PENGERTIAN TEKS HIKAYAT Flipbook PDF

PENGERTIAN TEKS HIKAYAT

115 downloads 117 Views

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

1

A. PENGERTIAN TEKS HIKAYAT

Hikayat dapat diartikan sebagai suatu teks yang termasuk ke dalam bagian dari karya sastra Melayu klasik yang didalamnya mengisahkan tentang kehidupan dari keluarga istana (istana sentris), kaum bangsawan atau orang-orang ternama dengan segala kehebatan, kesaktian (kemustahilan) ataupun kepahlawanan. Sama dengan dongeng, hikayat dituturkan berdasarkan imajinasi sang penulis dalam dunia rekaan, sehingga kisahnya hanya sebatas khayalan saja dan digunakan hanya sebagai penghibur. Selain itu cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Apabila kalian pernah mendengar tentang karya sastra melayu Klasik, karya sastra melayu klasik ini adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat. Karya sastra tersebut berkembang sebelum periode tahun 20an. Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisandari mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A. Ikram, dalam bukunya Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya 1991, hal. 220) Sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku, seperti halnya cerpen atau novel. Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. karya sastra melayu klasik ini adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat. Karya sastra tersebut berkembang sebelum periode tahun 20-an. Sedangkan prosa adalah sebuah tulisan atau karya sastra yang berbentuk cerita yang disampaikan menggunakan narasi. Bentuk tulisan prosa berupa tulisan bebas dan tidak terikat dengan berbagai aturan dalam menulis, seperti misalnya rima, diksi, irama, dan lain sebagainya. Jadi teks hikayat merupakan karya sastra lama yang berbentuk prosa. B. KARAKTERISASI TEKS HIKAYAT

1. Fungsi Hikayat a. Untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan Dalam hikayat, banyak kisah perjuangan para raja dan tokoh masyarakat yang bersifat heroic. Cerita-cerita tersebut dapat menumbuhkan jiwa kepahlawanan dan nilai patriotism bagi pembacanya. Hal ini sebagaimana yang tampak pada abstrak dari cuplikan-cuplikan berikut. Baik kita membaca hikayat perang, supaya kita beroleh faedah daripadanya. (Sejarah Melayu). Supaya dapat petik-petik itu mengambil faedah daripadanya, karena akan melanggar esok hari. (Hikayat Muhammad Hanafiyyah). b. Untuk kepentingan didaktis 2

Dalam hikayat dijumpai sejumlah keteladanan yang dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya. Misalnya kesabaran, kerja keras, atau kesetiaan. Melalui hikayat, nilai-nilai keteladanan tersebut dapat tertanam pula pada diri para pembaca. Kutipan berikut merupakan harapan untuk para pembaca setelah membaca hikayat yang akan diceritakan itu. Berhikayat pelbagai cerita yang memberi sabra hatinya, pada barang pekerjaan itu hendaklah fikir dan sabra banyak-banyak atas laki-laki dan perempuan yang bijaksana. (Hikayat Hang Tuah)

c. Sebagai sarana hiburan Sebagaimana jenis teks narasi lainnya, hikayat juga merupakan wahana yang dapat memberikan hiburan atau rasa senang. Aneka konflik yang ada di dalamnya dapat memberikan hiburan dengan aneka perasaan yang berkecamuk bagi para pembacanya. Berikut contohnya Di hadapan sang Ratu, Damarwulan meyampaikan keinginannya mengikuti sayembara untuk mengalahkan Minakjingga. “Ampun, Gusti Ratu! Jika diperkenankan, izinkanlah hamba mengikuti sayembara,” pinta Damarwulan. “Tentu saja, Damarwulan. Bawalah kepala Minakjingga ke hadapanku!” titah sang Ratu. “Baik, Gusti,” kata pemuda itu seraya berpamitan. Berangkatlah Damarwulan ke Blambangan untuk menantang Minakjingga. “Hai Minakjingga!, Jika berani, lawanlah aku!” seru Damarwulan setiba di blambangan. “Siapa kamu?” Tanya Minakjingga, “Berani-beraninya menantang aku”. “Ketahuilah, hai pemberontak! Aku Damarwulan yang diutus oleh Ratu Ayu Kencana Wungu untu membinasakanmu,” jawab Damarwulan. Konflik yang tampak pada cuplikan hikayat tersebut dapat menjadi hiburan melalui pengembangan imajinasi dan kepenasaran atas peristiwa yang akan terjadi selanjutya. Para pembaca pun seolah-olah berhadapan dengan adegan yang menegangkan dan tanpa disadari pembaca pun melupakan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka. 2. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Teks Hikayat a. Unsur Intrinsik

3

Unsur instrinsik hikayat adalah unsur pembangun yang berasal dari dalam cerita hikayat itu sendiri. Baried dalam Pertiwi (2009, hlm. 48) menyatakan bahwa unsur intrinsik dalam hikayat terdiri dari, tema, latar, alur, tokoh atau penokohan, dan sudut pandang pengarang.  Tema Unsur intrinsik hikayat yang pertama adalah tema. Tema merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dikutip dari beberapa sumber, tema dibagi menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan utama. Sementara tema minor adalah tema yang tidak begitu menonjol. Tema dalam hikayat itu beragam bergantung pada kaca mata yang kita gunakan dalam melihat keberadaan tema itu sendiri. Supayal ebih jelas, berikut beberapa contoh tema hikayat: - Kejahatan awal, akhir-akhirnya akan dapat hukumannya; - Cinta terhadap tanah air lebih penting dari pada harta benda atau kedudukan; - Cinta akan mengatasi segala kesulitan; - Jika orang sudah kehilangan semua, baru teringat kembali pada Tuhan.  Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan pelaku dalam suatu karya sastra. Umumnya, tokoh dalam karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling sering muncul dalam cerita, sedangkan tokoh tambahan merupakan tokoh yang jarang muncul di dalam cerita. Sementara penokohan adalah teknik atau cara dalam menampilkan watak dari tokoh yang ada di dalam cerita. Terdapat beberapa cara yang biasa digunakan untuk menggambarkan watak tokoh, diantaranya: - Melalui perilaku atau gerak-gerik tokoh; - Penggambaran fisik dan sifat yang digambarkan pengarang; - Melalui dialog antartokoh yang bersangkutan; - Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; - Pengungkapan jalan pikiran tokoh; - Penggambaran oleh tokoh lainnya.  Latar Unsur intrinsik hikayat selanjutnya adalah latar. Pertiwi (2009, hlm. 54) berpendapat bahwa latar itu menyangkut hajat hidup para tokoh. Maka dari itu, latar dalam cerita mencangkup lingkungan dan aspeknya yang lebih luas. Tidak hanya mempersoalkan tempat tetapi juga waktu. Menurut Sudjiman (1988, 87) latar merupakan segala keterangan atau petunjuk pengacuan yang berhubungan dengan waktu ruang, dan suasana mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Dari pernyataan tersebut, kita tahu jika latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar 4









tempat, latar waktu, dan latar suasana. Baried dalam Pertiwi (2009, hlm. 56) mengemukakan bahwa dalam hikayat umumnya mengambil latar hutan, laut, pelabuhan, dan pantai. Alur Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Sementara pengaluran adalah teknik dalam menampilkan alur cerita hikayat. Jika ditinjau berdasarkan kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jenis alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Sementara alur lur lurus merupakan jenis alur yang memungkinkan terjadinya pencabangan dalam cerita. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara pengarang menguraikan cerita yang telah dia buat. Atau definisi gaya bahasa yaitu cara pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya mmelalui bahasa-bahasa yang khas sehingga bisa menimbulkan suatu kesan tertentu. Ruang lingkup gaya bahasa meliputi pengguaan kalimat, pemilihan kata (pemilihan diksi), penggunaan majas, dan penghematan kata. Gaya bahasa adalah cara pengarang menguraikan cerita yang telah dia buat. Atau definisi gaya bahasa yaitu cara pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya mmelalui bahasa-bahasa yang khas sehingga bisa menimbulkan suatu kesan tertentu. Ruang lingkup gaya bahasa meliputi pengguaan kalimat, pemilihan kata (pemilihan diksi), penggunaan majas, dan penghematan kata. Sudut Pandang Sudut pandang adalah teknik atau cara pandang penulis dalam menceritakan para pelaku dalam cerita. Terdapat tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga. Pada hikayat, sudut pandang yang biasa digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Penulis berperan sebagai dalang. Seorang penulis hikayat seakan-akan mengetahui apa saja yang terjadi di dalam cerita hikayat. Ia mengetahui apa saja yang dilakukan dan dipikirkan oleh pelakupelakunya. Amanat Amanat adalah pesan moral dalam cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca berupa nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan teladan atau dijadikan contoh. Penyampaian pesan dalam cerita selalu di dasarkan pada tema dan tujuan yang sudah ditentukan oleh pengarang ketika menyusun rancangan cerita. Amanat atau pesan dalam sebuah tulisan cerita tidak selalu tersurat (jelas), namun dapat juga tersirat (tersembunyi). 5

Umumnya amanat atau pesan bisa ditelusuru melalui percakapan para tokoh dalam sebuah cerita. Apabila tema berkaitan dengan arti, maka sebuah amanat berkaitan dengan makna. Lalu apabila tema mempunyai sifat yang sangat lugas, khusus, dan objektif maka amanat mempunyai sifat kias, umum, dan subjektif. b. Unsur Ekstrinsik Dalam Wallek dan Warren (Rokhmansyah, 2014: 33) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik hikayat dan karya sastra lainnya meliputi:  unsur biografi;  unsur psikologis;  keadaan lingkungan;  dan pandangan hidup pengarang. Sementara menurut Kosasih (2012: 72) unsur ekstrinsik hikayat meliputi:  latar belakang pengarang  kondisi sosial budaya  dan tempat novel dikarang. 3. Struktur Teks Hikayat Teks hikayat dibawah ini akan menjadi contoh dalam struktur teks hikayat Hatta maka berapa lamanya Masyuhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambahtambah cerdiknya dan akalnya itu (Abstraksi). Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyebrang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?” (Orientasi) Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “ Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya.” Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!” (Komplikasi) Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, “Tuan hamba seberangkan apalah hamba kedua ini.” Maka kata Bedawi itu, “Sebagaimana hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam.”

6

Maka kata orang tua itu kepada istrinya, ”Pergilah diri dahulu.” Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, ”Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan.” Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, ”Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambil, hamba jadikan istri hamba.” Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu. Maka kata perempuan itu kepadanya,”Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu.” Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkatakata dalam hatinya, ”Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.” Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu airnya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutinya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu. Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Istri siapa perempuan ini?” Maka kata Bedawi itu, ”Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba.” Maka kata orang tua itu, ”Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.” Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, ”Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?” Maka kata perempuan celaka itu, ”Si Panjang inilah suami hamba.” Maka pikirlah Masyhudulhakk, ”Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu. Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, ”Si Panjang itulah suami hamba.” Maka kata Masyhudulhakk, ”Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?” Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan perempuan itu istrimu?” Maka kata Bedawi itu, ”Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan gamba ini tentulah suaminya”, Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, ”Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mertuamu

7

dan di mana kampung tempat ia duduk?” Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. (Resolusi) Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata orang tua itu, ”Daripada mula awalnya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana templat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu. (Koda) a. Abstraksi, dari hikayat yang akan ditulis. Sebagai hikayat, maka bentuk abstraksinya berupa rangkaian singkat dari peristiwa yang diceritakan. Abstraksi ini banyak berisikan tentang sebuah inti cerita yang bisa dikembangkan menjadi bermacam-macam peristiwa atau abstraksi biasa disebut juga dengan gambaran pada cerita. Biasanya abstraksi menjadi awal permulaan penting dalam membangun cerita hikayat yang baik. Namun, bagian ini bersifat opsional, sehingga hanya digunakan jika dianggap perlu. Contoh : “Hatta maka berapa lamanya Masyuhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu”. b. Orientasi, berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa. Yang mana istilah ini merujuk pada struktur bagian keterangan. Mulai dari keterangan waktu, tempat dan suasana yang terjadi pada cerita tersebut. Umumnya suasana yang diciptakan di dalam sebuah cerita sangat dramatis, sehingga pembaca dapat merasakan dan terbawa suasana sama. Contoh: “Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyebrang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?” c. Komplikasi, berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Komplikasi berisi urutan dalam berbagai kejadian dan dihubungkan sesuai sebab serta akibat. Dalam komplikasi sering terjadi bermacam-macam konflik. Mulai dari konflik yang berlangsung secara terus menerus alias tidak berkesudahan. Selanjutnya dalam struktur teks hikayat komplikasi juga akan didapatkan karakter pada suatu tokoh dengan bermacam-macam keistimewaannya. 8

Contoh: “Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “ Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya.” Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!” d. Resolusi , berisi pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian resousi ini memuat berbagai solusi dari pengarang atau penulis akan suatu masalah yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita dan sosialisasi ditampilkan dari pemikiran pribadi penulis. Contoh: “Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, ”Si Panjang itulah suami hamba.” Maka kata Masyhudulhakk, ”Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?” Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan perempuan itu istrimu?” Maka kata Bedawi itu, ”Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan gamba ini tentulah suaminya.” Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, ”Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?” Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu”. e. Koda, berisi amanat dan pesan moral yang ingin disampaikan penulis hikayat. Bagian ini kerap dinamakan dengan kesimpulan dan dalam struktur Koda terdapat berbagai nilai atau hikmah penting yang sangat bermanfaat untuk pembaca. Nah pada Koda ini temukan banyak poin-poin penting dari sebuah cerita yang bisa diambiloleh pembaca. Contoh: “Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata orang tua itu, ”Daripada mula awalnya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana templat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu”

9

4. Ciri-Ciri Teks Hikayat - Menggunakan bahasa Melayu - Memiliki tema kerajaan - Bersifat tidak masuk akal atau khayalan - Statis atau bersifat kaku dan tetap - Tidak memiliki pengarang yang jelas - Menggunakan kata-kata arkhais dan jarang digunakan - Bersifat edukasi 5. Bentuk Hikayat a. Hikayat Cerita Rakyat Hikayat cerita rakyat ini adalah hikayat yang digambarkan dengan jenaka. Pada umumnya inti cerita hikayat ini mengisahkan asal muasal suatu tempat atau benda. b. Roman Sesuai namanya hikayat roman ini adalah hikayat yang bercerita mengenai kisah kasih asmara dan kisah rumah tangga. c. Epos Epos adalah bentuk hikayat yang menceritakan tentang kepahlawanan seseorang. d. Tambeh Hikayat tambeh ini adalah hikayat yang menceritakan pedoman kehidupan sehingga dalam kisahnya mengandung banyak amanat yang dapat dipetik. e.Chara Hikayat chara ini adalah bentuk hikayat yang fokus terhadap seseorang tokoh terpuji. 6. Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat a. Menggunakan kata-kata arkais Teks hikayat menggunakan kata-kata arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan di Indonesia atau bahkan asing bagi masyarakat karena hikayat memiliki umur yang lebih tua dari Indonesia dan bahasa telah berkembang semenjak itu. Contoh: - Apatah bermakna apakah - Arkain bermakna kemudian - Daluang bermakna kertas - Daulat bermakna ya - Duli bermakna baginda - Dititah bermakna diperintah - Manira bermakna saya - Masygul bermakna kesal, marah - Pengawinan bermakna pembawa tombak - Senyampang bermakna selagi, seraya - Syahbandar bermakna kepala pelabuhan - Syahdan bermakna selanjutnya 10

-

Utas bermakna ahli

b. Menggunakan banyak konjungsi Urutan Waktu dan Kejadian Teks hikayat menggunakan banyak konjungsi. Sebagaimana yang kita tahu, konjungsi adalah kata sambung atau ungkapan yang digunakan untuk menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, seperti kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Contoh konjungsi urutan waktu: sebelum, setelah, dan lain sebagainya. Contoh konjungsi urutan kejadian : lalu, maka, dan lain sebagainya. c. Menggunakan majas Pada cerita hikayat, banyak ditemukan jenis-jenis majas untuk memperluas gaya bahasa kisah hikayat. Contoh : Banyak orang ingin mendatangi negeri matahari terbit karena kecanggihan teknologi yang ada disana. 7. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Teks Hikayat a. Nilai Religius Nilai kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta. "Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin". Telihat pada penggalan teks tersebut, penulis menerangkan bahwa dengan memohon kepada Tuhan dan berdoa lalu bersedekah segala urusan akan dimudahkan oleh Tuhan. Yang mana dalam hal ini terdapat kepercayaan tehadap sang pencipta. b. Nilai Sosial Nilai yang mencerminkan norma-norma berinteraksi terhadap sesama. "Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati". Dalam penggalan teks tersebut penulis mengungkapkan bahwa tidak melihat perbedaan status sosial. c. Nilai Moral (Etika) Nilai yang berkaitan dengan baik buruknya suatu perbuatan yang berlaku dalam masyarakat. "Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu”. Dalam penggalan teks tersebut menjelaskan tentang nilai moral yang isinya kesembilan orang anak raja tersebut tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. d. Nilai Budaya Nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu. "Lalu Malakarma kembali ke Negeri Puspa Sari dan ibunya menjadi pemungut kayu. Lalu ia memohon kepada dewa untuk mengembalikan keadaan Puspa sari. Puspa Sari pun makmur mengakibatkan Maharaja Indra Dewa dengki dan 11

menyerang Puspa Sari. Kemudian Marakarma menjadi Sultan Mercu Negara". Berdasarkan penggalan teks tersebut menjelaskan adanya perebutan kekuasaan yang bisudah sering terjadi dalam kehidupan kerajaan. e. Nilai Pendidikan Nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. "Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufan. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fkih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya". Berdasarkan penggalan teks tersebut menjelaskan Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil. 8. Perbedaan Cerpen dan Teks Hikayat Hikayat dapat diidentifikasi lewat adanya beberapa ciri khas. Berikut ini ciri-ciri hikayat tersebut: -

Tema, latar, dan tokohnya berkaitan dengan kehidupan raja dan lingkungan istana. Sudut pandangnya bersifat pralogis atau memiliki logika tersendiri yang berbeda dengan logika umum. Tokoh-tokoh tertentu digambarkan memiliki kekuatan gaib dan sakti mandraguna. Pengarang biasanya bersifat anonim, atau tidak disebutkan atau tidak diketahui siapa yang membuatnya. Kerap menggunakan bahasa klise (arkais), seperti kata hatta, syahdan, dan lain sebagainya. Cerita mengandung fantasi dan imajinasi tingkat tinggi. Alur ceritanya mudah ditebak. Penokohan bersifat mutlak, yang baik selalu baik dan yang jahat selalu jahat. Hikayat bersifat statis, isi ceritanya tidak mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman.

Cerpen juga memiliki beberapa ciri. Berikut ini ciri-ciri cerpen: -

Fokus utama cerita dalam cerpen biasanya hanya 1 jalan cerita saja. Konflik yang terjadi sedikit, bahkan sering kali hanya cukup satu saja. Cerita di dalam cerpen bersifat padu, singkat, dan intensif. Isinya lebih pendek dari novel, yakni tidak lebih dari 5.000 kata. Cerpen dapat ditemukan dengan mudah di koran, majalah, dan internet.

12

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.