UAS_Sarah Rohadatul.A.N.K_1207050115_IF-F Flipbook PDF

UAS_Sarah Rohadatul.A.N.K_1207050115_IF-F

51 downloads 118 Views

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

MAKALAH ILMU TAUHID/AQIDAH ALIRAN MURJI’AH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid/Aqidah Dosen pengampu: Dr. H. Ali Khosim, S.H.I, M.Ag.

Disusun oleh:

Sarah Rohadatul Aisy Nur Kamelia (1207050115)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran Murji’ah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. H. Ali Khosim, S.H.I, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tauhid/Aqidah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Materi Aliran Murji’ah bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ali Khosim, S.H.I, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tauhid/Aqidah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 27 Desember 2021

Sarah Rohadatul Aisy Nur Kamelia

Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4 1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4 1.3. Tujuan................................................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5 2.1. Bagaimana Sejarah Munculnya Murji’ah ........................................................ 5 2.2. Pengertian Aliran Murji’ah................................................................................ 6 2.3. Siapa Saja Tokoh Aliran Murji’ah...................................................................... 7 2.4. Bagaimana Doktrin-Doktrin Aliran Murji’a....................................................... 7 2.5. Bagaimana Sekte-Sekte Dalam Aliran Murji’a................................................... 9 2.6. Apa Saja Ciri-Ciri Aliran Murji’ah...................................................................... 10 BAB III ANALISIS........................................................................................................... 14 BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 15 4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan aliran dalam Islam pada dasarnya berawal dari mensikapi permasalahan politik yang pada saat itu terjadi diantara umat Islam, yang akhirnya merebak pada persoalan Teologi dalam Islam. Tegasnya adalah persoalan ini bermula dari permasalahan khilafah, yakni tentang siapa orang yang berhak menjadi khalifah dan bagaimana mekanisme yang akan digunakan dalam pemilihan seorang Khalifah. Di satu sisi umat Islam masih ingin mempertahankan cara lama bahwa yang berhak menjadi khalifah secara turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja. Sementara di sisi lain umat Islam menginginkan khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga setiap umat Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi khalifah bisa ikut dalam pemilihan Berbagai golongan muncul di dunia islam pada waktu itu. Kemudian besar pada masanya. Hingga ada yang masih bertahan sampai sekarang. Dikaitkan dengan ajaran aqidah, golongan murji’ah memiliki ciri khusus yaitu iman, cukup hanya diyakini tidak perlu di lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Golongan ini lahir ketika terjadinya perbedaan pada zaman khalifah Ali bin Abi Thalib, yang tidak memihak antara pengikut Ali maupun Usman yang ketika itu sudah wafat. Dari golongan murji’ah tersebut, memunculkan paham baru, atau adanya sedikit perbedaan yang terkait dengan murji’ah itu sendiri. Banyak masyarakat islam yang belum begitu mengetahui apa yang di maksud dengan aliran murji’ah dan apa saja yang terdapat di dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud aliran murji’ah? 2. Bagaimana sejarah munculnya murji’ah? 3. Siapa saja tokoh aliran murji’ah? 4. Bagaimana doktrin-doktrin aliran murji’ah? 5. Bagaimana sekte-sekte dalam aliran murji’ah? 6. Apa saja ciri-ciri aliran murji’ah? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud alirann murji’ah. 2. Mengetahui sejarah munculnya aliran murji’ah. 3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran murji’ah. 4. Mengetahui doktrin-doktrin aliran murji’ah 5. Mengetahui sekte-sekte dalam aliran murji’ah. 6. Mengetahui ciri-ciri aliran murji’ah.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Aliran Murji’ah Pandangan-pandangan politis dan teologis aliran Murji’ah dianggap netral, sesuai dengan sebutan Murji’ah sendiri memberikan indikasi ‘kenetralan’ sikap dan pahamnya. Murji’ah diambil dari kata irja’ yang memiliki dua pengertian pertama, dalam arti penangguhan, dan kedua, memberi harapan. Pengertian pertama merujuk pada surat al-A’raf ayat 111 “Pemukapemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir)”. Pengertian yang kedua untuk menunjukkan bahwa ketidakpatuhan atas keyakinan bukan suatu dosa, sebagaimana ketaatan atas suatu kenyakinan lain tidak berguna. Murji’ah terambil dari kata: arjaa atau irjaa, yang berarti menangguhkan, menyerahkan, memberi harapan. Sehingga dengan demikian Murji’ah bisa berarti: a). Bersikap tidak mengeluarkan pendapat siapa yang salah atau benar di antara mereka, tetapi menangguhkan, menunda penyelesaian masalah itu sampai nanti datang perhitungan Tuhan. b). Mereka menyerahkan siapa yang benar atau salah atau siapa yang tetap iman atau menjadi kafir, terserah pada Tuhan yang menghakimi kelak. c). Bagi orang Islam yang melakukan dosa besar, tidak dihukum kafir, tetapi masih tetap iman serta masih ada harapan untuk memperoleh pengampunan dari Tuhan. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama Murji’ah diberikan kepada golongan ini. Bukan karena mereka menunda penentuan hukum terhadap orang Islam yang berdosa besar kepada Allah di hari perhitungan kelak, dan bukan pula karena mereka memandang perbuatan mengambil tempat dari iman. Tetapi karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk surga. Karena iman menurut kaum ini berada di dalam hati sehingga perbuatan baik atau buruk tidak berguna, tidak bermanfaat atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap imannya. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa kaum Murji’ah berlainan dengan kaum Khawarij, lebih mementingkan iman atau kenyakinan dari pada amal atau perbuatan. Yang menentukan iman atau tidak Islamnya seseorang adalah imannya dan bukan perbuatannya. Iman itu berada dalam hati, yang tidak bisa diketahui oleh orang lain, kecuali oleh Tuhan dan dirinya sendiri. Orang demikian bila berbuat dosa besar, masih tetap mukmin dan perbuatannya sama sekali tidak dapat mempengaruhi iman yang berada di dalam hati. Perbuatan maksiat juga tidak akan merusak iman, sebagaimana perbuatan taat tidak akan ada manfaatnya bagi orang kafir.

2.2. Sejarah Munculnya Aliran Murji’ah Isu pertama yang berakibat langsung pada keretakan masyarakat muslim sesaat setelah wafatnya Nabi Muhammad adalah perkara keabsahan pengganti Nabi atau khalifah, beliau juga sebagai kepala negara. Sebab, kecuali sebagai kepala agama juga kepala pemerintahan. Setelah khalifah Utsman ibnu Affan, isu pengganti kepala negara atau khalifah ini semakin

mengemuka. Puncaknya, bentrokan antara pendukung Khalifah Ali ibnu Abi Thalib yang juga sepupu dan menantu Nabi yang terbunuh dan Mu’awiyah sebagai kerabat khalifah sekaligus sebagai Gubernur Damaskus waktu itu. Sebagian umat Islam telah berani membuat analisis tentang pembunuhan Utsman tersebut, apakah si pembunuhnya berdosa ataukah tidak, bahkan tidak sampai di situ saja, hal ini dianalisis siapa yang menggerakkan tangan si pembunuh itu, apakah manusia sendiri ataukah dari Tuhan. Diduga inilah yang mungkin menjadi cikal bakal tumbuhnya paham Jabariyah dan Qadariyah. Perselisihan umat Islam tersebut di atas terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada peristiwa arbitase, yaitu upaya penyelesaian perselisihan Ali ibn Abi Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan pada perang Shiffin. Dalam perang Shiffin terjadi perdamaian atau tahkim antara Ali dan Mu’awiyah. Akan tetapi perdamaian tersebut tidak dapat diterima oleh sebagian pengikut Ali ibn Abi Thalib. Pelopornya adalah Abdullah ibn Wahab al-Rasybi yang dalam perkembangan selanjutnya mereka itu disebut Khawarij, juga terkenal dengan kelompok Haruri. Dalam hal ini kelompok Khawarij berfatwa orang yang terlibat dengan tahkim, baik menyetujui dan apalagi melaksanakannya dinyatakan berdosa besar dan setiap yang berdosa besar meninggal dunia tanpa taubat, maka ia adalah kafir. Salah satu alasan mereka karena tidak atau ingkar menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Penentuan seorang kafir atau tidak kafir bukan lagi soal politik, tetapi soal teologi. Kafir adalah orang yang tidak percaya, lawannya mukmin artinya orang yang percaya. Kedua istilah ini dalam al-Qur’an biasanya berlawanan. Kata kafir yang ditujukan pada golongan di luar Islam, oleh Khawarij dipergunakan dengan makna yang berbeda, yaitu untuk golongan yang berada dalam islam sendiri. Dengan demikian kata kafir telah berubah dalam arti. Sebagaimana golongan Khawarij di atas, kaum Murji’ah pada mulanya juga ditimbulkan oleh persoalan politik yang muncul disekitar persoalan kholifah yang membawa persoalan atau perpecahan di kalangan umat Islam setelah wafatnya Utsman. Seperti dilihat, kaum Khawarij pada mulanya adalah penyokong Ali, tetapi kemudian berbalik menjadi musuhnya. Karena adanya perlawanan ini, penyokong-penyokong yang tetap setia padanya bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan satu golongan Islam yang dikenal dengan nama Syi’ah. Sungguhpun merupakan dua golongan yang bermusuhan, sama-sama menentang Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berlainan. Seperti yang dikutip oleh Adeng dalam bukunya “Perkembangan Ilmu Kalam Klasik Hingga Modern”, mengatakan bahwa Murji’ah muncul sebagai reaksi terhadap teori-teori yang bertentangan dengan Syiah dan Khawarij, di mana kelompok Syiah dan Khawarij ini sama-sama menentang rezim Bani Umayyah, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Penentangan Khawarij, karena mereka dianggap menyeleweng dari ajaran Islam, sedangkan penentangan Syi’ah karena mereka dianggap telah merampas kekuasaan dari pihak Ali dan keturunannya. Dalam suasana yang masing-masing mempunyai corak pemikiran tersendiri, maka Khawarij mengikuti paham demokrasi artinya dalam pemilihan khalifah dipilih oleh raknyat, sedang Syi’ah mengikuti faham teokrasi artinya masih dipengaruhi oleh agama, di atas pemimpin masih ada yang memimpinya yaitu seorang tokoh spiritual. Demikian pula halnya dengan faham Murji’ah ini, suatu golongan politik yang bebas artinya dalam politik tidak ada aturan main yang mengharuskan untuk berbuat, yang

mempunyai pendapat tentang perselisihan yang timbul di antara umat Islam. Murji’ah lahir pada permulaan abad pertama hijriah tatkala pemerintahan Islam pindah ke Damaskus. Golongan Murji’ah ini adalah golongan politik yang tidak mau mengotori tangan mereka dengan fitnah, tidak mau ikut campur atau terlibat dan tidak mau mengalirkan darah golongan lain, bahkan mereka tidak mau menentukan kesalahan atau kebenaran dari salah satu golongan yang berselisih. Sebab yang langsung dari timbulnya golongan ini ialah adanya perbedaan pendapat antara umat Islam yang kemudian menjadi perselisihan pendapat yang berakhir pada pertentangan, sedang sebab yang tidak langsung ialah soal kholifah, kalau tak ada kholifah tentunya tidak ada kaum Khawarij dan tak ada kaum Syiah, dengan demikian tidak ada pula Murji’ah. Sebenarnya Murji’ah lahir sebagai suatu sikap segolongan kaum muslimin yang hendak berusaha, dan menghendaki melepaskan diri serta menjauhkan dari semua persengketaan yang sedang berkecamuk pada saat itu. Dengan kata lain, tidak mau mencampuri persoalan dan bersikap masa bodoh terhadap situasi sekitarnya. Mereka menjauhkan diri dari pertikaian, yang tidak mau ikut menyalahkan orang lain. Kalau ditanya bagaimana pendapat mereka tentang Mu’awiyah dan anaknya Yazid, mereka menjawab: kita tangguhkan persoalannya sampai dihadapan Tuhan dan di situ kita lihat mana yang benar. Kalau ditanya bagaimana pendapatnya tentang sikap kaum Khawarij yang lancang dan kaum Syi’ah, maka mereka menjawab: baik kita tangguhkan saja sampai dihadapan Tuhan dan kita lihat nanti bagaimana Tuhan menghukum atau memberi pahala pada mereka. Kalau ditanya mana yang benar antara Sayidina Utsman bin Affan dan penentang-penentangnya, maka mereka menjawab: lihat saja nanti di muka Tuhan. Pendeknya sekalian masalah mereka tangguhkan sampai kehadirat Tuhan yang akan memberikan hukuman yang adil. Mereka tidak melahirkan apa-apa dan mereka berpangku tangan saja. Dalam situasi saling tuduh menuduh, salah menyalahkan, bahkan kafir mengkafirkan sesama kaum Muslimin itu yang kesemuanya masih membaca dua sahadat dan masih menjalankan dasar-dasar dari rukun Islam, ada segolongan umat Islam yang netral, tidak berpihak kepada golongan manapun, mereka menjadi kelompok sendiri. Golongan ini dinamakan Murji’ah. Aliran Murji’ah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya, mengklaim kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal ini dilakukan oleh aliran Khawarij. Oleh karena itu, aliran ini menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Hal ini lebih cenderung dalam masalah hati dan niat seseorang yang saling bertikai atau berselisih tersebut.

2.3. Tokoh-Tokoh dalam Aliran Murji’ah Pimpinan dari kaum Murji’ah adalah Hasan Ibn Bilal al- Muzni, Abu Salat as-Samman, Tsauban, Dirar Ibn Umar. Penyair mereka yang terkenal pada masa Bani Umayah adalah Tsabit Ibn Quthanah yang mengarang sebuah syair tentang i’itiqad dan kepercayaan kaum Murji’ah. Tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam golongan Murji’ah moderat antara lain: al-

Hasan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abu Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits. Adapun tokoh-tokoh golongan Murji’ah ekstrim adalah Jahm bin Sofwan, Abu Hasan asSahili, Yunus Ibn an- Namiri, Ubaid al-Muktaib, Gailan ad-Dimasyqi, Abu Sauban, Bisyar al-Marisi, dan Muhammad Ibn Karram.

2.4. Doktrin-Doktrin Murji’ah Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya ada dua, yaitu tentang pelaku dosa besar dan tentang iman: a) Tentang pelaku dosa besar, bahwa selama seseorang meyakini tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah Rasul-Nya, maka ia dianggap mu’min bukan kafir, karena amal tidak sampai merusak iman. Kalaupun ia tidak diampuni Allah SWT dan dimasukkan ke dalam neraka, ia tidak kekal di dalamnya seperti orang kafir b) Iman adalah keyakinan dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah rasul-Nya.

Harun Nasution menyatakan ajaran pokok (doktrin) Murjiah sebagai berikut: a) Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr Ibn Ash, dan Abu Musa al-Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak. b) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar. c) Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal. d) Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

2.5. Bagaimana Sekte-Sekte Dalam Aliran Murjia’h Secara garis besar, kelompok Murji’ah terbagi kepada dua golongan yakni golongan moderat dan golongan ekstrim. Golongan Murjiah moderat tetap teguh berpegang pada doktrin Murji’ah. Sementara itu, golongan Murjiah ekstrim memiliki doktrin masing-masing. Yang termasuk golongan Murji’ah ekstrim antara lain: a) Golongan al-Jahmiyah dipelopori oleh Jahm Ibn Sofwan. Berpendapat bahwa iman adalah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan segala sesuatu yang datang dari Allah SWT. Sebaliknya, kafir adalah tidak mempercayai hal-hal tersebut di atas. Apabila seseorang sudah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan segala sesuatu yang datang dari Allah SWT, berarti ia mukmin meskipun ia menyatakan dalam perbuatannya hal-hal yang bertentangan dengan imannya, seperti berbuat dosa besar, menyembah berhala, dan minum minuman keras. Golongan ini juga meyakini bahwa surga dan neraka itu tidak abadi, karena keabadian hanya bagi Allah SWT semata.

b) Golongan al-Salihiyah dengan tokohnya Abu Hasan as- Sahili.Sama dengan pendapat al-Jahmiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman adalah semata-mata makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT, sedangkan kufur (kafir) adalah sebaliknya yakni tidak mengetahui Allah SWT. Iman dan kufur itu tidak bertambah dan tidak berkurang. Menurut mereka, shalat itu tidak merupakan ibadah kepada Tuhan, karena yang disebut ibadah itu adalah beriman kepada Tuhan dalam arti mengetahui Tuhan. c) Golongan Yunusiyah pengikut Yunus Ibn an-Namiri. Berpendapat bahwa iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati, dan tidak takabur. Kufur adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena tidak percaya kepada Tuhan, melainkan karena ketakaburannya. Mereka juga percaya bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman. d) Golongan al-Ubaidiyah dipelopori oleh Ubaid al-Maktaib. Pendapatnya pada dasarnya sama dengan golongan al-Yunusiah. Sekte ini berpendapat bahwa jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan beriman, semua dosa dan perbuatan jahatnya tidak akan merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman. Sebaliknya, perbuatan baik, banyak atau sedikit tidak akan memperbaiki posisi orang kafir. e) Golongan al-Gailaniyah dipelopori oleh Gailan al-Dimasyqi. Berpendapat bahwa iman adalah makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabah (cinta) dan tunduk kepada-Nya. f) Golongan al-Saubaniyah dipimpin oleh Abu Sauban. Prinsip ajarannya sama dengan sekte al-Gailaniyah, namun mereka menambahkan bahwa yang termasuk iman adalah mengetahui dan mangakui sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan. Dengan demikian, sekte ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat. g) Golongan al-Marisiyah dipelopori oleh Bisyar al-Marisi. Berpendapat bahwa iman di samping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasul-Nya, juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan, maka bukan iman namanya. Sementara itu, kufur merupakan kebalikan dari iman. h) Golongan al-Karamiyah dipelopori oleh Muhammad Ibn Karram. Berpendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya seseorang dapat diketahui melalui pengakuannya secara lisan. i) Golongan al-Khassaniyah. Berpendapat bahwa jika seseorang mengatakan, “saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”, orang yang demikian tetap mukmin dan bukan kafir. Jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah tetapi saya tak tahu apakah Ka’bah di India atau di tempat lain”, orang demikian juga tetap mukmin. Menyikapi ajaran-ajaran Murji’ah yang ekstrim itu, menurut Harun Nasution ada bahayanya karena dapat membawa pada moral latitude, sikap memperlemah ikatan- ikatan moral, atau masyarakat yang bersifat permissive, masyarakat yang dapat mentolelir penyimpangan- penyimpangan dari norma-norma akhlak yang berlaku. Karena yang dipentingkan hanyalah iman, norma-norma akhlak bisa dipandang kurang penting dan diabaikan oleh orang-orang yang menganut faham demikian. Oleh karena itu, nama Murji’ah pada akhirnya mengandung arti tidak baik dan tidak disenangi oleh mayoritas umat Islam.

Namun demikian, ajaran yang terdapat dalam golongan Murji’ah moderat dapat diterima oleh golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Menurut al-Asy’ari bahwa iman ialah pengakuan dalam hati tentang ke-Esaan Tuhan dan tentang kebenaran Rasul-rasul serta segala apa yang mereka bawa. Mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan rukun-rukun Islam merupakan cabang dari iman. Orang yang berdosa besar, jika meninggal dunia tanpa taubat, nasibnya terletak di tangan tuhan. Ada kemungkinan Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya, tetapi ada pula kemungkinan tuhan tidak akan mengampuni dosa- dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosa yang dibuatnya dan kemudian baru ia dimasukkan ke dalam surga, karena ia tak mungkin akan kekal tinggal dalam neraka. Pendapat al-Asy’ari ini identik dengan pendapat golongan Murji’ah moderat sehingga Ibn Hazm memasukkan al-Asy’ari ke dalam golongan kaum Murji’ah.

2.6

Ciri – ciri Aliran Murji’ah

Ciri-ciri paham Murji’ah diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Rukun iman ada dua yaitu: iman kepada Allah dan Iman kepada utusan Allah. 2. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman, dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa tersebut ketentuan tergantung Allah di akhirat kelak. 3. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap seseorang bila telah beriman. Dalam artian bahwa dosa sebesar apapun tidak dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan keimanan tidak dapat pula mempengaruhi dosa. Dosa ya dosa, iman ya iman. 4. Perbuatan kebajikan tidak berarti apapun bila dilakukan disaat kafir. Artinya perbuatan tersebut tidak dapat menghapuskan kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena melakukannya sebelum masuk Islam. Golongan murji’ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk Islam, sekalipun orang tersebut dzalim, berbuat maksiat dll, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbuatan dosa sebesar apapun tidak mempengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih muslim, kecuali bila orang tesebut telah keluar dari Islam (Murtad) maka telah berhukum kafir. Aliran Murji’ah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat atau menampakkan kekufuran, namun bila batinnya tidak, maka orang tersebut tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tidaknya seseorang itu tidak dilihat dari segi lahirnya, namun bergantung pada batinnya. Sebab ketentuan ada pada I’tiqad seseorang dan bukan segi lahiriyahnya. Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Kaum Murji’ah muncul adanya pertentangan politik dalam Islam. Dalam suasana demikian, kaum Murji’ah muncul dengan gaya dan corak tersendiri. Mereka bersikap netral, tidak berkomentar dalam praktek kafir atau tidak bagi golongan yang bertentangan. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang–orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu dihadapan Tuhan, karena halnya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang.

BAB III ANALISIS

Seluruh penjelasan di atas telah dipaparkan secara rinci, banyak sekali pengetahuan tentang Aliran Murji’ah. Secara singkat, Murji’ah diambil dari kata irja’ yang memiliki dua pengertian pertama, dalam arti penangguhan, dan kedua, memberi harapan. Pengertian pertama merujuk pada surat al-A’raf ayat 111 “Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir)”. Dalam murji'ah ini terdapat beberapa teori yang bermunculan seperti halnya , teori pertama yang mengatakan bahwa gagasan irja' atau arja' dapat dikembangkan sebagian sahabat yang bertujuan untuk menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika telah terjadi pertikaian politik. Murji'ah ini juga sebagai kelompok politik maupun teologi yang diperkirakn lahir bersamaan dengan kemunculan syiah dan khawarij. Teori lain ada yang mengatakan bahwa gagasan irja' merupakan basis kelompok murji'ah yang muncul Pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh Cucu al bin abi talib, al hasan bin muhammad Al hanafiyah Sekitar tahun 695, pengagasan teori ini menceritakan 20 tahun setelah kematian muawiyah pada tahun 680 dimana dunia islam dikoyak oleh pertikaian sipil teori lain jug ada yang mengatakan dn menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara lain ali dan muawiyah dilakukanlah tahkim atas usulan amr bin asr seorang kaki tangan muawiyah. Kelompok ali terpecah dalam dua kubu Antara lain ada pro dan kontra. Kelompok kontra yang Akhirnya menyatakan keluar dari ali yakni kubu khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim bertentangan dengan al qur.an tidak bertahkim berdasrkan hukum allah. Oleh karena itu merek berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa besar.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kata Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda atau menangguhkan. Salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Syahristani menyebutkan dalam bukunya AlMilal wa an-Nihal (buku tentang perbandingan agama serta sekte-sekte keagamaan dan filsafat) bahwa orang pertama yang membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi. Munculnya aliran ini di latar belakangi oleh persoalan politik, yaitu persoalan khilafah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan, yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Dalam murji'ah ini terdapat beberapa teori yang bermunculan seperti halnya , teori pertama yang mengatakan bahwa gagasan irja' atau arja' dapat dikembangkan sebagian sahabat yang bertujuan untuk menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika telah terjadi pertikaian politik. Murji'ah ini juga sebagai kelompok politik maupun teologi yang diperkirakn lahir bersamaan dengan kemunculan syiah dan khawarij.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, Pemikiran dan Peradaban Islam, Safiria Insani Press bekerja sama dengan PSI UII, Yogyakarta, cet. ke-1, 2007 Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI PRESS, Jakarta, 1979, jilid. ke-2 Salihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Rajawali Pers, 1991 Muslim Ishak, Sejarah dan Perkembangan Theologi Islam, Duta Grafika, Semarang 1988, cet. ke-1 Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah,

2006

Abu Muhammad Zahra Imam, Aliran Politik dan Akidah, Jakarta Selatan: Logos, 1996 Harun Nasution. Teologi Islam: Aliran- Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: Press, 1986. Ensiklopedi Islam 3, Op. Cit., hal. 302.

UI-

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.