Tresno Simbah Flipbook PDF

Tresno Simbah

23 downloads 98 Views 299KB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

Kamis, 29 September 2005 dengan weton Kamis Wage adalah hari dimana aku lahir. Ya aku, Gabriela Shinta Dewi Wibowo yang merupakan anak tunggal pada saat itu, aku adalah anak perempuan dari pasangan Elisabeth Maiwulan Hastorini dan Arnoldus Ari Wibowo Joko Santoso. Mereka memberiku nama dengan arti yang sangat luar biasa bagiku, Gabriela berarti malaikat pembawa kabar gembira, Dewi Shinta yang berarti Dewi dari kisah pewayangan Ramayana yang memiliki karakter lembut dan halus. Yang berarti kedua orang tuaku menginginkan aku untuk tumbuh menjadi pribadi yang lembut, halus, dan akan hadirnya diriku, senantiasa membawa kabar sukacita bagi orang-orang di sekitarku. Papi Ari dan Mami Rini, panggilku kepada orang tuaku, mereka bahagia akan lahirnya seorang putri yang sudah mereka nanti-nantikan setahun lamanya, termasuk simbah buyutku, Mbah Hartini Broto Saputro atau yang kerap aku panggil Mbah Yut. Ialah sosok simbah buyutku dari ayahku, Mbah Yut sangat girang karena menantikan buyut pertamanya yang ternyata adalah seorang perempuan. Ia sangat menanti-nanti akan hadirnya diriku karena ia akan menjadi simbah buyut yang memiliki seorang buyut perempuan. “Bancaan-bancaan, bancaan e wayah kula Gabriela Shinta Dewi Wibowo, mugi-mugi dadi wayah sing sehat lan nurut marang wong tuwane”, teriak simbah memanggil para tetangga untuk datang bancaan. Maklum keluargaku masih memegang erat tradisi budaya Jawa, bancaan merupakan tradisi di mana masyarakat Jawa mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran atau keberhasilan dalam mencapai sesuatu yang di inginkan. Bancaan ini merupakan rasa syukur kepada sang pemilik dunia karena telah senantiasa mendampingi proses kelahiran hingga berjalan lancar dan ungkapan rasa syukur bahwa aku telah lahir di dunia dengan selamat, tidak kurang suatu apapun. Para tetangga pun datang berbondongbondong meminta bancaan serta mendoakan aku yang masih kecil kala itu. “Bu kula setunggal” “Kula tiga bu”, begitulah hiruk pikuk suasana bancaan sore hari itu. Seperti yang sudah terlihat sebelumnya, Mbah Yut sangat sayang kepadaku yang kala itu masih menjadi buyut pertamanya. Simbah selalu menemaniku bergantian dengan mami, ketika mami pergi berbelanja, simbah selalu merawat dan menjagaku dengan sepenuh hati. Bahkan terkadang simbah tak jarang sedikit bertengkar dengan mami karena berebut mengasuh diriku yang masih mungil. Puncaknya adalah ketika mami memergoki simbah sedang menyuapiku dengan sepotong karak, mami sudah memberi tahu simbah bahwa jangan diberi karak nanti aku batuk.

“Ibuk, shinta ampun diwenehi karak, mangke ndak batuk”, ujar mami kepada simbah “Ora kok wuk, mung sak cuil iki”, sahut simbah. Tetapi simbah tidak menghiraukan mami, lalu mami mengambil paksa aku dari gendongan simbah. “Oeee... oeee....”, tangisku memecah pertengkaran kecil antara mami dengan simbah, entah karena aku ingin karak atau goncangan saat mami mengambilku pada gendongan simbah. Lucu pikirku kala itu, 2 orang berharga dalam hidupku berebut untuk saling menjaga dan merawatku. Aku harap akan selalu seperti itu sampai aku besar nanti, batinku kala itu. Hari demi hari, waktu demi waktu, aku beranjak menjadi seorang bocah yang sangat aktif. Simbah masih sama, sangat menyayangiku, simbah selalu mengajaku ke mana ia pergi. Ke pasar, ke rumah saudara dan ia selalu mengenalkanku pada setiap orang yang ditemuinya. Simbah selalu mengajakku berkeliling kota menggunakan angkot umum 07 yang berwarna kuning kala itu. “Niki sinten bu?” tanya seorang sopir angkot yang biasa dinaiki oleh simbah. “Wayah kula mas, shinta”, simbah menjawab “Wah selamat nggih ibu, sampun dadi buyut sakniki, mugi-mugi shinta dadi anak sing berbakti marang wong tuwa lan nurut karo simbah buyute”, ucap sang sopir mendoakan diriku. “Aminnn.. maturnuwun mas pandongane”, ujar simbah dengan haru Simbah selalu mengenalkan aku pada orang-orang yang ditemuinya, ia sangat bangga memiliki seorang buyut. Masa-masa yang ingin aku ulang kembali rasanya. Masa di mana aku merasakan kasih sayang seorang simbah yang sangat aku sayangi. Waktu berjalan terasa begitu cepat, rumahku yang aku tinggali saat itu sedang direnovasi oleh papi, sehingga kami satu keluarga harus pindah di rumah kontrakan yang di sewa oleh papi. Aku sedih, simbah sudah mulai rabun jauh atau tidak jelas penglihatannya, sehingga berjalan pun harus dituntun olehku atau berjalan sambil meraba-raba tembok atau sesuatu yang ia temui. Aku ingat kala itu hujan sedang turun dengan deras, kebetulan di kontrakan kami ada halaman belakang yang biasa kami pakai untuk menjemur baju. Aku berlari menuju halaman belakang. “Ndukk, ati-ati ngko ndak kepleset”, ujar simbah setengah berteriak, khawatir buyutnya akan terpeleset dan jatuh. “Nggih mbah”, ujarku menyahut perkataan simbah

Di halaman belakang aku mandi hujan, hujan yang begitu lebat membasahi tubuhku “Na.... naa.... na... naa...”, nyanyiku riang di bawah derasnya hujan “Ndukk, uwes mandi hujannya, nanti sakit”, kata simbah dengan khawatir “Nggih mbah”, sahutku setelah dipanggil simbah Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dengan air hangat dan menggunakan lengan panjang saat selesai mandi. Kala itu bulan puasa, simbah buyutku beragama muslim dan masih kuat untuk menjalani ibadah puasa yang wajib selama 30 hari penuh. Aku menyusul simbah yang sudah duduk di pintu menuju halaman belakang. “Mbah lagi ngapain?” tanyaku pada mbah yang ternyata sedang membawa piring berisikan mie kuah “Makan nduk, sini makan sama mbah”, ajak mbah Lalu aku mengambil piring dan duduk bersama simbah di halaman belakang. Simbah memberiku mi kuah ditambah dengan usus goreng diatasnya. Sungguh nikmatnya makan bersama dengan simbah dikala hujan turun dengan derasnya. Setahun setelahnya, rumahku telah selesai di renovasi dan kembalilah kami sekeluarga ke rumah. Seperti biasa simbah membuat bancaan syukuran atas rumah kami yang telah selesai direnovasi serta kelahiran adikku yang pertama, Mikaela Sekar Ayu Wibowo namanya. Kelahirannya sungguh sangat membawa kebahagiaan bagi keluargaku dan tentu saja simbah. Simbah memiliki 2 orang buyut perempuan yang sangat disayanginya. “Bancaan-bancaan”, teriak simbah memenuhi seisi ruangan Aku sangat bahagia kala itu namun aku merasa sedih, simbah yang aku sayangi sekarang sudah tidak pernah mengajakku pergi menggunakan angkot kuning langganannya. Bukan karena ia tidak sayang, bukan. Namun, simbah sekarang menjadi semakin tua dan tidak bisa melihat sekitar dengan jelas. Aku sangat sayang padanya, sore itu ada cerita menggelitik yang selalu berbekas di ingatanku. “Assalamualaikum wr, wb...”, ucap simbah yang sedang melaksanakan ibadah shalat pada sore hari itu Tanpa simbah sadari, aku sudah berada di belakangnya, mengikuti gerakan dan ucapan yang simbah lakukan. “Assalamualaikum wr,wb....”, ucapku mengikuti simbah

“Nduk, sopo to iki?”, tanya Simbah bingung sambil meraba-raba yang ada di belakangnya Simbah mendapati bahwa diriku ada di belakangnya “Oalah, shinta to, tak pikir sopo”, ujar simbah sedikit terkejut Aku tertawa, bukan karena aku mengerjai simbah. Tetapi, aku tertawa bahagia karena simbah masih mengingat jelas namaku. Waktu berjalan terasa begitu cepat, kini aku sudah mulai beranjak remaja. Simbah mulai sakit-sakitan, kini simbah hanya mampu untuk berbaring di kasur saja. Makan selalu disuap terkadang olehku, oleh papi, dan oleh mbok. Papi memandikan simbah bersama dengan mbok dan kadang aku ikut membantu papi. Terakhir kali, simbah sudah dengan kondisi yang sangat lemah. Simbah bahkan memakai oksigen untuk bernafas, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk simbah. Pada akhirnya simbah menghembuskan nafas terakhirnya, ketika aku memasuki kelas 7 SMP. Aku sangat sayang kepada simbah, simbah adalah orang yang paling bermakna di hidupku setelah mami papi. Damai di surga mbah... - Selesai -

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.