Musyarakah Flipbook PDF

30415

74 downloads 124 Views 558KB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

Akad Musyarakah

Daftar Isi Daftar Isi ............................................................................................... 2 A. Pengertian Syirkah ............................................................................ 4 B. Landasan Hukum Syirkah ................................................................... 6 1. Al-Quran ....................................................................................................... 6 2. As-Sunnah .................................................................................................... 8 3. Ijma’ ........................................................................................................... 12 C. Jenis-jenis Syirkah ........................................................................... 13 1. Syirkah al-Ibahah ....................................................................................... 13 2. Syirkah al-Milk ........................................................................................... 14 a. Syirkah Jabriyyah ....................................................................................................15 b. Syirkah Ikhtiyariyah ................................................................................................15

2

3. Syirkah al-‘Aqd ........................................................................................... 16 a. b. c. d. e.

Syirkah al-‘Inan .......................................................................................................19 Syirkah al-Abdan .....................................................................................................19 Syirkah al-Mudharabah ..........................................................................................20 Syirkah al-Wujuh ....................................................................................................21 Syirkah al-Mufawadhah ..........................................................................................21

D. Ketentuan Akad Syirkah .................................................................. 22 1. Rukun Syirkah ............................................................................................ 22 2. Modal Berupa Uang atau Harta Mitsliy .................................................... 25 3. Modal Kedua Mitra Harus Sejenis ............................................................. 26 4. Terjadi Percampuran Harta ....................................................................... 27 5. Diizinkan untuk Ber-tasharruf ................................................................... 28 6. Bagi Untung dan Rugi Berdasarkan Modal ............................................... 29 7. Berakhirnya Akad Syirkah .......................................................................... 30

3

A. Pengertian Syirkah Syirkah atau Musyarakah secara bahasa artinya percampuran (‫ )االختالط‬atau kemitraan (partnership). Adapun dalam pengertian fiqih, syirkah terbagi dua yaitu syirkah al-milk (‫ )شركة الملك‬dan syirkah al-‘aqd (‫)شركة العقد‬. syirkah al-milk adalah kepemilikan bersama atas suatu harta contohnya kepemilikan atas harta warisan di antara para ahli waris, semua ahli waris adalah pemilik dari harta warisan yang ditinggalkan almarhum meski dengan bagian kepemilikan yang berbeda. Adapun yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah syirkah yang kedua yaitu syirkah al-‘aqd (‫ )شركة العقد‬yang mana pengertiannya adalah:

1‫ح‬ ٌ ‫يٌ ِ ٌفٌ َاْلصلٌٌِ َو ِالرب‬ ٌَ ‫يٌال ُمتَشَ ا ِر ِك‬ ٌَ َ‫ِع َب َارةٌٌ َعنٌٌ َعقدٌٌب‬

ِ

1

Ibnu Abdin, Radd al-Muhtar, jilid 4, h. 299

4

Ungkapan tentang akad antara para mitra terhadap pokok dan keuntungan Syirkah al-‘aqd di sini adalah jenis akad di mana dua orang atau lebih bersepakat untuk menggabungkan harta masing-masing sebagai modal suatu usaha yang dikelola bersama di mana keuntungan dan kerugian dari usaha tersebut dibagi berdasarkan kontribusi modal masing-masing. Penggabungan modal dari para mitra ini mengakibatkan adanya percampuran yang tidak dapat lagi dipisah-pisah, melainkan semua harta yang tercampur tersebut menjadi milik bersama (‫)حق شائع‬. Contoh Ahmad dan Ali sepakat patungan modal untuk memulai usaha jual-beli pakaian. Masing-masing menyertakan modal 50 juta rupiah, sehingga terkumpullah modal 100 juta. Lalu modal tersebut dibelikan pakaian untuk dijual kembali yang terdiri dari pakaian pria dan pakaian wanita. Maka semua pakaian ini adalah milik bersama Ahmad dan Ali. Tidak dipisah-pisahkan misalnya pakaian pria milik Ahmad sedangkan pakaian wanita milik Ali. Salah satu konsekuensi dari akad syirkah adalah bercampurnya kepemilikan harta di antara para syarik (mitra).

5

B. Landasan Hukum Syirkah Syirkah adalah akad yang dibolehkan dan termasuk akad jaiz di mana pihak-pihak akad boleh membatalkan akad secara sepihak tanpa persetujuan pihak lainnya. Landasan kebolehan akad syirkah antara lain:

1. Al-Quran Surah An-Nisa ayat 12:

َ ‫اٌالسدُ ُسٌٌٌۚ فَان ٌََكنُو‬ َ َ ‫َوان ٌََك َن ٌَر ُجلٌ يُ َور ُث‬ ٌ‫اٌأك َ ََث‬ ‫ك ٌَوا ِحدٌ ِمْنُ َم‬ ِ ُ ‫ٌلَك َ ًَلٌ أَ ِوٌام َرأَة ٌَو ََلٌُ أَخٌ أَوٌ أُختٌ فَ ِل‬ ُّ ِ ٌِ ُ‫ٌُش ََك ُء ٌِفٌالثُّل‬ ‫ث‬ َ ُ ‫ِم ِنٌ َذَٰ ِ َِلٌفَهُم‬ “...Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu

6

lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu...” (Q.S. an-Nisa: 12) Ayat di atas menunjukkan pensyariatan syirkah milk di mana almarhum meninggalkan beberapa orang saudara seibu sedangkan ia tidak memiliki orang tua atau keturunan maka saudara-saudara tersebut bersekutu dalam sepertiga bagian waris dari harta almarhum. Surat ar-Rum ayat 28:

ٌ‫اٌر َزقنَ ُاُكٌفَأَن ٌُتٌ ِفي ِه ٌَس َواء‬ ََ َ ُ ‫َض َبٌلَ ُُكٌ َمث ًًَلٌ ِمنٌأَن ُف ِس ُُكٌٌۖهَلٌلَ ُُكٌ ِمنٌ َماٌ َملَكَتٌأَي َما ُن ُُكٌ ِمن‬ َ ‫ٌُش ََك َء ٌِفٌ َم‬ ‫ون‬ ٌَ ُ‫َ ََتافُوَنَ ُمٌكَ ِخيفَتِ ُُكٌأَن ُف َس ُُكٌٌۚكَ َ َٰذ ِ َِلٌنُفَ ِص ُلٌاْلآ ََي ِتٌ ِلقَومٌيَع ِقل‬ Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang

7

berakal. (Q.S ar-Rum: 28) Pada ayat di atas Allah memberikan perumpamaan kepada orang-orang musyrik yang menyembah berhala dan menyekutukannya dengan Allah SWT. Allah mengingkari mereka dengan bertanya, “Apakah kalian ridha jika disetarakan dengan budak-budak kalian untuk menjadi mitra/sekutu dalam kepemilikan harta?” pastilah mereka jawaban tidak ridha jika harus dipersekutukan dengan budak-budak mereka. Jika mereka saja tidak rela menjadi sekutu untuk hamba-sahayanya, bagaimana mungkin mereka bisa menyekutukan Allah dengan hamba-hamba-Nya? Tentu ini adalah kontradiksi yang ada dalam akal dan pikiran mereka. Ayat ini mengandung pensyariatan syirkah di antara makhluk sebab makhluk membutuhkan satu sama lain sekaligus menegasikan persekutuan untuk Allah sebab Allah tidak membutuhkan bantuan siapa pun.

2. As-Sunnah Dalam hadits, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Allah SWT bersama

8

orang-orang yang ber-syirkah dalam kebaikan, termasuk dalam bisnis, selama pihak yang ber-syirkah itu tidak saling berkhianat. Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata:

ٌ‫َانٌٌأَ َحدُ ُ َُهاٌٌ َصا ِح َب ٌُه‬ ٌَ ‫ ٌفَا َذاٌٌخ‬،ُ‫الَشيكَيٌٌٌِ َمالَ ٌمٌٌ َ َُينٌٌأَ َحدُ ُ َُهاٌٌ َصا ِح َبه‬ ٌ َ ‫للاٌٌتَ َع‬ ٌَ ٌٌٌ‫ان‬ ِ َ ٌ ٌ‫ٌٌأَنٌٌٌَ ََث ِلث‬:ٌٌ‫الٌٌيَ ُقو ٌُل‬ ِ ِ )‫خ ََرجتٌٌُ ِمنٌبَيْنِ ِ َماٌ(رواهٌأبوٌداود‬ “Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (H.R. Abu Daud, dishahihkan oleh alHakim). Selain itu, taqrir (pembiaran yang bermakna persetujuan) dari Nabi terhadap kegiatan musyarakah yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Sarakhsiy dalam kitab al-Mabsuth.2 2

As-Sarakhsi, al-Mabsuth, jilid 2, h. 151

9

Dalil berikutnya adalah hadits yang menceritakan bahwa Nabi pernah melakukan kerja sama bisnis (syirkah) sebelum beliau diutus dengan seseorang bernama as-Saib bin Abi as-Saib al-Makhzumi dan beliau membanggakan hal tersebut setelah diutus menjadi Nabi.

ِ ‫ٌَُك َنٌ يُشَ ا ِركُ ٌَر ُسو َل‬ َ ‫َع ِنٌالسائِ ِبٌب ِنٌ أَ ِِبٌالسائِ ِبٌ أَنه‬ ٌ‫ٌاَّللٌ عَلَي ِه ٌَو ٌَس ََّلٌ قَبلٌَاْلس ًَل ِم ٌِف‬ ُ ‫ٌصَّل‬ َ ‫ٌاَّلل‬ ِ َ ‫التِ َج َار ِةٌ فَلَم‬ ٌ‫ُش ِيِك ٌََك َن ٌَْل‬ ٌَ ‫ٌاَّللٌ عَلَي ِه ٌَو َس ََّلٌ َمر َح ًباٌ ِبأَ ِِخ‬ ِ َ ‫ٌو‬ ُ ‫ٌصَّل‬ َ ‫اٌَك َنٌ يَو ُمٌالفَت ِحٌ َجا َء ُهٌ فَقَا َلٌالن ِ ُِّب‬ ٌ‫ِهٌال َيو َمٌتُق َب ُلٌ ِمن َك‬ َ ‫يٌو َْلٌيُ َما ِر‬ َ ِ ‫يٌَي ٌَسائِ ُبٌقَدٌ ُكن َتٌتَع َم ُلٌأَ َْع ًاْل ٌِفٌال َجا ِهٌِلي ِة ٌَْلٌتُق َب ُلٌ ِمن َك ٌَو‬ َ ‫يُدَ ا ِر‬ ‫اٌسلَف ٌَو ِص ٌَل‬ َ ‫َو ََك َنٌ َذ‬ Dari As-Sa'ib bin Abu As-Sa'ib dia bersekutu bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam sebelum Islam dalam suatu jual beli. Tatkala Fathu Makkah, dia mendatangi beliau. Lalu Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Selamat datang saudaraku dan sekutuku. Kamu tidak pernah melakukan madarot dan tidak hobi berdebat Wahai Sa'ib, kamu telah melakukan amalan pada Masa

10

Jahiliyyah, yang hal itu adalah tidak diterima, namun hari ini bisa diterima. Amalan itu telah terjadi masa lalu, namun silahkan dilestarikan sekarang. (H.R. Ahmad). Hadits berikutnya adalah tentang akad syirkah yang juga dilakukan oleh para sahabat Nabi:

َ ‫َعنٌعُث َم َانٌيَع ِِنٌاب َن‬ ٌ‫ٌاْلس َو ِدٌقَا َلٌأَخ َ ٌَب ِِن ٌُسلَي َم ُانٌب ُنٌأَ ِِبٌ ُمس َِّلٌقَا َل ٌَسأَل ُتٌأَ ََبٌال ِمْنَالِ ٌ َعنٌالَّص ِف‬ َ ‫ُشيك ٌِِل‬ ٌ‫ٌشيئًاٌ يَ ًداٌ ِب َيد ٌَون َ ِسيئَ ًةٌ فَ َجا َءنَ ٌال َ َبا ُءٌب ُنٌ عَا ِزبٌ فَ ٌَسأَل َنا ُهٌ فَقَا َل‬ ِ َ ‫يَ ًداٌ ِب َيدٌ فَقَا َلٌاش َ ََتي ُتٌ أَنَ ٌَو‬ َ ‫ٌاَّللٌ عَلَي ِه ٌَو َس ََّلٌ َعنٌ َذ ِ َِلٌ فَقَا َلٌ َم‬ ٌ‫اٌَك َنٌ يَ ًداٌ ِب َيد‬ ِ َ ‫فَ َعل ُتٌ أَنَ ٌَو‬ ُ ‫ٌصَّل‬ َ ‫ُش ِيِك ٌ َزيدُ ٌب ُنٌ أَرقَ َم ٌَو َسأَلنَاٌالن ِِب‬ َ ‫فَخ ُُذو ُه ٌَو َم‬ ٌ ‫اٌَك َنٌن َ ِسيئَ ًةٌفَ َذ ُروٌٌُه‬ Dari 'Utsman, yakni Ibnu Al Aswad berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Abi Muslim berkata, aku bertanya kepada Al Minhal tentang pertukaran uang secara langsung. Maka dia berkata: "Dahulu aku dan mitraku membeli sesuatu secara langsung dan dengan tempo lalu datang kepada kami Al Bara' bin 'Azib lalu kami tanyakan kepadanya tentang masalah itu maka dia berkata: "Dulu aku dan

11

temanku Zaid bin Arqam pernah menanyakan hal itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka Beliau bersabda: "Jika transaksi langsung diatas tangan (pembayaran secara cash, kontan) ambillah, namun bila tunda (tempo) maka tinggalkanlah".

3. Ijma’ Kebolehan akad syirkah sudah menjadi ijma’ (konsensus) di antara para ulama sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni dan asSusiy dalam Syarh Fath al-Qadir

12

C. Jenis-jenis Syirkah Secara umum, para ulama fiqih mengklasifikasikan syirkah menjadi tiga: syirkah milk (‫)شركة ملك‬, syirkah ‘aqd (‫ )شركة عقد‬dan syirkah ibahah (‫)شركة إباحة‬.

1. Syirkah al-Ibahah Yang dimaksud dengan syirkah al-ibahah adalah kepemilikan secara bersama oleh masyarakat umum atas suatu harta atau benda yang tidak ada pemiliknya seperti rumput di hutan liar, air di sungai, ikan di lautan, pohon yang tumbuh di tanah kosong yang tidak ada pemiliknya dan lain sebagainya. Sebagian ulama menyebut syirkah al-ibahah dengan istilah as-syirkah al-‘ammah seperti Imam al-Kasani dalam kitabnya Bada’i as-Shana’i.3 Salah satu ketentuan terkait syirkah al-ibahah adalah kepemilikan atas harta bersama ini berlaku selama harta tersebut belum disimpan atau dikuasai oleh 3

al-Kasani, Bada’i as-Shana’i, jilid 5, h. 46

13

seseorang (ihraz). Jika sudah di-ihraz maka menjadi hak milik pribadi muhriz (orang yang menyimpan). Contoh ikan di laut yang sudah ditangkap, ranting di hutan yang sudah dikumpulkan menjadi kayu bakar, air yang sudah dikemas dan sebagainya. yang demikian itu sudah bukan lagi menjadi harta bersama melainkan hak orang yang mengambil atau mendapatkannya, sehingga boleh saja ia menjualnya.

2. Syirkah al-Milk Syirkah milk adalah kepemilikan bersama antara dua orang atau lebih terhadap suatu aset atau barang di mana kepemilikan masing-masing tidak terpisah dan tidak dibatasi secara fisik melainkan berupa nilai saham (musya’). Contohnya rumah yang dimiliki bersama oleh ahli waris dari peninggalan almarhum. Hak kepemilikan masing-masing ahli waris terhadap rumah tersebut dinyatakan dengan nilai persentase saham sesuai bagian warisnya bukan dengan batasan fisik seperti misalnya ruang tamu untuk anak pertama, kamar depan untuk anak kedua dan seterusnya, melainkan dengan persentase

14

dari nilai rumah tersebut contoh bagian istri adalah 1/8, ibu 1/6 dan anak lakilaki 17/24 dari nilai rumah terebut. Para ulama membagi syirkah al-milk berdasarkan kehendak para mitranya menjadi tiga: syirkah jabriyyah, syirkah ikhtiyariyah. a. Syirkah Jabriyyah Syirkah jabriyah adalah terjadinya kepemilikan bersama atas suatu harta bukan sebab kehendak para syarik melainkan bersifat memaksa. Seperti kepemilikan bersama atas harta warisan di antara para ahli waris. Hukum waris dalam Islam bersifat memaksa. Ketika seseorang meninggal maka secara otomatis berdasarkan hukum waris Islam harta yang ditinggalkannya menjadi milik bersama ahli waris sesuai bagian warisnya masing-masing. b. Syirkah Ikhtiyariyah Syirkah Ikhtiyariyah kebalikan dari Syirkah jabriyah. Persekutuan dalam hak milik atas suatu harta merupakan kehendak dari masing-masing syarik. Misalnya dua orang suami-istri masing-masing punya penghasilan sendiri lalu

15

keduanya sepakat patungan untuk membeli rumah, di mana nantinya rumah tersebut menjadi milik berdua bersama-sama.

16

3. Syirkah al-‘Aqd Syirkah ‘Aqd adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, masing-masing pihak memberi kontribusi dana atau pekerjaan, dengan kesepakatan bahwa resiko dan keuntungan akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Berikut beberapa definisi syirkah ‘aqd menurut para ulama:

ٌ 4‫لٌو ِالرب ٌِح‬ َ ‫َعقدٌبَ َيٌال ُمتَشَ ا ِر ِك َي ٌِفٌا َْلص‬ Akad antara beberapa orang yang bermitra dalam modal dan keuntungan

4

Ibnu Abdin, Rad dal-Muhtar’ala ad-Dur al-Mukhtar, jilid 2, h. 301

ٌ 5‫ٌأَوٌ ِب َبدَ ِن ِهٌلَهُ َما‬،‫َّص ِف ٌِفٌ َم ِ ِاَل‬ ِ ُ ‫اذ ُن‬ ُّ َ ‫ٌك ٌَوا ِحدٌ ِمنٌال ُمتَشَ ا ِركَ ِيٌ ِل َصا ِح ِب ِه ٌِفٌالت‬ Izin masing-masing dari dua orang yang bermitra untuk mitranya yang lain untuk bertasharruf terhadap hartanya atau dengan badannya dalam usaha bersama.

ٌ 6‫عقدٌيقتيضٌثبوتٌاحلقٌشائعاٌفٌيشءٌواح ٌد‬ Akad yang menuntut adanya kepemilikan secara bersama terhadap sesuatu.

ٌ 7ٌ‫ََّصف‬ ُّ َ ‫اجتِ َماع ٌِفٌت‬ Bersama-sama dalam mengelola harta.

5

Ar-Ru’aini, Mawahib al-Jalil fi Syarh Mukhtashar Khalil, jilid 5, h. 117

6

Ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syar hal-Minhaj, jilid 5, h. 3

7

Ibnu Qudamah, al-Mughni, jilid 5, h. 3

17

Definisi yang lebih terperinci dikemukakan oleh ulama kontemporer seperti Syekh Ali Khafif sebagai berikut:

ٌ‫عقد ٌبي ٌاثني ٌأو ٌأكَث ٌعَّل ٌالاشَتاك ٌف ٌاملالٌورحبه؛ٌأو ٌعَّل ٌالاشَتاك ٌف ٌرحبه ٌدون ٌالاشَتاك‬ ٌ‫ ٌوقد ٌتكون ٌعقداًٌ ٌعَّل ٌالاشَتا ٌك ٌف ٌأجر ٌالعمل ٌوتسمى ٌُشكة ٌاْلعامل ٌوقد ٌتكون‬.‫ف ٌرأس ٌاملال‬ ٌ‫عقداًٌ ٌعَّل ٌالاشَتا ٌك ٌفامي ٌيشَتى ٌويباع ٌدون ٌأ ٌن ٌيكون ٌهناك ٌرأس ٌمال ٌيُتجر ٌفيه ٌوتسمى ٌُشكة‬ ٌ .ٌ‫الوجوه‬ Akad antara dua orang atau lebih untuk bermitra dalam modal dan keuntungan. Atau bersama-sama dalam keuntungannya saja sedangkan modal hanya dari satu pihak. Syirkah dapat berupa akad kemitraan dalam upah dari suatu pekerjaan yang disebut dengan syirkah al-a’mal dan dapat berupa akad kemitraan dalam hal jualbeli suatu aset tanpa disertai modal dari para mitra yang disebut dengan syirkah alwujuh. Syirkah al-‘aqd diklasifikasikan oleh para ulama menjadi beberapa macam,

18

antara lain: a. Syirkah al-‘Inan Syirkah al-‘inan adalah syirkah di antara dua orang atau lebih yang masingmasing pihak berinvestasi secara barsama-sama mengelola modal yang terkumpul dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko kerugian ditanggung bersama. Dengan demikian, setiap pihak yang bersyirkah memberi kontribusi modal dan berpartisipasi dalam kerja. Seberapa banyak kontribusi seluruh pihak dalam modal dan kerja dapat dibeda-bedakan sesuai kesepakatan bersama. Mazhab Hanafi, Hanbali, Maliki dan Syafii sepakat bahwa transaksi ini dapat dilakukan dan diperkenankan secara fiqih. b. Syirkah al-Abdan Syirkah abdan disebut juga dengan syirkah a’mal yaitu syirkah antara dua orang atau lebih dengan masing-masing pihak hanya menyerahkan kontribusi berupa tenaga atau keahlian tanpa investasi modal. Umumnya syirkah seperti ini terdapat pada pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus seperti dokter

19

dan konsultan. Menurut para ulama dalam mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali keahlian yang disertakan tidak harus sama dalam membentuk suatu syirkah. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i syirkah tidak sah jika kedua mitra tidak menyertakan modal harta melainkan hanya bermitra dalam pekerjaan atau keahlian. Sebab keahlian atau pekerjaan dianggap mengandung unsur gharar dan jahalah di mana jerih payah masing-masing mitra dalam melakukan pekerjaan atau keahliannya sulit diukur agar kemudian para mitra mendapat bagian keuntungan yang sesuai. c. Syirkah al-Mudharabah Syirkah mudharabah disebut juga dengan qiradh. Syirkah ini terbentuk antara dua belah pihak dimana pihak pertama menyerahkan keseluruhan modal (shahib al-mal) dan pihak kedua adalah orang yang mengelola modal tersebut (mudharib). Dalam syirkah ini keuntungan akan dibagi sesuai proporsi yang telah disepakati oleh dua belah pihak. Sedangankan kerugian dalam syirkah ini akan di tanggung oleh pemodal selama itu bukan kelalaian dari pengelola.

20

d. Syirkah al-Wujuh Syirkah ini adalah kerjasama dua pihak atau lebih dalam keuntungan dari apa yang mereka beli dengan nama baik mereka. Tak seorangpun yang memiliki modal. Namun masing-masing memilik nama baik di tengah masyarakat. Mereka membeli sesuatu (untuk dijual kembali) secara hutang, lalu keuntungan yang didapat dibagi bersama. Syirkah semacam ini juga dibolehkan menurut kalangan Hanafiyah dan Hanabilah, namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah dan Syafi'iyah. e. Syirkah al-Mufawadhah Syarikah ini adalah kerjasama dimana masing-masing pihak yang beraliansi memiliki modal, usaha dan hutang piutang yang sama, dari mulai berjalannya kerja sama hingga akhir. Kerja sama ini mengandung unsur penjaminan dan hak-hak yang sama dalam modal, usaha dan hutang.

21

D. Ketentuan Akad Syirkah Ada lima syarat menurut para ulama yang harus dipenuhi pada akad syirkah, jika tidak maka akad syirkah batal. Kelima syarat tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Rukun Syirkah Rukun syirkah terdiri dari: 1) Dua orang mitra (syarik) atau lebih 2) Harta dari masing-masing syarik. 3) Shigah yaitu pernyataan kehendak dari masing-masing syarik untuk mencampurkan harta dan memberi izin satu sama lain untuk bertasharruf pada harta yang digabung. Jika salah satu dari rukun di atas tidak terpenuhi maka akad syirkah tidak sah. Misalnya, jika penyertaan modal harta hanya berasal dari salah satu syarik,

22

maka tidak lagi sah sebagai akad syirkah, melainkan menjadi qiradh atau mudharabah (satu pihak sebagai pemodal, pihak lain sebagai pengelola usaha). Begitu pun syirkah tidak sah menurut mazhab Syafi’i jika kedua mitra tidak menyertakan modal harta melainkan hanya bermitra dalam pekerjaan (syirkah al-a’mal). Contohnya Ahmad dan Ali keduanya adalah tukang jahit lalu mereka sepakat ketika mendapat orderan dari pelanggan hasilnya dibagi dua. Menurut mazhab Syafi’i bentuk syirkah seperti ini tidak diperbolehkan sebab mengandung gharar atau ketidakjelasan di mana boleh jadi jumlah orderan yang diterima keduanya tidak sama atau tingkat kesulitan dalam pengerjaan antara keduanya juga tidak sama dan sulit diukur sehingga syirkah seperti ini dalam mazhab syafi’i tidak sah, berbeda dengan jumhur ulama (Hanafi, Maliki dan Hanbali) yang membolehkan. Imam ar-Ramli dalam Nihayah al-Muhtaj menuturkan:8

8

Ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, jilid 5, h. 4

23

ٌ‫ُشكةٌاْلٌبدانٌكَشكةٌامحلاليٌوسائرٌاحملَتفةٌليكونٌبيْنامٌكس هبامٌحبرفهتامٌمتساو ًَيٌأوٌمتفاو ًاتٌمع‬ ٌ ‫ٌوِهٌَبطلٌملاٌفهياٌمنٌالغررٌواجلهل‬،‫ٌأوٌاختًلفهاٌكنجارٌورفاء‬،‫اتفاقٌالصنعةٌكنجارٌوجنار‬ Syirkah al-abdan seperti syirkah (akad kerjasama) antara dua orang tukang angkut barang dan tukang-tukang yang lain untuk membagi dua penghasilan dari pekerjaan masing-masing baik pembagiannya sama rata atau tidak, baik jenis pekerjaannya sama seperti tukang kayu dengan tukang kayu, atau berbeda seperti tukang kayu dan tukang jahit. Akad syirkah seperti ini batal karena mengandung gharar dan jahl (ketidakjelasan).

Dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj dijelaskan ‘illat atau alasan tidak diperkenannya syirkah al-a’mal menurut mazhab Syafi’i sebagai berikut:9

ٌ‫لعدمٌاملالٌفهياٌ وملاٌفهياٌمنٌ الغررٌاذٌْلٌيدريٌأنٌصاحبهٌيكسبٌأمٌْلٌوْلنٌكٌ واحدٌمْنامٌ ممتزي‬ 9

Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, jilid 5, h. 282

24

ٌ‫ببدنهٌ ومنافعهٌ فيختصٌ بفوائدهٌكامٌ لوٌ اشَتَكٌفٌ ماشيهتامٌ وِهٌ ممتزيةٌ ليكونٌ ادلرٌ والنسلٌ بيْنام‬ ‫ب‬ ٌ ‫وقياساٌعَّلٌالاصطيادٌوالاحتطا‬ Karena tidak adanya (penyertaan) harta di dalamnya dan mengandung gharar sebab seorang mitra tidak mengetahui apakah mitranya yang lain menghasilkan atau tidak. Dan karena keduanya berbeda secara badan maupun pekerjaan sehingga masing-masing punya hak khusus atas faidahnya seperti jika ada dua orang ber-syirkah pada dua hewan masing-masing yang berbeda untuk membagi dua (hasil) susu dan anak-nya dan qiyas pada berburu/memancing dan mencari kayu bakar.

2. Modal Berupa Uang atau Harta Mitsliy Harta yang disetorkan oleh masing-masing syarik untuk modal usaha harus berupa uang (dinar, dirham, rupiah, dollar dst.) atau boleh juga berupa harta mitsliy. Harta mitsly adalah benda dengan jenis yang sama, memiliki kesamaan nilai antara satu dengan yang lainnya seperti benda yang dijual

25

dengan satuan tertentu seperti beras. Satu kilogram beras di tangan A dengan satu kg beras di tangan B dengan jenis yang sama, nilai/harganya tentu sama. Begitu pun satu lembar uang seratus ribu dengan satu lembar seratus ribu lainnya tentu nilainya sama: Rp 100.000. Yang termasuk harta mitsliy di antaranya juga adalah benda yang diproduksi massal di mana satu jenis barang tertentu antara satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan rupa, kualitas dan harga seperti handphone, sepatu, kendaraan dan lain-lain. Lawan dari harta mitsliy adalah harta qimiy yaitu harta dengan satu jenis tertentu antara satu dengan yang lainnya tidak serupa baik ukuran, berat, kualitas dan harganya seperti hewan. Sapi milik Ahmad tidak mungkin persis sama baik berat, ukuran dan lain-lainnya dengan sapi milik Ali sekalipun jenis dan usianya sama. Maka tidak sah menjadikan harta qimiy sebagai modal syirkah. Sebab konsekuensi dari akad syirkah adalah terjadinya peleburan dan pencampuran harta, sedangkan harta yang bersifat qimiy sulit untuk dilebur menjadi satu.

3. Modal Kedua Mitra Harus Sejenis

26

Harta yang disertakan oleh masing-masing syarik yang akan dicampur juga harus sama jenisnya. Misalnya jika berupa uang maka harus dengan mata uang yang sama misalnya rupiah dengan rupiah. Jika tidak, maka harus disamakan kursnya terlebih dahulu. Contohnya Ahmad menyertakan modal 50 juta dalam mata uang rupiah sedangkan Ali menyetorkan 5.000 dalam mata uang dolar AS. maka, modalnya Ali harus dirupiahkan terlebih dahulu jika saat itu kurs 1 dolar adalah 14.000 rupiah maka modal Ali sama dengan 70 juta rupiah. Total modal keduanya menjadi 120 juta rupiah dengan porsi masingmasing Ahmad 41,7%, Ali 58,3%. Keuntungan dan kerugian dari usaha dibagi sesuai persentase modal masing-masing.

4. Terjadi Percampuran Harta Harta atau modal milik masing-masing syarik harus dicampur dan dilebur menjadi satu sehingga gabungan modal itu menjadi milik bersama dan tidak bisa dipisahkan dan dibedakan lagi mana milik masing-masing (‫)حق شائع‬. Misalnya, Ahmad dan Ali ingin kerjasama dalam bisnis ternak ayam

27

dengan modal masing-masing Ahmad 30 juta, Ali 20 juta rupiah. Dari modal itu kemudian menghasilkan 2.500 ekor ayam yang siap dijual, maka semua ayam tersebut adalah milik berdua meskipun porsi modalnya berbeda. Dari 2.500 ekor ayam itu tidak bisa dipisahkan lagi mana milik Ahmad dan mana milik Ali. Jika masih bisa dipisahkan bukan lagi akad syirkah misalnya ayam yang jantan milik Ahmad sedangkan yang betina milik Ali.

5. Diizinkan untuk Ber-tasharruf Tidak cukup modal atau harta syarik itu bercampur dan melebur menjadi satu, akan tetapi masing-masing syarik juga harus mendapat izin dari syarik lainnya untuk dapat bertasharruf terhadap modal tersebut. Sebab boleh jadi terjadi percampuran harta tetapi masing-masing syarik dibatasi hanya boleh bertasharruf dengan porsi miliknya saja tidak dengan porsi syarik lain, maka dalam hal seperti ini tidak termasuk akad syirkah yang sah. Seperti pada kasus syirkah al-milk di mana masing-masing syarik berhak atas porsi miliknya sendiri dan tidak mesti memberi izin bertasharruf bagi syarik yang lain

28

contohnya rumah warisan yang dimiliki bersama oleh para ahli waris. Meskipun milik bersama, tentu salah satu ahli waris tidak bisa menjual rumah tersebut sendirian tanpa persetujuan dari ahli waris lainnya dan ahli waris lain berhak menolak untuk memberi izin. Sedangkan dalam syirkah al-‘aqd tujuan utamanya adalah menghasilkan keuntungan dari modal bersama dan usaha tidak mungkin bisa berjalan kalau hak tasharruf bagi syarik dibatasi. Oleh karenanya dalam shigah akad syirkah harus memuat dua pernyataan yaitu pernyataan untuk mencampurkan harta masing-masing syarik menjadi satu dan pernyataan memberi izin pada syarik lainnya untuk dapat ber-tasharruf terhadap gabungan harta mereka.

6. Bagi Untung dan Rugi Berdasarkan Modal Adapun pembagian keuntungan dan kerugian dari usaha yang dijalankan berdasarkan modal bersama juga harus dibagi berdasarkan persentase modal yang disertakan oleh masing-masing syarik. Tidak sah salah satu syarik meminta keuntungan lebih dari porsi modalnya.

29

Namun kadang-kadang salah satu syarik memiliki kesibukan sehingga tidak bisa terlibat dalam menjalankan usaha. Akhirnya syarik lain lah yang kemudian menangani usaha itu sepenuhnya tanpa keterlibatan syarik pertama. Dalam kasus ini apakah boleh syarik yang menangani usaha meminta keuntungan lebih dari porsi modalnya? Jawabannya boleh dengan cara memperhitungkan kerja syarik kedua sebagai beban operasional usaha di mana syarik tersebut mendapatkan gaji atas kerjanya dipotong dari modal bersama. Sedangkan keuntungan tetap dibagi sesuai porsi modal masing-masing.

7. Berakhirnya Akad Syirkah Akad syirkah dapat berakhir dengan dua hal: Pertama dengan pembatalan dari salah satu syarik. Akad syirkah adalah akad jaiz (tidak mengikat), salah satu syarik berhak menghentikan partisipasinya dalam akad syirkah kapan pun dia mau. Syarik boleh menarik modal dan bagian keuntungannya kapan pun tanpa harus meminta

30

persetujuan dari syarik yang lain. Kedua dengan meninggalnya salah satu syarik. Jika salah satu syarik meninggal, maka berakhir pula akad syirkah antara para syarik. Ahli waris berhak untuk menarik modal almarhum beserta bagian keuntungannya atau untuk meneruskan akad syirkah.

31

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.