Story Transcript
MODUL UAS MANAJEMEN PENGETAHUAN
Leonardus Dandy Ferdianto 1934021162
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan modul uts manajemen pengetahuan Keberhasilan dalam penyusunan modul ini tentu tidak lepas dari beberapa pihak yang ikut membantu demi kelancaran dan kesempurnaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Arief Syah Safrianto, SE.,MM 2. Mahasiswa –mahasiswa yang membantu 3. Serta semua pihak yang telah membantu modul ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan modul ini masih terdapat kekurangan, namun penulis telah berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh hasil makalah dengan baik oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan modul ini. Akhir kata kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Salam,
Leonardus
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2 BAB 1 ....................................................................................................................................................... 3 BAB 2 ....................................................................................................................................................... 9 BAB 3 ..................................................................................................................................................... 13 BAB 4 ..................................................................................................................................................... 16 BAB 5 ..................................................................................................................................................... 19 BAB 6 ..................................................................................................................................................... 23 KISI-KISI UTS DAN JAWABANNYA .......................................................................................................... 28 BAB 7 ..................................................................................................................................................... 31 BAB 8 ..................................................................................................................................................... 35 BAB 9 ..................................................................................................................................................... 41 BAB 10 ................................................................................................................................................... 45 BAB 11 ................................................................................................................................................... 49 KISI-KISI UTS DAN JAWABANNYA .......................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 57
2
BAB 1 SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT I.
II.
III.
PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resouce-based menjadi knowledge-based yang bertumpu pada analisis bidang ilmu pengetahuan. Membangun keunggulan sebuah organisasi bisnis di situasi persaingan yang sedemikian tinggi, mengharuskan para pelaku bisnis menemukan strategi yang lebih sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan persaingan. Strategi seharusnya dibangun atas dasar pemahaman yang komprehensif mengenai aset atau sumber daya apa yang tepat digunakan organisasi bila ingin unggul. Organisasi yang unggul tidak lagi harus semata-mata bertumpu pada pada sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi, posisi pasar, dan aset-aset yang lebih tangible lainnyaa, tetapi justru harus lebih bertumpu pada aset pengetahuan (intangible) karena pengetahuan merupakan keunggulan strategik bagi perusahaan juga. Untuk dapat mengelola manajemen pengetahuannya dengan baik. Maka perusahaan harus dapat mengerti tentang sejarah perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dengan ini penulis mengkaji tentang sejarah manajemen pengetahuan (knowledge management) karena pada dasarnya memahami tentang sejarah knowledge management penting bagi perusahaan jika ingin dapat mengelola perusahaannya dengan baik. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pengetahuan Menurut Davenport dan prusak (dalam puji wahono, 2012,34) Pengetahuan adalah suatu campuran cair dari pengalaman yang dibingkai, nilai-nilai, informasi konstekstual, dan wawasan tentang keahlian yang menyediakan suatu kerangkaa untuk evaluasi dan menggabungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru. Dan definisi pengetahuan menurut Drucker (dalam Paul. L. Tobing, 2007,16 ), pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari sebelumnya. Pengertian Knowledge Management Definisi knowledge manajemen dari American Productivity and Quality Centre (dalam Paul L. Tobing, 2007,8 ) Knowledge management adalah pendekatan-pendekatan sistematik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai. Definisi lain dari knowledge management adalah dari Bergerson (dalam Sangkala, 2007,8) knowledge management merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola asset intelektual dan informasi lain ssehingga memberikan keunggulan bersaing perusahaan. SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT Kemunculan knowledge management pada dasarnya memiliki akar yang cukup panjang dan dimulai sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat maupun timur. Di awal tahun 1970an, penelitian tentang intelijen artifisial sebagai bentuk perluasan ditolak untuk menemukan aturan umum dalam menghasilkan intelijen. Sesudah sukses diawal tahun 1950-an dan 1960-an, 3
para peneliti kemudian meyakini bahwa intelijen memerlukan domain pengetahuan khusus. Diperlukan pendekatan baru untuk menggambarkan pengetahuan dalam bentuk yang dapat diproses oleh sebuah komputer. Hasilnya kemudian, di tahun 1970-an fokus penelitian intelijen artifisial bergeser kearah sistem yang diikuti oleh logika sederhana, tetapi telah mempunyai pengetahuan yang lebih detail terhadap domain aplikasinya. Pada tahun 1980-an, kisah keberhasilan peningkatan pemrosesan pengetahuan sukses dipublikasikan terutama dalam memperluas sistem keahlian dan teknologi berbasis pengetahuan. Ide bahwa keahlian dapat digambarkan didalam sebuah sistem komputer dan dapat disediakan kapanpun dan dimanapun dibutuhkan menjadi suatu kebenaran umum. Sistem keahlian dipasarkan sebagai solusi untuk mengurangi masalah penyederhanaan perusahaan, berhentinya para ahli, dan kehilangan kompetensi yang penting. Dengan menggambarkan pengetahuan didalam bentuk yang telah dikembangkan oleh komputer, selanjutnya pengetahuan manusia kemudian dianggap dapat digambarkan dengan akurat sekaligus dapat dideteksi dengan benar. Fokus di dalam penelitian-penelitian intelijen artifisial di tahun 1970-an dan 1980-an lebih kepada pemrosesan pengetahuan yang otomatis. Peningkatan kapabilitas untuk menyimpan informasi dibuat dalam bentuk dokumen dan sistem database manajemen yang baru. Salah satu ide yang paling populer di tahun 1980-an adalah “hypertext”. Misalnya Akscyn dan koleganya (1988) mengembangkan suatu sistem manajemen pengetahuan (knowledge management system) yang juga dikenal sebagai KMS, suatu sistem hypermedia interaktif dan kolaboratif, dimana menjadi inspirasi kunci bagi website dunia. KMS merupakan versi komersial dari awalawal sistem hypertext. KMS juga digunakan untuk mengelola sejumlah besar buku pedoman pada pesawat udara. Penelitian pada piranti lunak arsitektur yang efektif untuk mendukung pengambilan keputusan yang kompleks juga diarahkan kepada berbagai upaya untuk membangun penyimpanan informasi perusahaan besar. Harapan bahwa akhirnya penyimpanan dapat berisi seluruh data yang dibutuhka manajemen berbasis fakta dan rasional. Management information system (MIS) dibangun pada model-model perusahaan yang terkemuka, dan informasi disajikan dimana pimpinan tertinggi harus juga dapat memahaminya. Struktur database yang memungkinkan percepatan analisis skenario keputusan yang berbeda memerlukan database yang multidimensional dan alat-alat untuk proses analisis interaktif secara online. Pada akhir tahun 1980-an beberapa peneliti mulai menekankan komunikasi dan kemungkinan kolaborasi sistem informasi. Dalam bagian ini terkaitdengan peningkatan kelayakan ja\aringan komputeer. Misalnya Terry Winograd, salah satu tokkoh utama dalam kemunculan pengetahuan berbasis pada intelijen artifisial, mengambangkan sistem alur kerja (work flow). Berbagai macam model alternatif untuk menjelaskan dan menerapkan alur kerja perusahaan dan pengembangan konsep komunikasi secara gradual diarahkan pada konsep komputer yang lebih luas untuk mendukung kolaborasi kerja, komunikasi yang dimediasi oleh komputer, groupware, dan sistem kolaborasi. Umumnya jiwa artifisial intelijen diinspirasi oleh epistemology positistic dan pandangan pemrosesan informasi kognitivistik terhadap intelijen manusia. Di dalam tradisi ini, sifat pengetahuan diharapkan lebih ekspilisit, terstruktur, dan diorganisasi dalam taksonomi, dan secara semantik tidak membingungkan. Pendekatan komunikatif untuk sistem informasi dengan cepat mengarah kepada konstruksionistik sosial dan epistemologi fenomenologi. Dalam konteks disiplin business intelligence, sering kali sistem informasi dan komputer diterima sebagai substansi atau inti dari upaya awal manajemen pengetahuan karena sejak awal diketahui bahwa perusahaan mengelola pengetahuan yang sudah sejak lama dimiliki sebelumnya. Peningkatan tekanan persaingan yang terjadi mengakibatkan banyak perusahaan 4
membuat unit intelijen persaingan, dimana seringkali dikaitkan dengan informasi perusahaan dan layanan perpustakaan (Gilad, 1988; Stanat, 1990; dan Goshal & Westney, 1991) Fokus intelijen persaingan (competitive intelligence), yakni pada anaalisis stratejik terhadap informasi eksternal yang tekait dengan kecenderungan pasar dan pesaing (Aguilar, 1967; Porter, 1980; Fuld, 1996). Para ahli pemrosesan informasi sering kali memandang pengetahuan perusahaan tersebut sebagai problem teknis yang dapat diselesaikan dengan tepat, yaitu dengan cara menggunakan komputer. Demikian pula persoalan yang muncul pada orang-orang intelijen persaingan dalam menemukan, memahami, mensintesis dan menyebarkan informasi yang relevan. Pada awalnya tugas-tugas intelektual ditugaskan kepada para ahli, namun di awal tahun 1990-an tugas-tugas mereka difasilitasi oleh akses online sehingga kebutuhan database maupun layanan terhadap berita menjadi begitu luas tersedia. Database maupun informasi tersebu dapat diketahui dengan real time, informasi mengenai apapun yang pesaing lakukan dan pelanggan inginkan, dimanapun pesaing dan pelanggan berada. Akibatnya, sistem informasi yang lengkap tersebut berlebihan sehingga sistem harus mampu mengategorisasi informasi yang ada berdasarkan kebutuhan pemakai. Para penelitii mencoba mengembangkan domain ontologi yang spesifik, ensklopedi, dan model konseptual yaang dapat digunakan sebagai basis mengategorisasikan informasi dan pesan-pesan perusahaan. Walaupun motivasi pengembangan model konseptual serta alat-alat informasi dalam rangka perbaikan pemrosesan yang bersifat otomatis, ternyata teknologi informasi masih memainkan peran yang amat penting. Fokus awal intelijen persaingan, yaitu pada kebijakan stratejik pimpinan puncak. Perluasan jaringan komputer memperjelas bahwa intelijen perusahaan juga ada diluar pejabat eksekutif. Bahkan didalam perubahan lingkungan persaingan, pengetahuan yang benilai seringkali terdistribusi diantara anggota perusahaan. Hal ini mendorong pentingnya aspek komunikasi dari pemrosean informasi perusahaan. Akibatnya, petugas analisis intelijen persaingan perlu memperbaiki diri mereka kembali sebagai seorang profesional intelijen bisnis. Bahkan dasar pembuatan keputusan sebelum analisis laporan dan data, serta berbagi pengetahuan menjadi isu sentral bagi orang-orang intelijen bisnis. Akibatnya, objek-objek informasi, pengetahuan perusahaan tersebut berada di dalam aliran informasi. Pengamatan ini juga memperjelass pertentangan antara dua pandangan terhadap pengetahuan perusahaan. Menurut pandangan aliran pemrosesan informasi (information processing), pengetahuan adalah data dan fakta yang tergantung kepada orang dan pemaknaannya. Asumsi ini menyebabkan pengetahuan dianggap dapat disimpan didalam komputer. Sistem intelijen bisnis mulai mengembangkan sistem yang beragam, yang terdiri dari jaringan manusia dan mesin. Objek informasi dipandang sebagai enabler dari proses pengetahuan perusahaan, dan dianggap memfasilitasi pemahaman. Teknologi diarahkan agar lebih berfokus pada perusahaan, penciptaan kemampuan untuk bereaksi secara temporer serta cepat didalam intelijen bisnis. Seperti World Wide Web/WWW menyentakkan kesadaran publik ditahun 1994. Visi awal tim Berners Lee mmengenai web adalah menemukan kembali dan kembali menemukan. Ketika seluruh dokumen dapat dikaitkan terhadap setiap dokumen penting lainnya, dunia Web dapat menjadi tempat yang baik. Pengetahuan dapat menjadi bebas dan tersedia pada saat diutuhkan. World Wide Web tidak mempunyai tidak mempunyai alat yang efektif untuk mengelola akses yang benar, serta tidak memiliki dukungan untuk membuat informasi yang segera dapat ditindaklanjuti. Salah satu pemahaman yang terus berlanjut dan telah diuji oleh aliran intelijen artifisial sejak awal tahun 1960-an. Yaitu ketika Herbert Simon dan para pionir artifisial intelijen lainnya percaya bahwa masa depan komputer berada didalam intelijen pemrosesan informasi. Sementara itu, Douglas Engelbert berpendapat bahwa komputer merupakan medium baru yang 5
dapat memperbesar proses berfikir manusia. Engelbert’s Augmentation Research berpusat di stanford Research Institute menjadi salah satu pelopor inovasi dalam teknologi komputer, memimpin pengembangan dalam perhitungan interaktif, penggunaan grafik dan sistem kolaborasi. WWW mengambil konsep sistem Augmentation ini untuk logika tujuan akhir, yaitu mengurangi permasalahan penyajian pengetahuan, minimal dengan menilai bahwa seluruh pengetahuan dapat disajikan sebagai dokumen dan dikaitkan dengan mereka. Intelijen persaingan perusahaan berkembang ke arah intelijen bisnis pada awal tahun 1990an, yaitu ketika intelijen bisnis menkonseptualisasi tugas-tugasnya kedalam manajemen pengetahuan internal perusahaan. Walaupun intelijen bisnis terkait erat dengan sistem informasi, fokus intelijen bisnis terhadap efektivitas penggunaan keahlian manusia, ahli analisis, dan jaringan sosial dan komunikasi. Di dalam kognisi perusahaan (organizational cognition), intelijen bisnis terkait dengan ketiga sumber manjemen lainnya, yaitu pada penelitian kognisi dan sense making. Penelitian atas kognisi pengetahuan secara historis diilhami oleh pandangan information processing yang berakar pada teori-teori kognitif tentang pikiran manusia. Bila dikaitkan dengan tradisi ini, awal mulanya perusahaan dikonseptualisasikan sebagai mesin pemrosesan informasi secara hierarki, riset awal kognisi pengetahuan berfokus pada pengambilan keputusan pimpinan puncak. Walaupun pandangan pemrosesan informasi dengan luas diterima, penelitian awal secara sosiologis diadopsi dari berbagai pendekatan interpretationisme. Misalnya Karl Weick dan koleganya menerbitkan beberapa artikel penting yang menonjol di dalam penelitian kognisi perusahaan memperkenalkan ide-ide konstruktivistik didalam ilmu perusahaan (Bougon, weick, & Binkhrost, 1997; Daft & Weick, 1984; Weick, 1995). Penelitian ini memperjelas bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang dapat direkam secara objektif dan disimpan didalam database. Pengetahuan perusahaan merupakan suatu proses yang aktif dimana orang mencoba memehami lingkungannya. Mungkin karena itu kontribusi utama dalam kegiatan-kegiatan penelitian inovasi perusahaan justru datang dari luar benteng ilmu pengetahuan perusahaan. Nonaka (1994); Hedlund & Nonaka (1991), mengingatkan peneliti perusahaan bahwa ada alternatif terhadap epistemologi positivisme dari mainstream pandangan pemrosesan informasi. Khususnya Nonaka mencatat bahwa perusahaan bukan mesin yang dapat diarahkan untuk memaksimalisasikan efisiensi pemrosesan informasi tanpa kehilangan banyak kemampuan penciptaan pengetahuaannya. Hanya ketika praktik manajemen orang Amerika memperoleh kesiapan bagi pelurusan akhir mengenai arus informasi dan penghapusan dari lapisan manejemen menengah yang tidak diperlukan, keacakan yang tidak terorganisasi, dan apapun yang tidak langsung menambahkan nilai kepada proses bisnis, Nonaka memperjelas memperjelas bahwa jalur ini akan menjadi fatal bagi perusahaan yang berbasis pengetahuan. Studi Nonaka tentang inovasi juga sejalan dengan penelitian tentang organizational learning. Pada level yang paling dalam, pendekatan Nonaka berdasarkan atas posisi epistemologi fenomenologikal yang lebih radikal, walaupun Schoin (1987); dan Senge (1990) misalnya, secara khusus menekankan pentingnya tacit dan pengetahuan tekait erat dengan epistemogi fenommenologi. Lebih spesifik pengetahuan dikaitkan dengan epistemologi yang datang dari sekolah filosofi kyoto dan diperkenalkan oleh Kitaro Nisshida pada wal abad ke-20. Epistemologi Kyoto adalah sintetis dari pandangan dan pemahaman filosofi fenomenologis negara-negara barat, diinspirasi oleh william james, henri Bergson, John Dewey, dan Edmun Husserls, dan Martin Heidegger (dalam Nishitani,1991; Tuomi,2002) Mereka yang bergerak dibidang komputer mencari solusi teknis terhadap persoalan pengetahuan perusahaan, sementara orang-orang intelijen bisnis mencoba menyediakan 6
IV.
informasi yang relevan pada saat yang tepat didalam perusahaan. Peneliti kognisi perusahaan berangkat dengan pertanyaan mengenai hakikat pengetahuan dan peranannya di dalam mengorganisasi tindakan sosial. Kesemua itu hanyalah langkah kecil untuk bergerak dari penggambaran perusahaan sebagai entitas berbasis pengetahuan. Jika perusahaan ingin lebih efektif didalam penggunaan penciptaan pengetahuan, mungkin mereka harus melihat perusahaan secara berbeda. Nonaka dan penulis lainnya tertarik didalam pembelajaran yang sudah dibuat perusahaan didalam masa transisi ini. Setelah Nonaka, yang lain kemudian segera mengikutinya dimana mengaitkan knowledge management dengan strategi bisnis. Menurut Tuomi (2002), Saat ini Knowledge management telah memasuki generasi ketiga, dimana generasi kedua telah dimulai pada tahun 1997 dengan banyakan membangun tugas baru paada spesialisasi daan CKO (Chief Knowldege Officers). Perbedaan sumber knowledge management menjadi terkombinasi dan juga cepat diserap oleh aktivitas organisasi setiap hari. Generasi pertama dapat dicirikan karena berfokus pada information sharing, information repositiories, dan intelectual capital accounting. Meningkatnya masyarakat informasi meneyebabkan generasi pertama dari manajemen pengetahuan akan tetap ada dan hidup. Ia akan berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan tanpa kabel, kemampuan pemrosesan informasi melekat didalam lingkungan sehari-hari dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrossesan informasi. Generasi kedua knowledge management dibawa kedalam konsep tacit knowledge, social learning, dan community of practice.Di level yang lebih praktis, generasi kedua manajemen pengetahuan menekankan pada perubahan perusahaan secara sistematis dimana praktik manajemen, sistem pengukuran , insentif, alat-alat dan kebutuhan isi manajemen dikembangkan bersama. Generasi kedua manajemen pengetahuan menunjukkan bahwa komputer konvensional sudah tidak cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situasional. Di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making. Sense making sering kali memerlukan eksplorasi domain pengetahuan yang tidak dikenali, sistem informasi di masa depan diterima sebagai alat memperkuat kemampuan berpikir manusia. Pandangan para konstruktivis juga memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran fenomena interaksi soaisal, sistem informasi akan mendukung pemibilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses pembelajaran. Bahkan human capital accounting lebih berfokus pada pengembangan secara aktif terhadap sosial kapital. Pada generasi ketiga knowledge mangement, gambaran pengetahuan akan semakin meningkat penggunaannya dimana pengetahuan dapat dikelola. Bahkan upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan akan menjadi sesuatu yang lebih fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan. Di sini akan menghilangkan rintangan pada selurh sistem sosial. Untuk membuat pengetahuan menjadi nyata tidak cukup hanya dengan pengetahuan individu dan bertindak hanya atas dasar pengetahuannya. Seluruh pengetahuan sosial dan kultural maupun pengetahuan perusahaan hanya dapat terealisasi melalui perubahan aktivitas dan praktik perusahaan. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari perjalanan kemunculan disiplin manajemen pengetahuan, yaitu bahwa walaupun sumber teoritis manajemen pengetahuan berasal dari berbagai latar belakang disiplin imu, perubahan dunia bisnis kearah knowledge economy secara rinci menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya yang dimiliki sangat besar. Perussahaan harus memberikan perhatian baru untuk dapat memberikan pengetahuan baru untuk dapat memelihara dan meningkatkan kekuatan pengetahuan yang dimilikinya. 7
Selain itu untuk mengelola pengetahuan yang begitu kompleks dan luas mememerlukan keahlian dan perhatian dari pihak manajemen. Maka profesi baru sebagai sebagai ahli manajemen pengetahuan akan muncul dari berbagai disiplin dan akan menjadi kenyataan. Hali ini sangat mendukung ke arah munculnya manajemen pengetahuan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri.
8
BAB 2 Knowledge Management Solution Abstrak— Perusahaan teknologi informasi mengandalkan knowledge yang ada di dalam perusahaan guna meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada perusahaan pemakai jasanya. Untuk itu perlu dilakukan suatu kegiatan penciptaan, penyimpanan, dan berbagi knowledge di dalam perusahaan. Kegiatan pengelolaan tersebut memerlukan sebuah rancangan knowledge management solution di dalam organisasi yang dapat digunakan sebagai sarana efisiensi terhadap proses di dalam organisasi. Knowledge management solution ini dapat didukung dengan adanya knowledge management system yang diterapkan di organisasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode perancangan knowledge management solution yang direkomendasikan oleh Fernandez (2010) dan menggunakan metodologi prototyping untuk merancang prototipe dari knowledge management system. Dengan menggunakan metodologi tersebut, akan didapatkan proses-proses knowledge management serta prototipe knowledge management system yang dapat mendukung proses-proses knowledge management yang telah diidentifikasi. I.
II.
PENDAHULUAN Pengelolaan knowledge yang merupakan sebuah aset di dalam organisasi, dilakukan untuk membantu organisasi tersebut dalam pencapaian tujuan, meningkatkan keuntungan, serta penghematan biaya. Tidak sedikit organisasi yang sudah mulai menerapkan pengelolaan knowledge yang dimilikinya. Hal ini dilakukan karena kesadaran dari arti pentingnya sebuah knowledge itu sendiri. Salah satu bidang organisasi yang juga bergantung kepada knowledge didalamnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi. Organisasi yang bergerak di bidang Teknologi Informasi sangat bergantung kepada knowledge yang dimiliki karyawan-karyawannya dan dokumen-dokumen yang ada di dalam perusahaan. Knowledge di dalam organisasi dapat tersimpan di dalam people, artifacts, maupun organizational entities, untuk itu keberadaannya harus tetap dipertahankan dan dikelola di dalam organisasi itu sendiri. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan antara metodologi Fernandez, metodologi prototyping, dan metodologi Fernandez yang telah diolah kembali oleh Moh. Teguh Bayu Santoso. Metodologi Fernandez (2010) digunakan dan dilakukan ke tujuh langkahnya untuk mendapatkan solusi knowledge management. Pada metodologi penelitian sebelumnya penulis mengolah kembali metodologi Fernandez dengan menguraikan apa yang menjadi input, metode, dan output dari tiaptiap tahapan penelitian. Untuk mendapatkan rancangan solusi knowledge management, maka tujuh langkah metodologi Fernandez dan uraian dari setiap langkah metodologi penelitian sebelumnya digunakan. Sedangkan untuk memperoleh rancangan knowledge management system, penulis menggunakan metodologi prototyping. Secara garis besar langkah-langkah pada penelitian ini, antara lain : a. Menentukan proses knowledge management berdasarkan hasil identifikasi faktor kontingensi Pada langkah ini dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor kontingensi di dalam perusahaan, yaitu karakterisasi task, knowledge, lingkungan, dan organisasi. Setelah faktor kontingensi telah ditentukan, dilakukan identifikasi proses knowledge management berdasarkan factor kontingensi tersebut. Setelah itu dilakukan pemrioritasan terhadapproses knowledge management tersebut dan identifikasi proses knowledge management yang digunakan saat ini untuk mendapatkan proses knowledge management tambahan yang dibutuhkan. b. Menentukan proses knowledge management tambahan yang dibutuhkan Langkah ini merupakan proses identifikasi proses knowledge management tambahan yang dibutuhkan. 9
III.
Masukan dari proses ini adalah hasil pemrioritasan proses knowledge management yang dibutuhkan dan hasilidentifikasi proses knowledge management yang digunakan saat ini. c. Mengembangkan knowledge management system yang dibutuhkan beserta mekanisme dan teknologi Setelah didapatkan proses knowledge management yang dibutuhkan pada proses sebelumnya, dilakukan pengembangan knowledge management system yang dapat mendukung proses knowledge management tersebut. Pada langkah ini juga dilakukan pengidentifikasian fitur-fitur knowledge management system yang dapat mendukung proses knowledge management tersebut. Pengembangan knowledge management system ini diikuti dengan mekanisme dan infrastruktur knowledge management. d. Analisis dan desain prototipe knowledge management system Setelah diketahui fitur-fitur knowledge management system yang dibutuhkan, kemudian dilakukan perancangan knowledge management system berdasarkan analisis kebutuhan sistem yang telah diidentifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Menentukan Proses Knowledge Management Berdasarkan Hasil Identifikasi Faktor Kontingensi Pengidentifikasian faktor-faktor kontingensi yang dilihat dari segi task characteristics atau karakteristik tugas, knowledge characteristics atau karakteristik pengetahuan, organizational characteristics, dan environmental characteristics, sebagai berikut : 1) Karakteristik Tugas a) Task Uncertainty : Rendah b) Task Interdependence : Tinggi 2) Karakteristik Knowledge a) Kecenderungan KnowledgeTacit atau Explicit : Tacit b) Kecenderungan Knowledge Declarative atau Procedural : Declarative 3) Karakteristik Organisasi a) Ukuran Organisasi : Kecil b) Strategi Bisnis : Differentiation 4) Karakteristik Lingkungan Environmental Uncertainty : Tinggi A. Menentukan Proses Knowledge Management Tambahan yang Dibutuhkan Portofolio prioritas kebutuhan proses knowledge management dan portofolio kecenderungan pemanfaatan proses knowledge management dijadikan masukan untuk proses identifikasi proses knowledge management. Pada proses pengidentifikasian ini, penulis menggunakan beberapa cara untuk mengolah masukan di proses ini. Cara pertama, yaitu penulis membagi menjadi dua kategori berdasarkan peringkat proses knowledge management , yaitu tinggi dan rendah. Proses knowledge management dikategorikan tinggi apabila termasuk ke dalam lima peringkat teratas, sedangkan untuk kategori rendah merupakan proses knowledge management yang tergolong ke dalam tiga posisi paling bawah dari tabel peringkat. Cara selanjutnya adalah pemetaan terhadap proses knowledge management yang dilakukan untuk menentukan proses knowledge management mana saja yang diprioritaskan untuk dikembangkan. B. Mengembangkan Knowledge Management System yang Dibutuhkan Beserta Mekanisme dan Teknologi Modul dan fitur knowledge management system dari semua proses knowledge management. Modul dan fitur untuk semua proses KM ini didapatkan dari penelitian sebelumnya dan hasil studi literatur yang didapat oleh penulis. Penentuan Fitur-fitur knowledge management system yang akan dikembangkan didapat dari pemilihan proses knowledge management yang telah ditentukan pada proses sebelumnya. Agar knowledge management system yang akan dikembangkan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan dukungan sebuah mekanisme knowledge management. Mekanisme knowledge management, antara lain :
10
IV.
1) Meeting mingguan Meeting antar member proyek yang diadakan minimal seminggu sekali untuk melaporkan kemajuan proses proyek dan permasalahan yang terjadi di dalam proyek. Dibuat sebuah minutes of meeting pada setiap meeting yang dilakukan dan dokumen minutes of meeting ini dapat disimpan di dalam manajemen dokumen agar dapat digunakan oleh member proyek yang lain. 2) Pengelolaan dokumen proyek Pada setiap proses berjalannya sebuah proyek, dokumen dokumen proyek harus selalu tersimpan di dalam manajemen dokumen, seperti proposal proyek, dokumen pada tahap pengembangan, source code, dan sebagainya. Hal ini akan membantu proses pembelajaran karyawan jika terjadi rotasi karyawan. 3) Pengetahuan seminar dan pelatihan Bagi karyawan yang telah mengikuti seminar atau pelatihan, maka diwajibkan menyimpan dokumen-dokumen yang didapat dari seminar atau pelatihan tersebut untuk berbagi pengetahuan kepada karyawan lainnya. Karyawan juga dapat menuliskan pengetahuan yang didapat pada forum diskusi atau manajemen artikel pada system KM. 4) Pembelajaran apabila terjadi rotasi Karyawan Jika terjadi rotasi karyawan, maka karyawan dapat mempelajari proyek yang ditugaskannya dari dokumen proyek yang telah disimpan dan dikelola. Dan selama proses pembelajaran juga dilakukan face to face meeting antar karyawan yang terlibat. 5) Pencatatanissue proyek Untuk issue yang terjadi selama proyek berjalan, setiap issue yang terjadi harus dimasukkan ke dalam manajemen issue. Hal ini dapat berguna bagi proses perbaikan untuk proyek selanjutnya dan mengetahui peforma dari masing-masing member proyek. 6) Komitmen pihak manajemen terhadap dukungan manajemen pengetahuan Pihak manajemen harus selalu mendorong karyawannya untuk selalu melakukan manajemen pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aturan-aturan bagi karyawannya untuk selalu terlibat dalam pengelolaan pengetahuan selama berada di dalam organisasi. 7) Pemberian reward dari pihak manajemen Karyawan harus dimotivasi untuk mengelola pengetahuannya setiap harinya. Diberikan penghargaan atau dijadikan salah satu bahan pertimbangan pada saat penilaian karyawan tahunan mengenai peforma karyawan. Hal ini diharapkan dapat mendorong karyawan untuk lebih terlibat dalam manajemen pengetahuan di dalam perusahaan. C. Analisis dan Desain Prototipe Knowledge management System Perancangan untuk kebutuhan sistem knowledge management yang telah diidentifikasi dilakukan dengan menggunakan use case diagram. Dari use case diagram sistem knowledge management dapat dilihat bahwa terdapat sembilan kebutuhan sistem knowledge management . Setiap kebutuhan ini akan menjadi satu modul di dalam sistem knowledge management yang akan dikembangkan. Terdapat tiga macam pengguna dari sistem knowledge management , yaitu pengguna umum sistem, administrator, dan customer. Administrator dapat melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh pengguna umum sistem, tetapi pengelolaan account pengguna sistem hanya dapat dilakukan oleh administrator. Customer dapat menggunakan sistem knowledge management untuk menyampaikan dan mencari solusi permasalahan dari produk yang berjalan di dalam perusahaannya. Untuk melakukan ini, customer tidak diharuskan untuk melakukan login terlebih dahulu ke dalam sistem knowledge management. KESIMPULAN Model knowledge management solution meliputi proses knowledge management yang diurutkan berdasarkan prioritasnya, yaitu socialization for knowledge discovery, socialization for knowledge sharing, combination, externalization, exchange, direction, routines, dan internalization. Proses knowledge management ini dikembangkan berdasarkan prioritasnya yang 11
memperhitungkan aspek kebutuhan knowledge management dan aspek proses knowledge management yang digunakan saat ini. Prioritas yang didapat digolongkan menjadi empat kategori. Prioritas pertama adalah socialization for knowledge discovery, socialization for knowledge sharing, dan combination. Prioritas kedua adalah externalization dan exchange. Prioritas pengembangan ketiga adalah direction dan routines, sedangkan prioritas terakhir adalah internalization. Proses-proses knowledge management ini didukung oleh mekanisme knowledge management dan infrastruktur teknologi yang memungkinkan berjalannya knowledge management system. Setelah diidentifikasi proses knowledge management tersebut, kemudian dilakukan perancangan knowledge management system yang dapat mendukungnya. Fitur-fitur dari knowledge management system, antara lain manajemen dokumen, manajemen artikel, forum diskusi, chatting, manajemen issue, dan customer helpdesk.
12
BAB 3 Strategic Knowledge Management Abstrak - Kajian ini membahas Strategis Manajemen Pengetahuan (Strategic Knowledge Management). Manajemen Pengetahuan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola aset intelektualnya: pengetahuan dan pengalaman yang ada. Tujuannya tentu saja adalah memanfaatkan aset tersebut untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik untuk mempercepat pencapaian tujuan. Penerapan knowledge management di internet semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena internet menawarkan kesempatan-kesempatan baru untuk menggunakan aset pengetahuan, mendefinisikan tipe aset pengetahuan baru, dan menyebarkannya bahkan sampai diluar organisasi. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Debowski (2006) mengartikan Knowledge Management sebagai proses mengidentifikasi, mendapatkan, mengorginasi, dan menyebarkan aset intelektual yang penting bagi performa jangka panjang sebuah organisasi, sedangan Tiwana (2002) mengartikan Knowledge Management dengan menginetgrasikan knowledge-knowledge yang terpisah dalam organisasi kedalam sebuah aplikasi. Knowledge management bertujuan untuk mengembangkan strategi pengetahuan yang memfasilitasi akses yang mudah terhadap pengetahuan yang berharga. Karena itu, penting untuk mengklarifikasikan pengetahuan yang penting sehingga karyawan memiliki kesadaran untuk mengelola pengetahuan itu secara tepat sebagai distributor maupun pengguna (Debowski, 2006, p.170). Sveiby menyebut adanya strategic knowledge issues, yaitu arus pengetahuan diantara tiga bagian utama: people competence, internal structure, dan external structure. People competence terdiri dari pendidikan, pengalaman, ketrampilan, attidute/perilaku, serta energy/passion. Internal structure berupa paten, brand name, system, proses, budaya organisasi, IT, dan manajemen. Sedangkan external structure terdiri dari company image, brand image, pelanggan/klien, relasi dengan pihak ketiga/vendor, dan jaringan. Knowledge management merupakan kegiatan kompleks yang memerlukan pendekatan terintegrasi di sejumlah sistem dan proses utama. Tiga zona infrastruktur utama berkaitan dengan: aspek manajerial, teknis dan sosial dari organisasi. Masing-masing harus mencerminkan dan mendukung prinsip-prinsip manajemen pengetahuan untuk memastikan adopsi penuh oleh anggota komunitas organisasi. Masingmasing akan dikembangkan kemudian diorganisasi (Debowski, pp35-41) Sejalan dengan pengertian tersebut, Teleos mengembangkan delapan (8) tolok ukur kinerja KM dalam organisasi, yaitu: (1) budaya berbasis pengetahuan; (2) kepemimpinan; (3) inovasi; (4) pengelolaan intellectual capital; (5) kolaborasi; (6) organisasi pembelajaran; (7) pengelolaan pelanggan; dan (8) transformasi pengetahuan. Merumuskan Strategi Manajemen Pengetahuan Isi dari sebuah Strategi Manajemen Pengetahuan setidaknya harus mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) Posisi data, informasi, dan pengetahuan dalam organisasi; (2) Tata Kelola, mencakup segenap aspek dalam manajemen pengetahuan sejak perolehan dan pengolahan, penyebaran maupun evaluasi dan pengembangannya. Termasuk dalam hal ini adalah penetapan unit yang bertanggung jawab mengkoordinasikan manajemen pengetahuan; (3) Pembentukan Budaya, berisi rumusan upaya-upaya untuk mendorong kemauan segenap individu dalam organisasi untuk berbagi data dan pengetahuan, khususnya yang bersifat implisit. Bagian ini harus diselaraskan dengan agenda manajemen perubahan dalam organisasi; (4) Manajemen Data, mengatur teknis pengelolaan data, validasi, teknik transformasi (untuk pengolahan data), penamanaan dan identitas data, dan sejenisnya; (5) Penggunaan Teknologi, merumuskan jenisjenis teknologi yang akan dimanfaatkan untuk melaksanakan manajemen pengetahuan dalam 13
II.
III.
organisasi. Bagian ini harus diselaraskan dengan strategi manajemen teknologi informasi dalam organisasi; (6) Penggunaan Manajemen Pengetahuan, berisi rumusan pemanfaatan manajemen pengetahuan terkait dengan kepentingan-kepentingan strategis organisasi. Termasuk di dalamnya merumuskan mekanisme penggunaannya jika memerlukan interaksi dengan organisasi lainnya. Manajemen Pengetahuan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola aset intelektualnya: pengetahuan dan pengalaman yang ada. Tujuannya tentu saja adalah memanfaatkan aset tersebut untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik untuk mempercepat pencapaian tujuan. METODE PENELITIAN Knowledge Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Knowledge Management adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisa, mengorganisir, meningkatkan, dan membagi pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari managemen pengetahuan adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan. Knowledge Management Knowledge management adalah proses mengidentifikasi, menangkap, mengorganisir dan menyebarkan asset intelktual yang kritis bagi kinerja jangka panjang organisasi. Tiga Elemen Pokok Knowledge Management Model Collison dan Parcell menunjukkan kesuksesan Knowledge Management dalam berinteraksi di antara tiga elemen pokok yaitu: (1) People. Yang berarti Knowledge Management berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar untuk membentuk knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada knowledge; (2) Technology. Merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan dalam mendukung alat-alat perusahaan; dan (3) Processes. Yang terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan, mentransformasikan, dan menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu. Ketiga elemen tersebut saling melengkapi antara satu sama lain, karena knowledge management adalah wilayah dimana tiga elemen tersebut overlap. HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Knowledge Management Dalam penerapan knowledge management sebagai salah satu strategi untuk menciptakan nilai, meningkatkan kinerja karyawan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Penerapan managemen pengetahuan digunakan dalam rangka peningkatkan kinerja usaha dan daya tahan perusahaan. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses pempelajaran. Strategi penerapan knowledge management menggunakan strategi kodifikasi dalam bentuk eksplisit secara berhati-hati dan disimpan dalam basis data sehingga pengguna yang membutuhkan dapat mengakses pengetahuan tersebut dengan mudah, maka cara mengelola seperti dikatakan menganut strategi kodifikasi. Strategi kodifikasi digunakan berbasis Website dimana karyawan dapat sharing pengetahuan, solusi dari error dalam penggunakan aplikasi perusahaan dan lain-lain yang menggunakan internet untuk 14
IV.
menyimpan atau mendokumentasikan pengetahuan yang terstruktur dari pengetahuan sebagai database untuk penggunakan yang berulang. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan data Primer. Data dikumpulkan dengan teknik penyebaran kuesioner, yaitu dengan memberikan pertanyaan tertuli kepada responden. Selanjutnya responden memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Kuesioner ini bersifat tertutup dimana jawabannya sudah tersedia. Pengisian kuesioner ini dapat selesai dalam waktu kurang lebih 25 menit. Sebelum suatu kuesioner yang merupakan instrumen dalam penelitian digunakan secara luas terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap 30 responden untuk mengukur reliability dan validitas. SIMPULAN Penelitian studi kasus ini telah mencapai tahap akhir, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian studi kasus ini telah berhasil mencapai tujuan dan manfaatnya, dimana peneliti ini telah: Setelah dilakukan uji validasi, semua item pertanyaan pada masing-masing variabel People, Process, Technology dan Peningkatan Kinerja Karyawan dinyatakan valid; dan Secara keseluruhan Knowledge Managemen System dengan komponen People, Process, Technology memiliki nilai korelasi terhadap meningkatan kinerja karyawan.
15
BAB 4 Knowledge Management Impact Bisnis Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan antara Knowledge Management (KM) terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. Variabel KM diukur dari empat indikator, yaitu akuisisi pengetahuan, konversi pengetahuan, aplikasi pengetahuan, dan perlindungan pengetahuan. Variabel keunggulan bersaing diukur dari lima indikator, yaitu harga, kualitas, delivery dependability, inovasi produk, dan time to market. Sedangkan variabel kinerja perusahaan diukur dari dua indikator, yaitu kinerja keuangan dan kinerja operasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 manajer yang bekerja pada perusahaan di Surabaya yang menerapkan KM dan telah memiliki pengalaman minimal 1 tahun. Hipotesa dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Partial Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KM memiliki pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. I. Pendahuluan Perusahaan-perusahaan yang terbiasa menyusun strategi bisnisnya dengan mengandalkan kemampuan memprediksi trend lima hingga sepuluh tahun ke depan mengalami frustasi karena perubahan berlangsung sangat cepat tanpa dapat diramalkan sebelumnya. Agar mampu bertahan di lingkungan bisnis, organisasi melakukan berbagai cara seperti inovasi produk, memperluas pasar, meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki proses produksinya, perbaikan sistem organisasi, dan melakukan penghematan biaya. Strategi-strategi organisasi dibuat dan diciptakan agar bertahan diderasnya perubahan lingkungan, dan strategi organisasi haruslah mampu menciptakan keunggulan bersaing. Perusahaan yang efektif dalam memperoleh pengetahuan akan mampu menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam ekonomi berbasis pengetahuan, sementara yang lain akan mengalami kesulitan mempertahankan posisi bersaing mereka. Pengetahuan mungkin menjadi satu-satunya sumber yang paling penting dari keunggulan bersaing yang tersedia untuk sebuah organisasi di abad kedua puluh satu. Abad kedua puluh satu adalah era pengetahuan ekonomi, di mana sebagian besar organisasi memiliki pengetahuan yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan kinerja mereka. Keunggulan bersaing mampu secara signifikan memprediksi varians dalam kinerja organisasi. Kinerja organisasi telah menjadi isu yang paling penting bagi setiap organisasi baik itu profit atau non-profit, sehingga sangat penting bagi manajer untuk mengetahui dimana faktor penyebab kinerja organisasi untuk mengambil langkah-langkah yang tepat. Definisi kinerja organisasi adalah kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif. Pengetahuan dipandang sebagai sumber daya yang paling penting dalam perusahaan. Pemanfaatan pengetahuan yang efektif tidak hanya akan menciptakan keunggulan bersaing, tetapi juga meningkatkan kinerja organisasi. Untuk memperoleh manfaat sebesarbesarnya dari pengetahuan yang dimiliki dan untuk mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki, perusahaan harus mengelola pengetahuannya melalui knowledge management. Dalam dunia persaingan agresif sekarang ini, strategi knowledge management menjadi kendaraan utama untuk organisasi mencapai tujuan mereka, dan untuk bersaing dengan baik. Knowledge management diakui sebagai senjata penting untuk mempertahankan keunggulan bersaing dan meningkatkan kinerja. Melalui knowledge management, secara sadar organisasi mengidentifikasikan pengetahuan pengetahuan yang dimiliki dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan berbagai inovasi. Organisasi harus menyadari pentingnya knowledge management yang efektif karena biaya mengabaikannya sangat besar. Sehingga evaluasi kinerja knowledge
16
management menjadi semakin penting karena menyediakan referensi untuk mengarahkan organisasi meningkatkan kinerja dan daya saing mereka. Oleh karena itu, knowledge management merupakan salah satu alat manajemen yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan menunjukkan keunggulan bersaing sehingga mampu menciptakan kinerja organisasi yang baik. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh antar knowledge management dengan keunggulan bersaing dan kinerja organisasi. II. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif. Kinerja perusahaan menggambarkan sejauh mana organisasi ini mampu memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan kebutuhannya sendiri untuk bertahan hidup. Kinerja perusahaan dapat dilihat sebagai konsep multi-dimensi yang terdiri lebih dari sekedar kinerja keuangan. Kinerja perusahaan memiliki tiga dimensi: kinerja keuangan, kinerja operasional, dan kinerja pemangku kepentingan. Namun, jenis yang paling umum dari ukuran kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian empiris baru-baru ini adalah: kinerja keuangan, kinerja operasional dan kinerja berbasis pasar. Namun, untuk pengukuran kinerja perusahaan dalam penelitian ini, hanya menggunakan dua pengukuran dari tiga pengukuran yang ada, yaitu kinerja keuangan dan kinerja operasional. Sedangkan kinerja berbasis pasar tidak digunakan, karena tidak semua objek penelitian ini merupakan perusahaan yang memiliki saham. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan penjelasan mengenai informasi yang berhubungan dengan penelitian yang mencakup jenis penelitian, teknik pengukuran variabel, teknik pembuatan kuesioner, desain sample, metode, dan program analisa data untuk membahas dan menjawab permasalahan dalam penelitian kali ini mengenai pengaruh knowledge management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan pada perusahaan yang menggunakan knowledge management di Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang menggunakan knowledge management di Jakarta yang tidak diketahui jumlahnya. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah berjumlah 100 perusahaan yang menggunakan Knowledge Management di Jakarta. Kriteria serta pertimbangan pemilihan sampel dilakukan peneliti yaitu memilih perusahaan yang yang menggunakan knowledge management di Jakarta, dimana perusahaan benar-benar menggunakan knowledge management, kemudian memahami dan mengerti knowledge management dengan baik. 1. Perusahaan berlokasi di Jakarta. 2. Perusahaan menggunakan knowledge management dalam proses bisnisnya. 3. Perusahaan memahami dengan baik penerapan knowledge management di perusahaan. 4. Manajer minimal memiliki pengalaman kerja (experience) sebagai manajer selama 1 tahun atau 12 bulan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah manajer perusahaan yang menggunakan knowledge management di Jakarta, dimana peneliti meneliti manajer tersebut mengenai hubungan antara penggunaan knowledge management dengan keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan pada perusahaan yang menggunakan knowledge management di Jakarta. Peneliti memilih manajer perusahaan sebagai responden karena diyakini memiliki pemahaman terhadap strategi perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adala data kuantitatif. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada manajer perusahaan yang menggunakan knowledge management di Jakarta
17
serta data sekunder yang diperoleh peneliti melalui buku-buku, jurnal-jurnal, dan literatur lainnya. Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini untuk mengevaluasi jawaban dari responden adalah skala pengukuran interval. Dimana instrumen yang digunakan adalah skala Likert. Malhotra dan Birks mengatakan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu fenomena. Skala likert bisa hanya memiliki rating 3, 4, 5, 6, 7, skala likert dibuat tergantung kebutuhan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rating skala Likert yaitu 5 poin antara lain dirincikan sebagai berikut: 1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah knowledge management. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini adalah keunggulan bersaing. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. IV. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada Knowledge Management terhadap keunggulan bersaing, Knowledge Management terhadap kinerja perusahaan, dan keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Terdapat pengaruh signifikan antara knowledge management terhadap keunggulan bersaing pada perusahaan di Jakarta. Dimana penggunaan knowledge management pada perusahaan di Jakarta yang baik akan mampu meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Terdapat pengaruh signifikan antara keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan di Jakarta. Dimana keunggulan bersaing perusahaan yang meningkat akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan pula. Terdapat pengaruh signifikan knowledge management terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan di Jakarta. Dimana penerapan Knowledge Management yang baik akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan maupun kinerja operasionalnya pula.
18
BAB 5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Knowledge Sharing dalam Implementasi E learning Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge sharing dalam implementasi e-learning. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan tipe purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, bahwa sikap dosen, motivasi berbagi, komunikasi dan teknologi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap berbagi pengetahuan. Kedua, sikap dosen berpengaruh negatif dan tidak signifikan dibuktikan dengan nilai koefisien sikap dosen sebesar -0,164. Variabel lain berpengaruh positif dan signifikan, koefisien regresi dibuktikan dengan nilai motivasi berbagi sebesar 0,482, nilai koefisien regresi komunikasi sebesar 0,191 dan koefisien regresi teknologi sebesar 0,220. Analisis koefisien determinasi menunjukkan 0,403; yang berarti sikap dosen, motivasi berbagi, komunikasi dan teknologi mempengaruhi berbagi pengetahuan sebesar 40,3%. I. PENDAHULUAN Perkembangan kemajuan teknologi menuntut adanya respon yang cepat bagi para pengelola organisasi. Respon ini salah satunya adalah proses pembelajaran dengan menggunakan elearning. Untuk bisa menggunakan elearning dengan baik, diperlukan berbagi pengetahuan di antara pengguna elearning. Berbagi pengetahuan dianggap sebagai cara mendasar untuk mencapai keunggulan kompetitif organisasi yang dapat dicapai. Cara pengetahuan dibagi dalam organisasi sangat penting, tidak hanya untuk keberhasilan organisasi di mana hal itu terjadi, namun juga di antara mereka yang membaginya, karena mereka yang mengambil bagian dalam proses berbagi pengetahuan juga mendapatkan keuntungan darinya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan pernah dipelajari dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat meliputi mata pelajaran, tradisi, informasi dan keterampilan. Semakin sering manusia belajar, berfikir dan bertanya, semakin bertambah pula pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik pada masa sekarang maupun masa depan.Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan yang terampil. Menurut Brčić dan Mihelič (2015) pengetahuan adalah sumber daya terpenting dan sumber utama perusahaan atau organisasi. Hal itu berarti pengetahuan menjadi faktor penting bagi seseorang maupun organisasi untuk dapat bersaing di lingkungan yang semakin kompetitif. Setiap individu harus tahu bagaimana cara memanfaatkanpengetahuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Organisasi harus mampu memanfaatkan kekuatan dan peluang serta memahami kelemahan dan ancaman agar mampu bertahan dalam persaingan.Untuk melakukan pemanfaatan dan pengembangan pengetahuan, diperlukan pengelolaan dengan aktivitas berbagi pengetahuan. Berbagi pengetahuanmerupakan proses individu dalam melakukan kegiatan bertukar pengetahuan untuk memperoleh pengetahuan baru (Pramono dan Susanty, 2015). Pengertian lain dari berbagi pengetahuan adalah proses yang sistematis dalam penyampaian pesan antar individu maupun organisasi melalui media yang beragam (Triana dkk.,2016). Fokus utama berbagi pengetahuan adalah orang yang bersedia diajak bertukar informasi dan pengetahuan, baik orang lain, kelompok maupun organisasi. Berbagi pengetahuan merupakan aktivitas interaksi dan komunikasi antara dua orang atau lebih sebagai proses untuk menambahpengetahuan serta upaya untuk meningkatkan pengembangan diri. Seseorang dapat menyalurkan pengetahuannya dalam diskusi atau forum, orang lain mendengarkan dan mereka bisa berdiskusi serta bertukar pengetahuan satu sama lain. Kesadaran berbagi pengetahuan tentunya harus tertanam dari diri 19
sendiri, mengingat pentingnya hal tersebut untuk dilakukan. Dalam ruang lingkup organisasi, berbagi pengetahuan sangat dibutuhkan agar pimpinan dan karyawan saling berhubungan, berkomunikasi dan bertukar pengetahuan guna membangun kompetensi untuk mencapai tujuan. II. KAJIAN TEORI Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu serta organisasi. Berbagi pengetahuanmerupakan interaksi sosial yang melibatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan antara karyawan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki (Pramono dan Susanty, 2015).Menurut Triana dkk (2016) berbagi pengetahuanmerupakan proses yang sistematis dalam penyampaian pesan antar individu maupun organisasi melalui media yang beragam. Setiap individu berhak menentukan media apa yang akan mereka pakai untuk melakukan berbagi pengetahuan, yang terpenting adalah penerima pesan mampu memahami apa yang telah disampaikan. Manfaat adanya berbagi pengetahuanadalah terciptanya pengetahuan baru yang dapat menghasilkan inovasi, meningkatkan keterampilan setiap anggotanya dan mengurangi resiko terulang kembali kesalahan yang pernah dilakukan.Pelaksanaan kegiatan ini tidak mudah dilakukan, mengingat adanya karyawan yang berfikir ingin menyimpan pengetahuan yang dimiliki untuk dirinya sendiri. Mereka akan merasa terancam jika orang lain mengetahui pengetahuan yang lebih banyak dari dirinya, sehingga dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang dapat memotivasi karyawan untuk saling berbagi pengetahuan. Pendekatan yang bisa dilakukan untuk memotivasi berbagi pengetahuan diantaranya: 1. Supervisory control. Organisasi membuat aturan secara formal bagi anggotanya untuk melakukan kegiatan berbagi pengetahuan. Meskipun sulit, tetapi organisasi bisa melakukan sedikit pemaksaan kepada anggotanya agar terbiasa dalam pelaksanaan berbagi pengetahuan. 2. Social exchange. Anggota organisasi menyadari adanya kaidah timbal balik. Mereka termotivasi melakukan kegiatan berbagi pengetahuan dengan adanya keyakinan bahwa orang lain juga akan memberikan kontribusi yang sama kepada dirinya. 3. Perceived organization support. Organisasi memberikan dorongan dalam bentuk insentif atau penghargaan kepada anggotanya yang melakukan kegiatan berbagi pengetahuan agar mereka memiliki rasa untuk berkomitmen. Para anggota akan menganggap bahwa organisasi akan memberikan kesejahteraan bagi mereka yang telah mendukung proses berbagi pengetahuan. Sikap Karyawan Sikap adalah perwujudan pikiran evaluasi tentang sebuah obyek, manusia atau peristiwa, baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan (Widyasari, 2013). Sikap yang kuat akan menghasilkan sesuatu sesuai dengan tekad (Suyasa dan Coawanta, 2004). Hal ini berarti jika karyawan menganggap budaya yang ada dalam organisasi sesuai dengan keinginannya, mereka akan memberikan sikap positif dan mendukung organisasi dalam mencapai tujuan. Sebaliknya, karyawan akan bersikap negatif dan acuh terhadap kemajuan organisasi jika budaya yang ada tidak sesuai dengan keinginannya. Sikap karyawan yang baik dapat diwujudkan melalui berbagai cara misalnya, mentaati peraturan organisasi, bertanggung jawab terhadap tugasnya dan berkomitmen untuk organisasi. Dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkanberbagi pengetahuan, dibutuhkan kesadaran dan kesediaan karyawan untuk melakukannya. Permintaan atasan kepada karyawan untuk berbagi pengetahuan tidak akan 20
mudah terwujud, karena keputusan akan melakukan atau tidak tetap kembali kepada karyawan (Raharso dan Tjahjawati, 2015). Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran karyawan melakukan berbagi pengetahuan.Sikap karyawan yang mendukung proses berbagi pengetahuansangat dibutuhkan, karena hal tersebut merupakan upaya untuk menciptakan ide-ide baru, meningkatkan produktivitas dan mencapai visi, misi serta tujuan organisasi. Komponen sikap meliputi : 1. Kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan pendapat atau keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang diketahui dan telah berlaku. 2. Afektif, merupakan aspek emosional seseorang setelah mengetahui dan mulai berfikir untuk melakukan tindakan. 3. Konatif, maksud dan tujuan seseorang dalam berperilaku yang merupakan wujud dari kepercayaan, pikiran dan emosionalnya. Tipe-tipe sikap diantaranya: 1. Kepuasan kerja, dimana seseorang sudah merasa nyaman dan puas terhadap apa yang telah dikerjakan dalam suatu organisasi. Seseorang tersebut cenderung akan bersikap positif terhadap organisasi. 2. Keterlibatan kerja, seseorang sangat menikmati pekerjaannya, ingin mengerjakan tugasnya dengan maksimal, aktif berpartisipasi dan beranggapan bahwa kinerja serta prestasinya sangat penting bagi nilai dirinya. 3. Komitmen organisasi, dimana seseorang sudah menganggap dirinya merupakan bagian dari organisasi, rela berkorban untuk kemajuan organisasi dan ingin mempertahankan keanggotaannya di organisasi tersebut. Motivasi Berbagi Motivasi merupakan kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia (Mulyana, 2006). Manusia selalu memiliki kebutuhan yang menjadi keinginan dan kebutuhan yang harus terpenuhi. Untuk dapat mewujudkan kebutuhan yang harus terpenuhi, tentunya setiap individu harus mempunyai motivasi agar mencapai kebutuhan tersebut. Individu yang memiliki motivasi yang kuat, cenderung akan memenuhi kebutuhan lebih cepat. Ciri utama bahwa karyawan termotivasi untuk melakukan aktivitas berbagi pengetahuan adalah mereka merasa akan dihargai dan memperoleh manfaat dari aktivitas tersebut (Brčić dan Mihelič, 2015). Motivasi mencakup tiga elemen yang berinteraksi dan saling tergantung (Luthans, 2006): 1. Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan fisiologis dan psikologis, seseorang akan meminta bantuan orang lain jika mereka merasa butuh. Oleh karena itu, suatu organisasi harus membuat inisiatif agar kegiatan berbagi pengetahuan menjadi suatu kebutuhan di kalangan anggotanya. 2. Dorongan. Dorongan fisiologis dan psikologis adalah tindakan yang berorientasi dan menghasilkan daya dorong untuk meraih insentif, sehingga individu dapat termotivasi. Hal tersebut adalah proses motivasi. 3. Insentif. Insentif merupakan hal yangdapat mengurangi sebuah kebutuhan dan dorongan. Memperoleh insentif akan membuat individu cenderung mendapat keseimbangan fisiologis dan psikologis, sehingga hal tersebut dapat mengurangi motivasi. Komunikasi Menurut Mulyana (2006) komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih. Setiap hari semua makhluk melakukan komunikasi, sehingga komunikasi merupakan dasar penting bagi manusia untuk saling berinteraksi. Menurut Triana dkk (2016) komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang tertentu dan mengandung arti yang 21
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan untuk penerima pesan.Komunikasi yang efektif akan membangun suatu hubungan yang positif sedangkan komunikasi tidak efektif akan menciptakan berbagai permasalahan, kesalahpahaman dan konflik organisasi. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif sangat penting bagi suatu organisasi untuk mencapai visi, misi dan tujuan dari organisasi tersebut. Teknologi Teknologi seperti perangkat lunak dan perangkat keras yang merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen pengetahuan karena digunakan untuk kegiatan berbagi (Sarja, 2014). Aktivitas berbagi pengetahuanakan berjalan lancar dengan adanya dukungan teknologi, karena pada zaman sekarang setiap orang sudah dapat memanfaatkannya. Terlebih berbagi pengetahuan dalam implementasi e-learning, hal ini sangat dibutuhkan mengingat pembelajaran e-learning selalu menggunakan peran teknologi. Pembelajaran e-learning akan sangat memberikan manfaat bagi penggunanya, khususnya bagi orang yang sangat sibuk. Mahasiswa bisa melakukan pembelajaran jarak jauh tanpa harus bertatap muka langsung dengan dosen. Dosen dan mahasiswa dapat saling mengirim e-mail dalam proses pemberian dan pengumpulan tugas.Teknologi yang dimaksud dalam hal ini mencakup teknologi informasi dan aplikasi teknologi.Pada kenyataannya, penggunaan teknologi dan berbagi pengetahuan saling berkaitan, karena teknologi dapat mempercepat pencarian, mempermudah dalam mengakses dan mengambil informasi, serta dapat mendukung komunikasi dan kegiatan berbagi. Teknologi informasi dan aplikasi teknologi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang pada era modern sekarang ini. Banyak dampak positif yang diberikan teknologi bagi semua orang diantaranya, mengefisienkan waktu, mempermudah dan mempercepat pekerjaan serta melancarkan komunikasi. Semua orang dapat dengan cepat mengakses semua informasi yang diinginkan melalui berbagai aplikasi. Adanya teknologi membuat masyarakat di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi pada jarak jauh secara cepat dan efisien. III. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, yaitu untuk menguji pengaruh sikap karyawan, motivasi berbagi, komunikasi dan teknologi terhadap berbagi pengetahuan dalam implementasi e-learning, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel sikap karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap berbagi pengetahuan, dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,080 (0,080 > α 0,05). Variabel motivasi berbagi berpengaruh positif dan signifikan terhadap berbagi pengetahuan, dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,000 (0,000