SKRIPSI_102119110449_WIDAYANTI Flipbook PDF

BAB 1,2,3,5

11 downloads 103 Views 2MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI PAJAK, DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN SOSIALISASI PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus Pada Wajib Pajak di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021) SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Oleh: Widayanti NIM 102119110449

PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS INDONESIA MEMBANGUN BANDUNG 2023

ABSTRAK

Widayanti, Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Wajib Pajak di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021). Dibawah bimbingan Bapak Kasir, S.E., M.Ak., Ak., CA, BKP., ASEAN CPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi di Kecamatan Regol Tahun 20172021. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif dengan teknik penarikan sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sumber yang didapat dari Kantor Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BPPD) Kota Bandung, studi kepustakaan dan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 11.709 dengan sampel sebanyak 100 responden wajib pajak bumi dan bangunan. Hasil penelitian secara parsial (Uji T) diperoleh hasil bahwa Kualitas Pelayanan Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Namun Sanksi Pajak tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Serta Sosialisasi pajak sebagai variabel moderasi tidak dapat memoderasi Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan, Sosialisasi Pajak tidak dapat memoderasi Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan Sosialisasi dapat memoderasi Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Hasil penelitian secara simultan (Uji F) diperoleh hasil bahwa Kualitas Pelayanan Pajak,Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan berpengaruh secara simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan koefisien determinasi 46,3 % dan sisanya sebesar 53,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Dan Kualitas Pelayanan Pajak,Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan dengan Sosialisasi Pajak secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan koefisien determinasi 52,5% dan sisanya 47,5% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci: Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, KepatuhanWajib Pajak, Sosialisasi Pajak

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul β€œPengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Wajib Pajak di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021).” dengan baik dan tepat waktu. Rasa Hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Usulan Penelitian ini terutama kepada Bapak Kasir, S.E., M.Ak., Ak., CA., BKP., ASEAN CPA. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan perhatian serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Selain itu, penulis juga sampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.

Bapak Dr. Mochammad Mukti Ali, S.T, M.M. selaku Rektor Universitas Indonesia Membangun.

2.

Ibu Dr. Erna Herlinawati, S.E., M.Si. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik.

3.

Ibu Hj. Devyanthi Sjarif, SE., M.Ak. selaku Ketua Program Akuntansi.

4.

Ibu Santi Damayanti, S.E., MSM. selaku Dosen Wali

5.

Para Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Akuntansi Universitas Indonesia Membangun

yang

telah

memberikan

pembelajaran,

membimbing,

mengarahkan dan membantu penulis selama perkuliahan. 6.

Kedua orangtua tercinta, Bapak dan Mama dan juga Adik yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan tiada henti mendoakan penulis.

7.

Rekan-rekan ku Erin Purwanti, Felly Febriani, Risna Solehah N, dan Trisna Wahyudin yang sudah memberikan semangat dan banyak membantu dalam penyusunan penelitian ini. ii

8.

Seluruh pihak yang tak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa pada penyusunan usulan penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan, baik dalam teknis penelitian, struktur bahasa ataupun persepsi ilmiah. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin.

Bandung, Maret 2023

Widayanti

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL............................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 8 1.3. Tujuan ................................................................................................ 9 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10 1.4.1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 10 1.4.2. Manfaat Praktis....................................................................... 10 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS.... 12 2.1. Kajian Pustaka ................................................................................. 12 2.1.1. Pajak ....................................................................................... 12 2.1.1.1.Pengertian Pajak ......................................................... 12 2.1.1.2.Fungsi Pajak ............................................................... 13 2.1.1.3.Penggolongan Pajak ................................................... 14 2.1.1.4.Syarat Pemungutan Pajak ........................................... 15 2.1.1.5.Tata Cara Pemungutan Pajak ..................................... 16 2.1.1.6.Tarif Pajak .................................................................. 18 2.1.2. Pajak Daerah........................................................................... 19 2.1.2.1.Pengertian Pajak Daerah ............................................ 19 2.1.2.2.Jenis Pajak Daerah...................................................... 20 2.1.2.3.Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah.................... 21 2.1.2.4.Tarif Pajak Daerah...................................................... 21 2.1.2.5.Sistem Pemungutan Pajak Daerah .............................. 23 2.1.3. Pajak Bumi Dan Bangunan .................................................... 24 2.1.3.1.Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan ...................... 24 2.1.3.2.Dasar Hukum Pajak Bumi Dan Bangunan ................. 24 2.1.3.3.Objek Pajak Bumi dan Bangunan .............................. 25 2.1.3.4.Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ................... 25 2.1.3.5.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ............................. 26 2.1.3.6.Nilai Jual Objek Pajak ................................................ 26 2.1.3.7.Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak .................. 27 2.1.3.8.Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ................................ 28 2.1.3.9.Tata Cata Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan .... 28 2.1.4. Kepatuhan Wajib Pajak .......................................................... 29 2.1.4.1.Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ............................ 29

iv

2.1.4.2.Jenis Kepatuhan Wajib Pajak ..................................... 29 2.1.4.3.Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak 30 2.1.4.4.Indikator Kepatuhan Wajib Pajak .............................. 31 2.1.5. Sosialisasi Pajak ..................................................................... 32 2.1.5.1.Pengertian Sosialisasi Pajak ....................................... 32 2.1.5.2.Bentuk Sosialisasi Pajak ............................................. 33 2.1.5.3.Indikator Sosialisasi Pajak.......................................... 34 2.1.6. Kualitas Pelayanan Pajak ....................................................... 35 2.1.6.1.Pengertian Kualitas Pelayanan Pajak ......................... 35 2.1.6.2.Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Pajak 35 2.1.6.3.Indikator Kualitas Pelayanan Pajak ............................ 36 2.1.7. Sanksi Pajak ........................................................................... 36 2.1.7.1.Pengertian Sanksi Pajak ............................................. 36 2.1.7.2.Jenis Sanksi Pajak ...................................................... 37 2.1.7.3.Indikator Sanksi Pajak ................................................ 37 2.1.8. Pengetahuan Perpajakan ......................................................... 38 2.1.8.1.Pengertian Pengetahuan Perpajakan ........................... 38 2.1.8.2.Indikator Pengetahuan Wajib Pajak ........................... 38 2.2. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 38 2.2.1. Hubungan Kualitas Pelayanan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................................... 39 2.2.2. Hubungan Sanksi Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak ..... 39 2.2.3. Hubungan Pengetahuan Perpajakan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................................... 40 2.2.4. Hubungan Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Yang Dimoderasi Oleh Sosialisasi Pajak. ...................................................................................... 40 2.2.5. Penelitian Terdahulu .............................................................. 42 2.3. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 44 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 46 3.1. Metode Penelitian ............................................................................ 46 3.2. Operasional Variabel ....................................................................... 47 3.3. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 50 3.3.1. Jenis Data ............................................................................... 50 3.3.2. Sumber Data ........................................................................... 50 3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 50 3.5. Teknik Penarikan Sampel ................................................................ 51 3.5.1. Populasi .................................................................................. 51 3.5.2. Sampel .................................................................................... 52 3.6. Pengujian Validitas dan Reabilitas .................................................. 53 3.6.1. Uji Validitas Data ................................................................... 53 3.6.2. Uji Reliabilitas Data ............................................................... 54 3.7. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................ 55 3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif.................................................... 55 3.7.2. Analisis Statistik Verifikatif ................................................... 58

v

3.7.2.1.Uji Asumsi Klasik ...................................................... 58 3.7.2.1.1.Uji Normalitas ...............................................58 3.7.2.1.2.Uji Multikoliniearitas....................................59 3.7.2.1.3.Uji Heteroskedastisitas .................................60 3.7.2.2.Analisis Regresi Linear Berganda .............................. 60 3.7.2.3.Moderated Regression Analysis (MRA) .................... 61 3.7.2.3.Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 62 3.7.2.4.Analisis Koefisien Determinasi .................................. 63 3.7.3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 64 3.7.3.1.Pengujian Secara Parsial (Uji T) ................................ 65 3.7.3.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F) ............................. 66 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................. 68 4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 68 4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Regol Kota Bandung ............. 68 4.1.1.1.Kondisi Pemerintahan Kecamatan Regol ................... 68 4.1.1.1.1.Wilayah Administratif ..................................68 4.1.1.1.2.Wilayah Pemerintahan ..................................69 4.1.1.1.3.Jumlah Penduduk di Kecamatan Regol ......70 4.1.1.1.4.Visi dan Misi Kecamatan Regol ..................71 4.1.2. Identitas Responden ............................................................... 71 4.1.3. Pengujian Instrumen Penelitian .............................................. 73 4.1.3.1.Hasil Uji Validitas Data ............................................. 73 4.1.3.2.Hasil Uji Reliabilitas Data .......................................... 75 4.1.4. Hasil Analisis Data ................................................................. 76 4.1.4.1.Hasil Analisis Statistik Deskriptif .............................. 76 4.1.4.1.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) .......................77 4.1.4.1.2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kualitas Pelayanan Pajak (X1) ..................79 4.1.4.1.3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Sanksi Pajak (X2) ........................................82 4.1.4.1.4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Pengetahuan Perpajakan (X3) ....................83 4.1.4.1.5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Sosialisasi Pajak (Z) ....................................85 4.1.4.2.Hasil Analisis Statistik Verifikatif ............................. 87 4.1.4.2.1.Hasil Uji Asumsi Klasik ...............................87 4.1.4.2.1.1.Hasil Uji Normalitas ................ 87 4.1.4.2.1.2.Hasil Uji Multikolinearitas....... 89 4.1.4.2.1.3.Uji Heteroskedastisitas............. 91 4.1.5. Hubungan Antara Variabel Yang Diteliti ............................... 92 4.1.5.1.Analisis Linear Berganda ........................................... 92 4.1.5.2.Moderated Regresion Analysis (MRA) ...................... 93 4.1.5.3.Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 96 4.1.5.4.Analisis Koefisien Determinasi (𝑅2) ......................... 98 4.1.6. Hasil Pengujian Hipotesis .................................................... 100 vi

4.1.6.1.Hasil Pengujian Hipotesis Parsial (Uji T) ................ 100 4.1.6.2.Hasil Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F) ............. 106 4.2. Pembahasan dan Hasil Penelitian .................................................. 108 4.2.1. Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Statistik Deskriptif .. 109 4.2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Statistik Verifikatif . 110 4.2.2.1. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. ....... 110 4.2.2.2. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. .................................... 111 4.2.2.3. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. ....... 111 4.2.2.4. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai Variabel Moderasi ......... 112 4.2.2.5. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai Variabel Moderasi ..................................... 113 4.2.2.6. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai Variabel Moderasi ......... 113 4.2.2.7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan ..................................... 114 4.2.2.8. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi .................................... 115 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 116 5.1. Kesimpulan .................................................................................... 116 5.2. Saran .............................................................................................. 121 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123 LAMPIRAN ....................................................................................................... 127

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapan Data Realisasi PBB Kecamatan Regol..................................... 3 Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 11 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 42 Tabel 3.1. Operasional Variabel............................................................................ 48 Tabel 3.2. Skala Likert .......................................................................................... 56 Tabel 3.3. Kategori Koefisien Korelasi................................................................. 63 Tabel 3.4. Pedoman Menginterprestasikan Koefisien Determinasi ...................... 64 Tabel 4.1. Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Regol .................................... 68 Tabel 4.2. Jumlah RW dan RT berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Regol ...... 69 Tabel 4.3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Regol ............................. 69 Tabel 4.4.Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Regol ..................................................................................................... 69 Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Kecamatan Regol .................. 70 Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Regol .............................................................................................................. 70 Tabel 4.7. Ringkasan Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ......................... 72 Tabel 4.8. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ............................... 72 Tabel 4.9. Karakteristik Responden Menurut Status ............................................ 72 Tabel 4.10. Karakteristik Responden Menurut Usia ............................................. 73 Tabel 4.11. Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan ..................... 73 Tabel 4.12. Hasil Uji Validitas Data ..................................................................... 74 Tabel 4.13. Hasil Uji Reliabilitas Data ................................................................. 76 Tabel 4.14. Kriteria Interpretasi Skor ................................................................... 77 Tabel 4.15. Pedoman Kategori Kepatuhan Wajib Pajak ....................................... 78 Tabel 4.16. Tanggapan responden terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ............ 78 Tabel 4.17. Pedoman Kategori Kualitas Pelayanan Pajak .................................... 80 Tabel 4.18. Tanggapan responden terhadap Kualitas Pelayanan Pajak (X1) ....... 80 Tabel 4.19. Pedoman Kategori Sanksi Pajak ........................................................ 82 Tabel 4.20. Tanggapan responden terhadap Sanksi Pajak (X2)............................ 82 Tabel 4.21. Pedoman Kategori Pengetahuan Perpajakan...................................... 84 Tabel 4.22. Tanggapan responden terhadap Pengetahuan Perpajakan ................. 84 Tabel 4.23. Pedoman Kategori Sosialisasi Pajak .................................................. 86 Tabel 4.24. Tanggapan responden terhadap Sosialisasi Pajak .............................. 86 Tabel 4.25. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ...................................... 88 Tabel 4.26. Hasil Uji Multikoleniaritas................................................................. 90 Tabel 4.27. Regresi Linear Berganda .................................................................... 92 Tabel 4.28. Hasil Perhitungan Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ........ 94 Tabel 4.29. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............................. 96

viii

Tabel 4.30. Hasil Uji Koefisien Determinasi Sebelum di Moderasi ..................... 99 Tabel 4.31. Hasil Uji Koefisien Determinasi Sesudah di Moderasi ..................... 99 Tabel 4.32. Hasil Uji T (Parsial) ......................................................................... 102 Tabel 4.33. Hasil Uji F (Simultan) Setelah Moderasi ......................................... 107

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.Hasil Pra-Survei mengenai Kualitas Pelayanan di Kecamatan Regol 4 Gambar 1.2.Hasil Pra-Survei mengenai Sanksi Pajak di Kecamatan Regol........... 5 Gambar 1.3.Hasil Pra-Survei mengenai Pengetahuan Perpajakan di Kecamatan Regol .................................................................................................. 6 Gambar 1.4.Hasil Pra-Survey mengenai Sosialisasi Pajak di Kecamatan Regol ... 7 Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41 Gambar 2.2.Model Penelitian ............................................................................... 42 Gambar 3.1.Garis Kontinum ................................................................................. 57 Gambar 3.2.Uji T .................................................................................................. 65 Gambar 3.3.Uji F................................................................................................... 67 Gambar 4.1.Kelas Interval Kepatuhan Wajib Pajak ............................................. 79 Gambar 4.2.Kelas Interval Kualitas Pelayanan Pajak ........................................... 81 Gambar 4.3.Kelas Interval Sanksi Pajak ............................................................... 83 Gambar 4.4.Kelas Interval Pengetahuan Perpajakan ............................................ 85 Gambar 4.5.Kelas Interval Sosialisasi Pajak......................................................... 87 Gambar 4.6.Uji Normalitas P-P Plots ................................................................... 89 Gambar 4.7.Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 92 Gambar 4.8.Pengujian Hipotesis Kualitas Pelayanan Pajak (X1)....................... 102 Gambar 4.9.Pengujian Hipotesis Sanksi Pajak (X2)........................................... 103 Gambar 4.10.Pengujian Hipotesis Pengetahuan Perpajakan (X3) ...................... 104 Gambar 4.11.Pengujian Hipotesis Variabel Kualitas Pelayanan Pajak (X1) Dengan Sosialisasi Pajak (Z) Sebagai Variabel Moderasi .......................... 104 Gambar 4.12.Pengujian Hipotesis Variabel Sanksi Pajak (X2) Dengan Sosialisasi Pajak (Z) Sebagai Variabel Moderasi ............................................ 105 Gambar 4.13.Hasil Uji F (Simultan) Sebelum Moderasi .................................... 107 Gambar 4.14.Kurva Uji F Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak............................... 107 Gambar 4.15.Kurva Uji F Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Dengan Sosialisasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak............................................................................................... 108

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1. Lembar Kuesioner Penelitan ....................................................... 127 Lampiran 1.2. Hasil Data Responden Kepatuhan Wajib Pajak .......................... 131 Lampiran 1.3. Hasil Data Responden Kualitas Pelayanan Pajak ........................ 133 Lampiran 1.4. Hasil Data Responden Sanksi Pajak ............................................ 136 Lampiran 1.5. Hasil Data Responden Pengetahuan Perpajakan ......................... 139 Lampiran 1.6. Hasil Data Responden Sosialisasi Pajak ...................................... 141 Lampiran 1.7. Uji Validitas Data Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan 144 Lampiran 1.8. Uji Validitas Data Kualitas Pelayanan Pajak .............................. 145 Lampiran 1.9. Uji Validitas Data Sanksi Pajak................................................... 146 Lampiran 1.10. Uji Validitas Data Pengetahuan Perpajakan .............................. 146 Lampiran 1.11. Uji Validitas Data Sosialisasi Pajak .......................................... 147 Lampiran 1.12. Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan .. 148 Lampiran 1.13. Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Pajak ................................. 148 Lampiran 1.14. Uji Reliabilitas Sanksi Pajak ..................................................... 148 Lampiran 1.15. Uji Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan ................................... 148 Lampiran 1.16. Uji Reliabilitas Sosialisasi Pajak ............................................... 148 Lampiran 1.17. Uji Normalitas Komolgorv Smirnov ......................................... 148 Lampiran 1.18. Uji Normalitas P-Plots ............................................................... 149 Lampiran 1.19. Uji Multikolinearitas.................................................................. 149 Lampiran 1.20. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 150 Lampiran 1.21. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda ............................. 150 Lampiran 1.22. Uji MRA .................................................................................... 151 Lampiran 1.23. Uji Koefisien Korelasi Product Moment ................................... 151 Lampiran 1.24. Uji Koefisien Determinasi Sebelum Moderasi .......................... 152 Lampiran 1.25. Uji Koefisien Determinasi Sesudah Moderasi........................... 152 Lampiran 1.26. Uji Parsial (Uji T) ...................................................................... 153 Lampiran 1.27. Uji Simultan (Uji F) Sebelum Dimoderasi ................................ 153 Lampiran 1.28. Uji Simultan (Uji F) Setelah Dimoderasi .................................. 153 Lampiran 1.29. Titik Persentase Distribusi t (df = 81 - 120) .............................. 154 Lampiran 1.30. Titik Persentase Distribusi F untuk probabilitas 0,05................ 155

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut rasio pajak di Indonesia

masih rendah dan salah satu penyebabnya karena tingkat kepatuhan masyarakat membayar pajak yang juga masih rendah. Bahkan, ada masyarakat yang masih menganggap membayar pajak bukan suatu kewajiban bahkan bentuk penjajahan. (www.finance.detik.com.). Rendahnya

kepatuhan

masyarakat

dalam

menjalankan

kewajiban pajak telah membuat sistem perpajakan di Indonesia belum berjalan efektif dan optimal. Alhasil, masih banyak potensi yang akhirnya sulit digali oleh pemerintah. Direktur Eksekutif CITA, Ruben Hutabarat, mengatakan penguatan sistem perpajakan di Indonesia bisa menjadi lebih efektif dan optimal jika masyarakat patuh pada pembayaran pajak. Dari data yang ketahui ekstrasi CITA dari pemerintah, tingkat kepatuhan hanya ada di angka 8,5% dibandingkan kawasan sekitar yang sudah mencapai 12%. (www.idxchannel.com). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2019:3). Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Wulandari & Wahyudi, 2022). Menurut Mardiasmo (2019:14) β€œPajak daerah ialah luran yang harus dibayarkan pada suatu wilayah dan diatur secara hukum kekuasaan pada pemerintah wilayah masing-masing untuk mengembangkan sistem tersebut.” Pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah

1

2

daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. (Rahayu, 2017:46). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu pajak yang dikenakan atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan. (Abdul Halim, 2016:525). Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis pajak Daerah yang sepenuhnya diatur oleh pemerintah dalam menentukan besar pajaknya, pajak ini penting untuk pelaksanaan dan peningkatan pembangunan serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. (Hasmi, 2022). Kepatuhan wajib pajak adalah kewajiban masyarakat dalam membayar pajak secara sukarela tanpa mendapat imbalan untuk pemenuhan pembangunan. (Badar dan Kantohe, 2022). kepatuhan wajib pajak merupakan wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melakukan kewajiban perpajakan sesuai dengan syarat perundang- undangan perpajakan yang berlaku. (Hidayat & Gunawan, 2022). Kualitas pelayanan merupakan pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan yang prima kepada para wajib pajak akan terpenuhi apabila SDM melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan. (Wulandari dan Wahyudi, 2022). Sanksi merupakan sebuah respon berupa hukuman yang diberikan kepada individu yang melanggar aturan yang telah berlaku. Perpajakan memuat dua bentuk sanksi yaitu berupa sanksi administrasi dan pidana. Pengenaan sanksi pajak dengan tegas dan tepat dapat merugikan serta membebani wajib pajak, ini menyebabkan pemilik pajak cenderung untuk patuh memenuhi kewajiban perpajakannya dibandingkan menerima denda yang diberikan. (Umbaran dkk, 2022). Pengetahuan untuk melaksanakan administrasi perpajakan, seperti menghitung pajak terutang atau mengisi Surat Pemberitahuan, melaporkan Surat

3

Pemberitahuan, memahami ketentuan penagihan pajak dan hal lain terkait kewajiban perpajakan. (Rahayu, 2017:33). Sosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham mengenai perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat. (Sudrajat, 2015:194). Perolehan pajak daerah Kota Bandung per 31 Oktober 2021 hanya Rp1,340 triliun pada 31 Oktober 2021 lalu. Rp1,340 triliun sama dengan 74 persen dari target Rp1,808 triliun untuk perolehan pajak periode 2021, artinya tak mencapai target. (www.jabarnews.id.). Berdasarkan fenomena yang didapatkan mengenai kepatuhan wajib pajak adalah yakni bahwa tidak sesuainya target penerimaan PBB dengan realisasi penerimaan PBB Kota Bandung di tahun 2021. BAPENDA sudah mentarget untuk penerimaan PBB kota Bandung pada tahun 2021 adalah sebesar 700 miliyar. Namun pada kenyataan nya, realisasi yang didapat adalah sebesar 579 miliyar. Hal ini disebabkan karena tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan masih rendah. (www.radarbandung.id.). Berikut ini adalah tabel rekapan data target dan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol tahun 2017-2021: Tabel 1.1 Rekapan Data Realisasi PBB Kecamatan Regol. Tahun

Jumlah SPPT

Jumlah Transaksi

2017

14.283

15.027

2018

14.995

2019

%

Target

Realisasi

%

105,21 23.645.781.611

22.346.822.406

94,51

14.494

96,66

26.816.642.263

22.908.107.885

85,42

14.739

16.052

108,91 25.157.988.648

22.414.038.321

89,09

2020

14.749

12.214

82,81

19.839.191.073

21.242.867.007

107,1

2021

11.709

9.617

82,13

22.775.031.251

18.617.502.971

81,74

Sumber: Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung, (Data diolah). Berdasarkan data diatas, di Kecamatan Regol selama 5 tahun terakir mengalami fluktuatif. Untuk tahun 2017 realisasi yang didapat sebesar 94,51% dengan tingkat kepatuhan 105,21%. Tahun 2018 realisasi yang didapat sebesar 85,42% dengan tingkat kepatuhan 96,66%. Tahun 2019 realisasi yang didapat

4

sebesar 89,09% dengan tingkat kepatuhan 108,91%. Tahun 2020 realisasi yang didapat 107,1% dengan tingkat kepatuhan 82,81%. Tahun 2021 realisasi yang didapat sebesar 81,74% dengan tingkat kepatuhan 82,13%. Peneliti melakukan pra-survei dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang responden. Dalam penentuan sampel, Sugiyono (2020:143) mengemukakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai dengan 500. Tujuan dari pra-survei ini adalah untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan atau tidak. Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Hasil pra-survei mengenai kualitas pelayanan yang ada di Kecamatan Regol, dengan pernyataan: 1.1.Pelayanan pajak yang sudah diberikan sudah cukup memuaskan dalam memperoleh informasi mengenai perpajakan atau mengenai cara pembayaran pajak bumi dan bangunan. 7% 3% 23% 27%

40% Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 1.1. Hasil Pra-Survei mengenai Kualitas Pelayanan di Kecamatan Regol Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 7% responden sangat setuju, 27% responden setuju, 40% responden kurang setuju, 23% responden tidak setuju, dan 3% responden sangat tidak setuju mengenai kepuasan pelayanan yang sudah diberikan kepada para wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak Kecamatan Regol masih belum puas dengan pelayanan yang sudah diberikan. Dan kesimpulan yang didapat di lapangan adalah bahwa kebanyakan wajib pajak ini masih kurang begitu fasih dalam menggunakan pelayanan digital. Berdasarkan

5

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayat dan Gunawan (2022), menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Windy Astari dkk, (2022) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil pra-survei mengenai sanksi pajak yang ada di Kecamatan Regol, dengan pernyataan: 1.2.Sanksi yang selama ini diterapkan sudah tegas sehingga dapat membuat efek jera bagi pelanggar ketika terlambat membayarkan pajak bumi dan bangunan. 3% 10% 20% 30%

37%

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 1.2.Hasil Pra-Survei mengenai Sanksi Pajak di Kecamatan Regol Berdasarkan data diatas, sebanyak 3% responden sangat setuju, 20% responden setuju, 37% responden kurang setuju, 30% responden tidak setuju, dan 10% responden tidak setuju mengenai sanksi yang sudah diterapkan. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini sanksi yang sudah diterapkan masih kurang tegas dan belum memberikan efek jera bagi para pelanggarnya. Berasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryani (2022), menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena sanksi perpajakan diberikan untuk memberi efek jera kepada para pelanggarnya. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Wahyudi (2022) yang menyatakan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil pra-survei mengenai pengetahuan perpajakan yang ada di Kecamatan Regol, dengan pernyataan:

6

1.3.Mengetahui mengenai perpajakan. Mulai dari fungsinya, sistem pungutan, jenis, sanksi, hingga besaran pajak yang didapat itu bagaimana perhitungannya. 13% 0%10%

37% 40%

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 1.3.Hasil Pra-Survei mengenai Pengetahuan Perpajakan di Kecamatan Regol Berdasarkan data diatas, sebanyak 0% responden sangat setuju, 13% responden setuju, 40% responden kurang setuju, 37% responden tidak setuju, 10% responden sangat tidak setuju mengenai pemahaman mereka tentang perpajakan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan di Kecamatan Regol masih terbilang rendah karena selain kurangnya sosialisasi, juga tingkat Pendidikan yang sudah ditempuh juga berpengaruh terhadap pengetahuan wajib pajak. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Badar dan Kantohe (2022), menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih, dkk (2018) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menggunakan variabel moderasi yang dimana variabel moderasi ini dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dan juga karena adanya inkonsistensi dari beberapa penelitian terdahulu yang mana hasil dari penelitiannya ada yang berpengaruh dan juga ada yang tidak berpengaruh. Sosialisasi perpajakan sebagai variabel moderasi, yang dimana berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa sosialisasi dapat mempengaruhi pengetahuan perpajakan. Dengan melalui sosialisasi pajak yang intensif dapat

7

meningkatkan pengetahuan calon wajib pajak mengenai semua hal yang berkaitan dengan perpajakan. Karena tanpa adanya sosialisasi yang efektif kepada wajib pajak, maka wajib pajak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. (Jannah, 2016:46) Hasil pra-survey mengenai sosialisasi pajak yang ada di Kecamatan Regol, dengan pernyataan: 1.4.Pihak dari UPT Bandung Tengah pernah melakukan sosialisasi mengenai perpajakan terkait sanksi, undang-undang pajak, dsb. baik secara langsung maupun melalui media massa yang lainnya. 10%0% 7% 37% 46%

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju

Sangat Setuju

Gambar 1.4.Hasil Pra-Survey mengenai Sosialisasi Pajak di Kecamatan Regol Berdasarkan data diatas, sebanyak 0% responden sangat setuju, 10% responden setuju, 46% kurang setuju, 37% tidak setuju, dan 7% responden sangat tidak setuju mengenai pihak UPT Bandung Tengah yang pernah melakukan sosialisasi mengenai perpajakan di Kecamatan Regol. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya informasi dari pemerintah untuk diadakannya sosialisasi baik secara langsung maupun di media sosial atau media massa yang lainnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryani (2022), menyatakan bahwa sosialisasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun berbanding terbalik dengan penelitian Ainul dan Susanti (2021), yang menyatakan bahwa Sosialisasi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

8

dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol, Kota Bandung. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul β€œPengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi Di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021”.

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah dalam penelitian ini adalah: 1.

Bagaimana kepatuhan wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2017-2021?

2.

Bagaimana sosialisasi pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2017-2021?

3.

Bagaimana kualitas pelayanan pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2017-2021?

4.

Bagaimana sanksi pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2017-2021?

5.

Bagaimana pengetahuan perpajakan dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2017-2021?

6.

Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol secara parsial Tahun 2017-2021?

7.

Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan sosialisasi pajak sebagai variabel moderasi di Kecamatan Regol secara parsial Tahun 2017-2021?

8.

Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol secara simultan Tahun 2017-2021?

9

9.

Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan sosialisasi pajak sebagai variabel moderasi di Kecamatan Regol secara simultan Tahun 2017-2021?

1.3.

Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui: 1.

Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.

2.

Untuk mengetahui sosialisasi pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.

3.

Untuk mengetahui kualitas pelayanan pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.

4.

Untuk mengetahui sanksi pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.

5.

Untuk mengetahui pengetahuan perpajakan dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.

6.

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol secara parsial Tahun 20172021.

7.

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan sosialisasi pajak sebagai variabel moderasi di Kecamatan Regol secara parsial Tahun 2017-2021.

8.

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol secara simultan Tahun 20172021.

10

9.

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan sosialisasi pajak sebagai variabel moderasi di Kecamatan Regol secara simultan Tahun 2017-2021.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk menambah dan memberikan wawasan baik secara teori maupun secara praktek mengenai perpajakan, terutama mengenai pajak bumi dan bangunan. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memerikan manfaat bagi masyarakat wajib pajak maupun berbagai pihak yang membacanya, khususnya bagi peneliti lain semoga penelitian ini dapat menjadi referensi terutama mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi. 2. Bagi Universitas Indonesia Membangun (INABA) Bandung Penelitian ini diharapkan dapat berguna selain untuk kelengkapan kepustakaan, juga penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian yang sama terutama mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi. 1.5.

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Regol, Kota

Bandung. Adapun rencana pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Oktober 2022 hingga Februari 2023. Berikut ini adalah tabel jadwal kegiatan penelitian:

11

Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Penelitian Waktu (Tahun 2022-2023) No

Kegiatan

1

Pengajuan Judul

2

Pengumpulan Data

3

Penyusunan UP

4

Seminar UP

5

Pengolahan Data

6

Analisis Data

7

Sidang Akhir

Oktober 3

4

November 1

2

3

4

Desember 1

2

3

4

Januari 1

2

3

Februari 4

1

2

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka Menurut Sugiyono (2020:58), β€œKajian Pustaka merupakan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan kajian secara sungguh-sungguh mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.” Menurut Santosa (2018:6), kajian pustaka adalah β€œbagian yang berisi kajian kritis terhadap sejumlah penelitian dan sudah dikerjakan sebelumnya serta terkait dengan topik yang sedang atau akan diteliti.” Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian pustaka merupakan bagian dari penelitian yang bertujuan untuk mengkaji mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 2.1.1. Pajak 2.1.1.1.Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), menjelaskan bahwa β€œPajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2019:3) adalah β€œPajak merupakan iuran dari rakyat kepada kas negara berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestrasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pajak merupakan iuran yang bersifat wajib dan memaksa. Selain itu, pajak juga

12

13

merupakan sumber pendapatan negara yang paling besar yang dimana hasil dari penerimaan pajak dibayarkan untuk kepentingan umum dalam penyelenggaraan kegiatan dipemerintahan. 2.1.1.2.Fungsi Pajak Menurut Rahayu (2017:31) fungsi pajak berarti kegunaan pokok dan manfaat pokok atas pajak itu sendiri. Fungsi pajak terdapat dua macam, yaitu: 1.

2.

Fungsi budgeter Fungsi budgeter merupakan fungsi utama pajak atau fungsi fiskal, yaitu digunakan sebagai alat untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari rakyatnya tanpa timbal balik secara langsung dari negara kepada masyarakatnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fungsi regurelend Fungsi regurelend disebut juga fungsi pengatur, yaitu alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini pajak dimaksudkan sebagai salah satu usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur perekonomian masyarakan maupun tatanan sosial masyarakat dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan masyarakat.

Sedangkan fungsi pajak menurut Mardiasmo (2019:4) yaitu: 1.

2.

3.

4.

Fungsi budgetair Fungsi budgetair dimaksudkan bahwa pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi mengatur (regulerend) Fungsi mengatur (regulerend) dimaksudkan bahwa pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi Fungsi Stabilitas Fungsi Stabilitas dimaksudkan bahwa dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajka yang efektif dan efisien. Fungsi Retribusi Pendapatan Fungsi Retribusi Pendapatan dimaksudkan bahwa pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

14

Berdasarkan penjelasan diatas, maka fungsi pajak antara lain adalah fungsi anggaran (budgetair), fungsi mengatur (regulerend), fungsi stabilitas, dan fungsi redistribusi pendapatan. 2.1.1.3.Penggolongan Pajak Menurut Resmi (2019:7), pajak dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: 1.

2.

3.

Menurut Golongan a. Pajak langsung Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. b. Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya penyerahan barang atau jasa. Menurut sifatnya a. Pajak Subjektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan subjeknya. b. Pajak Objektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakitbatkantimbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) dan tempat tinggal. Menurut Lembaga Pemungut a. Pajak Negara (Pajak Pusat) Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan nantinya digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. b. Pajak Daerah Pajak yang pungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingi (pajak provinsi) maupun tingkat II (kota/kabupaten) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing. Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2008 Tahun 2009.

Sedangkan Menurut Mardiasmo (2019:8) pajak dikelompokan menjadi tiga yaitu: 1.

Menurut Golongannya a. Pajak Langsung

15

Pajak langsung merupakan pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak tidak langsung Pajak tidak langsung merupakan pajak yang nantinya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Menurut Sifatnya a. Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam artian memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Objektif Pajak yang berpangkal pada objcknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 3. Menurut Lembaga Pemungutnya a. Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dipergunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan ataş Barang Mewah dan Bea Materai. b. Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: a) Pajak Provinsi. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor b) Pajak Kabupaten/Kota. Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penggolongan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu menurut golongannya yang terbagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung, menurut sifatnya yang terbagi menjadi dua yaitu subjektif dan objektif, dan menurut lembaga pemungutnya yang dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. 2.1.1.4.Syarat Pemungutan Pajak Syarat pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2019:5) Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan sebuah hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1.

Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

16

2.

3.

4.

5.

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undangundang, maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan yakni diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara itu, adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun bagi warga negaranya. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat nantinya. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil) Sesuai fungsi budgetair, yang dimana biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari hasil pemungutannya. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.”

2.1.1.5.Tata Cara Pemungutan Pajak Tata cara pemungutan pajak menurut Resmi (2019:8-11) terdiri atas: 1.

Stelsel Pajak a. Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh, objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu ketika setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui. Contoh: Pajak Penghasilan pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24 ayat (2) dan pasal 26 b. Stelsel Anggapan (Fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Contoh: penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak yang terutang pada tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini, berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan. c. Stelsel Campuran.

17

2.

3.

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian, pada akhir tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasarkan keadaan sesungguhnya lebih besar daripada besarnya pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus membayar kekurangan tersebut (PPh pasal 29). Sebaliknya, jika besarnya pajak sesungguhnya lebih kecil dari besarnya pajak menurut anggapan, kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) atau dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan dengan utang pajak yang lain (PPh Pasal 28 (a)) Asas Pemungutan Pajak a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak yangberdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. b. Asas Sumber Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi. c. Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya, pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan). b. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan

18

yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, mempunyai kejujuran yang tinggi, dan menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak dibeeri kepercayaan: a) Menghitung sendiri pajak terutang, b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, c) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, d) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dan e) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak sebagian besar tergantung pada wajib pajak sendiri. c. With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang sudah ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong atau memungut pajak. 2.1.1.6.Tarif Pajak Menurut Mardiasmo (2019:13) dalam menghitung seberapa besar pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, ada empat macam tarif yang digunakan, yaitu: 1.

Tarif sebanding/proposional (a proportional tax rate) Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proposional pada besarnya nilai yang dikenai pajak. 2. Tarif tetap (a fixed tax rate) Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besar pajaknya yang terutang tetap. 3. Tarif progresif (a progressive tax rate) Persentase tarif yang digunakan akan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. 4. Tarif degresif (a degressive tax rate) Persentase tarif yang digunakan akan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Sedangkan tarif pajak menurut Nurdin Hidayat (2017:16) menyatakan ada 2 (dua) macam tarif pajak yaitu: 1. Tarif Marginal

19

Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pajak. Tarif ini biasa dikenal dengan tarif umum. Adapun yang termasuk tarif marginal adalah: a. Tarif Pasal 17 UU No.36/2008 tentang pajak penghasilan. Tarif ini dilakukan atas Pajak Pegawai tetap dan Pajak atas Laba Usaha. b. Tarif Final Tarif ini terbagi atas tarif final penghasilan bruto yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari APBN/APBD maupun PNBP serta atas tarif final penghasilan neto seperti tarif profesi. 2. Tarif Efektif Rata rata (TER) Tarif pajak efektif dibagi menjadi: a. Tarif pajak proporsional atau sebanding adalah tarif pemungutan pajak dengan presentase yang tetap untuk setiap jumlah sebagai pengenaan dasar pajak. Hal ini berarti pajak terutang akan semakin besar dengan semakin besarnya jumlah sebagai dasar pengenaan pajak. Contoh PPN b. Tarif Pajak Progresif Tarif pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan presentase yang semakin besar dengan semakin besarnya jumlah sebagai dasar pengenaan pajak. Contoh tarif pajak penghasilan orang pribadi c. Tarif Pajak Tetap Tarif pajak tetap adalah tarif pemungutan pajak dengan jumlah yang sama untuk setiap jumlah sebagai pengenaan dasar pajak. Contoh bea materai. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya ada beberapa jenis tarif yang digunakan diantaranya, tarif berupa tarif persentase, tarif progresif, tarif proporsional dan tarif pajak tetap. 2.1.2. Pajak Daerah 2.1.2.1.Pengertian Pajak Daerah Menurut Rahayu (2017:46), pajak daerah yaitu β€œPungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang

berlaku,

yang

digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah”. Menurut Mardiasmo (2019:15) pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah β€œKontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

20

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah merupakan kontribusi wajib pajak kepada daerah yang ditentukan pemungutannya dalam peraturan daerah yang nantinya dipergunakan untuk keperluan daerah demi kemakmuran rakyat. 2.1.2.2.Jenis Pajak Daerah Menurut Undang - Undang No 28 tahun 2009, Pajak Daerah digolongkan dalam dua golongan terdiri dari: 1. Pajak Provinsi Pajak Provinsi terdiri dari lima macam pajak: a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan dan e. Pajak Rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota Pajak Kabupaten/Kota saat ini terdiri dari sebelas macam: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir h. Pajak Air Tanah i. Pajak Sarang Burung Walet j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sementara jenis pajak daerah menurut Adrian Sutedi (2016:140) terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1.

2.

Pajak Provinsi Pajak Provinsi terdiri dari lima macam pajak: a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor c. Pajak Air Permukaan d. Pajak Rokok e. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Kabupaten/Kota Pajak Kabupaten/Kota saat ini terdiri dari sebelas macam: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Penerangan Jalan

21

d. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan e. Pajak Parkir f. Pajak Air Tanah g. Pajak Sarang Burung Walet h. Pajak Hiburan i. Pajak Reklame j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 jenis yaitu pajak daerah yaitu pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota. 2.1.2.3.Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah Undang-undang nomor 28 tahun 2009 mengatur dengan jelas bahwa untuk dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis pajak daerah harus ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan daerah tentang suatu pajak tidak dapat berlaku surut dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum atau ketentuan perundangundangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah tersebut sekurang-kurangnya mengatur mengenai: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nama, objek, dan subjek pajak Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak Wilayah pemungutan Masa pajak Penetapan pajak Tata cara pembayaran dan penagihan pajak Kadaluwarsa penagihan pajaki.Sanksi administrasi Tanggal mulai berlakunya pajak.

2.1.2.4.Tarif Pajak Daerah Menurut Mardiasmo (2019:18) tarif untuk setiap jenis pajak adalah: 1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen). b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi 10% (sepuluh persen) 2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah dan kendaraan lain yang ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen)

22

3.

4.

5.

6.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. Penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen) Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen) Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi Tarif pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen) Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen) Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) Tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen) Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen) Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkantoran ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif pajak diatas ditetapkan dengan Peraturan Daerah

23

2.1.2.5.Sistem Pemungutan Pajak Daerah Menurut Samudra (2015:73) terdapat beberapa sistem dalam pemungutan pajak daerah yang berlaku saat ini. Berikut macam-macam sistem pemungutan pajak daerah dan penjelasannya: 1. Pemungutan dengan Sistem Surat Ketetapan (SKP) Dengan sistem ini setiap wajib pajak ditetapkan untuk menentukan saat seseorang atau badan mulai terutang pajak dan berkewajiban membayar pajak yang terutang untuk masa pajak tertentu, disamping berkewajiban untuk mengisi SPT dan ditetapkan secara benar menurut undangundang. Sistem ini merupakan sistem konvensional, dalam pajak pusat diistilahkan dengan official assessment system di mana aparat perpajakan perannya lebih aktif dalam pelaksanaan pemungutan, jadi wajib pajak terutang pajak apabila sudah menerima Surat Ketetapan Pajak. Sistem ini juga dikenal dengan nama sistem cumplosory compliance. Sistem Surat Ketetapan ini mengenal dua sistem pengenaan (stelsel), yaitu stelsel fiktif yang merupakan pengenaan pada awal tahun dalam bentuk Surat Ketetapan Sementara, dan stelsel riil yang merupakan pengenaan pada akhir tahun dalam bentuk Surat Ketetapan Rampung (ketetepan definitif). Maka dari itu, di akhir tahun akan terjadi penyesuaian dengan pembayaran kurang/lebih bayar. 2. Pemungutan dengan Sistem Setor Tunai Sistem ini dikenal juga dengan istilah Contante Storting (CS). Sistem ini sama dengan istilah yang berlaku pada pajak pusat, yaitu sistem self assessment system di mana wajib pajak memiliki peran aktif dan diberi kepercayaan untuk menghitung, menetapkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang ke kas negara atau kas daerah bagi pajak daerah. Apabila terjadi ketidakbenaran, aparat perpajakan harus dapat membuktikannya baru kemudian diambil tindakan. Sistem ini juga memberika kesempatan pada wajib pajak untuk memperbaiki diri dengan membetulkan atau menambah kekurangan dalam jangka waktu yang ditentukan dengan formulir yang disediakan. 3. Pemungutan dengan Sistem Pembayaran Dimuka Sistem pembayaran di muka ini dibedakan menjadi dua sistem. Yang pertama pembayaran di muka sebagai ketetapan definitif, yang artinya sistem ini pada akhir tahun tidak diperlukan lagi penetapan secara definitif. Dan yang kedua yaitu pembayaran di muka sebagai pungutan pendahuluan. 4. Pemungutan dengan Sistem Pengaitan Sistem pengaitan adalah pungutan pajak daerah dikaitkan pada suatu pelaksanaan atau kepentingan wajib pajak. Terdapat dua model dalam sistem ini, yaitu yang pertama sistem pengaitan murni di mana pungutan pajak murni mengait pada pelayanan, dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan jenis pungutan yang ditumpangi. Dan

24

yang kedua pengaitan pada beberapa jenis pungutan yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam satu atap (one roof operation), maksudnya berupa beberapa instansi yang terkait secara bersama-sama melaksanakan kegiatan dalam satu kantor bersama. 5. Pemungutan dengan Sistem Benda Berharga Yang dimaksud dengan benda berharga adalah alat atau sarana pembayaran yang digunakan untuk memenuhi kewajiban dan sebagai tanda pembayaran. Benda berharga ini dapat berupa karcis, kupon, materai, formulir, dan tanda lain yang ditetapkan oleh kepala daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah. 6. Pemungutan dengan Sistem Kartu Sistem pemungutan ini menggunakan kartu legal dari Dispenda setempat sebagai alat pembayaran, di mana dalam pelaksanaannya ada kartu sebagai tanda terima (memiliki nilai uang) dam kartu sebagai tempat pembayaran, jadi kartu ini digunakan sebagai sarana pembayaran”. 2.1.3. Pajak Bumi Dan Bangunan 2.1.3.1.Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan Pajak bumi dan bangunan menurut Abdul Halim (2016:525) adalah β€œPajak bumi dan bangunan adalah pajak atas bumi dan/ atau bangunan yang dimiiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan”. Sementara pengertian pajak bumi dan bangunan menurut Sudirman dan Amiruddin (2016:391), β€œPajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan kepada seseorang atau badan hukum yang memiliki, menguasai, memperoleh manfaat dan bangunan dan/ atau mempunyai hak atau manfaat atas permukaan bumi”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak bumi dan bangunan merupakan pajak atas bumi atau bangunan yang dikenakan kepada seseorang atau badan yang memiliki, menguasai, atau memanfaatkan, dan juga memiliki hak atas bumi dan bangunan.

2.1.3.2.Dasar Hukum Pajak Bumi Dan Bangunan Dasar pengenaan pajak bumi dan bagunan tertuang dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1994 yang mengatur tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 terkait PBB. Peraturan ini menjadi landasan utama yang mengatur semua pungutan dan ketentuan PBB. Dan juga dalam Undang-Undang No. 28

25

Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menyebabkan adanya perubahan kewenangan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada awalnya merupakan Pajak Pusat yang alokasi penerimaannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu. Namun dalam perkembangannya, PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah. Peraturan ini memberikan wewenang kepada setiap pemerintah kabupaten/kota terkait pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2). 2.1.3.3.Objek Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Pasal 77 Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjelaskan Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah: β€œBumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.” Sedangkan menurut Hidayat (2017:263) objek pajak bumi dan bangunan adalah β€œKlasifikasi Bumi dan Bangunan adalah pengelompokkan Bumi dan Bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terutang.” Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa objek pajak bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasi, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi maupun badan menurut nilai jual dan digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan perhitungan pajak terutang. 2.1.3.4.Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Pasal 77 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjelaskan bahwa yang bukan merupakan objek pajak bumi dan bangunan yaitu: 1. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan; 2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

26

3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu; 4. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak; 5. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan 6. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan”. 2.1.3.5.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Pasal 78 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Definisi subjek pajak bumi dan bangunan menurut Nurdin Hidayat (2017:265) yaitu, β€œOrang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran atau pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.” Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak, memperoleh manfaat, dan menguasai atas hak bumi dan bangunan. 2.1.3.6.Nilai Jual Objek Pajak Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang perolehannya didapat dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli. Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti Mardiasmo (2019:400). Yang dimaksud dengan: 1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, merupakan suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lainnya yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. 2. Nilai perolehan baru, adalah satu pendekatan/metode penentuan nilai

27

jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut. 3. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.” Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi Mardiasmo (2019: 401): 1. Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan 2. Objek Pajak Sektor Perkebunan 3. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan Hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah Lainnya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri 4. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan TanamanIndustri 5. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi 7. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain PertambanganEnergi Panas Bumi dan Galian C 8. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas Galian C 9.

Objek Pajak Sektor Pertambangan yang dikelola berdasarkkan kontrak kaya atau kontrak kerjasama 10. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut 11. Objek Pajak usaha bidang perikanan darat 12. Objek Pajak yang bersifat khusus.” 2.1.3.7.Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP merupakan batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. (Anastasia dan Lilis, 2014:753). Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota paling inggi Rp 12.000.000. dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak. 2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.”

28

2.1.3.8.Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restibusi dan Daerah pasal 80 ayat (1): β€œTarif pajak yang dikenakan atas objek pajak bumi dan bangunan paling tinggi adalah sebesar 0,3%.” Sedangkan tarif pajak bumi dan bangunan menurut Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Pasal 55 adalah: 1. Sebesar 0,1% (nol koma satu persen) untuk objek pajak dengan NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). 2. Sebesar 0,2% (nol koma dua persen) untuk objek pajak dengan NJOP di atas Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”. 2.1.3.9.Tata Cata Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Mardiasmo (2019:414) adapun tata cara pembayaran dan penagihan PBB, diantaranya: 1. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT haruslah dilunasi selambatlambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 2. Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. 3. Pajak yang terutang yang pada saat tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hasil pembayaran untuk jangka waktu paling lama yakni 24 (dua puluh empat) bulan. Menurut ketentuan ini, pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang bayar, dikenakan denda administrasi 2% (dua persen) setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar tersebut untuk jangka waktu paling lama yakni 24 (dua puluh empat) bulan, dan bagian dihitung penuh 1 (satu) bulan. 4. Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam no. 3 diatas, ditambah dengan utang pajak yang belum atau kurang bayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejaktanggal diterimanya STP oleh Wajib Pajak. Menurut ketentuan ini denda administrasi dan pokok pajak seperti dalam no. 3 diatas, ditagih dengan menggunakan STP yang harus dilunasi dalam waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya STP tersebut. 5. Pajak yang terutang dapat dibayar di bank, kantor pos, dan giro, dan

29

tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 6. Tata cara pembayaran dan penagihan pajak diatur oleh Menteri Keuangan. 7. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), surat ketetapan pajak, dan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan unsur dasar penagihan pajak. 8. Jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP yang tidak dibayarkan pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. 2.1.4. Kepatuhan Wajib Pajak 2.1.4.1.Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Rahayu (2017:138), menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan adalah β€œKepatuhan perpajakan merupakan ketaatan wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang telah berlaku. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sementara pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Gunadi (2013:94) adalah β€œWajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan sebuah kewajiban yang dijalankan oleh masyarakat dalam melaksanakan ketentuan perpajakan tanpa mendapatkan imbalan karena untuk pemenuhan pembangunan. 2.1.4.2.Jenis Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Rahayu (2017:138) jenis kepatuhan wajib pajak ada 2 (dua) macam yaitu: 1. Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undangundang perpajakan, misalnya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sudah benar atu belum, surat pemberitahuan (SPT) PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.

30

2. Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat Surat Pemberitahuan (SPT) PPh”. 2.1.4.3.Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Rahayu (2017:196) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut: Kepatuhan perpajakan merupakan masalah penting diseluruh dunia, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara sistem administrasi perpajakan akan efektif apabila didukung oleh instansi pajak yang efektif, sumber daya pegawai pajak yang mumpuni dan prosedur perpajakan yang baik pula. 2. Kualitas pelayanan perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak sistem administrasi perpajakan yang efektif akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas pelayanan pajak yang diberikan instansi pajak kepada wajib pajak. Sehingga wajib pajak rela untuk membayar pajak kepada negara, tanpa mengharap kontraprestasi secara langsung. 3. Kualitas penegakan hukum perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan perpajakan melalui tekanan kepada wajib pajak untuk tidak melakukan pelanggaran atau tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak. Tindakan pemberian sanksi apabila wajib pajak diketahui melakukan pelanggaran perpajakan melalui adanya sistem administrasi pajak yang baik dan terintegrasi, serta melalui pemeriksaan pajak yang berkualitas baik. Pemberian sanksi perpajakan merupakan salah satu teguran kepada wajib pajak agar wajib pajak tidak lagi melakukan pelanggaran perpajakan. 4. Kualitas pemeriksaan pajak ditentukan dengan kompetensi pemeriksa, keahlian pemeriksa, independensi pemeriksa, maupun integritas pemeriksa yang baik. Pemeriksaan dikatakan berkualitas apabila setiap tahap pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur sehingga menghasilkan ketetapan pajak yang berkualitas. Ketetapan pajak yang berkualitas tentunya ketetapan yang diterima dengan baik oleh wajib pajak. Apabila ketetapan pajak yang dihasilkan pemeriksaan adalah kurang bayar dan hasil pemeriksaan ini diterima oleh wajib pajak maka tagihan pajak dalam ketetapan tersebut dapat direalisasikan untuk dibayar kepada negara, pada akhirnya penerimaan negara pun bertambah.

31

5. Tinggi rendahnya tarif pajak yang ditetapkan tarif pajak yang tinggi tentunya memberi dorongan wajib pajak untuk berupaya mengurangi jumlah utang pajaknya melalui tindakan penghindaran maupun penyelundupan pajak. Disisi lain negara membutuhkan penerimaan pajak sesuai dengan target yang telah ditetapkan untuk menjalankan fungsi pemerintahan. Hal ini membutuhkan kebijakan-kebijakan penetapan tarif pajak yang tetap dapat berpihak kepada wajib pajak. 6. Kemauan dan kesadaran wajib pajak akan memberikan pemahaman tentang arti dan tujuan pembayaran pajak yang diberikan kepada negara. Sehingga apabila kemauan dan kesadaran wajib pajak tinggi akan memberikan dampak kepada kepatuhan perpajakan yang lebih baik lagi, sehingga penerimaan pajak diharapkan dapat mencapai target yang telah ditetapkan. 7. Perilaku wajib pajak hanya sedikit saja dari rakyat suatu negara yang merasa benar-benar rela dan merasa ikut bertanggung jawab membiayai fungsi pemerintahan suatu neegara. Membayar pajak bukan merupakan tindakan yang mudah dan sederhana. Dalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional. 2.1.4.4.Indikator Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, menyatakan bahwa wajib pajak dapat ditetapkan sebagai wajib pajak patuh apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan selama 3 (tiga) Tahun Pajak terakhir yang wajib disampaikan sampai dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dilakukan tepat waktu; b. Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun terakhir sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. c. Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk Masa Pajak Januari sampai November telah disampaikan; dan d. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa-Masa Pajak berikutnya.

32

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak; 3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan 4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir”. Sedangkan indikator kepatuhan wajib pajak menurut Rahayu (2017:194) adalah sebagai berikut: 1. Tepat waktu dalam mendaftarkan diri 2. Tepat waktu dalam menyetorkan pajak terutang. 3. Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar dan perhitungan perpajakannya. 4. Tepat waktu dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. 5. Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. 6. Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib Pajak sebagai pihak ketiga).” 2.1.5. Sosialisasi Pajak 2.1.5.1.Pengertian Sosialisasi Pajak Pengertian sosialisasi pajak menurut Devano (2016:98) adalah β€œPemberian wawasan, dan pembinaan kepada wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan”. Sedangkan menurut Sudrajat (2015:194), β€œSosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham tentang perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi pajak merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memberi wawasan dan pembinaan kepada para wajib pajak yang bertujuanagar wajib pajak paham mengenai perpajakan.

33

2.1.5.2.Bentuk Sosialisasi Pajak Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peran penting dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai dalam upaya kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah telah menjalankan kewajiban pemungutan pajak kepada masyarakat. Namun proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa kesadaran dari masyarakat akan arti pentingnya pajak bagi pembiayaan negara khususnya pembangunan sarana publik. Menurut Keputusan Dirjen Pajak KEP-30/PJ/2013 menjelaskan bahwa: Program-program yang telah dilakukan berkaitan dengan kegiatan penyuluhan tersebut antara lain: 1. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang perpajakan 2. Mangadakan seminar-seminar di berbagai profesi serta pelatihan pelatihan baik untuk pemerintah maupun swasta. 3. Memasang spanduk yang bertemakan pajak. 4. Memasang iklan layanan masyarakat di berbagai stasiun televisi. 5. Mengadakan acara tax goes to campus yang diisikan dengan berbagai acara yang menarik mulai dari debat pajak sampai dengan seminar pajak dimana acara tersebut bertujuan guna menimbulkan pamahaman tentang pajak ke mahasiswa yang dinilai sangat kritis. Selain mahasiswa, para pelajar juga perlu dibekali tentang dasar-dasar pajak melalui acara tax education road show. Berbagai program tersebut juga dutunjukkan dengan sarana-sarana yang mengakomodasikan harapan masyarakat agar merasa mudah, cepat dan benar dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sarana-sarana penunjang tersebut diantaranya dengan adanya website pajak yaitu www.pajak.go.id, perpustakaan, majalah pajak, jurnal pajak, adanya call center, sms taxes, complient center dan lain sebagainya. Keberhasilan program tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya tingkat kepatuhan dari masyarakat dalam membayar pajak. Bentuk sosialisasi menurut Susanto (2012:42), beragam bentuk sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan metode penyampaian, segmentasi maupun medianya: 1. Berdasarkan Metode: Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal biasanya menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi.

34

2. Berdasarkan segmentasi: Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok pelajar dan mahasiswa, kelompok pengusaha tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok/ormas tertentu. 3. Berdasarkan media yang dipakai: Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik dan media cetak. Misalnya, dilakukan dengan talkshow di radio atau televisi, membuat opini, ulasan dan rubrik tanya jawab di koran, tabloid atau majalah. Iklan pajak juga mempunyai pengaruh dampak positif terhadap meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Bentuk propaganda lainnya seperti: spanduk, banner, papan iklan/billboard, dan sebagainya”. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dari sosialisasi pajak banyak macamnya. Mulai dari penyuluhan secara langsung maupun melalui media massa dan juga media cetak. 2.1.5.3.Indikator Sosialisasi Pajak Indikator sosialisasi perpajakan yang perpajakan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No: PER-03/PJ/2013 tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan adalah: 1. Media Informasi Merupakan sumber informasi tentang pajak banyak bersumber dari media massa, namun media luar ruang juga menjadi sumber informasi pajak yang diperhatikan masyarakat. 2. Slogan Slogan yang digunakan hendaknya tidak boleh menakut-nakuti atau bersifat intimidasi, tetapi lebih bersifat ajakan. Slogan lebih ditekankan pada β€œmanfaat pajak” yang diperoleh. Contoh slogan yang memperoleh peringkat tertinggi karena memenuhi kriteria di atas : β€œLunasi Pajaknya Awasi Penggunaannya” 3. Cara Penyampain Penyampaian informasi perpajakan sebaiknya dilakukan dengan cara kontak langsung kepada masyarakat misalnya melalui seminar, diskusi dan sejenisnya. Dalam penyampaian informasi tersebut sebaiknya menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin dan bukan bersifat teknis, sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. 4. Kualitas Sumber Informasi Informasi tentang pajak dirasa masih sangat kurang oleh masyarakat. Sumber informasi yang dinilai informatif dan dibutuhkan. 5. Materi Sosilisasi Materi sosialisasi yang disampaikan lebih ditekankan pada manfaat pajak, manfaat NPWP dan pelayanan perpajakan di masing-masing unit. 6. Kegiatan Penyuluhan Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, yang penting diperhatikan adalah: a. Metode yang digunakan adalah metode diskusi

35

b. Media yang dipergunakan adalah proyektor c. Materi yang disampaikan adalah pengisian SPT dan pengetahuan perpajakan d. Penyuluh/pembicara harus sudah menguasai materi. 2.1.6. Kualitas Pelayanan Pajak 2.1.6.1.Pengertian Kualitas Pelayanan Pajak Menurut Sari (2013:52) Kualitas Pelayanan Pajak adalah β€œSerangkaian perbuatan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan pemberian layanan yang terbaik bagi wajib pajak”. Sedangkan menurut Lena Ellitan dalam buku Heizer dan Render (2016:90) Kualitas Pelayanan Pajak adalah β€œPelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak dengan menonjolkan sikap yang baik dan menarik antara lain melayani Wajib pajak dengan penampilan serasi, berpikiran positif dan dengan sikap menghargai para Wajib Pajak”. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak merupakan sebuah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para wajib pajak serta ketepatan dalam penyampaiannya yang dapat mengimbangi harapan para wajib pajak.

2.1.6.2.Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Pajak Menurut Kasmir (2017:6), Faktor yang mempengaruhi pelayanan di antaranya adalah: 1. Jumlah tenaga kerja; banyaknya tenaga kerja yang ada dalam suatu perusahaan. 2. Kualitas tenaga kerja; meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. 3. Motivasi karyawan; suatu dorongan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. 4. Kepemimpinan; proses mempengaruhi individu, biasanya dilakukan oleh atasan kepada bawahan supaya dapat bertindak sesuai dengan kehendak atasan demi tercapainya tujuan perusahaan. 5. Budaya organisasi; sebuah sistem dalam suatu perusahaan yang dianut oleh semua anggota organisasi dan menjadi pembeda antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain.

36

6. Kesejahteraan karyawan; pemenuhan kebutuhan kebutuhan karyawan oleh suatu perusahaan. 7. Lingkungan kerja dan faktor lainnya meliputi sarana dan prasarana yang digunakan; teknologi, layout gedung dan ruangan, kualitas produk dan lain sebagainya. 2.1.6.3.Indikator Kualitas Pelayanan Pajak Menurut Tjiptono dan Chandra (2016:51) indikator kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Kehandalan Kemapuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan 2. Ketanggapan Keinginan para staf dan karyawan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3. Jaminan Mencakup pengetahuan,kemampuan,kesopanan dan sfat dapat dipercaya yang dimiliki para sfat, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan-raguan. 4. Empati Meliputi kemudahan melakukan hubungan,komunikasi yang baik perhatian pribadi dan memahami para kebutuhan pelanggan. 5. Bukti langsung Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2.1.7. Sanksi Pajak 2.1.7.1.Pengertian Sanksi Pajak Menurut Rahayu (2017:170) sanksi pajak adalah β€œSebagai kontrol atau pengawasan dari pemerintah untuk menjamin ditaatinya peraturan peraturan oleh warga negara agar tidak terjadi pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak.” Sedangkan menurut Kurniawan (2019:1) sanksi pajak merupakan: β€œSebuah tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak yang berwenang ketika terdapat pelanggaran terhadap sebuah peraturan perundang-undangan. Sanksi ini diperlukan agar masyarakat menjadi lebih sadar dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu, juga untuk memastikan bahwa ketentuan peraturan perpajakan telah dilaksanakan dengan baik oleh wajib pajak.” Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sanksi pajak merupakan sebuah Tindakan hukum yang dimana itu sebagai bentuk pengawasan dari pemerintah untuk menjamin ditaati nya peraturan yang sudah dibuat. Sanksi diperlukan agar masyarakat lebih sadar akan kewajibannya.

37

2.1.7.2.Jenis Sanksi Pajak Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perpajakan sanksi perpajakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Sanksi pidana Sanksi pidana di dalam undang-undang perpajakan meliputi: a. Denda pidana, diberikan kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran ketentuan pajak. b. Pidana kurungan, dijatuhkan atas tindak pidana yang melanggar peraturan. c. Pidana penjara, hukuman atas perampasan kemerdekaan dan ancaman ini hanya diberikan kepada pejabat dan wajib pajak. 2. Sanksi administrasi Apabila wajib pajak melakukan pelanggaran hukum berdasarkan UU KUP, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa: a. Bunga merupakan sanksi administrasi atas pelanggaran kewajiban perpajakan. b. Denda merupakan sanksi administrasi atas pelanggaran terkait kewajiban atas pelaporan. c. Pertumbuhan adalah berupa kenaikan jumlah pajak terutang yang disebabkan adanya pelanggaran mengenai kewajiban yang telah ditetapkan peraturan UU perpajakan.” Sedangkan jenis pajak menurut Mardiasmo (2019:72) adalah sebagai berikut: β€œ1. Sanksi Administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. 2. Sanksi Pidana merupakan siksaan atau penderitaan dan menjadi alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.”

2.1.7.1.Indikator Sanksi Pajak Menurut Rahayu (2017:68) indikator sanksi perpajakan adalah sebagai berikut: β€œ1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas. 2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada toleransi.

38

3. Sanksi perpajakan hendaklah seimbang. 4. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera.” 2.1.8. Pengetahuan Perpajakan 2.1.8.1.Pengertian Pengetahuan Perpajakan Menurut Rahayu (2017:141), pengetahuan perpajakan adalah β€œKemampuan wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan berdasarkan Undang-undang dan manfaat tentang perpajakan yang akan berguna bagi kehidupan mereka”. Sedangkan menurut Mardiasmo (2019:7), β€œPengetahuan Perpajakan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami sehubungan dengan hukum pajak, baik berupa hukum pajak material maupun formal”. Berdasarkan

beberapa

definisi

diatas,

dapat

disimpulkan

bahwa

pengetahuan perpajakan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki wajib pajak dalam memahami dan mengetahui mengenai dasar tata cara perpajakan. 2.1.8.2.Indikator Pengetahuan Wajib Pajak Ada beberapa indikator menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:34) bahwa wajib pajak Mengetahui Perpajakan, yaitu: β€œ1. Latar belakang pendidikan terakhir yang dimiliki. 2. Pengetahuan mengenai peraturan perpajakan. 3. Pengetahuan mengenai sanksi perpajakan”.

2.2.

Kerangka Pemikiran Menurut Dalman (2016:184), β€œKerangka berpikir atau kerangka pemikiran

adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi, dan telaah kepustakaan.” Sedangkan menurut Sugiyono (2020:52), kerangka pemikiran adalah: β€œSuatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifkasi atau dirumuskan”

39

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran dari penelitian tentang bagaimana teori dapat berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 2.2.1. Hubungan Kualitas Pelayanan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kualitas pelayanan pajak menurut Sari (2013:52) adalah β€œSerangkaian perbuatan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan pemberian layanan yang terbaik bagi wajib pajak.” Didukung oleh penelitian Suryani (2022), yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti semakin baik pelayanan yang diberikan maka masyarakat akan gencar dalam pembayaran PBB jika kualitas pelayanan yang diberikan baik. Berbanding terbalik dengan penelitian Astari dkk, (2022) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda diatas, maka penulis tertarik untuk menguji kembali variabel kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.2.2. Hubungan Sanksi Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi pajak menurut Kurniawan (2019:1) adalah β€œSebuah tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak yang berwenang ketika terdapat pelanggaran terhadap sebuah peraturan perundang-undangan. Sanksi ini diperlukan agar masyarakat menjadi lebih sadar dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu, juga untuk memastikan bahwa ketentuan peraturan perpajakan telah dilaksanakan dengan baik oleh wajib pajak.” Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayah dan Suryono, (2022) yang menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa sanksi merupakan cara untuk mengatur masyarakat agar memenuhi kewajiban sebelum jatuh tempo dan tidak melakukan pelanggaran berupa kecurangan terhadap peraturan perpajakan yang telah diberlakukan. Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

40

Wulandari dan Wahyudi (2022) yang menyatakan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda diatas, maka penulis tertarik untuk menguji kembali variabel sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 2.2.3. Hubungan Pengetahuan Perpajakan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Rahayu (2017:141), pengetahuan perpajakan adalah β€œKemampuan wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan berdasarkan Undang-undang dan manfaat tentang perpajakan yang akan berguna bagi kehidupan mereka”. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari dan Wahyudi (2022), yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang tinggi tentang perpajakan, maka akan digunakan sebagai dasar pertimbangan terhadap pembayaran dan kepatuhan pajaknya. Pengetahuan dan pemahaman mengenai arti dan manfaat pajak dapat meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih, dkk (2018) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda diatas, maka penulis tertarik untuk menguji kembali variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2.2.4. Hubungan Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Yang Dimoderasi Oleh Sosialisasi Pajak. Pengertian sosialisasi pajak menurut Devano (2016:98) adalah β€œPemberian wawasan, dan pembinaan kepada wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari dkk, 2020) yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan membantu meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang pentingnya membayar pajak sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara dari

41

sektor pajak. Semakin tinggi sosialisasi perpajakan semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan tersebut bisa berupa tata cara pembayaran pajak, sanksi yang diterima apabila melanggar ketentuan dan lain sebagainya. Apabila wajib pajak memahami dengan baik sanksi yang diterima apabila melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan pajak maka akan mendorong wajib pajak untuk patuh dalam membayar pajak. Pemahaman yang baik itu tidak serta merta didapatkan tetapi melalui kegiatan sosilisasi pajak yang dilakukan sehingga sanksi pajak diduga dapat memperkuat hubungan antara sosialisasi pajak dengan kepatuhan wajib pajak. (Tyasari & Setiyowati, 2021). Pajak

Pajak Daerah

Pajak Bumi dan Bangunan

Kualitas Pelayanan Pajak

Sanksi Pajak

Pengetahuan Perpajakan Sosialisasi Perpajakan

Kepatuhan Wajib Pajak

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

42

Kualitas Pelayanan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi Pajak Pengetahuan Perpajakan Sosialisasi Perpajakan

Gambar 2.2. Model Penelitian 2.2.5. Penelitian Terdahulu Dengan adanya penelitian terdahulu diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perbandingan dan penjelasan singkat terhadap kerangka berfikir yang dijadikan acuan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berupa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis, diantaranya: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No 1

Nama Penulis, Asal Universitas, Jenis Jurnal Novita Wulandari, Djoko Wahyudi. Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank, Semarang E-mail: [email protected] Jurnal Pendidikan Tambusai Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022 ISSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online)

Judul Penelitian Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Mranggen Kabupaten Demak.

Hasil 1. Pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. perpajakan 2. kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

Perbedaan 1. Variabel 2. Tempat 3. Waktu

43

No

Nama Penulis, Asal Universitas, Jenis Jurnal

Judul Penelitian

2

Kadek Windy Astari, Anik Yuesti, Desak Ayu Sriary Bhegawati. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mahasarawati Denpasar E-mail: [email protected]. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA) VOL. 4 No. 1, Februari 2022: 400-410. E-ISSN 2716-2710

Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus, Kesadaran Wajib Pajak, Kebijakan Pajak, dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi PerpajakanTerhadap Kepatuhan WajibPajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Badung.

3

Glori S. Badar, MeidyKantohe. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Manado,Tondano E-mail: [email protected] Jurnal Akuntansi Manado (JAIM) Vol. 3 No. 2 Agustus 2022 : 334-343 e-ISSN 2774-6976

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Wajib Pajak Dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Dalam Membayar Pajak Bumi DanBangunan (PBB) Di Kecamatan Tompaso.

4

Ranti Dela Arrasi, Dwi Fionasari, Rama Gita Suci. Fakultas ekonomi dan bisnis, Universitas Riau e-mail: [email protected]. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 10 No. 1, 2022 pg. 91-102 IBI Kesatuan ISSN 2337 – 7852 E-ISSN 2721 – 3048

Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB

5

Rahma Eka Suryani. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wijaya Putra Surabaya

Pengaruh Sosialisasi Pemerintah, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak Dan

Hasil wajib pajak. 4. kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. kebijakan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. kualitas pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak 4. sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak 1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. tingkat penghasilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 1. Pengetahuan perpajakan (X1) berpengaruh terhadap Kepatuhan wajib pajak (Y), 2. Sosialisasi perpajakan (X2) berpengaruh terhadap Kepatuhan wajib pajak (Y), 3. Sanksi Pajak (X3) berpengaruh terhadap Kepatuhan wajib pajak (Y). 1. Sosialisasi pemerintah berpengaruh terhadap kepatuhan

Perbedaan

1. Variabel 2. Tempat 3. Waktu

1. Variabel 2. Tempat 3. Waktu

1. Variabel 2. Tempat 3. Waktu

1. Variabel 2. Tempat 3. Waktu

44

No

Nama Penulis, Asal Universitas, Jenis Jurnal E-mail: [email protected] m JMM Online Vol. 6, No. 1, 39-52. 2022 Kresna BIP. ISSN 2614-0365 e-ISSN 2599-087X

Judul Penelitian Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Rw 4 Simo Mulyo Baru Kota Surabaya).

Hasil

Perbedaan

wajib pajak. 2. sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 4. kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.3. Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2020:99) β€œHipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya sementara,maka perlu dibuktikan kebenarannya melalu data empirik yang terkumpul.” Berdasarkan uraian diatas, penulis menetapkan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Terdapat Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. 3. Terdapat Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai Variabel Moderasi. 5. Terdapat Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi. 6. Terdapat Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi.

45

7. Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Secara Simultan. 8. Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Pajak sebagai Variabel Moderasi Secara Simultan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu menentukan terlebih dahulu

metode, cara, atau langkah-langkah yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam memecahkan masalah. Metode penelitian menurut Sugiyono (2020:2) merupakan β€œCara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantispasi masalah.” Sedangkan menurut Sudaryono (2018:69) β€œMetode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk memperoleh pemecahan terhadap pemecahan pemecahan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi” Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan sebuah cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif. Adapun pengertian metode kuantitatif menurut Sugiyono (2020:8) yakni, β€œMetode yang berdasar filsafat positivisme bertujuan menggambarkan dan menguji hipotesis yang dibuat peneliti. Penelitian kuantitatif berisi banyak angka-angka mulai dari pengumpulan, pengolahan, serta hasil yang didominasi angka.” Pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2020:64) merupakan β€œPenelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan mengenai variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain”.

46

47

Pendekatan verifikatif menurut Sugiyono (2020:65) merupakan β€œSuatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif sesuai dengan tujuan penelitian yang menyangkut permasalahan Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi di Kecamatan Regol. Maka penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah: 1. Pendekatan

deskriptif

digunakan

untuk

mendeskripsikan

atau

menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan variabel independen yaitu Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak. Metode ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 2. Pendekatan verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Metode ini digunakan menjawab rumusan masalah 6, 7, 8, dan 9. 3.2.

Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2020:68) β€œvariabel penelitian merupakan suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulannya.” Pada penelitian ini, telah ditentukan 3 variabel, yaitu, variabel bebas atau independen, variabel terikat atau dependen, dan variabel moderasi. Adapun variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Variabel Independen) Menurut Sugiyono (2020:39), β€œVariabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat (dependen), yang disimbolkan dengan simbol (X)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan.

48

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen) Menurut Sugiyono (2020:39), β€œVariabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, yang disimbolkan dengan simbol (Y)”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak. 3. Variabel Moderasi Menurut Sugiyono (2020:39), β€œVariabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen”. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Perpajakan. Variabel-variabel dalam penelitian ini yang akan dianalisis dapat dijelaskan melalui definisi operasional sebagai berikut: Tabel 3.1. Operasional Variabel Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kualitas Pelayanan Pajak (X1)

Konsep Variabel β€œKepatuhan perpajakan merupakan ketaatan wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang telah berlaku. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan”. Sumber: Rahayu (2017:138) Kualitas pelayanan pajak adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sumber: Tjiptono dan Chandra (2016:51)

Indikator 1. Tepat waktu dalam mendaftarkan diri 2. Tepat waktu dalam menyetorkan pajak terutang. 3. Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar dan perhitungan perpajakannya. 4. Tepat waktu dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. 5. Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. 6. Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib Pajak sebagai pihak ketiga). 1. Kehandalan. 2. Ketanggapan. 3. Jaminan. 4. Empati. 5. Bukti langsung.

Skala Ordinal

Kuisioner (1-6)

Ordinal

(7-11)

49

Variabel Sanksi Pajak (X2)

Pengetahuan Perpajakan (X3)

Sosialisasi Pepajakan (Z)

Konsep Variabel β€œSebagai kontrol atau pengawasan dari pemerintah untuk menjamin ditaatinya peraturan peraturan oleh warga negara agar tidak terjadi pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak.”

Indikator 1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas. 2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada toleransi. 3. Sanksi perpajakan hendaklah seimbang. 4. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera.

Sumber: Rahayu (2017:170) β€œKemampuan wajib 1. Latar belakang pendidikan pajak dalam terakhir yang dimiliki. mengetahui dan 2. Pengetahuan mengenai peraturan memahami peraturan perpajakan. perpajakan berdasarkan 3. Pengetahuan mengenai sanksi Undang-undang dan perpajakan. manfaat tentang perpajakan yang akan berguna bagi kehidupan mereka”. Sumber: Rahayu (2017:141) β€œSuatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha dan lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Penyuluhan perpajakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah perilaku masyarakat wajib pajak agar semakin paham, sadar dan peduli dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.” Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No:PER 03/PJ/2013

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Media Informasi Slogan Cara Penyampain Kualitas Sumber Informasi Materi Sosilisasi Kegiatan Penyuluhan

Skala Ordinal

Kuisioner (12-15)

Ordinal

(16-18)

Ordinal

(19-24)

50

3.3.

Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data Menurut Sugiyono (2020:8), metode kuantitatif merupakan β€œMetode yang berdasar pada filsafat positivisme bertujuan menggambarkan dan menguji hipotesis yang dibuat oleh peneliti. Penelitian kuantitatif berisi banyak angka-angka mulai dari pengumpulan, pengolahan, serta hasil yang didominasi angka.” Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah menggunakan data kuantitatif. Jenis data yang diperoleh yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antara variabel-variabel yang bersangkutan dengan cara membagikan kuesioner kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji statistik. 3.3.2. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan data primer. Menurut Sugiyono (2020:213), β€œData primer adalah sumber data yang didapatkan langsung kepada pengumpul data”. Data primer diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti di lapangan dengan cara penyebaran kuesioner kepada para wajib pajak yang membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol. 3.4.

Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2020:296), β€œTeknik pengumpulan data merupakan

salah satu langkah yang paling strategis didalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data untuk diteliti lebih lanjut”. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara (Interview) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pemimpin atau pihak berwenang atau pihak lain yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti. (Sugiyono,

51

2020:195) Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dengan para wajib pajak di Kecamatan Regol. 2. Penyebaran Angket (Kuesioner) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, diberikan satu persatu kepada responden yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti. (Sugiyono, 2020:199). Kuesioner akan diberikan kepada para wajib pajak di Kecamatan Regol. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai tanggapan yang berhubungan dengan penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan secara tertulis yang disertai dengan alternatif jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. 3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur ilmiah. (Sugiyono, 2020:140). Peneliti menggunakan data pendukung berupa literatur, buku, jurnal, skripsi, dan internet untuk membantu dalam penyelesaian penelitian. 3.5.

Teknik Penarikan Sampel

3.5.1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2020:126) adalah β€œWilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan nya.”. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 11.709 wajib pajak yang terletak di Kecamatan Regol.

52

3.5.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sehingga jumlah sampel yang diambil harus dapat mewakili populasi pada penelitian. (Sugiyono, 2020:127). Sampel dilakukan karena peneliti memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu, tenaga, dana dan jumlah populasi yang sangat banyak. Menurut Sugiyono (2020: 82) terdapat dua jenis teknik sampling untuk menentukan sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Probability Sampling Probability Sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). 2. Non Probability Sampling Non Probability Sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Dalam penelitian ini menggunakan jenis sampel Non Probability Sampling dengan jenis Purposive Sampling. Kriteria sampel yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu wajib pajak yang bertempat tinggal di Kecamatan Regol yang nantinya akan mengisi angket (kuesioner). Jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 11.709 wajib pajak yang obyeknya

terletak

di

Kecamatan

Regol.

menggunakan rumus slovin:

𝑛=

Keterangan: 𝑛 = ukuran sampel N = ukuran populasi

𝑁 1 + π‘π‘Ž2

Adapun

pengambilan

sampel

53

π‘Ž = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini adalah 10%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BPPD) Kota Bandung ada 11.709 jumlah SPPT yang tercatat untuk wilayah Kecamatan Regol. Oleh karena itu jumlah sampel untuk penelitian dengan margin of error sebesar 10% adalah: 𝑛=

𝑁 1 + π‘π‘Ž2

𝑛=

11.709 1 + 11.709 (0,1)2

𝑛=

11.709 1 + 117.09

𝑛=

11.709 118.09

𝑛 = 99,15 𝑛 = 100

Dapat disimpulkan bahwa sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden wajib pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Regol, Kota Bandung. 3.6.

Pengujian Validitas dan Reabilitas

3.6.1. Uji Validitas Data Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Sebuah instrumen atau angket atau kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada instrumen atau angket atau kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2018:51). Uji validitas digunakan dengan cara menghitung nilai r hitung dan nilai r tabel. Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan. Biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 yang berarti suatu item dianggap valid jika korelasinya signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar daripada r tabel dan nilainya positif, maka butir atau

54

pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan valid. Dan sebaliknya, jika r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan tidak valid. Untuk menghitung validitas ukur, memerlukan rumus Pearson Product Moment. Menurut Sugiyono (2020:183) sebagai berikut: π‘Ÿπ‘₯𝑦 =

𝓃𝛴𝑋𝒾 π‘Œπ’Ύ βˆ’ (𝛴𝑋𝑖 ) (π›΄π‘Œπ’Ύ ) √(𝓃 𝛴𝑋𝒾 2 βˆ’ (𝛴𝑋𝒾 )2 ) (π“ƒπ›΄π‘Œπ’Ύ 2 βˆ’ (π›΄π‘Œπ’Ύ )2 )

Keterangan: π‘Ÿπ‘₯𝑦 𝓃 X Y

= Koefisien korelasi antara item dengan variabel X dan Y = Jumlah sampel (responden) = π‘₯𝒾 βˆ’ xΜ„ = 𝑦𝒾 βˆ’ Σ―

3.6.2. Uji Reliabilitas Data Menurut Ghozali (2018:45) uji reliabilitas adalah β€œSebuah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.” Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagaimana dinyatakan oleh Ghozali (2018:46) yaitu: β€œJika koefisien Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan dinyatakan tidak andal”. Adapun rumus uji reliabilitas menurut Sugiyono (2020:132) yang digunakan adalah sebagai berikut: π‘Ÿ =

π‘˜ 𝑀(π‘˜ βˆ’ 𝑀) {1 βˆ’ } (π‘˜ βˆ’ 1) π‘˜π‘ π‘‘2

Keterangan: r k M

= koefisien realibilitas = jumlah item dalam instrument = mean skor total

55

𝑠𝑑2

= varian total Keputusan pengujiannya dengan membandingkan r hitung dengan r tabel,

dengan ketentuan: 1. Jika r hitung Λƒ r tabel, maka artinya reliable 2. Jika r hitung β‰₯ r tabel (kritis) antara 0,60 – 0,70 maka artinya tidak reliabel. 3.7.

Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Analisis data menurut (Sujarweni, 2020:121) diartikan sebagai kumpulan

data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada di dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik verifikatif. 3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2020:226), metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk masing-masing variabel independen dan dependen. Hasil pengoperasian variabel disusun dalam bentuk pernyataan-pernyataan kuesioner (angket) mengenai Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, dan Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Setiap pilihan jawaban disetiap pernyataan mempunyai skor yang berbeda. Responden harus menggambarkan dan mendukung pernyataan untuk digunakan sebagai jawaban yang dipilih dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2020:146) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perpesi seseorang atau seklompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, yaitu dengan

56

memberikan skor pada masing-masing jawaban pertanyaan alternatif. Adapun skala pengukuran yang dimuat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Skala Likert No

Alternatif Jawaban

Keterangan

Bobot Skor

1

SS

Sangat Setuju

5

2

S

Setuju

4

3

KS

Kurang Setuju

3

4

TS

Tidak Setuju

2

5

STS

Sangat Tidak Setuju

1

Sumber: Sugiyono (2020:94) Berdasarkan Tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan skala ordinal yang dimana penilaiannya menggunakan ranking atau jenjang dari yang terendah ke yang tertinggi maupun sebaliknya. Dan dapat dilihat bahwa jawaban dan bobot skor untuk item-item instrumen pada pertanyaan dalam kuesioner. Bobot skor ini dapat memudahkan bagi responden dalam menjawab pertanyaan dari kuesioner. Perbandingan skor aktual dengan level ideal yang diperlukan untuk mendapatkan peringkat untuk setiap variabel penelitian. Skor aktual diperoleh dengan menghitung pendapat seluruh responden sesuai dengan klasifikasi bobot yang diberikan, dan skor ideal diperoleh melalui perolehan prediksi nilai tertinggi dikali dengan jumlah kuesioner dikalikan dengan jumlah reponden. Rumus skor aktual adalah sebagai berikut: π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ π΄π‘˜π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ =

π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ π΄π‘˜π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ Γ— 100 π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ πΌπ‘‘π‘’π‘Žπ‘™

Sumber: Sugiyono (2020:146) Menurut Malhotra (2017:560), β€œDistribusi frekuensi adalah distribusi matematis yang tujuannya adalah untuk menapatkan hitungan jumlah respon yang terikat dengan nilai-nilai berbeda dari satu variabel dan menyajikannya dalam bentuk persentase”.

57

βˆ‘π‘ =

βˆ‘ π‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘π‘Žπ‘› π‘˜π‘’π‘’π‘ π‘–π‘œπ‘›π‘’π‘Ÿ = π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘›π‘¦π‘Žπ‘Žπ‘› Γ— βˆ‘ π‘˜π‘’π‘’π‘ π‘–π‘œπ‘›π‘’π‘Ÿ

Setelah diketahui skor rata-rata, maka hasil tersebut dimasukkan kedalam garis kontinum dengan kecenerungan jawaban responden yang akan didasarkan pada nilai rata-rata skor yang selanjutnya dikategorikan pada rentang skor sebagai berikut: 𝑁𝐽𝐼 (π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– π½π‘’π‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™ ) =

π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– βˆ’ π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘π‘Žβ„Ž π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘˜π‘Ÿπ‘–π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Ž π‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘π‘Žπ‘›

Sumber: Sugiyono (2020:95) Keterangan: Nilai tertinggi

=5

Nilai terendah

=1

NJI (Nilai Jenjang Interval)

=

5βˆ’1 5

= 0,8

Maka dapat ditentukan kategori skala sebagai berikut: 1. Jika memiliki kesesuaian 1,00-1,80: Sangat Tidak Setuju 2. Jika memiliki kesesuaian 1,81-2,60: Tidak Setuju 3. Jika memiliki kesesuaian 2,61-3,40: Kurang Setuju 4. Jika memiliki kesesuaian 3,41-4,20: Setuju 5. Jika memiliki kesesuaian 4,20-5,00: Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju

1,00

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1,80

2,60

Sangat Setuju

Setuju

3,40

4,20

Gambar 3.1. Garis Kontinum Hasil perhitungan diatas dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan melihat tabel mengenai kriteria persentase skor. Dari penjelasan

5,00

58

diatas, penulis dapat menympulkan bahwa dalam penelitian ini digunakan data skala ordinal karena pengambilan datanya diamil berdasarkan ranking, dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang terendah atau sebaliknya. Menurut Sugiyono (2020:98) adalah β€œskala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur”.

3.7.2. Analisis Statistik Verifikatif Dalam analisis verifikatif cara atau teknik statistik yang digunakan adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Sugiyono, (2020:148). 3.7.2.1.Uji Asumsi Klasik Menurut Ghozali (2018:107), β€œUji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik atau tidak”. Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heretoskedasitas dan uji multikolineritas. 3.7.2.1.1. Uji Normalitas Menurut Sugiyono (2020:239), β€œUji normalitas digunakan untuk mengkaji kenormalan variabel yang diteliti apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal tersebut penting karena bila data setiap variabel tidak normal, maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik parametrik”. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian yang berfungsi untuk mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji sebaran data yang dianalisis. Pengujian normalitas data menggunakan program SPSS dengan Uji Kolmogorov-Smirnov., yaitu:

59

β€œ1. Jika nilai signifikan 0,05 maka distribusi data normal Hipotesis yang digunakan: a. 𝐻0 : data residual berdistribusi normal b. π»π‘Ž : data residual tidak berdistribusi normal” Rumus Kolmogorov-Smirnov menurut Sugiyono (2020:257), adalah sebagai berikut: 𝐾𝐷 = 1,36

βˆšπ‘›1 + 𝑛2 𝑛1 Γ— 𝑛2

Keterangan: KD 𝑛1 𝑛2

= jumlah kolmogrov smirnov yang akan dicari = jumlah sampel yang diperoleh = jumlah sampel yang diharapkan

3.7.2.1.2. Uji Multikoliniearitas Menurut Ghozali (2018:160) β€œUji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”. Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat sebuah korelasi yang tinggi antara variabel independen atau tidak didalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Kriteria pengambilan keputusan penggunaan nilai toleran dan VIF tersebut menurut Ghozali (2018: 104): 1. Tolerance value. 2. Nilai variance inflation factor (VIF) Rumus VIF adalah sebagai berikut: 𝑉𝐼𝐹 =

1 (1 + 𝑅𝑖 2 )

60

3.7.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2018:137-139), Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi adanya masalah hetrodekedastitas dapat menggunakan metode analisis grafik. Metode grafik ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisis metode ini yaitu: 1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka menunjukkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.7.2.2.Analisis Regresi Linear Berganda Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Karena analisis regresi berganda dapat secara langsung menyimpulkan pengaruh dari masing-masing variabel. Menurut Sugiyono (2020:307), Analisis Linear Berganda adalah sebagai berikut: β€œAnalisis regresi linier berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator di manipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Persamaan model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: π‘Œ = π‘Ž + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 + … … + 𝛽𝑛 𝑋𝑛 + 𝑒 Sumber: Sugiyono (2020:305)

61

Keterangan: Y π‘Ž b1, b2, b3, b4 X1 X2 X3 e

: Kepatuhan Wajib Pajak : Konstanta : Koefisien Regresi : Kualitas Pelayanan Pajak : Sanksi Pajak : Pengetahuan Perpajakan : Variabel Gangguan

3.7.2.3.Moderated Regression Analysis (MRA) Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator (Ghozali, 2018:227). Untuk menguji pengaruh variabel moderasi, maka didapatkan persamaan: Y = Ξ± + Ξ²1 X1 + + Ξ²2 X2+ + Ξ²3 X + Ξ²4[X1Z] + Ξ²5[X2Z] + + Ξ²5[X3Z] + e

Sumber: Ghazali (2018:225). Dalam penelitian ini Moderated Regression Analysis (MRA) digunakan untuk pengujian hipotesis yang menggunakan variabel pemoderasi. Terdapat empat model regresi dengan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel dependen, sedangkan untuk variabel independennya ialah Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan dan Sosialisasi Perpajakan sebagai variabel pemoderasi. Langkah-langkah dalam model MRA ini ialah variabel independen diregresikan ke dalam variabel dependen, variabel pemoderasi dan hasil perkalian antara variabel independen dan variabel pemoderasi. Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Persamaan regresi antara variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak diregresikan ke dalam variabel Kualitas Pelayanan Pajak (X1) dan Sosialisasi Perpajakan (Z). Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:

62

π‘Œ = 𝛼 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑍 + 𝑏3 𝑍. 𝑋1 + 𝑒 𝑋1

2.

Y

Z Persamaan regresi antara variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak diregresikan ke dalam variabel Sanksi Pajak (X2) dan Sosialisasi Perpajakan (Z). Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut: π‘Œ = 𝛼 + 𝑏1𝑋2 + 𝑏2𝑍 + 𝑏3 𝑍. 𝑋2 + 𝑒 𝑋2

Y

Z 3. Persamaan regresi antara variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak diregresikan ke dalam variabel Pengetahuan Perpajakan (X3) dan Sosialisasi Perpajakan (Z). Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut: π‘Œ = 𝛼 + 𝑏1𝑋3 + 𝑏2𝑍 + 𝑏3 𝑍. 𝑋3 + 𝑒 𝑋3

Y

Z Keterangan: Y Ξ‘ B X1 X2 X3 Z

= Kepatuhan Wajib Pajak = Konstanta = Koefisien regresi = Sosialisasi Perpajakan = Pengetahuan Perpajakan = Kualitas Pelayanan = Sanksi Perpajakan

3.7.2.3.Analisis Korelasi Pearson Product Moment Menurut Sugiyono (2020:224) β€œKoefisien korelasi merupakan angka hubungan kuatnya antara dua variabel atau lebih”. Menurut Sugiyono (2020:228) β€œKoefisien korelasi product moment merupakan teknik korelasi yang digunakan

63

untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data dari dua variabel atau tersebut adalah sama”. Menurut Sugiyono (2020:305) korelasi product moment digunakan untuk β€œMencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.” Adapun rumus statistiknya sebagai berikut:

π‘Ÿπ‘₯𝑦 =

𝑛 βˆ‘ 𝑋𝐼 π‘Œπ‘– βˆ’ (βˆ‘ 𝑋𝑖 )(βˆ‘ π‘Œπ‘– ) 2

2

√(𝑛 βˆ‘ 𝑋𝑖 βˆ’ (βˆ‘ 𝑋𝑖 ) )(𝑛 βˆ‘ π‘Œπ‘–2 βˆ’ (βˆ‘ π‘Œπ‘– )Β²)

Keterangan: Rxy xΞ― yΞ― n βˆ‘XiYi

= Koefisien korelasi product moment = Variabel independen (variabel bebas) = Variabel dependen (variabel terikat) = Banyak Sampel = Jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut: Tabel 3.3. Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sumber: Sugiyono (2020:278).

Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

3.7.2.4.Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (𝑅2 ) bertujuan mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat dengan nilai antara nol dan satu. Nilai 𝑅2 = 0 berarti variabel bebas tidak memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi variabel terikat dan nilai 𝑅2 = 1 berarti variabel bebas memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi variabel terikat Ghozali, (2018:179).

64

Menurut Sugiyono (2020:292) analisis koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐾𝐷 = π‘Ÿ 2 Γ— 100% Keterangan: KD = Koefisien determinasi π‘Ÿ 2 = Koefisien korelasi yang dikuadratkan Pedoman untuk menginterpretasikan koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.4. Pedoman Menginterprestasikan Koefisien Determinasi Nilai Koefisien Determinasi 0% - 20% 21% - 40 41% - 60% 61% - 80% > 80%

Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah % Sedang Tinggi Sangat Tinggi

3.7.3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel independen kepada variabel dependen. Dalam pengujian hipotesis ini, peneliti menetapkan dengan menggunakan uji signifikan, dengan penetapan hipotesis nol (𝐻0 ) dan hipotesis alternatif (𝐻𝛼 ). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2020:63) hipotesis adalah: β€œJawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.” Hipotesis nol (𝐻0 ) merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan hipotesis alternatif (𝐻𝛼 ) sebalinya, yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen

65

dengan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan secara parsial (uji t) maupun secara simultan (uji F). 3.7.3.1.Pengujian Secara Parsial (Uji T) Uji T bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel bebas yang lain tidak berubah. Menurut Sugiyono (2020:250) rumus untuk menguji uji t sebagai berikut:

Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ… π‘Ÿπ‘› βˆ’2 𝑑 = Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…2 1βˆ’ π‘Ÿ Keterangan: t = Nilai Uji T r = Koefisien korelasi π‘Ÿ 2 =Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

Gambar 3.2. Uji T Sumber: Sugiyono (2020:226) Uji t menggunakan beberapa dasar analisis untuk menentukan pengaruh dan hubungan variabel. Berikut dasar analisis yang digunakan pada uji t: 1.

2.

Perbandingan thitung dengan ttabel a.

Jika |thitung| ≀ ttabel, maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝛼 ditolak.

b.

Jika |thitung| > ttabel, maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝛼 diterima.

Perbandingan nilai signifikansi dengan taraf nyata a. Jika nilai signifikansi β‰₯ taraf nyata (0,05), maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝛼 ditolak.

66

b. Jika nilai signifikansi < taraf nyata (0,05), maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝛼 diterima. Dengan keputusan sebagai berikut: H1:

Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

H2:

Terdapat Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

H3:

Terdapat Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

H4:

Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Perpajakan sebagai Variabel Moderasi.

H5:

Terdapat Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Perpajakan sebagai variabel moderasi.

H6:

Terdapat Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Perpajakan sebagai variabel moderasi.

3.7.3.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F) Pengujian yang dilakukan ini adalah dengan uji parameter b atau uji korelasi dengan menggunakan uji F statistik, untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat digunakan uji F. Adapun rumus Uji F menurut Sugiyono (2020:257) adalah sebagai berikut:

π‘“β„Ž =

Keterangan: R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel

𝑅2 /π‘˜ (1 βˆ’ 𝑅2 )/(𝑛 βˆ’ π‘˜ βˆ’ 1)

67

Cara melakukan uji F dengan membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1.

Fhitung > Ftabel, maka 𝐻1 diterima atau 𝐻0 ditolak (suatu variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen)

2.

Fhitung < Ftabel, maka 𝐻1 ditolak atau 𝐻0 diterima (suatu variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen). Pada statistik dapat membandingkan nilai probabilitas (sig) dengan nilai α

(0,05) dengan kriteria sebagai berikut: 1.

Jika nilai sig < 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau 𝐻1 diterima.

2.

Jika nilai sig > 0,05 maka 𝐻0 diterima atau 𝐻1 ditolak

Dengan keputusan sebagai berikut: H7:

Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Secara Simultan.

H8:

Terdapat Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan Sosialisasi Perpajakan sebagai Variabel Moderasi Secara Simultan.

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan Ho

Sumber: Sugiyono (2020:228) Gambar 3.3. Uji F

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi

Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi Di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata jawaban responden menunjukan bahwa nilai kategori skor untuk tanggapan responden mengenai kepatuhan wajib pajak mendapatkan skor 2.121 yang berada pada interval 2.040-2.520 dalam kriteria β€œBaik”. Penulis menyimpulkan bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam membayarkan pajaknya dengan hasil dari beberapa pernyataan yang diajukan terdapat pernyataan dengan jawaban responden paling rendah yaitu menghitung pajak dengan perhitungan yang dilakukan sendiri yakni sebesar 331 dengan persentase 66,2%.

2.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata jawaban responden menunjukan bahwa nilai kategori skor untuk tanggapan responden mengenai kualitas pelayanan pajak mendapatkan skor 1.683 yang berada pada interval 1.560-2.040 dalam kriteria β€œCukup Baik”. Penulis menyimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang cukup memuaskan dalam segi cepat dan tanggap selama melayani para wajib pajak dengan hasil dari beberapa pernyataan yang diajukan terdapat pernyataan dengan jawaban responden paling rendah yaitu petugas pajak cepat dan tanggap dalam membantu permasalahan wajib pajak dengan persentase 64%.

3.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata jawaban responden menunjukan bahwa nilai kategori skor untuk tanggapan responden mengenai

116

117

sanksi pajak mendapatkan skor 1.298 yang berada pada interval 1.080-1.560 dalam kriteria β€œKurang baik”. Penulis menyimpulkan bahwa sanksi yang diterapkan masih belum memberikan efek jera bagi mereka yang melanggar dengan hasil dari beberapa pernyataan yang diajukan terdapat pernyataan dengan jawaban responden paling rendah yaitu sanksi yang sudah diterapkan dapat membuat efek jera dengan persentase 58%. 4.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata jawaban responden menunjukan bahwa nilai kategori skor untuk tanggapan responden mengenai pengetahuan perpajakan mendapatkan skor 936 yang berada pada interval 6001.080 dalam kriteria β€œTidak Baik”. penulis menyimpulkan bahwa para wajib pajak masih kurang cukup pengetahuan mengenai perpajakan dengan hasil dari beberapa pernyataan yang diajukan terdapat pernyataan dengan jawaban responden paling rendah yaitu pengetahuan mengenai pengenaan sanksi, besaran sanksi, dan jenis-jenis sanksi perpajakan yang diperoleh dengan persentase 59%.

5.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata jawaban responden menunjukan bahwa nilai kategori skor untuk tanggapan responden mengenai sosialisasi pajak mendapatkan skor 1.902 yang berada pada interval 1.5602.040 dalam kriteria β€œCukup Baik”. Penulis menyimpulkan bahwa kurangnya sosialisasi yang diadakan oleh pihak UPT bagi para wajib pajak dengan jawaban responden paling rendah yaitu mereka tidak menemukan pamphlet atau billboard mengenai informasi perpajakan di lingkungan tempat tinggal mereka dengan persentase 54,6%.

6.

Hasil Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi dijelaskan sebagai berikut: a. Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”> π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ > yaitu 2,819 > 1,661 dan nilai signifikansi variabel Kualitas Pelayanan Pajak < 0,05 yaitu 0,006 < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak artinya Kualitas Pelayanan Pajak (X1) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y).

118

Selain itu, korelasi antara Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak adalah sebesar 0,433. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kenaikan Kualitas Pelayanan Pajak dapat meningatkan Kepatuhan Wajib Pajak. b. Sanksi Pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”> π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 1,802 > 1,661 dan nilai signifikansi Sanksi Pajak > 0,05 yaitu 0,075 > 0,05 maka H2 diterima dan H0 diterima artinya Sanksi Pajak (X2) tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Selain itu, korelasi antara Sanksi Pajak (X2) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah sebesar 0,450. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kenaikan Sanksi Pajak dapat meningatkan Kepatuhan Wajib Pajak. c. Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”> π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 3,892 > 1,661. dan nilai signifikansi variabel Pengetahuan Perpajakan < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05 maka H3 diterima dan H0 ditolak artinya Pengetahuan Perpajakan (X3) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Selain itu, korelasi antara Pengetahuan Perpajakan (X3) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah sebesar 0,496. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kenaikan Pengetahuan Perpajakan dapat meningatkan Kepatuhan Wajib Pajak. 7.

Berdasarkan hasil penelitian pada uji t (secara parsial) untuk variabel moderasi diperoleh hasil sebagai berikut: a. Kualitas Pelayanan Pajak dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”< π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 1,336 < 1,661 dan nilai signifikansi >0,05 yaitu 0,185 > 0,05, maka H4 ditolak dan H0 diterima artinya Sosialisasi Pajak (Z) tidak dapat memoderasi pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak (X1) terhadap

119

kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Selain itu, korelasi antara Kualitas Pelayanan Pajak (X1) dengan Sosialisasi Pajak adalah sebesar 0,466. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan sedang Kualitas Pelayanan Pajak dengan Sosialisasi Pajak yang dapat meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kenaikan Kualitas Pelayanan Pajak dengan Sosialisasi Pajak dapat meningatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Dalam persamaan ini 𝛽4 bernilai 0,006 dengan signifikansi 0,185, 𝛽1 0,267 dan signifikan pada 0,006, maka Sosialisasi Pajak memperlemah pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. b. Sanksi Pajak dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”< π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 0,745 < 1,661 dan nilai signifikansi >0,05 yaitu 0,458 > 0,05, maka H5 ditolak dan H0 diterima artinya Sosialisasi Pajak (Z) tidak dapat memoderasi pengaruh Sanksi Pajak (X2) terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Selain itu, korelasi antara Sanksi Pajak (X2) dengan Sosialisasi Pajak adalah sebesar 0,490. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi kenaikan Sanksi Pajak dengan Sosialisasi Pajak yang dapat meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Dalam persamaan ini 𝛽5 bernilai 0,005 dengan signifikansi 0,458, 𝛽2 0,219 dan signifikan pada 0,075, maka Sosialisasi Pajak memperlemah pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. c. Pengetahuan Perpajakan dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Karena nilai π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”> π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ ,=m

cyaitu 2,383 > 1,661 dan nilai signifikansi πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (18.522 > 2.70) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka 𝐻7 diterima dan 𝐻0 ditolak, artinya variabel kualitas pelayanan pajak (X1), sanksi pajak (X2), pengetahuan perpajakan (X3) berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Nilai koefisien determinasi (R square) yang diperoleh sebesar 0,463 atau sebesar 46,3 % yang berarti perubahan Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh perubahan variabel Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan sebesar 46,3%. Menurut pedoman interpretasi koefisien korelasi, angka ini termasuk kedalam kategori korelasi yang β€œSedang” karena berada pada interval 41% - 60%. Sedangkan sisanya sebesar 53,7%. dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

9.

Berdasarkan hasil penelitian pada uji F (secara simultan) diperoleh hasil pengujian H8 membuktikan bahwa Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan dengan Sosialisasi Pajak berpengaruh secara simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan hasil perhitungan πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 11,639 dengan p-value (sig) 0.000. dengan Ξ± = 5% serta derajat kebebasan V1 = 93 (n-k-1) dan V2 = 6, maka didapat πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ 2.20. Dikarenakan nilai πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” > πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ (11,639 > 2.20) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka H8 diterima dan H0 ditolak, artinya

121

variabel Kualitas Pelayanan Pajak (X1), Sanksi Pajak (X2) dan Pengetahuan Perpajakan (X3) dengan Sosialisasi Pajak (Z) berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan (Y). Nilai koefisien determinasi (R square) yang diperoleh sebesar 0,525 atau sebesar 52,5% yang berarti perubahan Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh perubahan variabel Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan sebesar 52,5%. Menurut pedoman interpretasi koefisien korelasi, angka ini termasuk kedalam kategori korelasi yang β€œSedang” karena berada pada interval 41%-60%. Sedangkan sisanya sebesar 47,5%. dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Variabel moderasi dapat meningkatkan koefisiensi determinasi sebanyak 6% dari koefisiensi determinasi sebelumnya. 5.2.

Saran Berdasarkan pada hasil penelitian diatas, maka saran yang dapat penulis

sampaikan adalah sebagai berikut: 1.

Bagi Badan Pendapatan Daerah dan pihak UPT Bandung Tengah a. Untuk memperbaiki kelemahan kualitas pelayanan, dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengadakan sosialisasi khusus kepada para petugas agar meningkatkan kapasitas pengetahuan para petugas sehingga bisa lebih cepat dan tanggap dalam layani segala bentuk permasalahan wajib pajak. b. Untuk memperbaiki kelemahan sanksi pajak, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sanksi yang selama ini diterapkan masih kurang tegas karena masih banyaknya para wajib pajak yang melanggar sehingga belum cukup memberi efek jera bagi mereka yang melanggar. c. Untuk memperbaiki kelemahan pengetahuan perpajakan, pengetahuan penting bagi para wajib pajak, dengan gencarnya sosialisasi/penyuluhan dari pihak-pihak terkait maka dapat meningkatkan pengetahuan perpajakan bagi para wajib pajak. Yang dimana nantinya itu juga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya.

122

d. Untuk memperbaiki kelemahan sosialisasi pajak, yang dimana sosialisasi belum gencar dilakukan oleh pihak UPT Bandung Tengah dalam segi media massa maupun media cetak. Padahal sosialisasi ini penting untuk meningkatkan pengetahuan para wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya. 2.

Bagi Universitas Indonesia Membangun Untuk lebih menambah kelengkapan kepustakaan yang nantinya bisa digunakan sebagai referensi untuk mengetahui data serta informasi mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Sosialisasi Pajak sebagai variabel moderasi serta dapat membandingkan teori dengan kenyataan di lapangan.

3.

Bagi Penelitian Selanjutnya a. Dapat

mengembangkan

penelitian

dengan

melakukan

penelitian

menggunakan variabel lain yang belum tercantum dalam penelitian ini. Seperti menggunakan variabel Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendapatan, Pendapatan Rumah Tangga, Akuntabilitas, dan lain sebagainya. Agar informasi yang didapat lebih bervariasi. b. Dapat menggunakan metode yang berbeda dalam melakukan penelitian mengenai Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Seperti menggunakan metode kualitatif. Agar informasi yang didapat lebih bervariasi. c. Dapat meningkatkan jumlah responden agar hasil yang didapat lebih akurat, dan d. Dapat memperluas objek penelitian dengan tahun terbaru agar hasil yang didapatkan berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Devano, S., & Rahayu, S. K. (2016). Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Kencana Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, A. & Kusufi, S. (2016). Akuntansi Sektor Publik: teori, konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Empat. Heizer, J & Render, B. (2016). Manajemen Operasi. (Sebelas ed., Vol. Satu). Jakarta: Salemba Empat Hidayat, N. Purwana, D. (2017). Perpajakan Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali. Kasmir. (2017). Customer Service Excellent. Depok: PT Raja Grafindo Persada Kurniawan. (2019). Pahami Ketentuannya Hindari Sanksinya: Kupas Tuntas Sanksi Perpajakan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. Malhotra, N. K., Nunan, D., & Birks, D. F. (2017). Marketing Research: An Applied Approach. Harlow: Pearson Education Limited. Mardiasmo. (2019). Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi OFFSET. Rahayu, S. K., (2017). Perpajakan: Konsep, Sistem, dan Implementasi. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains. Resmi, S. (2017). Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat Samudra, A.A. (2015). Perpajakan di Indonesia: Keuangan, Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudaryono. (2018). Metode Penelitian. Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Sudirman, Rismawati dan Ammirudin antong. (2016). Perpajakan, Pendekatan, Teori dan Praktek. Empatdua Media, Makassar Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,dan R&D. Bandung: ALFABETA Sujarweni, V. W. (2020). Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Pustakabarupress Susanto, H. (2012). Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarel Wajib Pajak.

123

124

Sutedi, A. (2016). Hukum Pajak. Jakarta: Sinar Grafika

Jurnal: Ainul, N. K. I. K. (2021). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Dan Penerapan Sistem E-Filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribdi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, 15(1), 9-19. Arrasi, R. D. (2022). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 10(1), 91-102. Fitrianingsih, F., Sudarno, S., & Kurrohman, T. (2018). Analisis Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Denda Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan di Kota Pasuruan. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 5(1), 100-10 Hasmi, N. (2022). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Journal of Innovation Research and Knowledge, 1(9), 1165-1172. Hidayat, I., & Gunawan, S. (2022). Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. MANAZHIM, 4(1), 110-132. Kantohe, M. S. S. (2022). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Wajib Pajak Dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kecamatan Tompaso. Jurnal Akuntansi Manado (JAIM), 334-343. Sudrajat, A., & Ompusunggu, A. P. (2015). Pemanfaatan teknologi informasi, sosialisasi pajak, pengetahuan perpajakan, dan kepatuhan pajak. Jurnal Riset Akuntansi & Perpajakan (JRAP), 2(02), 193-202. Suryani, R. E. (2022). Pengaruh Sosialisasi Pemerintah, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Rw 4 Simo Mulyo Baru Kota Surabaya). Jurnal Mitra Manajemen, 6(1), 39-52. Tyasari, I., & Setiyowati, S. W. (2021). Hubungan Sanksi dan Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dimoderasi Sosialisasi (Studi Empiris KPP Pratama Malang Utara). ISOQUANTβ€―: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 5(2), 142–153.

125

Umbaran, I. M. S., Padnyawati, K. D., & Pratiwi, N. P. T. W. (2022). Pengaruh Penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), Tingkat Kepercayaan Kepada Pemerintah, Sikap, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan. Hita Akuntansi dan Keuangan, 3(1), 65-74. Wulandari, N., & Wahyudi, D. (2022). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Mranggen Kabupaten Demak. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 1485314870. Wulandari, R., Risal, & Kristiawati, E. (2020). Sosialisasi Pajak Memoderasi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Research Journal of Accounting and Business Management (RJABM), 4(2), 97–115. Peraturan perundang-undangan: Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Pasal 55 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Undang-Undang No.12 Tahun 1994 yang mengatur tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 terkait PBB. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

126

Berita: https://www.radarbandung.id/2021/10/28/tidak-ada-kenaikan-pbb-tahun-2021-dikota-bandung/ diakses pada 7 oktober 2022 pukul 13.30 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5281792/apa-penyebabpenerimaan-pajak-ri-masih-rendah diakses 10 Oktober 2022 pukul 09.15 https://www.idxchannel.com/economics/kepatuhan-rendah-banyak-potensi-pajakyang-belum-berhasil-digali diakses 13 Desember 2022 pukul 14.15 https://jabar.inews.id/berita/dampak-pandemi-masih-terasa-perolehan-pajakperiode-2021-kota-bandung-tak-capai-target diakses 14 Desember 2022 pukul 12.15

127

LAMPIRAN

Lampiran 1.1. Lembar Kuesioner Penelitan KUESIONER Yth, Bapak/Ibu/Saudara/i Responden Wajib Pajak Di Tempat

Dengan hormat, Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini. Tujuan diadakannya kuesioner ini adalah untuk berpartisipasi membantu saya dalam rangka menyusun usulan penelitian. Oleh sebab itu, saya mengharapkan agar setiap pernyataan yang disajikan dapat dijawab oleh Bapak/Ibu/Saudara/I dengan jujur sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang diketahui. Informasi yang saya dapat dari Bapak/Ibu/Saudara/I akan dijaga kerahasiaannya sebagai responden yang telah ikut berpartisipasi dan hanya akan digunakan untuk kepentingan dalam penelitian. Sebelumnya, izinkan saya untuk memperkenalkan diri: Nama

: Widayanti

NIM

: 102119110449

Prodi

: Akuntansi – Universitas INABA Bandung

Judul Penelitian

: β€œPengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi Di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021.”

Atas kesediaan dan kerja sama Bapak/Ibu/Saudara/I dalam pengumpulan data dan informasi ini, saya mengucapkan terima kasih.

Bandung, Januari 2022

128

A. JUDUL PENELITIAN:

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN SOSIALISASI PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI DI KECAMATAN REGOL TAHUN 20172021

B. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden :......................................................(boleh tidak diisi) Umur :................................................................................... Jenis Kelamim : 1. Laki-Laki 2. Perempuan Pendidikan Terakhir : 1. SMA/Sederajat 2. D3 3. S1 4. S2 5. S3 6. Lain-lain....... C. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Bapak/Ibu/Saudara/I dimohon untuk memberikan penilaian mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sosialisasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi Di Kecamatan Regol Tahun 2017-2021. 2. Bapak/Ibu/Saudara/I diminta untuk memberikan jawaban sesuai keadaan sebenarnya dengan memberikan tanda (√) pada salah satu dari jawaban yang tersedia, 3. Jawaban yang tersedia tidak mengandung jawaban benar dan salah melainkan hanya persepsi yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan, 4. Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademis peneliti dan identitas Bapak/Ibu/Saudara/I terjamin kerahasiaannya, 5. Atas perhatian dan kerjasamanya, Saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,

Widayanti

129

Skala yang digunakan dalam menjawab pertanyaan adalah sebagai berikut: Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1

1. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) No 1

2

3

4

5

6

Pertanyaan Saya sudah tepat waktu dalam melengkapi data yang diperlukan sebagai persyaratan untuk membayar pajak. Saya sudah tepat waktu dalam menyetorkan pajak yang masih harus dibayar. Saya sudah tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar beserta perhitungannya. Saya sudah tepat waktu dalam menghitung pajak dengan perhitungan yang saya lakukan sendiri. Saya sudah tepat dalam membayar pajak yang masih harus dibayar susai dengan perhitungan yang sudah ditetapkan. Saya sudah membayar pajak dengan tepat waktu karena sudah menjadi kewajiban sebagai warga Negara untuk membayar pajak.

SS

S

KS

TS

STS

SS

S

KS

TS

STS

2. Kualitas Pelayanan Pajak (X1) No 7

8

9

10

Pertanyaan Petugas pajak memberikan jasa seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang diharapkan para wajib pajak. Petugas pajak cepat dan tanggap dalam membantu permasalahan para wajib pajak Petugas pajak dapat menjaga kerahasiaan informasi sehingga dapat menumbuhkan percaya para wajib pajaknya. Petugas pajak memberikan kemudahan dalam melakukan komunikasi dengan para wajib pajak.

130

11

Fasilitas yang sudah tersedia sangat mendukung pelayanan dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

3. Sanksi Pajak (X2) No 12 13 14 15

Pertanyaan Sanksi yang diterapkan sudah jelas peruntukannya. Sanksi yang diterapkan tidak pandang bulu. Sanksi yang diterapkan tidak memberatkan dan juga tidak merendahkan. Sanksi yang sudah diterapkan dapat membuat efek jera.

SS

S

KS

TS

STS

SS

S

KS

TS

STS

SS

S

KS

TS

STS

4. Pengetahuan Perpajakan (X3) No 16

17

18

Pertanyaan Latar Pendidikan yang saya tempuh mempengaruhi pengetahuan mengenai perpajakan. Saya mengetahui peraturan perpajakan baik dalam undang-undang maupun dalam peraturan pemerintah. Saya mengetahui mengenai pengenaan sanksi, besaran sanksi, dan jenis -jenis sanksi perpajakan

5. Sosalisasi Pajak (Z) No 19

20 21 22

23

24

Pertanyaan Saya bisa mendapatkan informasi mengenai perpajakan di berbagai media. Baik media cetak maupun media massa. Saya menemukan pamphlet atau billboard di lingkungan sekitar tentang informasi mengenai perpajakan. Pihak UPT pernah memberikan informasi mengenai perpajakan. Sosialisasi yang saya dapatkan sangat membantu saya dalam memahami mengenai informasi perpajakan. Informasi mengenai pajak bumi dan bangunan sangat penting dan bermanfaat. Saya pernah mengikuti penyuluhan baik secara langsung maupun melalui seminar yang ada di sosial media.

131

Lampiran 1.2. Hasil Data Responden Kepatuhan Wajib Pajak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Y.1 5 4 3 2 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 5 3 5 3 5 3 5 4 5 3 4 4

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 4 2 2 3 2 4 2 2 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 5 5 4 2 3 3 3 2 5 5 2 2 3 3 3 2 5 5 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 5 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3

Y.6 2 5 4 2 2 5 2 3 3 5 3 3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4

TOTAL 22 25 23 13 17 20 14 15 17 23 20 19 19 23 18 22 20 25 25 24 19 18 18 18 19 23 16 22 16 24 16 21 22 24 20 24 20

132

Responden 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

Y.1 4 3 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 5 4 5 4 5 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Y.6 3 3 5 4 4 4 3 5 5 5 3 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 5 4

TOTAL 19 18 30 24 21 24 18 30 24 25 18 25 27 20 24 21 21 20 21 21 24 24 23 26 20 22 24 24 20 20 20 19 24 18 18 20 24 25 24

133

Responden 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

Y.1 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4

Y.6 3 4 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4

TOTAL 18 23 24 25 21 21 18 21 18 21 20 24 24 20 24 20 19 19 20 19 23 20 23 22

Lampiran 1.3 Hasil Data Responden Kualitas Pelayanan Pajak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

X1.1 2 4 1 2 4 3 2 2 3 4

Kualitas Pelayanan Pajak (X1) X1.2 X1.3 X1.4 3 4 3 3 5 3 2 3 3 2 4 4 2 2 4 3 2 4 1 2 2 1 2 1 3 3 2 5 3 4

X1.5 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4

TOTAL 14 17 11 15 14 15 10 8 14 20

134

Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

X1.1 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 5 4 3 4 4 3 4

Kualitas Pelayanan Pajak (X1) X1.2 X1.3 X1.4 5 3 3 3 3 3 2 4 2 4 4 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 2 2 3 1 4 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 4 3

X1.5 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 5 4 3 4 2 2 5 4 3 3

TOTAL 19 15 14 16 15 16 19 20 20 20 14 11 14 13 11 16 16 11 16 18 14 15 13 11 17 16 20 18 18 22 20 16 21 15 8 23 20 16 18

135

Responden 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

X1.1 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4

Kualitas Pelayanan Pajak (X1) X1.2 X1.3 X1.4 3 5 5 3 3 3 4 4 5 3 4 4 2 4 2 2 4 5 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 1 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 5 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4

X1.5 4 3 5 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 5 4 4 4 4 5 2 2 4 4 3 4 3 3 4

TOTAL 21 15 22 17 15 17 18 19 20 16 20 20 15 16 19 19 20 17 17 18 16 15 16 17 22 20 18 20 17 22 17 17 19 16 16 18 15 16 20

136

Responden 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

X1.1 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4

Kualitas Pelayanan Pajak (X1) X1.2 X1.3 X1.4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 3 3

X1.5 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3

TOTAL 19 19 18 17 17 15 16 18 20 17 20 16

Lampiran 1.4. Hasil Data Responden Sanksi Pajak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

X2.1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 5 3 4

Sanksi Pajak (X2) X2.2 X2.3 3 4 2 2 2 1 3 3 3 2 3 5 1 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 4 2 4 3 3

X2.4 2 2 2 2 2 4 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2

TOTAL 12 9 8 11 10 15 6 6 11 10 10 13 13 11 8 14 13 13 15 14 12 12

137

Responden 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61

X2.1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 5

Sanksi Pajak (X2) X2.2 X2.3 2 3 2 3 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 5 3 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 4 3 4 5 2 2 5 4 3 3 3 3 4 5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3

X2.4 4 3 3 2 2 2 2 4 3 5 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 5 4 4 3 4 5 2 4 3 3 5 2 4 4 4 3 2

TOTAL 12 11 11 11 11 12 11 14 13 14 9 13 15 13 14 14 12 13 16 9 15 14 20 16 14 13 15 19 10 17 13 12 18 11 16 16 14 14 14

138

Responden 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

X2.1 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

Sanksi Pajak (X2) X2.2 X2.3 2 1 5 3 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 5 4 3 4 2 4 4 4 3 4 5 4 2 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 5 3

X2.4 5 3 3 5 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 2 1 4 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3

TOTAL 12 15 14 17 13 12 14 13 14 8 13 13 17 14 13 16 13 17 9 12 16 13 13 13 9 13 14 14 11 14 14 14 14 15 13 14 14 10 15

139

Lampiran 1.5. Hasil Data Responden Pengetahuan Perpajakan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Pengetahuan Perpajakan (X3) X3.1 X3.2 X3.3 4 3 4 3 3 2 3 4 5 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 4 2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 1 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 5 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3

TOTAL 11 8 12 6 10 9 6 6 10 8 8 10 8 7 8 7 8 10 11 11 10 8 10 10 8 6 6 9 6 9 8 9 10 10 7 10 10

140

Responden 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

Pengetahuan Perpajakan (X3) X3.1 X3.2 X3.3 3 3 4 3 3 3 5 3 5 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3 3 5 3 2 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 2 2 5 3 2 3 4 4 3 4 4

TOTAL 10 9 13 12 11 8 7 14 12 12 10 9 13 10 10 12 7 10 7 12 9 12 9 11 6 7 10 9 9 11 12 11 12 8 10 7 10 11 11

141

Pengetahuan Perpajakan (X3) X3.1 X3.2 X3.3 3 3 3 4 3 3 5 3 2 3 3 2 1 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 2 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2

Responden 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

TOTAL 9 10 10 8 7 12 9 10 10 7 9 9 12 9 10 11 9 9 7 11 11 9 8 7

Lampiran 1.6. Hasil Data Responden Sosialisasi Pajak Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Z.1 2 3 1 2 4 3 2 2 3 4

Z.2 2 2 1 5 3 2 1 2 3 3

Sosialisasi Pajak (Z) Z.3 Z.4 Z.5 3 4 3 1 2 3 2 3 4 5 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 2

Z.6 4 2 5 3 5 4 2 1 2 2

TOTAL 18 13 16 21 21 16 10 10 17 17

142

Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

Z.1 4 3 3 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 2 3 2 2 2 2 4 4 1 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 5 5 5 3 4

Sosialisasi Pajak (Z) Z.2 Z.3 Z.4 Z.5 3 3 3 2 2 2 4 4 1 1 4 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 3 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 2 3 5 5 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 2 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 5 4 1 1 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 2 2 4 4 2 3 4 5 3 2 4 4 4 2 5 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 3 2 4 4 4

Z.6 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 4 2 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 4 4 2 2 5 4 4 2 3

TOTAL 18 18 15 16 14 17 18 20 23 22 17 16 17 18 19 18 18 17 18 18 20 11 15 17 18 21 18 23 17 23 24 24 21 19 28 23 26 18 21

143

Responden 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

Z.1 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 2 3 4

Sosialisasi Pajak (Z) Z.2 Z.3 Z.4 Z.5 3 3 3 4 2 2 4 4 2 2 2 5 3 3 3 5 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5 3 3 3 4 3 3 4 5 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 4 3 2 2 4 4 2 2 2 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 2 2 2 5 2 1 2 3 3 4 5 5 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4

Z.6 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 2 2 2 2 4 4 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3

TOTAL 21 18 17 21 17 23 19 20 21 19 23 24 21 20 21 21 19 22 21 17 19 14 18 18 16 23 22 23 17 17 13 21 20 19 22 22 16 18 21

144

Responden 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

Z.1 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4

Sosialisasi Pajak (Z) Z.2 Z.3 Z.4 Z.5 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 3 3 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2 4 3 2 3 3 4 4 2 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4

TOTAL

Z.6 4 3 2 4 3 2 2 3 2 3 2 3

23 21 21 21 19 20 18 17 19 19 17 20

Lampiran 1.7. Uji Validitas Data Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Correlations Y_1 Y_1

Pearson

Y_2

Y_3

Y_4

Y_5

Y_6

.653**

.450**

.269**

.428**

.332**

.698**

.000

.000

.007

.000

.001

.000

100

100

100

100

100

100

100

.653**

1

.646**

.449**

.505**

.249*

.777**

.000

.000

.000

.012

.000

100

100

100

100

100

1

.501**

.347**

.282**

.710**

.000

.000

.004

.000

1

TOTAL_Y

Correlation Si g. (2-tailed) N Y_2

Pearson Correlation

Y_3

Sig. (2-tailed)

.000

N

100

100

.450**

.646**

Sig. (2-tailed)

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

.269**

.449**

.501**

1

.624**

.442**

.732**

Sig. (2-tailed)

.007

.000

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

.428**

.505**

.347**

.624**

1

.628**

.815**

.000

.000

.000

.000

.000

.000

Pearson Correlation

Y_4

Pearson Correlation

Y_5

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

145

N Y_6

100

100

100

100

100

100

100

.332**

.249*

.282**

.442**

.628**

1

.691**

Sig. (2-tailed)

.001

.012

.004

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

.698**

.777**

.710**

.732**

.815**

.691**

1

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

Pearson Correlation

TOTAL_Y Pearson

.000

Correlation

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 1.8. Uji Validitas Data Kualitas Pelayanan Pajak Correlations X1_1 X1_1

Pearson

X1_2 1

X1_3

X1_4

X1_5

TOTAL_X1

.588**

.356**

.528**

.433**

.769**

.000

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

100

1

.359**

.430**

.471**

.766**

.000

.000

.000

.000

Correlation Sig. (2-tailed) N X1_2

Pearson

100 .588**

Correlation

X1_3

Sig. (2-tailed)

.000

N

100

100

100

100

100

100

.356**

.359**

1

.358**

.331**

.632**

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.001

.000

N

100

100

100

100

100

100

.528**

.430**

.358**

1

.596**

.795**

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

.433**

.471**

.331**

.596**

1

.766**

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.001

.000

N

100

100

100

100

100

100

.769**

.766**

.632**

.795**

.766**

1

.000

.000

.000

.000

.000

Pearson Correlation

X1_4

Pearson Correlation

X1_5

Pearson Correlation

TOTAL_X1 Pearson

.000

Correlation Sig. (2-tailed)

146

N

100

100

100

100

100

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 1.9. Uji Validitas Data Sanksi Pajak Correlations X2_1 X2_1

Pearson Correlation

X2_2 1

X2_2

X2_3

X2_4

TOTAL_X2

TOTAL_X2

.311**

.689**

.000

.000

.002

.000

100

100

100

100

1

.377**

.385**

.772**

.000

.000

.000

100

Pearson Correlation

X2_4

.363**

Sig. (2-tailed) N

X2_3

.429**

.429**

Sig. (2-tailed)

.000

N

100

100

100

100

100

.363**

.377**

1

.409**

.720**

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

100

.311**

.385**

.409**

1

.738**

Sig. (2-tailed)

.002

.000

.000

N

100

100

100

100

100

.689**

.772**

.720**

.738**

1

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

Pearson Correlation

Pearson Correlation

Pearson Correlation

.000

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 1.10. Uji Validitas Data Pengetahuan Perpajakan Correlations X3_1 X3_1

Pearson Correlation

X3_2

X3_2

X3_3

TOTAL_X3

Pearson Correlation

TOTAL_X3

.191

.656**

.004

.057

.000

100

100

100

100

.284**

1

.648**

.826**

.000

.000

1

Sig. (2-tailed) N

X3_3

.284**

Sig. (2-tailed)

.004

N

100

100

100

100

Pearson Correlation

.191

.648**

1

.807**

Sig. (2-tailed)

.057

.000

N

100

100

100

100

.656**

.826**

.807**

1

Pearson Correlation

.000

147

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 1.11. Uji Validitas Data Sosialisasi Pajak Correlations Z_1 Z_1

Pearson

Z_2

Z_3

Z_4

.437**

.281**

.388**

.237*

.162

.664**

.000

.005

.000

.017

.107

.000

100

100

100

100

100

100

100

.437**

1

.557**

.283**

.029

.224*

.663**

.000

.004

.777

.025

.000

100

100

100

100

100

1

.306**

.025

.387**

.674**

.002

.803

.000

.000

1

Z_5

Z_6

TOTAL_Z

Correlation Sig. (2-tailed) N Z_2

Pearson Correlation

Z_3

Sig. (2-tailed)

.000

N

100

100

.281**

.557**

Sig. (2-tailed)

.005

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

.388**

.283**

.306**

1

.411**

.155

.667**

Sig. (2-tailed)

.000

.004

.002

.000

.124

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

1

.210*

.510**

.036

.000

Pearson Correlation

Z_4

Pearson Correlation

Z_5

.237*

.029

.025

.411**

Sig. (2-tailed)

.017

.777

.803

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

.162

.224*

.387**

.155

.210*

1

.586**

Sig. (2-tailed)

.107

.025

.000

.124

.036

N

100

100

100

100

100

100

100

.664**

.663**

.674**

.667**

.510**

.586**

1

Sig. (2-tailed)

.000

.000

.000

.000

.000

.000

N

100

100

100

100

100

100

Pearson Correlation

Z_6

Pearson Correlation

TOTAL_Z Pearson

.000

Correlation

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

100

148

Lampiran 1.12. Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .829

6

Lampiran 1.13. Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Pajak Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .800

5

Lampiran 1.14. Uji Reliabilitas Sanksi Pajak Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .705

4

Lampiran 1.15. Uji Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .632

3

Lampiran 1.16. Uji Reliabilitas Sosialisasi Pajak Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .689

6

Lampiran 1.17. Uji Normalitas Komolgorv Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

149

Unstandardized Residual N

100

Normal

Parametersa,b

Mean

.0000000

Std. Deviation Most Extreme Differences

2.34918018

Absolute

.087

Positive

.070

Negative

-.087

Test Statistic

.087 .059c

Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.

Lampiran 1.18. Uji Normalitas P-Plots

Lampiran 1.19. Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model 1

Unstandardized

Standardized

Collinearity

Coefficients

Coefficients

Statistics

B (Constant)

Std. Error

8.354

1.761

X1_Z

,006

,004

X2_Z

,005

,006

Beta

t

Sig.

Tolerance

VIF

4.743

,000

,168

1,336

,185

,456

2,194

,112

,745

,458

,319

3,135

150

X3_Z

,018

,008

,330

2,383

,019

,376

2,663

TOTAL_X1

,267

,095

,259

2,819

,006

,780

1,282

TOTAL_X2

,219

,121

,177

1,802

,075

,680

1,471

TOTAL_X3

,591

,152

,352

3,892

,000

,808

1,237

a. Dependent Variable: TOTAL_Y

Lampiran 1.20. Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 1.21. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model 1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B

Std. Error

(Constant)

8.354

1.761

TOTAL_X1

,267

,095

TOTAL_X2

,219

TOTAL_X3

,591

a. Dependent Variable: TOTAL_Y

Beta

t

Sig.

4.743

,000

,259

2,819

,006

,121

,177

1,802

,075

,152

,352

3,892

,000

151

Lampiran 1.22. Uji MRA Coefficientsa Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Model 1

B (Constant)

Std. Error

8.354

1.761

X1_Z

,006

,004

X2_Z

,005

X3_Z

Beta

t

Sig.

4.743

,000

,168

1,336

,185

,006

,112

,745

,458

,018

,008

,330

2,383

,019

TOTAL_X1

,267

,095

,259

2,819

,006

TOTAL_X2

,219

,121

,177

1,802

,075

TOTAL_X3

,591

,152

,352

3,892

,000

a. Dependent Variable: TOTAL_Y

Lampiran 1.23. Uji Koefisien Korelasi Product Moment Correlations TOTAL_Y TOTAL_X1 TOTAL_X2 TOTAL_X3 X1_Z X2_Z X3_Z TOTAL_Y

Pearson

.433**

.450**

.000

.000

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

100

100

100

.433**

1

.465**

1

.496** .466** .490** .528**

Correlation Sig. (2tailed) N TOTAL_X1 Pearson

.261** .860** .438** .337**

Correlation Sig. (2-

.000

.000

.009

.000

.000

.001

100

100

100

100

tailed) N TOTAL_X2 Pearson

100

100

100

.450**

.465**

1

.000

.000

100

100

100

.496**

.261**

.433**

.000

.009

.000

100

100

100

.433** .563** .890** .548**

Correlation Sig. (2-

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

1

.427**

.525**

.886**

.000

.000

.000

100

100

100

tailed) N TOTAL_X3 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N

100

152

X1_Z

Pearson

.466**

.860**

.563**

.427**

1 .721** .659**

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

100

.490**

.438**

.890**

.525**

.721**

1 .777**

.000

.000

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

100

.528**

.337**

.548**

.000

.001

.000

.000

.000

.000

100

100

100

100

100

100

Correlation Sig. (2-

.000

.000

100

100

tailed) N X2_Z

Pearson Correlation Sig. (2tailed) N

X3_Z

Pearson

100

100

.886** .659** .777**

1

Correlation Sig. (2tailed) N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 1.24. Uji Koefisien Determinasi Sebelum Moderasi Model Summaryb Model 1

R .680a

R Square

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.463

.441

2.51224

a. Predictors: (Constant), TOTAL_X3, TOTAL_X1, TOTAL_X2 b. Dependent Variable: TOTAL_Y

Lampiran 1.25 Uji Koefisien Determinasi Sesudah Moderasi Model Summaryb Model 1

R .724a

R Square .525

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate .505

2.42378

a. Predictors: (Constant), X3_Z, TOTAL_X1, TOTAL_X2, TOTAL_X3, X1_Z, X2_Z b. Dependent Variable: TOTAL_Y

100

153

Lampiran 1.26. Uji Parsial (Uji T) Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant)

Coefficients

Std. Error

Beta

8.354

1.761

X1_Z

,006

,004

X2_Z

,005

X3_Z

t

Sig.

4.743

,000

,168

1,336

,185

,006

,112

,745

,458

,018

,008

,330

2,383

,019

TOTAL_X1

,267

,095

,259

2,819

,006

TOTAL_X2

,219

,121

,177

1,802

,075

TOTAL_X3

,591

,152

,352

3,892

,000

a. Dependent Variable: TOTAL_Y

Lampiran 1.27. Uji Simultan (Uji F) Sebelum Dimoderasi ANOVAa Model 1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

350.701

3

116.900

Residual

605.889

96

6.311

Total

956.590

99

F 18.522

Sig. .000b

a. Dependent Variable: TOTAL_Y b. Predictors: (Constant), TOTAL_X3, TOTAL_X1, TOTAL_X2

Lampiran 1.28. Uji Simultan (Uji F) Setelah Dimoderasi ANOVAa Model 1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

410.244

6

68.374

Residual

546.346

93

5.875

Total

956.590

99

F 11.639

a. Dependent Variable: TOTAL_Y b. Predictors: (Constant), X3_Z, TOTAL_X1, TOTAL_X2, TOTAL_X3, X1_Z, X2_Z

Sig. .000b

154

Lampiran 1.29. Titik Persentase Distribusi t (df = 81 - 120)

155

Lampiran 1.30. Titik Persentase Distribusi F untuk probabilitas 0,05

Get in touch

Social

Β© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.