucifera), dan matoa.

25

a

b

c d Gambar 12. Jenis beringin (Ficus macrophylla) (a); ketimunan (Timonius timon) (b); Ficus arimitii (c); dan rumput sosis (Typha angustifolia L.) (d) di Upper Area Berdasarkan kriteria tersebut maka jenis-jenis tanaman yang dipilih dan komposisinya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis, Komposisi dan Jumlah Tanaman No. 1

Kelompok Tanaman Tanaman hutan Lokal

Jenis Tanaman

Nama Latin

Keterangan Bibit mudah, menghasilkan perbanyakan alami Bibit mudah, spesies asli setempat

Pulai

Alstonia scholaris

2

beringin

Ficus arimitii

3

Ketimunan

Timonius timon

4

merbau

Insia bijuga

5

Jabon

Antochepalus cadamba

Bibit mudah, spesies asli setempat Bibit mudah, menghasilkan perbanyakan alami Bibit mudah, menghasilkan perbanyakan alami

sagu

Metroxylon sagu

Bibit mudah, spesies asli setempat

2

pinang

Areca catechu

Bibit mudah, spesies asli setempat

3

pisang

Musa sp.

Bibit mudah, spesies asli setempat

4

kelapa

Cocos nucifera

Bibit mudah, pemeliharaan mudah

5

matoa

Pometia pinnata

Bibit mudah, pemeliharaan mudah

1

Multipurpose tree species (MPTS)

26

Ketersediaan dan Pengadaan Bibit Ketersediaan dan kualitas bibit tanaman merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan revegetasi di upper estuary yang akan dilakukan oleh PTFI. Berdasarkan hasil survei dan inventarisasi awal yang dilakukan terkait dengan ketersediaan bibit tanaman yang dipilih, bibit tanaman tersedia dalam jumlah cukup dapat diperoleh dari nursery PTFI dan dari masyarakat lokal penyedia bibit tanaman. Untuk keperluan pelaksanaan penanaman dalam rangka revegetasi ini, penyediaan dan pengadaan bibit tanaman dilakukan melalui pembelian dari masyarakat lokal penyedia bibit tanaman. Direncanakan keseluruhan bibit yang diperlukan untuk lokasi tapak revegetasi zona1 seluas 10 ha adalah sebanyak 10.000 bibit tanaman ditambah 10% bibit untuk sulaman.

3.3.5. Teknik Pelaksanaan Revegetasi Mengacu pasal 43 dan pasal 44 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MenHut-II/2011 Tahun 2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan, revegetasi atau penanaman dalam rangka reklamasi yang akan dilaksanakan oleh PTFI di lokasi penanaman akan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: a) Persiapan lapangan Karena topografi lokasi tapak revegetasi termasuk dalam klasifikasi datar, maka pola penanaman akan berbentuk jalur. Pola penanaman ini dilakukan dengan sistem jarak tanamnya 3 m x 3 m. Penanaman dilakukan dengan jumlah tanaman 1.100 bibit/Ha. b) Penanaman Dalam pelaksanaan penanaman meliputi beberapa tahapan yaitu pengaturan arah larikan tanaman; pola penanaman dan jarak tanam; pemasangan ajir; pembuatan lubang tanam; serta seleksi bibit tanaman. c) Penanaman Pengaturan arah larikan tanaman diupayakan tegak lurus dan sejajar dengan kontur lahan dengan mengikuti arah Timur-Barat. Karena topografi lokasi tapak reklamasi termasuk dalam klasifikasi datar, maka pola penanaman akan berbentuk jalur. Pola penanaman ini dilakukan dengan sistem delineasi sesuai Tipe Tanah di lokasi penanaman yang terdiri dari karakter tailing (padat, tergenang, tanah lunak). Pada pola penanaman ini jarak tanam teratur yaitu 3 m x 3 m untuk lokasi tailing kering. Penanaman dilakukan dengan sistem projek dengan jumlah tanaman 1.100 batang/Ha. d) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman ini meliputi: penyulaman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit.

27

IV RENCANA PENGELOLAAN MIDDLE ESTUARY

Pengelolaan middle estuary dilakukan mempertahankan sisa mangrove yang ada melalui kegiatan kajian, upaya perlindungan dengan intervensi rekayasa hidrologis serta pemantauan ekosistem mangrove. Tujuan utama adalah terjaganya jasa ekosistem di dalam area mangrove seluas kurang lebih 3.876 Ha di bagian tengah estuari tetap terjaga dengan terbentuknya sistem hidrologis yang mampu mensuplai air laut dan air tawar ke area mangrove di bagian tengah estuari Ajkwa serta terjaganya peran sebagai nursery-spawning dan feeding ground kawasan mangrove di bagian tengah estuari yang tidak terpisahkan dari habitat mangrove di bagian hilir estuari Ajkwa. Mengacu kepada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan Dan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MenHut-II/2011 Tahun 2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan Pasal 19 ayat 2, maka tahapan rencana kegiatan pengelolaan middle estuary Tahun 2022-2032 disajikan dalam Tabel 2. Tabel 6. Jenis Kegiatan Revegetasi Middle Estuary Tahun 2022 – 2032

No

Tahapan

Kegiatan

2.1.

Kajian Ekosistem Middle Ecosystem

1) Melakukan kajian upaya perlindungan ekosistem mangrove yang akan terdampak 2) Melakukan upaya pengelolaan perlindungan mangrove tersisa di area Middle Estuary melalui intervensi rekayasa hidrologis 3) Melaksanakan pemantauan ekosistem mangrove yang terdampak

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

28

V RENCANA PENGELOLAAN LOWER ESTUARY

Kegiatan Revegetasi Mangrove Di Lower Estuary Ajkwa Dalam Rangka Pengelolaan Muara Ajkwa (2023 - 2027) dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan dari mulai tahap persiapan, uji pendahuluan pembangunan struktur Estuari, Pemantauan dan Evaluasi, Pelibatan Masyarakat Lokal, Pembuatan Jalur Transportasi dan Upaya peningkatan jasa ekosistem. Mengacu kepada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MenHut-II/2011 Tahun 2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan Pasal 19 ayat 2, maka tahapan rancangan Kegiatan Revegetasi Mangrove Di Lower Estuary Ajkwa disajikan dalam Tabel 1. Tabel 7. Jenis Kegiatan Revegetasi Mangrove Di Lower Estuary Ajkwa

No

Tahapan

Kegiatan

1.

Pembangunan struktur Estuari

1) Deliniasi area dan pembuatan desain struktur estuari 2) Melakukan uji coba pembuatan struktur E-Groin dari bambu 3) Melakukan uji coba pembuatan struktur geo-tube 4) Melaksanakan pembangunan EGroin dari bambu sepanjang 2800 m 5) Melaksanakan pembangunan struktur geo-tube sebanyak 108 unit (per unit 25 m) 6) Membuat penyesuaian struktur sesuai kebutuhan 1) Melakukan Identifikasi ketersediaan lahan 2) Pembuatan rencana pembentukan ekosistem mangrove dengan total target sesuai persetujuan KLHK 3) Pembuatan Blok Penanaman Mangrove

2.

Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

29

No

3.

4.

5.

Tahapan

Pelibatan Masyarakat Lokal

Pembuatan Jalur Transportasi

Upaya peningkatan jasa ekosistem

Kegiatan 4) Meminta persetujuan rencana pembentukan ekosistem mangrove dari KLHK dengan total target seluas 500 Ha. 5) Melakukan penanaman mangrove dan pemeliharaan berdasarkan lahan yang disetujui 1) Pembuatan unit bisnis serta melakukan pelatihan dan pendampingan 2) Melibatkan masyarakat lokal dalam penyediaan dan transportasi material E-Groin berupa bambu dan serasah pengisi struktur 3) Melibatkan masyarakat lokal dalam pembuatan struktur E-Groin dari bambu 4) Melibatkan masyarakat lokal dalam penyediaan bibit mangrove (propagul), penamaman dan pemeliharaan 1) Pelayanan transfortasi dengan menyediakan alat transportasi berupa bis/boat kepada masyarakat terdampak dan terpengaruh 2) Membuat akses bagi masyarakat untuk menuju ke lokasi kegiatan ekonomi 1) Penentuan disain metodologi dan penentuan jasa ekosistem ekosistem kawasan tapak kegiatan kosistem mangrove di lower estuary. 2) Monitoring penentuan jasa ekosistem dan valuasi

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

30

No

6.

Tahapan

Pemantauan dan Evaluasi

Kegiatan

Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2022

2023

kawasan Upper Estuary Ajkwa (di lokasi calon tapak rehabilitasi mangrove lower estuary). Nilai digunakan sebagai data dasar jasa ekosistem. 3) Re-stocking ikan dan kepiting sesuai target yang ditentukan 1) Melakukan pemantauan ekosistem mangrove yg terbentuk 2) Melakukan evaluasi keberhasilan struktur bambu dan geo-tube 3) Melakukan identifikasi jasa ekosistem 4) Melakukan evaluasi manfaat ekonomi bagi masyarakat

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

5.1 Pembangunan struktur Estuari 5.1.1 Deliniasi Area dan Pembuatan Desain Struktur Estuari Peningkatan laju pengendapan di Lower Estuary dilakukan dengan melakukan perencanaan stuktur estuari untuk meningkatkan laju pengendapan di area lower estuary serta melakukan disain yang memfasilitasi terbentuknya kanal-kanal di dalam area penanaman mangrove. Perencanaan stuktur estuari diharapkan dapat meningkatkan habitat baru mangrove serta meningkatkan persentasi naungan mangrove (dalam penanaman vegetasi mangrove). Tujuan dari survei lapangan pada perencanaan stuktur estuari di lower estuary adalah untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan sedimentasi di upper estuary serta mengetahui kondisi morfologi eksisting kawasan. Survei dilaksanakan dengan metode ground chek dan pemetaan Kawasan menggunakan drone. Lokasi survei di lower estuary diprioritaskan pada lokasi pembangunan stuktur estuari pada Tahun 2023 seperti yang dilihat pada Gambar 13.

31

Gambar 13. Lokasi survei peningkatkan laju pengendapan di Lower Estuary Pembangunan stuktur estuari di Lower Estuary dilaksanakan pada area estuary yang dangkal serta pada gosong pasir hasil proses endapan sedimen dari Sungai Ajkwa. Kondisi permukaan tanah atau subtrat dasar perairan di lower estuary dominan berupa pasir dan pasir lanauan. Pada Tahun 2023 telah dimulai pembangunan struktur estuary pada lokasi prioritas tahun 2023. Pada saat survei dilaksanakan, telah dibangun struktur Geotube sepanjang 75 meter dan struktur bambu sepanjang 350 meter. Hasil pemetaan dengan menggunakan drone serta hasil grounchek dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.

32

Gambar 14. Mosaic Lower Estuary pada struktur bambu dari hasil pemetaan menggunakan drone

33

n

Gambar 15. Mosaic Lower Estuary pada struktur geotube dari hasil pemetaan menggunakan drone

5.1.2 Pembuatan Desain Struktur Estuari Pembuatan struktur estuari di Muara Ajkwa diharapkan dapat meningkatkan laju sedimentasi alami di Muara Ajkwa sehingga dapat menciptakan elevasi substrat yang sesuai untuk kolonisasi mangrove. Ini akan terjadi secara alami seiring waktu, tetapi total area dapat ditingkatkan dan skala waktu dapat dipercepat dengan pembuatan struktur dekat pantai berbasis alam. Struktur di muara juga dapat menghasilkan lingkungan terlindung dimana propagul mangrove lebih mungkin untuk menetap dan bertahan sehingga mempercepat kolonisasi mangrove dan meminimalkan upaya penanaman.

5.1.3 Uji Coba Pembuatan Struktur Estuari Intervensi struktural berbasis alam dengan sistem alami, selalu sangat bermanfaat untuk melakukan program percontohan terlebih dahulu, dengan tujuan sebagai berikut: a. Menetapkan bahan konstruksi alami terbaik. b. Untuk pemecah gelombang bambu, pilihannya adalah inti terisi atau inti terbuka. c. Menentukan ukuran bambu yang dibutuhkan, seperti diameter elemen struktur utama dan panjang tiang bambu primer. 34

d. Menguji sejumlah tata letak untuk kondisi tertentu, misalnya Rasio T kepala ke batang, Penggunaan tata letak "+" atau "H" di area terbuka. e. Menentukan metode akses, tenaga kerja lokal dan kebutuhan peralatan serta protokol keamanan. 1. Uji Pembuatan Struktur E-Groin dari Bambu Pada periode waktu 5 Oktober 2022 – 1 Feb 2023 sudah dilaksanakan uji pengisian geo-tube tahap pertama dengan tahapan kegiatan : • Pemesanan material : Pemesanan material telah dilakukan sebanyak 2 kali sebanyak 20.000 batang dan 15.000 batang bambu • Mobilisasi : Material dikirim menggunakan boat ke muara • Pengerjaan : Dikerjakan oleh tenaga kerja lokal yang menginap di muara sebanyak 14-15 Orang • Hasil : Telah terpasang 300m Panjang dan Material isian belum dipasang

Gambar 16. Ujicoba Struktur Bambu

2. Uji Pembuatan Struktur Geo-tube Pada periode waktu 14 – 28 Nov 2022 sudah dilaksanakan uji pengisian geo-tube tahap pertama dengan tahapan kegiatan : • Pengangkutan : Geotube diangkut dari TRMP menuju Portsite menggunakan boom-truck • Mobilisasi

: Geotube di transfer dari Portsite ke muara menggunakan helikopter 35

• Pengerjaan

: Pengisian geotube menggunakan 2 pompa pasir yang digunakan karena kemudahan untuk mobilisasi

• Hasil

: Pengisian pasir pada Geotube tidak berhasil karena kapasitas pompa yang kecil, pengerjaan yang lama, sehingga struktur yang terpasang rusak oleh pasang surut

Pada periode waktu 12 Januari – 7 Februari 2023 sudah dilaksanakan uji pengisian geo-tube tahap kedua menggunakan Cutter Suction Dredger kapasitas 1000 m3/hrs dan berhasil mengisi 7 roll dalam 12 hari kerja. Tantangan yang dihadapi adalah kencangnya arus pasang surut sehingga jalur pipa harus dipasang ulang setiap pagi.

Gambar 17. Uji coba struktur geotube

5.1.4 Pembangunan E-Groin dari Bambu Sepanjang 2800 m Pembangunan struktur E-Groin dari bambu di lower estuary pada tahun 2023-2032 ditargetkan akan terbangun struktur bambu sepanjang ±28.000 meter, atau sekitar 2.800 meter/tahun.

36

Gambar 18. Rencana Pembangunan Struktur E-Groin Dari Bambu (2023-2032)

37

Lanjutan Gambar 16. Rencana Pembangunan Struktur E-Groin Dari Bambu (2023-2032) 5.1.5 Rencana Pembangunan Struktur Geo-tube Pembangunan struktur Geo-Tube di lower estuary pada tahun 2023-2032 ditargetkan akan terbangun struktur geo-tube sepanjang ±27.000 meter, atau sekitar 2.700 meter/tahun.

Gambar 19. Rencana Pembangunan Struktur Geo-Tube (2023-2032)

38

Lanjutan Gambar 17. Rencana Pembangunan Struktur Geo-Tube (2023-2032)

5.1.6 Rencana Penyesuaian Struktur Estuari Pada saat kegiatan kontruksi struktur estuari dilaksanan, hasil struktur estuari yang terbangun dievaluasi kembali apakah pemilihan lokasi penempatan dan pemilihan jenis struktur estuari sudah tepat. selain itu akan dievaluasi keberhasilannya terhadap percepatan pengendapan sedimen di Muara Ajkwa.

39

Gambar 20. Rencana Penyesuaian Struktur Estuari (2023-2032)

40

Lanjutan Gambar 18. Rencana Penyesuaian Struktur Estuari (2023-2032)

5.2 Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove 5.2.1 Melakukan Identifikasi Ketersediaan Lahan Proses perancangan dan penataan ruang penanaman mangrove lower estuary di mulai dengan melakukan identifikasi kondisi eksisting arah aliran air dan prediksi terbentuknya delta baru yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk area penanaman mangrove kemudian dilakukan analisis dan sintesis yang akan menghasilkan konsep perancangan yang dituangkan ke dalam desain hutan mangrove lower estuary. Penanaman dilakukan dalam beberapa tahap, yang dimulai dari tahun 2023-2032. Untuk tahap pertama pada tahun 2023 direncanakan akan dilakukan penanaman pada beberapa lokasi yang sudah ditentukan. Pembuatan blok tanam berdasarkan arah aliran air dan peletakan struktur geotube dan bambu seluas 516,35 Ha. Perencanaan penanaman mangrove di lower estuary dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Area Penanaman Mangrove 2023-2032

5.2.2 Pembuatan Rencana Pembentukan Ekosistem Mangrove Membuat desain lanskap kawasan lower estuary dalam bentuk blok-blok penanaman dengan standar luas @25 Ha (juknis KLHK) dengan detail petak penanaman seluas 5 Ha untuk memudahkan peletakkan patok area penanaman dan monitoring pelaksanaan penanaman yang dapat meningkatkan jasa ekosistem kawasan 41

Blok penanaman tahun 2024 luas @25 Ha

Blok penanaman th 2023 luas @25 Ha

Ilustrasi visual penanaman magrove tahun 2024

Ilustrasi visual penanaman magrove tahun2023

Gambar 22. Aplikasi bentuk blok seluas 500 Ha per Tahun

Detail penanaman @ 5 Ha

Detail penanaman @ 5 Ha

Penentuan bentuk hutan mangrove disesuaikan dengan karakteristik lahan yang terdiri atas jalur; mengelompok; dan menyebar (Gambar 22).

a. Aplikasi bentuk blok seluas 500 Ha

42

Blok penanaman luas @25 Ha

Blok penanaman tahun 2026 luas @25 Ha

Blok penanaman tahun 2025 luas @25 Ha

Ilustrasi visual penanaman magrove tahun 2026

Ilustrasi visual penanaman magrove tahun 2026

Ilustrasi visual penanaman magrove tahun 2025

Lanjutan Gambar 22. Aplikasi bentuk blok seluas 500 Ha per Tahun

Detail penanaman @ 5 Ha

Detail penanaman @ 5 Ha

Detail penanaman @ 5 Ha

43

b. Aplikasi bentuk blok seluas 2500 Ha

Detail penanaman 2500 Ha

Ilustrasi visual penanaman magrove 5000 Ha

Gambar 23. Aplikasi bentuk blok seluas 2500 Ha (Tahun 2023-2032)

5.2.3 Pembuatan Kode blok penanaman Dalam area penanaman mangrove seluas 25 Ha, masing-masing di buat petak sebesar 5 Ha dengan diberi kode untuk memudahkan pemantauan pasca penanaman (Gambar 24).

Gambar 24. Kode blok penanaman seluas 5000 ha (Tahun 2023-2032)

44

5.2.4 Perencanaan Pembentukan Ekosistem Mangrove Dengan Total Target Seluas 500 Ha/Tahun 1) Pemilihan Jenis tanaman Ketersediaan bahan bibit tanaman (propagule) merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan revegetasi yang akan dilakukan oleh PTFI. Berdasarkan hasil survey dan inventarisasi awal yang dilakukan terkait dengan ketersediaan bibit tanaman yang dipilih, bibit tanaman tersedia dalam jumlah cukup di Kabupaten Mimika yang dapat diperoleh dari masyarakat local sebagai penyedia bibit tanaman adalah Jenis pohon bakau, dengan spesies Rhizophora apiculata (Bakau Minyak), Rhizophora mucronata (Bakau Hitam) dan Rhizophora stylosa. Beberapa bibit tanaman tersedia di kampung sekitar lokasi tapak revegetasi. Selain itu pihak masyarakat sekitar lokasi tapak revegetasi mempunyai peluang dalam penyediaan bibit tanaman. 2) Kebutuhan benih (propagule) Untuk keperluan pelaksanaan penanaman dalam rangka revegetasi ini, penyediaan dan pengadaan benih tanaman dilakukan melalui pembelian dari masyarakat. Direncanakan keseluruhan bibit yang diperlukan untuk lokasi tapak reklamasi seluas 500 ha adalah sebanyak 1.250.000 propagul dan ditambah 10% benih untuk sulaman pada pemeliharaan tahun pertama. Kualitas bibit tanaman yang baik ditentukan mulai dari pemilihan propagule, pemeliharaan dan perlakuan di penampungan propagul serta transportasi propagul sampai di lokasi tapak revegetasi. Di lokasi tapak revegetasi, propagule diletakkan di penampungan sementara yang letaknya berada di dekat sumber air (pasang), jauh dari gangguan, mudah dijangkau dan dekat dengan atau di lokasi tapak revegetasi. Selama di penampungan sementara, propagule akan dipelihara selama beberapa waktu untuk proses penguatan propagule hingga siap untuk dilakukan penanaman. Lokasi tapak reklamasi merupakan areal tanam dengan aksesibilitas yang dapat ditempuh dengan moda transportasi laut, maka propagul akan diangkut dengan menggunakan moda transportasi laut dari lokasi penyedia propagule menuju tempat penampungan sementara /temporary nursery di dekat atau di lokasi tapak revegetasi. Pengangkutan bibit (propagule) dari penampungan sementara ke tempat penanaman dilaksanakan setelah selesainya pembuatan jalur tanam dan dilakukan dengan keranjang atau dengan alat angkut lainnya. Bibit (propagule) diangkut ke lokasi penanaman dan ditanam. 3) Teknik Pelaksanaan Revegetasi Mengacu pasal 43 dan pasal 44 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.04/MenHut-II/2011 Tahun 2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan, 45

revegetasi atau penanaman dalam rangka reklamasi yang akan dilaksanakan oleh PTFI di lokasi penanaman akan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: a. Persiapan lapangan Pengaturan arah larikan tanaman diupayakan tegak lurus dan tegak lurus dengan garis pantai. Karena topografi lokasi tapak revegetasi termasuk dalam klasifikasi datar, maka pola penanaman akan berbentuk jalur. Pola penanaman ini dilakukan dengan sistem jarak tanamnya 2 m x 2 m. Penanaman dilakukan dengan jumlah tanaman 2.500 propagule/Ha. b. Penanaman Propagule yang sudah diseleksi (sesuai kriteria propaguletanaman yang layak tanam) dibawa ke tempat penanaman dengan hati-hati agar tidak mengalami kerusakan. c. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman ini meliputi: penyulaman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit.

46

Gambar 25. Perencanaan Pembentukan Ekosistem Mangrove dengan Total Target Seluas 500 Ha/Tahun (Tahun 2023-2032)

47

Gambar 26. Visualisai Pembentukan Ekosistem Mangrove dengan Total Target Seluas 500 Ha/Tahun (Tahun 2023-2032)

48

5.3 Pelibatan Masyarakat Lokal 5.3.1. Pembuatan Unit Bisnis Serta Melakukan Pelatihan dan Pendampingan Bentuk pelibatan masyarakat dalam pembuatan unit bisnis sebagai konsumen akhir yang akan membeli bahan baku serta mendukung setiap kegiatan yang dilakukan mulai dari penyiapan bahan baku sampai kepada proses penanaman propogul. Pada setiap Kampung sasaran (5 kampung) terdapat unit bisnis berupa CV atau badan usaha yang pemiliknya adalah masyarakat asli di kampung tersebut. Pemilihan dan penetapan unit bisnis yang layak atau memenuhi kriteria telah melalui proses pembinaan oleh SLD PTFI selama 10 tahun dengan memiliki kelengkapan adminitrasi badan usaha yang memenuhi standart yang ditentukan PTFI tersebut. Jumlah unit bisnis yang digunakan dalam proses estuari struktur adalah 17 kontraktor dengan masing masing karyawan 10 orang dari setiap jenis kegiatan. Pemilihan karyawan yang akan bekerja pada setiap kontraktor biasanya menggunakan sistem kekerabatan/ keluarga yang kita kenal dengan istilah Taparo, hal ini dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman didalam komunitas masyarakat tersebut. Dalam pelibatan masyarakat untuk kegiatan pembuatan estuari struktur maka dilakukan Pelatihan teknis dan pendampingan kepada masyarakat tentang (1) pembuatan struktur estuari, (2) penanaman bambu dan (3) penanaman propagul/ mangrove. 5.3.2. Melibatkan Masyarakat Lokal Dalam Penyediaan dan Transportasi Material E-Groin Berupa Bambu dan Serasah Pengisi Struktur Masyarakat di 5 kampung sasaran terlibat langsung dalam penyediaan dan transportasi material E Groin bambu dan serasah untuk bahan pengisi struktur. Pelibatan masyarakat lokal di 5 kampung sasaran berjumlah 50 orang yang secara langsung bekerja pada unit usaha di kampung atau kontraktor lokal yang ada. 5.3.3. Melibatkan Masyarakat Lokal Dalam Pembuatan Struktur E-Groin Dari Bambu Masyarakat di 5 kampung sasaran terlibat langsung dalam penyediaan dan transportasi material E-Groin bambu dan serasah untuk bahan pengisi struktur. Pelibatan masyarakat lokal di 5 kampung sasaran berjumlah 55 orang yang secara langsung bekerja pada unit usaha di kampung atau kontraktor lokal yang ada. 5.3.4. Melibatkan Masyarakat Lokal Dalam Penyediaan Bibit Mangrove (Propagul), Penamaman dan Pemeliharaan Dalam pelibatan masyarakat untuk kegiatan penyediaan bibit mangrove (propagul) melibatkan masyarakat yang berada di 5 kampung sasaran tetapi juga untuk mengantisipasi kekurangan bibit mangrove akan di supply oleh masayarakat yang berada di kampung-kampung lain di pesisir Mimika yang kemudian dijual kepada unit 49

bisnis/kontraktor yang telah ada di Kampung sasaran yang kemudian oleh masyarakat pemilik Taparo (5 Kampung Sasaran) yang akan melakukan penanaman. Jumlah masyarakat terlibat akan berjumlah lebih banyak dari kegiatan-kegiatan lainnya.

5.4 Pembuatan Jalur Transportasi Pelayanan transportasi masyarakat untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kampong Ayuka- Tipuka oleh PTFI bermitra dengan gereja katolik Keuskupan Timika dengan jadwal setiap Senin-selasa- Kamis-Jumat. Kampung Koperapoka, Nawaripi dan Nayaro tidak memiliki akses langsung ke area penangkapan ikan tradisional mereka, karena perpindahan permukiman dan sedimentasi yang meningkat, masyarakatmasyarakat ini harus menggunakan layanan bus PTFI, dari pada sampan untuk pergi ke daerah penangkapan ikan. Pelayanan transportasi masyarakat untuk mendukung kegaiatn ekonomi masyarakat kampong Koperapoka dan Nawaripi oleh PTFI bermitra dengan gereja katolik Keuskupan Timika dengan jadwal setiap Senin-Selasa-Kamis-Jumat, sedangkan pelayanan transportasi masyarakat oleh PTFI bermitra dengan Kopearsi TNI/IJK dengan jadwal Senin s/d Jumat

50

5.5 Rancangan Peningkatan Jasa Ekosistem 5.5.1. Jasa Ekosistem Estuaria Estuary Ajkwa Tujuan jangka panjang dari program perluasan wilayah mangrove di estuary lower estuary Ajkwa adalah mempertahankan dan bahkan meningkatkan jasa ekosistem kawasan tersebut. Beberapa jasa ekosistem yang dapat diperoleh dari estuary lower estuary adalah : (1)

penyedia biota laut ekonomis penting bagi masyarakat sekitar (ikan, moluska dan krustasea)

(2)

spawning, nursery dan feeding grounds kawasan mangrove di bagian hilir estuari yang tidak terpisahkan dari habitat mangrove di bagian tengah dan atas estuari Ajkwa. Peran ekologis dari Kawasan adalah melalui tersedianya fungsi ekosistem estuary sebagai tempat pemijahan, asuhan larva ikan dan larva biota laut, dan kawasan mencari makan, sebagai bagian dari ruaya ikan (mangrove ke laut di hadapannya) dan feeding dan breeding ground bagi satwa liar (burung dan satwa liar darat).

(3)

penyedia bahan organic dan nutrient bagi perairan laut di hadapannya.

(4)

Terjaganya fungsi mangrove sebagai penyerap logam dan organik. Sistem dan konfigurasi mangrove di estuaria bagian hilir Ajkwa dapat menjadi penjebak hara, sedimen dan logam. Pencemar yang terdapat di kolom air dapat diserap oleh sistem perakaran vegetasi mangrove.

(5)

terjaganya fungsi mangrove sebagai carbon storage. Dalam skema perubahan iklim, ekosistem mangrove berperan sebagai bagian dari sistem blue carbon, yaitu sebagai wilayah yang mampu menyerap dan menyimpan Carbon, baik dalam tubuh vegetasi maupun dalam sedimen/substrat.

Pada prinsipnya, peran jasa ekosistem mangrove (fungsi ekologis dan ekonomis) ekosistem estuary bagian hilir Ajkwa adalah dengan cara : (1)

Meningkatkan laju pengendapan di area lower estuary sebagai habitat baru mangrove.

(2)

Melakukan disain yang memfasilitasi terbentuknya kanal-kanal di dalam area penanaman mangrove. Saluran air ini sekaligus sebagai tempat keluar masuknya bahan organic (serasah pohon mangrove), jalur keluar masuk ikan, dan penghubung dengan wilayah perairan di hilir estuary Ajkwa. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan peran jasa ekosistem substrat mangrove adalah dengan meningkatkan kandungan bahan organic.

(3)

Meningkatkan persentasi naungan mangrove (dalam penanaman vegetasi mangrove). 51

(4)

Melakukan pengayaan jenis mangrove di area lower estuary.

(5)

Upaya lain adalah dengan melakukan transplantasi biota laut, seperti ikan dan kepiting ke kawasan mangrove baru tersebut yang diperoleh dari kawasan donor yaitu kawasan mangrove yang telah matang di Kawasan tersebut.

5.5.2. Penetapan Indikator Keberhasilan dan Pemantauan/Evaluasi Kegiatan Kegiatan peningkatan jasa ekosistem mangrove dan estuari Ajkwa pada prinsipnya terdiri dari 2 kegiatan utama yaitu : (1) Melakukan rekayasa ekologi kawasan upper estuary Ajkwa melalui penanaman berbagai tanaman (2) Mempertahankan Kawasan mangrove di bagian tengah dan hilir estuari dengan mempertahankan mangrove yang tersisa dan menambah luasan mangrove di lower estuary a. Mempertahankan kawasan mangrove di bagian tengah dan lower estuary Tujuan utama adalah terjaganya jasa ekosistem di dalam area mangrove seluas kurang lebih 3.876 Ha di bagian tengah estuari tetap terjaga dengan indikator: • Terjaganya area mangrove seluas 3.876 Ha • Terbentuknya sistem hidrologis yang mampu mensuplai air laut dan air tawar ke area mangrove di bagian tengah estuari Ajkwa • Terjaganya peran sebagai nursery-spawning dan feeding ground Kawasan mangrove di bagian tengah estuari yang tidak terpisahkan dari habitat mangrove di bagian hilir estuari Ajkwa melalui sub indicator : • Terjadinya peningkatan keragaman dan kelimpahan biota air di estuari bagian tengah estuari (plankton, benthos dan nekton) • Terjadinya peningkatan keragaman dan kelimpahan larva biota air (larva nektonic) • Terjadinya peningkatan kandungan bahan organic dan nutrient di perairan dan sedimen • Terjadinya penurunan kandungan TSS di kolom air Kawasan tersebut Pada prinsipnya, peran jasa ekosistem mangrove (fungsi ekologis dan ekonomis) ekosistem estuary bagian hilir Ajkwa adalah dengan cara : • Meningkatkan laju pengendapan di area lower estuary sebagai habitat baru mangrove. • Melakukan disain yang memfasilitasi terbentuknya kanal-kanal di dalam area penanaman mangrove. Saluran air ini sekaligus sebagai tempat keluar masuknya bahan organic (serasah pohon mangrove), jalur keluar masuk ikan, dan penghubung dengan wilayah perairan di hilir estuary 52

• • •

Ajkwa. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan peran jasa ekosistem substrat mangrove adalah dengan meningkatkan kandungan bahan organic. meningkatkan persentasi naungan mangrove (dalam penanaman vegetasi mangrove), melakukan pengayaan jenis mangrove di area lower estuary. Melakukan transplantasi biota laut, seperti ikan dan kepiting ke kawasan mangrove baru tersebut yang diperoleh dari kawasan donor yaitu kawasan mangrove yang telah matang di Kawasan tersebut.

b. Re-stocking ikan dan kepiting Kusmayadi dan Rahayu (2017)1, menyatakan hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepiting bakau diperoleh hubungan Y = 0,1111x + 28,406,. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 0,9794 artinya pengaruh kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting bakau sebesar 97,94%. Pada uji korelasi, koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,990 artinya antara kerapatan mangrove dengan kepadatan kepiting bakau berkorelasi positif sangat kuat. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kepiting dan kandungan karbon organik di mangrove yaitu Y = 0,276x + 2,764 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,902 ini artinya pengaruh kandungan C - Organik terhadap keberadaan kepiting sebesar 90%, sedangkan nilai koefieien korelasi (r) di peroleh 0,95.Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana bahwa kepiting bakau memiliki hubungan yang kuat terhadap keberadaan kandungan C – Organik. Berdasarkan hal ini, sangat penting ekosistem mangrove terhadap kepiting mangrove sehingga perlu adanya pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kepadatan kepiting bakau sebagai salah satu rantai makanan di ekosistem mangrove yang bernilai ekonomis tinggi. Menurut KEPMEN_LH Nomor 201 tahun (2004), kriteria kerapatan pohon mangrove sangat padat > 1500 (pohon/ha), kriteria kerapatan pohon mangrove sedang >1000-1500 (pohon/ha) dan kriteria kerapatan pohon mangrove jarang < 1000 (pohon/ha). Pengaruh antara kerapatan pohon mangrove dan kelimpahan kepiting bakau diperoleh persamaan regresi Y = 28,406 + 0,1111x artinya setiap kenaikan kerapatan mangrove 1 satuan akan meningkatkan kelimpahan kepiting bakau sebesar 0,1111 atau kerapatan mangrove sebanyak 1000 satuan meningkatkan kelimpahan kepiting bakau sebesar 112 individu kepiting dalam 1 ha. Lahan Estuari Ajkwa didominasi oleh ekosistem mangrove dan asosiasinya dimana sejak tahun 1998-2019, 1

Kusmayadi, Ni Putu Evi Rahayu (2017) Hubungan Kerapatan Mangrove Dengan Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla Sp.) Di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar, Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

53

luas mangrove berkurang seluas 4.551 Ha. Jika diasumsikan lahan Estuari Ajkwa dalam kriteria jarang (

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.