AKSI NYATA MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN Flipbook PDF

AKSI NYATA MODUL 3.1

18 downloads 118 Views 3MB Size

Story Transcript

KASUS DILEMA ETIKA RASA KEADILAN VS RASA KASIHAN

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN GURU TERHADAP PESERTA DIDIK YANG MELANGGAR PERATURAN SEKOLAH DAN PERATURAN PESANTREN”

PERISTIWA (FACTS)

LATAR BELAKANG Sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk mencetak generasi penerus bangsa tidak pernah lepas dari permasalahan yang ada baik yang berasal dari para siswa, rekan guru, pengambil kebijakan atau dari orang tua dan masyarakat. Jika permasalahan ini dibiarkan terus menerus maka akan sangat berdampak pada hasil pendidikan yang diperoleh. Untuk itu diperlukan komitmen serta kerjasama semua unsur yang ada dilingkungan sekolah agar apapun bentuk permasalahan yang terjadi di sekolah bisa diselesaikan dengan baik dan bertanggung jawab. Di sekolah, unsur guru sebagai pemimpin pembelajaran sangatlah penting memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu melakukan langkah - langkah pengambilan keputusan dalam mengolaborasikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus bisa memilah masalah yang akan diselesaikan dan harus mampu menggunakan paradigma dilema etika untuk bisa membedakan masalah tersebut betul dilema etika atau kah bujukan moral. Masa pandemi Covid 19 sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Dan ini menimbulkan banyak kasus dilema etika di lingkungan sekolah. Salah satunya membuat aktifitas pembelajaran semakin menurun yang berakibat pada rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

SMP Babussalam Selayar karena berbentuk pesantren dan siswanya di asramakan (Boarding School), maka siswa - siswa harus mematuhi 2 (dua) peraturan yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Siswa harus mematuhi peraturan akademik SMP Babussalam sebagai pendidikan reguler dan peraturan pesantren sebagai pendidikan Diniyah. Peraturan akademik SMP Babussalam terkait kehadiran di kelas minimal 80% dengan ketidakhadiran alpa 6 kali dengan tahapan 1 kali alpa, maka siswa akan dipanggil dan diberikan pengarahan dan motivasi. Jika ternyata alpa tersebut kembali diulang hingga menjadi 2, maka siswa tersebut dipanggil untuk mengetahui alasan ketidakhadirannya. Dan jika kembali diulang untuk ketiga kalinya, maka pihak sekolah akan memberi informasi pemberitahuan kepada orang tuanya untuk diadakan koordinasi. Akan tetapi, jika siswa

tersebut masih mengulangi sampai alpa menjadi 4, maka guru BP dan wali kelas akan melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk mengidentifikasi dan mencari solusi yang tepat. Jika ternyata siswa tersebut mengulangi hingga alpa menjadi 5, maka siswa dan orang tuanya akan dipanggil ke sekolah untuk mencari solusi agar siswa bisa disiplin dan diberi peringatan berupa perjanjian di atas kertas bermaterai. Hal ini diharapkan siswa dapat lebih serius dan disiplin menempuh pendidikan di SMP Babussalam. Jika ternyata, mengulangi lagi hingga alpa menjadi 6, maka siswa tersebut diberi sanksi berupa berita acara untuk bersedia dikembalikan ke orang tuanya karena belum bisa melakukan perubahan pada dirinya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, peraturan ini tidak berlaku secara mutlak. Setiap kali melakukan tindakan, sekolah akan melakukan identifikasi masalah untuk menggali informasi yang benar.

Untuk peraturan pesantren sendiri, terkait pendidikan Diniyah dan pembinaan akhlak siswa, maka jika siswa melanggar peraturan pesantren sampai dengan 4 kali perjanjian, maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari pondok pesantren. Di tahun ini, terdapat salah satu siswa kelas IX yang bernama Muhammad Farel. Selama proses pembelajaran tatap muka terbatas, siswa ini tergolong siswa yang malas. Kehadirannya di kelas sangat minim. Pelanggarannya di kepesantrenannya pun melebihi aturan yang ada. Bahkan siswa ini melanggar peraturan pesantren sampai 4 kali perjanjian. Hingga pihak pesantren memutuskan untuk mengeluarkan siswa tersebut dari Pondok Pesantren Alqur'an Babussalam.

ALASAN MELAKUKAN AKSI Siswa ini dikeluarkan oleh pihak pesantren tetapi siswa tersebut masih terdaftar sebagai siswa SMP Babussalam Selayar dan untuk mengeluarkannya dari SMP Babussalam menjadi dilema bagi sekolah. Di satu sisi Yayasan Babussalam mewajibkan siswa yang bersekolah di SMP Babussalam harus mondok di pesantren. Dan sesuai peraturan tersebut, maka siswa yang dikeluarkan oleh Pondok pesantren tidak berhak lagi bersekolah di SMP Babussalam. Di sisi lain, siswa tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk diberikan Surat Pindah ke sekolah lain karena data peserta Ujian Akhir sekolah sudah terkirim dan tidak bisa lagi diperbaharui. Akibatnya, kemungkinan besar siswa tersebut akan putus sekolah padahal tujuan pendidikan nasional adalah menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun.

ALASAN MELAKUKAN AKSI Hal tersebut menjadi dilema bagi Kepala Sekolah terutama bagi saya sebagai Calon Guru Penggerak dan sebagai Penanggung Jawab Standar Pengelolaan di SMP Babussalam Selayar. Apakah saya juga akan setuju menegakkan peraturan sekolah mengembalikan siswa tersebut ke orang tuanya dengan melihat jumlah kehadiran siswa tersebut dan mengeluarkannya dari sekolah karena pihak pesantren sudah mengeluarkannya dari pesantren? Namun saya merasa kasihan dan peduli kepada siswa tersebut. Saya juga berpikir jika siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah, mungkin akan menjadi anak yang putus sekolah. Bagaimana masa depannya nanti? Terkait dengan keputusan pihak pesantren yang mengeluarkan siswa tersebut dari Pondok Pesantren, saya memiliki pandangan tersendiri.

ALASAN MELAKUKAN AKSI Menurut saya kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Mungkin ada solusi lain yang bisa diambil untuk mencari jalan tengah antara keputusan pihak pesantren dan sekolah untuk mengakomodasi kebutuhan siswa tersebut. Untuk itulah saya melakukan aksi nyata ini.

Pembahasan kasus dilema etika bersama Kepala Sekolah, Bapak Drs. H. Nur Alim dan Wakasek, Bapak Harman, S.Pd.

HASIL AKSI NYATA Terkait kasus dilema etika pada siswa di sekolah kami yang pada pihak pesantren telah dikeluarkan sebagai santri/siswa di pondok pesantren Alqur'an Babussalam, maka saya sebagai CGP dan sebagai salah satu pengelola di SMP Babussalam Selayar telah melakukan beberapa langkah - langkah sebelum akhirnya mengambil keputusan terhadap kasus dilema etika tersebut. Dan pada aksi nyata kali ini dengan berkolaborasi dengan unsur-unsur yang ada di sekolah, pengambilan keputusan yang dilakukan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), yaitu memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

HASIL AKSI NYATA Adapun langkah-langkah yang telah saya lakukan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai berikut 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Pada kasus siswa saya ini nilai-nilai yang saling bertentangan adalah keadilan dan rasa kasihan. 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Banyak yang terlibat dalam kasus ini antara lain, siswa saya yaitu Muhammad Farel, Orang tua Muhammad Farel, Kepala Sekolah sebagai penentu kebijakan di sekolah dan pihak pesantren. 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Fakta-fakta yang saya kumpulkan pada kasus ini dimulai dari koordinasi dengan wali kelas dan pembina pondok di mana siswa tersebut diasramakan terkait bagaimana kehadiran siswa dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Koordinasi dengan wali kelas, ibu Andi Asridha, S.Pd. dan Pembina pondok

Pada sesi ini diperoleh fakta bahwa memang di pembelajaran tatap muka terbatas ini, Muhammad Farel jarang hadir di kelas dengan beberapa alasan. Frekuensi kehadirannya tidak mencukupi 80% dan telah sering melanggar peraturan dengan merokok di lingkungan asrama.

Selanjutnya mengumpulkan fakta dengan koordinasi melalui guru BK, Bapak Muhammad Said, S.Pd.I.

Koordinasi dengan guru BP/BK, Bapak Muhammad Said, S.Pd.I

Melalui guru BP/BK SMP Babussalam, Bapak Muhammad Said, S.Pd.I ditemukan fakta bahwa Siswa Muhammad Farel telah melakukan beberapa pelanggaran dan kenakalan remaja yang memungkinkan sekolah dan pihak pondok pesantren mengambil tindakan tegas, di antaranya kuhadirannya tidak mencapai 80%, tidak pernah memasukkan tugas di beberapa mata pelajaran dan pernah kedapatan merokok sebanyak 3 kali di lingkungan pesantren. Di samping itu, siswa ini juga melanggar peraturan pesantren tentang kepemilikan Handphone.

4. Pengujian benar atau salah Uji Legal; dilema etika yang ada tidak menyangkut pelanggaran hukum. Uji Regulasi/Standar Profesional; tidak ada pelanggaran kode etik pada kasus ini. Uji halaman depan koran; saya merasa tidak nyaman jika dipublikasikan di halaman depan koran karena ini menyangkut masalah intern SMP Babussalam Selayar Uji idola/panutan; keputusan yang akan diambil idola saya akan sama dengan keputusan saya. 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Paradigma yang terjadi di situasi tersebut adalah rasa keadilan vs rasa kasihan. 6. Melakukan prinsip Resolusi Dari 3 prinsip pengambilan keputusan yang ada maka keputusan yang diambil berbasis rasa peduli.

7. Investigasi Opsi trilema Ternyata ada cara untuk berkompromi di antara 2 keputusan yang menjadi dilema untuk kasus ini. Meskipun pihak pesantren telah mengeluarkan Muhammad Farel dari Pesantren tetapi saya mengusulkan siswa kami tersebut tidak dikeluarkan dari SMP Babussalam Selayar tetapi untuk proses pembelajarannya selanjutnya tidak dilakukan di lingkungan pesantren dan SMP Babussalam melainkan dititip di sekolah lain. Dalam hal ini, dititipkan di SMP Muhammadiyah. Dan untuk penyelesaian studinya tetap akan mengikuti ujian atas nama SMP Babussalam Selayar.

8. Buat Keputusan Setelah melalui rapat koordinasi dengan pihak sekolah, maka diputuskanlah bahwa Muhammad Farel tidak dikeluarkan dari SMP Babussalam meskipun telah dikeluarkan dari Pesantren akan tetapi dititip di sekolah lain untuk penyelesaian studinya yang tinggal beberapa bulan lagi dengan harapan ada perubahan ke arah yang lebih baik selama dititip di sekolah itu.

Rapat koordinasi unsur-unsur sekolah dalam pengambilan keputusan kasus dilema etika

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan Saya rasa keputusan yang diambil oleh pihak sekolah merupakan keputusan yang tepat mengingat situasi siswa tersebut yang tidak akan lama lagi sudah memasuki Ujian Akhir Sekolah untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PERASAAN (FEELINGS)

Ada keraguan yang muncul ketika saya memulai aksi nyata pengambilan keputusan terhadap kasus dilema yang dialami siswa. Saya sering bertanya pada diri sendiri, apakah koordinasi yang telah saya lakukan dengan pihak sekolah memungkinkan pihak sekolah untuk menerima dan memahami langkahlangkah pengambilan keputusan yang telah saya peroleh di Pendidikan Guru Penggerak. Seiring dengan proses yang dilakukan, ternyata kekhawatiran saya terbantahkan karena ternyata seluruh pihak sekolah menerima dengan baik langkah-langkah pengambilan keputusan yang saya terapkan. Setelah melakukan aksi nyata kali ini, saya merasa senang sekaligus merasa puas dengan keputusan yang diambil. Selain karena menghindari siswa putus sekolah, keputusan yang diambil tidak merugikan siapa pun dan bisa mengakomodir kebutuhan siswa tersebut. Semoga dengan demikian, siswa tersebut dapat berubah ke arah yang lebih baik dan mampu menyelesaikan studinya.

PELAJARAN (FINDINGS)

Suatu praktik baik yang dilakukan dengan niat tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh elemen institusi akan memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap institusi tersebut. Begitu pun dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SMP Babussalam Selayar. Ada hal yang menjadi catatan dari pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan kali ini. Di mana pengambilan keputusan kasus dilema etika kali ini tidak sejalan dengan keputusan yang diambil oleh pihak pondok pesantren yang melakukan pengambilan keputusan berbasis peraturan. Praktik baik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan pada kasus dilema di SMP Babussalam ini memberikan beberapa keberhasilan sebagai berikut : 1. Kepala sekolah, guru dan warga sekolah lainnya bergerak bersinergis menerapkan proses pengambilan keputusan di lingkungan sekolah.

2. Terjadi perubahan paradigma warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tadinya hanya berpikir berbasis peraturan sekarang ada proses dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dan dengan melihat situasi yang ada, pengambilan keputusan juga berkembang dengan berpikir berbasis rasa peduli.

PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Rencana Perbaikan yang akan dilakukan di masa mendatang 1. Memaksimalkan peran komunitas praktisi dalam membantu menerapkan konsep pengambilan keputusan sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap kesulitan yang terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan. 2. Tetap menjalin koordinasi dengan warga sekolah dalam menerapkan pengambilan keputusan untuk mendapatkan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. 3. Melibatkan warga sekolah untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan yang dibuat dan memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan keputusan dan melakukan refleksi.





SEKIAN SALAM & BAHAGIA

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.