Artikel sesi berbagi budaya positif Flipbook PDF

Artikel sesi berbagi budaya positif

95 downloads 104 Views 3MB Size

Recommend Stories

Story Transcript

ARTIKEL AKSI NYATA SESI BERBAGI BUDAYA POSITIF OLEH NI NYOMAN WIRATI CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2023


BUDAYA POSITIF Latar Belakang Peran seorang pendidik menurut Ki Hadjar Dewantara diibaratkan sebagai seorang petani yang hanya dapat merawat dan memelihara tanaman padi namun tidak dapat mengubah kodrat padi tersebut menjadi tanaman lainnya. Hal ini sesuai dengan peran guru di sekolah dalam menuntun benih-benih kebudayaan dimana murid dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang beradab/berkarakter agar ia tidak kehilangan arah dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Penggunaan media sosial dalam perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat serta mudahnya mengakses informasi melalui media internet dapat mempengaruhi murid dalam berperilaku yang tidak sesuai dengan nilai – nilai kebajikan dari profil pelajar Pancasila yang hendak dicapai oleh murid. Untuk mewujudkan agar murid berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai – nilai Profil Pelajar Pancasila, maka sekolah sebagai salah satu institusi pembentuk karakter murid mempunyai kewajiban untuk menuntun murid dalam membangun karakter murid. Berdasarkan filosofi tersebut guru sebagai pendidik hendaknya menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Upaya yang bisa dilakukan di sekolah salah satunya adalah dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan menerapkan budaya positif, murid diharapkan memiliki karakter yang sesuai dengan nilai – nilai kebajikan dari Profil Pelajar Pancasila. Rencana aksi nyata yang akan saya lakukan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yaitu menyusun keyakinan kelas dan mengimbaskan budaya positif kepada rekan sejawat. Keyakinan kelas ini memuat nilai-nilai kebajikan universal yang menjadi harapan guru terhadap murid, dan harapan murid kepada guru yang akan disepakati bersama. B. Deskripsi Aksi Nyata Sesi berbagi aksi nyata ini dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2023 bertempat di SMK Negeri 1 Mas Ubud. Peserta dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh 11 orang guru SMK Negeri 1 Mas Ubud. Rangkaian kegiatan Aksi Nyata dimulai dari pukul 09.00 sampai pukul 10.30 WITA dengan susunan acara sebagai berikut : Pertama Pembukaan yang dilanjutkan dengan pengimbasan aksi nyata budaya positif di sekolah yang disampaikan calon guru penggerak yaitu penulis sendiri Ni Nyoman Wirati yang diawali dengan meminta pendapat rekan guru mengenai budaya, kemudian dilanjutkan dengan membagikan pemahaman tentang budaya positif yang telah dipelajari selama pelatihan guru penggerak, diakhir sesi penulis memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, rangkaian terakhir ditutup dengan doa. Selama mengikuti kegiatan Aksi Nyata ini berjalan lancar dan menyenangkan. Dalam kegiatan ini ada beberapa materi yang disampaikan penulis mengenai konsep utama dalam modul budaya positif yaitu : 1. Perubahan Paradigma 2. Disiplin Positif 3. Motivasi Perilaku Manusia 4. Kebutuhan Dasar Manusia 5. Keyakinan Kelas 6. Posisi Kontrol


7. Segitiga Restitusi Penjelasan dari konsep utama dalam modul budaya positif yang disampaikan oleh penulis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perubahan Paradigma Salah satu tujuan pendidik adalah menciptakan lingkungan yang positif dengan cara saling dukung, saling belajar dan saling kerjasama antar warga sekolah. Seorang Psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan berapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’, yaitu sebagai berikut: a) Ilusi guru mengontrol murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. b) Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk menolak bujukan guru atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha. c) Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan negatif. d) Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk. 2. Disiplin Positif. Konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah kita. Menurut Ki Hajar Dewantara Disiplin Positif adalah kemampuan seseorang mengontrol diri, dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan.seseorang yang memiliki disiplin diri bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan yang mereka lakukan pada nilai-nilai kebajikan universal.


Selama ini kita mendengar kata ‘disiplin’, dihubungkan dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman. Padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali. Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya yang berjudul Restructuring School Discipline (2001). Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik (karena hukuman, pujian, ketidaknyamanan). Tujuan Dari Disiplin Positif Menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pembelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan Nilai-nilai kebajikan Universal. Nilai-nilai kebajikan adalah nilai-nilai yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. nilai-nilai kebajikan dari profil pelajar Pancasila yaitu: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. Mandiri Bernalar Kritis Berkebinekaan Global Bergotong royong Kreatif 3. Motivasi Perilaku Manusia Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang baik sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu. Menurut Diane Gossen, ada 3 motivasi perilaku manusia yaitu: Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Murid melakukan disiplin karena takut dihukum Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini murid berperilaku disiplin karena mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilainilai yang mereka percaya. Ini yang akan kita laksanakan. Motivasi yang akan membuat murid memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.


Konsep Disiplin dengan Identitas Gagal (Hukuman dan Penghargaan) Konsep ini adalah penerapan disiplin melalui hukuman dan penghargaan. Hukuman merupakan sesuatu yang menyakitkan membuat murid merasa tidak nyaman, akibatnya murid akan menyembunyikan kesalahan yang telah mereka buat. Penghargaan ternyata bukan cara yang efektif dalam menegakan disiplin di sekolah. Penghargaan Merusak Hubungan. Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut. Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Restitusi Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi dari suatu masalah, membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan mengajak murid melakukan refleksi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya. Ciri – Ciri Restitusi • Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan • Restitusi memperbaiki hubungan • Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan • Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri • Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan • Restitusi diri adalah cara yang paling baik • Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan • Restitusi menguatkan • Restitusi fokus pada solusi • Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya 4. Kebutuhan Dasar Manusia Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara yang positif.


5. Kebutuhan Dasar Manusia ● Bertahan Hidup (Survival) ● Kasih Sayang dan Rasa Diterima ( Love and Belonging) ● Kebebasan (Freedom) ● Kesenangan (Fun) ● Penguasaan (Power) 6. Keyakinan Kelas Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati bersama dengan murid di kelas, baik secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama yang dipegang/diyakini seseorang. Keyakinan disusun berdasarkan kesepakatan kelas sebagai salah satu upaya penting untuk terbentuknya budaya positif. Contohnya kita menggunakan helm bukan karena mentaati peraturan lalu lintas, namun karena keselamatan. Nilai keselamatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’. Nilai-nilai kebajikan universal menjadi landasan kita dalam membuat suatu keyakinan kelas. Melalui kenyakinan kelas ini murid akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. Berupa pernyataan-pernyataan universal. Pernyataan keyakinan kelas dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Semua warga kelas ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas melalui kegiatan curah pendapat. Contohnya adalah tidak melakukan bulliying menjadi kenyakinan kelas saling menghormati. Tidak bolos pada saat jam pelajaran menjadi kenyakinan kelas komitmen, dan dilarang melakukan kekerasan menjadi keyakinan kelas kasih saying 7. Posisi Kontrol Berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, ada 5 posisi kontrol yang diterapkan oleh seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. 8. Segitiga Restitusi Diane Gossen dalam bukunya Restitution: Restructuring School Discopline, (2001) menjelaskan bahwa merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orang tua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya dalam melakukan restitusi bernama segitiga restitusi/Restitution triangle. Segitiga Restitusi merupakan sebuah pendekatan untuk menciptakan Disiplin Positif, melalui 3 proses tahapan yaitu: 1) Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity” bahwa kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan”. 2) Validasi Tindakan yang Salah, “Semua perilaku memiliki alasan” 3) Menanyakan Keyakinan,” Kita semua memiliki motivasi internal”


Dokumentasi Pelaksanaan Diseminasi Dokumentasi kegiatan berupa video ada di https://youtu.be/OBhhQiPPsew


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.