Luh Ayu Manik Mas Flipbook PDF

Luh Ayu Manik Mas

33 downloads 108 Views

Story Transcript

Luh Ayu Manik Mas, Membuat Perpustakaan Keliling Ni Madé Ari Dwijayanthi, BASAbali Gus Dark


Ibu terlambat menjemput Luh Ayu Manik hari itu. Jadinya, ia duduk-duduk di lantai pos satpam sekolah, sambil memainkan gawainya. Sesekali ia tertawa, kemudian terlihat serius kembali. Tak lama berselang dia melonjak berdiri sebelum kembali duduk. Ibunya yang bermata pencaharian sebagai pedagang canang dan banten itu terkadang sangat sibuk dan belum juga datang menjemputnya. Luh Ayu Manik 1


sering minta untuk membawa sendiri motor ke sekolah agar ia tidak perlu menunggu. Namun, ibu tidak mengizinkannya. Luh Ayu Manik kemudian melihat ke dalam tas sekolahnya. Di dalamnya ada majalah remaja dan beberapa buku dari pameran seni yang dikunjunginya beberapa waktu lalu. Ia sempat berpikir untuk mengeluarkan dan melihat isi buku-buku tersebut sembari menunggu. Namun, diurungkannya niatnya tersebut. Luh Ayu Manik memutuskan untuk tetap bermain gawai saja. Toh juga masih banyak ilmu dan buku daring, pikirnya. 2


Akhirnya, Luh Ayu Manik menelepon ibunya, ”Ibu di mana? Kenapa belum juga datang menjemput saya?” Ibunya menjawab, ”Tunggu sebentar, Nak, Ibu masih sibuk berjualan.” Luh Ayu Manik menanyakan jika ia boleh pulang dengan menumpang ojek online (ojol). Ibu mengizinkannya. Ibunya mengingatkan, ”Jika ojol itu lelaki, janganlah kamu memeluk pinggangnya, dan pastikan untuk meletakkan 3


tas gendongmu di antara punggung ojol dan dadamu.” Luh Ayu Manik menyeringai lalu berkata, ”Siap Komandaaan!” sebelum menutup telepon. 4


Tidak berselang lama, ojol yang dipesannya datang. Luh Ayu Manik pun naik ke motor ojol tersebut. Sambil melaju perlahan, pengemudi ojol menanyakan alamat tepat tujuannya dan Luh Ayu Manik memberikannya. Beberapa menit kemudian pengemudi ojol menghentikan motornya. Karena memakai helm, Luh Ayu Manik tidak mendengar suara-suara keras berteriak di jalanan yang ramai. Ada turis 5


yang dijambret tasnya dan bule itu berteriak minta tolong. 6


”Help…, help…, please!” bule itu berteriakteriak kebingungan sembari menoleh ke sana kemari minta tolong. Dari boncengan motor, Luh Ayu Manik melihat si penjambret melarikan diri. Ia tahu bagaimana agar ia bisa menolong, dengan menjadi Luh Ayu Manik Mas! Luh Ayu Manik meminta pengemudi ojol yang ditumpanginya untuk berhenti. Segera sesudahnya ia berubah wujud dalam mahkota dan busana emas istimewanya. 7


Tanpa kesulitan ia menangkap si penjambret dan merobohkannya ke tanah. Lalu lintas pun macet dan banyak orang berhenti untuk menontonnya melawan penjambret di tengah jalan. 8


Berkat kesaktiannya, Luh Ayu Manik Mas berhasil mengalahkan penjambret itu. Si penjambret berguling-guling di jalan dan memohon ampun. Banyak orang di jalan menggerutu. ”Karena perilaku seperti inilah maka nama baik Bali jadi ternoda!” kata mereka. Si penjambret gemetar ketakutan, lalu ia mengembalikan tas milik turis tersebut. Ia lalu ditangkap polisi. 9


Luh Ayu Manik Mas mengembalikan tas milik turis tersebut. Ia tersenyum dan lalu mereka berjabat tangan. Turis tersebut mengucapkan terima kasih pada Luh Ayu Manik Mas dan menanyakan namanya. ”You are welcome, my name is Luh Ayu Manik Mas.” Sebagai rasa terima kasih, bule tersebut memberikan sebuah buku yang sangat bagus kepada Luh Ayu Manik Mas. 10


11


Luh Ayu Manik Mas pamit, lalu dengan cepat berganti wujud sebelum ia kembali ke ojol yang ditumpanginya tadi. Sesampainya di rumah, ia melihat ibunya juga baru tiba. Setelah membayar ojol, ia mengikuti ibunya masuk ke dalam. Rumahnya tidaklah luas, tetapi di rumah itu ada kamar yang ia namakan Kamar 21. Ini semacam perpustakaan yang berisi berbagai buku bacaan, buku pelajaran, 12


termasuk komputer paling canggih yang biasa ia gunakan mengunduh buku-buku daring. Ia meletakkan buku yang diberikan bule tadi di lemari bukunya. 13


Setelah berganti pakaian, Luh Ayu Manik menuju dapur tempat ibu menunggunya. Ia mengambil nasi dan lauk lalu makan sembari mengobrol dengan ibunya. Ia menceritakan niatnya untuk ikut ibunya ke pasar esok hari. Ibunya mengangguk sebagai tanda menyetujuinya. Sehabis makan siang, Luh Ayu Manik kembali ke Kamar 21 untuk belajar. 14


Selain buku-buku dan sebuah komputer, di Kamar 21 juga ada lontar-lontar yang diwariskan leluhurnya kepada Luh Ayu Manik. Hari ini ia ingin membaca buku yang diberikan bule yang diselamatkannya tadi. Buku tebal itu ensiklopedia berbagai negara yang ada di dunia. Luh Ayu Manik membuka buku tersebut dan halaman pertama yang ia lihat adalah tentang negara Belanda. Lalu dibukanya lagi halaman-halaman lainnya 15


sampai tiba di halaman tiga puluh tiga yang menceritakan tentang negara Inggris. Ia berharap suatu saat nanti ia mendapat kesempatan mengunjungi berbagai negara yang ada di buku itu 16


Mata Luh Ayu Manik perlahan terasa berat. Tidak terasa ia telah tertidur dengan tangan melekap, menyangga kepalanya yang terkulai di atas meja. Seseorang memanggilnya dari luar. Namun, tidak terdengar olehnya karena ia tertidur pulas. Ibunya lalu mendatangi dan dilihatnya temanteman Luh Ayu Manik datang berkunjung. ”Wah…, ada Ayu Kinandari, Wayan, dan Made! Ayo masuk! Luh Ayu Manik masih 17


belajar di kamarnya. Tunggu sebentar di sini, ya. Sebentar lagi ia ke luar.” Akan tetapi, daripada menunggu, teman-temannya ini malah ingin mengusilinya. Ketiga temannya ini menyelinap masuk ke kamar 21 untuk mengejutkan Luh Ayu Manik. Punggung Luh Ayu Manik ditepuk Wayan. 18


”Hei Ayu, bangun, bangun!” katanya. Namun, Luh Ayu Manik tertidur sangat lelap sehingga Wayan kembali menepuk punggungnya. ”Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya. Ia lalu duduk dan mengusapusap matanya. Luh Ayu Manik kaget melihat teman-temannya berdiri di hadapannya. 19


Luh Ayu Manik menunjukkan ensiklopedia yang didapatnya. Mereka semua duduk dan membacanya bersama. Beberapa saat kemudian, Wayan mengambil buku lain yang ada di rak paling atas. Buku tersebut tertutup debu, robek, dan terlihat tidak pernah dibaca. Luh Ayu Manik dan teman-temannya ingin melihat isi buku tersebut. Namun, saat membukanya, mereka lihat buku tersebut berisi gambar-gambar seram dan aksara suci 20


Bali. Mereka berempat terlalu takut untuk membacanya dan memutuskan meletakkan kembali buku tersebut. 21


Entah dari mana datangnya, angin kencang tiba-tiba berhembus dan berputar di Kamar 21. Mereka semua ketakutan. Buku yang sudah diletakkan kembali itu tiba-tiba bergetar dan terbang. Dari buku itu keluar raksasa-raksasa mengerikan. Teman-teman Luh Ayu Manik seketika terkejut dan bingung sembari ingin lari. Akan tetapi, mereka tidak bisa bergerak. Mereka seperti patung, tidak bisa menggerakkan kaki. Wayan dan 22


Made ingin memanggil, tetapi bibir mereka terkatup tidak bisa berbicara. ”Jangan berbicara sepatah pun. Kalian akan tetap di sini… bersama teman-temanmu,” bentak raksasa tersebut. 23


”Ha… ha… ha…!” raksasa tersebut tertawa. ”Bagaimana rasanya, Luh Ayu Manik? Takut? Pergi dan teleponlah Dewamu untuk minta pertolongan. Mereka tidak akan bisa menolongmu sekarang.” Luh Ayu Manik dan Ayu Kinandari saling pandang. Mereka menggigit bibir karena ketakutan dan menempel satu sama lain. 24


Para raksasa ini muncul dalam bentuk-bentuk yang aneh. Ada yang seperti ular, melilit meja belajarnya. Ada yang seperti macan mengaum-aum mencabik buku-buku dengan kukunya yang panjang dan runcing. Ada pula raksasa yang menyerupai babi hutan yang menginjak-injak buku-bukunya. Luh Ayu Manik marah sekali melihat bukubukunya dihancurkan para raksasa. Temantemannya terpaku ketakutan, tidak bisa 25


berbuat apa-apa. Mereka pergi bersembunyi ke balik gorden. 26


Tidak terima buku-bukunya diperlakukan demikian, Luh Ayu Manik lalu berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dan bersiap untuk melawan para raksasa tersebut sendirian. Tiba-tiba babi hutan berkata, ”Hei, Luh Ayu Manik Mas! Kenapa engkau tidak memedulikan kami? Kami habis dimakan ngengat dan rayap! Inilah alasan kami memutuskan keluar dari buku-buku ini. 27


Bukan hanya tidak dibaca, diambil dan dibersihkan pun tidak! Untuk apa orang punya buku tanpa ada niat membaca atau pun merawatnya?” 28


Setelah mendengar ucapan raksasa tersebut, Luh Ayu Manik Mas menjawab, ”Yang engkau katakan benar adanya, dan sekarang aku minta pertolonganmu agar kembali masuk ke dalam buku. Jangan mengacau di sini. Jika semua buku hancur, tidak ada yang bisa membacanya!” Lalu Luh Ayu Manik Mas meringkus dan mengikat mereka untuk masuk kembali ke dalam buku, sebelum ia berubah kembali ke wujud normalnya. 29


30


Setelah semua raksasa hilang, barulah dengan pelan teman-temannya berani ke luar dari balik gorden. Kebingungan mereka melihat ke sekeliling. Made lalu bertanya, ”Di mana ular yang tadi di sini..., dan macan itu…, juga babi hutan tadi?” Luh Ayu Manik menjawab, ”Mereka semua sudang hilang! Lupakan mereka. Kalian sudah mendengar hal yang mereka inginkan dari kita.” 31


32


Luh Ayu Manik, Ayu Kinandari, Wayan dan Made lalu mulai merapikan buku yang berserakan. Mereka merapikannya hingga malam tiba. Setelah selesai, Luh Ayu Manik menyampaikan sebuah usulan. Mereka bisa menyumbangkan bukubuku yang tidak terbaca tersebut ke Pasar Anyar dan membuat perpustakaan keliling menggunakan sepeda. Ia ingin lebih banyak anak-anak mendapat kesempatan membaca. 33


Ia dan teman-temannya juga akan lebih punya kesempatan untuk membaca dengan cara ini. Para raksasa juga akan senang. Luh Ayu Manik merasa bangga karena ia bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk menolong orang lain. Sebuah perpustakaan keliling akan dapat mengubah dunia melalui pengetahuan. 34


35


Modeled after traditional Indonesian shadow puppet storytellers and co-developed with the community and a team of local artists, our digital schoolgirl/superhero will have conversations with children, environmental experts, elders and others around environmental and social issues. Luh Ayu Manik – an 8t h grade schoolgirl from Bali who incarnates into Luh Ayu Manik Mas – is a courageous, agile, fast and strong 36


Indonesian superhero who uses her powers to help sustain the natural and cultural environment of Indonesia. This book was made in partnership with BASAbali. BASAbali is a collaboration of linguists, anthropologists, students, and laypeople, from within and outside of Bali, who are collaborating to keep Balinese strong and sustainable. For more info, visit www.basabali.org 37


Brought to you by Let’s Read is an initiative of The Asia Foundation’s Books for Asia program that fosters young readers in Asia and the Pacific. booksforasia.org To read more books like this and get further information about this book, visit letsreadasia.org Original Story Luh Ayu Manik Mas, Ngay Perpustakaan Keliling (Luh Ayu Manik Mas, Making a Mobile Library), Author: BASAbali, Ni Madé Ari Dwijayanthi. Illustrator: Gus Dark. Released under CC BY-NC 4.0. This work is a modified version of the original story. © The Asia Foundation, 2019. Some rights reserved. Released under CC BY-NC 4.0. For full terms of use and attribution, http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ Contributing translators: Nasema Zeerak


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.