Pengembangan Instrumen Penilaian Literasi Membaca.pdf Flipbook PDF

Pengembangan Instrumen Penilaian Literasi Membaca.pdf

44 downloads 110 Views 21MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH ATAS Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2021 Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Literasi Membaca


ii PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI MEMBACA ©2021 Direktorat Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Pengarah Suhartono Arham Penanggungjawab Hastuti Mustikaningsih Penulis Marni Hartati Rina Imayanti Kontributor M. Firdaus Nur Risnawati Alvian Kurniawan Andi Arismunandar Desain Arso Agung Dewantoro Diterbitkan oleh Direktorat Sekolah Menengah Atas Jalan R.S. Fatmawati Cipete, Jakarta Selatan sma.kemdikbud.go.id


iii Kata Pengantar Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempersiapkan generasi penerus sebagai elemen penting penerus cita-cita bangsa. Penyiapan generasi muda atau sumber daya manusia sangat penting dan menjadi prioritas karena dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dalam segala lini kehidupan. Perubahan ini perlu diantisipasi dengan mempersiapkan generasi penerus yang memiliki kompetensi atau keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking), kreativitas (Creativity), komunikasi (Communcation), dan kolaborasi (Collaborative). Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam peningkatan ke empat kompetensi atau keterampilan di atas adalah melalui penguatan literasi. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Terdapat 6 (enam) literasi dasar yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Pada tahun 2021, pemerintah mulai menyelenggarakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur pada AKM yaitu literasi membaca dan literasi numerasi. Buku ini disusun untuk membahas pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi membaca, yang masih dominan pada pengembangan instrumen penilaian pengetahuan yang mengukur level kognitif untuk seluruh mata pelajaran di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembahasan pada buku ini didesain untuk menumbuhkembangkan praktik baik literasi yang tidak hanya berhenti di level kognitif tingkat rendah tetapi juga mendorong kemampuan literasi level tinggi (Higher Order Thinking Skills) sehingga memicu penumbuhan karakter baik dan terciptanya iklim pembelajaran untuk meningkatnya kompetensi peserta didik secara maksimal. Instrumen penilaian yang disusun dalam buku ini adalah hasil inspirasi dari praktik baik yang telah dikembangkan dan dikaitkan dengan pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian berbasis literasi membaca Terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan buku ini. Semua pihak diharapkan dapat memberikan kritik, saran, dan masukan, sehingga buku ini lebih bermanfaat untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan. Jakarta, 8 November 2021 Direktur, Dr. Suhartono Arham, M.Si.


iv Daftar Isi Kata Pengantar............................................................................................ iii Daftar Isi...................................................................................................... iv Daftar Gambar dan Tabel ............................................................................ v BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Tujuan .................................................................................................... 3 C. Landasan Yurudis.......................................................................................... 3 D. Prinsip .................................................................................................... 3 E. Ruang Lingkup.............................................................................................. 4 BAB 2 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI MEMBACA........................................................................ 7 A. Literasi Membaca dan Lingkup Pengembangannya ..................................... 7 B. Instrumen Penilaian Berbasis Literasi Membaca dan Lingkup Pengembangannya.......................................................................... 11 C. Pelaporan Hasil dan Tindak Lanjut............................................................... 13 BAB 3 STRATEGI PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI MEMBACA ..................................................... 21 BAB 4 PENUTUP ........................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27 LAMPIRAN ................................................................................................. 31 A. Praktik Baik Inspiratif di SMAN 3 Makassar.................................................. 31 B. Praktik Baik Inspiratif di SMAN 1 Indralaya Utara ........................................ 39 C. Praktik Baik Inspiratif di SMAN 2 Penukal Utara........................................... 45 D. Praktik Baik Inspiratif di SMAN 1 Purwadadi................................................ 53 E. Kisi-kisi Soal.................................................................................................. 61


v Daftar Gambar dan Tabel DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Komponen Kecakapan Abad 21 Siswa......................................... 1 Gambar 2.1. Level Kognitif Literasi Membaca ................................................. 10 Gambar 2.2. Tingkatan Kompetensi pada Literasi Membaca .......................... 13 Gambar 2.3. Skema Strategi Literasi dalam Pembelajaran .............................. 16 Gambar 3. Mekanisme Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Literasi Membaca........................................................................ 21 DAFTAR TABEL Tabel 2. Tabel Pengatur Grafis.................................................................. 17 Tabel 3. Tabel Pengatur Grafis.................................................................. 22


vi BAB 1 PENDAHULUAN


1 A. Latar Belakang Pendidikan abad ke-21 tergolong kompetitif dan bergerak dengan sangat dinamis. Untuk itu, pendidikan harus dapat menyiapkan siswa agar mampu bertahan hidup dan berkontribusi aktif dalam berbagai hal. Pendidikan sudah selayaknya memberikan bekal kepada siswa dengan tiga komponen kecakapan mendasar sebagai berikut. Gambar 1. Komponen Kecakapan Abad 21 Siswa Literasi adalah komponen prasyarat agar siswa mampu memiliki empat kompetensi hidup (4 C) yang mendorong tumbuhnya karakter baik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendorong literasi sejak tahun 2016 dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan Gerakan Literasi Sekolah


2 sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Pada tahun 2021, pemerintah mulai menyelenggarakan Asesmen Nasional (AN) yang antara lain bertujuan memotret mutu sekolah dengan menggunakan tiga instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Ketiganya didesain untuk mengumpulkan informasi yang pada akhirnya menumbuhkembangkan praktik baik literasi yang tidak saja berhenti pada level bernalar tingkat rendah, namun juga mendorong kemampuan bernalar tingkat tinggi (higher order thinking skills), sehingga memicu penumbuhan karakter baik dan terciptanya iklim pembelajaran bagi tumbuh kembangnya kompetensi siswa yang maksimal. AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang meliputi asesmen pada literasi membaca (kemampuan bernalar menggunakan bahasa) dan literasi numerasi (kemampuan bernalar menggunakan matematika). Kedua jenis literasi tersebut merupakan kemampuan atau keterampilan yang mendasar dan diperlukan oleh semua siswa dalam menguasai kompetensi di seluruh mata pelajaran. Pemahaman pendidik terhadap konsep literasi, pengembangan dan implementasinya masih menjadi tantangan hingga saat ini, ditambah dengan munculnya AKM yang harus diakui sebagai hal yang belum dibiasakan hadir dalam proses penilaian. Soal-soal AKM disusun oleh pemerintah, namun penting kiranya bagi pendidik untuk mengenal konsep AKM, komponen, dan tindak lanjut dari yang dihasilkan. Hal ini dimaksudkan agar pendidik terinspirasi dan tergerak untuk mampu menyusun instrumen penilaian berbasis literasi membaca dan numerasi dalam praktik penilaian formatif dan sumatif di satuan pendidikan. Buku ini didesain sebagai inspirasi untuk pendidik dalam menyusun instrumen berbasis literasi membaca yang erat kaitannya dengan literasi numerasi dan sains. Pemerintah, dalam hal ini Direktorat SMA, memfasilitasi pendidik untuk mengembangkan instrumen berbasis literasi membaca yang pada akhirnya dapat memberikan informasi dan pijakan terhadap perbaikan mutu pembelajaran pada tahap berikutnya di seluruh mata pelajaran.


3 B. Tujuan 1. Memberikan gambaran umum mengenai konsep literasi yang diterapkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di satuan pendidikan dan hubungannya dengan Asesmen Nasional. 2. Memberikan inspirasi praktik baik pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi membaca yang ditujukan kepada pendidik untuk dikembangkan dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. 3. Memberikan inspirasi praktik baik pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian berbasis literasi membaca. C. Landasan Yuridis 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 5. Kepmendikbud Nomor 719/P/2O2O tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus. 6. Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksanaan Ujian Sekolah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease. 7. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. D. Prinsip 1. Umum dan menyeluruh mencakup kompetensi dasar di seluruh mata pelajaran; 2. Kontekstual sesuai dengan kekhasan di semua mata pelajaran; dan 3. Selaras dengan kurikulum 2013.


4 E. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi membaca adalah sebagai berikut. 1. Dikhususkan pada aspek instrumen penilaian pengetahuan dalam bentuk teks tulis yang mengukur level kognitif untuk seluruh mata pelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). 2. Instrumen penilaian yang disusun adalah hasil inspirasi dari praktik baik yang telah dikembangkan dan dikaitkan dengan pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian berbasis literasi membaca.


5


6 BAB 2 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI MEMBACA


7 A. Literasi Membaca dan Lingkup Pengembangannya 1. Definisi Definisi literasi berkembang dinamis secara kontekstual sesuai kegunaannya. Secara umum literasi dimaknai sebagai kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, mengomunikasikan, dan menghitung menggunakan bahan cetak dan tertulis dalam berbagai macam konteks. Literasi sendiri melibatkan rangkaian pembelajaran yang memampukan individu mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi, serta untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas dan masyarakat yang lebih luas. (UNESCO, 2004: 2017). Dalam konteks pembelajaran, literasi dimaknai sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu (teks tunggal atau teks multimodal) secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (Wiedarti & Kisyani, 2016). Makna literasi kemudian dijabarkan secara mendalam dalam Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang telah dicanangkan sejak tahun 2016 menjadi enam literasi dasar yang terdiri dari literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan. Dari enam literasi dasar tersebut, literasi membaca menjadi pintu bagi penguasaan kecakapan literasi lainnya dan menjadi sangat fundamental untuk dikuasai agar menjadi bekal dalam ketercapaian kompetensi di seluruh mata pelajaran. Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan mengenal dan mengidentifikasi simbol, huruf, dan angka tanpa mengetahui makna, melainkan kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat, (Pusmenjar, 2020). Dari sejumlah definisi dan makna literasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata kunci literasi membaca adalah teks multimodal yang kontekstual serta mengandung level kognitif dan kebermanfaatan dalam kehidupan nyata. Penggunaan teks multimodal dengan konten yang terkait dengan informasi yang ada di kehidupan siswa (kontekstual) ditujukan agar dapat menstimulus kemampuan bernalar (level kognitif), sehingga menjadi pembelajar sepanjang hayat yang memiliki Profil Pelajar Pancasila yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan berkebinekaan global sebagai bekal dalam mengembangkan kapasitas dirinya, serta berpartisipasi aktif dalam masyarakat.


8 Aspek penting dalam pengembangan pembelajaran dan intrumen penilaian berbasis literasi membaca adalah ketersediaan teks multimodal yang digunakan. Kemampuan dan kejelian pendidik dalam menyuguhkan teks dengan konten yang bermakna sesuai dengan konteks peruntukannya amatlah didorong untuk menstimulus level kognitif siswa agar mencapai tujuan yang telah disebutkan. 2. Konten Pemilihan teks dalam pembelajaran harus memenuhi kriteria tingkat keterbacaan dan berkualitas baik dari sisi konten, konteks, bahasa, maupun penyajiannya. Teks yang disajikan sebaiknya berupa teks bacaan yang mampu menumbuhkan sekaligus mengukur empat kompetensi abad ke-21 dan karakter baik yang berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan siswa. Konten teks yang dimaksud terbagi menjadi teks sastra dan teks informasi. a. Teks Sastra Teks sastra/fiksi naratif adalah karya imajinatif dan artisitik dengan penggunaan bahasa yang indah dan terorganisir serta gaya penyajian yang menarik dan ekspresif yang berfungsi menghibur dan memberikan hikmah bagi pembaca. Teks sastra mengangkat persoalan-persoalan kehidupan manusia yang sudah dipadukan dengan imajinasi/ subjektivitas pengarang yang berarti pernyataan yang terdapat di dalamnya tidak dapat dianggap benar secara harfiah, namun memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Contoh teks sastra yang dapat digunakan antara lain cerita rakyat, legenda, fabel, mitos, fiksi ilmiah, satir, puisi, prosa, drama, novel, pantun, soneta, epos, cerita bergambar, cerita fantasi, ironi, lirik lagu, catatan perjalanan, dan biografi/autobiografi. b. Teks Informasi Teks informasi atau teks nonfiksi adalah teks yang ditulis berdasarkan datadata faktual, peristiwa-peristiwa, dan sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan. Data dan fakta dalam teks informasi dapat berupa data dan fakta kesejarahan, kemasyarakatan, dan keilmuan bidang-bidang tertentu yang dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris atau secara logika, sehingga dapat dimengerti dan bermanfaat bagi pembaca. Teks informasi bisa dilengkapi dengan gambar/foto, tabel, grafik, infografis, diagram, dan sebagainya.


9 Contoh teks informasi yang dapat digunakan antara lain iklan, dokumen perusahaan/ pemerintahan (nota dinas, undangan, kontrak, pemberitahuan, pengumuman, dan sejenisnya), berita, artikel, laporan, pidato, buku pelajaran, pamflet, brosur, buletin, infografis, label (makanan/obat), resep (makanan/minuman), ulasan (resensi buku/film/drama), jurnal ilmiah, laporan penelitian ilmiah, buku panduan, dan editorial. c. Konteks Konteks adalah bagian uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna (KBBI, 2020). Siswa diharapkan mampu merefleksi beragam informasi yang memiliki konteks yang terkait di kehidupannya, baik berupa kearifan lokal, nasional, budaya, sains, teknologi, dan global. Hadirnya konteks diharapkan dapat menjadi refleksi dan diambil manfaatnya oleh pembaca secara mudah. Oleh karena itu, bahan bacaan literasi membaca dapat mencakup tiga konteks, yaitu (a) konteks personal, (b) konteks sosial-budaya, dan (c) konteks saintifik. d. Konteks Personal Bahan teks atau bacaan dengan konteks personal adalah teks atau bacaan yang berisi peristiwa, latar, aksi, karakter, atmosfer/suasana, perasaan, ide maupun wawasan yang bersifat personal (individual). Isi bacaan pada konteks personal dapat berupa hobi, cita-cita, peristiwa atau pengalaman pribadinya, memilih/menentukan gaya hidup, pekerjaan/profesi, dan lain-lain yang bersifat personal (individual). Dengan konteks ini diharapkan siswa memiliki kemampuan literasi membaca dalam membentuk karakter dengan menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan pribadinya. e. Konteks Sosial Budaya Bacaan dengan konteks sosial-budaya yaitu bacaan yang mencerminkan pandangan masyarakat terkait kondisi sosial-budaya, contohnya informasi kondisi kultural suatu masyarakat atau suatu bangsa. Melalui teks-teks yang memuat informasi dan mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya, individu diharapkan mampu mengenali dan memahami kondisi dan gejala-gejala sosial-budaya di dalam maupun di luar lingkungan masyarakatnya yang global. Isi bacaan pada konteks sosial-budaya dapat berupa transportasi publik, permainan tradisional, perekonomian, kebijakan publik, makanan khas, tarian, ataupun kebiasaan masyarakat, dan lain-lain yang meliputi sosial maupun budaya. Dengan konteks ini diharapkan siswa memiliki kemampuan literasi membaca untuk mengatasi berbagai persoalan sosial, budaya, dan akademik yang dihadapinya.


10 f. Konteks Saintifik Bahan teks atau bacaan dengan konteks saintifik yaitu teks atau bacaan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami pengetahuan kecakapan ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran mengenai proses sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait tentang sains (OECD, 2016). Isi bacaan pada konteks saintifik ini terkait dengan hal ilmiah dan teknologi, misalnya ilmu ruang angkasa, medis/obat-obatan, kandungan gizi, fisika, cuaca/iklim, gejala alam, biologi, dan sebagainya. Pada konteks ini, siswa diharapkan memiliki kemampuan literasi membaca dalam memahami pengetahuan yang berkaitan dengan masalah sains, kemudian menggunakan kemampuan tersebut, sehingga dapat merefleksikan beragam informasi penting yang diperolehnya untuk berpartisipasi dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi. g. Level Kognitif Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan membaca secara harfiah tanpa mengetahui isi/makna dari teks, melainkan mampu bernalar dengan level kognitif yang makin meningkat (higher order thinking skills) sesuai dengan tuntutan zaman. Pada era seperti saat ini, arus informasi beredar sangat beragam dan menantang, melalui literasi membaca siswa diharapkan selektif dan bijak dalam mengakses, memahami, dan merefleksikannya. Gambar 2.1. Level Kognitif Literasi Membaca


11 Pada literasi membaca, terdapat tiga level kognitif yang ingin dicapai dan diujikan, yaitu (1) menemukan informasi (access and retrieve), (2) memahami (interpret and integrate), dan (3) mengevaluasi dan merefleksi (evaluate and reflect). Setiap level kognitif atau kompetensi memiliki sub kompetensinya masing-masing. B. Intrumen Penilaian Berbasis Literasi Membaca dan Lingkup Pengembangannya 1. Definisi Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang mengacu pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (jenjang satuan pendidikan), Kompetensi Inti (tingkat kelas), dan Kompetensi Dasar (kompetensi melalui mata pelajaran). Penilaian perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) yang dilakukan untuk mengukur capaian siswa terhadap kompetensi yang telah ditetapkan; penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) yang memungkinkan pendidik untuk memperbaiki mutu pembelajaran; dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning) yang bertujuan agar siswa melihat capaian dan kemajuan belajarnya dalam menentukan target belajar. Penilaian berbasis literasi membaca membutuhkan instrumen penilaian yang merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi kemampuan siswa yang dikembangkan berdasarkan kisi-kisi dan memuat indikator yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Dasar. 2. Bentuk Pengembangan dan Pedoman Penskoran Bentuk soal sebagai pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi membaca disusun lebih variatif berupa pilihan ganda (PG), pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian, dan esai atau uraian. a. Pilihan Ganda Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban. Siswa diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban untuk soal kelas 10 sampai dengan kelas 12 sebanyak lima pilihan (A, B, C, D, dan E). Penulisan soal pilihan ganda harus memenuhi kaidah penulisan soal PG, yaitu dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Dari segi materi, konsep harus benar, kunci hanya


12 satu, dan pilihan jawaban harus homogen dan logis. Dari segi konstruksi, pokok soal dan pilihan jawaban harus jelas dan tidak menimbulkan pengertian ganda, informasi yang dituliskan hanya yang diperlukan, pilihan jawaban tidak menggunakan kalimat “semua jawaban di atas salah/benar”. Dari segi bahasa, soal harus memenuhi kaidah bahasa Indonesia. b. Pilihan Ganda Kompleks Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa pernyataan yang harus dipilih siswa dengan memberi tanda centang (v) pada kotak yang disediakan. Pada akhir atau di depan setiap pernyataan terdapat kolom Ya/Tidak, Benar/Salah, atau pilihan lain yang sesuai. Pemberian skor berdasarkan kompleksitas dari pernyataan dan jumlah pilihan jawaban. Apabila jumlah pernyataan 3-5 dan pilihan jawaban 2 (benar-salah, ya-tidak, berubah–tidak berubah, atau lainnya), maka penskoran menggunakan 1 atau 0. Artinya, diberi skor 1 bila semua jawaban benar, diberi skor 0 bila ada jawaban salah. Apabila jumlah pernyataan lebih dari lima dan pilihan jawaban lebih dari dua (hewan-tumbuhanmikroorganisme, pagi-siang-malam, kota-kabupaten-kecamatan-desa, hijau-merahkuning-biru-oranye, atau lainnya), maka penskoran yang dipergunakan adalah 2 1 0. Artinya, diberi skor 2 apabila menjawab semua benar, diberi skor 1 bila salah 1 atau 2, diberi skor 0 bila salah lebih dari 2. c. Menjodohkan Bentuk soal menjodohkan mengukur kemampuan peserta tes dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antardua pernyataan yang disediakan. Soal ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah kiri) berupa pokok soal dan lajur kedua (sebelah kanan) berupa jawaban. Jumlah jawaban sebaiknya lebih banyak daripada jumlah pokok soal di sebelah kiri. d. Isian atau Jawaban Singkat Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka, atau simbol. Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara itu soal dengan jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan. e. Esai atau Uraian Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan


13 gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor. Jawaban siswa akan diskor berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor penuh atau skor tertinggi diberikan pada jawaban yang memenuhi semua kriteria/kunci jawaban benar. Skor sebagian diberikan pada jawaban yang kurang memenuhi kriteria/kunci jawaban benar. Pemberian skor baik soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, maupun isian singkat dilakukan secara objektif. Sementara itu, untuk soal uraian, penskoran dilakukan oleh penskor dengan mengacu pada pedoman penskoran. Pedoman penskoran dibuat oleh penulis soal ketika menulis soal. C. Pelaporan Hasil dan Tindak Lanjut 1. Pelaporan Hasil Penilaian yang menggunakan intrumen berbasis literasi membaca dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi siswa. Hal ini dimanfaatkan pendidik sesuai mata pelajaran yang diampu untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian siswa, sehingga “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memerhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Gambar 2.2. Tingkatan Kompetensi pada Literasi Membaca


14 Hasil penilaian dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat kompetensi dari yang paling kurang adalah 1) Perlu Intervensi Khusus, 2) Dasar, 3) Cakap, 4) Mahir. 2. Tindak Lanjut Setelah hasil penilaian didapatkan, tahapan berikutnya adalah mendesain tindak lanjut perbaikan mutu proses pembelajaran yang terinsiprasi dari rekomendasi PISA terkait dengan hasil literasi membaca di Indonesia pada tahun 2018. Rekomendasi yang dimaksud adalah pada upaya meningkatkan minat baca dan daya baca yang dijabarkan dalam konsep Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menjadi tiga kegiatan yang saling berkelindan (saling terkait) dan harus dilangsungkan secara simultan dan berkelanjutan. a. Kegiatan Pembiasaan Kegiatan pembiasaan adalah kegiatan penumbuhan minat baca yang dilakukan dengan cara membaca teks atau (teks multimodal), selain buku teks pelajaran selama minimal lima belas menit. Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan sebelum jam pertama pembelajaran dimulai, dalam pembelajaran atau di akhir jam pembelajaran dengan berpegang pada prinsip menyenangkan, bervariasi, partisipatif, rutin dan berimbang. Kegiatan pembiasaan melibatkan proses menyimak, berbicara, dan menulis (Panduan GLS di SMA, 2020). Kegiatan pembiasaan bertujuan untuk meningkatkan hal-hal seperti rasa cinta membaca; memahami bacaan; rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan menumbuh kembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Kegiatan pembiasaan yang terus-menerus dan berkelanjutan akan melatih siswa agar memiliki stamina atau daya tahan (endurance) dalam membaca teks yang kaya informasi ilmiah dan akademik. Stamina atau daya tahan dalam membaca adalah cara seseorang dalam menjaga fokus dan konsentrasi membaca pada jangka waktu tertentu tanpa terganggu dengan hal lain di luar dari kegiatan membaca itu sendiri, sehingga mampu menyelesaikan tugas-tugas setelahnya (Binder, Haughton & Bateman, 2002). Daya tahan membaca dapat pula dianggap sebagai kompetensi dan kecakapan untuk menjaga minat saat membaca teks (Hiebert, 2014). Pendapat rinci lainnya menyatakan bahwa daya tahan membaca adalah upaya siswa saat menjaga minat dan performanya pada saat membaca teks yang panjang dan kompleks sebagai bagian penting dalam mencapai kelancaran membaca, memahami kosa kata, dan memahami makna dari teks yang dibaca (McGill-Franzen & Zeig, 2015).


15 Pembaca yang mahir adalah pembaca yang memiliki minat dan stamina baca yang kuat, sehingga mampu mencapai tujuan dari membaca walaupun pada durasi yang panjang. Dalam sebuah penelitian berjudul “How do Fluent and Poor Readers’ Endurance Differ in Reading?”, pembaca yang mahir terbukti memiliki stamina atau daya tahan membaca yang sangat baik, sehingga mampu mencapai tujuan membaca. Hal demikian akan berbeda apabila dibandingkan dengan pembaca yang cepat lelah dan berhenti membaca ketika membaca teks yang lebih kompleks dan panjang (Bastug, M., Keskin, H. K. & Akyol, M. 2017). b. Pengembangan Kegiatan pengembangan dimaksudkan sebagai kegiatan lanjutan dari kegiatan lima belas menit membaca tanpa tagihan akademik yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001). Terdapat sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap pengembangan yang dapat dijadikan inspirasi dan dimodifikasi oleh satuan pendidikan di antaranya adalah menulis sinopsis, berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca, kegiatan ekstrakurikuler, kunjungan wajib ke perpustakaan (jam literasi), dan lomba-lomba yang berguna untuk merangsang minat dan pemahaman membaca (Panduan GLS di SMA, 2020). c. Pembelajaran Kegiatan literasi dalam pembelajaran merupakan kegiatan pengintegrasian enam literasi dasar (baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dan mendorong penggunaan pengatur grafis ke dalam pembelajaran. Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi siswa secara menyeluruh yang akan bermuara pada pengembangan karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diharapkan mampu mendongkrak kemampuan berpikir kritis siswa dan mampu memecahkan masalah (Panduan GLS di SMA, 2020).


16 Strategi literasi dalam pembelajaran tergambar dalam peta konsep berikut. Gambar 2.3. Skema Strategi Literasi dalam Pembelajaran “disadur dari Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah”


17 Selama proses pembelajaran, amat disarankan penggunaan alat bantu berupa pengatur grafis yang memiliki peran penting dalam membantu siswa dalam memetakan proses pemahaman mereka terhadap sebuah bacaan/informasi. Ada berbagai jenis pengatur grafis yang dapat digunakan, baik sebelum, ketika, maupun setelah membahas sebuah teks atau materi pembelajaran (Panduan GLS di SMA, 2020) sebagai berikut. Tabel 2. Tabel Pengatur Grafis Latar Belakang Pengatur Grafis Kegiatan Pembelajaran 1 Tabel Prediksi 2 Tahu - Ingin - Pelajari 3 Tahu - Ingin - Bagaimana 4 Tahu - Ingin - 5 Bagaimana - Pelajari 6 7 Siklus Adik Simba (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana 8 Berpikir - Berpasangan 9 - Berbagi Menggali pengetahuan latar belakang untuk Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui (di awal pembelajaran) dan yang telah dipelajari (di akhir pembelajaran). Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui, dan bagaimana cara mengetahuinya. Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui, bagaimana cara mengetahuinya ( di awal pembelajaran) dan yang telah dipelajari (di akhir pembelajaran). Mengurutkan kejadian dalam Mengurutkan siklus kejadian/peristiwa. menggunakan kata tanya. Memikirkan sebuah pertanyaan/isu penting, bekerja berpasangan, dan membagikan hasil diskusi.


18 15 Hubungan Tanya Jawab 11 Tabel Fakta dan Opini 12 Tabel Lima Indra 13 14 Peta Gagasan Utama 16 dan Penjelasan 17 Sebab-Akibat Masalah-Solusi 18 SQ3R 19 Diagram Venn 10 Membuat pertanyaan tentang fakta di dalam teks, informasi tersirat, keterkaitan antara teks dengan diri, dengan penulis/dunia luar. pengaruhnya terhadap pengalaman orang dalam sebuah teks. Menulis caption untuk gambar/illustrasi yang ada di dalam teks. penjelas dalam teks. Menentukan sebab dan akibat sebuah peristiwa dalam teks. Membuat ringkasan sebuah teks. Mencatat informasi penting, membuat pertanyaan, jawaban, dan ringkasan teks. Membandingkan antara dua hal/fenomena/tokoh Peta Konsep 20 Menyusun hubungan antar konsep agar dapat melihat isi bacaan secara utuh, baik dalam bentuk manual atau digital. Pengatur Grafis Kegiatan Pembelajaran Gambar dengan Menggambar dan menulis caption baru berdasarkan informasi dalam teks.


19


20 BAB 3 STRATEGI PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS LITERASI MEMBACA


21 Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan idealnya mengukur aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga penilaian yang dilakukan menjadi lebih komperehensif mencerminkan seluruh aspek kompetensi siswa. Namun demikian, bahasan pada bab 3 ini fokus pada penilaian aspek pengetahuan yang mengukur level kognitif. Penilaian menggunakan instrumen test dengan menggunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian tertulis dimana hasil penilaiannya tetap otentik dan bermakna. Instrumen nontest tidak dikembangkan dalam praktik baik dalam buku ini. Pada penggunaan tes tertulis, pendidik diharapkan tidak hanya menggunakan bentuk soal pilihan ganda namun dapat juga memperbanyak atau memfokuskan bentuk soal lain seperti menjodohkan, isian singkat hingga uraian sehingga bisa mengukur keterampilan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis dan mengevaluasi. Pemilihan bentuk tes tertulis hendaknya disesuaikan dengan karakteristik pengetahuan, kognitif, konten, dan konteks yang ada dalam kompetensi sesuai kurikulum yang berlaku menurut bagan mekanisme penilaian berikut. Gambar 3. Mekanisme Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Literasi Membaca


22 1. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus. Dalam hal ini, termasuk penentuan bentuk penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum. 2. Penyusunan instrumen penilaian mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen yang standar, yaitu: a. Menentukan tujuan Dalam menyusun tes tertulis, pendidik harus menetapkan tujuan tes terlebih dahulu. Tes yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran siswa setelah diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa (diagnostic test), penempatan (placement test), atau seleksi. b. Menyusun kisi-kisi dan Merakit Soal Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Syarat kisi-kisi yang baik adalah mewakili isi kurikulum/kompetensi; komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami; dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Tabel 3. Contoh inspirasi format kisi-kisi (dapat di sesuaikan) No KD*) Indikator Soal Materi/Stimulus Bentuk Soal Pedoman Penskoran Level Kompetensi Membaca Sub Level Kompetensi Membaca Konten Konteks 1 dst *) KD: Kompetensi Dasar 1) Langkah Operasional Pengembangan Kisi-Kisi a. Menentukan Kompetensi Dasar mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, memiliki Kompetensi Dasar yang menjadi acuan bagi terselenggaranya pembelajaran dan penilaian. Seluruh pencapaian KD di mata pelajaran apapun dipastikan terkait dengan kecakapan literasi membaca karena seluruh materi ajar disampaikan dalam bentuk teks multimodal. b. Menentukan indikator soal yang diturunkan dari KD. Indikator soal harus diselaraskan dan dikembangkan sesuai dengan level kompetensi membaca yang akan dicapai. Untuk mempermudah, maka perlu juga dijabarkan dalam sub level kompetensi membaca.


23 c. Menentukan materi/stimulus dalam instrumen penilaian berbasis literasi membaca amatlah penting dilakukan karena stimulus dirancang dan disajikan untuk merangsang daya bernalar siswa sesuai dengan level dan sub level kompetensi membaca yang akan dicapai. Stimulus dipilih dengan mempertimbangkan kompleksitas konten yang sesuai dengan KD dan didorong agar lebih kontekstual sehingga siswa dapat mengambil manfaat dan kegunaan bagi hidupnya. d. Merakit soal didasarkan kepada pertimbangan bahwa soal tidak boleh menyinggung Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) serta tidak boleh bermuatan politik, pornografi, kekerasan, promosi instansi dan produk komersil. Stimulus disajikan dalam teks multimodal baik teks tunggal atau teks yang lebih dari satu. 2) Telaah dan Revisi Soal Penelaahan soal merupakan pengujian mutu butir soal secara kualitatif yang bertujuan untuk memastikan setiap butir soal telah memenuhi kaidah dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan soal dilakukan oleh ahli materi dan ahli konstruksi. Dari hasil telaah, soal-soal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi (1) Soal diterima, jika sesuai dengan kaidah penulisan soal, (2) Soal direvisi, jika hanya memenuhi sebagian kaidah penulisan soal, dan (3) Soal ditolak, jika tidak sesuai dengan indikator. 3) Pelaksanaan penilaian Penilaian dilaksanakan dalam skala formatif dan sumatif untuk mengukur ketercapaian Kompetensi Dasar. 4) Pengolahan Nilai Hasil Penilaian diolah berdasarkan pedoman penskoran sehingga menghasilkan urutan tingkat kompetensi pada literasi membaca yaitu; 1) perlu Intervensi Khusus 2) Dasar 3) Cakap dan 4) Mahir. 5) Tindak lanjut dapat berupa rekomendasi perbaikan mutu pembelajaran Tahap tindak lanjut adalah proses yang diperoleh dari hasil pengolahan penilaian yang dipergunakan untuk perbaikan proses mutu pembelajaran berikutnya. Tindak lanjut perbaikan sebaiknya dikaitkan dengan 3 kegiatan dalam Gerakan Literasi Sekolah yaitu kegiatan pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.


24 BAB 4 PENUTUP


25 Literasi membaca adalah keterampilan yang paling mendasar dan fundamental bagi siswa dalam menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran agar dapat digunakan dan memberikan manfaat serta menjadi bekal bagi siswa dalam menghadapi Abad ke-21 yang kompetitif dan sangat dinamis. Literasi membaca yang dimaknai sebagai kemampuan memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan bentuk-bentuk teks tertulis yang dibutuhkan oleh masyarakat dan/atau dihargai oleh individu harus diajarkan, dilatih, dibiasakan agar menjadi suatu budaya dengan cara mendesain model instrumen penilaian berbasis literasi yang pada akhirnya akan mendorong aktivitas pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kejelian guru mata pelajaran dalam menganalisis kompetensi literasi membaca dan kompetensi mata pelajaran sangat mendorong guru agar mampu secara kreatif dan inovatif mendesain pembelajaran dan penilaian yang berbasis literasi. Instrumen penilaian berbasis literasi membaca, mendorong pendidik agar lebih jeli dan cerdas dalam menyuguhkan teks multimodal yang kontekstual sehingga merangsang kemampuan bernalar siswa dan menumbuhkan karakter baik. Kolaborasi antar-guru mata pelajaran menjadi tambahan yang mencerahkan agar terjadi pembelajaran yang lebih bermakna, holistik, dan berkesinambungan.


26 DAFTAR PUSTAKA


27 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Penidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Binder, C., Haughton, E., & Bateman, B. (2002). Fluency: achieving true mastery in the learning process. Professional Papers in Special Education, 2–20. Bastug, M., Keskin, H. K. & Akyol, M. (2017). How do fluent and poor readers’ endurance differ in reading? Cypriot Journal of Educational Science. 12(4), 157–166. Hiebert, E. H. (2014, January). The forgotten reading proficiency: stamina in silent reading. Text Project Article Series. Santa Cruz, CA: Text Project. Kusaeri & Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Gaytan, J & McEwen, B. 2007. Effective Online Instructional and Assessment Strategies. The American Journal of Distance Education, 21 (3): 118. Marni, dkk. (2020) .Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMA, Edisi Revisi. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Atas. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. McGill-Franzen, A., & Zeig, J. L. (2015). Drawing to learn: visual support for developing reading, writing, and concepts for children at risk. In Handbook of research on teaching literacy through the communicative and visual arts, Volume II. A Project of the International Reading Association, 399.


28 Unesco. (2006). Literacy for Life. Education for All Global Monitoring Report. Word Economic Forum. 2016. “What are the 21st-century skills every student needs?”. dalam https://www.weforum.org/ agenda/2016/03/21st-century-skills-futurejobs-students/, 10 March 2016. Wiedarti, P. & Leksono, K. (2018). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan Pusat Asesmen & Pembelajaran (2020). Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/frontpage/detail .


29


30 LAMPIRAN 1 PRAKTIK BAIK INSPIRATIF DI SMA NEGERI 3 MAKASSAR


31 Praktik Baik Inspiratif Pengembangan Penilaian Berbasis Literasi Membaca Oleh : Nur Risnawati Kusuma, S.P., M.Pd. A. Mata Pelajaran Biologi Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Makassar Guru Mapel : Nur Risnawati Kusuma, S.P., M.Pd. Tahun Ajaran : 2020/2021 1. Tahap Perencanaan Literasi membaca bukan hanya sekadar kemampuan membaca tanpa mengetahui makna dari teks tertulis. Literasi membaca harus dikenalkan, diajarkan, dilatih, dibiasakan, dan dijadikan sebagai budaya di satuan pendidikan supaya terbentuk stamina atau daya tahan dalam membaca, sehingga proses kognitif membaca (memahami, menggunakan, mengevaluasi hingga merefleksikannya kembali) dapat tercapai. Dibutuhkan desain pembelajaran dengan aktivitas dan penilaian yang melibatkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking skill) yang berbasis literasi membaca dengan berpijak pada komponen instrumen literasi membaca sebagai berikut. a. Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai. b. Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi yang akan dicapai. c. Menganalisis level kognitif literasi (membaca). d. Menentukan konten yang relevan. 2. Tahap Pengembangan a. Kompetensi Dasar 1.7. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dalam kaitannya dengan nutrisi, bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem pencernaan manusia. 1.7. Menyajikan laporan hasil uji zat makanan yang terkandung dalam berbagai jenis bahan makanan dikaitkan dengan kebutuhan energi setiap individu serta teknologi pengolahan pangan dan keamanan pangan. b. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.1 Menganalisis zat makanan yang diperlukan tubuh manusia sehari-hari dari berbagai sumber informasi 3.7.2 Menyusun menu makanan seimbang untuk kategori aktivitas normal 3.7.3 Menentukan berat ideal sebagai wujud pola hidup sehat


32 c. Kisi-Kisi Soal Literasi Membaca No Jenjang Konten Konteks Kompetensi Sub Kompetensi Bentuk Soal Indikator 1. Level 3 Zat Makanan (Menu makanan seimbang dan pola hi-dup sehat) Saintifik Mengevaluasi dan merefleksi Merefleksi isi waca-na untuk pengambil-an keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi Uraian Diberikan stimulus/ teks berupa informasi dan gambar berbagai zat makanan, siswa dapat menyusun menu makanan sehat yang memenuhi standar gizi yang seimbang. 2. Level 3 Zat Makanan (Menu makanan seimbang dan pola hi-dup sehat) Saintifik Mengevaluasi dan merefleksi Merefleksi isi wacana untuk pengambil-an keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalam-an pribadi Uraian Diberikan stimulus/teks berupa informasi dan gambar berbagai zat makanan, siswa dapat menganalisis gangguan kesehatan akibat kekurangan pro-tein. 3. Level 3 Zat Makanan (Menu makanan seimbang dan pola hidup sehat) Saintifik Mengevaluasi dan merefleksi Merefleksi isi wacana untuk pengam-bilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi Uraian Diberikan stimulus/teks berupa informasi dan gambar berbagai zat makanan, siswa dapat menghitung berat badan ideal. 4. Level 3 Zat Makanan (Menu makanan seimbang dan pola hidup sehat) Saintifik Memahami Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak BenarSalah Diberikan stimulus/ teks berupa informasi dan gambar berbagai zat makanan, siswa dapat menentukan peryataan benar/salah berdasarkan stimulus.


33 d. Soal Literasi Membaca Zat Makanan Bagi Tubuh Zat makanan dapat ditemukan dalam berbagai makanan yang kita konsumsi seharihari. Sejumlah zat ini dibutuhkan tubuh kita untuk menunjang pertumbuhan, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, menghasilkan energi, dan menjaga kesehatan. Metabolisme tubuh yang baik tentunya disesuaikan pula dengan olahraga yang teratur. Dengan berolahraga dapat memperlancar proses peredaran darah, sehingga tubuh menjadi sehat. Makronutrien: Karbohidrat Protein Lemak


34 Mikronutrien: Air Vitamin dan Mineral 1. Amatilah gambar pada wacana tersebut! Bacalah materi mengenai sistem pencernaan yang berkaitan dengan nutrisi! Lalu susunlah menu makanan sehat yang dapat dikonsumsi sehari-hari yang dapat memenuhi standar gizi yang seimbang! 2. Salah satu makronutien yang dibutuhkan tubuh adalah protein. Analisislah ketika seseorang mengalami kekurangan zat makanan berupa protein! Gangguan apa yang akan terjadi pada orang tersebut? Dan jelaskan gejala penyakit yang dialami! 3. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa proses metabolisme yang baik ditunjang dengan mengonsumsi makanan yang bergizi, seimbang, serta berolahraga secara teratur. Oleh karena itu, perlu memantau berat badan agar kondisi tubuh tetap ideal. Hitunglah berapa berat badan ideal kalian! 4. Pilihlah jawaban benar atau salah dari pernyataan pada tabel berikut dengan mencontreng salah satu dari dua kolom di samping kanan pernyataan tersebut! No. Pernyataan Benar Salah 1. Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling utama. 2. Lemak jenuh banyak terdapat pada daging, keju, susu dan mentega, sedangkan asam lemak tak jenuh banyak terdapat pada minyak kedelai, minyak kelapa, ikan, dan minyak goreng. 3. Mineral mengatur keseimbangan keasaman cairan tubuh, proses penggumpalan darah, dan membantu proses metabolisme dalam tubuh. 4. Jumlah air yang seharusnya diminum dalam sehari adalah lima gelas. 5. Kacang-kacangan merupakan sumber lemak yang menghasilkan energi.


35 3. Tahap Pengolahan Hasil A. Kunci Jawaban dan Penskoran No. Pembahasan Skor 1. Skor 25 Dalam menyusun menu makanan sehat dan seimbang harus terpenuhi semua zat makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral pada menu yang dibuat. Contoh menu: Karbohidrat (3—6 porsi sehari): nasi, jagung atau gandum; Protein (2—3 porsi): ayam, telur, Ikan, susu, tahu, tempe atau kacang-kacangan; Lemak (2—3): daging, telur, minyak kedelai, atau minyak kelapa. Vitamin (2—3 porsi): sayuran atau buah. Mineral (2—3 porsi): sayuran atau buah dan air (8 gelas). 5 5 5 5 5 2. Skor 10 Kekurangan protein dapat mengakibatkan asupan asam amino akan berkurang, sehingga tubuh akan kekurangan energi. Jika dalam waktu yang berkepanjangan akan mengakibatkan penyakit kwasiorkor. 5 5 3. Skor 10 BMI = Berat Badan (Tinggi Badan)2 Berat badan dalam (kg) dan Tinggi badan dalam meter (m) Misal : Berat Badan 55 kg Tinggi badan 147 cm = 1,47 m BMI = 55 kg (1,47)2 = 25 (Kelebihan Berat Badan) BMI Status Berat Badan Kurang dari 18,5 Kekurangan berat badan 18,5 -24,9 Normal (Ideal) 25,0 – 29,9 Kelebihan berat badan 30,0 atau lebih Kegemukan (Obesitas) 10


36 4. Skor 7 Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling utama. (Benar) Lemak jenuh banyak terdapat pada daging, keju, susu, dan mentega. Sedangkan asam lemak tak jenuh banyak terdapat pada minyak kedelai, minyak kelapa, ikan, dan minyak goreng. (Benar) Mineral mengatur keseimbangan keasaman cairan tubuh, proses penggumpalan darah, dan membantu proses metabolisme dalam tubuh (Benar) Jumlah air yang seharusnya diminum dalam sehari adalah lima gelas. (salah) Kacang-kacangan merupakan sumber lemak yang menghasilkan energi (salah) 1 1 1 1 1 Jumlah skor maksimal 50 B. Tingkatan Level Kognitif 1. Jika nilai siswa < 5, maka termasuk ke dalam level PIK atau Perlu Intervensi Khusus (indikator: di sini siswa belum mampu menuangkan ide ketika melihat teks berupa gambar zat makanan pada soal yang disajikan, sehingga perlu pembimbingan dan intervensi khusus). 2. Jika nilai siswa 5 ≤ x ≤ 17, maka termasuk ke dalam level dasar (indikator: siswa sudah mempunyai ide konsep, namun masih perlu pembimbingan dalam menyusun menu makanan seimbang dan menghitung berat badan idealnya). 3. Jika nilai siswa 18 < x ≤ 30, maka termasuk ke dalam level cakap (indikator: siswa sudah mempunyai pemahaman zat makanan dan dapat menyelesaikan permasalahan konteks dengan baik tanpa harus dibimbing). 4. Jika nilai siswa 31 < x ≤ 50, maka termasuk ke dalam level mahir (indikator: siswa ini sudah memiliki ide dan memahami konsep zat makanan yang mumpuni, sehingga tanpa dibimbing, mampu menyelesaikan permasalahan yang disajikan dengan lancar). C. Tahap Tindak Lanjut Siswa yang berada pada level Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, siswa hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Siswa perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual, dan pendampingan khusus.


37 Siswa ditingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik, sehingga masih perlu pembimbingan dalam menyusun menu makanan seimbang dan menghitung berat badan idealnya. Siswa dapat diberi sumber belajar pendamping berupa teks multimodal atau simpulan untuk pemahaman yang utuh menggunakan alat bantu berupa pengatur grafis. Siswa di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai materi yang disajikan, namun belum mampu merefleksi secara utuh. Siswa dapat diberikan bahan bacaan lain berupa contoh kasus yang beragam. Siswa dibekali dengan teknik membaca cepat dan menggunakan pengatur grafis dalam membuat simpulan agar lebih mudah membuat refleksi. Siswa ditingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran dengan memberikan beragam kasus yang berbeda dari kejadian sehari-hari.


38 LAMPIRAN 2 PRAKTIK BAIK INSPIRATIF DI SMA NEGERI 1 INDRALAYA UTARA


39 Praktik Baik Inspiratif Pengembangan Penilaian Berbasis Literasi Numerasi Oleh : M. Firdaus, M.Pd. A. Mata Pelajaran Fisika Nama Sekolah : SMA Negeri Indralaya Utara Guru Mapel : M. Firdaus Tahun Ajaran : 2020—2021 1. Tahap Perencanaan Pengembangan Instrumen Penilaian Literasi Membaca di SMA Literasi membaca merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah, dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Model 2 Desain Asesmen Berbasis Literasi Membaca a. Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai. b. Menganalisis level kognitif literasi membaca dengan konten dan konteks. c. Mendesain aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan level kognitif. d. Menetapkan pendekatan asesmen yang digunakan dalam pembelajaran dan penilaian. e. Menetapkan pendekatan asesmen yang digunakan dalam pembelajaran dan penilaian. f. Menentukan bentuk soal. 2. Tahap Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Literasi Membaca a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan disajikan. b. Siswa bergabung pada kelas digital SMAN 1 Indralaya Utara dengan alamat tautan: www.sman1.indralayautara.sch.id c. Siswa menafsirkan ide pokok yang tersirat maupun tersurat dari bacaan menjadi suatu gagasan dalam bentuk miniatur kapal dari kertas dan memaparkan/ mempresentasikan di depan kelas. 3. Tahap Pengolahan Hasil a. Menentukan pendekatan asesmen: assesmen for learning dan assesmen of learning. b. Menentukan bentuk soal yang disajikan dalam asesmen: untuk kasus ini dipilih bentuk soal kombinasi pilihan ganda dan benar/salah:


40 SOAL ASESMEN BERBASIS LITERASI MEMBACA Kompetensi Dasar : 3.3. Menerapkan hukum-hukum fluida statik dalam kehidupan sehari-hari Pertanyaan Artikel 1 Chiara sangat tertarik dengan keajaiban sains pada artikel tersebut. Pada saat melihat manuver kapal selam berada di perairan, ada tiga kondisi manuver yang menjadi keistimewaan kapal selam; pada kondisi A, kapal tersebut mengapung, pada kondisi B, kapal tersebut melayang, dan pada kondisi C, kapal tersebut tenggelam. Hasil analisis ketiga kondisi manuver di atas, Chiara menyimpulkan bahwa: 1) Besar gaya apung yang dialami kapal selam pada kondisi A lebih besar dari gaya beratnya. 2) Besar gaya apung yang dialami kapal selam pada kondisi B sama dengan gaya beratnya. 3) Gaya apung yang dialami kapal selam pada kondisi A sama dengan gaya apung yang dialami pada kondisi B. 4) Gaya apung yang dialami kapal selam pada kondisi B sama dengan gaya apung yang dialami pada kondisi C. Dari empat pernyataan tersebut, hasil kesimpulan yang benar adalah …. a. 1), 2), dan 3) b. 1) dan 3) c. 2) dan 4) d. 4) Saja e. 1) Saja


41 B. Kunci Jawaban dan Peskoran - C. Tingkatan Level Kognitif Tingkatan level kognitif dari analisis jawaban soal pilihan ganda dan benar salah, ditetapkan sebagai berikut. 1. Jika nilai siswa < 25, maka termasuk ke dalam level PIK atau Perlu Intervensi Khusus. 2. Jika nilai siswa 25 ≤ x < 50 maka termasuk ke dalam level dasar. 3. Indikator: siswa sudah mampu mencari informasi dalam teks sains yang disajikan, namun masih perlu pembimbingan dalam memilih informasi yang relevan saat memahami Konsep Fluida Statis ketika akan mencari kebenaran konsep yang ditanyakan. 4. Jika nilai siswa 50 ≤ x < 75, maka termasuk ke dalam level cakap. 5. Indikator: siswa sudah mempunyai kemampuan memahami teks secara literal dan dapat menyelesaikan permasalahan Konsep Fluida Statis tersebut dengan baik tanpa harus dibimbing. 6. Jika nilai siswa 75 < x ≤ 100 maka termasuk ke dalam level mahir. 7. Indikator: siswa ini sudah memiliki kemampuan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan mengenai Konsep Fluida Statis dengan sangat mumpuni, sehingga tanpa dibimbing ia mampu menyelesaikan permasalahan yang disajikan dengan lancar. D. Tahap Tindak Lanjut 1. Menelaah hasil level kognitif dengan capaian rata-rata kelas yang baru mencapai 45,87 % , dengan hasil: a. Perlu Intervensi : 2 Siswa b. Level Dasar : 13 Siswa c. Level Cakap : 2 Siswa d. Level Mahir : 6 Siswa 2. Menyikapi hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa belum maksimalnya pola pembelajaran dalam melatih nalar siswa untuk menelaah permasalahan yang ditemukan, khususnya pada soal bacaan artikel. Dampak positif yang dirasakan adalah terlihatnya capaian siswa dengan level cakap dan mahir adalah anak-anak yang keseharian memang cukup dominan dan tergabung dalam Kelompok Bimbingan Olimpiade, KIR, dan sebagainya.


42 3. Mendesain pembelajaran berbasis penyelidikan dengan pola terapan. Dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan disajikan. b. Siswa diberikan stimulus dan dituntun ke dalam aktivitas pembelajaran berbasis literasi membaca dengan memberikan yang sudah termasuk ke dalam menu e-learning www.sman1.indralayautara.sch.id. c. Memberikan studi kasus terkait permasalahan tentang merancang/ mendesain sendiri bentuk kapal dari kertas. d. Siswa menafsirkan ide pokok yang tersirat maupun tersurat dari bacaan menjadi suatu gagasan dalam bentuk miniatur kapal dari kertas dan memaparkan/ mempresentasikannya di depan kelas. e. Merefleksikan pengalaman belajar melalui alamat tautan: https://forms.gle/ vmfQpkfrsmHsPru39.


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.