365 Ensiklopedia Hewan Sepanjang Masa Flipbook PDF

365 Ensiklopedia Hewan Sepanjang Masa

37 downloads 118 Views 3MB Size

Story Transcript

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

RAJAWALI PERS Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada DEPOK

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Marhaeni, A.A.I.N, dkk. Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris/A.A.I.N. Marhaeni, dkk. —Ed. 1.—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2017. x, 192 hlm., 23 cm Bibliografi: hlm. 167 ISBN 978-602-425-186-4

1. Bahasa Inggris

I. Judul 420

Hak cipta 2017, pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2017.1762 RAJ A.A.I.N. Marhaeni, dkk. ASESMEN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Cetakan ke-1, Juli 2017 Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok Desain cover oleh [email protected] Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset PT RAJAGRAFINDO PERSADA Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Tel/Fax : (021) 84311162-(021) 84311163 E-mail : [email protected] Http: //www.rajagrafindo.co.id

http://facebook.com/indonesiapustaka

Perwakilan: Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. YogyakartaPerum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005 Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan salah satu hasil dari sebuah penelitian berjudul Pengembangan Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP yang dikerjakan melalui Hibah Tim Pascasarjana, Program Desentralisasi Penelitian Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (20112013). Mengambil setting dan contoh-contoh dari pelaksanaan asesmen pembelajaran bahasa Inggris, buku ini sangat kental dengan paradigma asesmen autentik, yang pada awalnya disebut sebagai asesmen alternatif, namun kini seiring dengan perkembangan kurikulum yang berbasis kompetensi di mana ciri utamanya adalah unjuk kerja dalam unjukan ‘able to do’, maka asesmen autentik menduduki posisi yang sangat sentral dan strategis dalam proses pendidikan. Buku ini meliputi kajian mengenai bentuk-bentuk utama dari asesmen autentik yaitu asesmen portofolio, asesmen kinerja, asesmen projek, dan asesmen diri. Menggunakan setting http://facebook.com/indonesiapustaka

dan contoh-contoh asesmen dalam pembelajaran bahasa Inggris, buku ini menawarkan pengembangan dan pendalaman wawasan asesmen autentik beserta implementasinya dengan mengambil bentuk-bentuk asesmen nontes dengan menggunakan rubrik, lembar observasi, checklist, dan deskripsi. Berbagai instrumen yang ada dalam buku ini sangat fleksibel untuk diadaptasi ke dalam bidang studi selain bahasa Inggris. Layaknya asesmen

v

autentik, instrumen-instrumen dalam buku ini sangat memerhatikan domain kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang dalam kemasan aspek linguistik dan non-linguistik, yang membedakannya dengan kajiankajian lain sejenis. Buku ini diharapkan dapat menambah rujukan teoretik sekaligus praktik dalam pelaksanaan asesmen autentik di tingkat sekolah menengah. Adanya banyak contoh dan instrumen akan sangat membantu guru dalam meningkatkan praktik asesmennya, yang hingga sekarang ini masih banyak terlalu quantitatively-oriented hingga kurang memerhatikan aspek deskripsinya. Penghargaan dan ucapan terima kasih harus kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam penyelesaian buku ini, yaitu Lembaga Penelitian Undiksha yang telah mendanai penelitian ini dan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Undiksha yang telah membiayai penerbitan buku ini. Sebagai edisi pertama, sudah barang tentu masih banyak hal dalam buku ini yang perlu mendapat masukan, terutama dari para ahli asesmen, ahli pendidikan bahasa, dan para guru. Untuk segala kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.

Singaraja, Mei 2017

http://facebook.com/indonesiapustaka

Penulis

vi

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1

BAB 2

v vii

HAKIKAT ASESMEN AUTENTIK

1

A. Rasional

1

B. Hakikat Asesmen Autentik

4

C. Bentuk-bentuk Asesmen Autentik

8

Asesmen Projek

11

A. Prosedur PjBL

11

B. Contoh Asesmen Projek

17

C. Merancang PjBL Dengan Penekanan pada

http://facebook.com/indonesiapustaka

Keterampilan Berbahasa Produktif BAB 3

Asesmen Kinerja

31 45

A. Mengenal Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Bahasa Inggris B. Kekuatan dan Kelemahan Asesmen Kinerja

46 64

vii

C. Implementasi Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran

BAB 4

Keterampilan Berbahasa Inggris

69

1.

Pembelajaran Menyimak

74

2.

Pembelajaran Berbicara

78

3.

Pembelajaran Membaca

81

4.

Pembelajaran Menulis

86

D Instrumen Asesmen Kinerja

90

Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

97

A. Mengenal Asesmen Diri

100

B. Kekuatan dan Kelemahan Asesmen Diri

106

C. Implementasi Asesmen Diri dalam Pembelajaran

BAB 5

Bahasa Inggris

109

1.

Pembelajaran Berbicara

117

2.

Pembelajaran Menyimak

122

3.

Pembelajaran Membaca

124

4.

Pembelajaran Menulis

128

Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

137

A. Hakikat Asesmen Portofolio

138

1.

Definisi

2.

Asesmen Portofolio dalam Kerangka

http://facebook.com/indonesiapustaka

Asesmen 3.

4.

139

Perbandingan Antara Asesmen Portofolio Dengan Tes Baku

140

Elemen-elemen Dasar Portofolio

142

B. Model Asesmen Portofolio

viii

138

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

145

C. Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Inggris

149

1.

Hakikat Menulis Bahasa Inggris

149

2.

Asesmen Portofolio untuk Kemampuan Menulis Bahasa Inggris

3.

152

Instrumen Asesmen Portofolio untuk

http://facebook.com/indonesiapustaka

Kemampuan Menulis Bahasa Inggris

153

DAFTAR PUSTAKA

167

GLOSARIUM

177

INDEKS

185

BIODATA PENULIS

189

Daftar Isi

ix

http://facebook.com/indonesiapustaka

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Bab 1

HAKIKAT ASESMEN AUTENTIK

Bab ini merupakan pengantar untuk memulai perjalanan menelusuri khazanah asesmen autentik, khususnya untuk penggunaan dalam pembelajaran bahasa. Bab ini membahas mengenai rasional bagi orientasi baru dalam praktik pendidikan dengan menggunakan asesmen autentik, hakikat asesmen autentik, serta ciri-ciri dan bentuk-bentuknya dalam pembelajaran bahasa.

A. Rasional Upaya perbaikan mutu pendidikan nasional kita secara yuridis formal telah diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di mana pendidikan berfungsi

http://facebook.com/indonesiapustaka

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1

Tujuan tersebut secara lebih operasional telah dideskripsikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tercapainya standar pendidikan tergantung bagaimana delapan standar tersebut mengorkestra dalam proses pembelajaran; dan bukti dari tercapai tidaknya tujuan tersebut dipantau dengan proses asesmen yang sahih; mengingat bahwa asesmen dilakukan selama proses pembelajaran, maka asesmen memiliki inkludisitas yang sangat dalam pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran dan asesmen bukanlah semata-mata suatu upaya formal dalam bingkai sekolah, namun orkestra yang terjadi tersebut harus bermakna bagi siswa, yaitu bahwa apa yang dialaminya di sekolah dapat menolong dia berperan dengan baik dalam lingkungan masyarakatnya. Tujuan asesmen yang utama adalah untuk mendapat data yang dijadikan dasar untuk pemberian feedback dan menentukan standar. Selain itu, asesmen bertujuan untuk menilai kemajuan siswa dan bagaimana kemajuan yang dialami seorang siswa jika dibandingkan dengan siswa lainnya. Asesmen juga membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dirancang dan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas proses. Itulah sebabnya guru harus memiliki pemahaman yang jelas tentang keterkaitan antara rencana, proses, dan asesmen. Menurut NYC Department of Education (2009) guru harus bisa memilih asesmen yang sesuai untuk menggali informasi tentang tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dipandunya. Asesmen harus bisa mengumpulkan http://facebook.com/indonesiapustaka

informasi tentang proses dan produk belajar. Selama ini, masih terjadi praktik asesmen yang kurang bermakna pada pembelajaran bahasa Inggris, contohnya pada pembelajaran bahasa Inggris di SD. Semata-mata karena kesepakatan sekolah untuk menggunakan tes tertulis (terutama pada tes sumatif), soal pilihan ganda bahasa Inggris diberi terjemahan. Jelas ini bukan tes bahasa Inggris. Harus diakui bahwa

2

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

hingga kini praktik asesmen pendidikan baik dengan tujuan formatif maupun sumatif masih kental didominasi oleh penggunaan secara masif jenis-jenis tes objektif, terutama tipe soal pilihan ganda. Tes-tes objektif menunjukkan kadar autentisitas yang dangkal karena jenis tes tersebut merupakan imposed target by the tester with only one single answer. Tes objektif tidak memberi kesempatan siswa menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan caranya sendiri, tetapi dipaksa dengan hanya sedikit pilihan tanpa boleh mengambil pilihan di luar pilihan yang diberikan. Ketergantungan yang berlebihan (over-reliance) pada penggunaan tes-tes objektif sejak lama sangat tampak pada praktik asesmen dalam dunia pendidikan kita. Banyak guru yang masih menganggap bahwa informasi tentang siswa yang layak diformalkan hanya yang dari hasil tes saja. Masih sedikit guru yang menggunakan cara-cara asesmen kontekstual seperti asesmen portofolio dan asesmen kinerja sebagai cara yang akurat untuk memantau perkembangan kompetensi siswa. Soal berbentuk objektif seperti soal pilihan ganda bila dikonstruksi dengan baik, dapat menjadi alat ukur yang baik untuk kemampuan kognitif siswa. Namun, ciri seseorang yang mampu menyelesaikan persoalannya sendiri diwujudkan dari kompetensi yang dimiliki dan kompetensi tersebut bukan semata-mata kemampuan kognitif. Seringkali kita dengar, ada orang pintar namun sulit bergaul dengan lingkungannya. Ini merupakan suatu tanda bahwa perkembangan kompetensi yang bersangkutan tidak seimbang antara pengetahuan kognitifnya dengan keterampilan dan nilainilai serta sikap yang disetujui oleh masyarakat sekitarnya. Tujuan kurikulum dapat tercapai hanya bila terjadi orkestra yang baik dari delapan standar pendidikan nasional. Asesmen memiliki inklusiditas http://facebook.com/indonesiapustaka

yang tinggi dalam orkestra tersebut mengingat ukuran tercapainya tujuan kurikulum ditentukan oleh informasi yang diperoleh melalui kegiatan asesmen.

1 | Hakikat Asesmen Autentik

3

B. Hakikat Asesmen Autentik Asosiasi untuk pengembangan dan supervisi kurikulum AS (Association for Supervision and Curriculum Development /ASCD) mendefinisikan asesmen sebagai proses pengumpulan data secara sistematik tentang kinerja siswa, di mana data tersebut digunakan guru untuk berkomunikasi dengan siswa, orangtua, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan. Popham (1995) mengatakan bahwa asesmen adalah suatu upaya formal untuk menentukan status siswa dalam berbagai aspek yang dinilai. Nitko (1996) mengatakan bahwa asesmen merupakan suatu proses mendapatkan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai pembelajar, program pendidikan, dan kebijakan pendidikan. Jika dikatakan ‘mengakses kompetensi pembelajar’, berarti pengumpulan informasi untuk dapat ditentukan sejauhmana seorang siswa telah mencapai suatu target belajar. Dari ketiga pendapat di atas, jelas bahwa asesmen diartikan sama dengan evaluasi; dan daripadanya dapat dilihat beberapa unsur pokok yang ada dalam pengertian asesmen, yaitu: 1.

Asesmen bersifat formal, artinya adanya suatu upaya sengaja untuk menentukan status pembelajar dalam variabel-variabel yang menjadi fokus.

2.

Asesmen terfokus pada variabel-variabel tertentu, yang berarti adanya variasi pada pembelajar dalam hal kemampuan, keterampilan, maupun sikap.

3.

Dalam asesmen ada keputusan mengenai status pembelajar, yaitu sejauh mana pembelajar telah menunjukkan perkembangan untuk

http://facebook.com/indonesiapustaka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan perlu tidaknya dilakukan program khusus. Dalam praktik pendidikan di negara kita, disebutkan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Pasal 19 ayat 3 dinyatakan bahwa

4

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktik dan penugasan. Selanjutnya, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.

Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2.

Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3.

Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4.

Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5.

Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6.

Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7.

Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

http://facebook.com/indonesiapustaka

8.

Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9.

Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Terkait dengan kurikulum 2013, maka asesmen yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian kompetensi harus berorientasi baik proses belajar 1 | Hakikat Asesmen Autentik

5

maupun produk atau hasil belajar. Asesmen proses dimaknai sebagai suatu penyelenggaraan asesmen yang terintegrasi dengan proses pembelajaran. Ini berarti menjadikan suatu proses pembelajaran dengan menjalankan prinsip refleksi-diagnostik secara bertahap, yang memberi peluang besar pada siswa untuk mengkonstruksi secara individu pengetahuan, keterampilan dan sikap secara langsung. Asesmen proses merupakan darah yang harus mengalir terus dalam daur pembelajaran dengan mengimplementasi empat pilar pendidikan yang secara komprehensif harus tertampilkan, sampai siswa memiliki kompetensi yang dirancang. Sedangkan asesmen produk dimaknai untuk mengukur seberapa jauh suatu kompetensi telah dikuasai. Penguasaan kompetensi dicirikan dengan mampu-tidaknya suatu pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ditampilkan secara nyata dalam unjuk kerja (able to do). Dengan demikian, proses pembelajaran di mana di dalamnya tercakup asesmen, harus bermakna dan autentik, dan itu dapat dicapai dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) dan kontekstual (contextual teaching and learning). Asesmen yang bermakna adalah asesmen yang melibatkan tugas-tugas autentik dan kontekstual yang mewakili kehidupan sehari-hari (Johnson dan Johnson, 2002). Agar asesmen yang dilakukan bermakna bagi siswa, maka siswa harus sebagai pusat pembelajaran di mana asesmen membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya. Selanjutnya, Anderson (2004) mengatakan bahwa asesmen akan bisa disebut bermakna bila: 1) ada konsekuensi dari dampak iringan asesmen terhadap pembelajaran; artinya asesmen yang dilakukan dapat memengaruhi bagaimana pembelajaran dilakukan. Karena pembelajaran diharapkan berbasis kompetensi, maka asesmen yang dilakukan secara autentik akan berdampak pada kinerja http://facebook.com/indonesiapustaka

pembelajaran yang lebih bermakna, 2) signifikansi dari hasil asesmen, artinya hasil asesmen memang benar-benar dapat menolong siswa memecahkan masalah-masalah yang nyata terjadi dalam kehidupan, dan 3) pentingnya menggunakan berbagai sumber informasi untuk mengambil keputusan. Oleh karena ciri kompetensi adalah ‘able to do’, maka tidaklah cukup melakukan asesmen pada ranah kognitif saja, melainkan secara komprehensif pada ketiga ranah. 6

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Stiggins (1993:63) mengatakan bahwa asesmen autentik merupakan: “Masalah atau pertanyaan yang bermakna dan melibatkan siswa menggunakan pengetahuannya untuk melakukan unjuk kerja secara efektif dan kreatif. Tugas yang diberikan dapat berupa replika atau analogi dari jenis permasalahan yang dihadapi orang dewasa dan mereka yang dapat terlibat pada bidang tersebut” (terjemahan oleh penulis). Secara garis besar, asesmen autentik memiliki sifat-sifat: (1) berbasis kompetensi yaitu asesmen yang mampu memantau kompetensi seseorang. Asesmen autentik pada dasarnya adalah asesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif. Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, oleh karena itu asesmen berbasis kompetensi bersifat (2) individual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua orang, tetapi bersifat personal. Karena itu, asesmen harus dapat mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan); (3) berpusat pada peserta didik karena direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara optimal peserta didik sendiri; Asesmen autentik bersifat tak terstruktur dan open-ended, dalam arti, percepatan penyelesaian tugas-tugas autentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok. Untuk memastikan bahwa yang diakses tersebut benar-benar kompetensi riil individu (peserta didik) tersebut, maka asesmen harus dilakukan secara (4) kontekstual (seperti kehidupan sehari-hari) dan sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga asesmen autentik berlangsung secara (5) terintegrasi dengan proses pembelajaran. Asesmen autentik bersifat http://facebook.com/indonesiapustaka

(6) on-going atau berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar berlangsung, di mana dapat terpantau proses dan produk belajar. Sifat asesmen autentik yang komprehensif juga dapat membentuk unsur-unsur metakognisi dalam diri siswa seperti risk-taking, kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan divergen, tanggung jawab terhadap tugas dan karya, dan rasa kepemilikan (ownership). 1 | Hakikat Asesmen Autentik

7

C. Bentuk-bentuk Asesmen Autentik Dengan berlakunya Kurikulum 2013 maka orientasi pada penggunaan asesmen autentik semakin tinggi. Dalam berbagai dokumen disebutkan bahwa asesmen autentik dapat berbentuk berbagai cara-cara pengumpulan data autentik seperti melalui asesmen portofolio dan asesmen kinerja. Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, di mana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil (outcome), (3) bukti-bukti autentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerja sama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, asesmen portofolio dapat dilihat dari tiga elemen pokok, yaitu 1) adanya kriteria yang jelas dan terbuka, 2) adanya kumpulan karya dalam folder, dan adanya kegiatan asesmen diri. Dalam asesmen portofolio, asesmen diri merupakan komponen yang sangat penting. O’Malley dan Valdez Pierce (1996) bahkan mengatakan bahwa ‘self-assessment is the key to portofolio’. Hal ini disebabkan karena melalui asesmen diri pembelajar dapat membangun pengetahuannya http://facebook.com/indonesiapustaka

serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui asesmen diri pembelajar dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, pembelajar lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Asesmen diri bermakna karena siswa dapat merasakan

8

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

perkembangan belajarnya, merasa memiliki otonomi yang lebih besar, merasa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, bukan sematamata mengerjakan tugas dari guru. Jadi, asesmen diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar (Marhaeni, 2009), karena melalui asesmen diri siswa dapat mengetahui apa yang diketahui, dan mengetahui apa yang tidak atau belum diketahui (You know what you know, you know what you don’t know). Asesmen kinerja adalah penelusuran proses dalam produk, artinya, asesmen kinerja dilakukan bilamana siswa melalui suatu proses belajar, dan kinerja proses tersebut terlihat dari unjuk kerja yang ditampilkan. Sebagai contoh, asesmen terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris, misalnya, berdialog tentang cuaca hari-hari ini, maka dialog yang ditampilkan menunjukkan seberapa banyak dan seberapa intensif siswa sudah melalui proses (berlatih berdialog) dapat dilihat dari unjuk kerja yang ditampilkannya. Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa, yaitu melatih siswa agar bisa menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, maka asesmen kinerja bukanlah hal yang baru karena unjuk kerja komunikatif akan dapat dilihat dari seberapa baik kinerja yang ditunjukkan dalam kegiatan berkomunikasi. Asesmen kinerja bermakna karena siswa melakukan real life tasks, yang otomatis kontekstual. Asesmen projek adalah suatu bentuk asesmen autentik yang lain. Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, siswa mendapat kesempatan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah cerita, yaitu memiliki fase awal, pertengahan, dan akhir projek. http://facebook.com/indonesiapustaka

Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntut mereka merumuskan hipotesis yang membutuhkan penyelidikan lebih

1 | Hakikat Asesmen Autentik

9

lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide ilmiah dengan menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam konten (isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk melakukan eksplorasi belajar dan berpikir tantangan ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam berbagai area isi kurikulum. Pelaksanaan asesmen projek dimulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir projek. Asesmen projek memiliki kelebihan dalam hal siswa dapat merencanakan sendiri apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara melakukannya. Asesmen projek melatih siswa untuk membuat rencana kerja, di sini jelas terlihat kebermaknaannya. Paparan di atas menunjukkan bahwa penerapan asesmen autentik dalam pembelajaran mendukung dan memungkinkan tercapainya pembelajaran yang bermakna. Penggunaan asesmen autentik secara tepat terutama dalam pembelajaran bahasa sangat diperlukan untuk mencapai tujuan kurikulum, yang pada akhirnya akan mengantarkan kepada peningkatan mutu pendidikan. Praktik asesmen pembelajaran bahasa di sekolah perlu menerapkan bentuk-bentuk asesmen autentik mengingat karakteristik bahasa sebagai alat komunikasi membutuhkan kancah real-simulatif di mana pemantauannya dilakukan dengan bentuk-bentuk asesmen autentik seperti asesmen portofolio, kinerja, projek, maupun

http://facebook.com/indonesiapustaka

asesmen diri.

10

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Bab 2

ASESMEN PROJEK

Asesmen projek merupakan salah satu asesmen autentik yang banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa. Biasanya asesmen projek menyertai pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran berbasis projek (projekbased learning/PjBL). PjBL umumnya dipilih apabila tujuan pembelajaran mensyaratkan adanya unjuk kerja yang berlangsung secara bertahap dan sistematis, dan dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Unjuk kerja seperti itu akan menunjukkan bagaimana proses belajar seseorang dengan ditelusuri melalui tahapan kerja yang dilakukannya. Karena hal ini penting, maka asesmen yang dilakukan harus pula mencakup keseluruhan tahap yang dilalui serta hasil dari pengerjaan tahapan tersebut. Asesmen yang dimaksud tersebut dinamai dengan asesmen projek. Mengingat asesmen harus dilakukan terhadap proses belajar dan hasil belajar, maka penting terlebih dahulu dipaparkan tentang prosedur PjBL

http://facebook.com/indonesiapustaka

sebelum membahas mengenai asesmen projek.

A. Prosedur PjBL Dalam pembelajaran bahasa Inggris implementasi PjBL memiliki nilai tambah karena siswa bisa mendapat kesempatan yang luas untuk berlatih menggunakan bahasa dalam berkomunikasi tanpa mereka menyadarinya.

11

Pada setiap langkah kegiatan, siswa perlu berbicara secara spontan sehingga siswa tidak merasa bahwa mereka sedang berlatih. Dalam PjBL, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik. Secara umum, langkah-langkah PjBL dapat digambarkan sebagai berikut. 1. Penentuan Projek

6. Evaluasi proses dan hasil projek

2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek

3. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Projek

5. Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil projek

4. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru

Gambar 2.1 Langkah-langkah PjBL (diadaptasi dari Fragoulis, 2009)

Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PBP adalah sebagai berikut: 1.

Penentuan projek Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek berdasarkan tugas projek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.

http://facebook.com/indonesiapustaka

2.

Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas projek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas projek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas projek,

12

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antar anggota kelompok. 3.

Penyusunan jadwal pelaksanaan projek Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama projek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.

4.

Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring oleh guru Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan projek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interview, e) merekam, f) berkarya seni, g) mengunjungi objek projek, atau h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai proses hingga penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas projek.

5.

Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/ atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.

6.

Penilaian proses dan hasil projek Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi pada

http://facebook.com/indonesiapustaka

tugas projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.

2 | Asesmen Projek

13

Dari dokumen NYC Department of Education (2009) prosedur implemenasi PBL dijabarkan dalam lima langkah penting, yaitu: Langkah 1: Penentuan tujuan pencapaian konten dan keterampilan Pada langkah ini harus dipastikan dulu ide esensial atau tema dalam kurikulum yang cukup menantang dan perlu diangkat. Ini biasa disebut dengan ‘big ideas atau big themes’ yaitu isu atau tema yang bisa mencakup semua tujuan pembelajaran dan kemungkinan bersinggungan dengan konsep atau mata pelajaran lain. Selanjutnya diformulasikan pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Pertanyaan tersebut memberikan bayangan kepada siswa tentang kompleksitas isu yang diangkat serta konsep, strategi dan alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan. Adapun kriteria formulasi pertanyaan adalah sebagai berikut: a.

Relevan untuk konteks yang berbeda.

b.

Menggambarkan dunia nyata yang bisa terjadi dalam beberapa situasi.

c.

Menantang siswa atau profoktif yang membuat siswa berpikir keras, berdiskusi dengan serius, melakukan investigasi.

d.

Pertanyaan terbuka yang menuntun siswa untuk bekerja keras, bukan pertanyaan yang mudah dijawab.

e.

Langsung ke pokok/inti permasalahan.

f.

Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami dilema di dunia nyata tetapi menarik untuk diteliti oleh siswa.

g.

Bisa diinterpretasikan dari berbagai sudut pandang/perspektif.

h.

Mendorong siswa untuk menghasilkan lebih banyak pertanyaan. Langkah 2: Penyiapan format untuk produk akhir

http://facebook.com/indonesiapustaka

Pada langkah ini guru harus menyiapkan dua macam format yaitu format produk akhir dan format penilaian kinerja saat presentasi. Ketersediaan format sebelum siswa memulai mengerjakan projek akan membuat mereka lebih fokus dan lebih aktif dalam berpartisipasi, serta lebih mengerti keterkaitan antara projek dengan dunia nyata.

14

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Langkah 3: Menentukan batasan projek Batasan projek harus jelas dan sesuai dengan timeline yang ditentukan dan terukur. Pada tahap ini juga direncanakan bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa untuk memastikan implementasi PBL berlangsung lancar dan bermakna. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengukuran adalah: a.

Pengaturan tugas dan kegiatan.

b.

Penentuan alat asesmen.

c.

Analisis produk akhir.

d.

Timeline (penjadwalan) projek. Langkah 4: Merancang kegiatan pembelajaran Projek yang bagus tidak akan muncul dalam waktu sekejap tapi

perlu perencanaan yang matang. Perencanaan yang baik mencakup target capaian, penjadwalan, dan manajemen strategi. Menurut NYC Department of Education (2009)kegiatan pembelajaran dalam PBL terdiri dari lima langkah utama yaitu: a.

Mengenalkan dan menjelaskan tujuan dari strategi yang dipakai.

b.

Menunjukkan dan memberi contoh projek dan ekspektasi guru tentang projek.

c.

Menyediakan kesempatan berlatih dengan penggunaan strategi yang relevan untuk pengerjaan projek.

d.

Memberi kebebasan bagi siswa untuk memilih dan mengimplementasikan strategi.

http://facebook.com/indonesiapustaka

e.

Menuntun siswa untuk melakukan refleksi. Langkah 5: Menilai desain projek Kegiatan refleksi sangat penting untuk dilakukan dalam pembelajaran

berbasis projek. Ada beberapa tahapan yang memerlukan adanya refleksi. Pertama, pada saat siswa sudah menyelesaikan desain projek, guru bisa menghentikan mereka bekerja untuk melakukan refleksi. Penilaian mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

2 | Asesmen Projek

15

a.

Kesesuaian desain projek dengan harapan kurikulum Ini sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa siswa berada pada jalur yang benar dan belajar pada cakupan kurikulum.

b.

Kejelasan (clarity) dan kepatutan (feasibility) dari desain Penilaian atas kejelasan dan kepatutan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa siswa sudah benar-benar yakin apa yang akan mereka kerjakan. Selain itu, kepatutan desain menunjukkan apakah siswa akan bisa melaksanakan projek dengan lancar tanpa hambatan yang berarti.

c.

Ketersediaan sumber Hal ini perlu dikaji karena walaupun desain bagus tetapi tidak didukung ketersediaan sumber, sudah tentu projek akan gagal atau tidak maksimal

d.

Kebutuhan belajar Pengerjaan projek harus merupakan konteks yang jelas untuk mencapai target pembelajaran. Oleh sebab itu, siswa perlu dituntun untuk melakukan refleksi tentang hal apa saja yang akan mereka pelajari dalam pengerjaan projek. Kedua, refleksi dilakukan pada saat draf projek sudah selesai. Pada

saat itu, refleksi dilakukan sendiri oleh siswa dengan arahan guru. Ada beberapa format yang bisa digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi pada tahap ini (penjelasan tentang refleksi pada tahap ini akan dijelaskan pada bagian asesmen di bawah). Dari paparan tentang pengertian PjBL di atas, bisa dibayangkan bahwa target yang dicapai oleh siswa tidak hanya pengetahuan dan http://facebook.com/indonesiapustaka

keterampilan, tetapi juga kemampuan manajemen (managerial skills) yang meliputi manajemen waktu (time management), manajemen diri (selfmanagement), manajemen strategi (strategy management), serta manajemen emosi (emotional management), Dari segi keterampilan, siswa tidak saja mendapat keterampilan manajerial dan berbahasa, tetapi juga keterampilan melakukan interaksi, komunikasi, menghargai teman, menghargai

16

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

waktu, melakukan presentasi, dan sebagainya. Dari sisi pengembangan karakter, PjBL membantu siswa untuk membangun karakter bekerja keras, disiplin, percaya diri, bekerja sama, saling menghargai pendapat, keinginan berprestasi, bertanggung jawab dan toleransi. Yang paling penting dari segalanya adalah, melalui pembelajaran berbasis projek, siswa bisa meningkatkan kemampuan berpikir logis, objektif, kritis dan kreatif, karena sepanjang proses (dari mulai merencanakan sampai mempresentasikan projek) siswa selalu menggunakan kemampuan berpikir mereka. Mereka harus bisa menginterpretasikan pertanyaan yang disampaikan oleh guru, memikirkan langkah yang harus diambil dalam merancang desain, memikirkan strategi yang dipilih untuk mengerjakan desain, memikirkan kekuatan dan kelemahan rancangan mereka, dan seterusnya.

B. Contoh Asesmen Projek Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, proses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis projek, tahap persiapan meliputi kegiatan menemukan tema/topik projek, merancang langkah penyelesaian projek dan menyusun jadwal projek. Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan proses penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring dari guru serta penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil projek. Pada tahap evaluasi meliputi kegiatan evaluasi proses dan hasil kegiatan projek. Berikut contoh kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

http://facebook.com/indonesiapustaka

berbasis projek pada tahap kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Persiapan Persiapan diawali dengan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari yang diikuti dengan instruksi tugas projek yang dilengkapi dengan persyaratan tertentu, termasuk ketentuan waktu. Selanjutnya langkah-langkah PBL sebagai berikut: 2 | Asesmen Projek

17

a.

Menentukan projek, yaitu memilih tema/topik untuk menghasilkan produk (laporan observasi/penyelidikan, karya seni, atau karya keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia.

b.

Merancang langkah-langkah penyelesaian projek dari awal sampai akhir. Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.

c.

Menyusun jadwal pelaksanaan projek, yaitu menyusun tahap-tahap pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.

2. Pelaksanaan Dalam proses pelaksanaan/penyelesaian projek guru berperan untuk memonitor progress dan sekaligus memberi masukan demi kesempurnaan produk dan keluasan belajar siswa. Adapun unsur pelaksanaan PBL terdiri dari: a.

Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan monitoring guru yaitu mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir.

b.

Mempresentasikan/mempublikasikan hasil projek, yaitu menyajikan

http://facebook.com/indonesiapustaka

produk dalam bentuk diskusi, pameran, atau publikasi (dalam majalah dinding atau internet) untuk memperoleh tanggapan dari peserta didik yang lain, guru, dan bahkan juga masyarakat.

18

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

3. Penilaian Penilaian proses dan hasil projek, yaitu meninjau proses pelaksanaan projek dan menilai produk yang dihasilkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan projek.



Teknik Penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Projek Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbasis projek meliputi

penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian diperoleh dari kegiatan peserta didik yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu sejak dari perencanaan, penyusunan jadwal, penyelesaian projek, penyusunan laporan dan evaluasi proses dan hasil projek. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik akan kemampuan mengaplikasikan materi pelajaran, kemampuan penyelidikan/ berkarya dan kemampuan menginformasikan mata pelajaran tertentu. Pada penilaian tugas projek yang perlu dipertimbangkan adalah: 1) Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih tema/topik yang relevan dengan bahasan materi pelajaran, mengelola waktu (tugas, materi, dan aktivitas) sesuai perencanaan projek, mencari serta menemukan informasi/produk sesuai dengan jenis tugas projek dan penulisan laporan. 2) Relevansi Kesesuaian hasil tugas projek dengan materi pelajaran yang diberikan guru dengan mempertimbangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

http://facebook.com/indonesiapustaka

peserta didik dalam pembelajaran. 3) Keaslian Produk tugas projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya baik secara individu maupun kelompok. Langkah penilaian projek dapat dikelompokkan menjadi dua langkah, yaitu menyusun instrumen penilaian projek dan membuat rubrik penilaian.

2 | Asesmen Projek

19

Penyusunan instrumen penilaian projek disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, sedangkan rubrik penilaian disusun berdasarkan aspek-aspek penilaian yang disusun dalam instrumen penilaian. Penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran projek dapat dilakukan melalui penugasan individu/ kelompok. Penilaian yang dapat dilakukan di antaranya dengan penilaian kinerja yang dilengkapi dengan laporan tertulis yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Instrumen yang digunakan berupa tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis, lisan maupun praktik. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan daftar cek atau skala penilaian. Adapun contoh instrumen penilaian kinerja berbasis projek sebagai berikut: Tabel 2.1 Contoh Format Penilaian Produk Projek

Nama NIS

: ........................................ : ........................................

Kelas

: ........................................

http://facebook.com/indonesiapustaka

No.

Aspek Penilaian

1.

Kerajinan

2.

Ketekunan

3.

Tanggung Jawab

4.

Kedisiplinan

5.

Kerja Sama

6.

Tenggang Rasa

7.

Kejujuran

Skor 1

2

3

4

5

TOTAL SKOR

Keterangan: Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang skor 1 sampai 5. 1=sangat kurang; 2=kurang; 3=cukup; 4= baik; dan 5=amat baik. Untuk penilaian sikap, angka ini berfungsi sebagai alat peringkas profil peserta didik, bukan sebagai harga mati untuk KKM.

20

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Pada penilaian sikap dapat dilakukan dengan bentuk penilaian observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation), dan penilaian jurnal oleh peserta didik. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan yang disusun oleh guru. Contoh instrumen penilaian sikap dengan lembar pengamatan/observasi sebagai berikut: Tabel 2.2 Contoh Format Penilaian Sikap

Nama NIS

: ........................................ : ........................................

Kelas

: ........................................

No.

Aspek Penilaian

1.

Kerajinan

2.

Ketekunan

3.

Tanggung Jawab

4.

Kedisiplinan

5.

Kerja sama

6.

Tenggang Rasa

7.

Kejujuran

Skor 1

2

3

4

5

TOTAL SKOR

http://facebook.com/indonesiapustaka

Keterangan: Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang skor 1 sampai 5. 1=sangat kurang; 2=kurang; 3=cukup; 4= baik; dan 5=amat baik. Untuk penilaian sikap, angka ini berfungsi sebagai alat peringkas profil peserta didik, bukan sebagai harga mati untuk KKM.

2 | Asesmen Projek

21

Penilaian sikap juga dapat dilakukan dengan penilaian diri dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale). Contoh instrumen penilaian sikap dengan penilaian diri sebagai berikut: Tabel 2.3 Contoh Instrumen Penilaian Diri

Nama : ........................................ NIS : ........................................ Kelas : ........................................ Petunjuk Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi diri Anda. Keterangan SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju

http://facebook.com/indonesiapustaka

No.

22

Pernyataan

1.

Saya sudah dapat mengembangkan tema pada tugas projek yang diberikan guru

2.

Saya dapat merancang jadwal pelaksanaan kegiatan projek dengan baik

3.

Saya dapat menyusun jadwal pelaksanaan projek dengan sistematis

4.

Saya dapat menyelesaikan projek sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan

5.

Saya dapat menyusun laporan dengan sistematis dan baik

6.

Saya dapat mempresentasikan hasil kegiatan projek dengan baik

7.

Saya telah menguasai materi pembelajaran dengan baik

Penilaian SS

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

S

TS

STS

Contoh Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mata Pelajaran

:

Bahasa Inggris

Kelas/Semester

:

VIII/1

Materi Pokok/Tema :

Teks deskriptif

Kompetensi Dasar : Menerapkan struktur teks dan unsur kebahasaan untuk melaksanakan fungsi sosial teks deskriptif dengan menyatakan dan menanyakan tentang deskripsi orang, binatang, dan benda, pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya. Menangkap makna dalam teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana. Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana, tentang orang, binatang, dan benda, dengan memerhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks. Projek: Melalui PjBL siswa mampu mendeskripsikan bentuk fisik dan kegunaan dari sebuah robot yang dibuatnya. Dalam projek ini siswa mengimplementasikan kata-kata deskriptif untuk mendeskripsikan orang benda serta sifatnya.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Langkah-langkah Kegiatan Guru 1.

Menentukan KI dan KD.

2.

Menentukan materi ajar.

3.

Merancang dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

4.

Melaksanakan penilaian pembelajaran (proses dan hasil).

5.

Menentukan media dan sumber pembelajaran yang tepat.

2 | Asesmen Projek

23

Langkah-langkah Pembelajaran Persiapan Observasi dan menanya Menonton video tentang deskripsi orang. Mencatat kata-kata sifat yang dipakai dalam video. Melakukan prompted question - answer activity (siswa berpasangan, satu siswa menyebutkan kata sifat dari catatannya dan siswa lain menanyakan pertanyaan yang menggunakan kata sifat yang dikatakan temannya). Contoh: A: fat B: Is the man in the video fat? A: Yes, the man in the video is fat. Eksplorasi/menalar/mengumpulkan informasi Memberi contoh berbagai teks deskriptif tentang orang dan melaksanakan pembelajaran dengan strategi: ·

Modeling: pemberian contoh.

·

Survei: mengumpulkan data tentang deskripsi dan karakter orangorang terkenal.

·

Games: mencari orang hilang.

Mengasosiasi Brainstorming: “What kind of robot do you know?” http://facebook.com/indonesiapustaka

“Why do experts create robot?” Provocating Questions: “What works that can a robot do to help human being?” “What does it look like” “What are the advantages of having a robot in our house/school?”

24

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Strategi ·

Kelompok 4/5 orang.

·

Menentukan topik (contoh: robot for our class).

·

Membuat perencanaan/desain.

·

Melakukan penelitian (jenis robot yang sudah pernah diciptakan).

·

Membuat daftar kemampuan robot yang dirancang.

·

Membuat daftar kata-kata deskriptif yang bisa menggambarkan robot yang dibuat.

·

Melakukan refleksi.

·

Menggambar robot.

·

Membuat deskripsi fisik, kemampuan dan gunanya.

·

Membuat poster tentang robot dan deskripsinya.

Mengomunikasikan ·

Mempresentasikan produk/projek.

·

Menerima/memberi feedback/komentar.

·

Menilai (self assessment dan peer assessment).

Closure ·

Melakukan refleksi umum.

·

Me-review topik.

·

Mendapat umpan balik dari guru.

Fungsi sosial Dalam kehidupan nyata, kita sering berada pada suatu kondisi di http://facebook.com/indonesiapustaka

mana kita perlu menggunakan kemampuan mendeskripsikan orang, benda, tempat, pikiran, dan sebagainya. Kemampuan mendeskripsikan sangat penting karena bisa menyelesaikan suatu masalah atau membantu orang lain. Misalnya pada suatu hari seseorang kehilangan anjing kesayangannya. Walau sudah dicari ke mana-mana tetap saja anjing tersebut tidak bisa ditemukan.

2 | Asesmen Projek

25

Perhatikan teks berikut ini: I lost my dog. It is a 2 year old golden retriever. The dog is very healthy and fat. The fur is golden brown and it wears polka dot collar with a small silver bell and a name tag. The dog’s name is Bruno. If you find the dog please call me at 086743562123. Some money reward is available for you after the dog is safely home. (ANDY) Kemampuan mendeskripsikan seperti di atas sangat diperlukan untuk memecahkan masalah. Dalam kehidupan nyata, bisa pula seseorang kehilangan adik/anaknya saat berjalan-jalan di mall. Dalam kondisi seperti ini dia harus bisa mendeskripsikan adik/anaknya dengan baik supaya bisa mendapat bantuan dari orang banyak. Deskripsi diserahkan pada staf humas di mall sehingga bisa diumumkan. Misalnya: A six year old girl named Natasha is going missing in this mall. She is 1.2m tall, has long curly hair with a pony tail. She is wearing jeans, white t-shirt and pink jacket. She is wearing white sport shoes and pink shocks. If you meet this girl please report to te reception desk. Her mother is waiting here. Struktur Teks Karena kedua teks tersebut sama-sama memerankan fungsi sosial ‘mendeskripsikan’, maka terdapat kesamaan di antara keduanya, yaitu dalam penyusunan struktur teksnya. Analisis terhadap kedua teks di atas menunjukkan struktur berikut ini: (1) Penyebutan kata-kata deskriptif untuk mendeskripsikan binatang misalnya: menyatakan usia (two year old), menyatakan kondisi (healthy and fat), ciri fisik (the fur is goldren brown, wearing polka dor collar with a small silver bell). (2) Penyebutan kata-kata deskriptif untuk mendeskripsikan orang,

http://facebook.com/indonesiapustaka

misalnya six year old (menyatakan usia), 1.2m tall, has long curly hair witha pony tail (ciri fisik). She is wearing jeans, white t-shirt and pink jacket. She is wearing white sport shoes and pink shocks (penanda tambahan untuk fisik).

26

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

The dog is two-year old

The girl is six year old

It is a two-year old dog It’s healthy and fat Its fur is golden brown It is wearing polka dot collar and a silver bell

She is a six-year old girl She is 1.2 m tall She has long curly hair She is wearing blue jeans and white t-shirt

(3) Penyebutan ciri yang tidak kasat mata seperti misalnya pintar, cerdik, baik hati, suka menolong, ramah dan sebagainya yang juga merupakan bagian dari deskripsi orang dan mungkin juga binatang kesayangan. The dog is smart

The girl is friendly

... it can jump high for catching the ball.

She has many friends She is kind She is sociable and become everybody’s friend

Unsur Kebahasaan Ada beberapa kesamaan unsur kebahasaan yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan binatang dan orang. Hal yang benar-benar perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan orang adalah penyebutan nama maupun nama panggilan. Guru perlu waspada bahwa tentang penggunaan grammatical words seperti misalnya artikel a, an dan the untuk menyebutkan frasa nominal dalam bahasa Inggris. Karena bahasa siswa atau bahasa Indonesia tidak lazim meggunakan artikel, besar kemungkinan siswa akan cenderung lupa atau salah dalam menggunakannya. Kata penyerta benda lainnya yang jauh lebih sering dalam bahasa Inggris daripada bahasa http://facebook.com/indonesiapustaka

Indonesia adalah kata ganti kepunyaan dan kata penunjuk, seperti my, your, this, those, dan seterusnya sehingga sering digunakan secara salah oleh siswa. Unsur lain yang sering salah adalah penggunaan morfem –s untuk kata benda jamak.

2 | Asesmen Projek

27

Penggunaan lebih dari satu kata sifat dalam frasa nominal juga sangat lazim dalam teks deskriptif, seperti golden brown, long curly hair, polka dot collar. Struktur gramatikal ini juga menjadi bagian penting materi pokok bab ini. Selain itu juga kata quite dan very, juga sangat lazim digunakan dalam penyebutan sifat untuk menguatkan makna. Topik Topik utama dalam pembelajaran ini adalah deskripsi orang dan binatang, yang bermakna dalam kehidupan siswa sehari-hari. Relevansi dengan pengalaman dan kehidupan siswa sebagai remaja terpelajar adalah prinsip dalam menentukan topik dari setiap teks yang akan digunakan siswa selama proses pembelajaran. Pertimbangan lain untuk pemilihan teks yang akan dibaca, diucapkan, ditulis, dan didengarkan siswa untuk pembelajaran dalam bab ini adalah pesan moral yang terkandung di dalamnya. Guru perlu memastikan bahwa setiap teks dan penggunaannya akan berdampak pada pembentukan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, kerja sama, dan bertanggung jawab. Fokus Tahapan Kegiatan: Pembukaan You will learn to describe people and animals today -

Size (small or big)

-

Color (black or white)

-

Condition (healthy and fat)

-

Chracteristics (smart and friendly)

Pelaksanaan

http://facebook.com/indonesiapustaka

·

Mengumpulkan informasi

Fokus Tahapan Kegiatan: Pembukaan ·

Pembukaan dilakukan dengan menggunakan brainstorming.

·

Pada halaman tersebut terdapat gambar yang mengilustrasikan suasana pedesaan Indonesia terlihat dari atas bukit yang hijau, indah, dengan latar belakang gunung atau laut. Gambar tersebut

28

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

menunjukkan kebanggaan dan cinta tanah air, sehingga bersemangat untuk ‘mendeskripsikannya’ kepada sesama orang Indonesia untuk menyadari rahmat ini dan membanggakannya. Pesan tersebut juga dapat disampaikan kepada orang asing agar mengagumi dan kemudian tertarik untuk menjadi tamu di negeri ini. Di latar depan, bagian bawah, tertera tujuan pembelajaran di bab ini. In this lesson you will learn to describe people, animals, and things in order

·

-

to make them state sizes (big or small)

-

to mention the color (black or white)

-

to state condition (healthy and fat)

-

to state characteristics (smart and friendly)

Pada bagian ini guru dapat mengajak siswa memerhatikan gambar orang dengan ciri fisik yang berbeda dan dibimbing membuat kalimat. -

What do you think the most unique animal you find in your favorite cartoons?

·

-

What animal do you like the most?

-

Why do people like to keep animal?

-

Dst.

Sebagai pengantar untuk menyebutkan tujuan pembelajaran di atas, guru dapat mengatakan bahwa kita perlu memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengimplementasikan, mengomunikasikan, memaparkan, kekaguman atau kebanggaan kita pada suatu objek secara meyakinkan, yaitu dengan cara mendeskripsikan objek tersebut. -

Busy family need a helper at home. One and the most reliable is the need

http://facebook.com/indonesiapustaka

for a helper. Unfortunately, helper nowadays is not easy to find, isn’t it? -

What do you think about robotic helper? Look, everybody. We have just invented a robotic helper.What do you think it can do around the house? The purpose is for the students to use language expressions for describing someone or animals or things.

2 | Asesmen Projek

29

-

What do we describe our pet for? What do we describe our house for? Who has a cat? What do we describe our pet for? Yes, we describe them because we want to... (siswa diminta untuk membaca bersama guru tujuan yang tertera di halaman tersebut).

·

Mengasosiasikan Mengerjakan projek.

·

Mengomunikasikan

·

Mempresentasikan produk akhir projek (didahului dengan menulis artikel dalam sebuah majalah dinding secara bersama-sama tentang deskripsi robot).

Penilaian Penilaian dikenakan terhadap ketiga tahapan projek yaitu perencanaan, proses pelaksanaan, dan penilaian terhadap laporan atau produk, sebagaimana ditampilkan berikut ini: Project Assessment Skor (1 – 5)

http://facebook.com/indonesiapustaka

No Kriteria Planning Phase 1 Kreativitas siswa dalam menentukan topik Upaya siswa melakukan investigasi/penelitian untuk mempersiapkan 2 materi yang sesuai dengan topik Rata-rata Skor Developing Phase 3 Keaktifan siswa dalam berdiskusi 4 Komunikasi siswa sesama anggota kelompok Kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari 5 guru 6 Kemampuan siswa dalam menerima masukan dari teman saat berdiskusi 7 Kerja sama kelompok dalam mengerjakan projek 8 Kemampuan siswa dalam mengelola waktu Rata-rata Skor

30

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Final Phase (presentasi) 9 Sistematika presentasi 10 Pembagian tugas anggota kelompok dalam presentasi 11 Bahasa (kosakata dan tata bahasa) dalam presentasi 12 Kefasihan/kelancaran dalam presentasi 13 Kemampuan untuk menekankan keunggulan projek yang dikembangkan Rata-rata Skor

Penentuan Skor Akhir Tahapan

Planning Phase Developing Phase Final Phase (Presentasi)

Bobot

Rata-rata Skor

Bobot x Rata-rata Skor

1 2 3 JUMLAH Skor Akhir (Jumlah / 3)

Deskripsi:

http://facebook.com/indonesiapustaka

Planning Phase 1. Kemampuan siswa dalam memilih topik Skor 5 Topik yang dikembangkan sangat sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh. Skor 4 Topik yang dikembangkan sesuai dengan materi pelajaran yang akan diperoleh. Skor 3 Topik yang dikembangkan cukup sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh. Skor 2 Topik yang dikembangkan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh.

C. Merancang PjBL Dengan Penekanan pada Keterampilan Berbahasa Produktif Dalam merancang projek pembelajaran bahasa Inggris, bisa dipastikan semua keterampilan berbahasa akan terpakai secara proporsional. Pada saat siswa harus melakukan eksplorasi dan investigasi mereka pasti membaca

2 | Asesmen Projek

31

berbagai sumber (reading activity). Mereka banyak berdiskusi dan dalam hal ini mereka diwajibkan berbahasa Inggris (speaking dan listening activity). Selanjutnya dalam merancang design project, mereka banyak menulis (writing activity). Pada tahap akhir mereka harus mempresentasikan projek mereka (speaking dan listening activity). Walaupun PjBL sudah melibatkan keempat keterampilan berbahasa, namun dalam merencanakan pembelajaran, terkadang guru ingin menekankan pada kompetensi salah satu keterampilan berbahasa, terutama keterampilan berbahasa produktif (speaking dan writing). Untuk itu perlu diberi contoh bagaimana rancangan PjBL yang menekankan pada kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa produktif.



PjBL Dengan Target Pengembangan Keterampilan Berbicara (Speaking Skills) Seperti telah diketahui secara universal, kemampuan berbicara

dianggap sebagai bagian penting dalam pembelajaran bahasa. Sama seperti keterampilan lainnya, keterampilan berbicara juga mengambil bagian yang dominan dalam menentukan apakah seseorang dianggap berhasil atau tidak dalam menguasai bahasa. Nunan (1987) menyatakan bahwa keterampilan berbicara melibatkan kemampuan mengucapkan suara khas dari bahasa jelas, menggunakan stres, pola berirama, dan pola intonasi bahasa dalam cara yang baik, menggunakan bentuk yang benar dari kata-kata, menempatkan kata-kata bersama-sama dalam yang benar kata order, menggunakan kosakata tepat, menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi dan hubungan dengan mitra

http://facebook.com/indonesiapustaka

percakapan, membuat pendengar menjadi jelas bagi konstituen kalimat utama, membuat ide-ide utama berdiri keluar dari ide atau informasi pendukung, dan membuat wacana menggantung bersama-sama sehingga orang dapat mengikuti apa yang dikatakan pembicara. Oleh karena itu, untuk memiliki kemampuan berbicara yang ideal terhadap suatu bahasa, adalah hal yang penting untuk memenuhi kritera-kriteria tersebut.

32

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan berbicara siswa, khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka diperlukan jenis asesmen yang sesuai. Di mana asesmen tersebut tidak hanya berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara, tetapi juga sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan di kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, asesmen berbasis projek (project assessment) merupakan salah satu jenis asesmen yang cocok diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa, khususnya untuk kegiatan berbicara. Penilaian berbasis projek adalah jenis penilaian di mana siswa melakukan investigasi yang mendalam terhadap suatu topik nyata (Marhaeni, 2012). Menurut Doppelt (2003) seperti dikutip dalam Gulbahar & Tinmaz (2006) dalam penilaian berbasis projek, siswa mengerjakan sebuah projek baik secara individu maupun kelompok yang mendukung keterlibatan dalam pemecahan masalah. Proses pembelajaran dengan projek berhubungan dengan konteks kehidupan nyata, yang sifatnya lebih bermakna. Akibatnya, pengetahuan mudah diterima. Penilaian projek dalam pembelajaran bahasa juga mencakup aspek linguistik dan non linguistik. Oleh karena itu, perangkat instrumen asesmen projek dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris ini, terdiri dari aspek linguistik yang mencakup: (a) kejelasan dan ketepatan dalam mengucapkan kata (pronunciation), (b) ketepatan dalam menggunakan tata bahasa (grammar), (c) kosakata yang digunakan dalam percakapan (vocabulary), (d) kefasihan dalam bicara dan tata bahasa (fluency) dan (e) kemampuan memahami percakapan/teks (comprehension). Aspek non linguistik meliputi: (a) pengelolaan diri yang dinilai dari kemampuan siswa dalam mengembangkan topik, mempersiapkan materi http://facebook.com/indonesiapustaka

yang sesuai dengan topik, dan mengelola waktu, (b) komunikasi yang mencakup keaktifan siswa dalam berdiskusi dan komunikasi siswa sesama anggota kelompok, (c) rasa hormat yang dinilai dari kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru maupun teman saat berdiskusi, dan (d) kerja sama kelompok dalam mengerjakan tugas. Aspek-aspek tersebut diamati sepanjang proses pengerjaan projek yang diawali oleh fase persiapan, pengembangan, hinggga fase akhir. 2 | Asesmen Projek

33

Berdasarkan kriteria dari asesmen projek yang di dalamnya mencakup aspek linguistik dan non-linguistik, maka dikembangkan seperangkat instrumen asesmen projek dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris untuk kelas VIII. Perangkat asesmen berbasis projek ini mencakup empat kompetensi dasar untuk kemampuan berbicara yang telah dikembangkan menjadi 12 produk instrumen asesmen projek. •

Petunjuk Penggunaan Instrumen Perangkat instrumen asesmen berbasis projek dalam pembelajaran

berbicara ini dapat diaplikasikan dengan mengikuti petunjuk penggunaan sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan secara detail tentang tugas projek yang akan dikerjakan siswa baik secara individu, berpasangan, maupun berkelompok. Hal ini mencakup topik, langkah-langkah pengerjaan, format, maupun kriteria penilaian. 2) Dalam melakukan penilaian dengan menggunakan instrumen asesmen berbasis projek pada pembelajaran berbicara, guru melakukan pengamatan terhadap kinerja siswa baik secara individu, berpasangan, maupun kelompok yang diawali dari fase perencanaan (planning), pengembangan (developing) dan akhir (final). 3) Pada fase perencanaan (planning), guru melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mengembangkan topik serta dalam mempersiapkan materi yang sesuai dengan topik. Masing-masing kriteria diberi skor dengan skala 1-5 berdasarkan deskripsi yang ada. Skor dari masing-masing kriteria tersebut kemudian dirata-ratakan.

http://facebook.com/indonesiapustaka

4) Pada fase pengembangan (developing), guru melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa dalam berdiskusi, komunikasi dengan sesama anggota kelompok, kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru maupun teman saat berdiskusi, kerja sama kelompok dalam mengerjakan tugas dan pengelolaan waktu. Masing-masing kriteria diberi skor dengan skala 1-5 berdasarkan

34

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

deskripsi yang ada. Skor dari masing-masing kriteria tersebut kemudian dirata-ratakan. 5) Pada fase akhir (final), guru melakukan penilaian terhadap aspekaspek linguistik siswa yang mencakup kejelasan dan ketepatan dalam mengucapkan kata, ketepatan dalam menggunakan tata bahasa, kosakata yang digunakan dalam percakapan/teks, kefasihan dalam berbicara dan kemampuan siswa dalam memahami percakapan. Masing-masing kriteria diberi skor dengan skala 1-5 berdasarkan deskripsi yang ada. Skor dari masing-masing kriteria tersebut kemudian dirata-ratakan. 6) Rata-rata skor dari masing-masing fase kemudian dikalikan dengan bobotnya. Di mana, fase persiapan (planning) memiliki bobot 1, fase pengembangan (developing) memiliki bobot 2, dan fase akhir (final) memiliki bobot 3. Hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi 3 untuk memperoleh nilai akhir siswa. Hasil dari penggunaan perangkat instrumen asesmen berbasis projek ini memiliki beberapa manfaat bagi guru dan bagi pembelajaran berbicara, khususnya dalam bahasa Inggris. Manfaat-manfaat tersebut antara lain: 1) Guru dapat mengukur kemampuan berbicara siswa secara objektif, akurat dan terarah dengan menggunakan instrumen asesmen berbasis projek. 2) Guru dapat melakukan penilaian yang mencakup aspek linguistik dan non linguistik secara bersamaan dengan menggunakan instrumen asesmen berbasis projek. 3) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik bagi http://facebook.com/indonesiapustaka

siswa karena dalam implementasi asesmen berbasis projek siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kreativitas dan inovasi yang dimiliki. 4) Pemanfaatan instrumen asesmen berbasis projek dapat menjadi salah satu referensi bagi guru untuk mengembangkan rencana pembelajaran selanjutnya.

2 | Asesmen Projek

35

Penilaian Kemampuan Berbicara dalam Pembelajaran Berbasis Projek Project Assessment untuk Kegiatan Berbicara KD

:

3.1

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi, menolak jasa, mengakui dan mengingkari fakta, dan memberi, dan menolak pendapat.

Indikator

:

3.1.1 Siswa mampu menawarkan barang dan jasa. 3.1.2 Siswa mampu merespons ekspresi penawaran barang dan jasa.

1)

Project Assessment Checklist untuk Siswa Nama Siswa : Kelas

:

Tanggal

:

Ketentuan pemberian respons terhadap pernyataan dalam penilaian diri: 1.

Siswa/siswi diminta memberikan respons terhadap setiap pernyataan pada checklist penilaian diri ini, dengan memberikan tanda (√) pada salah satu kolom respons yang tersedia.

2.

Setiap pernyataan hanya direspons dengan satu tanda (√)

http://facebook.com/indonesiapustaka

sesuai dengan pilihan siswa/siswi berdasarkan pengamatan, pemahaman, pengalaman, dan apa yang dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

36

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Project Assessment Checklist1 No

Respons

Pernyataan

Ya

Tidak

A. Aspek Linguistik Planning Phase 1

Saya mampu mengembangkan topik

2

Saya mampu mempersiapkan materi yang sesuai dengan topik

Developing Phase 3

Saya aktif dalam berdiskusi

4

Saya mampu berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok

5

Saya memahami petunjuk atau masukan dari guru

6

Saya menerima masukan dari teman saat berdiskusi

7

Saya mampu bekerja sama dengan kelompok dalam mengerjakan tugas

8

Saya mampu mengelola waktu dengan baik

B. Aspek Non-Linguistik Final Phase (Speaking Performance) 9

Saya mampu mengucapkan kata dengan jelas dan tepat

10

Saya mampu menggunakan tata bahasa yang tepat

11

Saya mampu menggunakan kosakata yang tepat dalam percakapan

12

Saya fasih dalam berbicara

13

Saya mampu memahami percakapan

2)

Project Assessment Instrument untuk Guru Nama Siswa : Kelas

:

Tanggal

:

http://facebook.com/indonesiapustaka

Ketentuan pemberian skor terhadap kriteria penilaian untuk siswa: 1.

Guru diharapkan untuk memberikan skor (1-5) terhadap setiap kriteria pada kolom penilaian ini berdasarkan deskripsi yang telah diberikan untuk setiap skala nilai.

2.

Setiap kriteria diberi nilai sesuai dengan pengamatan yang dilakukan guru terhadap siswa.

2 | Asesmen Projek

37

3.

Penentuan skor akhir siswa dilakukan berdasarkan jumlah nilai ratarata yang telah dikalikan dengan bobot masing-masing komponen penilaian kemudian dibagi 3.

Project Assessment Rubric 1 No

Kriteria

A. Aspek Linguistik Planning Phase 1

Kemampuan siswa dalam mengembangkan topik

2

Kemampuan siswa dalam mempersiapkan materi yang sesuai dengan topik

3

Kemampuan siswa merancang desain produk yang sesuai dengan penugasan PBL Rata-rata Skor

Developing Phase 3

Keaktifan siswa dalam berdiskusi

4

Komunikasi siswa sesama anggota kelompok

5

Kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru

6

Kemampuan siswa dalam menerima masukan dari teman saat berdiskusi

7

Kerja sama kelompok dalam mengerjakan tugas

8

Kemampuan siswa dalam mengelola waktu Rata-rata Skor

B. Aspek Non-Linguistik Final Phase (Speaking Performance) 9

Kejelasan dan ketepatan dalam mengucapkan kata

10

Ketepatan dalam menggunakan tata bahasa

11

Kesesuaian pilihan kata dengan makna yang disampaikan

12

Kefasihan dalam berbicara

13

Kemampuan siswa dalam memahami pertanyaan atau masukan

http://facebook.com/indonesiapustaka

Rata-rata Skor

38

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Skor (1 – 5)

Penentuan Skor Akhir Tahapan

Bobot

Planning Phase

1

Developing Phase

2

Final Phase (Speaking Performance)

3

Rata-rata Skor

Bobot x Rata-rata Skor

JUMLAH Skor Akhir (Jumlah / 3)

Deskripsi: Planning Phase 1.

http://facebook.com/indonesiapustaka

2.

Kemampuan siswa dalam memilih topik Skor 5 Topik yang dikembangkan sangat sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh Skor 4 Topik yang dikembangkan sesuai dengan materi pelajaran yang akan diperoleh Skor 3 Topik yang dikembangkan cukup sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh Skor 2

Topik yang dikembangkan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh

Skor 1

Topik yang dikembangkan sangat tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh

Kemampuan siswa dalam mempersiapkan materi yang sesuai dengan topik Skor 5 Persiapan materi yang sangat bagus dan kaya akan materi Skor 4 Persiapan materi yang bagus dan kurang kaya akan materi Skor 3 Persiapan materi yang cukup bagus dan cukup kaya akan materi Skor 2 Persiapan materi yang tidak bagus dan miskin akan materi Skor 1 Persiapan materi yang sangat tidak bagus dan sangat miskin akan materi

2 | Asesmen Projek

39

http://facebook.com/indonesiapustaka

Developing Phase 3.

Keaktifan siswa dalam berdiskusi Skor 5 Siswa sangat aktif dalam berdiskusi Skor 4 Siswa aktif dalam berdiskusi Skor 3 Siswa cukup aktif dalam berdiskusi Skor 2 Siswa tidak aktif dalam berdiskusi Skor 1 Siswa sangat tidak aktif dalam berdiskusi

4.

Komunikasi siswa sesama anggota kelompok Skor 5 Komunikasi siswa sangat bagus antar anggota kelompok Skor 4 Komunikasi siswa bagus antar anggota kelompok Skor 3 Komunikasi siswa cukup bagus antar anggota kelompok Skor 2 Komunikasi siswa tidak bagus antar anggota kelompok Skor 1 Komunikasi siswa sangat tidak bagus antar anggota kelompok

5.

Kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru Skor 5 Siswa sangat memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru Skor 4 Siswa memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru Skor 3 Siswa cukup memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru Skor 2 Siswa tidak memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru Skor 1 Siswa sangat tidak memerhatikan petunjuk atau masukan dari guru

6.

Kemampuan siswa dalam menerima masukan dari teman saat berdiskusi Skor 5 Siswa sangat memerhatikan dan sangat menerima masukan dari teman Skor 4 Siswa memerhatikan dan menerima masukan dari teman Skor 3 Siswa cukup memerhatikan dan cukup menerima masukan dari teman

40

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Skor 2 Skor 1

Siswa tidak memerhatikan dan tidak mau menerima masukan dari teman Siswa sangat tidak memerhatikan dan sangat tidak menerima masukan dari teman

7.

Kerja sama kelompok dalam mengerjakan tugas Skor 5 Kerja sama kelompok yang sangat bagus Skor 4 Kerja sama kelompok yang bagus Skor 3 Kerja sama kelompok yang cukup bagus Skor 2 Kerja sama kelompok yang tidak bagus Skor 1 Kerja sama kelompok yang sangat tidak bagus

8.

Kemampuan siswa dalam mengelola waktu Skor 5 Pengelolaan waktu yang sangat baik Skor 4 Pengelolaan waktu yang baik Skor 3 Pengelolaan waktu yang cukup baik Skor 2 Skor 1

Pengelolaan waktu yang tidak baik Pengelolaan waktu yang sangat tidak baik

http://facebook.com/indonesiapustaka

Final Phase (Speaking Performance) 9.

Kejelasan dan ketepatan dalam mengucapkan kata Skor 5 Mudah dimengerti dan memiliki aksen seperti pembicara asli Skor 4 Mudah dimengerti walapun dengan aksen yang tidak biasa Skor 3 Memiliki masalah dalam pengucapan kata dan pendengar harus berkonsentrasi Skor 2 Sulit untuk dimengerti karena pengucapannya bermasalah dan sering diulang Skor 1 Tidak bisa bicara dan hanya diam

10.

Ketepatan dalam menggunakan tata bahasa Skor 5 Sedikit masalah dalam penggunaan tata bahasa Skor 4 Terkadang memiliki masalah dalam tata bahasa tetapi tidak memengaruhi makna Skor 3 Sering bermasalah dalam tata bahasa dan memengaruhi makna

2 | Asesmen Projek

41

Skor 2 Skor 1 11.

Kosakata yang digunakan dalam percakapan Skor 5 Menggunakan kosakata dan mengungkapkannya seperti pembicara asli Skor 4 Terkadang menggunakan kosakata yang kurang tepat Skor 3 Sering menggunakan kosakata yang tidak tepat Skor 2 Menggunakan kosakata yang salah dan kosakata yang terbatas Skor 1 Kosakata yang sangat terbatas, sehingga tidak bisa berbicara

12.

Kefasihan dalam berbicara Skor 5 Fasih seperti pembicara asli Skor 4 Memiliki sedikit masalah dalam kefasihan Skor 3 Memiliki banyak masalah dalam kefasihan Skor 2 Skor 1

13.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Sangat lemah dalam tata bahasa dan sering terjadi pengulangan Tidak dapat mengerti apa yang dimaksud

42

Ragu-ragu dan sering berhenti saat bicara karena keterbatasan bahasa sering berhenti saat bicara dan tidak bisa melanjutkan pembicaraan

Kemampuan siswa dalam memahami percakapan Skor 5 Mampu memahami keseluruhan percakapan tanpa ada masalah Skor 4 Mampu memahami hampir keseluruhan walaupun mengalami beberapa pengulangan Skor 3 Mampu memahami tujuan percakapan tetapi terkadang bicara sangat cepat dan lambat dengan sedikit pengulangan Skor 2 Susah untuk memahami makna Skor 1 Mengalami kesalahpahaman walaupun percakapan yang sederhana

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Asesmen projek yang digunakan paling banyak dengan model pembelajaran berbasis projek menilai proses dan hasil belajar siswa dalam setiap tahapan pengerjaan projek. Sejak memulai dengan rancangan, mereka sudah harus diarahkan untuk melakukan self asessment yang dikembangkan berpedoman kepada kriteria rancangan projek ideal dari guru. Selain untuk menilai kualitas rancangan, siswa secara sadar diajak untuk berpikir kritis tentang apa yang bisa dilakukan agar project mereka menjadi baik dan sesuai dengan tuntutan tugas. Selanjutnya pada saat mereka dalam proses pengembangan project, guru bisa melakukan asesmen terhadap performance masing-masing anggota dalam bekerja berkelompok. Selanjutnya setelah project selesai, baik siswa maupun guru juga bisa melakukan asesmen. Siswa menggunakan self-assessment untuk menilai produk mereka berdasarkan kriteria projek yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, guru juga bisa melakukan penilaian terhadap

http://facebook.com/indonesiapustaka

produk siswa dengan menggunakan rubrik.

2 | Asesmen Projek

43

http://facebook.com/indonesiapustaka

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Bab 3

ASESMEN KINERJA

Salah satu asesmen autentik yang dipromosikan penggunaannya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah asesmen kinerja. Secara harfiah, asesmen kinerja terdiri atas kata “asesmen” yang berarti penilaian, dan “kinerja” yang berarti aktivitas yang dilakukan (performance). Dalam hal ini penilaian ditujukan kepada peserta didik, khususnya penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam kaitannya dengan tugas yang telah dibuat. Seperti yang dikemukakan oleh Wren (2009) bahwa asesmen kinerja menekankan pada kinerja peserta didik pada penyelesaian tugas-tugas sebagai bentuk implementasi dari pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Lebih lanjut, menurut Marhaeni (2012), ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran. Salah satunya, yaitu pada aspek luaran yang diharapkan (intended outcomes). Menurutnya, asesmen kinerja harus memiliki luaran yang http://facebook.com/indonesiapustaka

teridentifikasinya secara jelas terkait dengan apa yang ingin dicapai, maka dari itu diperlukan adanya rancangan yang jelas sebagai langkah pencapaian luaran yang dimaksud. Selain itu, mempertimbangkan karakteristik asesmen kinerja juga sangat penting dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: tuntutan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban

45

(produk), menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill), penilaian belajar yang berdasarkan atas situasi atau konteks dunia nyata (real life context), serta asesmen kinerja bersifat holistik yang mencakup semua aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada praktiknya, implementasi asesmen kinerja harus memiliki langkah atau prosedur yang jelas serta memenuhi persyaratan, baik dari segi substansi, konstruksi, maupun penggunaan bahasa yang baik dan benar. Adapun kekuatan dari asesmen kinerja adalah kemampuannya dalam melakukan asesmen bukan hanya terkait dengan kemampuan pemahaman peserta didik, tetapi juga kemampuan dalam mengaplikasikan pemahaman dalam bentuk pendemonstrasian secara aktif dalam mengukur keempat keterampilan bahasa peserta didik yang meliputi keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Selain itu, asesmen ini dapat dikatakan asesmen yang paling relevan dalam mengukur kompetensi berbahasa, oleh karena kemampuan seseorang dalam berbahasa hanya dapat terobservasi melalui penampilan dalam mengaktualisasikan bahasa tersebut secara nyata baik lisan ataupun tertulis. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila asesmen kinerja memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis asesmen lainnya. Selanjutnya, pada bab ini akan diuraikan secara lebih terperinci terkait dengan asesmen kinerja yang sering digunakan dalam mengevaluasi peserta didik dalam pembelajaran bahasa Inggris. Adapun sub bab yang dielaborasi meliputi hakikat asesmen kinerja dalam bahasa Inggris, kekuatan dan kelemahan asesmen kinerja, serta implementasi asesmen kinerja dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Inggris (listening, http://facebook.com/indonesiapustaka

speaking, reading, dan writing).

A. Mengenal Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi tentang belajar peserta didik (observasi, rata-

46

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

rata pelaksanaan tes tertulis), serta format penilaian kemajuan belajar (Linn & Gronlund, 1995). Dalam pembelajaran, asesmen menjadi sangat penting untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu proses belajar, dan hasil penilaian juga digunakan untuk merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Menurut Brookhart dan Nitko (2008:3) “Assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that is used for making decisions about students, curricula, programs, schools, and educational policy.” Jadi asesmen dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam membuat keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, sekolah, serta kebijakan pendidikan. Berbagai teknik dapat digunakan oleh guru dalam mengumpulkan informasi untuk membantu sejauh mana peserta didik telah mencapai target pembelajaran, di antaranya melalui pengamatan formal dan informal peserta didik. Uno, dkk. (2012) juga menyatakan bahwa asesmen atau penilaian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting dalam proses pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh seorang guru atau pendidik untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa atau peserta didik. Sedangkan Kusaeri & Suprananto (2012) mendefinisikan penilaian atau asesmen sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang http://facebook.com/indonesiapustaka

telah ditetapkan, baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) maupun keterampilan (psikomotor). Penilaian berarti menilai sesuatu. Menilai merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada suatu kriteria (tolok ukur) seperti baik atau buruk, sehat atau sakit, dan sebagainya. Dengan demikian, penilaian bersifat kualitatif (Sudijono, 2011).

3 | Asesmen Kinerja

47

Penilaian kinerja atau dikenal dalam bahasa Inggris dengan istilah performance assessment merupakan suatu cara untuk mengevaluasi kompetensi Bahasa Inggris peserta didik melalui pemberian tugas (tasks) atau kegiatan (activities) yang harus ditampilkan oleh mereka secara lisan ataupun tertulis. Pada hakikatnya asesmen kinerja muncul sebagai reaksi dari kekurangmampuan peserta didik untuk merealisasikan pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah atau kuliah ke dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh asesmen selama ini yang hanya terbatas pada hafalan teori dan fakta-fakta. Slater (1993) menyatakan bahwa fakta, konsep dan teori merupakan komponen pembelajaran yang penting pada setiap mata pelajaran, namun pengetahuan tentang metode, prosedur dan keterampilan analisis yang sesuai konteks juga sama pentingnya, sehingga peserta didik harus dipersiapkan untuk dapat mengintegrasikan semua pengetahuan tentang fakta, konsep, teori serta metode, prosedur dan keterampilan analisis dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata. Dengan demikian, asesmen yang hanya mengetes ingatan pengetahuan seperti pilihan ganda (multiple choice) tidak cukup untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik secara holistik. Hal ini dikarenakan tes yang digunakan sebagai alat penilaian mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: (1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban tunggal; (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak berfokus pada bagaimana peserta didik memperoleh jawaban; (3) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana peserta didik berpikir; dan (4) umumnya tes pilihan ganda tidak mampu mengukur semua aspek belajar yang diperoleh peserta didik. Maka dari itu, asesmen kinerja diperlukan untuk dapat mengukur kompetensi peserta didik secara lebih objektif, riil, intensif,

http://facebook.com/indonesiapustaka

valid, dan reliabel. Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi, di mana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan dalam berbagai macam konteks (Majid, 2006). Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi peserta didik. Asesmen kinerja dipergunakan untuk menilai kemampuan peserta didik 48

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

melalui pemberian tugas. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respons, baik dalam bentuk lisan atau tulis, menghasilkan karya (produk), maupun menunjukkan penerapan pengetahuan dari peserta didik. Tugas yang diberikan tersebut haruslah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan tentunya memberikan makna bagi peserta didik. Stanford School Redesign Network (2008) memaparkan bahwa asesmen kinerja menggunakan tugas-tugas yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan strategi dengan menciptakan sebuah produk atau hasil. Asesmen kinerja menuntut peserta didik untuk menampilkan tugas atau menghasilkan produk mereka sendiri. Salah satu contohnya adalah menghasilkan sebuah tulisan untuk mengevaluasi kemampuan menulis daripada menjawab sejumlah pertanyaan pilihan ganda tentang tata bahasa atau struktur paragraf. Menurut Wren (2009), asesmen kinerja adalah sebuah metode yang menekankan pada kinerja peserta didik pada penyelesaian tugas-tugas yang dirancang berdasarkan konteks atau kondisi kehidupan nyata, yang mengharuskan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, konsep, atau keterampilan tertentu. Asesmen kinerja merupakan salah satu asesmen autentik, oleh karena dapat mencerminkan karya yang dikerjakan sesuai dengan konteks dunia nyata, misalnya sebuah asesmen kinerja autentik dalam berbicara mengharuskan peserta didik untuk melakukan percakapan yang terjadi pada lokasi tertentu. Nitko (2001) mengemukakan empat karakteristik dari asesmen autentik, yaitu: 1.

Menekankan pada aplikasi: menilai apakah peserta didik dapat menggunakan pengetahuan selain menilai apa yang diketahui.

2.

Memfokuskan pada penilaian langsung, yaitu menilai target

http://facebook.com/indonesiapustaka

pembelajaran yang ingin dicapai secara langsung. 3.

Menggunakan masalah-masalah realistik, yaitu menggunakan tugastugas yang sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

4.

Menekankan pada proses berpikir terbuka, yaitu memberikan tugas-tugas yang mendorong peserta didik untuk menjawab dengan

3 | Asesmen Kinerja

49

lebih dari satu jawaban dengan cara mengekspresikan jawaban yang berbeda, sehingga dalam mengerjakan tugas mereka bisa mengerjakannya dalam beberapa hari, minggu atau bulan. Nitko (2001: 240) lebih lanjut menegaskan bahwa apabila target pembelajaran menghendaki peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengerjakan sebuah tugas atau aktivitas, maka saat itu digunakan asesmen kinerja. McTighe & Ferrata (2010) menegaskan bahwa penilaian kinerja mencari dan mengumpulkan informasi tentang kemampuan peserta didik dalam memahami dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses dalam situasi yang nyata. Koyan (2011) menambahkan bahwa asesmen kinerja merupakan suatu prosedur pemberian tugas untuk memperoleh informasi tentang seberapa baik peserta didik telah belajar. Dalam asesmen kinerja, peserta didik dituntut untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mendemonstrasikan apa yang mereka kerjakan sesuai dengan tujuan atau target pembelajaran. Dengan demikian, tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan tujuan atau target pembelajaran yang ingin dicapai. Lebih jauh Koyan menjelaskan bahwa untuk menilai kinerja peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan berdasarkan format yang telah disediakan (mengamati aspek kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap, dan psikomotorik atau keterampilan). Marhaeni (2012) memaparkan bahwa asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan http://facebook.com/indonesiapustaka

yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja (performance assessment) dikatakan sebagai sebuah penilaian autentik karena dalam asesmen kinerja, peserta didik diharapkan untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, serta melakukan penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan beberapa tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata.

50

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Dengan asesmen kinerja, peserta didik dituntut aktif untuk menemukan dan menampilkan kegiatan. Sesuai dengan teori pembelajaran modern, adalah menjadi kewajiban siswa menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran. Dengan terlibat dalam pembelajaran, mereka akan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya dan lebih termotivasi dalam proses. Jadi, asesmen kinerja tidak hanya membuat peserta didik lebih mandiri, tetapi juga mereka dapat memahami perkembangannya sendiri serta dapat mendorong diri mereka untuk berkinerja lebih baik (Berger, dkk., 2014). Asesmen kinerja dapat menilai tiga ranah hasil belajar sekaligus yang meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) peserta didik (Koyan, 2011). Penilaian ini memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “mengetahui bagaimana melakukan sesuatu” dengan “mampu secara nyata melakukan hal tersebut”. Sebagai contoh, seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan tenses secara teoretis, belum tentu dapat mengimplementasikan tenses tersebut menjadi struktur kalimat yang baik ke dalam komunikasi sehari-hari. Popham (1995:141) menegaskan bahwa asesmen kinerja adalah situasi terstruktur untuk mempresentasikan materi, informasi dan tindakan yang mendorong individu untuk menghasilkan sebuah respons berupa produk, yang kualitasnya dinilai berdasarkan standar yang jelas (explicit standard). Dari definisi Popham tersebut, terdapat empat elemen penting yang harus dipenuhi dalam asesmen kinerja, sebagai berikut: 1.

Setiap tugas harus terjadi pada “situasi terstruktur”, yang artinya

http://facebook.com/indonesiapustaka

bahwa tugas harus disusun berdasarkan waktu, ruang dan akses materi. Dengan struktur yang baku ini, asesmen dapat digunakan pada peserta didik lainnya. Oleh karena itu, semua peserta didik dapat menggunakan pola asesmen baku yang sama, yang menyebabkan hasil kinerjanya dapat dibandingkan.

3 | Asesmen Kinerja

51

2.

Setiap asesmen kinerja mengandung beberapa jenis materi atau informasi yang menyediakan dasar atas suatu respons. Dalam hal ini, asesmen kinerja dapat dikatakan sangat serupa dengan item pilihan ganda. Tidak seperti asesmen tradisional, respons peserta didik tidak dibatasi dalam empat sampai lima pilihan ganda. Asesmen kinerja memberikan kebebasan atau mengarahkan peserta didik untuk memberikan respons atau jawaban yang lebih kompleks, mendalam, dan bervariasi.

3.

Tugas harus memberikan arahan yang mengindikasikan hakikat respons yang diharapkan. Arah pertanyaan harus jelas dan eksplisit, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau interpretasi yang berbeda di antaranya peserta didik yang mengerjakan tugas. Jenis pertanyaan biasanya pertanyaan terbuka, sehingga jawaban yang dikehendaki dapat lebih luas dari respons atau jawaban pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan tidak jelas (kabur) yang dapat memicu interpretasi yang berbeda dari peserta didik harus sedapat mungkin dihindari.

4.

Tugas harus membuat peserta didik memberikan jawaban atau respons yang dapat dinilai (diberikan skor) berdasarkan sejumlah standar yang jelas. Standar tersebut harus sudah dibuat dengan jelas, sebelum asesmen dilakukan. Apabila guru tidak mampu mengembangkan atau menentukan tugas yang mengarahkan peserta didik untuk merespons dengan baik, maka tugas yang diberikan sudah pasti tidak dapat mengukur sesuatu dengan jelas. Oleh karena itu, standar penskoran dalam bentuk rubrik harus dikembangkan dan disusun sesuai dengan

http://facebook.com/indonesiapustaka

jawaban atau respons yang diharapkan dari sebuah tugas. Marhaeni (2012:12) juga menjelaskan beberapa fitur yang harus diperhatikan untuk melaksanakan sebuah asesmen kinerja yang baik, antara lain: 1.

Luaran yang diharapkan (intended outcomes) harus diidentifikasikan dengan jelas dan luaran tersebut hendaknya dapat mengarahkan rancangan sebuah asesmen kinerja.

52

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

2.

Peserta didik diharapkan mampu mendemonstrasikan penguasaan luaran yang diharapkan (intended outcomes) tersebut dalam merespons tugas-tugas yang diberikan.

3.

Peserta didik harus dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk mengaplikasi pengetahuan dan keterampilan pada situasi riil.

4.

Sejumlah aktivitas berbasis kinerja yang jelas, dan logis harus mampu dibuktikan oleh peserta didik sesuai dengan target yang diharapkan.

5.

Sejumlah kriteria yang jelas harus tersedia untuk menilai tingkat kecakapan (proficiency) peserta didik dalam memberikan respons. Untuk mendukung karakteristik asesmen berbasis kinerja yang telah

dipaparkan sebelumnya, berikut merupakan perbandingan antara asesmen kinerja dengan asesmen tradisional (konvensional) menurut Poerwanti (2010:5) yang dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Perbandingan Antara Asesmen Kinerja dengan Asesmen Konvensional Asesmen Kinerja

Asesmen Konvensional

1. Mementingkan kemampuan siswa 1. Lebih mengutamakan pemahaman konsep dalam menerapkan pengetahuannya peserta didik. menjadi unjuk kerja yang dapat diamai atau produk yang dihasilkan. 2. Membutuhkan waktu yang banyak 2. Membutuhkan waktu yang banyak untuk untuk membuat dan melaksanakan, pelaksanaannya, lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta didik dengan tetapi menghasilkan format penilaian jumlah banyak secara serentak, namun yang dapat digunakan berulang-ulang pada peserta didik yang sama maupun hanya dapat digunakan sekali untuk yang baru. sekelompok peserta didik.

http://facebook.com/indonesiapustaka

3. Memungkinkan untuk mendiagnosis 3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan dan meremidiasi kinerja peserta didik, meremidiasi kinerja peserta didik, namun serta memetakan kemajuan peserta hanya untuk soal uraian terbuka (open didik sepanjang waktu. ended). 4. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk 4. Memfokuskan pembelajaran pada materi kerja peserta didik. pelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi, kriteria, serta perbandingan antara asesmen kinerja dengan asesmen konvensional, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik asesmen berbasis kinerja adalah (1) penilaian berbasis kinerja diimplementasikan dalam bentuk tugas-tugas (tasks) untuk

3 | Asesmen Kinerja

53

menerapkan pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis; (2) asesmen kinerja menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban (produk); (3) asesmen kinerja mengharuskan peserta didik untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan; (4) asesmen kinerja merujuk pada suatu penilaian belajar yang berdasarkan atas situasi atau konteks dunia nyata (real life context), di mana memungkinkan satu masalah untuk memiliki lebih dari satu macam solusi; (5) proses asesmen kinerja harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran; dan (6) proses penilaian menggunakan asesmen kinerja bersifat holistik yang mencakup semua aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pelaksanaannya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian, dikatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan dalam asesmen kinerja harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1.

substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2.

konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan

3.

penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Selain itu, dalam pelaksanaannya, proses asesmen kinerja pada

pembelajaran juga harus berpedoman pada beberapa prinsip dasar yang wajib diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian hasil belajar. http://facebook.com/indonesiapustaka

Sudarwan & Retnawati (2014:3) mengungkapkan bahwa secara umum terdapat enam prinsip dasar instrumen yang digunakan dalam asesmen, di antaranya: 1.

Prinsip validitas Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa, dalam melakukan penilaian harus menilai apa yang seharusnya dinilai dan

54

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. 2.

Prinsip reliabilitas Pengertian reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian. Penilaian yang baik memungkinkan perbandingan yang reliabel, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Misalnya, dalam menilai unjuk kerja, penilaian akan dikatakan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama, apabila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin reliabilitas suatu asesmen, petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.

3.

Fokus pada kompetensi Tentunya dapat dipahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya. Pada kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk dapat mencapai hal tersebut, penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, di mana penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu (Sudarwan & Retnawati, 2014:4).

4.

Prinsip komprehensif Dalam proses pembelajaran, sebagai pendidik pasti telah menyusun rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar

http://facebook.com/indonesiapustaka

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik serta indikator yang menggambarkan keberhasilannya (Sudarwan & Retnawati, 2014:4). Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik.

3 | Asesmen Kinerja

55

5.

Prinsip objektivitas Objektif dalam konteks penilaian di kelas adalah proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subjektif dari penilai. Dalam implementasinya, penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).

6.

Prinsip mendidik Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi atau menghukum peserta didik (lulus atau tidak lulus), tetapi untuk mendiferensiasi peserta didik (sejauh mana seorang peserta didik membuat kemajuan atau posisi masing-masing peserta didik dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan peserta didik, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, di mana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal (Sudarwan & Retnawati, 2014:4). Setelah instrumen penilaian dalam asesmen kinerja memenuhi

http://facebook.com/indonesiapustaka

persyaratan yang diperlukan, para evaluator harus memerhatikan beberapa kriteria untuk mengetahui apakah asesmen kinerja (performance assessment) dapat dianggap berkualitas atau tidak. Menurut Stiggin (1994), salah satu karakteristik asesmen kinerja yang berkualitas adalah penilaian tersebut dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu hingga proses tersebut berakhir. Norman (dalam Mahmudah, 2000:18) menyatakan bahwa karakteristik

56

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

asesmen kinerja adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata; (2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks, sehingga mendorong peserta didik untuk berpikir serta memperoleh solusi yang lebih banyak; (3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; dan (4) dalam penilaian menggunakan asesmen kinerja lebih ditekankan pada pertimbangan evaluator. Mulyasa (dalam Sudaryono, 2012) mengemukakan bahwa asesmen kinerja juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: 1.

Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2.

Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

3.

Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

4.

Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

5.

Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati. Popham (1995:147) memaparkan tujuh kriteria yang digunakan untuk

mengetahui kualitas suatu asesmen kinerja. Ketujuh kriteria tersebut yaitu: 1.

Generalisasi (Generalisation) Hasil asesmen kinerja yang dilakukan harus dapat digeneralisasikan dengan penilaian yang lain. Dalam hal ini, unjuk kerja (performance) peserta didik pada tugas yang dikerjakan berlaku untuk tugas yang

http://facebook.com/indonesiapustaka

sejenis. Tugas tersebut dapat dikatakan baik, apabila tugas-tugas yang diberikan dalam rangka asesmen kinerja (performance assessment) dapat digeneralisasikan (dapat dibandingkan) dengan tugas yang lainnya. 2.

Autentik (Authenticity) Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktik kehidupan sehari-hari. Dengan

3 | Asesmen Kinerja

57

kata lain, asesmen kinerja yang dilakukan harus mencerminkan konteks kehidupan nyata (real life context). 3.

Lebih dari Satu Fokus (Multiple Focus) Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes). Dengan kata lain, asesmen kinerja tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur penilaian berbagai hasil belajar.

4.

Dapat Diterapkan (Applicability) Asesmen kinerja dapat dikatakan sebagai alat penilaian yang tepat dan berkualitas, apabila asesmen tersebut dapat diterapkan kepada semua peserta didik untuk mengukur hasil proses belajar.

5.

Adil (Fairness) Tugas yang diberikan haruslah adil (fair) untuk semua peserta didik. Jadi, tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan serta tidak bisa untuk semua kelompok peserta didik, terlepas dari jenis kelamin, suku bangsa, agama, maupun status sosial ekonomi yang dimiliki. Jadi, asesmen kinerja harus memberikan penilaian yang merata sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

6.

Praktis (Feasibility) Tugas-tugas yang diberikan dalam asesmen kinerja (performance assessment) haruslah relevan dan dapat dilaksanakan, mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, maupun peralatan yang digunakan. Dengan kata lain, asesmen kinerja tersebut dapat digunakan karena ekonomis, praktis, dan efisien.

7.

Berbasis skor (Score-based)

http://facebook.com/indonesiapustaka

Salah satu hal yang sensitif dari asesmen kinerja (performance assessment) adalah penilaiannya. Tugas yang diberikan harus dapat dinilai dengan akurat dan reliabel. Dengan kata lain, asesmen kinerja wajib menggunakan prosedur penilaian yang jelas agar dapat mempertanggungjawabkan skor yang diberikan.

58

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Asesmen kinerja dipergunakan oleh para guru untuk menilai tidak hanya kompetensi kognitif peserta didik, namun juga kompetensi psikomotor yang dimiliki. Slater (1993:3) memaparkan pula beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam menggunakan asesmen kinerja: 1.

Tujuan Diagnosis (Diagnostic Purposes) Apabila melaksanakan asesmen kinerja di awal pembelajaran, hasil asesmen kinerja dapat membantu guru dalam mengorganisasikan pelajaran. Asesmen kinerja dapat memberikan informasi kepada guru terkait dengan materi apa dan di bagian mana yang harus diberikan perhatian khusus. Asesmen ini dapat menjawab beberapa pertanyaan guru sehubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik yang perlu dipecahkan. Informasi ini penting sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah yang diterapkan dalam mempersiapkan pembelajaran.

2.

Tujuan Instruksional (Instructional Purposes) Sebuah asesmen kinerja yang baik sering tidak dapat dibedakan dari aktivitas pembelajaran, kecuali dalam hal standardisasi dan penskoran. Dalam hal tersebut, sebuah asesmen kinerja yang mempraktikkan tugas-tugas autentik dapat digunakan sebagai aktivitas pembelajaran atau aktivitas asesmen. Apabila tugas asesmen digunakan sedemikian rupa di mana peserta didik tidak tahu bahwa tugas tersebut dinilai, maka tugas tersebut disebut dengan tugas tambahan (embedded task).

3.

Tujuan Monitoring (Monitoring Purposes) Tujuan dari sebuah asesmen kinerja adalah untuk menilai tingkat kompetensi yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, strategi

http://facebook.com/indonesiapustaka

asesmen kinerja dapat digunakan untuk memonitor keterampilan memproses dari peserta didik (students’ process skills) dan pendekatan dalam memecahkan masalah (problem solving approaches). Menurut Marhaeni, dkk. (2012:11), terdapat tiga komponen utama asesmen kinerja yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Ketiga komponen tersebut adalah:

3 | Asesmen Kinerja

59

1.

Tugas Kinerja (Performance Task) Marhaeni, dkk. (2012) menyatakan bahwa tugas kinerja adalah seperangkat tugas yang mengandung topik, standar tugas, deskripsi tugas dan persyaratan yang dibutuhkan oleh tugas tersebut. Tugas-tugas kinerja tersebut dapat berupa suatu projek, pameran, portofolio, ataupun tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menangani hal-hal kompleks, melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk yang nyata. Widiani, dkk. (2014:3) menegaskan tugas-tugas tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk seperti (1) computer adaptive testing, yakni tes yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuannya yang nyata; (2) tes pilihan ganda yang diperluas (extended multiple choice), di mana tes objektif ini mengharapkan peserta didik untuk berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban objektif tersebut sebagai jawaban yang benar; (3) extended-response atau open ended question, tes ini dapat dikatakan serupa dengan extended multiple choice, di mana peserta didik diharapkan untuk memberi alasan atas jawaban yang diberikan; (4) group performance assessment, di mana tugas ini menuntut peserta didik untuk mengerjakan projek atau tugas tersebut secara berkelompok; (5) individual performance assessment, yakni tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri oleh peserta didik, misalnya kegiatan membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet; (6) interview, yaitu suatu tes di mana peserta didik dituntut untuk memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru; (7) observasi, yaitu proses di mana guru akan mengamati peserta didik

http://facebook.com/indonesiapustaka

selama melaksanakan suatu tugas tertentu; (8) portofolio, yakni satu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan; (9) projek, pameran, atau demonstrasi, di mana peserta didik diharapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu,untuk memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan

60

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

tertentu pula; (10) short answer, yakni suatu tes yang menuntut jawaban singkat dari peserta didik, namun bukan memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Menurut Nur (dalam Poerwanti, 2010:4), terdapat beberapa kriteria agar tugas-tugas kinerja dapat dikatakan sebagai alat evaluasi yang valid, yakni (1) memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting, (2) sesuai dengan isi kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja, (4) melibatkan peserta didik, (5) mengaktifkan kemauan peserta didik untuk bekerja, (6) layak, pantas, dan adil untuk seluruh peserta didik, (7) adanya keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja individu,(8) terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman, (9) memiliki proses dan produk yang autentik, (10) memasukkan penilaian diri, dan (11) memungkinkan umpan balik dari orang lain. Dalam merancang suatu tugas kinerja, Cody (1996:12) mengungkapkan bahwa terdapat enam tahapan yang harus dipenuhi, yaitu (1) fokus tugas terletak pada keputusan mengenai apa yang peserta didik harus pelajari dan bagaimana peserta didik dapat membuktikan bahwa mereka telah berhasil mempelajarinya, (2) untuk mengetahui apa tujuan pembelajaran peserta didik dalam item asesmen, sebuah konteks atau topik harus disusun, (3) guru harus menyusun petunjuk bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang dimaksud, selanjutnya (4) guru mengidentifikasi pelaku tugas atau peserta didik, (5) guru mengembangkan panduan penilaian yang akan membantu guru dalam menilai performa atau kinerja peserta didik, dan (6) tugas http://facebook.com/indonesiapustaka

harus di-review dan direvisi. Hal lainnya yang patut diperhatikan adalah tahapan ini merupakan proses perencanaan yang membutuhkan proses kreatif, revisi, peninjauan (revisiting) dan pembuatan kembali (recreating)yang konsisten. Hal ini memiliki maksud bahwa guru harus kembali secara konstan dan berulang-ulang pada bagian-bagian tugas yang dikembangkan sebelumnya. Tugas kinerja yang efektif juga harus

3 | Asesmen Kinerja

61

direncanakan dengan baik. Meskipun tugas kinerja yang baik tidak akan menjamin bahwa peserta didik akan berhasil mencapai semua tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru, namun tugas kinerja yang kurang baik sudah pasti akan menciptakan suatu kegagalan baik bagi guru maupun peserta didik. Kesimpulannya, tugas kinerja merupakan seperangkat tugas yang diberikan kepada peserta didik, yang mana tugas tersebut mengandung topik, standar, deskripsi, dan persyaratan tugas. Tugas kinerja harus direncanakan secara matang dan cermat untuk mencapai hasil dan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2.

Rubrik Kinerja (Performance Rubric) Untuk melaksanakan penilaian berbasis kinerja hasil belajar diperlukan rubrik. Marhaeni, dkk. (2012) menyatakan bahwa rubrik kinerja mengandung beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang ideal. Manfaat rubrik sebagai pedoman penskoran adalah sebagai alat untuk memberikan nilai yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas peserta didik. Lund & Tannehill (2005) memaparkan bahwa rubrik merupakan skala penskoran yang digunakan untuk mengamati dan menilai hasil kinerja peserta didik. Setiap komponen rubrik memuat deskripsi yang membantu guru dalam menilai komponen-komponen tersebut. Tujuan disusunnya rubrik kinerja ini adalah untuk menilai kinerja dari peserta didik. Rubrik kinerja juga membantu guru dalam menjelaskan kualitas komponen (kompetensi) yang harus dimiliki peserta didik. Poin ini sering diungkapkan dalam bentuk pemahaman peserta didik dalam memahami tujuan pembelajaran serta kriteria

http://facebook.com/indonesiapustaka

kesuksesan pembelajaran. Rubrik membantu guru dalam mengajar, mengkoordinasikan instruksi dan penilaian, serta membantu peserta didik untuk belajar (Brookhart & Nitko, 2008). Menurut Suhelayanti (2011:6), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian unjuk kerja, yaitu (1)

62

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

jenis kriteria. Perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak kriteria yang dipertimbangkan banyak memakan waktu untuk proses penilaian. Namun, jika kriteria yang diinginkan terlalu sedikit, hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memberikan informasi dalam memperbaiki unjuk kerja siswa; (2) sub kriteria; (3) skala penilaian. Dalam skala penilaian perlu dipertimbangkan bahwa semakin besar skalanya, maka akan banyak memakan waktu untuk proses penilaian. Umumnya, skala penilaian yang disarankan adalah 5 (1-5) atau skala 6 (1-6); (4) membagi skala untuk batasan memenuhi dan tidak memenuhi, misalnya pada skala 5 (1-5), skala 1 dan 2 dapat dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak memenuhi, skala 3 sebagai cukup memenuhi, skala 4 dan 5 sebagai unjuk kerja yang baik, dan skala 6 sebagai unjuk kerja yang sangat baik; dan (5) pemberian nilai. Berdasarkan rubrik yang telah dibuat, guru dapat menilai tugas unjuk kerja peserta didik. Skor yang diperoleh harus diubah dalam skala angka, misalnya dalam rentangan 0-100. Selain itu, penilai juga harus memerhatikan bobot komponen untuk unjuk kerja siswa, serta bagaimana menghitung skor akhir peserta didik dari nilai yang diperoleh. 3.

Panduan Penilaian (Scoring Guide) Terdapat tiga jenis panduan penilaian menurut Marhaeni (2012). Pertama adalah penilaian holistik (holistic scoring), yakni peserta didik dinilai melalui impresi umum (general impression) guru terhadap kualitas kinerja peserta didik. Kedua adalah penilaian analitik (analytic scoring), yaitu aspek-aspek dari kinerja peserta didik yang terkualifikasi dinilai secara terpisah. Ketiga adalah penilaian karakteristik utama(primary traits scoring), yaitu nilai akan diberikan oleh guru

http://facebook.com/indonesiapustaka

berdasarkan beberapa komponen kinerja peserta didik yang dominan. Cody (1996) memaparkan bahwa mengembangkan panduan penilaian bukan hal yang mudah, namun hal tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak aspek penting dari asesmen kinerja. Ketika tingkat kualitas kinerja peserta didik telah dipaparkan, deskripsi untuk level

3 | Asesmen Kinerja

63

atau tingkat kinerja yang lain juga harus ditulis. Untuk itu, guru harus memutuskan berapa banyak panduan penilaian tingkat kinerja yang dibutuhkan untuk menentukan tingkat kompetensi peserta didik. Ketika menulis deskripsi untuk level kinerja, guru juga harus menulis informasi yang cukup di setiap deskripsi, sehingga nantinya pemberi nilai (scorer) dapat mengobservasi perbedaan dalam kualitas kinerja peserta didik. Jadi dapat dikatakan bahwa panduan penilaian digunakan oleh guru sebagai dasar penilaian dalam tes kinerja. Mengembangkan sebuah panduan penilaian bukan suatu hal yang mudah, namun panduan tersebut wajib disusun sebagai salah satu bagian penting dalam asesmen kinerja.

B. Kekuatan dan Kelemahan Asesmen Kinerja Melaksanakan proses penilaian menggunakan asesmen kinerja dapat memberikan beberapa keuntungan untuk proses belajar mengajar itu sendiri. Sweet (dalam Aggarwal, 2003) memaparkan bahwa asesmen kinerja merupakan penilaian valid untuk menilai pengetahuan ataupun kompetensi peserta didik, serta kemampuan mereka dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penerapan terhadap ilmu yang diperoleh dan juga menetapkan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta menumbuhkan minat dan prestasi belajar mereka dalam belajar (Sudaryono, 2012 & Santosa, 2013). Pengimplementasian asesmen kinerja

http://facebook.com/indonesiapustaka

(performance assessment) dalam proses pembelajaran memberikan manfaat bagi sekolah, yaitu apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar peserta didik, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Dengan kata lain, hasil belajar peserta didik dapat mencerminkan kualitas suatu sekolah (Arikunto, 2008).

64

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Dalam asesmen kinerja, peserta didik diharapkan untuk mendemonstrasikan secara aktif apa yang mereka pahami. Menurut Oberg (dalam Izza, dkk.,2013), pendidik dapat menggunakan penilaian kinerja untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang apa yang peserta didik ketahui dan lakukan. Dengan adanya penilaian kinerja yang dilakukan oleh guru, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan data tersebut, pendidik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga lebih menarik dan melibatkan peserta didik dalam proses penilaian serta proses pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen kinerja dapat mengajak dan memotivasi guru untuk meningkatkan instruksi, serta meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai apa yang perlu mereka pahami dan dapat mereka kerjakan. Dalam menyiapkan peserta didik untuk belajar menggunakan asesmen kinerja, guru diharapkan untuk mendeskripsikan apa yang mereka perlukan dalam penyelesaian tugas, serta standar-standar yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Hal ini membutuhkan deskripsi yang cermat dari komponen-komponen kinerja yang baik. Sebagai hasilnya, guru akan dapat mengetahui peserta didik mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, karena sudah berhasil menguasai materi pelajaran, maupun yang belum berhasil menguasai suatu materi pelajaran, tidak hanya secara kognitif, tetapi juga dari segi afektif maupun psikomotor siswa. Dengan petunjuk ini, guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada peserta didik yang belum berhasil, apalagi jika guru tahu sebab-sebabnya, ia akan dapat memberikan perhatian yang terpusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti, sehingga apa yang diharapkan akan dapat tercapai. http://facebook.com/indonesiapustaka

Selain itu, asesmen kinerja dapat membantu guru agar lebih berhati-hati dalam menentukan aktivitas-aktivitas yang direncanakan dalam proses pembelajaran berikutnya. Selain itu, Lund & Kirl (2010:23) juga menekankan bahwa terdapat beberapa keuntungan dalam melaksanakan asesmen kinerja dalam proses

3 | Asesmen Kinerja

65

pembelajaran. Keuntungan-keuntungan tersebut dipaparkan dalam poinpoin sebagai berikut: 1.

Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alat observasi langsung terhadap pembelajaran peserta didik. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, asesmen kinerja menilai peserta didik melebihi apa yang asesmen tradisional dapat lakukan, contohnya dalam kelas EFL, tujuan guru adalah untuk membantu peserta didik dalam menyapa orang lain (greet people). Dalam asesmen tradisional, proses penilaian dibatasi pada seberapa jauh peserta didik memahami teori pelajaran tersebut. Namun, dalam asesmen kinerja, peserta didik diajak untuk membuat keputusan atas keterampilan apa yang sebaiknya digunakan dan bagaimana menggunakan keterampilan tersebut secara efektif dalam menghadapi permasalahan yang muncul. Jadi, dapat dikatakan bahwa asesmen kinerja merupakan suatu cara yang ampuh untuk mengukur pengetahuan serta kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh dalam menghadapi masalah.

2.

Asesmen yang menarik (interesting assessment). Karena tugas-tugas yang diberikan dalam asesmen kinerja sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, peserta didik menganggap tugas-tugas tersebut lebih menantang dan menyenangkan. Fokus peserta didik tidak hanya belajar untuk memperoleh nilai yang bagus, namun juga dalam aktivitas pembelajaran yang mengajak mereka untuk mengeksplorasi lebih, maupun menggunakan sumber-sumber pembelajaran selain yang diperoleh dari guru dan buku teks. Selain itu, dalam asesmen kinerja, peserta didik juga dapat mencoba untuk melakukan sesuatu yang mereka gemari. Maka dari itu, asesmen kinerja dapat dikatakan

http://facebook.com/indonesiapustaka

sebagai asesmen yang menarik bagi peserta didik. 3.

Pembelajaran Siswa Aktif (Student Active Learning). Asesmen kinerja mampu memberdayakan peserta didik dengan memberikan kebebasan bagi mereka dalam menentukan pilihan mengenai arah pembelajaran yang harus diambil di dalam ruang lingkup (parameter) yang telah dipersiapkan oleh guru. Memberikan peserta didik kesempatan untuk

66

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

menentukan pilihan dalam proses pembelajaran dapat menjadi sebuah motivator yang ampuh. Hal tersebut dikarenakan peserta didik lebih memahami seperti apa pembelajaran yang pantas bagi mereka. Dengan asesmen berbasis kinerja, peserta didik dapat meraih kesuksesan yang lebih dalam pembelajaran. Dengan kata lain, proses pembelajaran dapat memberikan efek yang lebih melekat pada peserta didik, karena mereka terlibat dapat proses pembelajaran itu sendiri. 4.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher-Order Thinking Skills). Melalui asesmen kinerja, peserta didik diajak untuk menganalisis, mensintesis, maupun mengevaluasi teori-teori yang telah mereka pelajari sebelumnya untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. Lebih banyak kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan tersebut, lebih cakap dan mahir pula mereka dalam mengimplementasikannya. Maka dari itu, asesmen kinerja dapat digunakan untuk mendidik dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari peserta didik. Lai (2011) juga memaparkan bahwa asesmen kinerja memiliki beberapa

keuntungan, di antaranya, (1) asesmen kinerja dapat menjadi sebuah proses yang lebih memotivasi peserta didik, karena peserta didik menjadi lebih terlibat secara aktif di dalam kelas;(2) asesmen kinerja memberikan contoh mengenai apa yang guru-guru harus ajarkan dan apa yang peserta didik harus pelajari. Ketika menunjukkan hasil unjuk kerja beberapa tugas, guru akan mengetahui kelemahan siswanya dan dapat memberikan koreksi verbal secara langsung kepada peserta didik. Dapat dikatakan bahwa asesmen kinerja dapat digunakan sebagai dasar bagi peserta didik untuk mengetahui materi pembelajaran yang harus mereka pelajari. Asesmen kinerja juga http://facebook.com/indonesiapustaka

dapat berperan sebagai kesempatan pengembangan profesionalisme bagi guru-guru, yaitu mereka dapat mengetahui jenis materi apa yang harus diberikan dalam mengajar dan mengembangkan kemampuan peserta didik; (3) asesmen kinerja terdiri atas kinerja yang luas dan kompleks, yang mengizinkan evaluasi proses serta produk. Selain itu, tugas-tugas berbasis kinerja juga memiliki pengukuran langsung terhadap kemampuan peserta

3 | Asesmen Kinerja

67

didik, dibandingkan dengan item pilihan ganda pada tes. Item pengukuran tersebut dapat menilai kemampuan kognitif dan psikomotor peserta didik pada level atau tingkatan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pendekatan asesmen tradisional, serta lebih cocok digunakan untuk mengukur jenisjenis keterampilan tertentu, seperti keterampilan menulis (writing) dan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Jadi, asesmen kinerja cocok diimplementasikan di dalam kelas berdasarkan atas beberapa alasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Terlepas dari keuntungan asesmen kinerja yang telah dijabarkan, terdapat pula beberapa batasan atau kelemahan dari asesmen kinerja yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan asesmen ini. Sweet (dalam Aggarwal, 2003) menyatakan bahwa asesmen kinerja membutuhkan alokasi waktu, perencanaan, serta pemikiran yang lebih kompleks dari guru dan peserta didik. Kadangkala, guru mengalokasikan waktu yang lebih banyak dalam membuat dan merencanakan proses asesmen dibandingkan proses pengajaran itu sendiri. Guru juga harus lebih cermat dalam masalah teknis dan keadilan untuk memastikan bahwa proses penilaian tersebut adil dan merata bagi semua peserta didik. Penilaian menggunakan asesmen kinerja kadangkala juga dapat menjadi sangat subjektif. Proses penilaian bergantung pada apa yang guru gemari. Maka dari itu, masalah keadilan menjadi sebuah permasalahan utama dalam asesmen kinerja. Suhelayanti (2011:7) juga menegaskan bahwa terdapat pula beberapa kekurangan dalam proses penilaian menggunakan asesmen kinerja, di antaranya (1) penilaian ini sangat menuntut waktu dan usaha lebih dari penilai dan peserta didik; (2) asesmen kinerja memiliki pertimbangan http://facebook.com/indonesiapustaka

(judgement) dan penskoran yang sifatnya lebih subjektif. Penilaian kinerja berbeda dengan penilaian konvensional yang menggunakan pencil and paper test, di mana hasil penilaiannya dapat direpresentasikan dengan angka. Asesmen ini membutuhkan penilaian dari penilai (guru), sehingga tidak dapat dipungkiri jika hasil penilaiannya dapat menjadi lebih subjektif; (3) proses penilaian ini lebih membebani guru atau penilai, dikarenakan

68

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

proses perencanaannya membutuhkan waktu dan usaha yang lebih banyak. Asesmen kinerja tidak bisa disusun dalam waktu yang singkat. Apabila disusun dengan waktu yang tergesa-gesa dapat menghasilkan suatu perangkat penilaian yang bias, sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak berarti dan tidak akan mencapai sasaran tujuan yang dikehendaki. Maka dari itu, dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam perencanaan serta penggunaannya; dan (4) penilaian ini memiliki reliabilitas yang cukup rendah. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, asesmen kinerja dapat menimbulkan subjektivitas penilaian. Dampak dari subjektivitas tersebut dapat menimbulkan reliabilitas yang rendah. Untuk menanggulangi hal tersebut, penilai (guru) harus membuat kriteria penilaian yang jelas dan eksplisit dalam membuat asesmen. Dari beberapa kelebihan dan kekurangan penilaian kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja berkaitan dengan situasi reallife (real-life situation), yakni peserta didik diharapkan untuk menunjukkan keterampilan, pengetahuan kognitif, dan kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan prospektif. Asesmen kinerja memiliki banyak keuntungan yang membuatnya menjadi salah satu asesmen yang ampuh dan pantas diimplementasikan di dalam kelas, namun perencanaan yang cermat harus dilakukan untuk mengatasi beberapa kelemahan yang dimiliki asesmen ini.

C. Implementasi Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Inggris Dalam mengimplementasikan asesmen berbasis kinerja, terdapat

http://facebook.com/indonesiapustaka

beberapa tahapan yang harus dipenuhi. Menurut Hutabarat (2004:17), beberapa langkah membuat asesmen kinerja adalah: 1.

Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan.

2.

Menuliskan kemampuan khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas.

3 | Asesmen Kinerja

69

3.

Mengusahakan kemampuan yang akan diukur agar tidak terlalu banyak, sehingga dapat diamati dengan mudah.

4.

Mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati.

5.

Bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan. Marhaeni (2008:13) mengungkapkan langkah-langkah yang perlu

diperhatikan dalam menyusun asesmen kinerja yang baik, di antaranya: 1.

Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan memengaruhi hasil akhir yang terbaik.

2.

Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas serta menghasilkan hasil akhir yang terbaik.

3.

Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama peserta didik melaksanakan tugas.

4.

Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan peserta didik yang harus diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.

5.

Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

6.

Jikalau ada, periksa kembali dan bandingkan kriteria yang telah disusun dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Untuk memperjelas tahapan-tahapan dalam menyusun asesmen berbasis kinerja, Marhaeni (2008:14) memaparkan contoh kriteria performansi (indikator unjuk kerja) yang menunjukkan keterampilan peserta didik dalam mengukur volume air menggunakan gelas ukur: 1.

Cara meletakkan gelas ukur.

2.

Cara menuangkan air.

70

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

3.

Cara menambahkan volume air.

4.

Cara membaca ukuran/volume air.

5.

Cara mencatat hasil pengukuran. Terkait dengan pembelajaran keterampilan bahasa Inggris, berikut

merupakan contoh indikator unjuk kerja peserta didik, khususnya mahasiswa semester 3 yang mendapatkan mata kuliah “Speaking 3”.Dalam mata kuliah ini, peserta didik diharapkan mampu menunjukkan hasil kinerja kelompoknya dengan mempresentasikan satu topik yang telah diteliti sebelumnya, yaitu topik tersebut berkaitan dengan tema pendidikan. Kriteria yang digunakan untuk menilai siswa dapat dilihat sebagai berikut: 1.

Cara membuka presentasi (the way to open the presentation).

2.

Cara menjelaskan topik (the way to explain the topic).

3.

Cara menjabarkan hasil kinerja (the way to elaborate the result).

4.

Cara berbicara di depan kelas (the way to speak confidentally in front of the class).

5.

Cara menutup presentasi (the way to close the presentation).

6.

Cara menjawab pertanyaan (the way to handle the question). Setelah menentukan kriteria-kriteria seperti di atas, selanjutnya dibuat

penilaian atau penskoran dengan menggunakan rubrik. Rubrik merupakan suatu pedoman penilaian yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) peserta didik dalam mengerjakan tugas. Rubrik penilaian juga digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik. Apabila dua orang guru atau lebih sedang menilai jenis pekerjaan yang sama, maka http://facebook.com/indonesiapustaka

penggunaan rubrik yang sama membantu mereka memandang produk itu dengan cara yang sama (Marhaeni, 2008). Dalam pelaksanaannya, Marhaeni (2012) menjabarkan beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan asesmen kinerja dalam proses pembelajaran. Tahapan tersebut disusun ke dalam poin-poin sebagai berikut:

3 | Asesmen Kinerja

71

1.

Guru memberikan penjelasan terkait dengan topik. Dalam tahapan ini, guru akan memberikan penjelasan dan contoh untuk membuat peserta didik memahami materi yang akan disampaikan.

2.

Guru meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan hasil pengetahuan mereka berdasarkan topik yang dipilih sebelumnya. Dalam tahapan ini, peserta didik diminta untuk mempersiapkan unjuk kerja mereka, dan kemudian menunjukkan atau mendemonstrasikannya setelah persiapan mereka selesai dilakukan.

3.

Dalam menyiapkan kinerja siswa, guru membimbing dan mengarahkan peserta didik yang membutuhkan bantuan. Beberapa peserta didik mungkin akan sedikit bingung, terkait dengan materi pelajaran. Maka dari itu, guru diharapkan untuk membantu mereka dalam mengatasi permasalahan yang muncul.

4.

Setelah kinerja siswa berakhir, guru menilai peserta didik dengan menggunakan rubrik penilaian. Selain itu, peserta didik juga akan menilai diri mereka sendiri dengan menggunakan self-assessment.

5.

Guru akan memberikan evaluasi verbal pada kinerja peserta didik. Dalam tahapan ini, guru akan memberikan evaluasi umum terkait dengan hal-hal yang harus ditingkatkan dan beberapa hal yang telah dilakukan dengan baik oleh peserta didik. Ibrahim (dalam Budiana, 2012:13) menyusun tahapan-tahapan

pengimplementasian penilaian kinerja tersebut ke dalam bagan sebagai

http://facebook.com/indonesiapustaka

berikut:

72

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Pilih daftar penilaian tugas yang akan dinilai

Mintalah siswa melakukan revisi atas pekerjaan menggunakan penilaian diri

Nilai proses, produk, dan penilaian diri dengan bantuan daftar penilaian tugas

Tunjukkan dan diskusikan tugas sejenis yang berkualitas. Kaitkan unsur-unsur dalam tugas yang akan dilakukan siswa dengan daftar penilaian tugas

Mintalah siswa melakukan penilaian diri dengan bantuan daftar penilaian tugas

Diskusikan penilaian ini dengan siswa secara individual

Mintalah siswa menyelesaikan tugas dengan dibimbing oleh daftar penilaian tugas

Secara periodik nilailah keseluruhan pekerjaan siswa dengan rubrik

Bagan 3.1 Tahapan Pengimplementasian Penilaian Kinerja

Untuk memperoleh kecakapan dalam menggunakan bahasa Inggris, peserta didik diharapkan mampu menguasai empat kompetensi bahasa. Ratminingsih (2012; 2014) dan Kurniasih (2011) menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa khususnya bahasa Inggris, sangatlah penting bagi pembelajar bahasa untuk menguasi empat kompetensi berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini http://facebook.com/indonesiapustaka

dikarenakan empat kompetensi tersebut dapat membantu peserta didik untuk menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi yang bermakna (meaningful communication). Terlebih seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi komunikatif, apabila mereka terampil menggunakan bahasa yang dipelajari dalam konteks yang sesuai (appropriate context). Pemaparan pengimplementasian asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran setiap aspek (kompetensi) bahasa Inggris dapat dicermati sebagai berikut: 3 | Asesmen Kinerja

73

1. Pembelajaran Menyimak Menurut Tyagi (2013), menyimak merupakan sebuah modalitas bahasa yang mencakup keterlibatan aktif seorang individual (pembelajar bahasa) dalam menyusun maksud dari, maupun merespons pesan-pesan lisan atau tulis yang disampaikan oleh pembicara (speaker). Menurut Tyagi, proses menyimak berlangsung dalam lima tahapan, yaitu mendengarkan (hearing), memahami (understanding), mengingat (remembering), mengevaluasi (evaluating), dan merespons (responsding). Tahapan-tahapan ini mencakup kemampuan pembelajar untuk mendengar dan memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara, serta mengevaluasi dan merespons pesan tersebut menggunakan pandangan maupun persepsi mereka, untuk mengindikasikan bahwa pesan tersebut telah berhasil dikirim dan diterima. Ratminingsih (2012) menyatakan bahwa keterampilan menyimak merupakan fondasi dari keterampilan berbahasa lainnya. Sharma (2011) menegaskan bahwa kemampuan menyimak sangatlah penting dalam mempelajari kecakapan bahasa asing (bahasa Inggris), karena menyimak memungkinkan pembelajar tidak hanya memperoleh informasi, namun juga membantu mereka melakukan komunikasi dengan lebih optimal. Dari pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan aktivitas untuk mengonstruksi arti dan merespons pesan-pesan yang diungkapkan oleh pembicara, yang menjadi dasar dari keterampilan berkomunikasi oral. Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Dalam menilai kemampuan menyimak atau pemahaman lisan peserta didik, guru mempergunakan bahan tes yang

http://facebook.com/indonesiapustaka

disampaikan secara lisan dan diterima oleh peserta didik melalui media rekaman maupun sarana pendengaran. Oleh karena itu, wacana merupakan bahan yang sesuai untuk menilai pemahaman lisan peserta didik. Menurut Djuanda (2010:7), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan wacana yang digunakan untuk bahan tes menyimak, di antaranya (1) tingkat kesulitan wacana. Tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor kosakata dan struktur kalimat yang dipergunakan.

74

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Suatu wacana dapat digolongkan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, apabila kosakata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda, abstrak, dan jarang digunakan, serta memiliki struktur kalimat yang kompleks, tetapi jika kedua aspek kebahasaan tersebut sederhana, wacana tersebut dapat digolongkan sebagai wacana yang sederhana. Apabila hanya terdapat salah satu aspek saja yang sulit dalam kosakata atau struktur kalimat, maka wacana tersebut tergolong agak sulit; (2) isi dan cakupan wacana. Isi dan cakupan wacana dapat memengaruhi tingkat kesulitan wacana. Jika isi dan cakupan tersebut sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, serta sesuai dengan bidang yang dipelajari, maka hal tersebut akan mempermudah peserta didik dalam memahami wacana yang bersangkutan; (3) jenis-jenis wacana. Terdapat beberapa bentuk tes menyimak, seperti menuliskan kata baku yang disimak, menuliskan kata yang memiliki kemiripan bunyi dan perbedaan makna dalam wacana, memahami pernyataan atau pertanyaan yang disimak, serta memahami wacana yang disimak secara keseluruhan. Hikmah (2012) mengemukakan beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar pembelajaran menyimak berlangsung dengan baik, yaitu: (1) pelaksanaan pembelajaran menyimak perlu memerhatikan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual, (2) jika bahan berupa teks yang dibacakan, usahakan agar teks tersebut belum dibaca oleh siswa, (3) usahakan agar model/pembaca teks membacakan teks secara jelas dan tepat sehingga tidak mengganggu proses pemahaman penyimak, (4) jika dalam pembelajaran menggunakan media (audio/audio visual), usahakan agar kondisi media betul-betul siap pakai, (5) bahan yang diperdengarkan hendaknya tidak terlalu panjang (dibatasi waktunya) mengingat daya http://facebook.com/indonesiapustaka

konsentrasi siswa terbatas, (6) usahakan agar tercipta suasana yang kondusif untuk menyimak, (7) sebelum kegiatan menyimak dilaksanakan, kemukakan secara jelas tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, dan (8) ajaklah siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya. Menurut Sukyadi (2011), pembelajaran menyimak dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain:

3 | Asesmen Kinerja

75

(1) Menyimak intensif, di mana kegiatan menyimak ini dapat dites dengan pengenalan elemen fonologis dan morfologis, dan pengenalan parafrase. Contoh tes menyimak intensif untuk pengenalan parafrase dapat dicermati sebagai berikut: Peserta tes mendengar

: Hello, my name’s Keiko. I come from Japan.

Peserta tes membaca

: (a) Keiko is comfortable in Japan. (b) Keiko wants to come to Japan. (c) Keiko is Japanese. (d) Keiko likes Japan

Jawaban yang tepat

: (c) Keiko is Japanese.

(2) Menyimak responsif, di mana kegiatan menyimak ini dapat dites dengan memberikan respons yang cocok atas pertanyaan yang diberikan atau respons yang menghendaki jawaban terbuka. Contoh tes menyimak responsif yang menghendaki respons jawaban terbuka dapat dicermati sebagai berikut: Peserta tes mendengar

: How much time did you take to finish the test?

Peserta tes menjawab

: ____________________________________

(3) Menyimak selektif, di mana kegiatan ini dapat dites menggunakan listening cloze (peserta tes menyimak sebuah teks dan mengisi bagian teks yang rumpang), dan information transfer (peserta tes menyimak sebuah teks, lalu memilih gambar yang cocok dengan deskripsi atau teks yang diberikan). (4) Menyimak ekstensif, di mana kegiatan ini dapat dites menggunakan tugas dikte, dan tugas menyimak autentik. Tugas menyimak autentik

http://facebook.com/indonesiapustaka

adalah suatu tugas di mana peserta didik diminta tidak hanya untuk menyimak teks tertentu dari suatu topik (materi), namun juga untuk mengedit, menafsirkan, dan menceritakan kembali teks tersebut. Dalam menilai kemampuan menyimak, penilaian yang dilakukan oleh guru cenderung lebih mudah dibandingkan dengan keterampilan membaca, berbicara, dan menulis. Hal ini dikarenakan, tes-tes dapat

76

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda, di mana cara penilaiannya cukup mudah. Untuk memperjelas penggunaan asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran keterampilan menyimak bahasa Inggris, berikut merupakan contoh soal kemampuan menyimak bagi peserta didik menengah pertama dan menengah atas. Kegiatan

:

Menyimak selektif

Pokok Bahasan

:

Peserta didik memberikan respons dengan mengisi bagian teks yang rumpang sesuai dengan teks yang diberikan.

Kelas / Semester :

VII/2

___________(1) name is Andi Darmanto. I _________ (2) a dog, named ______ (3). ______________ (4) gave it to me in my 10th ______________ (5) It likes to ___________ (6) bones. It also likes to _________ (7) and chase (8) _______. When I arrive at _______ (9), Broni always waits for me in front of our _______ (10). It is so adorable. I love Broni very much. Jawaban:

(1) My

(6) Bone

(2) Have

(7) Run

(3) Lucky

(8) Cats

(4) My father

(9) Home

(5) Birthday

(10) House

http://facebook.com/indonesiapustaka

Petunjuk Penilaian: 1.

Satu jawaban benar mendapat nilai 10

2.

Jawaban kurang benar mendapat nilai 5

3.

Jawaban salah mendapat nilai 0

4.

Nilai maksimal 100

5.

Nilai minimal 0

3 | Asesmen Kinerja

77

2. Pembelajaran Berbicara Aspek berbicara adalah aspek berbahasa yang menghubungkan kemampuan sosial dan kognitif peserta didik. Razmjoo & Ardekani (2011) menyatakan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek komunikasi, komunikasi merupakan modalitas luaran (output modality) dan pembelajaran merupakan modalitas masukan (input modality) dari proses pemerolehan bahasa itu sendiri. Dengan kata lain, seorang pembicara (speaker) dituntut untuk memahami tidak hanya apa yang perlu disampaikan, namun juga bagaimana untuk menyampaikannya. Ulviana (2011) juga menegaskan bahwa aspek berbicara merupakan kemampuan untuk memproduksi artikulasi suara dan untuk menyampaikan, serta menyatakan pikiran, ide, opini, dan perasaan ke dalam kata-kata secara verbal. Jadi, berbicara merupakan modalitas luaran ataupun suatu hasil produksi dari suatu proses pembelajaran bahasa. Dalam berbicara, kemampuan untuk memproduksi kalimat itu sendiri tidaklah cukup. Pembelajar bahasa juga dituntut untuk menguasai aspek kebahasaan dalam mengekspresikan ide dan perasaan mereka menggunakan cara yang tepat (appropriate way). Keterampilan berbicara mempunyai banyak kemiripan dengan keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan kedua keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Produktif memiliki arti bahwa pada waktu berbicara, pembelajar menggunakan bahasa untuk menghasilkan suatu luaran (output) dalam bentuk komunikasi. Menurut Djuanda (2010:7), terdapat beberapa komponen keterampilan berbicara, yakni (1) penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai

http://facebook.com/indonesiapustaka

media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, kesantunan bahasa, keruntutan bahasa, dan sebagainya; (2) penggunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada topik pembicaraan; dan (3) penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, bercerita, dan sebagainya.

78

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Jadi, berbicara merupakan modalitas luaran (output modality) dari proses pembelajaran bahasa. Dalam hal ini, guru diharapkan untuk menyediakan aktivitas pembelajaran serta cara penilaian yang menawarkan kesempatan bagi para peserta didik untuk berbicara menggunakan bahasa target (target language). Tujuan dari kegiatan pembelajaran ini tidak lain adalah untuk membiasakan para peserta didik berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa Inggris. Salah satu bentuk asesmen yang dapat digunakan oleh para guru untuk mendorong peserta didik agar mampu berbicara dengan bahasa Inggris adalah asesmen berbasis kinerja. Dalam menilai kemampuan berbicara peserta didik, guru diharapkan tidak hanya menilai apa yang disampaikan oleh siswa (uji lisan), namun juga penampilan serta tingkah laku peserta didik ketika menyampaikannya (uji penampilan/perbuatan). Terkait dengan tes keterampilan berbicara, Nurgiantoro (1988) menyebutkan beberapa contoh bentuk tes keterampilan berbicara, di antaranya (1) pembicaraan berdasarkan gambar; (2) wawancara; (3) bercerita; (4) berpidato; dan (5) berdiskusi. Untuk memperjelas penggunaan asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris, berikut merupakan contoh rubrik penilaian kemampuan berbicara yang diadopsi dari Wiramarta (2015). Kegiatan

:

Mendeskripsikan isi teks deskriptif.

Pokok Bahasan

:

Menyusun teks deskriptif lisan pendek dan sederhana tentang orang, binatang, dan benda, dengan memerhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

Kelas / Semester :

VIII/2

http://facebook.com/indonesiapustaka

Petunjuk Penilaian 1.

Untuk berbicara benar dari 5 aspek nilai 100.

2.

Nilai maksimal 100

3.

Nilai minimal 5

3 | Asesmen Kinerja

79

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Berbicara Menggunakan Asesmen Kinerja Rating 5 Comprehension Mengerti bahasa Inggris dengan baik dan dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

3 Mengerti sedikit bahasa Inggris, sehingga mungkin mengganggu komunikasi.

Fluency

Berbicara Berbicara lambat dan terputusbanyak jeda. putus dengan jeda panjang yang tidak merata.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Vocabulary

4 Mengerti sedikit bahasa Inggris, namun tetap bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Mampu Sedikit menyapa orang ragu dalam lain/teman berbicara, dalam bahasa namun Inggris dengan mampu lancar. menyapa orang lain/ teman dalam bahasa Inggris. Mampu Tata bahasa menggunakan yang tata bahasa digunakan yang cukup, dan bervariasi. tepat.

Pronunciation

Tidak ada/ hampir tidak ada kesalahan dalam pengucapan.

Grammar

Tidak ada/ hampir tidak ada kesalahan dalam struktur bahasa.

80

Tata bahasa yang digunakan terlalu dasar, dan kadangkadang tidak tepat. KadangSering salah kadang salah mengmengucapkan kata ucapkan kata, dan mungkin tapi tidak mengganggu mengurangi makna. makna.

Sedikit kesalahan dalam struktur bahasa.

Sering terjadi kesalahan dalam struktur bahasa.

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

2 Mengerti sedikit bahasa Inggris, sehingga mungkin belum bisa berkomunikasi.

1 Mengerti sedikit bahasa Inggris dan belum bisa berkomunikasi.

Berbicara sedikit dalam bahasa Inggris.

Tata bahasa yang digunakan kurang

Menggunakan sedikit tata bahasa namun tidak tepat

Salah dalam mengucapkan kata dan menghalangi makna.

Jarang berbicara dalam bahasa Inggris.

Hampir semua struktur bahasa yang dibuat bahasa Inggris salah, dan mengganggu makna kalimat.

Semua struktur bahasa yang dibuat bahasa Inggris salah, dan mengganggu makna kalimat.

Tabel 3.3 Rekapan Nilai Kompetensi Berbicara No

Nama Siswa

Comprehension

Fluency

Pronunciation Vocab Grammar

Total Nilai (N)

1 2 3 4 5 6 Dst

3. Pembelajaran Membaca Woolley (2011) memaparkan bahwa membaca adalah proses untuk membuat arti dari teks dan memperoleh sebuah pemahaman yang utuh dari apa yang dideskripsikan di dalam teks. Dalam aspek kebahasaan ini, peserta didik belajar untuk memecahkan dan memahami maksud dari kata-kata, kalimat dan seluruh isi teks. Dengan membaca, peserta didik dapat meningkatkan tidak hanya pemahaman mereka terhadap teks, namun juga penguasaan kosakata mereka (vocabulary mastery). Brassell (2008) mengemukakan bahwa pemahaman bacaan merupakan kemampuan menarik informasi dari teks tertulis dan melakukan sesuatu untuk menunjukkan pengetahuan atau pemahaman dari informasi yang didapatkan. Pemahaman terjadi bila pembaca dapat melakukan sesuatu, merespons, atau mentransformasikan informasi yang dipresentasikan secara tertulis untuk mendemonstrasikan pemahaman. Duke, dkk. (2011) mengemukakan bahwa kegiatan membaca dapat menjadi sebuah http://facebook.com/indonesiapustaka

pendekatan produktif untuk meningkatkan kosakata dan performa kata peserta didik. Selain itu, peserta didik yang mulai belajar membaca semenjak usia dini dipercaya memiliki kompetensi kebahasaan yang baik, serta dapat menghasilkan variasi pilihan kata dalam jumlah banyak dan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

3 | Asesmen Kinerja

81

Membaca merupakan proses untuk menginterpretasi apa yang dimaksud dalam teks bacaan. Sebagai seorang fasilitator utama dalam proses pembelajaran, para guru diharapkan untuk menggalakkan pentingnya membaca, karena membaca membantu pembentukan ilmu pengetahuan dasar peserta didik, meningkatkan penguasaan kosakata mereka, membuat mereka untuk tetap terhubung dengan informasi, serta menjadi kritis dalam menanggapi isu-isu global. Oakhill dan Cain (2006) memaparkan tiga aspek dalam mengevaluasi pemahaman membaca, yaitu: a.

Literal Reading Comprehension, yang merujuk pada mengingat fakta dalam teks yang memberikan informasi secara eksplisit dengan tingkat berpikir dasar.

b.

Inferential Reading Comprehension yaitu kemampuan peserta didik untuk menginterpretasikan makna yang memerlukan pemanfaatan informasi eksplisit yang dilengkapi dengan intuisi, alasan, dan pengalaman.

c.

Critical/Creative Reading Comprehension, yaitu kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi secara kritis informasi atau ide tertentu dari bacaan untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian informasi baru yang didapatkan. Di bawah ini contoh dari tes membaca Literal Reading Comprehension

yang diadopsi dari Subakthiasih (2015). Kegiatan

:

Membaca Nyaring

Pokok Bahasan

:

Peserta didik diminta untuk membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional dan esai pendek

http://facebook.com/indonesiapustaka

sederhana berbentuk recount dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Kelas / Semester :

82

VIII/2

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Kriteria Asesmen : a.

Speed

b.

Accuracy

c.

Expression

d.

Comprehension

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Membaca Nyaring

http://facebook.com/indonesiapustaka

Aspek

Skor 40-60

60-75

Speed

Pembacaan terputus-putus dan berulangulang, sehingga sulit untuk diikuti dan dipahami.

Pembacaan terputus-putus. Banyak jeda yang tidak sesuai pada tempatnya.

Kecepatan membaca berubah-ubah, namun masih menunjukkan pemahaman. Beberapa jeda tidak sesuai pada tempatnya.

76-85

Teks dibaca dengan lancar, natural dan berirama. Penggunaan jeda sesuai pada tempatnya.

86-100

Accuracy

Pelafalan dan tekanan tidak jelas. Terdapat banyak kesalahan pelafalan.

Pelafalan dan tekanan jelas (9485%). Terdapat beberapa kesalahan pelafalan.

Keseluruhan pelafalan dan tekanan jelas (100-95%). Terdapat 1-2 kesalahan pelafalan.

Keseluruhan pelafalan dan tekanan jelas (100-95%), tanpa ada kesalahan pelafalan.

Expression

Keseluruhan intonasi datar, dan tidak menunjukkan ekspresi serta antusiasme dalam membaca.

Ekspresi hanya ditunjukkan pada beberapa bagian pembacaan, hanya fokus dalam pelafalan kata.

Menunjukkan ekspresi dan antusiasme dalam membaca, terdapat beberapa ekspresi dan intonasi yang datar.

Menunjukkan ekspresi dan antusiasme dalam membaca, serta penggunaan beragam intonasi yang menunjukkan pemahaman.

3 | Asesmen Kinerja

83

Comprehension Menunjukkan sedikit pemahaman teks dengan tanpa menunjukkan intonasi, pola, jeda, serta indikator pemahaman lainnya.

Menunjukkan pemahaman beberapa bagian teks dengan sesekali menunjukkan intonasi, pola, jeda, serta indikator pemahaman lainnya.

Menunjukkan pemahaman secara umum dengan penggunaan intonasi, pola, jeda, serta indikator pemahaman lainnya.

Menunjukkan pemahaman yang menyeluruh secara konsisten dengan penggunaan intonasi, pola, jeda, serta indikator pemahaman lainnya.

Tabel 3.5 Rekapan Nilai Kemampuan Membaca Nyaring No

Nama

Speed

Accuracy

Expressions

Comprehension

Total Skor

1. 2. 3. 4. 5.

Dalam menilai keterampilan membaca untuk peserta didik menengah pertama dan menengah atas, Sukyadi (2011) memilah tes keterampilan membaca dalam bentuk: (1) Membaca selektif, di mana tes ini dapat diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda, menjodohkan, pemberian tugas yang disertai dengan gambar, serta pengisian kata-kata yang rumpang. (2) Membaca interaktif, di mana tes ini dapat diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tes membaca pemahaman (short answer task), http://facebook.com/indonesiapustaka

mencari gagasan utama maupun gagasan pendukung, penguasaan idiom, frasa, dan kosakata, serta menarik kesimpulan dari suatu bacaan (teks). (3) Membaca ekstensif, di mana tes ini diberikan dengan jenis tes seperti membaca impromptu, menafsirkan suatu bacaan, meringkas dan merespons bacaan tersebut, mentransfer informasi, serta membuat outline. 84

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Untuk memperjelas penggunaan asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Inggris, berikut merupakan contoh rubrik penilaian kemampuan membaca bagi peserta didik menengah pertama yang diadopsi dari Sukyadi (2011). Kegiatan

:

Membaca ekstensif.

Pokok Bahasan

:

Peserta didik diminta untuk meringkas dan merespons suatu bacaan, sesuai dengan topik yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh guru.

Kelas / Semester :

VIII/1

Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca SKOR

KRITERIA

2 ·

Pemahaman

· Ketepatan Isi

http://facebook.com/indonesiapustaka

·

Penggunaan Bahasa

Rangkuman peserta didik menunjukkan pemahaman yang jelas (> 75%) serta tidak ambigu dari teks yang dibaca.

1 ·

0

BOBOT

Peserta didik · hanya memahami sebagian isi teks yang dibaca / menunjukkan pemahaman yang cukup (< 50%).

Rangkuman peserta didik menunjukkan adanya ambiguitas dan tidak adanya pemahaman terhadap teks yang dibaca (< 25%)

2

Mengungkapkan · gagasan utama dan gagasan pendukung dari teks yang dibaca secara jelas dan logis.

Mengungkapkan gagasan utama dan gagasan pendukung dari teks yang dibaca dengan cukup jelas dan logis.

·

Mengungkapkan gagasan utama dan gagasan pendukung dari teks yang dibaca secara kabur dan tidak logis.

2

Rangkuman · ditulis menggunakan bahasa sendiri, dengan keragaman kosakata dan tata bahasa yang sesuai dengan teks yang dibaca.

Rangkuman ditulis menggunakan bahasa sendiri, disertai dengan beberapa keragaman kosakata dan tata bahasa yang sesuai dengan teks.

·

Rangkuman ditulis menggunakan gaya bahasa yang terdapat dalam bacaan, dengan tidak adanya keragaman dalam kosakata dan tata bahasa.

1

3 | Asesmen Kinerja

85

Tabel 3.7 Rekapan Nilai Kemampuan Membaca No

Nama

Pemahaman

Ketepatan Isi

Penggunaan Bahasa

Total Skor

1. 2. 3. 4. 5.

4. Pembelajaran Menulis Terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris, menulis merupakan salah satu dari empat kompetensi bahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik. Menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mampu menjembatani persepsi yang muncul di antara penulis dan pembaca. Parilasanti, dkk. (2014) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan serta mengomunikasikan ide, pesan, maupun pikiran seseorang ke dalam bentuk tulisan. Proses ini menuntut adanya kemampuan serta konsentrasi peserta didik untuk memahaminya. Ramadani & Saun (2013) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kriteria yang dapat memengaruhi kesuksesan menulis seseorang, yaitu pilihan kata-kata (choice of vocabulary), organisasi ide (the organization of idea), struktur kalimat (sentence structure), dan isi (content) dari tulisan itu sendiri. Jadi, menulis merupakan suatu proses untuk mentransfer suatu ide ke dalam bentuk tertulis. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, guru diharapkan mampu membimbing dan mengajak peserta didik dengan memberikan pajanan bahasa mengenai struktur kebahasaan dan

http://facebook.com/indonesiapustaka

kosakata yang mereka perlukan. O’Malley dan Valdez (dalam Marhaeni, 2005) menyebutkan bahwa terdapat tiga elemen penting dalam mengimplementasikan asesmen kinerja, yakni (1) sampel karya peserta didik, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. Asesmen kinerja merupakan salah satu asesmen yang dapat menilai produk dan juga proses pembelajaran

86

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

secara bersama-sama.Hal ini dapat dilakukan karena peserta didik melakukan penilaian terhadap karyanya dengan panduan rubrik yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, pada asesmen kinerja juga dilakukan asesmen diri yaitu peserta didik dapat menilai dirinya sendiri, sehingga nantinya peserta didik dapat melihat kelebihan dan kekurangan mereka untuk dijadikan pedoman dalam perbaikan serta mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi. Pujihati, dkk. (2014) memaparkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen berbasis kinerja dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen konvensional. Asesmen kinerja dalam pembelajaran menulis bahasa Inggris dikembangkan menjadi tugas menulis (writing task), yang terdiri atas pertanyaan ataupun pernyataan (petunjuk) sebagai pedoman peserta didik dalam menulis. Menurut Marhaeni, dkk. (2012:12), setiap tugas menulis diharapkan memenuhi beberapa kriteria, yaitu (1) menyebutkan genre yang ditulis; (2) meliputi kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan proses pembuatan teks; (3) menantang dan dapat dikerjakan oleh semua peserta didik; (4) memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk memberikan respons; (5) menghasilkan tidak hanya tulisan yang baik dari segi teori, namun juga tulisan yang menarik; dan (6) tugas tersebut disukai oleh semua peserta didik. Untuk memperjelas penggunaan asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran menulis bahasa Inggris, berikut merupakan contoh rubrik

http://facebook.com/indonesiapustaka

penilaian kemampuan menulis yang diadopsi dari Dantes (2008:16). Kegiatan

:

Menulis karangan.

Pokok Bahasan

:

Membuat karangan dengan topik pengalaman yang tidak terlupakan (unforgettable experience).

Kelas/Semester : V/I

3 | Asesmen Kinerja

87

Tabel 3.8 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Menggunakan Asesmen Kinerja No

Komponen

Bobot

Skor (1-5)

Indikator

1.

Isi Karangan (Content)

3

Relevansi topik dengan substansi tugas, pengembangan thesis statement, wawasan tentang topik.

2.

Organisasi Ide (Organization)

2

Susunan ide-ide, pengungkapan ide-ide.

3.

Penggunaan Kosakata (Vocabulary)

2

Kompleksitas dan efektivitas kalimat, akurasi penggunaan tata bahasa.

4.

Penggunaan Tata Bahasa (Grammar)

2

Keluasan kosakata, ketepatan penggunaan kata dan idiom, ketepatan bentuk-bentuk kata.

5.

Penggunaan Mekanika ejaan dan tanda baca (Mechanism)

1

Kepatuhan pada konvensi/ aturan-aturan penulisan, ketepatan penggunaan tanda-tanda baca dan huruf besar, kebenaran ejaan.

Tabel 3.9 Rekapan Nilai Kemampuan Menulis No

Nama Siswa

Komponen Kemampuan Menulis Isi

Org.

Kosakata

Tata Bahasa

Mekanika Jumlah Rerata

1. 2. 3. 4.

Dst.

Dalam kegiatan menulis, teks tulis dapat dikelompokkan menjadi

http://facebook.com/indonesiapustaka

tulisan akademik, tulisan yang berkaitan dengan pekerjaan dan tulisan pribadi. Terkait dengan pembelajaran kompetensi menulis bagi peserta didik menengah pertama dan menengah atas, Sukyadi (2011) membagi kegiatan menulis itu sendiri ke dalam beberapa bagian, yaitu: (1) Menulis intensif, di mana kegiatan menulis ini dapat dilakukan dalam bentuk mengubah tata bahasa (tenses) suatu kalimat atau

88

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

teks, mengubah bentuk suatu pertanyaan ke dalam pernyataan, menggabungkan dua kalimat menggunakan nomina relatif, seperti which, who, whose, dan whom, menulis kalimat sederhana berdasarkan suatu gambar, menyusun kata yang diberikan secara acak menjadi sebuah kalimat yang bermakna, melengkapi kalimat rumpang, mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung atau mengubah kalimat aktif menjadi pasif, dan begitu pula sebaliknya. (2) Menulis responsif dan ekstensif, di mana peserta didik dapat diminta untuk menulis menggunakan bantuan pertanyaan ataupun jawaban (guided question and answer), menyusun paragraf untuk membentuk suatu karangan, menulis suatu artikel atau laporan, meringkas bahan bacaan, menafsirkan suatu tabel atau grafik statistik ke dalam suatu tulisan, menyusun makalah berdasarkan pustaka penelitian, serta membuat teks naratif, deskriptif, argumentatif maupun eksposisi. Untuk memperjelas penggunaan asesmen berbasis kinerja dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Inggris, berikut merupakan contoh rubrik penilaian kemampuan menulis bagi peserta didik menengah pertama dan menengah atas yang diadopsi dari Sukyadi (2011). Kegiatan

:

Menulis responsif dan ekstensif.

Pokok Bahasan

:

Peserta didik diminta untuk membuat suatu teks argumentatif mengenai penggunaan handphone di lingkungan sekolah.

Kelas / Semester :

XI/2

Tabel 3.10 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis SKOR

http://facebook.com/indonesiapustaka

KRITERIA

2 ·

Isi

Isi teks logis, padat, menarik, dan sesuai dengan topik.

1 ·

0

Isi teks cukup logis, · kurang berbobot, kurang menarik dan kurang sesuai dengan topik.

Isi teks tidak logis, tidak berbobot, tidak menarik, dan tidak sesuai dengan topik.

3 | Asesmen Kinerja

89

·

Penggunaan tata bahasa dan pengorganisasian kalimat sesuai dan konsisten dengan isi teks yang ditulis.

·

Penggunaan · tata bahasa dan pengorganisasian kalimat cukup sesuai dan konsisten dengan teks yang ditulis.

Penggunaan tata bahasa dan pengorganisasian kalimat tidak sesuai dan tidak konsisten dengan isi teks.

·

Menggunakan pilihan kosakata yang bervariasi dan sesuai dengan topik.

·

Menggunakan pilihan · kosakata yang kurang bervariasi dan kurang sesuai dengan topik.

Menggunakan pilihan kosakata yang monoton dan tidak sesuai dengan topik.

·

· Sebagian besar kata (> 75%) dapat ditulis dengan jelas menggunakan ejaan yang baik dan benar.

Beberapa kata (> 50%) dapat ditulis menggunakan ejaan yang baik dan benar.

·

Sebagian besar kata (> 25%) tidak dapat ditulis dengan jelas, dan tidak menggunakan ejaan yang benar.

·

Sebagian besar · kata (> 75%) ditulis menggunakan tanda baca, jeda serta kapitalisasi yang baik dan benar.

Beberapa kata (> 50%) ditulis menggunakan tanda baca, jeda serta kapitalisasi yang baik dan benar.

·

Sebagian besar kata (> 25%) ditulis tanpa menggunakan tanda baca, jeda serta kapitalisasi yang baik dan benar.

Tata Bahasa

Kosakata

Ejaan

Mekanika Penulisan

Tabel 3.11 Rekapan Nilai Kemampuan Menulis No

Nama

Isi

Tata Bahasa

Kosakata

Ejaan

Mekanika Penulisan

Total Skor

1. 2. 3. 4.

http://facebook.com/indonesiapustaka

D. Instrumen Asesmen Kinerja Selain berbentuk tes yang menggunakan penilaian dalam bentuk rubrik, dalam melakukan penilaian menggunakan asesmen berbasis kinerja, penilaian dapat dilakukan menggunakan checklist atau daftar cek, dan rating scale atau skala peringkat (Hopple & Christine, 2005:14).

90

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Checklist berguna untuk mengukur hasil belajar berupa produk maupun proses, yang dapat dirinci dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi atau sangat spesifik. Checklist terdiri atas komponen atau aspek yang diamati dan tanda cek yang menyatakan ada tidaknya komponen tersebut dalam observasi. Contoh checklist dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.12 Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Checklist Nama : …………………………………………………. Kelas : …………………………………………………. Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom yang disediakan mengenai aspek-aspek kinerja siswa yang diamati pada saat berpidato. Komponen Kinerja I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) 1. Berdiri tegak melihat penonton. 2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan. 3. Mata melihat pada penonton. II. Ekspresi Suara (Vocal Expression) 1. Berbicara dengan kata-kata yang jelas. 2. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan. 3. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton. III. Ekspresi Verbal (Verbal Expression) 1. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti. 2. Tidak mengulang-ulang pernyataan. 3. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran. 4. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting.

Centang (√)

…………………

………………… …………………

………………… …………………

http://facebook.com/indonesiapustaka

………………… ………………… ………………… ………………… ………………… ………………… ………………… Skor Total

…………………

(Diadopsi dari Marhaeni, 2008:15).

3 | Asesmen Kinerja

91

Sedangkan rating scale merupakan alat ukur non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang komponen kinerja yang diobservasi (Hopple & Christine, 2005). Skala ini berisi seperangkat pernyataan tentang karakteristik atau kualitas dari komponen kinerja yang akan diukur, beserta petunjuk penilaian yang menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki. Menurut Hopple & Christine (2005:14), terdapat tiga jenis penilaian dengan skala peringkat (rating scale), sebagai berikut: (1) Skala peringkat numerik (numerical rating scale). Komponen skala ini adalah pernyataan tentang karakteristik atau kualitas tertentu dari sesuatu yang diukur, serta diikuti oleh angka yang menunjukkan keberadaannya. Contoh skala peringkat numerik dapat dilihat pada Tabel 3.13. (2) Skala peringkat grafik (graphic rating scale). Skala peringkat ini disusun dengan menentukan dahulu komponen kinerja yang akan dinilai, lalu menyusun frekuensi komponen tersebut dari yang tertinggi menuju ke yang paling rendah. Contoh skala peringkat grafik pada Tabel 3.14. (3) Skala peringkat deskriptif (descriptive rating scale). Skala peringkat ini tidak menggunakan angka tetapi menggunakan tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Tipe skala ini tepat digunakan untuk mendeskripsikan profil dari suatu kegiatan, prosedur, maupun hasil dari kegiatan tertentu. Berikut merupakan contoh skala peringkat

http://facebook.com/indonesiapustaka

deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 3.15.

92

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Tabel 3.13 Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Numerical Rating Scale Nama : …………………………………………………. Kelas : …………………………………………………. Petunjuk : Berilah lingkaran pada setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1. bila siswa selalu melakukan 2. bila siswa kadang-kadang melakukan 3. bila siswa jarang melakukan, dan 4. bila siswa tidak pernah melakukan Komponen Kinerja I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) 1. Berdiri tegak melihat penonton. 1 2 3 4 2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan. 1 2 3 4 3. Mata melihat pada penonton. 1 2 3 4 II. Ekspresi Suara (Vocal Expression) 1. Berbicara dengan kata-kata yang jelas. 1 2 3 4 2. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan. 1 2 3 4 3. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton. 1 2 3 4 III. Ekspresi Verbal (Verbal Expression) 1. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti. 1 2 3 4 2. Tidak mengulang-ulang pernyataan. 1 2 3 4 3. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran. 1 2 3 4 4. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting. 1 2 3 4 Skor Total

……………

http://facebook.com/indonesiapustaka

Diadopsi dari Marhaeni, 2008:16).

3 | Asesmen Kinerja

93

Tabel 3.14 Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Graphic Rating Scale Nama : …………………………………………………. Kelas : …………………………………………………. Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada garis di mana aspek kinerja siswa teramati pada waktu berpidato. Komponen Kinerja I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) 1. Berdiri tegak melihat penonton.

selalu kadang-kadang jarang

tidak pernah

2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.

selalu kadang-kadang jarang

tidak pernah

3. Mata melihat pada penonton.

selalu kadang-kadang jarang

tidak pernah

(Diadopsi dari Marhaeni, 2008:17).

Tabel 3.15 Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Descriptive Rating Scale. Nama : …………………………………………………. Kelas : ………………………………………………….

http://facebook.com/indonesiapustaka

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada garis di mana aspek kinerja siswa teramati pada waktu berpidato. Komponen Kinerja

94

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) 1. Berdiri tegak melihat penonton.

Berdiri tegak, selalu melihat pada penonton.

Kadang-kadang berdiri tegak, kadang-kadang melihat penonton.

Tidak pernah berdiri tegak, tidak pernah melihat penonton.

2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.

Ekspresi wajah sesuai dan berubah mengikuti pernyataan yang disajikan.

Kadang ekspresi wajah berubah mengikuti pernyataan yang disajikan.

Ekspresi wajah datar dan jarang berubah sesuai dengan pernyataan yang disajikan

(Diadopsi dari Marhaeni, 2008:18).

Dari uraian-uraian di atas, dapat dirangkum bahwa asesmen kinerja merupakan salah satu asesmen autentik yang memfokuskan pada hasil kerja peserta didik berupa tugas-tugas yang mereka buat baik lisan maupun tertulis. Dalam asesmen kinerja, sebelum penilaian dilakukan, asesor dalam hal ini guru diharuskan mengikuti prosedur yang jelas di samping harus memenuhi persyaratan-persyaratan penilaian, sehingga sasaran yang ingin dicapai akan terealisasi, yaitu berupa peningkatan keterampilan berbahasa Inggris peserta didik dalam pembelajaran. Keterampilan berbahasa mereka hanya dapat diukur melalui kinerja, yaitu aktivitas menampilkan penggunaan bahasa dalam empat keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading, dan writing) secara aktif. Karakteristik ini yang menjadikan asesmen kinerja lebih unggul dibandingkan dengan jenis

http://facebook.com/indonesiapustaka

asesmen lain.

3 | Asesmen Kinerja

95

http://facebook.com/indonesiapustaka

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

Bab 4

ASESMEN DIRI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Hal yang membedakan sistem penilaian dalam Kurikulum 2013 dengan kurikulum yang sebelumnya berlaku di sekolah dasar dan menengah adalah adanya penilaian yang menyeluruh dan terperinci. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian menyebutkan bahwa ruang lingkup penilaian peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang di mana cakupan penilaian yang merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Dengan penekanan pada kompetensi dan proses maka penilaian tidak lagi dimonopoli oleh guru saja namun peserta didik juga diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri sehingga peserta didik semakin terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kemampuan peserta didik dalam menilai dirinya sendiri dapat membantu peserta didik untuk menjadi pembelajar yang lebih otonom. http://facebook.com/indonesiapustaka

Namun, paradigma pengajaran yang masih bersifat tradisional di mana peserta didik masih cenderung untuk ”disuapi” meninggalkan dampak negatif pada gaya belajar peserta didik yang mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri karena pengetahuan mereka hanya didasarkan atas teori dan sangat sedikit kesempatan yang terbuka bagi mereka untuk dapat menerapkan pengetahuan tersebut di kehidupan sehari-hari. Kondisi ini

97

lah yang dapat membatasi kemampuan siswa untuk mengembangkan otonomi belajarnya. Peserta didik menjadi sangat tergantung pada kehadiran guru sehingga membatasi kemampuan mereka untuk berpikir secara mandiri dan kritis. Karena itu, peserta didik menjadi miskin kreativitas dan berdampak pada terhambatnya kemampuan peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dan kepercayaan diri mereka. Yunus dan Arshad (2015) yang mengutip pernyataan dari Borg dan Al-Busaidi (2012) menekankan bahwa pembelajar bahasa yang percaya diri akan lebih otonom dibandingkan dengan pelajar bahasa yang kurang percaya diri. Selain itu, exam-culture yang lebih berkembang dibandingkan learning-culture dapat menjebak guru dalam ketegangan antara pengajaran yang bersifat ‘teacher-controlled’ dan ‘learner-oriented’. Kondisi yang serupa juga bisa terjadi dalam pengambilan keputusan di mana guru sering dibingungkan oleh penekanan aspek penilaian, apakah bersifat ‘measurement-oriented’ atau ‘learning oriented’ (Carless, 2005: 47). Kondisi ini, transisi dari penilaian tradisional ke penilaian autentik, menuntut kemampuan guru untuk dapat memilih metode penilaian yang tepat dalam menilai kompetensi siswa. Untuk mengembangkan otonomi dalam belajar, peserta didik harus mampu mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Holec (1981: 3), tokoh dalam bidang otonomi, menyatakan bahwa pembelajar yang otonom adalah individu yang mampu mengambil alih atau mengontrol belajarnya sendiri. Pernyataan ini mengandung makna bahwa pembelajar memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dan bertindak secara bertanggung jawab terhadap pembelajarannya (Holec, 1981: 3; Kumaravadivelu, 2003: 131). Hal ini dipandang penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum yaitu membantu pembelajar http://facebook.com/indonesiapustaka

menjadi individu atau pembelajar yang otonom. Untuk menjadi otonom, peserta didik harus mampu membuat keputusan pada proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi belajarnya (Holec, 1981: 4). Sebagai konsekuensinya, peserta didik harus melatih diri mengambil kendali atas manajemen belajar mereka, proses kognitif, dan konten belajarnya yang

98

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menentukan sejauh mana hasil belajar yang dicapai sejalan dengan tujuan pembelajaran, asesmen diri/ evaluasi diri/penilaian diri diharapkan membantu peserta didik untuk mengenali kepercayaan diri mereka atas kemampuan mereka dalam proses pembelajaran sehingga mereka mengetahui apakah mereka sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau belum yang nantinya akan bermanfaat bagi mereka untuk merencanakan pembelajaran berikutnya (Holec, 1981: 17; Benson, 2006: 27). Untuk menyadari kemampuan mereka sendiri, peserta didik harus memiliki kepekaan, mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka serta mampu menentukan rencana atau tindakan untuk mencapai keberhasilan belajarnya di masa depan. Oleh karena itu, membantu peserta didik untuk menjadi akrab dengan proses belajar mereka melalui penilaian diri akan membantu peserta didik untuk bergerak dari ‘other-regulated’ menjadi ‘self-regulated’ atau mandiri (Cameron, 2001: 233), dan prinsip ini dapat mengarahkan peserta didik untuk sukses dalam belajar (Brown, 2004: 270). Dafei (2007: 15) menekankan bahwa siswa dengan kemampuan belajar yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menjadi percaya diri dalam belajar bahasa Inggris, dan keterlibatan aktif mereka pada evaluasi diri juga membantu mereka mengelola pembelajaran mereka sendiri. Sebagai akibatnya, peserta didik dilatih untuk menyadari apa yang mereka sudah ketahui dan yang tidak mereka ketahui serta dapat memutuskan strategi tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Oleh karena itu, penting untuk diketahui lebih jauh apakah asesmen diri/evaluasi diri/ penilaian diri itu beserta kelebihan dan kelemahannya, bagaimana asesmen diri memengaruhi pembelajaran bahasa Inggris peserta didik, terutama http://facebook.com/indonesiapustaka

dalam hal kemampuan berbahasa Inggris mereka untuk mendukung otonomi belajar; membedakan berbagai jenis penilaian diri dan bagaimana mereka berfungsi; dan bagaimana sebaiknya asesmen diri tersebut diimplementasikan untuk menilai peserta didik agar dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

99

A. Mengenal Asesmen Diri Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan mendefinisikan asesmen diri sebagai “penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan”. Peraturan ini menekankan bahwa asesmen diri digunakan untuk menilai kompetensi sikap di mana peserta didik diminta melihat ke dalam diri sendiri untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, selanjutnya kekurangan tersebut menjadi tujuan perbaikan (improvement goal) dengan harapan peserta didik akan lebih bertanggungjawab terhadap proses dalam konteks pencapaian kompetensi. Seperti yang dikutip oleh Marhaeni (2008), Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan sebuah model untuk menunjukkan kontribusi asesmen diri terhadap pencapaian tujuan belajar. Model tersebut menekankan bahwa peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals) pada saat mereka menilai dirinya. Sehingga, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini lah yang menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berdampak pada penilaian terhadap diri (self-judgment) yang akan menimbulkan akibat berupa reaksi (selfreaction). Runtutan dari model tersebut akan membawa peserta didik membentuk kepercayaan dirinya, seperti yang tertuang dalam diagram

http://facebook.com/indonesiapustaka

di bawah ini.

100

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

(1) Goals

(2) Effort

(3) Achievement

Self-evaluation

(4) Self-judgement

(5) Self-reaction

(6) Self-confidence

Bagan 4.1 Model Asesmen Diri Rolheiser dan Ross

Agar dapat mengimplementasikan asesmen diri dengan baik dalam pengajaran bahasa Inggris, guru hendaknya mengetahui jenis-jenis asesmen diri dan bagaimana mereka difungsikan dalam pengajaran. Brown and Abeywikrama (2010:145-151) mengklasifikasikan asesmen diri menjadi lima kategori. Kategori yang pertama adalah direct assessment performance (penilaian langsung) di mana peserta didik secara langsung menilai dirinya segera setelah selesai melakukan tugas untuk menilai aspek-aspek tertentu dari suatu performansi, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Johnson and Gelfand (2013) menemukan bahwa co-created http://facebook.com/indonesiapustaka

rubric yang digunakan oleh peserta didik dalam melakukan asesmen diri dapat membantu mereka meningkatkan kualitas menulis dan pandangan mereka terhadap pentingnya menulis. Dengan menggunakan rubrik tersebut, peserta didik mampu mengurangi persepsi negatif mereka terhadap kemampuan menulisnya. Peserta didik yang pada awalnya memandang dirinya memiliki kelemahan dalam menulis mampu

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

101

meningkatkan keyakinannya bahwa mereka adalah penulis yang bagus dan memberikan dampak pada meningkatnya kualitas tulisan mereka. Temuan positif dari implementasi asesmen diri ini juga ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Shahrakipour (2014) di mana report sheet dapat meningkatkan keterampilan membaca dan mendengarkan peserta didik. Dalam hal productive skill, khususnya berbicara, Chen (2008) menemukan bahwa peserta didik yang berlatih berbicara ditemani dengan rubrik penilaian sebagai bagian dari asesmen diri mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Dari segi afektif, Yoon and Lee (2013) mengimplementasikan Skala Linkert dan lima pertanyaan terbuka untuk asesmen diri peserta didik di setiap akhir pelajaran. Mereka menemukan bahwa asesmen diri dapat memberi dampak positf terhadap motivasi dan kepercayaan diri siswa belajar bahasa Inggris tanpa memandang tingkat prestasi bahasa Inggrisnya. Di samping itu, rasa enggan belajar bahasa Inggris pun dapat dikurangi. Dapat disimpulkan bahwa asesmen diri secara langsung yang dilakukan secara formatif dapat secara signifikan memberikan dampak postif terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Contoh instrumen asesmen diri secara langsung yang diambil dari Yoon and Lee (2013) dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pada saat pengimplementasiannya, instrumen ini ditulis dalam bahasa ibu (Korea). Tabel 4.1 Contoh Instrumen Asesmen Diri Langsung 5: Strongly agree 4: Agree 3: Neutral 2: Disagree 1: Strongly disagree 5 1. I can speak the expressions that I learned in the lesson 2. I understood the purpose of the lesson 3. After listening the dialogue, I can fill in the blank

http://facebook.com/indonesiapustaka

4. I understood the dialogue 5. I played the “Liar game” using appropriate expressions 6. I participated in the “Liar game” 7. I studied “Dialogue A” with my partner 8. I can communicate naturally with my friends 9. I can speak a list of three or more things that I want to do 10. My participation in my English class was pleasant

102

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

4

3

2

1

11. Write down any expressions from the lesson that you can still remember 12. What was the best activity in this lesson? 13. What was the most difficult thing in the lesson? 14. What was at least one good thing that I did in the lesson? 15. What should I do to achieve better results in the next assessment sessions? *Pertanyaan bisa berubah ditiap pertemuan

Instrumen ini dibagi menjadi dua bagian. Pada butir nomor 1 sampai dengan 10, siswa diminta untuk menilai dirinya dengan memberi centang pada kolom yang mewakili penilaian mereka atas kemampuan mereka masing-masing dengan skala 1-5. Sedangkan pada butir nomor 11 sampai dengan 15, siswa diminta untuk memberikan jawaban singkat atas pertanyaan yang telah disediakan sesuai dengan persepsi siswa masingmasing. Butir-butir pertanyaan tersebut bisa berubah sesuai dengan kegiatan yang berlangsung selama pertemuan. Untuk implementasi di kelas di Indonesia, butir-butir tersebut sebaiknya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi lebih valid. Selain direct self-assessment terdapat pula indirect self-assessment of (general) competence. Berbeda dari bentuk asesmen diri yang pertama, indirect self-assessment of (general) competence ini digunakan untuk memberikan informasi tentang hasil monitoring diri atas kemampuan secara umum setelah berselang beberapa lama dari waktu pembelajaran, contohnya setelah menyelesaikan beberapa modul pelajaran, setelah beberapa hari menyelesaikan pelajaran, atau bahkan di akhir semester. Unit-based self-assessment dan summative self-assessment adalah salah satu contoh dari

http://facebook.com/indonesiapustaka

asesmen diri ini. Butler dan Lee (2010) mengimplementasikan kedua instrumen tersebut dan hasilnya adalah peserta didik dapat dibantu untuk meningkatkan kemampuan diri mereka dalam melakukan asesmen diri. Penilaian diri yang dilakukan secara berulang-ulang membuat peserta didik semakin terbiasa memberikan penilaian terhadap kemampuan mereka. Hal ini berdampak positif terhadap kemampuan berbahasa Inggris peserta didik dan juga

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

103

mampu meningkatkan kepercayaan diri mereka. Kepercayaan diri ini akan dapat mendukung motivasi peserta didik dalam belajar yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif terhadap otonomi belajarnya. Berikut ini contoh instrumen asesmen diri yang digunakan dalam indirect self-assessment of (general) competence yang diambil dari Brown dan Abeywickrama (2010). Tabel 4.2 Contoh Instrumen Asesmen Diri Tidak Langsung I demonstrate active listening in class

5 4 3 2

1

I volunteer my comments in small-group work

5 4 3 2

1

When I don’t know a word, I guess from context

5 4 3 2

1

My pronunciation is very clear

5 4 3 2

1

I make very few mistakes in verb tenses

5 4 3 2

1

I use logical connectors in my writing

5 4 3 2

1

Kategori asesmen diri yang lainnya adalah metacognitive assessment, socio affective assessment, dan student self-generated test. Penilaian metakognitif tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk melihat kinerja atau kompetensi yang sudah dimiliki tetapi juga untuk merencanakan tujuan pembelajaran peserta didik selanjutnya serta memantau kemajuan mereka untuk mencapai tujuannya. Socio affective assessment berfungsi untuk mengetahui faktor afektif yang memengaruhi dalam pembelajaran, misalnya menilai motivasi, kecemasan, hambatan mental atau emosional pembelajar dan kemudian merencanakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Oleh karena itu, lensa psikologis diperlukan. Jenis terakhir adalah student self-generated test yaitu tes yang dihasilkan olah peserta didik itu sendiri. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk melibatkan diri dalam konstruksi tes yang bisa mengarahkan mereka menjadi lebih produktif, memiliki

http://facebook.com/indonesiapustaka

motivasi intrinsik, dan membangun proses belajar mandiri mereka. Misalnya, peserta didik membuat pertanyaan dalam kelompok dari bacaan yang telah mereka baca, atau menghasilkan daftar kata, konsep tata bahasa, dan menginventaris konten yang dianggap penting. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dengan membedakan berbagai jenis penilaian diri, guru akan mampu merancang dan menerapkannya secara sesuai untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensi peserta didiknya.

104

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut contoh dari asesmen diri tersebut yang diambil dari Brown dan Abeywickrama (2010). Tabel 4.3 Contoh Instrumen Asesmen Diri Metacognitive I can…

Yes!

Sometimes

Say the time in different ways





Not Yet □

Describe an ongoing action







Ask about and describe what people are wearing







Offer help







Accept and decline and offer of help







Ask about and describe the weather and seasons







Write a letter







Dengan menggunakan instrumen ini, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengetahui apa yang sudah bisa dilakukan dan yang masih perlu ditingkatkan. Sehingga guru akan memfokuskan proses pembelajaran untuk mencapai jawaban yes pada butir-butir yang masih dijawab sometimes dan not yet. Tabel 4. 4 Contoh Asesmen Diri dalam Socio Affective Assessment Learning Preference Think about the work you did in this unit. Put a check next to the items that helped you learn the lessons. Put two checks next to the ones that helped a lot □ □ □ □ Listening to the tapes and Listening to the teacher □



Working by myself

doing exercise





Working with a partner





Reading





Working with a group





Writing paragraphs





Asking teacher questions





Using the internet

http://facebook.com/indonesiapustaka

Dengan mengisi asesmen diri ini, informasi yang dikumpulkan akan dapat menjadi informasi yang berharga bagi peserta didik dan guru dalam mengidentifikasi gaya belajar dan menyiapkan strategi untuk proses belajar mengajar selanjutnya.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

105

B. Kekuatan dan Kelemahan Asesmen Diri Asesmen diri sebagai salah satu bentuk asesmen autentik memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki oleh asesmen diri dapat ditinjau dari pengaruh positifnya terhadap perkembangan aspek afektif dan kemampuan berbahasa Inggris peserta didik serta dampaknya terhadap kompetensi pedagogi guru. Adanya tahapan refleksi dan evaluasi dalam asesmen diri membantu peserta didik untuk dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika melakukan penilaian, mereka harus melakukan instropeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Asesmen diri juga dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Peserta didik pun terlatih untuk mengontrol tindakannya dan mampu mengembangkan sikap postif terhadap pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. (Paris & Paris, 2001; Yoon & Lee, 2013). Asesmen diri juga berdampak positif terhadap tumbuhnya rasa percaya diri untuk mencapai kesuksesan (Baleghizadeh and Masoun, 2013; Johnson & Gelfand, 2013). Peserta didik akan mampu mengenali kemampuannya dan mereka pun terlatih untuk menjadi lebih siap menghadapi pelajaran yang berkelanjutan. Di samping itu, penggunaan asesmen diri di kelas dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri (Butler & Lee, 2010; Yoon & Lee, 2013), terlatih untuk menjadi lebih kritis dan mandiri sehingga dapat menimbulkan dampak positif terhadap reactive autonomy peserta didik (Chen, 2008). Akibatnya, peserta didik akan lebih

http://facebook.com/indonesiapustaka

siap untuk belajar, tidak hanya di kelas tetapi juga di luar kelas dalam rangka mencapai tujuan belajar. Dengan kesiapan diri ini akan membantu peserta didik untuk mengurangi kecemasan dalam belajar (Yoon & Lee, 2013). Dengan memiliki aspek afektif yang positif, maka tidak akan menutup kemungkinan bagi peserta didik untuk dapat mengatur sendiri belajarnya dalam rangka pencapaian kesuksesan dalam belajar bahasa Inggris.

106

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Memiliki pandangan yang positif terhadap proses pembelajaran bahasa Inggris dapat mengarahkan peserta didik untuk menjadi pembelajar yang autonom karena proses pembelajaran tidak hanya menyangkut aspek kognitif, tetapi juga afektif. Untuk dapat mewujudkan hal ini, pembelajaran metakognitif penting untuk diimplementasikan sehingga peserta didik dapat terdorong untuk mampu merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi belajarnya, keuntungan inilah yang dimiliki oleh asesmen diri. Dafei (2007) dan Myartawan, Latief, and Suharmanto (2007) terdapat korelasi positif antara autonomi belajar dengan prestasi belajar peserta didik. Semakin tinggi otonomi peserta didik, prestasi belajar bahasa Inggrisnya pun semakin tinggi, begitu sebaliknya. Peserta didik cenderung untuk menjadi lebih percaya diri atas kemampuan bahasa Inggris mereka dan kemampuan mereka untuk memonitor dan mengevaluasi belajarnya juga mampu membantu kesuksesan mereka. Sehingga, asesmen diri dipercaya akan sesuai untuk dijadikan sebagai autonomy-supportive approach dalam pembelajaran (Bullock, 2011). Sehubungan dengan pencapaian hasil belajar, asesmen diri memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar bahasa Inggris peserta didik. Dengan tingkat reliabilitas internalnya yang tinggi (Ross, 2006: 2), asesmen diri akan dapat memberi dampak positif terhadap kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris jika asesmen diri ini secara langsung berhubungan dengan tugas-tugas yang diberikan dan kontekstual (Butler and Lee, 2006). Sehubungan dengan hal ini, Suzuki (2015) menambahkan bahwa isi dari asesmen diri seharusnya mempertimbangkan faktor pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik dalam belajar. Asesmen diri yang dilakukan berdasarkan unit (indirect selfhttp://facebook.com/indonesiapustaka

assessment) akan dapat memberikan kesempatan yang cukup bagi peserta didik untuk menyiapkan diri mereka mengikuti proses belajar mengajar sehingga mereka menjadi lebih siap dalam belajar. Sehingga, peserta didik akan mampu menyadari tujuan pembelajaran yang sudah mereka capai atau belum capai dan menyiapkan strategi untuk memperbaiki diri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga akan menjadi lebih sukses dalam mencapai tujuan belajarnya. Dengan demikian, peserta didik mampu 4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

107

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam prestasi belajar Bahasa Inggris (Yoon and Lee, 2013). Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson and Gelfand (2013) di mana ditemukan bahwa asesmen diri membantu peserta didik dalam meningkatkan kualitas tulisan mereka. Asesmen diri juga terbukti telah mampu membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kinerja lisan mereka secara sukses (Chen, 2008). Dalam hal receptive skill asesmen diri juga dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam keterampilan membaca dan mendengarkan (Shahrakipour, 2014). Dari sudut pandang pengajar, asesmen diri ini juga akan dapat membantu pengajar bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi pedagogi mereka. (Butler dan Lee, 2010) menemukan bahwa guru-guru bahasa Inggris memandang asesmen diri ini, secara prinsip, sebagai salah satu bentuk asesmen autentik yang menjanjikan sehingga mereka cenderung untuk mengimplementasikannya sebagai asesmen formatif di kelas yang mereka ajarkan. Guru menghargai nilai dari asesmen diri di mana asesmen diri ini akan dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengatur proses belajarnya sendiri (self-regulated learning) seperti yang dipaparkan oleh (Carless, 2005). Asesmen diri oleh para pengajar juga dipandang sebagai metode pengumpulan data kemampuan peserta didik yang objektif dan dapat menstimulasi motivasi belajar sehingga mampu melibatkan peserta didik secara maksimal dalam proses belajar mengajar. Peserta didik juga dibantu untuk meningkatkan kepekaannya terhadap kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Untuk itu diharapkan umpan balik yang membangun dari para pengajaran sehingga hasil yang diperoleh dari penerapan metode asesmen ini akan http://facebook.com/indonesiapustaka

menjadi maksimal (Bullock, 2011). Di samping itu pula, hasil dari asesmen diri ini juga berdampak pada kemampuan guru untuk mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik sehingga dapat digunakan acuan menyusun bahan ajar yang sesuai dengan standar input peserta didik yang akan diajar. Selain kekuatannya, asesmen diri juga memiliki kelemahankelemahan. Berbagai tantangan dalam pengimplementasian asesmen diri 108

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

ini perlu mendapatkan perhatian, seperti adanya keanekaragaman budaya, setting, serta perbedaan usia maupun jenis kelamin (Benson, 2006:34) yang memang perlu untuk diinvestigasi lebih lanjut. Di samping itu pula, terdapat kecenderungan dari diri si pembelajar untuk menilai dirinya secara subjektif. Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi atau bahkan ada keengganan sehingga peserta didik cenderung untuk memberikan nilai rendah pada kemampuan mereka. Seperti adanya aspek budaya lokal Bali de ngaden awak bise (jangan menilai diri sendiri sebagai seseorang yang paling pintar), dapat memengaruhi kemampuan peserta didik untuk menilai dirinya sehingga menimbulkan subjektivitas (Marhaeni, 2009). Kekurangakuratan hasil penilaian juga bisa terjadi di mana peserta didik dapat melakukan penilaian dengan sebaik-baiknya ketika berada di dalam kelas, namun ketika di luar kelas kemungkinan ketidakkonsistenan penilaian itu akan terjadi. Di samping itu pula, adanya kemungkinan peserta didik tidak mengetahui apa yang mereka ketahui atau bahkan apa yang mereka tidak ketahui. Sehingga diperlukan persiapan dan alat ukur yang cermat.

C. Implementasi Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Sebelum asesmen diri ini diimplementasikan, ada beberapa pedoman yang hendaknya dipertimbangkan. Brown dan Abeywickrama (2010) menyarankan empat pedoman penerapan asesmen diri. Pertama, informasikan kepada peserta didik tujuan dari asesmen. Penerapan asesmen diri bagi beberapa kalangan, terutama yang masih menganut paham sistem pendidikan tradisional, memandang bahwa asesmen diri ini adalah sesuatu yang dirasa kurang nyaman untuk dilakukan, sehingga http://facebook.com/indonesiapustaka

penting bagi guru untuk bisa meyakinkan peserta didik akan pentingnya asesmen diri bagi kelangsungan proses belajar mengajar serta pencapaian tujuan pembelajaran serta bagaimana posisinya dalam proses belajar mengajar (Butler dan Lee, 2010). Kedua, setelah tujuan asesmen tersampaikan, pengajar hendaknya menjelaskan sejelas-jelasnya bagaimana asesmen diri itu akan dilakukan

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

109

oleh peserta didik. Pastikan peserta didik mengetahui dengan benar apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana mereka melakukan asesmen diri tersebut. Prosedur yang jelas sangat diperlukan, bahkan pemberian model dan latihan sebelum penerapannya memungkinkan untuk dilaksanakan agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya. Guru mengajak peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria penilaian yang dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya seperti dengan sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ketiga, selanjutnya pastikan bahwa peserta didik terdorong untuk melakukan evaluasi yang nyata atas performansi mereka. Salah satu tantangan dalam penerapan asesmen diri ini adalah adanya kemungkinan bahwa peserta didik tidak melakukan asesmen diri dengan jujur ataupun cenderung untuk subjektif. Sebaiknya pengajar menjelaskan akan pentingnya kejujuran dan opini yang objektif sehingga dapat memacu motivasi peserta didik untuk melakukan penilaian dengan baik. Adanya kriteria penilaian terbuka juga mampu merangsang munculnya objektivitas penilaian diri. Di samping itu, latar belakang budaya yang berbeda yang dapat menjadi tantangan dalam penerapan asesmen diri http://facebook.com/indonesiapustaka

ini perlu mendapat perhatian(Baleghizadeh dan Masoun, 2013). Pada awal penerapannya, peserta didik mungkin merasa enggan untuk menilai dirinya karena dipengaruhi oleh budaya lokal mereka sehingga ada kemungkinan peserta didik menganggap remeh kemampuannya atau sebaliknya terlalu menganggap bahwa dirinyalah yang terhebat (Chen, 2008). Seperti yang ditemukan oleh Suzuki (2015) bahwa pembelajar yang

110

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

kurang berpengalaman dalam hal pembelajaran bahasa kedua cenderung untuk menganggap dirinya lebih mampu sementara mereka yang lebih berpengalaman cenderung untuk memandang remeh kemampuannya. Keempat, agar lebih memaksimalkan tingkat objektivitas tersebut perlu adanya kegiatan tindak lanjut yang sistematis agar pengajar tidak hanya berpatokan pada hasil belajar saja tetapi juga proses belajarnya. Misalnya, selama proses penilaian diri, Yoon dan Lee (2013) menyarankan untuk memberikan tanda pada asesmen diri peserta didik seperti dengan menggunakan cher-up messages atau tanda checklist pada form peserta didik sehingga akan dapat menjaga engagement mereka terhadap teknik asesmen diri yang digunakan. Contoh yang lain adalah setelah peserta didik diminta untuk menilai dirinya melalui checklist asesmen diri, ada baiknya mereka diminta untuk melakukan self-analysis lebih lanjut, jadi tidak hanya sekadar mengisi formulir checklist saja. Jurnal juga dapat digunakan untuk melakukan refleksi begitu pula umpan balik tertulis dari guru, temu muka antara pengajar dan peserta didik (conference) maupun kombinasi dari beberapa teknik ini akan dapat membantu mengurangi subjektivitas penilaian. Dalam hal pengembanagan instrumen asesmen diri, ada baiknya jika butir-butir dikembangkan dengan menggunakan bahasa ibu peserta didik. Cameron (2001:235) dan didukung oleh Butler and Lee (2007) memandang bahwa penggunaan bahasa ibu dalam asesmen diri memungkinkan adanya penilaian diri yang lebih akurat dan juga validitasnya bisa tetap dijaga. Untuk efektivitas pengimplementasian asesmen diri, terdapat beberapa model yang bisa dijadikan acuan. Taras (2010) menjelaskan empat model dasar asesmen diri, seperti self-marking, sound standard, http://facebook.com/indonesiapustaka

standard model, self-assessment with integrated tutor feedback dan learning contract design (LCD). Model-model tersebut memiliki proses, waktu, dan pelibatan pembelajar dan pengajar yang berbeda-beda. Namun, kesuksesan dalam penerapan model-model tersebut sama-sama tergantung pada kemampuan pengajar dan pembelajar dalam menegosiasikan pemahaman mereka atas proses dan produk dari asesmen.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

111

Dalam self-marking, asesmen diri dilakukan oleh pembelajar dengan menggunakan model dan kriteria sebagai acuan untuk membandingkan karya mereka. Dengan demikian, pembelajar akan dapat melakukan refleksi untuk mengoreksi dan memberikan penilaian terhadap karyanya. Dalam proses penilaian hasil karya, pembelajar melakukan proses yang sama seperti apa yang dilakukan oleh pengajarnya, sehingga membuka kesempatan pada pembelajar untuk melatih kemampuan mereka mengenali kelemahan dan kelebihannya, walaupun di sisi lain model ini bersifat behaviourist karena hanya berpatokan pada contoh karya yang ideal dan adanya perbandingan secara sistematis. Alasan inilah yang menyebabkan self-marking sebagai model yang dipandang sebagai model yang terlemah dibandingkan ketiga model lainnya. Walaupun demikian, dengan adanya umpan balik dan kemampuan untuk melakukan pembandingan sendiri, pembelajar merasa dipercaya untuk mengemban tanggung jawab sehingga dapat melatih rasa percaya diri mereka walaupun nantinya karya mereka akan dinilai kembali oleh pengajar. Pembelajar juga terbiasa untuk terlibat langsung dalam menilai poses dan hasil belajarnya sehingga akan membantu pengajar untuk lebih menghemat waktu dalam proses pembelajaran. Agar model ini menjadi model yang lebih kuat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti dengan melibatkan pembelajar secara berkelompok menentukan kriteria penilaian, menentukan judul esai yang ditulis dan fokus dari bahan bacaan. Kemudian, setelah karya mereka diselesaikan, pembelajar juga bisa dilibatkan dalam memutuskan dan menghasilkan lembar penilaian. Perlu juga diingat bahwa kelemahan model ini adalah adanya kemungkinan membangun persepsi pembelajar bahwa hanya ada satu model yang benar. Oleh karena itu, pengajar perlu

http://facebook.com/indonesiapustaka

menyediakan lebih dari satu model yang sesuai dengan harapan atau kriteria yang sudah ditentukan. Berbeda dengan self-marking, model sound standard memfasilitasi pembelajar dengan dua contoh karya sebagai pembanding atas karya mereka dalam melakukan asesmen diri. Contoh yang diberikan adalah satu karya yang memiliki kualitas sedikit di atas standar, dan satu contoh lagi adalah contoh karya yang sedikit di bawah standar di mana 112

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

standar yang dimaksud adalah 55,5%. Pemberian dua contoh tersebut dapat menghindarkan pembelajar dari rasa kurang percaya diri, karena sering kali contoh yang sempurna mengakibatkan keengganan pada diri pembelajar ketika mengetahui bahwa karya yang mereka hasilkan setelah dibandingkan ternyata jauh dari sempurna (tidak mendekati contoh yang diberikan). Selain itu, model sound standard juga menekankan pada target pembelajaran di mana pembelajar diharapkan mampu mencapai ratarata yang ditargetkan, tidak dituntut untuk menghasilkan karya yang jauh melebihi target walaupun sebenarkan pembelajar mampu untuk mencapainya. Hal ini pun menjadi kelemahan dari model asesmen diri ini. Oleh sebab itu, apabila contoh yang diberikan adalah contoh yang sempurna, maka ada baiknya jika contoh tersebut dipandang sebagai suatu karya yang membangun, tidak membebani pembelajar untuk meraih kesuksesan jauh di atas kemampuannya, sehingga pembelajar mampu mencapai standar yang sudah ditentukan. Di balik kelemahan yang dimiliki oleh model sound standard ini, terdapat kekuatan yang tidak dimiliki oleh model self-marking di mana dalam pengimplementasiannya, pembelajar tidak diberikan informasi tentang contoh yang mana termasuk contoh yang di bawah standar dan yang mana yang di atas standar sehingga menuntut kemampuan pembelajar untuk melakukan penilaian sendiri terhadap contoh-contoh tersebut dengan membandingkannya menggunakan deskriptor pada kriteria yang sudah ada dan menggunakan contoh serta deskriptor tersebut untuk menilai karyanya. Sehingga, dalam proses ini pembelajar akan mampu melakukan analisa dan mengimplementasikan pemikiran kritis mereka dalam menentukan kualitas contoh. Di samping itu pula, pembelajar akan dapat membandingkan kelebihan dan kelemahan

http://facebook.com/indonesiapustaka

dari kedua contoh tersebut untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan karyanya. Model selanjutnya adalah standard model. Dalam model ini, pembelajar dituntut untuk mampu menggunakan kriteria yang ada untuk menilai, memberikan umpan balik dan menilai pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada pengajar. Pada saat mengumpulkan hasil karyanya, pembelajar diminta menyampaikan berapa nilai atau skor yang 4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

113

mereka harapkan dan memberikan alasan mengapa mengharapkan nilai tersebut dengan menyampaikan kelebihan dan kelemahan dari karya yang dihasilkannya. Pengajar memberikan penilaian sesuai kriteria yang sudah ada namun pengajar memberikan komentar sebagai tambahan atas komentar yang telah disampaikan oleh pembelajar. Umpan balik atau komentar yang diberikan oleh pengajar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas karya mereka. Dengan demikian, asesmen diri ini berlangsung secara berkelanjutan. Pembelajar diharapkan pada akhirnya mampu untuk menunjukkan karya terbaik mereka, karya yang sudah tidak mengandung kelemahan-kelemahan seperti yang sebelumnya sudah direfleksikan atau dikomentari oleh pengajar. Hal inilah yang membedakan standar model dengan sound standard. Namun, pada kenyataannya, ada kemungkinan bahwa karya yang pembelajar kumpulkan mengandung kelemahan yang sebelumnya belum tersampaikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan waktu yang dimiliki pembelajar untuk merefleksi dan menggali informasi sehingga pembelajar tidak memiliki waktu konstan untuk melakukan pembaruan terhadap karyanya. Waktu yang disediakan sebaiknya memberikan kesempatan yang cukup bagi pembelajar untuk melakukan refleksi terhadap hasil dari refleksi dirinya dan mencerna komentar pengajar dalam memperbaiki karya yang telah dihasilkan, serta memberikan cukup peluang bagi pembelajar mencari bantuan dari teman sejawatnya untuk berbagi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Jika pembelajar masih memiliki keraguan atas hasil asesmen dirinya maupun hasil diskusi dengan teman sejawatnya, pembelajar dapat mencari bantuan dari pengajar. Di samping itu, adanya berbagai faktor logistik seperti akses terhadap buku, jurnal dan

http://facebook.com/indonesiapustaka

lain sebagainya yang terbatas dapat menjadi faktor penghalang kemampuan pembelajar untuk menghasilkan karya yang maksimal. Berbeda dengan standard model, self-assessment with integrated tutor feedback secara jelas meminta pembelajar mengintegrasikan umpan balik dari pengajar dan teman sejawat (tutor dan peer feedback) sebelum melaksanakan asesmen diri. Proses ini telah berkembang di mana pada awalnya pembelajar menyerahkan karya seperti biasa. Pengajar 114

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

memberikan umpan balik (baik langsung pada hasil karyanya maupun menggunakan kertas yang berbeda) sesuai kriteria yang telah ditentukan. Pengajar menyerahkan kembali karya pembelajar disertai komentar di kelas tanpa memberikan nilai sehingga pembelajar tidak merasa tertekan dalam memperbaiki karyanya apabila nilai yang didapat tidak sesuai dengan harapan mereka. Pembelajar mendiskusikan umpan balik yang diberikan oleh pengajar dengan teman sejawatnya, menerima umpan balik dan penilaian dari teman sejawat, kemudian menggunakan umpan balik dari guru dan teman sejawat tersebut untuk melakukan revisi dan memberikan nilai pada karya masing-masing. Prosedur model ini pun mengalami perkembangan, di mana diawali dengan standard model (pembelajar memberikan deskripsi kelebihan dan kelemahan karyanya disertai dengan nilai) kemudian dilanjutkan dengan integrated tutor-feedback. Umpan balik yang diberikan oleh pengajar tidaklah mendetail karena fokusnya terdapat pada kemampuan pembelajar untuk merefleksi hasil karyanya. Oleh karena itu, pertama-tama pembelajar diminta mempertimbangkan umpan balik yang diberikan oleh pengajar untuk merefleksi dalam rangka perbaikan karyanya. Tahapan ini penting karena pembelajar diberikan kesempatan melihat kembali karyanya dari sudut pandang yang berbeda. Selanjutnya, pembelajar diminta untuk mendiskusikan umpan balik yang telah diterimanya dan memberikan penilaian paling sedikit pada karya dari dua orang teman sejawat. Langkah berikutnya adalah pembelajar saling menukar lembar umpan balik yang telah dilengkapi dengan komentar masing-masing beserta nilainya dan komentar awal yang telah diberikan pengajar serta lembar penilaian pengajar. Langkah terakhir adalah pembelajar menganalisis komentar pengajar dan nilainya untuk

http://facebook.com/indonesiapustaka

meyakinkan bahwa tidak ada permasalahan yang signifikan ataupun ketidaksesuaian. Learning contract design (LCD) dikembangkan atas dasar self-directed learning. Asesmen diri melekat dalam kontrak pembelajaran di mana pembelajar membuat keputusannya sendiri: apa, kapan, dan bagaimana belajar. Umpan balik maupun dukungan belajar dari pengajar maupun teman sejawat tidak diberikan secara reguler atau pun terjadwal, teman 4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

115

sejawat dan tujuan asesmen diri pun berganti di setiap minggunya karena sesuai dengan ciri utama dari asesmen diri yaitu 25% penilaian pembelajaran dilakukan oleh pembelajar. Setiap asesmen yang dilakukan melibatkan pembelajar dalam merangkum standar dan penilaian, mendeskripsikan unjuk kerja secara operasional, dan melaporkan proses penilaian dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan standar/ kriteria yang telah ditentukan sehingga bisa merepresentasikan nilai yang diperoleh. Peran pengajar dalam hal ini adalah hanya mengonfirmasikan bahwa pembelajar telah mampu melaksanakan refleksi dengan baik dan mampu memberikan penilaian dan perbaikan sesuai standar yang ada. Dibandingkan dengan model-model yang lainnya, model ini memberikan kepercayaan kepada pembelajar untuk melakukan penilaian dan hasil penilaian diri tersebut berkontribusi terhadap nilai akhir pembelajar. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peluang untuk memberikan kesempatan kepada diri si pembelajar untuk mengatur dan menilai belajarnya sendiri walaupun dalam konteks kurikulum yang sangat ketat. Sehingga, pembelajaran yang mandiri menjadi dasar pengembangan model ini. Agar dapat diterapkan dengan baik, perlu adanya kerja sama yang baik antara si pembelajar, teman sejawat serta pengajar. Pengajar diharapkan memiliki komitmen tinggi dan keberanian kuat untuk memberikan kepercayaan besar kepada pembelajar untuk mengembangkan otonomi belajarnya melalui asesmen diri. Tuntunan ini bisa dijadikan sebagai unsur kelemahan dari model LCD ini. Dari penjelasan tentang model-model asesmen diri, dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masingmasing. Agar dapat mengimplementasikan model tersebut secara efektif, http://facebook.com/indonesiapustaka

pengajar perlu mempertimbangkan karakteristik pembelajar serta konteks pembelajaran sehingga adaptasi perlu dilakukan sesuai kebutuhan pembelajarannya. Ada beberapa penugasan yang berhubungan dengan penerapan asesmen diri dalam keempat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Brown dan Abeywickrama (2010) mendeskripsikannya seperti pada Tabel 4.5. 116

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Tabel 4.5 Contoh Penugasan yang Menggunakan Asesmen Diri Listening Tasks Listening to TV or radio broadcasts and checking comprehension with a partner. Listening to bilingual versions of a broadcast and checking comprehension. Asking when you don’t understand something in pair or group work. Listening to an academic lecture and checking yourself on a “quiz” of the content. Setting goals for creating/increasing opportunities for listening. Speaking Tasks Filling out student self-checklist and questionnaire Rating oral presentation Detecting pronunciation or grammar errors on a self-recording Asking others for confirmation check in conversational settings Setting golas for creating/increasing opportunities for speaking Reading Tasks Reading passages with self-check comprehension questions following Reading and checking comprehension with a partner Taking vocabulary quizzes Taking grammar and vocabulary quizzes on the internet Conducting self-assessment of reading habits Seting goal for creating/increasing opportunities for reading Writing Task Revising written work on your own Proofreading Using journal writing for reflection, assessment and goal-setting Setting goals for creating/increasing opportunities for writing

Selama penugasan berlangsung, asesmen diri dapat digunakan sebagai panduan bagi pembelajar untuk melakukan perbaikan ataupun untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka selama proses pengerjaan sehingga terjadi proses perbaikan untuk menjadi lebih baik dan pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap hasil karyanya dan secara tidak langsung akan dapat memengaruhi prestasi

http://facebook.com/indonesiapustaka

belajarnya.

1. Pembelajaran Berbicara Dalam bagian ini akan diberikan contoh kegiatan pembelajaran dalam keterampilan berbicara disertai dengan contoh instrumen yang dapat digunakan dan bagaimana intrumen tersebut diimplementasikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa (2015).

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

117

Adapun asesmen diri yang dilakukan oleh pembelajar diarahkan pada asesmen diri pada kemampuan aspek linguistik dan aspek non linguistik. Aspek linguistik meliputi pemahaman, kelancaran, pengucapan, kosakata, dan tata bahasa. Sedangkan aspek non-linguistik meliputi kemampuan mengikuti pelajaran, kejujuran, kemampuan melakukan refleksi diri, mengidentifikasi kemajuan diri, dan mendeskripsikan hasil belajar. Berikut ini contoh instrumen asesmen diri yang dapat digunakan oleh pembelajar untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu mendeskripsikan benda secara lisan berdasarkan konteks (lingkungan rumah) dengan ucapan dan intonasi yang tepat. Untuk itu, pembelajar dapat ditugaskan untuk menampilkan presentasi lisan mereka dalam bentuk monolog. Instrumen yang dicontohkan berupa checklist selfassessment dalam aspek linguistik untuk siswa (Tabel 4.6), checklist selfassessment dalam aspek non-linguistik untuk siswa (Tabel 4.7), checklist aspek linguistik untuk guru (Tabel 4.8), dan checklist aspek non-linguistik untuk guru (Tabel 4.9). Tabel 4.6 Lembar Checklist Self-assessment: Aspek Linguistik

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

118

Pernyataan

1

Saya mengerti ide pokok deskripsi yang disampaikan teman/guru saya walaupun dalam bahasa Inggris.

2

Saya mampu mendeskripsikan lingkungan rumah saya dalam bahasa Inggris dengan kalimat yang mudah dimengerti.

3

Saya mampu mendeskripsikan lingkungan rumah saya secara lisan dalam bahasa Inggris dengan lancar (jeda yang tepat).

4

Saya memiliki cukup kosakata dalam bahasa Inggris yang bisa saya gunakan dalam mendeskripsikan lingkungan rumah saya.

5

Saya mampu memilih kata yang tepat dalam mendeskripsikan lingkungan rumah saya.

6

Saya mampu mendeskripsikan lingkungan rumah saya secara lisan dalam bahasa Inggris dengan pengucapan yang jelas.

7

Saya mampu mengucapkan kata-kata dalam mendeskripsikan lingkungan rumah saya dalam bahasa Inggris dengan tepat. Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Nilai 1

2

3

4

5

8

Saya mampu menggunakan struktur kalimat yang benar sesuai tata bahasa dalam bahasa Inggris dalam mendeskripsikan lingkungan rumah saya.

9

Saya mampu menyusun kata dengan benar sesuai tata bahasa dalam bahasa Inggris ketika mendeskripsikan lingkungan rumah saya.

10

Saya mampu menggunakan simple present tense untuk mendeskripsikan lingkungan rumah saya.

Tabel 4.7 Lembar Checklist Self-assessment: Aspek Non-Linguistik No

Pernyataan

1

Saya mampu memahami materi yang dibahas meskipun guru menjelaskannya dalam bahasa Inggris. Saya berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saya merasa senang dan bersemangat mengikuti pelajaran. Saya mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya berbahasa Inggris. Saya membaca beberapa sumber (buku, majalah, artikel) untuk mendapatkan informasi tambahan tentang bagaimana mendeskripsikan lingkungan rumah saya. Saya mampu mendeskripsikan lingkungan rumah saya dalam bahasa Inggris secara lisan. Kemampuan saya berbicara dalam bahasa Inggris terus meningkat. Saya merasa percaya diri ketika mendeskripsikan lingkungan rumah saya dalam bahasa Inggris di depan kelas. Saya mampu memberikan kesan yang baik ketika mendeskripsikan lingkungan rumah saya di depan kelas. Deskripsi yang saya tampilkan mampu menarik perhatian guru dan teman-teman saya.

2 3 4 5 6

7 8 9

10

http://facebook.com/indonesiapustaka

11

Respons 1

2

3

4

5

Untuk mengisi checklist tersebut ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi siswa untuk memberikan respons terhadap pernyataan dalam penilaian diri: a.

Siswa diharapkan memberikan respons terhadap setiap pernyataan pada kolom penilaian diri ini, dengan memberikan tanda (√) pada salah satu kolom respons yang tersedia. 4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

119

b.

Setiap pernyataan hanya direspons dengan satu tanda (√) sesuai dengan pilihan siswa berdasarkan pengamatan, pemahaman, pengalaman, dan apa yang dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Arti nomor pada kolom respons adalah: 1

= Tidak pernah 3= Kadang-kadang

2

= Jarang

5= Selalu

4= Sering

Tabel 4.8 Lembar Checklist untuk Guru: Aspek Linguistik

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

Pernyataan

1

Siswa memahami ide pokok deskripsi yang disampaikan teman/gurunya walaupun dalam bahasa Inggris.

2

Siswa mampu mendeskripsikan lingkungan rumahnya dalam bahasa Inggris dengan kalimat yang mudah dimengerti.

3

Siswa mampu mendeskripsikan lingkungan rumahnya secara lisan dalam bahasa Inggris dengan lancar (jeda yang tepat).

4

Siswa mampu memiliki cukup kosakata dalam bahasa Inggris yang bisa digunakan dalam mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

5

Siswa mampu memilih kata yang tepat dalam mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

6

Siswa mampu mendeskripsikan lingkungan rumahnya secara lisan dalam bahasa Inggris dengan pengucapan yang jelas.

7

Siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam mendeskripsikan lingkungan rumahnya dalam bahasa Inggris dengan tepat.

8

Siswa mampu menggunakan struktur kalimat yang benar sesuai tata bahasa dalam bahasa Inggris dalam mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

9

Siswa mampu menyusun kata dengan benar sesuai tata bahasa dalam bahasa Inggris ketika mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

10 Siswa mampu menggunakan simple present tense untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

120

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Respons 1

2

3

4

5

Tabel 4.9 Lembar Checklist untuk Guru: Aspek Non-Linguistik No

Pernyataan

1

Siswa mampu memahami materi yang dibahas meskipun guru menjelaskannya dalam bahasa Inggris.

2

Siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

3

Siswa merasa senang dan bersemangat mengikuti pelajaran.

4

Siswa mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

5

Siswa merasa percaya diri dengan kemampuannya berbahasa Inggris.

6

Siswa membaca beberapa sumber (buku, majalah, artikel) untuk mendapatkan informasi tambahan tentang bagaimana mendeskripsikan lingkungan rumahnya.

7

Siswa mampu mendeskripsikan lingkungan rumahnya dalam bahasa Inggris secara lisan.

8

Kemampuan siswa berbicara dalam bahasa Inggris terus meningkat.

9

Siswa terlihat percaya diri ketika mendeskripsikan lingkungan rumahnya dalam bahasa Inggris di depan kelas.

10

Siswa mampu memberikan kesan yang baik ketika mendeskripsikan lingkungan rumahnya di depan kelas.

11

Deskripsi yang siswa tampilkan mampu menarik perhatian guru dan teman-teman saya.

Respons 1

2

3

4

5

Ketentuan pemberian respons terhadap pernyataan dalam penilaian untuk siswa:

http://facebook.com/indonesiapustaka

a.

Guru diharapkan memberikan respons terhadap setiap pernyataan pada kolom penilaian ini, dengan memberikan tanda (√) pada salah satu kolom respons yang tersedia.

b.

Setiap pernyataan hanya direspons dengan satu tanda (√) sesuai dengan pilihan berdasarkan pengamatan yang dilakukan guru terhadap siswa.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

121

Arti nomor pada kolom respons adalah: 1

= Tidak pernah

3= Kadang-kadang 5= Selalu

2

= Jarang

4= Sering

Untuk mengetahui kemampuan siswa melakukan self-assessment, hasil self-assessment siswa dibandingkan dengan penilaian dari guru. Hasil checklist self-assessment siswa untuk linguistik aspek dibandingkan dengan hasil checklist dari guru untuk linguistik aspek. Begitu juga hasil checklist self-assessment siswa untuk non-linguistik aspek dibandingkan dengan hasil checklist dari guru untuk non-linguistik aspek. Ketentuannya adalah nilai respons dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok 1: 1, 2, 3 dan kelompok 2: 4, 5. Jika respons siswa dan guru berada di kelompok yang sama, maka siswa mendapat skor 1. Jika respons siswa dan guru berada di kelompok berbeda, maka siswa mendapat skor 0. Berikut pedoman untuk kategori level kemampuan asesmen diri pembelajar dalam keterampilan berbicara. 85% - 100% tergolong sangat baik, 70% - 84% tergolong baik, 65% -69% tergolong cukup, 40% - 64 % termasuk kategori kurang, dan 0% - 39% termasuk kategori sangat kurang.

2. Pembelajaran Menyimak Asesmen diri yang dikembangkan dalam keterampilan menyimak dapat didasarkan pada aspek-aspek keterampilan menyimak itu sendiri. Adapun aspek keterampilan menyimak di antaranya: word recognition yaitu kemampuan mengenali kata-kata yang didengarkan, word perception yaitu kemampuan memahami makna kata-kata yang didengarkan, grammar awareness yaitu pengetahuan akan struktur kalimat yang digunakan, serta http://facebook.com/indonesiapustaka

comprehension yaitu kemampuan memahami makna yang disampaikan. Berikut ini (Tabel 4.10) contoh asesmen diri yang dapat digunakan pada keterampilan menyimak dalam bentuk checklist. Adapun kegiatan pembelajarannya ialah mendengarkan percakapan.

122

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Tabel 4.10 Contoh Instrumen Asesmen Diri dalam Keterampilan Menyimak No.

Pernyataan

1

Saya mampu mengenali kata-kata di dalam percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

Ya

2

Saya mengerti makna kata-kata di dalam percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

3

Saya mengetahui tenses yang digunakan di dalam percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

4

Saya mengetahui dengan pasti kenapa tenses tersebut digunakan di dalam percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

5

Saya memahami makna ungkapan-ungkapan sapaan yang digunakan di dalam percakapan yang saya dengarkan.

6

Saya memahami tujuan penggunaan ungkapan-ungkapan tersebut di dalam percakapan yang saya dengarkan.

7

Saya memahami makna idiom yang digunakan di dalam percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

8

Saya memahami jalan percakapan mengenai sapaan yang saya dengarkan.

9

Saya mampu mengisi percakapan mengenai sapaan yang rumpang dengan jawaban yang benar.

10

Saya mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan mengenai percakapan yang saya dengarkan.

Tidak

Selain aspek kemampuan mendengarkan, asesmen diri juga dapat digunakan untuk menilai diri dari segi aspek non-linguistik seperti kejujuran dan juga kerja sama. Berikut ini (Tabel 4.11) contoh dari asesmen diri untuk kejujuran. Tabel 4.11 Contoh Instrumen Asesmen Diri untuk Aspek Kejujuran No

Pernyataan

Selalu

Kadang-kadang

Tidak Pernah

http://facebook.com/indonesiapustaka

Selama melakukan kegiatan dictation: 1

Saya menyalin teks dari sumbernya, tidak dengan mendengarkan.

2

Saya menyalin teks hasil pekerjaan kelompok lain.

3

Saya melaporkan hasil mendengarkan secara jujur.

4

dst.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

123

Dengan mengisi checklist tersebut, peserta didik diharapkan mampu menyadari apa yang baik dan yang tidak sehubungan dengan sikap (kejujuran) mereka dalam menyelesaikan tugas. Niscaya, semakin sering asesmen diri ini dilakukan, maka kemampuan peserta didik untuk bersikap jujur akan senantiasa dapat dikembangkan. Kejujuran ini pun akan dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka akibat dari adanya pembiasaan-pembiasaan. Selain kejujuran, aspek sikap yang juga dapat dikembangkan dengan asesmen diri dalam keterampilan menyimak adalah sikap mampu bekerja sama. Berikut ini (Tabel 4.12) contoh dari asesmen diri dalam bentuk checklist untuk melatih siswa agar mampu bekerja sama. Tabel 4.12 Contoh Instrumen Asesmen Diri untuk Sikap Bekerja Sama No

Pernyataan

Selalu

Kadang-kadang

Tidak Pernah

Saya menyadari bahwa saya: 1

Berpartisipasi aktif dalam diskusi

2

Berbagi ide dalam diskusi kelompok

3

Membantu teman lainnya dalam kegiatan kelompok

4

dst

Dengan mengisi checklist tersebut, peserta didik diharapkan mampu menyadari apa yang sudah bisa ataupun yang belum bisa mereka lakukan dalam melakukan pekerjaan secara bersama-sama atau dalam menyelesaikan tugas. Diharapkan dengan semakin seringnya asesmen diri ini dilakukan, maka kemampuan peserta didik untuk bekerja sama dapat dikembangkan sehingga akan dapat berdampak pada kehidupan http://facebook.com/indonesiapustaka

sehari-hari mereka.

3. Pembelajaran Membaca Dalam pembelajaran membaca, asesmen diri juga dapat digunakan untuk membantu pembelajar mengembangkan kemampuan mereka sehubungan dengan aspek membaca yang ditekankan. Adapun aspek yang

124

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

digunakan pada instrumen asesmen diri pada pelajaran membaca seperti pemahaman akan topik yang dibaca (comprehension), prediksi terhadap isi bacaan (prediction), membaca kembali (re-reading), bantuan (help), mencari ide pokok (finding main idea), mencatat (taking note), diskusi (discussion), sumber bacaan (sources), dan menggarisbawahi kalimat (outlining sentences). Berikut (Tabel 4.13) contoh instrumen asesmen diri yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca. Tabel 4.13 Contoh Instrumen Asesmen Diri pada Keterampilan Membaca

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

Strategi

Sering

1

Saya memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang saya baca.

2

Saya membuat prediksi akan bacaan dan membaca untuk membuktikan prediksi saya benar.

3

Saya membaca kembali kalimat sebelum dan sesudah terhadap kata/kalimat yang saya tidak ketahui.

4

Saya meminta bantuan siswa lain untuk membantu dalam mengartikan isi bacaan.

5

Saya mencari ide pokok dalam bacaan.

6

Saya menulis catatan.

7

Saya berdiskusi dengan orang lain akan topik bacaan yang saya baca.

8

Saya membaca buku-buku dari koleksi pribadi yang ada di rumah.

9

Saya menggarisbawahi kalimatkalimat dalam bacaan yang saya anggap penting.

Kadang-kadang

Hampir tidak pernah

Dengan mengisi instrumen asesmen diri tersebut, pembelajar diharapkan melakukan refleksi diri. Sehingga, pembelajar mengetahui apa yang menjadi kelemahan maupun kelebihan mereka dalam menerapkan strategi membaca yang berdampak pada kemampuan mereka dalam

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

125

memahami teks. Pembelajar juga dapat mengetahui apakah strategi yang mereka terapkan dalam membaca sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, pembelajar juga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan diri setelah mengisi instrumen tersebut. Keberadaan teman sejawat maupun pengajar juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan penerapan instrumen tersebut. Adanya konferensi antara pembelajar dan pengajar untuk mendiskusikan hal-hal yang masih meragukan (terutama dari pandangan pembelajar) akan dapat membantu pembelajar itu sendiri untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan asesmen diri sehingga akan terjadi perubahan sikap yang nantinya akan berimplikasi pada meningkatnya kemampuan membaca. Selain dalam bentuk checklist, asesmen diri dalam keterampilan membaca juga dapat berupa jurnal membaca. Berikut ini contoh asesmen diri dalam keterampilan membaca yang diadaptasi dari Marhaeni (2015). Asesmen diri yang dikembangkan bertujuan membantu pembelajar mencapai indikator pembelajaran di mana pembelajar diharapkan mampu membuat ringkasan bacaan. Pengimplementasian asesmen diri pun diintegrasikan dalam metode penilaian portofolio, dengan harapan pembelajar dapat mengetahui perkembangan kemampuan membacanya. Contoh asesmen diri yang dapat digunakan tampak seperti pada contoh di Tabel 4.14 berikut:

http://facebook.com/indonesiapustaka

Tabel 4.14 Contoh Instrumen Asesmen Diri Menggunakan Jurnal Membaca

Judul Buku

: ………………….

Tanggal mulai

: ………………….

Tanggal selesai

: ………………….

No

126

Tgl

Hal

Ringkasan

Komentar

(tentang isi yang dibaca)

(perasaan/ pendapat tentang alur, topik, tokoh, dll)

Kendala yang dihadapi

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Rencana Selanjutnya

Melalui kegiatan tersebut, pembelajar dituntun menjadi kritis terhadap apa yang dibacanya. Mereka harus memberikan bukti tentang apa yang telah dibacanya dengan cara mengisi kolom tentang halaman atau judul artikel yang dibaca dan kemudian menuliskan ringkasan dari teks yang dibacanya. Asesmen seperti ini tidak hanya mendidik peserta didik untuk memahami isi bacaan, tetapi juga sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, mengembangkan karakter bekerja keras dan berprestasi. Selanjutnya, instrumen asesmen diri ini bisa diikuti dengan instrumen lain seperti pada Tabel 4.15 untuk mengetes tentang minat membaca. Tabel 4.15 Inventori Minat Membaca

Nama Peserta Didik : …………………. No

Deskripsi

1.

Saya suka membaca cerita apa pun, terutama kisah-kisah orang terkenal.

2.

Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya.

3.

Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca.

4.

Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca.

5.

Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita yang saya baca.

Ya/Tidak

Instrumen asesmen diri di atas diisi oleh peserta didik setelah menyelesaikan tugas membaca. Dengan mengisi rubrik ini mereka terbimbing untuk menyadari tentang apa yang dibaca dan bagaimana perasaannya setelah membaca. Kebiasaan membaca bisa diperkuat dengan rubrik ini. Selain itu, penilaian portofolio di bawah ini akan http://facebook.com/indonesiapustaka

meningkatkan motivasi siswa untuk membaca. Untuk itu, ada baiknya jika rubrik penilaian ini (Tabel 4.16) juga diberikan kepada peserta didik sebagai acuan untuk melakukan asesmen diri. Sehingga, peserta didik mengetahui bagaimana mereka akan dinilai. Hal ini akan berdampak pada motivasi peserta didik dan bagaimana peserta didik memilih strategi pembelajarannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga diharapkan hasil yang didapat pun maksimal. 4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

127

Tabel 4.16 Contoh Rubrik Penilaian Portofolio: Reading No.

Dimensi

Bobot

Skor

Deskriptor

1

Extensive Reading frequency

2

4

3

2

1

Frekuensi membaca teks tambahan dengan tema yang sama.

2

Deskripsi ‘point to learn’

2

4

3

2

1

Deskripsi tentang kosakata dan gramatika baru yang dipelajari.

3

Reading Journal Log

4

4

3

2

1

Deskripsi tentang konten bacaan, karakter cerita, dan generic structure bacaan dan komentar.

4

Pemahaman

2

4

3

2

1

Jawaban terhadap comprehension questions.

Dari penilaian portofolio di atas bisa dilihat bahwa selain melibatkan guru, peserta didik juga memiliki kebebasan untuk memilih bacaan tambahan dan menilai diri sendiri.

4. Pembelajaran Menulis Dalam bagian ini akan diberikan contoh instrumen yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis dan bagaimana instrumen tersebut diimplementasikan bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vigayanti (2015). Instrumen yang dikembangkan dibedakan atas instrumen untuk siswa yang terdiri atas rubrik penilaian diri untuk siswa serta instrumen untuk guru yang terdiri atas kisi-kisi, rubrik penilaian diri siswa yang diisi oleh guru, serta pedoman penilaian. Masing-masing instrumen mencakup dua aspek dalam pembelajaran yakni aspek bahasa (aspek linguistik) yang terdiri dari ide pokok, isi, organisasi, penggunaan

http://facebook.com/indonesiapustaka

bahasa dan mekanika; maupun aspek non-bahasa (non-linguistik) berupa kemampuan mengikuti pelajaran, kejujuran, kemampuan melakukan refleksi diri, mengidentifikasi kemajuan diri dan mendeskripsikan hasil kerja kemampuan mengikuti pelajaran.

128

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Contoh yang disajikan di sini digunakan untuk membantu pembelajar untuk mencapai tujuan belajar yaitu agar pembelajar mampu memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks pengumuman, dan menulis teks singkat berbentuk pengumuman dengan menggunakan struktur dan unsur bahasa yang baik dan benar. Berikut contoh instrumen asesmen diri yang diisikan oleh pembelajar dalam aspek linguistik (Tabel 4.17) dan aspek non-linguistik (Tabel 4.18). Untuk pengajar disediakan contoh instrumen asesmen aspek linguistik (Tabel 4.19), aspek non-linguistik (Tabel 4.20), dan penilaian kemampuan asesmen diri siswa (Tabel 4.21). Tabel 4.17 Instrumen Asesmen Diri Siswa dalam Aspek Linguistik

1.

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

Checklist untuk Main Idea, Content, dan Organization Pernyataan

1

Topik pada tulisan saya cukup spesifik.

2

Tulisan saya buat memiliki ide pokok yang jelas.

3

Ide yang saya tuangkan ke dalam tulisan saya adalah sesuatu yang baru yang tidak ditulis oleh teman saya dan tidak ada di buku.

4

Setiap ide pokok dikembangkan dengan kalimat pendukung yang sesuai.

5

Setiap ide pokok memiliki kalimat pendukung yang seimbang.

6

Saya mengembangkan ide-ide saya dengan lancar (coherence).

7

Ada keserasian antara ide-ide yang saya tuangkan dalam teks saya sehingga mereka menjadi suatu kesatuan (unity).

8

Saya menulis kata “announcement” pada awal teks saya sebagai heading.

9

Terdapat orang yang dituju (addressee) di badan teks (body).

10

Terdapat informasi yang akan disampaikan pada tulisan yang saya buat.

11

Saya menulis nama/pihak yang membuat announcement pada penutup dari announcement yang saya buat.

Respons Ya

Tidak

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

129

2.

Checklist untuk Language Use Respons

No

Pernyataan

1

Saya menggunakan pilihan kata yang tepat untuk tulisan saya.

2

Kata-kata yang saya gunakan cukup bervariasi.

3

Saya mengggunakan kata yang sesuai dengan audience.

4

Saya menggunakan sinonim atau antonim pada tulisan saya.

5

Kalimat-kalimat yang saya gunakan bervariasi.

6

Ada variasi panjang-pendeknya kalimat pada tulisan saya.

7

Penggunaan kalimat-kalimat perintah dan permintaan.

8

Saya menggunakan Subject-Verb agreement yang benar pada simple present tense.

9

Saya menggunakan bentuk “will” dan “be going to” pada kalimat yang menyatakan kejadian dan rencana di masa depan.

3.

Ya

Tidak

Checklist untuk Mechanics

http://facebook.com/indonesiapustaka

Respons No

Pernyataan

1

Saya menulis setiap kata dalam teks yang saya buat dengan ejaan yang benar.

2

Saya menggunakan huruf kapital pada huruf pertama awal kalimat.

3

Saya juga menggunakan huruf kapital pada penulisan nama, tempat, bulan, hari, dan hari raya.

4

Saya menggunakan tanda baca yang benar pada tulisan saya seperti tanda titik (.) pada akhir kalimat, singkatan, dan sebagai pemisah pada penulisan jam dan menit.

5

Saya menggunakan tanda koma (,) sebagai pemisah anak kalimat dengan induk kalimat.

6

Saya menggunakan tanda titik dua (:) sebagai tanda pemerian.

7

Kalimat pertama pada awal paragraf menjolok ke dalam.

8

Saya memberikan jarak yang cukup sebagai pemisah antarkata.

9

Saya menulis identitas saya seperti nama, kelas, dan nomer absen di sudut kanan atas.

10 Saya membaca ulang tulisan saya sebelum dikumpul.

130

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Ya

Tidak

Tabel 4.18 Instrumen Asesmen Diri Siswa dalam Aspek Non-Linguistik Nilai No

Pernyataan

1

Saya memahami materi tentang announcement.

2

Saya memahami fungsi dan kegunaan dari announcement .

3

Saya bisa menulis sebuah announcement dengan tujuan tertentu.

4

Saya bisa menulis announcement berdasarkan ide-ide saya sendiri.

5

Saya menulis announcement menggunakan kemampuan dan pengetahuan saya sendiri.

6

Saya bertanya kepada guru atau teman tentang hal yang tidak saya pahami dan tidak saya ketahui di dalam proses membuat announcement.

7

Saya mengutip beberapa/seluruh bagian dari contoh announcement di buku atau yang dibuat oleh teman.

8

Saya menyadari adanya kekurangan pada tulisan saya yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan bahasa Inggris saya.

9

Saya bisa mengidentifikasi permasalahan pada tulisan saya dan menyadari apa yang harus ditingkatkan.

10

Saya menyadari perlunya memperbaiki tulisan saya pada aspek ide pokok, isi, organisasi, penggunaan bahasa, kosakata, tata bahasa, tanda baca, dan ejaannya.

11

Saya bisa menulis announcement sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.

12

Saya bisa menggunakan kreativitas saya untuk membuat announcement yang menarik.

13

Saya memiliki pengetahuan yang jelas tentang materi announcement.

14

Saya menghasilkan sebuah tulisan tentang announcement yang benar dan menarik.

Ya

Tidak

Untuk mengisi instrumen asesmen diri tersebut terdapat ketentuan

http://facebook.com/indonesiapustaka

sebagai berikut: a.

Siswa diharapkan memberikan respons terhadap setiap pernyataan instrumen penilaian diri (self-assessment) ini, dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu kolom respons yang tersedia sesuai dengan pilihan.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

131

b.

Setiap pernyataan hanya direspons dengan satu tanda centang (√) sesuai dengan pilihan anda berdasarkan pengamatan, pemahaman, pengalaman, dan apa yang dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 4.19 Instrumen Asesmen Guru dalam Aspek Linguistik

1.

Checklist untuk Main Idea, Content, dan Organization Respons

No

Pernyataan

1

Topik pada tulisan siswa cukup spesifik.

2

Tulisan siswa buat memilki ide pokok yang jelas.

3

Ide yang siswa tuangkan ke dalam tulisan mereka adalah sesuatu yang baru yang tidak ditulis oleh teman mereka dan tidak ada di buku.

4

Setiap ide pokok dikembangkan dengan kalimat pendukung yang sesuai.

5

Setiap ide pokok memiliki kalimat pendukung yang seimbang.

6

Siswa mengembangkan ide-ide dengan lancar (coherence).

7

Ada keserasian antara ide-ide yang dituangkan dalam teks sehingga mereka menjadi suatu kesatuan (unity) .

8

Siswa menulis kata “announcement” pada awal teks sebagai heading.

9

Terdapat orang yang dituju (addressee) di badan teks (body).

Ya

Tidak

10 Terdapat informasi yang akan disampaikan pada tulisan yang siswa buat. 11 Siswa menulis nama/pihak yang membuat announcement pada penutup dari announcement yang dibuat.

2.

Checklist untuk Language Use Respons

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

Pernyataan

1

Siswa menggunakan pilihan kata yang tepat untuk tulisannya.

2

Kata-kata yang digunakan cukup bervariasi.

3

Saya mengggunakan kata yang sesuai dengan audience.

4

Siswa menggunakan sinonim atau antonim pada tulisannya.

5

Kalimat-kalimat yang siswa gunakan bervariasi.

6

Ada variasi panjang-pendeknya kalimat pada tulisan siswa.

7

Penggunaan kalimat-kalimat perintah dan permintaan.

132

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Ya

Tidak

8

Siswa menggunakan subject-verb agreement yang benar pada simple present tense.

9

Siswa menggunakan bentuk “will” dan “be going to” pada kalimat yang menyatakan kejadian dan rencana di masa depan.

3.

Checklist untuk Mechanics Respons

No

Pernyataan

1

Siswa menulis setiap kata dalam teks yang siswa buat dengan ejaan yang benar.

2

Siswa menggunakan huruf kapital pada huruf pertama awal kalimat.

3

Siswa juga menggunakan huruf kapital pada penulisan nama, tempat, bulan, hari, dan hari raya.

4

Siswa menggunakan tanda baca yang benar pada tulisannya seperti tanda titik (.) pada akhir kalimat, singkatan, dan sebagai pemisah pada penulisan jam dan menit.

5

Siswa menggunakan tanda koma (,) sebagai pemisah anak kalimat dengan induk kalimat.

6

Siswa menggunakan tanda titik dua (:) sebagai tanda pemerian.

7

Kalimat pertama pada awal paragraf menjorok ke dalam.

8

Siswa memberikan jarak yang cukup sebagai pemisah antarkata.

9

Siswa menulis identitas seperti nama, kelas, dan nomor absen di sudut kanan atas.

10

Siswa membaca ulang tulisan sebelum dikumpul.

Ya

Tidak

Tabel 4.20 Instrumen Asesmen Diri Siswa dalam Aspek Non-Linguistik Nilai No

http://facebook.com/indonesiapustaka

1

Pernyataan

Ya

Tidak

Siswa memahami materi tentang announcement.

2

Siswa memahami fungsi dan kegunaan dari announcement.

3

Siswa bisa menulis sebuah announcement dengan tujuan tertentu.

4

Siswa bisa menulis announcement berdasarkan ide-ide saya sendiri.

5

Siswa menulis announcement menggunakan kemampuan dan pengetahuannya sendiri.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

133

6

Siswa bertanya kepada guru atau teman tentang hal yang tidak dipahami dan tidak diketahui di dalam proses membuat announcement.

7

Siswa mengutip beberapa/seluruh bagian dari contoh announcement di buku atau yang dibuat oleh teman.

8

Siswa menyadari adanya kekurangan pada tulisannya yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan bahasa Inggris.

9

Siswa bisa mengidentifikasi permasalahan pada tulisannya dan menyadari apa yang harus ditingkatkan.

10

Siswa menyadari perlunya untuk memperbaiki tulisan pada aspek ide pokok, isi, organisasi, penggunaan bahasa, kosakata, tata bahasa, tanda baca, dan ejaannya.

11

Siswa bisa menulis announcement sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.

12

Siswa bisa menggunakan kreativitasnya untuk membuat announcement yang menarik.

13

Siswa memiliki pengetahuan yang jelas tentang materi announcement.

14

Siswa menghasilkan sebuah tulisan tentang Announcement yang benar dan menarik.

Ketentuan dalam memberikan respons terhadap pernyataan dalam penilaian diri tersebut yaitu guru diharapkan untuk memberikan respons terhadap setiap pernyataan instrumen penilaian diri (self-assessment) ini, dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu kolom respons yang tersedia sesuai dengan pilihan. Setiap pernyataan hanya direspons dengan satu tanda centang (√) sesuai dengan pilihan Anda berdasarkan pengamatan, pemahaman, pengalaman, dan apa yang dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa di dalam melakukan asesmen diri, hasil asesmen diri siswa dibandingkan dengan penilaian dari guru http://facebook.com/indonesiapustaka

terhadap siswa dengan menggunakan instrumen yang sama. Respons yang diberikan pada instrumen penilaian diri dikelompokkan menjadi dua: Kelompok 1

:

Jika respons siswa/guru berada pada kolom ‘Ya’ pada self-assessment instrumen.

134

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Kelompok 2

:

Jika respons siswa/guru berada pada kolom ‘Tidak’ pada self-assessment instrumen.

Ketentuan Penilaian: 1 = Jika respons siswa dan guru berada di kelompok yang sama. 0 = jika respons siswa dan guru berada di kelompok yang berbeda. Setelah dibandingkan, kemampuan asesmen diri siswa tersebut dikategorikan seperti dalam Tabel 4.20. Tabel 4.21 Penilaian Kemampuan Asesmen Diri Siswa Persentase

Tingkat

85%-100%

Sangat Baik

70%-84%

Baik

55%-69%

Cukup

40%-54%

Kurang

0%-39%

Sangat Kurang

Dengan pengkategorian tersebut akan diketahui sejauh mana siswa mampu melakukan asesmen diri dan selanjutnya siswa diharapkan mampu untuk bisa melakukan perbaikan atas pembelajarannya sehingga akan terjadi proses perbaikan atas proses belajar yang pada akhirnya akan mampu berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Asesmen diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan penerapan asesmen diri ini, peserta didik diharapkan mampu melihat ke dalam diri sendiri untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Selanjutnya http://facebook.com/indonesiapustaka

kekurangan tersebut menjadi tujuan perbaikan (improvement goal) dalam rangka pencapaian kompetensi belajarnya. Adanya tahapan refleksi dan evaluasi dalam asesmen diri membantu peserta didik untuk dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika melakukan penilaian, mereka harus melakukan instropeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

4 | Asesmen Diri dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

135

Asesmen diri tidak hanya bermanfaat untuk mengembangkan ranah kognitif dan psikomotor dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, ranah afektif peserta didik pun dapat ditingkatkan. Asesmen diri dapat meningkatkan motivasi belajar, kepercayaan diri, mengurangi rasa cemas, dan menstimulus autonomi belajar. Walaupun demikian, asesmen diri juga memiliki kelemahan. Tantangan terbesar dalam pengimplementasian asesmen diri yaitu untuk memastikan bagaimana peserta didik dapat menilai dirinya secara objektif. Untuk itu, perlu diperhatikan berbagai faktor yang bisa memengaruhinya, seperti faktor keanekaragaman budaya, setting, serta perbedaan usia maupun jenis kelamin, serta ketidaktahuan peserta didik atas apa yang mereka ketahui dan yang belum mereka ketahui dalam hal aspek pembelajaran bahasa. Untuk itu, diperlukan persiapan, alat ukur dan model yang sesuai untuk dapat menerapkan asesmen diri

http://facebook.com/indonesiapustaka

dalam pembelajaran bahasa.

136

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Bab 5

ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Sebelum berbicara tentang asesmen portofolio, terlebih dahulu perlu diketahui asal mula dari portofolio itu sendiri. Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni, merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio pertama kali digunakan dalam pendidikan seni. Selanjutnya portofolio berkembang ke bidang pendidikan bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai bahan penilaian kemampuan membaca dan menulis. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini, asesmen portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan http://facebook.com/indonesiapustaka

bahwa individu belajar bersifat holistik sekaligus individual. Dalam bagian ini akan diuraikan kajian teoretik mengenai asesmen portofolio yang meliputi: 1) hakikat asesmen portofolio, 2) model asesmen portofolio, dan 3) asesmen portofolio dalam pembelajaran menulis dalam bahasa Inggris.

137

A. Hakikat Asesmen Portofolio 1. Deinisi

Dalam literatur-literatur mengenai asesmen portofolio dapat diperoleh puluhan definisi portofolio. Berikut ini dikutip tiga definisi yang dianggap mewakili maksud dari definisi-definisi yang ada. Salvia dan Ysseldike (1996) mengatakan bahwa portofolio adalah a collections of products used to demonstrate what a student has done, and by inference, what a person is capable of doing (sekumpulan hasil karya pembelajar, yang dapat menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh pembelajar tersebut). Wyaatt III dan Looper mendefinisikan portofolio sebagai a very personal collection of artifacts and reflections about one’s accomplishments, learning, strengths, and best works (suatu koleksi personal yang berisi bukti-bukti karya (artifact) serta refleksi pembelajar tentang pencapaian, perkembangan, kekuatan, dan karya terbaik sebagai hasil belajarnya). Asmawi Zainul mengutip Poulson dan Poulson yang mendefinisikan portofolio sebagai a purposeful collection of student work that exhibits the student’s effort, progress, and achievement in one or more areas. The collection must include student participation in selecting contents, the criteris for selection, the criteria for judging merit, and, evidence of student self-reflection (karya-karya pembelajar yang dikumpulkan untuk suatu tujuan tertentu, dan mencerminkan usaha, kemajuan, dan pencapaian dalam satu atau lebih bidang tertentu. Kumpulan atau koleksi ini meliputi partisipasi pembelajar dalam memilih isi portofolionya, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti pembelajar melakukan refleksi). Dari ketiga definisi di atas, dapat dirangkum bahwa dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh komponen pokok, yaitu: (1) http://facebook.com/indonesiapustaka

adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil (outcome), (3) bukti-bukti autentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multisumber, (4) kerja sama pembelajar dengan pembelajar, dan pembelajar dengan pengajar, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan

138

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

(ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran.

2. Asesmen Portofolio dalam Kerangka Asesmen Berbagai pandangan tentang esensi asesmen portofolio telah menempatkannya dalam posisi yang istimewa dalam kerangka asesmen. Para ahli mencoba menempatkannya dalam jenis asesmen tertentu. Sementara banyak ahli menyebutnya sebagai asesmen alternatif atau asesmen autentik, O’Malley dan Valdes Pierce (1996) maupun Nitko (1996) mengatakan asesmen portofolio dapat dikategorikan sebagai asesmen alternatif, autentik, maupun kinerja. Yang dimaksud asesmen alternatif dalam konteks ini adalah asesmen lain sebagai pilihan untuk mengganti maupun melengkapi jenis asesmen lain yang umum digunakan. Sebagai asesmen alternatif, asesmen portofolio merupakan lawan dari tes baku dan bentuk-bentuk tes objektif lain seperti pilihan ganda, benar-salah dan lain-lain bentuk tes yang mensyaratkan hanya satu pilihan jawaban. Penggunaan asesmen portofolio tidak terlepas dari upaya untuk adanya jenis asesmen yang lebih relevan daripada berbagai tes yang selama lebih dari setengah abad mendominasi sistem pengujian dalam pendidikan. Asesmen autentik mengandung pengertian pemberian tugas-tugas yang secara langsung bermakna. Misalnya dalam pelajaran membaca. Tugas membaca beberapa naskah tulisan dan membandingkan sudut pandang dari tulisan-tulisan tersebut adalah autentik; sedangkan tugas membaca untuk mencari ide utama dari tiap-tiap paragraf adalah tidak autentik. Asesmen autentik dapat berupa berbagai metode asesmen yang dapat

http://facebook.com/indonesiapustaka

mencerminkan berbagai aktivitas proses belajar, hasil belajar, motivasi, maupun sikap. Asesmen portofolio adalah satu asesmen autentik karena satu cirinya adalah adanya suatu proses penilaian yang berkelanjutan (on-going) yang dimulai dari awal hingga mencapai suatu produk karya tertentu. Keseluruhan proses yang terjadi merupakan suatu portofolio pada mana penilaian dilakukan.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

139

Asesmen kinerja, di pihak lain adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang telah dipelajari pembelajar. Asesmen kinerja mensyaratkan pembelajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menunjukkan sejauh mana pembelajar tersebut telah mencapai suatu target belajar. Kinerja seseorang tentu saja berbeda dengan kinerja seseorang yang lain. Sebagai contoh, seorang anak yang tingginya 1,5 meter dapat melompat sejauh 2,76 meter, sedangkan seorang anak lain yang tingginya 1,3 meter akan mampu melompat sejauh 2 meter. Kinerja individu merupakan performansi maksimal yang dia tunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar. Penilaian kinerja individu merupakan satu ciri dalam asesmen portofolio karena sifatnya yang sangat individualized. Setiap individu dapat menunjukkan kinerja semaksimal mungkin melalui portofolio masing-masing.

3. Perbandingan Antara Asesmen Portofolio Dengan Tes Baku Dalam dua dekade terakhir, asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan pembelajar secara menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes yang secara tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif di mana hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes tersebut distandardisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes http://facebook.com/indonesiapustaka

di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku tersebut. Istilah tes baku selanjutnya digunakan untuk mengacu pada tes-tes tersebut.

140

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

De Fina (1992) merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio dan tes baku seperti terlihat dalam Tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1 Ciri-ciri Asesmen Portofolio dan Tes Baku No.

Asesmen Portofolio

Tes Baku

1.

Terjadi pada situasi alamiah.

Situasi ujian, tidak alamiah.

2.

Memberi kesempatan pembelajar menunjukkan kelebihan maupun kelemahannya.

Menunjukkan kelemahan pembelajar dalam suatu hal tertentu.

3.

Informasinya bersifat langsung, pada saat itu (hands-on).

Tidak memberikan informasi diagnostik.

4.

Asesmen dapat dilakukan bersamasama antara guru, orangtua, bahkan pembelajar.

Menunjukkan ranking.

5.

Bersifat terus-menerus (on-going), sehingga memberikan kesempatan beragam untuk dilakukan asesmen.

Kesempatan hanya sekali untuk mengakses kemampuan dalam suatu hal tertentu.

6.

Mengakses hal-hal secara realistis dan bermakna.

Mengakses hal-hal secara artifisial, tidak sesuai dengan keseharian yang ada.

7.

Memberi kesempatan pembelajar melakukan refleksi terhadap karya dan pengetahuannya.

Mengharapkan hanya satu respons yang benar.

8.

Memberi kesempatan refleksi bagi orang lain yang berkepentingan, mengenai pengetahuan pembelajar dan karya-karyanya.

Memberikan data-data numerik yang kadangkala menakutkan dan secara esensial tidak bermakna.

9.

Mendorong temu wicara (conference) antara dosen dan pembelajar.

Mengharuskan pertemuan antara dosen dengan administrator.

10.

Menempatkan pembelajar sebagai pusat proses pendidikan karena gambaran keadaannya berguna untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran.

Mendukung kurikulum sebagai pusat proses pendidikan.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Lebih spesifik lagi untuk pembelajaran bahasa Inggris, Popham (2005) mengutip Tierney, Carter, dan Desai yang menunjukkan perbandingan antara asesmen portofolio dengan tes (baku) dalam mengakses keterampilan membaca dan menulis, sebagai berikut:

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

141

Tabel 5.2 Perbandingan Asesmen Portofolio Dengan Tes Baku dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis No.

Asesmen Portofolio

Tes Baku

1.

Mewakili keluasan bacaan dan tulisan pembelajar.

Menilai, membaca, dan menulis secara terbatas, dan mungkin bukan yang dibaca dan ditulis pembelajar.

2.

Menyertakan pembelajar dalam menilai perkembangan dan pencapaian mereka, serta dalam penentuan tujuan berikutnya.

Skoring secara mekanis atau oleh dosen tetapi untuk aspek-aspek membaca dan menulis yang sangat terbatas.

3.

Memberi tempat bagi perbedaan pembelajar.

Menilai semua pembelajar dengan dimensi yang sama.

4.

Dapat dilakukan kolaborasi dalam asesmen.

Tidak kolaboratif.

5.

Asesmen diri mendapat penekanan.

Tidak ditekankan.

6.

Mengases kemajuan, usaha, dan hasil belajar.

Mengases hanya hasil belajar.

7.

Mengaitkan asesmen dengan pembelajaran.

Pembelajaran terpisah dengan penilaian.

Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen portofolio menunjukkan beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes objektif, yaitu seperti adanya penilaian yang berkelanjutan, menghargai pembelajar sebagai individu dengan keunikan masing-masing, dan adanya pengembangan metakognisi melalui refleksi dan asesmen diri. Kemp dan Toperoff (1998) mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini portofolio dapat memacu keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan motivasi, dan prestasi.

4. Elemen-elemen Dasar Portofolio

http://facebook.com/indonesiapustaka

O’Malley dan Valdez Pierce (1996) menyebutkan tiga elemen penting dalam suatu portofolio, yaitu (a) sampel karya pembelajar, (b) asesmen diri, dan (c) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. a.

Sampel karya pembelajar Sampel karya pembelajar menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen.

142

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi pengajar, maupun preferensi pembelajar. Asesmen portofolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu, proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan untuk memperoleh hasil belajar yang seoptimal mungkin. Selanjutnya O’Malley dan Valdez Pierce (1996) yang mengutip Tierney, Carter, dan Desai mengatakan bahwa portofolio pada dasarnya bersifat individual, dalam artian dapat memenuhi tujuan kelas maupun tujuan pembelajar. Oleh karena itu, tidak mungkin ada dua portofolio yang sama persis. Meski demikian perlu ditentukan cara menyusun sampel tersebut sehingga memudahkan proses asesmen dan pelaporannya (sharing) kepada orangtua maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Wyaatt III dan Looper mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik. Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh pembelajar. Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan pembelajar bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun pengajar (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan http://facebook.com/indonesiapustaka

pembelajar, pengajar biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagai karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis. b.

Evaluasi diri dalam asesmen portofolio Menurut Routman (1991), asesmen diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar pembelajar. Informasi yang didapatkan

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

143

tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting. O’Malley dan Valdez Pierce bahkan mengatakan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri pembelajar dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri pembelajar dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, pembelajar lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. O’Malley dan Valdez Pierce selanjutnya mengatakan ada tiga jenis asesmen diri dalam asesmen portofolio. Pertama, sebagai dokumentasi. Dalam hal ini pembelajar memberi justifikasi terhadap apa yang telah dihasilkannya. Misalnya, pembelajar memilih satu karangan sebagai karya terbaiknya. Pembelajar tersebut menyertakan alasan kenapa dia memilih karangan itu sebagai karya terbaiknya. Kedua, sebagai perbandingan. Dalam hal ini pembelajar membandingkan karyanya dengan karya terdahulu dan menemukan kelebihan-kelebihan dari karyanya. Ketiga, sebagai integrasi. Dalam hal ini portofolio berfungsi secara lebih umum yaitu sebagai contoh atau bukti atas kemajuan yang telah dicapai. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan asesmen diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) pembelajar terhadap proses dan hasil belajarnya. Pembelajar akan http://facebook.com/indonesiapustaka

mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. c.

Kriteria penilaian yang jelas dan terbuka Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’ pengajar ataupun tester, dalam asesmen portofolio justru

144

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

harus disosialisasikan kepada pembelajar secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan agar sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan pembelajar, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke (1996) mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan Voght (1996) mengatakan, dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi, yaitu asesmen pada proses maupun konstruk. Proses melibatkan pembelajar dan pengajar yang bekerja secara kolaboratif dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder, ataupun kotak yang menjadi tempat bahan-bahan asesmen dikumpulkan.

B. Model Asesmen Portofolio Asesmen portofolio telah digunakan secara luas sebagai satu asesmen paling komprehensif dalam rangka memantau proses dan hasil belajar. Implementasi asesmen portofolio mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan analisis serta pelaporan. 1.

Perencanaan asesmen portofolio Perencanaan asesmen portofolio mencakup penentuan tujuan, penetapan isi, dan instrumen asesmen yang digunakan. a.

Tujuan asesmen portofolio

http://facebook.com/indonesiapustaka

Dalam menetapkan tujuan asesmen portofolio, perlu dipertimbangkan aspek-aspek seperti: (a) apakah asesmen portofolio digunakan untuk memantau proses dan atau hasil belajar (produk)? (b) apakah asesmen portofolio digunakan sebagai instrumen atau alat dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar, atau sebagai alat penilaian hasil belajar?

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

145

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas menentukan sejauh mana asesmen portofolio dimanfaatkan dalam pembelajaran. b.

Isi Portofolio Portofolio yang merupakan kumpulan karya pembelajar ditempatkan dalam folder portofolio. Beberapa hal yang penting dalam penentuan isi portofolio antara lain: (a) apa saja yang dimasukkan sebagai isi suatu portofolio, (b) relevansi isi portofolio dengan tujuan portofolio, dan (c) volume serta rentang waktu karya yang digunakan.

c.

Instrumen Asesmen Portofolio Sifat asesmen portofolio yang terbuka (open-ended) memberi peluang digunakannya instrumen asesmen yang beragam. Beberapa di antaranya dibahas berikut ini: 1) Catatan anekdot Pencatatan anekdot adalah pencatatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan yang terjadi pada saat suatu proses sedang berlangsung. Pencatatan dilakukan pada saat dilakukan konferensi pembelajar-pengajar di mana pembelajar berkesempatan untuk menunjukkan karyanya, draf, dan catatan-catatan penting lainnya. Konferensi dilakukan terhadap beberapa aspek kemampuan menulis. Dosen membuat catatan tentang kelebihan dan kekurangan karya pembelajar, serta menuliskan kemungkinan cara membantu pembelajar pada aspek-aspek yang masih merupakan masalahnya. Dalam konferensi juga didiskusikan cara-cara

http://facebook.com/indonesiapustaka

yang disepakati untuk mengentaskan masalah yang ada. 2) Rubrik penilaian analitik Rubrik analitik digunakan untuk menilai kinerja dalam tugas (performance task). Sebuah rubrik penilaian merupakan suatu skala yang berisi sejumlah karakteristik yang menjelaskan kinerja pembelajar pada tiap poin skala. Nitko mengatakan dalam rubrik penilaian analitik, penilai memberi skor pada 146

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

komponen-komponen, lalu dijumlah untuk mendapatkan skor total. 3) Checklist Checklist digunakan untuk mengkompilasi beberapa aspek suatu dokumen atau naskah. Checklist dilakukan dengan cara memberi tanda cek pada setiap aspek yang muncul untuk setiap pembelajar. Dengan cara demikian dapat diketahui gambaran umum performansi pembelajar untuk aspek-aspek yang menjadi fokus. Moya dan O’Malley (1996) mendesain suatu model implementasi asesmen portofolio untuk pembelajaran menulis dalam bahasa Inggris. Model implementasi tersebut meliputi enam tingkat aktivitas asesmen yang saling terkait, sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan dan fokus. 2) Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. 3) Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. 4) Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik. 5) Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas http://facebook.com/indonesiapustaka

penilaian. 6) Mengimplementasikan model. Wyaatt III dan Looper (1999) mengembangkan suatu model implementasi asesmen portofolio yang diakronimkan menjadi CORP, yang meliputi (1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karyakarya serta dokumen-dokumen lain termasuk draf, (2) organizing,

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

147

yaitu proses penyusunan dan pemilihan data-data itu menurut aturan yang diinginkan; seperti secara kronologi, berdasarkan fokus, atau karya terbaik (3) reflection, yaitu refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui serta evaluasi atas karya sendiri, dan (4) presenting, yaitu menampilkan semua hasil seleksi dan refleksi tersebut dalam suatu dokumen yang disebut folder portofolio. 2.

Analisis dan pelaporan Asesmen terhadap portofolio dapat memberikan informasi mengenai beberapa hal yang sangat berguna bagi pembelajaran, antara lain: 1) kelebihan pembelajar dan kebutuhan mereka terkait dengan pembelajaran, 2) performansi kelompok dan individu, 3) bantuan yang diperlukan, 4) topik-topik yang diselesaikan dengan baik maupun yang masih memerlukan pengayaan, 5) respons pembelajar terhadap aktivitas pembelajaran, dan sebagainya. Dalam melakukan evaluasi terhadap performansi pembelajar, perlu ditentukan cara-cara untuk mengombinasikan semua informasi yang diperoleh melalui portofolio. Folder portofolio merupakan bahan yang akan diakses. Kemp dan Toperoff menyebutkan beberapa hal yang harus ada dalam folder portofolio, yaitu: (1) cover letter, yaitu rangkuman dari apa yang telah dibuat pembelajar sebagai bukti hasil belajarnya, (2) daftar isi portofolio, (3) entri (dengan tanggal pada setiap entri). Entri dibedakan menjadi dua, yaitu entri wajib dan entri pilihan; (4) draf setiap entri (untuk pemantauan proses yang dilalui), dan (5) refleksi dan evaluasi diri. Untuk menilai portofolio, terlebih dulu ditetapkan apa yang akan dinilai dan kriteria penilaian. Hal-hal yang tercakup dalam kegiatan

http://facebook.com/indonesiapustaka

ini antara lain: a.

Menentukan fokus penilaian, apakah penilaian individu atau kelompok.

b.

Mendeskripsikan kriteria penilaian.

c.

Meyakinkan bahwa kriteria yang dikembangkan sudah jelas dan mudah dikomunikasikan.

148

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

d.

Meyakinkan bahwa kriteria yang dikembangkan tidak membedakan peserta didik menurut jenis kelamin, budaya, ataupun agama.

e.

Mengkaji masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan tujuan penilaian portofolio ataupun perkembangan kemampuan.

Analisis terhadap portofolio tersebut dapat dilakukan dengan cara mengembangkan suatu pemandu analisis (analysis guide) dengan beberapa kriteria dan deskriptor. Penentuan tingkat kemampuan dilakukan dengan membandingkan performansi setiap pembelajar dengan deskriptor yang relevan. Terkait dengan itu, para praktisi asesmen portofolio hingga kini masih belum dapat menentukan apakah tingkat performansi pembelajar melalui portofolionya dinilai secara kuantitatif (dengan angka atau dengan abjad A sampai E), ataukah dengan deskripsi kualitatif. Tierney, Carter, dan Desai menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dapat juga menggunakan rentangan kontinum untuk suatu aspek yang dinilai. Rentangannya adalah dari strong performance hingga needs improvement. Selanjutnya, laporan analisis dilakukan secara deskriptif. Namun demikian, juga ditekankan kemungkinan menggunakan angka atau huruf untuk hasil penilaian, tetapi tetap diharapkan adanya deskripsi kualitatif untuk memaknai angka maupun huruf yang digunakan.

http://facebook.com/indonesiapustaka

C. Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Inggris 1. Hakikat Menulis Bahasa Inggris Menulis adalah suatu serial aktivitas yang berulang-ulang dalam menuangkan pikiran dalam tulisan. Dalam literatur-literatur mengenai pembelajaran menulis, pengertian menulis (writing) sering kali dibedakan

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

149

dengan mengarang (composing) berdasarkan kompleksitas proses yang terjadi. Menulis adalah kegiatan yang bersifat mekanis, sedangkan mengarang adalah kegiatan kompleks yang melibatkan faktor kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan dan kreativitas. Menulis merupakan suatu kontinum aktivitas mulai dari yang bersifat sederhana dan mekanis seperti menyalin sebuah paragraf, mengganti subjek kalimat dan predikatnya dengan kata-kata yang diberikan; hingga pada aktivitas menulis yang kompleks yang disebut mengarang (composing). Dengan demikian, semua aktivitas semacam itu adalah aktivitas menulis, hanya saja ada yang sederhana dan ada yang kompleks. Proses menulis adalah suatu kegiatan kognitif. Sebagai suatu proses kognitif, menulis adalah suatu alat yang digunakan untuk menuangkan buah pikiran. Menurut Vygotsky dalam bukunya ‘Thought and Language”, pikiran dan bahasa pada awalnya berasal dari akar yang berbeda. Ujaran (speech) yang merupakan dasar pengembangan kemampuan berbahasa berkembang dari isyarat-isyarat dan respons-respons afektif yang terjadi dalam konteks komunikasi dan interaksi sosial, sedangkan pikiran terutama logika berpikir, berkembang dari aktivitas, yaitu pengalaman dengan diri dan lingkungan. Dialektika bahasa dan pikiran ini, walaupun berasal dari akar yang berbeda, pada akhirnya menyatu dalam memfasilitasi perkembangan konsep-konsep. Menurut Piaget, terdapat suatu skema dalam pikiran yang mengatur interaksi manusia dengan lingkungannya. Skema adalah susunan sekumpulan informasi tentang pengetahuan dan pengalaman. Rosenblatt menyebutnya sebagai suatu reservoir di dalam pikiran yang berisi berbagai perolehan informasi yang tersimpan dalam pikiran tersebut. http://facebook.com/indonesiapustaka

Namun, Vygotsky mengatakan bahwa pikiran (mind) pada hakikatnya bersifat sosial. Ia menekankan pentingnya faktor mediasi dalam perolehan pengetahuan. Lingkungan, baik lingkungan sosial maupun budaya yang berperan sebagai mediator, besar pengaruhnya dalam pembentukan pengalaman belajar. Intervensi yang efektif sangat penting untuk pengembangan kemampuan kognitif. Struktur kognitif merupakan produk

150

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

interaksi dua modalitas yaitu: (1) ekspose langsung organisme terhadap pengalaman, dalam bentuk stimulus – organism – response (SOR) yang merupakan model pengembangan kognitif dari Piaget, dan (2) interaksi organisme dengan lingkungan melalui mediator kemanusiaan, dalam bentuk stimulus – human – organism – human – response (SHOHR). Kedua modalitas ini merupakan determinan perkembangan kognitif. Berdasarkan konsep tersebut, maka struktur kognitif tidak ditentukan oleh umur/ tingkat perkembangan melainkan dapat berubah karena peran mediator tersebut (cognitive modifiability). Menulis juga suatu proses kreatif. Kreativitas dalam proses menulis akan tercermin dari topik yang dipilih, cara mengembangkan alur (plot) tulisan, serta pemilihan kosakata dan pola-pola kalimat yang menunjukkan gaya (style) seorang penulis. Hasil transaksi tersebut merupakan sesuatu yang baru dan unik. Karena peran unsur kreativitas ini, setiap karya tulis tidak pernah ada yang persis sama satu sama lain. Keunikan suatu karya tulis mencerminkan kreativitas penulisnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif, dan karena ia merupakan hasil transaksi maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran (menambah skema yang telah ada sebelumnya). Dengan demikian kegiatan menulis, khususnya menulis bahasa Inggris, adalah suatu proses kognitif dan kreatif yang terjadi secara berulang-ulang tetapi tidak linier. Secara kognitif, di dalam pikiran terdapat suatu skema yang mengandung potensi makna. Potensi ini berkembang karena adanya stimulus dari luar dan akan terjadi suatu transaksi antara potensi itu dengan pengaruh luar tersebut. Transaksi yang terjadi selain ditentukan oleh kemampuan kognitif, juga dipengaruhi oleh tingkat http://facebook.com/indonesiapustaka

kreativitas individu. Hasil transaksi tersebut tertuang dalam suatu bentuk karya tulis yang baru dan unik. Karya tulis mengandung sejumlah komponen, yaitu isi tulisan yang merupakan tuangan dari ide-ide pikiran, susunan/organisasi ide, penggunaan struktur kalimat, kosakata dan gaya, serta penggunaan mekanik.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

151

2. Asesmen Portofolio untuk Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Penilaian kemampuan menulis bahasa Inggris dalam asesmen portofolio ditandai oleh adanya dua hal, yaitu: a.

Tugas menulis (writing task) terdiri atas pertanyaan atau pernyataan (petunjuk) sebagai pedoman pembelajar dalam menulis. Tugas tersebut juga menetapkan dalam kondisi apa pembelajar menyelesaikan tugas tersebut. Pada pembelajaran menulis proses, kondisi tersebut antara lain mengandung pemberian kesempatan untuk melakukan revisi. Setiap tugas menulis: 1) Menyebutkan genre yang ditulis. 2) Meliputi kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan proses pembuatan teks. 3) Menantang dan dapat dikerjakan oleh semua pembelajar. 4) Kesempatan yang sama bagi semua pembelajar untuk memberikan respons. 5) Menghasilkan bukan hanya tulisan yang baik dari segi teori, tetapi juga tulisan yang menarik. 6) Disukai oleh semua pembelajar.

b.

Kriteria penilaian, dimensi penilaian kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dalam asesmen autentik adalah suatu kriteria yang telah diketahui sebelumnya oleh semua pembelajar. Cara mensosialisasikan kriteria tersebut adalah dengan memberikan sebuah checklist yang berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan kriteria penilaian. Dalam asesmen autentik untuk kemampuan

http://facebook.com/indonesiapustaka

menulis, sejumlah checklist baik yang bersifat umum (untuk penilaian umum sebuah tulisan) maupun spesifik untuk aspek-aspek menulis secara sendiri-sendiri dapat digunakan. Untuk menentukan tingkat pencapaian (grade) dalam menulis bahasa Inggris dapat dilakukan dengan menggunakan tiga jenis skala penilaian, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai

152

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

secara umum terhadap kualitas tulisan; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap sejumlah komponen yang berkontribusi terhadap suatu tulisan, seperti struktur kalimat, isi, dan organisasi tulisan; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa sifat khusus dari tugas menulis yang diberikan. Misalnya, bila pembelajar menulis suatu argumentasi, maka penilaian dilakukan terhadap, antara lain berapa argumen yang digunakan dan sejauh mana argumen tersebut tepat pemakaiannya. Mengenai aspek-aspek apa saja yang harus dinilai dari sebuah tulisan, Omaggio Hadley (1986) menyebutkan ada empat aspek yang menentukan kualitas suatu tulisan yaitu isi, organisasi, gaya bahasa, dan struktur kalimat dan kosakata. Selanjutnya Jacobs, dkk. mengembangkan suatu ESL Composition Profile yang meliputi lima aspek, yaitu isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Hout yang melakukan meta analisis terhadap aspek-aspek tulisan apa saja yang ditekankan oleh para penilai mengatakan bahwa sebagian terbesar penilaian didasarkan atas isi dan organisasi, lalu struktur kalimat, dan mekanik. Apabila menetapkan beberapa aspek untuk dinilai, maka teknik penilaian yang cocok adalah penilaian analitik, karena dengan menggunakan teknik ini semua aspek penting tersebut mendapat perhatian dan proporsi yang jelas.

3. Instrumen Asesmen Portofolio untuk Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Menilai kemampuan menulis bahasa Inggris secara autentik dapat menggunakan beberapa instrumen seperti rubrik dan checklist. Berikut ini

http://facebook.com/indonesiapustaka

disajikan beberapa contoh instrumen dan penggunaannya. Untuk dapat menilai siswa dengan menggunakan asesmen portofolio, guru harus mengembangkan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam asesmen. Ada beberapa aspek dalam portofolio asesmen yang perlu dikembangkan yaitu: 1) kriteria penilaian, 2) rubrik penilaian diri, 3) rubrik proof-reading.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

153

Instrumen penilaian yang digunakan di sini sudah disesuaikan dengan kompetensi menulis siswa sesuai dengan standar yang ditetapkan pada kurikulum. Instrumen yang dikembangkan dibuat untuk menilai kemampuan siswa dalam mengekspresikan makna dalam teks fungsional tertulis dan esai pendek sederhana dalam bentuk descriptive, recount, dan narrative untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan nyata. Maka dari itu, instrumen yang dikembangkan dibuat untuk menilai kemampuan siswa dalam tiga genre berbeda yaitu descriptive, recount, dan narrative. Instrumen yang dibuat dirancang sedemikian rupa untuk dapat melihat kemampuan siswa dalam aspek kebahasaan dalam tulisan siswa yang mencakup content, organization, vocabulary, structure/grammar, dan mechanics. Instrumen yang terdapat dalam perangkat ini terbagi menjadi dua kategori yaitu instrumen untuk siswa dan instrumen untuk guru. Pada instrumen untuk siswa, terdapat checklist penilaian diri dan checklist proofreading. Pada instrumen untuk guru terdapat rubrik penilaian untuk hasil menulis siswa beserta rubrik penilaian portfolio. Petunjuk penggunaan kedua instrumen tersebut sebagai berikut:

a. Instrumen untuk Siswa 1)

Checklist Penilaian Diri Pada checklist penilaian diri, terdapat dua versi yaitu checklist penilaian

diri I dan II. Pada checklist penilaian diri terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah dikerjakan siswa. Pada setiap pernyataan, ada dua kolom dengan respons ya/tidak. Siswa harus memberi tanda centang di salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan apa yang

http://facebook.com/indonesiapustaka

sudah mereka kerjakan. Checklist I digunakan ketika siswa sudah menyelesaikan draf awal tulisan mereka. Pada checklist ini terdapat beberapa indikator yang berhubungan dengan pembuatan draf yang harus siswa isi. Berdasarkan draf yang sudah siswa buat, siswa diharuskan untuk menilai dirinya sendiri apakah dia memenuhi indikator yang sudah tersedia atau tidak.

154

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut contoh penugasan dengan genre deskriptif dan checklist I yang bisa digunakan oleh siswa. Writing Task for Descriptive Text 1) Please choose one of the following pictures to be used as a topic of your descriptive writing A.

C.

B.

D.

2) Develop your ideas by using spider web technique See the example of the boxes below to help you develop your spider web! Its Habit - It likes to sleep

Its food - it eats rice and meat

http://facebook.com/indonesiapustaka

Its physical appearance: - Its fur is black and white

3) Develop your draft into some sentences based on your spider web For example: My cat has black and white fur. 4) Do not forget to give a title for your writing! 5) Write your descriptive text based on the draft that you have been made before.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

155

6) The text consists of 6-8 sentences. 7) Use the self assessment rubric to help you develop your writing. Tabel 5.3 Checklist I: Asesmen Diri untuk Pembuatan Draf Awal Teks Deskriptif Answer Descriptors Yes

No

1. I chose the right picture for my writing 2. I got almost all of the information shared by the teacher about descriptive text 3. I understand how to develop the spider web technique for getting the ideas 4. I wrote the main idea as “an identification” in my writing 5. I have some detail information in my spider web to be used as “the descriptions” in my writing 6. I could easily develop my draft into some sentences based on the information on my spider web 7. I need some help in developing the ideas from my spider web into sentences 8. I used simple present tense 9. I use dictionary to help me in translating the unknown words *give a thick (√) for each of your answer!

Selanjutnya, siswa akan memperbaiki tulisan mereka berdasarkan hasil dari asesmen diri tersebut sampai menghasilkan teks deskriptif.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Setelah itu, siswa akan mengisi checklistt II, digunakan ketika siswa sudah menyelesaikan tulisannya. Pada checklist ini terdapat beberapa indikator yang berhubungan dengan penulisan sesuai genre tulisan yang baik dan benar. Berdasarkan tulisan yang sudah siswa buat, siswa diharuskan untuk menilai dirinya sendiri apakah dia memenuhi indikator yang sudah tersedia atau tidak.

156

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut contoh dari checklist II yang sesuai dengan penugasan dalam pembuatan teks deskriptif sebelumnya. Tabel 5.4 Checklist 2: Checklist untuk Asesmen Diri dalam Pembuatan Draf Akhir Teks Deskriptif Answer Descriptors Yes

No

1. I gave suitable title for my writing 2. I used spider web to develop my ideas 3. I developed my ideas into some drafts 4. I used the main topic sentence for “the identification” 5. I developed “the descriptions” based on the detail information from my draft 6. I used simple present tense in my writing 7. My supporting sentences supported my central idea 8. I checked my spelling and the use of punctuation in my writing 9. I used adjectives to describe my picture 10. I focused on specific participant (e.g. my dog) 11. I used dictionary to help me in translating the unknown words

2)

Checklist Proof-reading Checklist proof-reading digunakan pada saat kegiatan proof-reading

untuk memudahkan siswa merevisi dan mengembangkan tulisan mereka. http://facebook.com/indonesiapustaka

Checklist ini dikerjakan oleh guru ketika siswa sudah menyelesaikan tulisannya. Pada checklist proof-reading, terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan tulisan yang sudah dibuat siswa. Pada setiap pernyataan terdapat dua kolom yang berisi respons ya/tidak, serta satu kolom catatan.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

157

Siswa harus memberi tanda centang pada salah satu dari kolom ya/tidak, serta memberi komentar dan atau saran pada kolom catatan. Setelah digunakan, checklist dan tulisan siswa harus dikembalikan kepada penulis aslinya. Siswa diharapkan menyertakan checklist yang sudah dikerjakan bersama dengan tulisan-tulisan mereka dalam portofolio. Berikut contoh checklist proof-reading untuk penugasan pembuatan teks deskriptif sebelumnya. Tabel 5.5 Cheklist for Proof-reading (descriptive texts) No

Descriptors

Result

1.

The main idea is clearly identified

2.

The identification is clear

Yes

3.

The descriptions describe the identification

4.

The sentences are related to each other

5.

The vocabulary support the topic

6.

There are some mistake in punctuation and capitalization

7.

There are some mistakes in sentence structure

8.

There are some misspelling of words

Remarks

No

Content and Development

http://facebook.com/indonesiapustaka

No

158

Check

Descriptors

1

My topic is relevant with descriptive text

2

My topic is specific enough

3

My main idea makes sense

4

My ideas are arranged chronologically

5

The ideas that I develop are related to each other

6

All paragraphs have one topic only (descriptive)

7

The content in every paragraph is relevant to descriptive text

8

All supporting paragraphs are developed based on the topic

9

My writing contains opening, body, and closing

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Vocabulary and Style Checker No

Check

Descriptors

1

I use a dictionary

2

I use words which is relevant with descriptive text

3

I use the standard language

4

I use synonyms and antonyms to avoid monotones

5

I use relevant expressions which are relevant to descriptive text

6

The length of my sentences are vary

7

I use capital letters to start a sentence and names

8

I use suitable writing symbols consistently

Grammar Checker No

Check

Descriptors

1

I use simple present tense for my writing

2

I use appropriate active pattern

3

I use appropriate passive pattern

4

I use pronouns to indicate some names

5

I use articles (a, an, the, etc)

Editing Checklist No

Check

Descriptors

1

I reread my writing once I finish making it

2

I write my identity (name, registration number, class) on the top of my writing paper

3

I write correct date on my paper

4

I use suitable space for my writing to make it easy and pleasant to read

5

I use 2cm for margin of the paper

b. Instrumen untuk Guru http://facebook.com/indonesiapustaka

Instrumen untuk guru terdiri dari rubrik penilaian menulis dan rubrik penilaian portofolio. Rubrik penilaian menulis yang digunakan adalah rubrik holistik maupun analitik. Rubrik ini digunakan untuk menilai produk akhir siswa sedangkan rubrik portofolio digunakan untuk menilai portofolio siswa. Portofolio siswa terdiri dari draf, checklist I, tulisan awal, checklist II, dan tulisan akhir.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

159

http://facebook.com/indonesiapustaka

Tabel 5.6 Rubrik Penilaian Holistik Kemampuan Menulis Teks Deskriptif No

Scores

Descriptors

1.

5

Content · The main idea is put as the identification and its supporting details are suitable to be used as descriptions, and those sentences are appropriate with the picture chosen. Organization · The main idea and the supporting ideas are presented in an effective order and make the writing suitable with the description of the chosen picture. Sentence Structure · Use appropriate and effective sentences, appropriate grammar structure, word order, article, pronoun, and preposition. Vocabulary · The vocabularies are rich and they are used appropriately based on the context of the created sentences. Mechanism · The writing is free from misspelling, and words are capitalized correctly, it is written neatly.

2.

4

Content · The main idea is clear as the identification and the descriptions are suitable for supporting the main idea/picture chosen. Organization · The main idea and the supporting ideas may not be presented in the most effective order. Sentence Structure · Use appropriate and effective sentences in conveying the meaning, but there are very few mistakes on grammar structure, word order, article, pronoun, and preposition. Vocabulary · The vocabularies are enough and very few of them are used inappropriately. Mechanism · There are very view of mistakes of misspelling, and capitalizing words correctly, it is written neatly.

160

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

http://facebook.com/indonesiapustaka

3.

3

Content · The identification is clear but there are one description which is not suitable to be used as description. Organization · The main idea is clear, but the supporting ideas are not presented in a good order, however the idea is clear enough. Sentence Structure · Use appropriate sentences in conveying the meaning, but there are some mistakes on grammar structure, word order, article, pronoun, and preposition. Vocabulary · The vocabularies used are quite good, some of them are not used in appropriate context, however the meaning is not disturbed. Mechanism · There are some mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it is written quite neat.

4.

2

Content · There is the identification, but the descriptions are not clear. Organization · The main idea is not clear, and the supporting sentences cannot support the main idea, they are put not in a good order. Sentence Structure · The sentence structures are simple and acceptable, but there are lot of mistakes on grammar structure, word order, article, pronoun, and preposition. Vocabulary · The vocabularies used are lack, and they are not used in appropriate context, and it makes the content of the writing unclear. Mechanism · There are quite lot of mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it make the content not really clear.

5.

1

Content · The main idea is not clear, and the supporting ideas do not suitable with the picture chosen. Organization · The main idea and supporting ideas are jumping around and not in appropriate order. Sentence Structure · There are so many mistakes on the sentence structure, tense, word order, articles, pronouns, or prepositions. Vocabulary · The vocabularies are very lack and used inappropriately. Mechanism · There are lot of mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it make the content not clear.

Sumber : Langan (2001) and Marhaeni (2005)

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

161

http://facebook.com/indonesiapustaka

Tabel 5.7 Rubrik Penilaian Holistik Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Bagi Pembelajar yang Lambat No

Scores

Descriptors

1.

5

Content · There is the identification and descriptions in the writing which is suitable with the chosen picture. Organization · The main idea and the supporting ideas are presented in an effective order. Sentence Structure · Use appropriate and effective sentences, appropriate grammar structure, word order, and pronoun. Vocabulary · The vocabularies are rich and they are used appropriately based on the context of the sentence. Mechanism · The writing is free of misspelling, and words are capitalized correctly, it is written neatly.

2.

4

Content · The main idea and the supporting ideas may not be presented in the most effective order. Organization · The main idea and the supporting ideas may not be presented in the most effective order. Sentence Structure · Use appropriate sentences but there are very view mistakes on grammar structure, word order, article, and pronoun. Vocabulary · The vocabularies are enough and use appropriatelly. Mechanism · There are some misspelling and capitalizing of words, and it is written neatly.

3.

3

Content · The identification is clear, but the descriptions are not presented in a good order. Organization · The main idea is clear, but the supporting ideas are not presented in a good order. Sentence Structure · Use appropriate sentences but there are some mistakes on grammar structure, word order, article, and pronoun. Vocabulary · Some of the vocabularies are not used in appropriate context. Mechanism · There are some mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it is written quite neat.

162

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

4.

2

Content · The identification is not clear, and the descriptions are not suitable with a chosen picture. Organization · The main idea is not clear and the supporting sentences cannot support the main idea. Sentence Structure · The sentence structures are simple, but there are lot of mistakes on grammar structure, word order, article, pronoun, and preposition. Vocabulary · The vocabularies used are lack, and they are not used in appropriate context. Mechanism · There are quite lot of mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it make the content not really clear.

5.

1

Content · There is no identification and descriptions in the writing. Organization · The main idea and supporting ideas are jumping around and not in appropriate order. Sentence Structure · There are so many mistakes on the sentence structure, tense, word order, articles, pronouns, or prepositions. Vocabulary · The vocabularies are very lack and used inappropriately. Mechanism · There are lot of mistakes of misspelling, and capitalizing words incorrectly, it make the content not clear.

Sumber : Langan (2001) and Marhaeni (2005)

Tabel 5.8 Rubrik Penilaian Analitik Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Indicator

http://facebook.com/indonesiapustaka

Content

Weight 8

Score 4

3

2

1

The information in the paragraph is very solid, fully developed, and relevant to the substance of the task.

The information in the paragraph is quite dense, less developed and less complete, but quite in accordance with the substance of the task.

The information in the paragraph is less clear, write a very limited content, the content does not match the substance of the task.

The information in the paragraph is not clear, the contents of the instruction is not in accordance with the substance of the task.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

163

http://facebook.com/indonesiapustaka

Organization

6

The ideas expressed in the paragraph are clear, organized with a logical sequence, and cohesive.

The ideas in the paragraph with somewhat rigid, less organized, less cohesive, but the main idea is still visible so it does not interfere with meaning.

The ideas expressed in paragraph are not smooth, not logical sequence of ideas; the main idea is not visible.

The ideas in the paragraph is not clear, there is no visible setting ideas.

Structure

4

Use complex and effective sentences construction, there are only a few mistakes in the use of grammar.

Use complex sentences and there are some grammatical mistakes, do not disturb meaning

Use complex sentences but somehow less effective, there are many grammatically mistakes, but do not obscure meaning.

Use sentences which are not effective, so many grammatical errors, do not master the rules of syntax.

Vocabulary

4

The use of very rich vocabularies, choice of words and expressions used are very precise, the words forms are well controlled.

The use of very rich vocabulary, choice of words and phrases that are used sometimes less precise but not annoying, small errors in the use of the word but its meaning is clear.

The use of vocabulary is limited, many errors on words usage and do not represent meaning.

The use of vocabulary is very limited; do not understand the rules of word formation.

Mechanics

3

Demonstrating a very good mastery of the rules of writing, there are only a few spelling and punctuation errors.

Demonstrating a good mastery of the rules of writing, there are some spelling and punctuation mistakes but do not interfere with the message delivered.

Demonstrating a poor mastery of the rules of writing, a lot of spelling and punctuation mistakes which annoy messages.

Not indicating mastery of the rules of good writing. Many spelling and punctuation mistakes which make the message to be not clear

Diadaptasi dari Marhaeni (2005)

164

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Tabel 5.9 Rubrik Penilaian Portofolio Skor

Deskripsi

4

Respons lebih dari cukup. Lengkap dan menyeluruh. Terfokuskan dan menjadi kesatuan. Terdapat kesalahan yang kecil. Partisipasi: Menunjukkan inisiatif. Mengikuti arahan lisan dan tertulis secara mandiri. Bekerja sama dengan yang lain.

3

Respons yang cukup. Siap untuk merevisi. Revisi bisa ditanggap balik secara tertulis. Mungkin kurang lancar. Partisipasi: Kurang inisiatif. Mengikuti arahan lisan dan tertulis secara mandiri.Bekerja sama dengan yang lain.

2

Respons yang kurang. Sukses hanya sebagian. Portofolio tercapai tapi ada bagian yang hilang. Siswa membutuhkan lebih banyak instruksi. Partisipasi: Tidak bekerja secara mandiri. Bekerja sama dengan orang lain.

1

Respons yang sangat tidak cukup. Hanya sedikit yang sukses dalam melakukan tugas. Tidak fokus. Tidak memiliki kesatuan. Partisipasi: Perlu disuruh untuk memulai tugas. Tidak bekerja secara mandiri. Tidak bekerja sama dengan orang lain. Kemajuan harus dipantau.

0

Tidak ada respons dan tidak mengerjakan tugas. Partisipasi: Tidak memiliki respons apa pun untuk menyelesaikan tugas.

Baik instrumen untuk asesmen diri siswa maupun rubrik penilaian guru yang digunakan dalam asesmen portofolio ini dapat diadaptasi atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan jenis genre menulis yang ditugaskan kepada siswa. Adaptasi tersebut hendaknya mempertimbangkan aspek linguistik maupun non-linguistik yang ditekankan dalam pembelajaran sehingga terjadi sinkronisasi dan dapat merekam secara jelas perkembangan siswa dalam proses menulis dan nantinya akan dapat dijadikan bukti perkembangan belajar siswa dan akan berdampak pada hasil belajar http://facebook.com/indonesiapustaka

mereka.

5 | Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

165

http://facebook.com/indonesiapustaka

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, N.W.N. (2013). Developing Portfolio Assessment for Writing Competency of Grade VIII Junior High School Students. Unpublished thesis of Ganesha University of Education. Anderson & Krathwohl (2004). Taxonomy of Teaching, Learning, and Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy. Boston: Allyn & Bacon. Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ary, D., Jacobs, L.C., Sorensen, C., Razavieh, A. (2010). Introduction to research In Education. 8th Edition. California: Wadsworth Cengage Learning. Baleghizadeh, S. & Masoun, A. (2013). The Effect of Self-Assessment on EFL Learners’ Self-Efficacy. TESL Canada Journal, 31(1), (Online) (http://teslcanadajournal.ca/index.php/tesl/article/view/1166/986), Accessed on 21 October 2014 http://facebook.com/indonesiapustaka

Berger, R., Rugen, L., Woodfin, L. (2014). Leaders of Their Own Learning. San Fransisco: Jossey-Bass. Benson, P. (2006). State-of-the-art Article: Autonomy in Language Teaching and Learning. Language Teaching, 40: Pp. 21-40. DOI:10.1017/ SO261444806003958.

167

Brown, H.D.(2004). Language Assessment: Principle and Classroom Practices. New York: Longman. Brown, H.D. (2007). Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Pearson. Brown, H.D. & Abeywickrama, P. (2010). Language Assessment: Principle and Classroom Practices (2nd ed). New York: Pearson Education. Bullock, D. (2011). Learner Self-Assessment: An Invstigation into Teachers’ Beliefs. ELT Journal, 65(2), DOI: 10.1093/elt/ccq041 Butler, Y.G. and Lee,J. (2006). On-Task versus Off-Task Self-Assessment among Korean Elementary School Students Studying English. The Modern Language Journal, 90(4): Pp. 506-518. Butler, Y.G and Lee, J. (2010). The Effects of Self-Assessment among Young Learners of English. Language Testing, 27(1). DOI: 10.1177/0265532209346370 Brassell, D. (2008). Comprehension that Works. Huntington Beach: Shell Education. Brookhart, S. M., dan Nitko, A. J. (2008). Assessment and Grading in Classrooms.New Jersey: Pearson Education, Inc. Budiana, N. (2012). Asesmen autentik: penilaian kinerja dalam pembelajaran bahasa. Tersedia dihttp://niabudiana.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/ penilaian-kinerja.doc.Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Cameron, L. (2001). Teaching Language to Young Learners. Cambridge: Cambridge University Press. Carless, D. (2005). Prospects for the Implementation of Assessment for http://facebook.com/indonesiapustaka

Learning. Assessment in Education, 12(1), Pp. 39-54. Chen, Y. (2008). Learning to Self-Assess Oral Performance in English: A Longitudinal Case Study. Language Teaching Research, 12(2). DOI: 10.1177/1362168807086293 Cody, S. (1996). Designing an Effective Performance Task for the Classroom. Frankfort: Kentucky, Department of Education.

168

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Dafei, D. (2007). An exploration of the relationship between learner autonomy and English proficiency. In P. Robertson, P. & R. Nunn (Eds.), Asian EFL Journal: Teaching Articles 2007 (pp. 1-23). Busan: Asian EFL Journal, (http://www.asian-efl-journal.com), Accessed on 21 October 2014. Dantes, N. (2008). Hakikat asesmen autentik sebagai penilaian proses dan produk dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi. Makalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMAN 1 Kuta Utara. De Fina, A.A. (1992). Portfolio Assessment, Getting Started. New York: Scholastic Professional Books. Djuanda, D. (2010). Penilaian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.Tersedia dihttp://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/ PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_13-April_2010/Penilaian__dalam_ Pembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Sekolah_Dasar-Dadan_Juanda. pdf. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Duke, N. K., Pearson, P. D., Strachan, S. L. & Billman, A. K. (2011).Essential Elements of Fostering and Teaching Reading Comprehension. Newark, DE: International Reading Association. Fragoulis, L. (2009). ‘Project based learning in Teaching English as a foreign language in Greek Primary Schools’. From Theory to Practice. English Language Teaching Journal. Vol.2 September 2009. Hikmah, N.(2012) Pengembangan instrumen penilaian keterampilan (Keterampilan menyimak dan berbicara). http://immaniez2.blogspot. co.id/2012/06/pengembangan-instrumen-penilaian.html. Diakses

http://facebook.com/indonesiapustaka

pada tanggal 8 Oktober 2015. Izza, L. N., Susilaningsih, E., dan Harjito. (2013). Analisis instrumen performance assessment dengan metode generalizability coefficient pada keterampilan dasar laboratorium. Jurnal Chemistry in Education,3, 1-8. Johnson, D. W. & Johnson, R. T. (2002). Meaningful Assessment, A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon.

Daftar Pustaka

169

Kemendikbud a. (2013). When English rings the bell: Buku Guru. Jakarta. 2013. Kemendikbud b.(2013). When English rings the bell: Buku Siswa. Jakarta. 2013. Kemp, J. & Toperoff, D. (1998). Guidelines for Portfolio Assessment in Teaching English. Available at [email protected] and mailto:debby01@ attglobal.net. Koyan, I. W. (2011). Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kurniasih, E. (2011). Teaching the four language skills in primary EFL classroom: Some considerations. Journal of English Teaching, 1(1), 70-81. Kusaeri &Suprananto.(2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lai, E. R. (2011). Critical thinking: a literature review. Published Research Report.Pearson Publication. Linn, R. L. & Gronlund.(1995). Measurement and Assessment in Teaching. Columbus, Ohio: Prentice Hall Education. Lund, J. L.,& Tannehill D. (2005). Standard-basephysical Education Curriculum Devolopment. London: Jones and Bartlett Publishers. Lund, J. L. & Kirl, F. M. (2010). Performance-based assessment for Middle and Highschool Physical Education. United States: Human Kinetics. Mc.Laughin, M. & Vogt, M. (1996). Portfolios in Teacher Education. Delaware: International Reading Association.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Mahmudah, S. (2000). Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (Performance Assessment) pada Pembelajaran Subkonsep Jaringan Hewan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

170

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Marhaeni, A. A. I. N.(2005). Pengaruh asesmen portofolio dan motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris terhadap kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris. Disertasi Tidak diterbitkan. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. . (2008). Pembelajaran berbasis asesmen autentik dalam rangka implementasi sekolah kategori mandiri (SKM). Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kinerja Guru SMA 1 Kediri Tabanan. . (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan (Teori Aplikasi dan Pengembangannya untuk Pendidikan Dasar).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Marhaeni, A. A. I. N., Ramendra, D. P. &Dewi, N. L. P. E. S. (2012). Pelatihan pengembangan penilaian kinerja menulis Bahasa Inggris bagi guru Bahasa Inggris SMA Kecamatan Buleleng. Laporan Penelitian Tidak diterbitkan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. McTighe, J.&Ferrata. (2010). Assessing learningin classroom. Tersedia di http:/ www.-msd.net/Assessment/authenticassessment.html.Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Nitko, A.J. (1996). Educational Assessment of Students. 2nd Edition. New Jersey: Merrill. . Educational Assessment of Students. Third Edition. Pearson, Merrill Prentice Hall. Nurgiantoro, B. (1988). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: UGM Press. NYC Department of Education. (2009). Project-based Learning: Inspiring

http://facebook.com/indonesiapustaka

Middle School Students to Engage in Deep and Active Lerning. New York: Dept of Education. O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company. Parilasanti, N. M. E., Suarnajaya, I. W., dan Marjohan, A. (2014). The effect of R.A.F.T strategy and anxiety upon writing competency of

Daftar Pustaka

171

the seventh grade students of SMP Negeri 3 Mengwi in academic year 2013/2014.E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2, 1-9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Poerwanti, J.I. S. (2010). Performance assessment atau asesmen kinerja berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).Makalah disampaikan pada P2M FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta di SDN Begalon 1 dan 2. Popham, W. J. (1995). Classroom Assessment: what Teacher’s Need to Know. Boston, MA: Allyn and Beacon. . (1975). Educational Evaluation.New Jersey: Prentice Hall Inc. Pujihati, A.A. S. R., Marhaeni, A. A. I. N. & Suami, N. K. (2014). Pengaruh implementasi asesmen kinerja terhadap kemampuan menulis Bahasa Inggris ditinjau dari ekspektasi karier pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semarapura.E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 1-13. Ratminingsih, N. M. 2012. Teaching techniques, types of personality, and English listening skill. Jurnal Ilmu Pendidikan. 18(1), 23-29. . 2014. Pengembangan model pembelajaran Bahasa Inggris induktif berbasis lagu kreasi. Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(1), 47-58. Razmjoo, S. A.& Ardekani, S. G. (2011).A model of speaking strategies http://facebook.com/indonesiapustaka

for EFL learners. The Journal of Teaching Language Skills (JTLS), 3(3), 115-142. Routman, R. (1991). Invitations, Changing as Teachers K-12. New Hampshire: Heinemann. Tierney, R.J., Mark A. Carter, & Laura E. Desai (1990). Portfolio Assessment

172

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

in the Reading-Writing Classroom. Norwood MA: Christopher Gordon Publishers. Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company. Santosa, I. M. (2013). Pengaruh model pembelajaran kontekstual berbasis asesmen kinerja terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Gianyar tahun pelajaran 2012-2013 ditinjau dari motivasi berprestasi. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), 1-11. Sharma, N. (2011). Strategies for Developing Listening Skill. India: Raj Kumar Goel Institute of Technology. Slater, T. F. (1993). Performance assessment. Tersedia di solar.physics. montana.edu/tslater. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Stanford School Redesign Network. (2008). What is Performance-based Assessment?Informational Booklet. Stanford, CA: School Redesign Network. Stiggins, R. J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company. . (2006). Student-involved Classroom Assessment. Retrieved from http://moodle.ed.uiuc.edu/wiked/index.php/Stiggins%CRichardsJ on August, 19, 2015. Subakthiasih, P. (2015). The effect of portfolio assessment on achievement motivation and reading competency of the eighth grade students of SMP PGRU 7 Denpasar. Tesis Tidak Diterbitkan. Singaraja: Program Pascasarjana

http://facebook.com/indonesiapustaka

Universitas Pendidikan Ganesha. Sudaryono.(2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Daftar Pustaka

173

Suhelayanti.(2011). Penilaian kinerja.Tersedia di http://suhailayanti. blogspot.com/2011/04/penilaiankinerja.html. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Sukyadi, D. (2011). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris.Tersedia di https:// aguswuryanto.files.wordpress.com/2011/01/evaluasi-pembelajaranbahasa-inggris.doc.Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Tim Penyusun. (2013). Permendikbud RI Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud. Tyagi, B. (2013). Listening: an important skill and its various aspects.The Criterion: An International Journal in English, 1-8. Ulviana. (2011). Improving students’ speaking ability through communication games (a classroom action research at first grade of MTs. Manaratul Islam, Cilandak). Jakarta: Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah B., dan Satria K. (2012). Assessmen Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Widiani, N. N., Dantes, N. & Marhaeni, A. A. I. N. (2014).Pengaruh implementasi asesmen kinerja terhadap kemampuan menulis Bahasa Indonesia ditinjau dari motivasi berprestasi pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Semarapura. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 1-10. Wiramarta, K. (2015). The effect of performance assessment on self-efficacy and speaking competency of the eighth grade students of SMPN 10 Denpasar in

http://facebook.com/indonesiapustaka

Academic Year 2014/2015. Tesis Tidak Diterbitkan. Singaraja: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Woolley, G. (2011). Reading comprehension: assisting children with learning difficulties. Springer Science and Business Media B.V.

174

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Wren, G. D. (2009). Performance assessment: a key component of a balanced assessment system. Department of Research, Evaluation, and Assessment, (2), 1-12. Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc. Zainul, A. (2001). Alternative Assessment, Seri AA Buku 2.09. Jakarta: PAU

http://facebook.com/indonesiapustaka

Ditjen Dikti Depdiknas.

Daftar Pustaka

175

http://facebook.com/indonesiapustaka

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

GLOSARIUM

Appropriate Context merupakan konteks/materi yang sesuai dengan pemahaman dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan siswa, pembelajaran siswa, pengajaran, dan sebagainya. yang mana informasi tersebut digunakan untuk memberikan feedback dan untuk menunjang proses evaluasi/keputusan terhadap pembelajar. Asesmen Autentik adalah segala upaya untuk memperoleh informasi mengenai siswa, pengajaran, maupun program pendidikan lainnya yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan kehidupan nyata. Asesmen Diri adalah asesmen yang dilakukan oleh diri sendiri untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan yang belum diketahui. Asesmen Formatif adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan http://facebook.com/indonesiapustaka

selama kegiatan pembelajaran atau selama satu periode pembelajaran. Asesmen Kinerja adalah asesmen yang berupa kinerja siswa baik verbal maupun non-verbal. Asesmen Kontekstual adalah asesmen yang sesuai dengan pengetahuan siswa dan sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar siswa.

177

Asesmen Produk adalah asesmen yang menekankan pada produk yang dihasilkan dibandingkan dengan proses menghasilkan produk tersebut. Asesmen Projek adalah asesmen yang mengharapkan siswa melakukan sebuah projek (meliputi perencanaan, pengerjaan, dan hasil akhir projek) untuk menghasilkan sesuatu. Proses lebih memiliki bobot penilaian dibandingkan dengan produk yang dihasilkan. Asesmen Proses adalah suatu penyelenggaraan asesmen yang terintegrasi dengan proses pembelajaran. Asesmen Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang terdiri atas karya siswa, penilaian diri/kelompok, dan rubrik penilaian. Asesmen Sumatif adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan di akhir periode pembelajaran. Asesmen Tradisional merupakan proses pengumpulan informasi yang berfokus pada kemampuan luar mahasiswa dan tidak mencari informasi akan pengetahuan siswa secara mendalam. Biasanya dilakukan dengan memberikan tes objektif. Asesmen yang Bermakna merupakan asesmen yang sesuai dengan pemahaman siswa, bersifat kontekstual dan bermanfaat bagi kehidupan siswa. Authencticity adalah otentisitas/tingkat nyata suatu hal. Checklist merupakan instrumen yang berisikan beberapa pertanyaan atau pernyataan yang mengharapkan responden memberikan respons pada kolom yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) apabila

http://facebook.com/indonesiapustaka

sesuai dengan yang terjadi/diketahui. Comprehension merupakan kemampuan memahami sesuatu. Computer Adaptive Testing adalah tes yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuannya yang nyata. Constructive Investigation adalah penyelidikan yang bersifat membangun.

178

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran dan pengajaran yang sesuai dengan konteks di mana siswa itu berada dan apa yang diketahui. Critical/Creative Reading Comprehension adalah kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi isi teks yang dibaca secara kritis informasi atau ide tertentu dari bacaan untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian informasi baru yang didapatkan. Critical Thinking merupakan kemampuan berpikir secara kritis. Cross-cultural Teaching merupakan pengajaran lintas budaya. Cross-curricular Teaching merupakan pengajaran dengan berbagai kegiatan kurikuler/pengajaran yang mengintegrasikan atau membuat keterhubungan antar konsep-konsep dari beberapa bidang studi. Culminating Realistic Product/Presentation adalah menghasilkan/ mempresentasikan produk. Descriptive Rating Scale merupakan instrumen yang berisikan skala penilaian yang berupa deskripsi dan tidak berupa angka. Developing Phase merupakan fase pengembangan/tahap pencarian materi, modifikasi script, berdiskusi dengan ahli, dan praktik. English as Foreign Language (EFL) adalah bahasa Inggris dipandang sebagai bahasa asing (bahasa yang dipelajari selain bahasa pertama dan kedua yang digunakan sehari-hari). Empat Pilar Pendidikan adalah empat dasar pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO yang terdiri atas belajar untuk mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk hidup bersama, belajar menjadi http://facebook.com/indonesiapustaka

individu yang mandiri. Evaluasi adalah proses penentuan keputusan akhir terhadap pembelajar, pengajaran, atau program pendidikan lainnya. Experiential Learning adalah pembelajaran melalui pengalaman. Extended Multiple Choice adalah tes pilihan ganda yang mengharapkan peserta didik untuk berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban objektif tersebut sebagai jawaban yang benar. Glosarium

179

Final Phase adalah fase akhir/tahap presentasi hasil projek yang dalam bentuk kegiatan berbicara. Fluency merupakan kefasihan dalam pengucapan. Generalisasi merupakan penyimpulan sesuatu gejala secara umum. Group Performance Assessment adalah asesmen yang menuntut peserta didik untuk mengerjakan projek atau tugas tersebut secara berkelompok. Higher-order Thinking Skill merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Indirect-Self Assessment merupakan instrumen asesmen diri yang digunakan untuk memberikan informasi tentang hasil monitoring diri atas kemampuan secara umum setelah berselang beberapa lama dari waktu pembelajaran. Individual Performance Assessment merupakan asesmen yang menuntut peserta didik untuk mengerjakan projek atau tugas tersebut secara individu. Inferential Reading Comprehension adalah kemampuan peserta didik untuk menginterpretasikan makna di dalam teks yang dibaca yang memerlukan pemanfaatan informasi eksplisit yang dilengkapi dengan intuisi, alasan, dan pengalaman. Inquiry-based Learning adalah pembelajaran dengan mencari tahu sendiri melalui kegiatan penelitian atau investigasi/observasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Interview adalah suatu tes di mana peserta didik dituntut untuk memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru. http://facebook.com/indonesiapustaka

Isu-isu provokatif adalah isu-isu yang menantang yang biasanya berupa pertanyaan. Item merupakan butir soal/instruksi yang terdapat di dalam sebuah instrumen. Kemampuan Kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan kognitif siswa yang terdiri atas enam tingkatan kemampuan kognitif

180

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kompetensi adalah kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kontekstual adalah keadaan yang sesuai dengan keadaan sekitarnya. Kurikulum adalah seperangkat instrumen pembelajaran yang terdiri atas silabus, RPP, materi, instrumen asesmen, dan lain-lain. Learning Ownership adalah kepemilikan pembelajar terhadap proses dan hasil belajarnya. Literal Reading Comprehension adalah pemahaman siswa akan teks yang dibaca yang merujuk pada mengingat fakta dalam teks yang memberikan informasi secara eksplisit dengan tingkat berpikir dasar. Masalah-masalah Realistik adalah masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata/kehidupan sehari-hari. Meaningful Communication merupakan komunikasi yang memiliki makna. Metakognisi adalah pengetahuan di tingkat tertinggi seperti risk-taking, kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan divergen, tanggung jawab terhadap tugas dan karya, dan rasa kepemilikan (ownership). Numerical Rating Scale merupakan instrumen yang berisikan skala penilaian berupa angka terhadap pernyataan tentang karakteristik atau kualitas sesuatu yang diukur. Open Ended Questions adalah pertanyaan yang mengharapkan siswa untuk

http://facebook.com/indonesiapustaka

memberi alasan atas jawaban yang diberikan. Pedagogy adalah ilmu pendidikan atau ilmu yang mencakup cara-cara mengajar dan melaksanakan pembelajaran. Peer Evaluation adalah salah satu bentuk penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat. Pembelajaran adalah proses pendidikan yang mencakup pengajaran, pelatihan, dan loka karya. Glosarium

181

Pembelajaran Kooperative (Cooperative Learning) adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerja sama. Penalaran merupakan kemampuan mengasumsikan sesuatu secara logis. Pencil and Paper Test merupakan tes konvesional yang biasanya berupa jawaban yang ditulis di sebuah kertas. Pengamatan Formal adalah proses pengumpulan informasi melalui prosedur yang jelas dan resmi seperti menggunakan instrumen berupa tes. Pengamatan Informal adalah proses pengumpulan informasi secara tidak resmi seperti melaksanakan observasi dan wawancara. Performance-based Assessment adalah asesmen berbasis kinerja (asesmen yang berupa kinerja siswa baik verbal maupun non-verbal). Pilihan Ganda adalah instrumen soal yang berisikan pilihan jawaban. Planning Phase merupakan fase perencanaan/tahap persiapan projek yang mencakup pengenalan tema atau topik projek dan instruksi tentang apa yang telah dilakukan oleh siswa. Prior Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Problem Solving Approaches adalah pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Productive Skill merupakan kemampuan siswa untuk menghasilkan sebuah produk bahasa. Kemampuan ini mencakup kemampuan berbicara dan kemampuan menulis. Project-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang memberi

http://facebook.com/indonesiapustaka

kesempatan yang luas bagi pembelajar untuk merencanakan dan melaksanakan suatu pengalaman belajar di mana pada akhirnya menghasilkan suatu produk belajar yang bisa dipajang, dipresentasikan, dinilai oleh teman sejawat, diri sendiri, guru ataupun orang lain. Rating Scale merupakan skala penilaian yang terdiri atas rentangan skor. Real-life Context merupakan konteks yang berdasarkan kehidupan nyata/ sehari-hari. 182

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Receptive Skill merupakan kemampuan siswa untuk menerima informasi. Kemampuan ini mencakup kemampuan menyimak dan kemampuan membaca. Reflection merupakan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui serta evaluasi atas karya sendiri. Rubrik Kinerja adalah standar penilaian terhadap hasil karya siswa yang berisikan kriteria-kriteria penilaian. Terkadang berbentuk holistik (keseluruhan) atau analitik (mendetail per bagian). Scoring Guide merupakan panduan penilaian yang berupa kriteria penilaian. Self-Assessment adalah asesmen yang dilakukan oleh diri sendiri untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan yang belum diketahui. Self-Directed Learning adalah pembelajaran yang ditentukan oleh pembelajar itu sendiri atau bisa disebut sebagai pembelajaran yang mandiri. Short Answer adalah suatu tes yang menuntut jawaban singkat dari peserta didik, namun bukan memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Social Learning merupakan pembelajaran yang mengajarkan hal-hal sosial. Socio Affective Assessment merupakan asesmen diri yang berfungsi mengetahui faktor afektif yang memengaruhi dalam pembelajaran. Stimulus-Human-Organism-Human-Response (SHOHR) merupakan model pengembangan kognitif SOR yang mana dimulai dengan stimulus yang ditujukan kepada organisme untuk mendapat respons dari organisme http://facebook.com/indonesiapustaka

tersebut melalui mediator kemanusiaan. Stimulus-Organism-Response (SOR) merupakan model pengembangan kognitif dari Piaget yang mana dimulai dengan stimulus yang ditujukan kepada organisme untuk mendapat respons dari organisme tersebut.

Glosarium

183

Student Center Learning adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana siswa lebih aktif dibandingkan pengajar. Student Self-generated Test merupakan instrumen asesmen di mana soalsoal di dalamnya dihasilkan oleh siswa itu sendiri. Students’ Process Skills adalah kemampuan siswa dalam memproses sesuatu. Students-active Learning merupakan model pembelajaran di mana siswa lebih aktif dibandingkan pengajar. Students-driven adalah melakukan sesuatu atas inisiatif siswa. Tes adalah Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa yang berisikan soal/instruksi. Tes Objektif adalah instrumen yang berisikan soal-soal yang jawabannya bersifat objektif. Tes Tertulis adalah tes yang dikerjakan dengan cara menulis atau tes yang produk akhirnya berupa tulisan siswa. Tujuan Diagnosis adalah melakukan investigasi sebelum atau di awal kegiatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang berhubungan dengan pengajaran. Tujuan Monitoring adalah tujuan yang berhubungan untuk memonitor sebuah proses/kegiatan. Validitas adalah tingkat sebuah alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

http://facebook.com/indonesiapustaka

Word Perception adalah kemampuan untuk memahami kosakata yang didengarkan dan dibaca. Word Recognition adalah kemampuan untuk mengenali kosakata yang didengarkan dan dibaca.

184

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

http://facebook.com/indonesiapustaka

INDEKS

A Abadi, 167 Abeywickrama, 104, 105, 109, 116, 168 Appropriate Context, 177 Ardekani, 78, 172 Arikunto, 64, 167 Ary, D., 167 Asesmen, iv, v, vii-ix, 2-4, 6-11, 17, 43, 46, 48-53, 58, 59, 64-69, 80, 83, 86-91, 93, 94, 100-102, 104-109, 115, 117, 122-127, 129, 131-133, 135, 136, 138-143, 145, 146, 148, 149, 152, 153, 156, 157, 168, 170, 177, 178, 189 asesmen autentik, v, vi, 1, 7-10, 11, 45, 49, 95, 106, 108, 139, 152, 169, 171, 190 Asesmen Diri, v, vi, 1, 7-11, 45, 49, 95, 106, 108, 139, 152, 169, 171, 190 Asesmen Formatif 108, 177 Asesmen Kinerja, 177 Asesmen Kontekstual, 177 Asesmen Portofolio, viii, ix, 138-142, 145, 146, 149, 152, 153, 178 Asesmen Produk, 178

Asesmen Projek, vii, 17, 178 Asesmen Proses, 178 Asesmen Tradisional, 178 Asesmen yang Bermakna, 178 Authencticity, 178 B Baleghizadeh, 106, 110, 167 Benson, 99, 109, 167 Billman, A. K., 169 Brassell, D., 168 Brookhart, S. M., 168 Brown, H.D., 168 Budiana, N., 168 Bullock, D., 168 Butler, Y.G., 168 C Cameron, L., 168 Carless, D., 168 Checklist, 36, 91, 118-121, 129, 130, 132, 133, 147, 154, 156, 157, 159, 178

185

Chen, Y., 168 Cody, S., 168 Comprehension, 80-84, 168, 178-181 Computer Adaptive Testing, 178 Contextual Teaching and Learning, 179 Critical/Creative Reading Comprehension, 82, 179 Critical Thinking, 179 D Dafei, D., 169 Dantes, N., 169, 174 De Fina, A.A., 169 Descriptive Rating Scale, 94, 179 Developing Phase, 30, 31, 37-40, 179 Dewi, N. L. P. E. S., 171 Djuanda, D., 169 Duke, N. K., 169 E Empat Pilar Pendidikan, 179 Evaluasi, 12, 143, 167, 173, 174, 179, 189 Extended Multiple Choice, 179

http://facebook.com/indonesiapustaka

F Ferrata, 50, 171 Final Phase, 31, 37-39, 41, 180 Fluency, 80, 81, 180 Fragoulis, L., 169 G Generalisasi, 57, 180 Gronlund, 47, 170 Group Performance Assessment, 180

186

H Harjito, 169 Higher-order Thinking Skill, 180 Hikmah, N., 169 I Indirect-Self Assessment, 180 Individual Performance Assessment, 180 Inferential Reading Comprehension, 82, 180 Interview, 180 Item, 68, 180 Izza, L. N., 169 J Jacobs, L.C., 167 Johnson, D. W., 169 Johnson, R. T., 169 K Kemampuan Kognitif, 180 Kemp, J., 170 Kirl, F. M., 170 kompetensi, v, 2-7, 20, 32, 34, 46, 48, 49, 54-57, 59, 62, 64, 73, 81, 86, 88, 97, 98, 100, 104, 106, 108, 135, 154, 169, 170 kontekstual, 3, 6, 7, 9, 75, 107, 173, 178 Koyan, I. W., 170 kurikulum, v, 3-5, 10, 14, 16, 47, 55, 61, 97, 116, 141, 154, 172 Kurniasih, E., 170 Kusaeri, 47, 170 L Lai, E. R., 170 Laura E. Desai, 172

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Learning Ownership, 181 Lee, J., 168 Linn, R. L., 170 Literal Reading Comprehension, 82, 181 Looper, S., 175 Lund, J. L., 170 M Mahmudah, 56, 170 Majid, A., 170 Marhaeni, iv, 9, 33, 45, 50, 52, 59, 60, 62, 63, 70, 71, 86, 87, 91, 93, 94, 95, 100, 109, 126, 161, 163, 164, 171, 172, 174, 189 Marjohan, 171 Mark A. Carter, 172 Masalah-masalah Realistik, 181 Masoun, A., 167 Mc.Laughin, M., 170 McTighe, J., 171 Meaningful Communication, 181 Metakognisi, 181

http://facebook.com/indonesiapustaka

N Nitko, A. J., 168 Numerical Rating Scale, 93, 181 Nurgiantoro, B., 171 NYC Department of Education, 2, 14, 15, 171 O O’Malley, J.M., 171 Open Ended Questions, 181 P Parilasanti, N. M. E., 171 Pearson, P. D., 169 pedagogi, 106, 108

Peer Evaluation, 181 Pembelajaran, iv-ix, 19, 23, 24, 36, 46, 66, 69, 74, 78, 81, 86, 109, 117, 122, 124, 128, 142, 149, 169, 171, 173, 174, 181, 182, 189 Penalaran, 182 Pencil and Paper Test, 182 Pengamatan Formal, 182 Pengamatan Informal, 182 Pilihan Ganda, 182 Planning Phase, 30, 31, 37, 38, 39, 182 Poerwanti, J.I. S., 172 Popham, W. J., 172 Problem Solving Approaches, 182 Productive Skill, 182 Pujihati, A.A. S. R., 172 R Ramendra, D. P., 171 Rating Scale, 93, 94, 179, 181, 182 Ratminingsih, N. M., 172 Razavieh, A., 167 Razmjoo, S. A., 172 Receptive Skill, 183 Reflection, 183 Retnawati, 54, 55, 56 Routman, R., 172 Rubrik Kinerja, 62, 183 Rugen, L., 167 S Salvia, J., 173 Santosa, I. M., 173 Satria K., 174 Scoring Guide, 63, 183 Self-Directed Learning, 183 Sharma, N., 173 Short Answer, 183

Indeks

187

Slater, T. F., 173 Socio Affective Assessment, 105, 183 Sorensen, C., 167 Stanford School Redesign Network, 49, 173 Stiggins, R. J., 173 Stimulus-Human-Organism-HumanResponse (SHOHR), 183 Stimulus-Organism-Response (SOR), 183 Strachan, S. L., 169 Student Self-generated Test, 184 Students’ Process Skills, 184 Suami, N. K., 172 Suarnajaya, I. W., 171 Sudarwan, 54-56 Sudaryono, 57, 64, 173 Sudijono, A., 173 Suhelayanti, 62, 68, 174 Sukyadi, D., 174 Suprananto, 47, 170 Susilaningsih, E., 169

http://facebook.com/indonesiapustaka

T Tannehill D., 170 tes, v, 2, 3, 5, 47, 48, 60, 61, 64, 68, 74-76, 79, 82, 84, 90, 92, 104, 139-142, 178-180, 182-184 Tes Tertulis, 184 Tierney, R.J., 172 Toperoff, D., 170

188

Tujuan Diagnosis, 59, 184 Tujuan Instruksional, 59, 184 Tujuan Monitoring, 59, 184 Tyagi, B., 174 U Ulviana, 78, 174 Uno, Hamzah B., 174 V Valdez Pierce, L., 171 Validitas, 54, 184 Vogt, M., 170 W Widiani, N. N., 174 Wiramarta, K., 174 Woodfin, L., 167 Woolley, G., 174 Word Perception, 184 Word Recognition, 184 Wren, G. D., 175 Wyaatt III, R.L., 175 Y Ysseldyke, J.E., 173 Z Zainul, A., 175

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

BIODATA PENULIS

A.A.I.N. Marhaeni adalah dosen pada Universitas Pendidikan Ganesha. Menyelesaikan studi S1 pada bidang Pendidikan Bahasa Inggris di FKIP UNUD (1989), Masters of Arts in Early and Middle Childhood Education dengan spesialisasi Language Arts di Ohio State University (1996), dan S3 bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (2005). Mengajar, meneliti, dan mempublikasikan karya-karya dalam bidang Asesmen Pendidikan dan Pembelajaran. Pernah menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2003-2005), Sekretaris Program Studi S2 Pendidikan Dasar (2008-2016), Ketua Program Studi S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (2014-2016), dan Ketua Lembaga Penelitian (2011-2016). Sekarang menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan http://facebook.com/indonesiapustaka

Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LPPPM) Undiksha (sejak 1 Juni 2016).

189

Luh Putu Artini lahir di Denpasar, Bali, 14 Juli 1964. Menyelesaikan S1 di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNUD (1987), S2 di bidang Linguistik Terapan dari La Trobe University, Australia (1994), dan S3 di bidang Pendidikan Bahasa Inggris dari Newcastle, University, Australia (2006). Memiliki beberapa kesempatan untuk mengikuti short courses di bidang Literasi anak-anak dari Indiana University, Amerika Serikat (2008), dan Pendidikan Bilingual dari Leuven Education College, Belgia (2010). Luh Putu Artini memiliki ketertarikan dalam penelitian di bidang pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan memiliki beberapa publikasi di bidang pembelajaran inovatif dan asesmen autentik. Di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris S1 dan S2, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali, dia mengajar mata kuliah TEFL, Micro Teaching, Seminar on ELT, ELT Methods dan Bilingualisme & Pendidikan Bilingual.

N.M. Ratminingsih lahir di Sukasada, Kab. Buleleng, 8 September 1966. Profesi mendidik digeluti sejak menamatkan S1 di FKIP UNUD (1990). Menyelesaikan studi S2 di School of Languages and Art Deakin University, Australia (1997) dan S3 bidang Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Jakarta (2011). Menjadi dosen tetap di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha sejak 1991 dan mengajar pada program S1 dan S2 dengan memegang mata http://facebook.com/indonesiapustaka

kuliah khususnya di bidang ELT dan TEYL. Bidang penelitian yang ditekuni adalah TEYL. Selain itu, penulis juga terlibat dalam penelitian tentang implementasi asesmen autentik yang berdampak pada publikasi buku ini. Email: [email protected]

190

Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi adalah dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha sejak Tahun 2006. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan doktor di Universitas Negeri Malang dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris. Ketertarikannya dalam pengajaran Bahasa Inggris terutama pengajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak dan juga asesmen memberi dampak pada kajiannya dalam menghasilkan publikasi ilmiah, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Email: [email protected]

I Putu Indra Kusuma merupakan anak pertama yang lahir di Payeti-NTT dari pasangan suami istri yang tidak bergerak maupun bekerja di bidang pendidikan. Ketertarikannya pada dunia pendidikan telah menginspirasi dirinya untuk melanjutkan ke salah satu universitas pendidikan di Bali setelah menamatkan pendidikan SMA-nya. Merasa kurang dengan apa yang telah dipelajarinya saat duduk di bangku kuliah dulu, ia kemudian melanjutkan studinya di salah satu program pendidikan pascasarjana. Di program S2 inilah dia mulai tertarik bidang asesmen pendidikan. Ketertarikan itu menginspirasinya untuk menekuni bidang ini dengan melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat di bidang asesmen pendidikan. Meskipun belum banyak karya yang telah dihasilkannya, dia berharap bisa menghasilkan berbagai karya yang berhubungan dengan asesmen pendidikan serta berkontribusi http://facebook.com/indonesiapustaka

terhadap pendidikan di masa mendatang.

Biodata Penulis

191

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.