Story Transcript
Budaya Positif Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral.
Materi Pemahaman 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi Keyakinan Kelas Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas Restitusi: 5 Posisi Kontrol Restitusi: Segitiga Restitusi
Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Perubahan Paradigma Teori Kontrol/Teori Pilihan (Ilusi Kontrol) ● Ilusi guru mengontrol murid. ● Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. ● Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat ● Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Disiplin Positif Teori Kontrol/Teori Pilihan (Dr. William Glasser) -
Anda tidak bisa mengontrol orang lain, hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Semua perilaku memiliki tujuan.
Teori Motivasi
Makna Disiplin
Belajar kontrol diri dengan menggali potensi kita, agar tercapai tujuan mulia, yaitu sesuatu menjadi seseorang yang kita inginkan berdasarkan nilai-nilai yang kita hargai.
1. Untuk menghindari hukuman Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Intrinsik
-
Model Berpikir Menang-menang, Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru.
5 Posisi Kontrol 1. Penghukum 2. Pembuat Rasa Bersalah
2. Untuk mendapatkan imbalan
3. Teman 4. Pemantau
3. Untuk menghargai diri sendiri
5. Manajer
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Segitiga Restitusi 1. Menstabilkan Identitas 2. Validasi Kebutuhan
Keyakinan Kelas
3. Menanyakan Keyakinan
Realitas (kebutuhan) kita berbeda. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia. Setiap orang memiliki gambaran berbeda.
5 Kebutuhan Dasar Manusia Bertahan Hidup Penguasaan Kasih sayang dan Rasa Diterima Kesenangan Kebebasan
Apakah makna ‘Disiplin’? • Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar. • Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. • Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, a p a yang dia hargai. • Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan a p a yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan mulia.
Nilai-Nilai Kebajikan Universal Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. ●
Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William Glasser pada Teori Kontrol, 1984)
●
Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan. (Diane
Gossen, 1998) ●
Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
- Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. - Mandiri - Bernalar Kritis - Berkebinekaan Global - Bergotong royong
- Kreatif
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Teori Motivasi Perilaku Manusia 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman
Motivasi Eksternal
A p a yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?
2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi A p a yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?
3.
Motivasi Eksternal
Untuk menghargai diri sendiri
Motivasi Internal
Saya akan menjadi orang yang seperti a p a bila saya melakukannya?
(Tujuan Disiplin Positif)
Dihukum oleh Penghargaan Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’ dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk. Dorongannya eksternal dan akan a da faktor ketergantungan. Beberapa dampak dari pemberian penghargaan (Alfie Kohn, 1993).
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Penghargaan menghukum Penghargaan mengurangi ketepatan
Penghargaan tidak efektif Penghargaan merusak hubungan
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN Penghargaan menurunkan kualitas Penghargaan mematikan kreatifitas Penghargaan mengurangi motivasi intrinsik
Bentuk Program Kebajikan (Apresiasi) Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu diingat beberapa hal: ● Beri pengakuan secara khusus. ● Beri pengakuan secara pribadi. ● Beri pengakuan kepada semua murid (bergantian). ● Beri pengakuan secara konsisten. ● Fokus pada proses.
Contoh Pengakuan/Apresiasi Kebajikan Pembuka
Nilai Kebajikan
Situasi
Kemarin saya perhatikan
rasa empatimu besar sekali
pada saat menolong murid baru di kelas kita.
Saya menghargai
kepedulianmu
pada saat kamu membantu teman-temanmu di tugas kelompok.
Terima kasih untuk
rasa tanggung jawabmu
pada saat kamu memungut kertas-kertas yang berserakan di lantai.
Tugas Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
TINDAKAN GURU Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah. Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah.
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar. Murid disuruh untuk mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak mengenakan sepatu hitam. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran PJOK.
HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI
TINDAKAN GURU Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah.
HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI
Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.
Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah.
Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.
Konsekuensi
Konsekuensi
Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak mengenakan sepatu hitam.
Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran PJOK.
Konsekuensi
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi Hukuman
Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi
Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka waktu lama
Membuat anak merasa tidak nyaman dalam jangka waktu pendek
Anak membenci kedisiplinan
Anak menghargai disiplin
Paksaan
Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri
Mendorong anak agar mudah menyesuaikan diri
Konsep diri yang buruk
Konsep diri yang baik
Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahan
Anak belajar untuk mematuhi peraturan
Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak dihargai
Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan untuk sementara (time out)
Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur
Apa itu ‘Restitusi’? Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 Ciri-ciri Restitusi 1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. 2. Memperbaiki hubungan. 3. Tawaran, bukan paksaan. 4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri. 5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. 6. Restitusi-diri adalah cara yang paling baik. 7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. 8. Restitusi fokus pada solusi. 9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
Keyakinan Kelas
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas? ● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua? ● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter? ● Mengapa kita memiliki peraturan harus dat ang tepat waktu p a d a saat mengikuti pelatihan? Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
Peraturan Selalu kembalikan buku ke tempatnya Dilarang Mengganggu Orang Lain Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai Dilarang Melakukan Kekerasan
Dilarang Menggunakan Narkoba Bergantian atau menunggu giliran
Gunakan masker Jangan berlari di kelas atau koridor
Keyakinan kelas
Peraturan Selalu kembalikan buku ke tempatnya Dilarang Mengganggu Orang Lain Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai Dilarang Melakukan Kekerasan Dilarang Menggunakan Narkoba
Bergantian atau menunggu giliran Gunakan masker Jangan berlari di kelas atau koridor
Keyakinan kelas Tanggung jawab
Menghormati Orang Lain Menghormati Orang Lain, Berkomitmen
Keselamatan, Menghormati Orang Lain. Kesehatan Menghormati orang lain, Bersabar Kesehatan, Keselamatan
Keselamatan, Keamanan
Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia Kasih Sayang dan Rasa Diterima
Penguasaan
Bertahan Hidup
Kesenangan
Kebebasan
5 Posisi Kontrol
5 POSISI KONTROL MOTIVASI:
IDENTITAS GAGAL (Kontrol dari Luar) Menghindari Hukuman
PENGHUKUM
PEMBUAT RASA BERSALAH
IDENTITAS BERHASIL/SUKSES (Kontrol dari Luar)
IDENTITAS BERHASIL/SUKSES (Kontrol Diri)
Mengharapkan Imbalan atau Ketergantungan pada Orang Lain
Menghargai Diri Sendiri
TEMAN
PEMANTAU
Guru Berbuat:
Menghardik Menunjuk-nunjuk Menyakiti Menyindir
Berceramah dan mengatakan, “Seharusnya…” “Ibu kecewa…”
Guru Berkata:
“Kalau kamu tidak melakukannya, awas ya! Rasakan!”
“Kamu seharusnya kamu sudah tahu. Ibu lelah sekali mengatakannya. Ibu stress…”
“Ayolah, lakukan demi Ibu…” “Masa kamu tidak mau, ingat tidak Ibu pernah bantu…”
“Apa peraturannya?”
“Apa yang kita yakini? Apa yang bisa kau kerjakan untuk memperbaiki masalah ini?”
Hasil:
Memberontak Menyalahkan orang lain Berbohong
Menyembunyikan Menyangkal Berbohong
Ketergantungan
Menyesuaikan diri, bila diawasi
Menguatkan pribadi
Murid meletakkan guru di dalam Dunia Berkualitas
Murid meletakkan guru di sebagai orang yang sangat penting di Dunia Berkualitas
Murid meletakkan guru peraturan dan hukum di dunia Berkualitas
Kaitan dengan Murid meletakkan guru di luar Dunia Berkualitas Dunia Berkualitas Murid Berkata:
“Ah, biarkan saja. Nanti juga marah-marah lagi.”
“Maafkan saya.”
Dampak pada Murid:
Mengulangi kesalahan
Merasa rendah diri
Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur untuk muridnya.
MANAJER
“Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” “Berapa halaman yang harus saya tulis?” Lemah, tidak mandiri, tergantung
Menitikberatkan pada sanksi atau hadiah untuk dirinya.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Murid meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam Dunia Berkualitas “Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki keadaan?”
Mengevaluasi diri, bagaimana cara memperbaiki diri?
Tugas Pernyataan-pernyataan
Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
Pembuat orang merasa bersalah
“Kamu tidak pernah benar melakukannya….”
Penghukum
“Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…”
Teman
“Apakah kamu mau mendapatkan stiker bintang hari ini?”
Pemantau
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah ini?”
Manajer
“Kamu selalu yang paling terakhir…”
Penghukum
Segitiga Restitusi
Untuk membuat anak yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi positif terhadap dirinya
Menstabilkan Identitas
Guru Berkata: Berbuat salah itu hal yang manusiawi Tidak a d a manusia yang sempurna Bapak/Ibu juga buat salah Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah. Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?
Membantu murid mengenali basic need/kebutuhan dasar yang ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu.
Validasi Kebutuhan
Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dasar, apakah itu penguasaan, kebebasan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, atau bertahan hidup….
Guru Berkata: • • • •
Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan? Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya. Apa yang penting bagi kamu? Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru. • Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul? • Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
dengan norma sosial dan nilai-nilai yang mendasari manusia berinteraksi dengan orang lain.
Menanyakan Keyakinan
Anak melihat kesalahannya dihubungkan
Guru Berkata: Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita? Nilai-nilai universal a p a yang telah kita sepakati? Kelas yang ideal itu seperti a p a sih? Kamu ingin jadi anak seperti apa?,.. Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti a p a ?
Terima Kasih