UAS_MODUL_INTANF Flipbook PDF


44 downloads 99 Views 1MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

MODUL PEMBELAJARAN MODUL PEMBELAJARAN

FIQIH MUAMALAH | PAI Intan Febrianti

Jual Beli Jual Beli

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KOTA SORONG PAPUA BARAT TAHUN 2022

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.................................... 1 BAB II PEMBAHASAN..................................................... 3 A. Pengertian Jual Beli .......................................... 3 B. Dalil/Landasan Hukum Jual Beli ..................... 5 C. Rukun & Syarat Jual Beli................................. 7 BAB III PENUTUP .......................................................... 11 A. Kesimpulan........................................................ 11

i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti akan melakukan praktik jual-beli, minimal satu kali dalam seminggu. Baik itu, anak-anak yang membeli jajanan, ibu-ibu yang membeli sayur, maupun kegiatan jual beli yang lainnya. Semua hal yang dilakukan itu hanya sekedar praktiknya saja, tetapi belum mengetahui bagaimana teori dari jual beli yang sesungguhnya.

Jual beli yang ada pada masyarakat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap saat oleh semua kalangan. Namun jual beli yang benar menurut syariat Islam, tidak semua orang Islam melakukannya. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui tentang ketentuan dalam Islam terkait hal jual beli (bisnis). Dalam Al-Qur'an dan Hadits yang menjadi sumber hukum Islam, banyak memberikan contoh dan mengatur jual beli yang benar menurut Islam. Tidak hanya bagi penjual tetapi juga bagi pembeli. Dewasa ini banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpa berpedoman pada ketentuan syariat Islam. Berbagai kebutuhan, salah satunya dilakukan dengan berbisnis atau jual beli. Mereka Cuma berusaha untuk sebanyak-banyaknya keuntungan duniawi tanpa mengharapkan berkah dari hasil jualannya itu.

Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia berdasarkan rukun dan syarat yang telah ditetapkan. Jual beli didefinisikan sebagai "Al-Bai', Al-Tijrah dan Al-Mubla" yaitu benda yang menguntungkan si pemakai, dan juga kedua belah pihak dengan menyepakati perjanjian yang dibuat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai teori dari jual beli dan bagaimana jual beli yang sesuai syariat Islam.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jual Beli Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bay’ )‫ (البيع‬yang artinya menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan yang lain. Kata al-bay’ (jual) dan asy-syira’ (beli) biasanya dipergunakan dalam pengertian yang sama, tetapi mempunyai makna yang bertolak belakang. Bay’ (jual) secara istilah ialah pemindahan hak milik dari satu orang ke orang lain dengan imbalan harga. Adapun syira’ (beli) adalah penerimaan barang yang dijual (dengan menyerahkan harganya kepada si penjual). Dan dari dua kata tersebut (bai’ dan syira’) diartikan sebagai jual beli.1

Adapun pengertian jual beli menurut beberapa ahli: Menurut Wahbah al-Zuhaily: Jual beli adalah “menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.” 1 Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi: Menurut syara, pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki sesuatu harta (uang) dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang berupa uang. Menurut Imam Taqiyuddin: Jual beli adalah saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara. Menurut Syeikh Zakaria al Anshari: Tukar-menukar benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan). Menurut Sayyid Sabiq: Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.

2

Dikutip dari pernyataan Azzam dalam bukunya, ada tiga sebutan dalam jual beli:

1

Tamlik (pemberian hak milik). Tamlik merupakan masuknya hak milik ke tangan pembeli dan ini tidak akan tercapai hanya dengan ijab dari penjual tetapi harus dengan qabul (penerimaan) dari pihak pembeli. Tukar-menukar harta. Sebagian ulama mendefinisikan jual beli sebagai akad yang mengandung sifat menukar satu harta dengan harta lain dengan cara khusus (memindahkan kepemilikan). Syira’ (membeli) menjadi tamalluk (memiliki). Dimana terdiri dari dua bagian, yang satunya sebagai al-bai’a (menjual) dan satunya syira’ (membeli). Seorang yang membeli, maka barang tersebut menjadi kepemilikannya setelah adanya proses transaksi jual beli. Dalam Islam prinsip dasar jual beli adalah saling menguntungkan, baik pembeli maupun penjual. Kedua belah pihak, yakni penjual dan pembeli dalam transaksi harus berorientasi pada prinsip dasar tersebut. Yaitu orientasinya adalah tolong menolong dalam kebaikan (Ta‘awun ‘ala al-Birri) karena Allah swt. akan membalasnya. Pembeli berusaha menolong penjual agar dagangannya cepat terjual, dan penjual berusaha memenuhi kebutuhan pembeli sehingga terjadi kepuasan. Selain itu, juga ingin mendapatkan keberkahan di dalam jual beli bila dilakukan dengan jujur dan terbuka. Dikandung maksud bahwa penjual menceritakan keberadaan barang yang dijual serta tidak menutupi kekurangan atau cacat barang dagangannya.

3

A. Dalil/Landasan Hukum Jual Beli

Jual beli telah disahkan oleh Al-Qur’an, Hadis, dan Ijma’ para ulama. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 275.

ُ ‫ي َيتَ َخ َّب‬ َّ ‫طهُ ال‬ ‫س ٰذلِكَ ِبا َ َّن ُه ْم‬ ِّۗ ِ ‫شي ْٰط ُن ِمنَ ْال َم‬ ْ ‫الر ٰبوا ََل َيقُ ْو ُم ْونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّ ِذ‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُ ْون‬ ِّۗ ‫الر ٰب‬ ۘ ‫الر ٰب‬ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع‬ ‫ظةٌ ِم ْن َّر ِبه‬ ِ ‫ّٰللا ْال َب ْي َع َو َح َّر َم‬ ُ ‫وا َوا َ َح َّل ه‬ ِ ‫قَالُ ْْٓوا اِ َّن َما ْال َب ْي ُع ِم ْث ُل‬ ۤ ٰ ُ ‫عا َد فَا‬ ِ ‫ف َوا َ ْم ُر ٗ ْٓه اِلَى ه‬ َ‫ار ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬ ُ ٰ‫صح‬ ْ َ ‫ول ِٕىكَ ا‬ َ ‫ّٰللا ِّۗ َو َم ْن‬ َ ‫فَا ْنتَهٰ ى فَلَهٗ َما‬ ِ ‫ب ال َّن‬ َ ِّۗ َ‫سل‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah: 275)

dalam Q.S. An-Nisa’: 29.

ْٓ َّ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت َأ ْ ُكلُ ْْٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَاطِ ِل ا‬ ‫ّٰللا َكانَ بِ ُك ْم َرحِ ْي ًما‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ً ‫ارة‬ َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ِّۗ َو ََل ت َ ْقتُلُ ْْٓوا ا َ ْنف‬ َ ‫َِل ا َ ْن ت َ ُك ْونَ تِ َج‬ َ ‫س ُك ْم ِّۗ ا َِّن ه‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa: 29)

4

Hadist Nabi saw:

ِ َّ َ ‫سو َل‬ :ُ‫ّٰللا صلى هللا عليه وسلم يَقُول‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ َ :َ‫ع ْن اِب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي هللا عنه قَال‬ )‫َان‬ َ ‫ فَ ْالقَ ْو ُل َما يَقُو ُل َربُّ اَل ِس ْلعَ ِة أَ ْو يَتَت‬,ٌ‫ْس بَ ْينَ ُه َما بَيِنَة‬ َ ‫ان لَي‬ َ َ‫( إِذَا اِ ْختَل‬ ِ ‫َارك‬ ِ َ‫ف ا َ ْل ُمتَبَايِع‬

Artinya: “Ibnu Mas’ud RA berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Apabila dua orang yang berjual beli berselisih, sedang di antara mereka tidak ada keterangan yang jelas, maka perkataan yang benar ialah apa yang dikatakan oleh pemilik barang atau mereka membatalkan transaksi” (H.R. Hakim).

Pada hadis di atas dapat kita amati bahwa Rasulullah juga menerangkan terkait jual beli, yakni bahwa jika ada perselisihan antara si penjual dan pembeli, tetapi mereka berdua tidak berbicara dengan keterangan yang jelas, maka ucapan penjuallah yang dapat dipercaya. Mengapa demikian? Karena di penjual lah yang tahu bagaimana kondisi dari barang dagangannya itu, dia yang membuat, mengolah, lalu mengedarkannya ke pasaran. Sehingga perkataan si penjual yang lebih dapat dipercaya. Jika masih belum percaya dengan ucapan si penjual, maka transaksi jual beli dapat dibatalkan karena tidak adanya rasa percaya si pembeli kepada barang yang dijual si penjual.

A. Rukun & Syarat Jual Beli Adapun rukun jual beli: 1. Penjual dan pembeli (aqidan) Penjual dan pembeli boleh perorangan, lembaga atau badan usaha. 2. Objek yang diakadkan (ma’qud alaih) Objek yang diakadkan berupa barang atau jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dan didalamnya juga termasuk alat penukaran seperti uang.

5

3. Shighat (ijab qabul) Kalimat atau ucapan ini dilakukan untuk mengesahkan perpindahan kepemilikan barang dari penjual ke pembeli. Contoh perpindahan kepemilikan dengan shighat, pembeli: “saya ingin membeli barang ini, berapa harganya?” penjual: “harganya lima ribu satu barang, mau beli berapa?” pembeli: “saya mau beli satu saja, ini uangnya lima ribu” penjual: “baik, ini barangnya, terima kasih bu”.

bagi penjual pembeli KemudianSyarat adapunsah Syarat-syarat Jualdan Beli. Syarat yaitu; sah jual beli terdiri dari; Syarat sah bagi penjual dan pembeli yaitu; a. Berakal Sehat Orang yang tidak berakal tidak sah jual belinya dikhawatirkan terjadi penipuan.

b. Baligh Hal ini agar penjual dan pembeli dapat memahami apa yang sebaiknya dilakukan. Anak yang belum baligh dianggap belum cakap dalam mengolah harta, sehingga anak kecil tidak sah melakukan ijab qabul. Namun diperbolehkan jual beli makanan ringan oleh anak kecil. c. Kehendak sendiri (bukan dipaksa) Dalam jual beli tidak dibenarkan adanya unsur keterpaksaan, melainkan harus dilakukan atas dasar suka sama suka. Seperti firman Allah dalam Q.S An-Nisa’: 29 yang telah tertera di atas. d. Tidak mubazir (pemborosan) Dalam jual beli jangan diserahkan kepada seseorang yang memiliki sifat pemboros karena kurang bisa mengatur keuangan, dikhawatirkan menimbulkan masalah.1

6

BAB III PENUTUP PENUTUP

KESIMPULAN Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bay’ )‫ (البيع‬yang artinya menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan yang lain. Kata al-bay’ (jual) dan asy-syira’ (beli) biasanya dipergunakan dalam pengertian yang sama, tetapi mempunyai makna yang bertolak belakang. Bay’ (jual) secara istilah ialah pemindahan hak milik dari satu orang ke orang lain dengan imbalan harga. Adapun syira’ (beli) adalah penerimaan barang yang dijual (dengan menyerahkan harganya kepada si penjual). Dan masing-masing dari dua kata tersebut (bai’ dan syira’) diartikan sebagai jual beli. Ada tiga sebutan dalam jual beli, yaitu Tamlik, tukar menukar harta, Syira’. Adapun Rukun dan Syarat jual beli yaitu, pembeli dan penjual, objek atau barang, dan Shigat. Macam-macam jual beli, 1) Jual beli banda yang kelihatan, 2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli benda yang tidak ada.

7

SARAN Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami meminta masukan dan ide dari pembaca untuk kebaikan makalah ini. Penulis akan terus belajar untuk menghadirkan karya-karya terbaik demi kebaikan ummat Islam dalam memahami ilmu Islam dan keutamaankeutamaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan menjadi amal jariyah bagi penulis kelak di akhirat. Aamiin

s

8

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.