MAKALAH PERSEPSI DAN KEPRIBADIAN (2) Flipbook PDF

MAKALAH PERSEPSI DAN KEPRIBADIAN (2)

62 downloads 100 Views 330KB Size

Story Transcript

PERSEPSI DAN KEPRIBADIAN

Disusun oleh: Muhammad Alvan Rashad 2134021317

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA (UNKRIS) 2023

1.

Pendahuluan Pelaku individu (Individual Behaviour) dijelaskan oleh Nelson & Quick,

dipengaruhi oleh dua unsur yaitu unsur yang datang dari lingkungannya maupun unsur yang datang dari dirinya sendiri, unsur lingkungan diantaranya berupa: organisasi (organization), kelompok kerja (work group) dan jenis pekerjaan (job), serta latar belakang kehidupan pribadinya (personal life). Sedangkan unsur yang datang dari dirinya sendiri, berupa; keahlian dan kemampuan (skill & abilities), kepribadian (personality), persepsi (perception), pengantributan diri (attribution), sikap (attitude), nilai (value) dan etika (ethics). Seseorang individu mungkin saja pada saat memandang satu benda akan mempersepsikannya secara berbeda dengan individu lainnya, karena sejumlah faktor akan membentuk dan mempengaruhi persepsi seseorang. Cara pandang pada suatu objek dan menaksirkannya objek tersebut, sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku individu tersebut. Muncul pertanyaan, mengapa persepsi itu penting dalam studi Perilaku organisasi? Hal ini dikarenakan semata-mata perilaku orang-orang didasarkan pada persepsinya mengenai apa yang menjadi realitas dari objek atau situasi yang diamati, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dalam menasirkan suatu objek, akan dipengaruhi juga oleh pengaruh lingkungan berupa stimulus, sehingga persepsi merupakan proses seleksi stimulus dari lingkungannya dan mengorganisasi serta menafsirkannya sesuai konteks yang dihadapi. Pada kenyataannya setiap saat orang dihadapkan pada sejumlah besar objek dan peristiwa. Banyaknya stimulus yang dihadapi dalam waktu yang sama memaksa seseorang untuk melakukan seleksi sebab tidak mungkin baginya menangkap seluruh stimulus itu secara simultan. Perbedaan pilihan tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam menghadapi objek yang sama. Persepsi pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan kesan indera mereka agar meberikan makna bagi lingkungan mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi ini adalah faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: Sikap, Motif, Kepentingan, Pengalaman, dan Pengharapan atau ekspektasi. Faktor situasional seperti: Waktu,

1

Keadaan/tempat kerja, Keadaan sosial dan faktor dalam target seperti: Hal hal yang baru, gerakan, bunyi suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan. Kepribadian

merepresentasikan

keseluruhan

profil

atau

kombinasi

krakteristik serta menangkap keunikan secara alami dari seseorang, sebagai reaksi dari interaksi dengan orang lain, terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: a.

Bawaan,

b.

Keluarga,

c.

Kebudayaan, dan

d.

Kelas sosial serta keanggotaanya dengan kelompok yang lain.

Kepribadian mengacu pada 5 dimensi, terdiri dari: Conscientiousness (Konsensus/mendengarkan kata hati), Emotional stability (Kemantapan emosi), Open to experience (keterbukaan terhadap pengalaman), Agreeableness (Mampu bersepakat),

Extroversion

(ekstroversi).

Kinichi

and

Kreitner

(2003)

mendefinisikannya; Personality is defined as the combination of stable physical and mental characteristics that give the individual his or her identity. Pengertian ini menjelaskan bahwa Personality/Kepribadian merupakan kombinasi antara karakteristik mental dengan stabilitas phisik yang memberi identitas pada individu. Personality merupakan sifat natural atau alami yang dimiliki oleh masing-masing individu untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi antara orang-orang dalam kelompok juga akan menimbulkan persepsi, sehingga terjadinya persepsi seseorang terhadap orang lain disebut sebagai persepsi sosial. Dimana salah satu elemennya disebut Atribusi. Atribusi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-akibat dari perilaku orang lain. Persepsi dan kepribadian (personality) akan membangun perilaku individu dalam organisasi.

2.

Pengertian Persepsi dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi a.

Pengertian Persepsi Stephen P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi “A process by

which individuals organize and interpret their sensory impressions in order

2

to give meaning to their environment” Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Kinichi dan Kreitner (2003 : 67) pengertian persepsi sebagai berikut “Perception is a cognitive process that enables us to interpret and understand our surroundings”. Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap siruasi. Seperti pendapat David Krech dalam Thoha (1992) sebagai berikut: “The Cognitive map of the individual is not, then a photographic, representation of the physical world, it is rather, a partial, personal construction in which certain objects, selected out by the individual manner. Every perceiver is, as it were, to some degrees a non-representational artist, painting a picture of the world that expresses his individual view of reality”. Krech menekankan bahwa persepsi berkaitan dengan peta kognitif individu bukanlah penyajian fotografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempuma mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaan-kebiasaannya. Intinya persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Selanjutnya Mc Shane dan Von Glinow (2000: 166) berpendapat bahwa Perception is the process of receiving information about and making sense of our environment. This includes deciding which information to notice as well as how to categorize and interpret it. Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan pemahaman tentang lingkungan, termasuk penetapan informasi unruk membentuk pengkategorian dan penafsirannya. Intinya persepsi

3

berkaitan

dengan

bagaimana

seseorang

menerima

informasi

dan

menyesuaikan dengan lingkungannya, ini berarti adannya interpretasi dalam memahami informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan yang menerimanya atau adanya seleksi terhadap berbagai rangsangan yang ditangkap oleh panca indra. Hal ini nantinya akan mempengaruhi perilaku masing-masing individu yang menerima informasi tersebut. Hal senada diutarakan oleh Schermerhorn, Hunt. Osborn (2005 : 100) Perception the process by which people select, organize, interpret, retrieve and respond to information from the world around them. Persepsi adalah proses dimana orang-orang memilih, mengorganisir, menginterpretasikan, mendapat kembali dan merespon terhadap inlormasi dari dunia di sekitarnya. Dengan kata lain persepsi berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat menginterpretasikan dan merespon informasi yang berasal dari luar. Empat karakteristik ini mempunyai peranan yang besar bagi seseorang dalam melihat orang lain pada situasi lingkungan tertentu. Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa dilepaskan dari empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa seseorang ketika melilhat orang lain ukuranya selalu dipulangkan pada diri sendiri

b.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi. Robins (2005) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

menafsirkan kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi, ada tiga faktor, yaitu: 1)

Faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti; sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan (ekspektasi).

2)

Faktor Situasional seperti: Waktu, keadaaan/tempat keja, keadaan sosial

3)

Faktor dalam target seperti; Hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.

4

3.

Teori ambisi Dalam bukunya mengenai ambisi Osho (2010) mengatakan bahwa

lingkungan dan sosial menginginkan kita untuk menjadi ambisius dan ambisi itu tercipta karena adanya tujuan atau target tertentu di masa yang akan datang. Untuk ambisi maka masa depan dibutuhkan. Tanpa ambisi maka ego tidak dapat diciptakan. Perencanaan masa datang dibangun dan diciptakan sebagai landasan dan hasil akhir dari suatu ambisi. Ambisi juga tercipta karena ada ego di dalam yang membentuk suatu keinginan, sehingga ambisi tersebut mempunyai tempatnya berakhir Sedangkan menurut Bridge (2016) bahwa untuk menyusun sebuah ambisi harus mempunyai enam hal yang penting yaitu: a.

Harus mempunyai ambisi yang besar. Ambisi belumlah cukup besar

jika belum ada orang-orang yang menertawakan ambisi tersebut. Semakin besar ambisi maka akan semakin banyak usaha yang diperlukan untuk mencapainya. Pastikan ambisi tersebut cukup besar sehingga sehingga kita mendapatkan perhatian yang lebih pada ambisi tersebut. Untuk menggapai tujuan dari ambisi tersebut diperlukan kefokusan dan energi yang besar untuk mendekati tujuan tersebut. b.

Ambisi tersebut haruslah dapat terukur. Suatu tujuan yang terukur akan

dapat dicapai dengan perasaan yang lebih melegakan. Sebab dengan tujuan yang terukur, kita akan lebih mudah untuk melihat sampai sejauh mana melangkah. c.

Ambisi yang bagus bisa merupakan ambisi yang sifatnya personal atau

pribadi. d.

Ambisi tersebut haruslah dapat dicapai. Salah satu alasan mengapa

orang-orang tidak dapat mencapai ambisinya yaitu karena ambisi tersebut tidaklah realistis. Kesalahan yang biasanya dilakukan yaitu menaruh ambisi melebihi kemampuan yang dimiliki. e.

Ambisi tersebut haruslah membuat perubahan. Tujuan akhir yang baik

yaitu tujuan yang nantinya akan membuat suatu perubahan tertentu.

5

Menggunakan berbagai usaha dan tenaga serta mendorongnya mencapai luar batas kemampuan. f.

4.

Ambisi tersebut haruslah sesuatu yang benar-benar kita inginkan

Menilai orang lain. Penilaian adalah penggunaan dari hak pilihan kita dan sangat memerlukan

kehati-hatian, terutama ketika kita memberikan penilaian mengenai orang lain. Semua penilaian kita harus didasarkan pada standar-standar yang benar. Kadangkadang orang merasa bahwa adalah keliru untuk menilai orang lain dalam cara apa pun. Sementara adalah benar bahwa hendaknya kita tidak mengutuk atau menghakimi orang lain secara tidak adil, kita mungkin perlu membuat penilaian terhadap gagasan, situasi, dan orang-orang sepanjang kehidupan kita. Menghargai diri sendiri dan orang lain, tidak lepas dari kehidupan kita di dunia ini, dimanamana kita menemukan makna menghargai. Menghargai teman bermain, menghargai guru-guru di sekolah, menghargai orang lain walaupun tidak di kenal, yang paling utama adalah menghargai orang tua. Kita harus belajar saling menghargai satu sama lain, memberikan nilai baik pada karya-karya orang lain, bagaimana perkataan atau sikap kita terhadap orang lain, tidak dapat diulang kembali. Kita sering mendengar istilah lebih baik diam dari pada sibuk menilai orang lain tanpa mau bercermin, ada peribahasa yang menyebutkan “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak”, Maksud dari peribahasa itu adalah menggambarkan mengenai sifat manusia yang lebih mudah menilai orang lain dari pada menilai diri sendiri. Kita memang begitu, kita selalu merasa paling mengerti tentang orang lain, kita sangat mudah menghakimi orang lain, padahal, kita sama sekali tidak bisa membaca pikirannya dan mengukur kedalaman hatinya. Karena kita bukan dia. Karena kita tidak berada di posisi tersebut. Kabar buruknya, manusia itu lebih mudah dalam melihat hal-hal yang buruk dari orang lain dari pada kebaikannya. Diakui atau tidak, itulah fakta yang ada. Kita memang lebih mudah melihat kesalahan orang lain dari pada kebaikan yang telah mereka lakukan. Jika orang lain melakukan kesalahan sedikit saja, kita akan dengan

6

mudah menilai mereka dan menghakimi mereka dengan cara dan pola pikir kita sendiri. Kita akan lupa mengenai semua kebaikannya. Padahal, wajar saja melakukan kesalahan karena manusia memang tidak ada yang sempurna. Hal itu lah yang menyebabkan banyak orang yang merasa paling benar. Banyak orang yang merasa paling memahami dunia dan seisinya, tanpa mau memahami dirinya sendiri. Banyak orang yang sibuk menilai dan menunjuk kesalahan orang lain tanpa bisa berintrospeksi terhadap diri sendiri. Padahal, introspeksi diri itu sangat penting untuk mengetahui posisi dan kedudukan kita sebagai manusia. Apakah kita sudah menjalani hidup ini dengan maksimal, atau justru banyak orang yang tidak nyaman dengan kelakuan kita sehari-hari. Maka, lebih baik diam daripada sibuk menilai orang lain tanpa mau bercermin. Lebih baik diam dan bercermin dari pada sibuk menghakimi orang lain tanpa mau mencoba mencari kesalahan pada diri sendiri. Toh kita juga punya kehidupan dan waktu yang sangat berharga untuk kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Daripada menghabiskan waktu untuk berbuat dosa, lebih baik kita mengalihkan perhatian kita pada hal-hal yang jauh lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Yang perlu kita pahami adalah konsep saling melengkapi. Bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna. Orang yang dinilai, maupun orang yang menilai juga pastilah bukan manusia yang sempurna. Maka, yang perlu kita lakukan sebenarnya bukan saling menilai, menunjuk, dan memaki. Apalagi saling mencari kesalahan satu sama lain. Yang perlu kita lakukan adalah saling melengkapi kekurangan masing-masing. Jika ada seseorang yang melakukan kesalahan, tegur mereka dengan cara-cara yang baik. Lalu, carikan juga solusi untuk mereka bisa memperbaiki diri. Jika kita merasa bahwa orang lain tidak nyaman dengan kehadiran kita, tanyakan pada mereka dengan sikap terbuka mengenai masalah apa yang telah kita timbulkan. Lalu, mintalah nasihat dari mereka mengenai kesalahan kita itu. Dengan demikian, dunia akan menjadi tempat yang lebih nyaman. Oleh karena itu jangan terlalu cepat menilai orang lain, Na paresam vilomani, Na paresam katakatam. Attano va avekkheyya, Katani akatani ca. mengatakan janganlah memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, atau hal yang sudah atau belum dikerjakan oleh orang lain; Sebaiknya seseorang memperhatikan hal-hal

7

yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh dirinya sendiri. (Dhammapada, Syair 50) Memberikan penilaian kepada orang lain itu lebih mudah daripada menilai diri sendiri. Segala hal dinilai baik secara fisik, penampilan, karakter, sikap, dan lain sebagainya. Bahkan dengan orang yang baru saja ketemu, sudah berani menilai orang tersebut. Padahal ia belum tahu sepenuhnya terkait sifat, karakter, dan kedalaman hatinya. Hal ini seakan bahwa peribahasa semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak adalah benar adanya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang cenderung untuk menilai orang lain hanya melihat keburukannya, bukan dari kebaikannya. Kondisi ini menjadi hal yang dianggap biasa dan lumrah terjadi di masyarakat, yang dalam bahasa pergaulan disebut juga membuat gosip. Memang hal yang membuat orang semakin hangat dalam pembicaraan adalah jika membahas kesalahan orang lain daripada kebaikannya. Bahkan sebaik apapun orang lain, begitu orang tersebut membuat kesalahan, maka seolah kebaikan yang pernah dilakukan hilang dan tidak berbekas sedikitpun. Acap kali orang tertutup mata dan tutup telinga terhadap kebaikan orang lain setelah orang tersebut melakukan kesalahan walaupun kecil. Intropeksi terhadap diri sendiri adalah cara terbaik agar tidak mudah menilai orang lain. Kalaupun harus menilai orang lain, jauh lebih elok jika menilai kebaikannya karena sesungguhnya tidaklah mudah untuk mengerti dan memahami dengan benar tentang sifat, karakter, dan watak seseorang. Guru Agung Buddha menjelaskan dalam kitab Angutara Nikaya tentang 4 (empat) cara agar dalam mengenal karakter seseorang yaitu: dengan tinggal bersama, berurusan dengan seseorang, saat ditimpa bencana, dan bercakap-cakap. Kesediaan untuk saling memahami, saling mengerti, dan saling melengkapi atas kekurangan orang lain juga akan menjauhkan diri untuk tidak mudah menilai orang lain karena pada hakikatnya manusia adalah tidak sempurna. Atas ketidaksempurnaan tersebut tidak sepatutnya untuk saling menilai, menunjuk, dan saling menghakimi. Kebiasaan menilai orang lain akan berujung pada kebiasaan

8

saling mencari kesalahan orang lain hingga pada akhirnya dapat menimbulkan konflik.

5.

Kesimpulan Pelaku individu (Individual Behaviour) dipengaruhi oleh dua unsur yaitu

unsur yang datang dari lingkungannya maupun unsur yang datang dari dirinya sendiri, unsur lingkungan diantaranya berupa: organisast (organization), kelompok kerja (work group) dan jenis pekerjaan (job), serta latar belakang kehidupan pribadinya (personal life). Sedangkan unsur yang datang dari dirinya sendiri, berupa; keahlian dan kemampuan (skill & abilities), kepribadian (personality), persepsi (perception), pengantributan diri (attribution), sikap (attitude), nilai (value) dan etika (ethics). Seseorang individu mungkin saja pada saat memandang satu benda akan mempersepsikannya secara berbeda dengan individu lainnya, karena sejumlah faktor akan membentuk dan mempengaruhi persepsi seseorang. Cara pandang pada suatu objek dan menaksirkannya objek tersebut, sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku individu tersebut. Muncul pertanyaan, mengapa persepsi itu penting dalam studi Perilaku organisasi? Hal ini dikarenakan semata-mata perilaku orang-orang didasarkan pada persepsinya mengenai apa yang menjadi realitas dari objek atau situasi yang diamati, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dalam menasirkan suatu objek, akan dipengaruhi juga oleh pengaruh lingkungan berupa stimulus, sehingga persepsi merupakan proses seleksi stimulus dari lingkungannya dan mengorganisasi serta menafsirkannya sesuai konteks yang dihadapi. Pada kenyataannya setiap saat orang dihadapkan pada sejumlah besar objek dan peristiwa. Banyaknya stimulus yang dihadapi dalam waktu yang sama memaksa seseorang untuk melakukan seleksi sebab tidak mungkin baginya menangkap seluruh stimulus itu secara simultan. Perbedaan pilihan tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam menghadapi objek yang sama. Persepsi pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan kesan indera mereka agar meberikan

9

makna bagi lingkungan mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi ini adalah faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: Sikap, Motif, Kepentingan, Pengalaman, dan Pengharapan atau ekspektasi. Faktor situasional seperti: Waktu, Keadaan/tempat kerja, Keadaan social dan faktor dalam target seperti: Hal hal yang baru, gerakan, bunyi suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan. Kepribadian

merepresentasikan

keseluruhan

profil

atau

kombinasi

krakteristik serta menangkap keunikan secara alami dari seseorang , sebagai reaksi dari interaksi dengan orang lain, terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: a.

Bawaan

b.

Keluarga

c.

Kebudayaan dan

d.

Kelas social serta keanggotaanya dengan kelompok yang lain

Kepribadian mengacu pada 5 dimensi, terdiri dari: Conscientiousness (Konsensus/mendengarkan kata hati), Emotional stability (Kemantapan emosi), Open to experience (keterbukaan terhadap pengalaman), Agreeableness (Mampu bersepakat),

Extroversion

(ekstrovensi).

Kinichi

and

Kreitner

(2003)

mendefinisikannya; Personality is defined as the combination of stable physical and mental characteristics that give the individual his or her identity. Pengertian ini menjelaskan bahwa Personality/Kepribadian merupakan kombinasi antara karakteristik mental dengan stabilitas phisik yang memberi identitas pada individu. Personality merupakan sifat natural atau alami yang dimiliki oleh masing-masing individu untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi antara orang-orang dalam kelompok juga akan menimbulkan persepsi, sehingga terjadinya persepsi seseorang terhadap orang lain disebut sebagai persepsi sosial. Dimana salah satu elemennya disebut Atribusi. Atribusi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-akibat dari perilaku orang lain. Persepsi dan kepribadian (personality) akan membangun perilaku individu dalam organisasi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Maropen

simbilon,

Persepsi

dan

Kepribadian;

https://core.ac.uk/download/pdf/229966898.pdf Teori Ambisi; https://kc.umn.ac.id/17778/4/BAB_II.pdf Makalah_Mengenal_Menerima_Dan_Menghargai_Diri_Sendiri_dan_Orang_Lain https://www.academia.edu/9083057/ Menilai Orang Lain; http://eprints.ums.ac.id/15415/2/BAB_I. menilai orang lain; https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/true-to-thefaith/judging-others?lang=ind Retno Sri Astuti, Kamis, 07 Juli 2022/Psikologi sosial , Kepribadian Seseorang Terlihat Saat Menilai Orang Lain ; https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknlsidoarjo/baca-artikel/15212/Psikologi-sosial-Kepribadian-SeseorangTerlihat-Saat-Menilai-Orang-Lain.html/ Kementerian agama RI, Rabu, 24 Maret 2021 · 07:50 WIB, Jangan Terlalu Cepat Menilai Orang Lain/ https://kemenag.go.id/buddha/jangan-terlalu-cepatmenilai-orang-lain-zapuj6

11

PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pertanyaan. 1.

Jelaskan pengertian tentang Persepsi dan Faktor yang mempengaruhi persepsi!

2.

Kita sering mendengar istilah lebih baik diam dari pada sibuk menilai orang lain tanpa mau bercermin. Jelaskan yang dimaksud dari istilah tersebut!

3.

Mengapa persepsi itu penting dalam studi Perilaku organisasi? Jelaskan!

4.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian seseorang? Sebutkan!

5.

Sebutkan 6 (enam) hal yang penting dalam menyusun sebuah ambisi!

Jawaban. 1.

Pengertian Persepsi dan Faktor yang mempengaruhi persepsi a.

Pengertian Persepsi Stephen P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi “A process by

which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their environment” Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Kinichi dan Kreitner (2003 : 67) pengertian persepsi sebagai berikut “Perception is a cognitive process that enables us to interpret and understand our surroundings”. Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap siruasi. Seperti pendapat David Krech dalam Thoha (1992) sebagai berikut:

12

“The Cognitive map of the individual is not, then a photographic, representation of the physical world, it is rather, a partial, personal construction in which certain objects, selected out by the individual manner. Every perceiver is, as it were, to some degrees a non-representational artist, painting a picture of the world that expresses his individual view of reality”. Krech menekankan bahwa persepsi berkaitan dengan peta kognitif individu bukanlah penyajian fotografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempuma mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaan-kebiasaannya. Intinya persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Selanjutnya Mc Shane dan Von Glinow (2000: 166) berpendapat bahwa Perception is the process of receiving information about and making sense of our environment. This includes deciding which information to notice as well as how to categorize and interpret it. Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan pemahaman tentang lingkungan, termasuk penetapan informasi unruk membentuk pengkategorian dan penafsirannya. Intinya persepsi berkaitan

dengan

bagaimana

seseorang

menerima

informasi

dan

menyesuaikan dengan lingkungannya, ini berarti adannya interpretasi dalam memahami informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan yang menerimanya atau adanya seleksi terhadap berbagai rangsangan yang ditangkap oleh panca indra. Hal ini nantinya akan mempengaruhi perilaku masing-masing individu yang menerima informasi tersebut. Hal senada diutarakan oleh Schermerhorn, Hunt. Osborn (2005 : 100) Perception the process by which people select, organize, interpret, retrieve and respond to information from the world around them. Persepsi adalah proses dimana orang-orang memilih, mengorganisir, menginterpretasikan, mendapat kembali dan merespon terhadap inlormasi dari dunia di sekitarnya. Dengan kata lain persepsi berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat menginterpretasikan dan merespon informasi yang berasal dari luar.

13

Empat karakteristik ini mempunyai peranan yang besar bagi seseorang dalam melihat orang lain pada situasi lingkungan tertentu. Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa dilepaskan dari empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa seseorang ketika melilhat orang lain ukuranya selalu dipulangkan pada diri sendiri

b.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi. Robins (2005) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

menafsirkan kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi, ada tiga faktor, yaitu: 1)

Faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti; sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan (ekspektasi).

2)

Faktor Situasional seperti: Waktu, keadaaan/tempat keja, keadaan sosial

3)

Faktor dalam target seperti; Hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.

2.

Ada peribahasa yang menyebutkan “Semut di seberang lautan nampak, gajah

di pelupuk mata tidak nampak”, Maksud dari peribahasa itu adalah menggambarkan mengenai sifat manusia yang lebih mudah menilai orang lain dari pada menilai diri sendiri. Kita memang begitu, kita selalu merasa paling mengerti tentang orang lain, kita sangat mudah menghakimi orang lain, padahal, kita sama sekali tidak bisa membaca pikirannya dan mengukur kedalaman hatinya. Karena kita bukan dia. Karena kita tidak berada di posisi tersebut. Kabar buruknya, manusia itu lebih mudah dalam melihat hal-hal yang buruk dari orang lain dari pada kebaikannya. Diakui atau tidak, itulah fakta yang ada. Kita memang lebih mudah melihat kesalahan orang lain dari pada kebaikan yang telah mereka lakukan. Jika orang lain melakukan kesalahan sedikit saja, kita akan dengan mudah menilai mereka dan menghakimi mereka dengan cara dan pola pikir kita sendiri. Kita akan lupa mengenai semua kebaikannya. Padahal, wajar saja melakukan kesalahan karena manusia memang tidak ada yang sempurna.

14

Hal itu lah yang menyebabkan banyak orang yang merasa paling benar. Banyak orang yang merasa paling memahami dunia dan seisinya, tanpa mau memahami dirinya sendiri. Banyak orang yang sibuk menilai dan menunjuk kesalahan orang lain tanpa bisa berintrospeksi terhadap diri sendiri. Padahal, introspeksi diri itu sangat penting untuk mengetahui posisi dan kedudukan kita sebagai manusia. Apakah kita sudah menjalani hidup ini dengan maksimal, atau justru banyak orang yang tidak nyaman dengan kelakuan kita sehari-hari. Maka, lebih baik diam daripada sibuk menilai orang lain tanpa mau bercermin. Lebih baik diam dan bercermin dari pada sibuk menghakimi orang lain tanpa mau mencoba mencari kesalahan pada diri sendiri. Toh kita juga punya kehidupan dan waktu yang sangat berharga untuk kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Daripada menghabiskan waktu untuk berbuat dosa, lebih baik kita mengalihkan perhatian kita pada hal-hal yang jauh lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Yang perlu kita pahami adalah konsep saling melengkapi. Bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna. Orang yang dinilai, maupun orang yang menilai juga pastilah bukan manusia yang sempurna. Maka, yang perlu kita lakukan sebenarnya bukan saling menilai, menunjuk, dan memaki. Apalagi saling mencari kesalahan satu sama lain. Yang perlu kita lakukan adalah saling melengkapi kekurangan masing-masing. Jika ada seseorang yang melakukan kesalahan, tegur mereka dengan cara-cara yang baik. Lalu, carikan juga solusi untuk mereka bisa memperbaiki diri. Jika kita merasa bahwa orang lain tidak nyaman dengan kehadiran kita, tanyakan pada mereka dengan sikap terbuka mengenai masalah apa yang telah kita timbulkan. Lalu, mintalah nasihat dari mereka mengenai kesalahan kita itu. Dengan demikian, dunia akan menjadi tempat yang lebih nyaman.

3.

Persepsi itu penting dalam studi Perilaku organisasi dikarenakan semata-mata

perilaku orang-orang didasarkan pada persepsinya mengenai apa yang menjadi realitas dari objek atau situasi yang diamati, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dalam menasirkan suatu objek, akan dipengaruhi juga oleh pengaruh lingkungan berupa stimulus, sehingga persepsi merupakan proses seleksi stimulus dari lingkungannya dan mengorganisasi serta menafsirkannya sesuai konteks yang

15

dihadapi. Pada kenyataannya setiap saat orang dihadapkan pada sejumlah besar objek dan peristiwa. Banyaknya stimulus yang dihadapi dalam waktu yang sama memaksa seseorang untuk melakukan seleksi sebab tidak mungkin baginya menangkap seluruh stimulus itu secara simultan. Perbedaan pilihan tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam menghadapi objek yang sama. Persepsi pada dasarnya sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan kesan indera mereka agar meberikan makna bagi lingkungan mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi ini adalah faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: Sikap, Motif, Kepentingan, Pengalaman, dan Pengharapan atau ekspektasi. Faktor situasional seperti: Waktu, Keadaan/tempat kerja, Keadaan social dan faktor dalam target seperti: Hal hal yang baru, gerakan, bunyi suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.

4.

Kepribadian merepresentasikan keseluruhan profil atau kombinasi

krakteristik serta menangkap keunikan secara alami dari seseorang, sebagai reaksi dari interaksi dengan orang lain, terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: a.

Bawaan,

b.

Keluarga,

c.

Kebudayaan, dan

d.

Kelas sosial serta keanggotaanya dengan kelompok yang lain.

Kepribadian mengacu pada 5 dimensi, terdiri dari: Conscientiousness (Konsensus/mendengarkan kata hati), Emotional stability (Kemantapan emosi), Open to experience (keterbukaan terhadap pengalaman), Agreeableness (Mampu bersepakat),

Extroversion

(ekstroversi).

Kinichi

and

Kreitner

(2003)

mendefinisikannya; Personality is defined as the combination of stable physical and mental characteristics that give the individual his or her identity. Pengertian ini menjelaskan bahwa Personality/Kepribadian merupakan kombinasi antara karakteristik mental dengan stabilitas phisik yang memberi identitas pada individu.

16

Personalify merupakan sifat natural atau alami yang dimiliki oleh masing-masing individu untuk melakukan interaksi dengan orang lain.

5.

Menurut Bridge (2016) bahwa untuk menyusun sebuah ambisi harus

mempunyai enam hal yang penting yaitu: a.

Harus mempunyai ambisi yang besar. Ambisi belumlah cukup besar

jika belum ada orang-orang yang menertawakan ambisi tersebut. Semakin besar ambisi maka akan semakin banyak usaha yang diperlukan untuk mencapainya. Pastikan ambisi tersebut cukup besar sehingga sehingga kita mendapatkan perhatian yang lebih pada ambisi tersebut. Untuk menggapai tujuan dari ambisi tersebut diperlukan kefokusan dan energi yang besar untuk mendekati tujuan tersebut. b.

Ambisi tersebut haruslah dapat terukur. Suatu tujuan yang terukur akan

dapat dicapai dengan perasaan yang lebih melegakan. Sebab dengan tujuan yang terukur, kita akan lebih mudah untuk melihat sampai sejauh mana melangkah. c.

Ambisi yang bagus bisa merupakan ambisi yang sifatnya personal atau

pribadi. d.

Ambisi tersebut haruslah dapat dicapai. Salah satu alasan mengapa

orang-orang tidak dapat mencapai ambisinya yaitu karena ambisi tersebut tidaklah realistis. Kesalahan yang biasanya dilakukan yaitu menaruh ambisi melebihi kemampuan yang dimiliki. e.

Ambisi tersebut haruslah membuat perubahan. Tujuan akhir yang baik

yaitu tujuan yang nantinya akan membuat suatu perubahan tertentu. Menggunakan berbagai usaha dan tenaga serta mendorongnya mencapai luar batas kemampuan. f.

Ambisi tersebut haruslah sesuatu yang benar-benar kita inginkan

17

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.