Draft Pedoman Kegiatan Strategis Kemtan Com Flipbook PDF


89 downloads 122 Views 19MB Size

Story Transcript

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN

KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERTANIAN

PEDOMAN KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2023

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

i

ii

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

S

ektor pertanian merupakan sektor yang menjadi andalan dan penyangga perekonomian nasional terutama dalam aspek pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan devisa negara melalui ekspor komoditas. Bahkan, di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dunia seperti pandemi COVID-19, dampak perubahan iklim, dan situasi geopolitik dunia yang semakin tidak menentu, sektor pertanian masih menunjukkan ketangguhannya dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan menjaga stabilitas ekonomi. Dalam hal ini, The International Rice Research Institute (IRRI) mengakui prestasi sektor pertanian yang salah satunya mampu menjaga kecukupan produksi beras sehingga tidak impor selama 2019-2021. Untuk itu, guna mengukuhkan peran sektor pertanian dalam menghadapi berbagai tantangan dan potensi permasalahan ke depan, mulai tahun 2023 Kementerian Pertanian akan fokus pada pelaksanaan berbagai program strategis yang pada gilirannya dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk pangan impor, meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor komoditas pertanian, serta kesejahteraan petani. Beberapa program unggulan yang menjadi fokus utama Kementerian Pertanian pada tahun 2023 mencakup: (1) peningkatan kapasitas produksi pangan sebagai upaya mengendalikan inflasi mencakup komoditas beras, cabai, dan bawang merah; (2) peningkatan kapasitas produksi untuk mengurangi impor mencakup kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi; (3) pengembangan pangan substitusi impor mencakup ubi kayu, sorgum, dan sagu sebagai substitusi gandum dan domba/ kambing serta itik sebagai substitusi daging sapi; dan (4) peningkatan ekspor komoditas unggulan mencakup sarang burung walet, porang, ayam, dan telur. Kegiatan-kegiatan prioritas Kementerian Pertanian dirancang sebagai bagian dari strategi dalam mengantisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Apabila program unggulan tersebut dapat dilaksanakan secara cepat, cermat dan akurat, Saya meyakini bahwa sektor pertanian akan tetap menjadi penyangga utama perekonomian nasional dan mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan bangsa diantaranya kemiskinan dan keterbatasan lapangan kerja. Namun tentunya, keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan prioritas tersebut akan pula bergantung pada dukungan lintas pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian ini hadir sebagai sarana komunikasi dan salah satu media koordinasi agar para pemangku kepentingan dapat memadukan langkah dan tujuannya guna memajukan sektor pertanian demi kemaslahatan bangsa dan negara.



Jakarta, April 2023 Menteri Pertanian RI

Prof. Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH, MH, MSi

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

iii

KATA PENGANTAR

B

apak Menteri Pertanian, Prof. Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si., MH, telah mengarahkan bahwa kegiatan pembangunan pertanian harus dilaksanakan secara antisipatif, mitigatif dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan strategis nasional dan global. Beberapa tantangan yang diantaranya mencakup pandemi COVID-19, dampak perubahan iklim, ketegangan geopolitik global dan berbagai permasalahan keamanan lainnya di dunia, telah menyebabkan terganggunya sistem distribusi dan transportasi yang berpotensi menimbulkan krisis pangan dunia. Di sisi lain, perkembangan tingkat inflasi domestik yang menunjukkan kecenderungan naik, menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Dalam hal ini, sektor pertanian perlu secara fokus memperkuat dan meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga mampu menjaga ketahanan pangan nasional. Sesuai arahan Menteri Pertanian, pada tahun 2023, Kementerian Pertanian akan fokus melaksanakan beberapa kegiatan prioritas baik yang berbasis komoditas maupun berbasis program pendukung lain, diantaranya: PAJALEGONG (padi, jagung, kedelai, sorgum dan singkong); SADEWA (sayur dengan cabai dan bawang); SAGUNESIA (sagu untuk Indonesia); dan Indobas-PMK (Indonesia Bebas PMK). Program prioritas berupa program pendukung yaitu: PRASATANI (Prasarana dan sarana serta pembiayaan pertanian); AGROSTANDAR (Standard Service and Globalization); TANI AKUR (Petani Millenial Akses Kredit Usaha Rakyat); dan GRATIEKS (Gerakan Tiga Kali Ekspor). Selain itu, dengan semakin terbatasnya APBN dan untuk efektivitas pencapaian kinerja pembangunan pertanian 2020-2024, maka perlu pemetaan Program/Kegiatan Prioritas Kementerian Pertanian 2020-2024, serta upaya-upaya pencapaian keberhasilannya sehingga mendapat strategis baik dalam hal anggaran maupun alokasi sumber daya lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian ini disusun. Melalui penyusunan pedoman ini, diharapkan kegiatan proritas pembangunan pertanian yang dilaksanakan Kementerian Pertanian periode 2020-2024 dapat diketahui oleh masyarakat luas, sekaligus untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak sebagai upaya perbaikan program dan kegiatan pembangunan pertanian. Akhir kata, Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun yang telah menyusun buku ini, saran perbaikan dari para pembaca sangat diperlukan untuk penyempurnaan ke depan.



Jakarta, April 2023 Sekretaris Jenderal

Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc

iv

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

DAFTAR ISI SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

iii v vii viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran 1.4. Ruang Lingkup 1.5. Indikator Keberhasilan

1 1 3 3 4 4

BAB II. KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.1 Kegiatan prioritas Tanaman Pangan (PAJALEGONG) 2.1.1 Konsep Kegiatan Utama Sub Sektor Tanaman Pangan 2.1.2 Strategi Pengembangan Padi 2.1.3 Strategi Pengembangan Jagung Menuju Swasembada Berkelanjutan 2.1.4 Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Untuk Substitusi Impor 2.1.5 Strategi Pengembangan Sorgum 2.1.6 Strategi Pengembangan Ubi Kayu/Singkong 2.2 Kegiatan prioritas Hortikultura 2.2.1 Konsep Kegiatan Utama Sub Sektor Hortikultura 2.2.2 Pengembangan Kampung Hortikultura (Sayuran, Tanaman Obat, Buah, dan Florikultura) 2.3 Pengembangan Kawasan Kopi 2.3.1 Perluasan 2.3.2 Intensifikasi 2.3.3 Peremajaan 2.3.4 Penguatan Sarana dan Prasaran Pascapanen dan Pengolahan 2.4 Pengembangan Kelapa Genjah 2.5 Sagu untuk Indonesia (Sagunesia) 2.6 Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) 2.6.1 Indonesia Bebas PMK (INDOBAS -PMK) 2.6.2 Rencana Kegiatan Indobas-PMK

5 5 6 7

BAB III. KEGIATAN PENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS PERTANIAN 3.1 Pengembangan Nursery dan Logistik Benih Perkebunan 3.2 Dukungan Prasarana dan Sarana Pertanian (PRASATANI) 3.2.1 Taksi Alsintan 3.2.2 Optimasi Lahan dan Perluasan Lahan Pertanian

10 13 16 19 22 23 24 27 27 28 29 30 31 34 37 40 41

44 44 47 49 49

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

v

3.2.3 Penyediaan Air dan Jaringan Irigasi 3.2.4 Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) 3.2.5 Pengembangan Sistem Pembiayaan Usaha Pertanian 3.3 Standardisasi Instrumen Pertanian (AGROSTANDAR)

vi

50 50 50 52

BAB IV. PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN: TANI AKUR

55

BAB V.

58

GERAKAN TIGA KALI EKSPOR (GRATIEKS)

BAB VI. OPERASIONALISASI KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERTANIAN 6.1. Pembinaan 6.2. Pengawalan dan Pendampingan 6.3. Monitoring dan Evaluasi 6.4. Pelaporan

61 61 61 62 63

BAB VII. PENUTUP

64

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20.

Rincian Pengembangan Sorgum 100.000 ha Pengembangan Kawasan Ubi Kayu 100.000 ha Lokasi Perluasan Kopi Arabika TA 2023 Lokasi Perluasan Kopi Robusta TA 2023 Lokasi Perluasan Kopi Liberika TA 2023 Lokasi Intensifikasi Kopi Arabika TA 2023 Lokasi Intensifikasi Kopi Robusta TA 2023 Lokasi Peremajaan Kopi Arabika TA 2023 Lokasi Peremajaan Kopi Robusta TA 2023 Lokasi Penguatan Sarana Dan Prasarana Panen Dan Pengolahan Kawasan Kopi TA 2023 Subjek, Objek, Metode, Mitra Kawasan Kopi Subjek, Objek, Metode, Mitra Pengembangan Kelapa Genjah 10.000 Ha Subjek, Objek, Metode, Mitra Pengembangan Sagu Indonesia Subjek, Objek, Metode, Mitra Sikomandan Subjek, Objek, Metode, Mitra Indonesia Bebas PMK Subjek, Objek, Metode, Mitra Pengembangan Nursery dan Logistik Benih Subjek, Objek, Metode PRASATANI Subjek, Objek, Metode AGROSTANDAR Subjek, Objek, Metode TANI AKUR Subjek, Objek, Metode GRATIEKS

19 22 37 28 28 28 29 29 29 30 31 33 36 40 42 47 52 54 57 60

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rencana Aksi Berbasis Produktivitas Padi Gambar 2. Pendekatan SOM Pengembangan Padi 2022-2024 Gambar 3. Pemetaan Produktivitas Padi Gambar 4. Peta Target Tanam Jagung 600.000 ha Gambar 5. Pendekatan SOM Pengembangan Kedelai 2024 Gambar 6. Peta Kawasan Komoditi Kedelai Gambar 7. Peta Lokasi Pengembangan Kedelai Gambar 8. Pendekatan SOM Pengembangan Kedelai Gambar 9. Strategi Pengembangan Sorgum Gambar 10. Target Tanam 100.000 Ha untuk Ekspor dan Swasembada Sorgum Gambar 11. Peta Target Tanam 100.000 ha Gambar 12. Peningkatan Produksi Umbi-Umbian Sesuai Perpres No. 18/2020 Gambar 13. Target 2023 Tanam 100.000 ha Gambar 14. Peta Target Tanam Ubi Kayu 100.000 ha Gambar 15. Konsep Kampung Horti Gambar 16. Target Kampung dan UMKM Hortikultura 2023 Gambar 17. Pola Pengembangan Kelapa Genjah Gambar 18. Lokasi Pengembangan Kelapa Genjah 10.000 Ha Gambar 19. Konsep Pengembangan Sagu di Indonesia Gambar 20. Alur Proses Bisnis SIKOMANDAN Gambar 21. Konsep Pelaksanaan Indonesia Bebas PMK Gambar 22. Sebaran Pusat Nursery Perkebunan Gambar 23. Alur Penyiapan Benih Tanaman Perkebunan Gambar 24. Implementasi Program PRASATANI dalam Pengembangan Kawasan Pertanian Gambar 25. Ilustrasi Kegiatan Optimasi Lahan dan Perluasan Lahan Pertanian Gambar 26. Proses Bisnis Kredit Usaha Rakyat Gambar 27. Program Unggulan AGROSTANDAR Gambar 28. Potensi Generasi Muda Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Ekonomi Bangsa Gambar 29. Skema KUR Khusus Berbasis Klaster Gambar 30. Road Map TANI AKUR Gambar 31. Fokus Kegiatan Barantan Mendukung GRATIEKS Gambar 32. Rencana Aksi Barantan Mendukung GRATIEKS

viii

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 21 21 22 25 26 32 33 35 38 42 45 46 48 49 51 53 55 56 57 58 59

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kementerian Pertanian bertanggung jawab terhadap pencapaian program-program yang sudah diamanatkan dalam visi-misi kabinet Indonesia Maju jilid II seperti termaktub dalam RPJM dan Rencana Strategis Kementan 2020-2024. Arah pembangunan pertanian 20202024 adalah menuju pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern. Pembangunan pertanian yang menjadi bagian dari RPJMN Tahun 2020- 2024 merupakan tahapan ke-4 dan kelanjutan dari RPJPN 2005-2025. Pada RPJMN keempat (2020-2024) ini, pembangunan sektor pertanian dituntut bisa meningkatkan ketahanan pangan dan daya saingnya guna mendukung terwujudnya pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern sesuai dengan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024. Renstra merupakan arahan dan acuan dalam penyusunan program dan kegiatan pembangunan pertanian periode 2020- 2024. Namun demikian dalam pelaksanaannya perlu adanya penyesuaian program/kegiatan sebagai akibat perubahan lingkungan eksternal dan perubahan kebijakan internal. Revisi atau perbaikan Renstra juga perlu dilakukan dengan adanya perubahan lingkungan strategis dan adanya perubahan program nasional yang terintegrasi dalam empat program di Kementerian Pertanian, yaitu: Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan Dukungan Manajemen. Pada tahun 2020-2024, sesuai dengan RPJM dan RSPP, Kementan melaksanakan berbagai kegiatan prioritas baik yang berbasis komoditas maupun berbasis kegiatan pendukung lainnya. Program strategis yang berbasis komoditas diantaranya adalah: PAJALEGONG (Padi, jagung, kedelai, sorgum dan singkong); SADEWA (Sayur dengan Cabai dan Bawang); SAGUNESIA (Sagu untuk Indonesia); dan Indobas_PMK (Indonesia Bebas PMK). Sedangkan program

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

1

prioritas berupa program pendukung yaitu: PRASATANI (Prasarana dan sarana serta pembiayaan pertanian); AGROSTANDAR (Standar Service and Globalization); TANI AKUR (Petani Millenial Akses Kredit Usaha Rakyat); dan GRATIEKS (Gerakan Tiga Kali Ekspor). Pendekatan yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mengeksekusi program strategis tersebut dilakukan dengan pendekatan Subjek-Objek-Metode atau yang dikenal dengan istilah SOM. Pendekatan ini dilakukan untuk melaksanakan program/ kegiatan secara lebih jelas, tepat sasaran, terukur dan berorientasi hasil. Subjek adalah sesuatu topik/tema yang menjadi fokus implementasi suatu program/kegiatan yang berupa komoditas atau pun target komoditas yang akan dicapai, misalnya program swasembada jagung 2023. Sedangkan Objek merupakan komponen program yang mendukung tercapainya target pada Subjek, seperti misalnya peningkatan dukungan lahan pertanian, ketersediaan saprodi, kesiapan infrastruktur dan sebagainya. Metode adalah cara atau pendekatan untuk menggunakan objek sebagai perangkat mencapai tujuan program/kegiatan seperti misalnya penggunaan digitalisasi, pelatihan dan optimalisasi alsintan. Pendekatan SOM ini pada hakikatnya merupakan langkah operasional yang detail dan terukur dalam implementasi program, sekaligus juga merupakan gambaran pemetaan hulu-hilir dari pelaksanaan suatu program strategis. Berbagai program strategis yang sudah dan masih berjalan tersebut memberikan dampak positif, diantaranya: kontribusi terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani, kontribusi terhadap peningkatan PDB pertanian dan pengendalian inflasi, serta dukungan terhadap tenaga kerja sektor pertanian. Berbagai tantangan dalam implementasi program dan kegiatan pembangunan pertanian semakin berat, seperti krisis energi dan pangan, globalisasi, perdagangan bebas, keamanan pangan, modernisasi, persaingan global, kesejahteraan petani dan masalah lingkungan yang akan menjadi titik kritis pada proses perjalanan pembangunan pertanian Indonesia. Pandemi Covid-19 yang belum berakhir, perubahan iklim, dan konflik geo-politik Rusia-Ukraina akan semakin meningkatkan potensi krisis ekonomi, keuangan dan energi. Berbagai tantangan tersebut berpotensi mempengaruhi perubahan kebijakan program pembangunan pertanian yang ada saat ini. Selain itu, dengan semakin terbatasnya APBN dan untuk efektivitas

2

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

pencapaian kinerja pembangunan pertanian 2020-2024, maka perlu pemetaan Program Prioritas Pembangunan Pertanian Kementerian Pertanian 2020-2024, serta upaya-upaya pencapaian keberhasilannya sehingga mendapat skala prioritas, baik dalam hal anggaran maupun alokasi sumber daya lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian 20202024 ini disusun. Melalui penyusunan buku ini, diharapkan kinerja dan berbagai capaian program pembangunan pertanian yang ada di Kementerian Pertanian periode 2020-2024 dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga mereka dapat merasakan dampak dan manfaatnya, sekaligus untuk mendapatkan feed back dari berbagai pihak sebagai upaya perbaikan program dan kegiatan pembangunan pertanian yang dilakukan selama ini. 1.2 Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian ini adalah: 1. Sebagai pedoman bagi Direktorat Jenderal Teknis dan Badan dalam melaksanakan kegiatan prioritas pembangunan pertanian; 2. Meningkatkan akselerasi dan sinergisitas antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan prioritas Kementerian Pertanian; 3. Sebagai dokumen pendukung untuk melakukan pengendalian, monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Pertanian. 1.3 Sasaran 1. Tersedianya acuan bagi para perencana dan pengambil keputusan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dalam menyusun rencana kegiatan prioritas pertanian; 2. Terdiseminasinya berbagai konsep kegiatan prioritas pembangunan pertanian yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi stakeholder terkait; 3. Tersedianya informasi bagi pemangku kepentingan lain tentang kegiatan prioritas pertanian sehingga dapat terlaksana koordinasi dengan baik; 4. Adanya apresiasi dan penilaian yang positif terhadap kinerja program strategis pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian. 5. Adanya umpan balik terhadap capaian dan kinerja kegiatan prioritas pembangunan pertanian

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

3

1.4 Ruang Lingkup Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian yang akan diuraikan dalam buku ini adalah beberapa program prioritas yang dilaksanakan oleh masing-masing eselon I lingkup Kementerian Pertanian baik yang berbasis komoditas maupun kegiatan pendukung. Program strategis yang dibahas dalam buku ini meliputi: (1) Pajalegong (Padi, Jagung, Kedelai, Sorgum, Singkong); (2) Kampung Horti (Sayuran, Tanaman Obat, Buah dan Florikultura); (3) Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri); (4) IndobasPMK Indonesia Bebas Penyakit Mulut & Kuku; (5) Pengembangan Kawasan Kopi; (6) Pengembangan Nursery dan Logistik Benih; (7) Pengembangan Kelapa Genjah (8) Prasatani (Prasarana dan Sarana serta Pembiayaan Pertanian); (9) Tani AKUR (Petani Milenial Akses Kredit Usaha Rakyat (KUR); (10) Agrostandar (Standardisasi Instrumen Pertanian); (11) Gratieks (Gerakan Tiga Kali Ekspor). Di setiap subsektor juga ditambahkan penjelasan terkait konsep kegiatan dan metode pencapaian targetnya melalui pendekatan Subjek-ObjekMetode (SOM). 1.5. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari pedoman ini dibedakan menjadi dua aspek, yaitu Aspek Manajemen dan Aspek Teknis. Untuk indikator Aspek Manajemen adalah: 1) Tersusunnya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan secara komprehensif di daerah; 2) Adanya kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan prioritas tanaman pangan; 3) Tersedianya alokasi anggaran non APBN Kementan yang mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan secara berkelanjutan (multi years). Untuk Aspek Teknis, indikatornya adalah: 1) Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu komoditas strategis pertanian yang dikembangkan; 2) Meningkatnya aktivitas pascapanen dan kualitas produk strategis pertanian; 3) Meningkatnya aktivitas pengolahan dan nilai tambah produk pertanian; 4) Meningkatnya jaringan pemasaran komoditas pertanian; 5) Meningkatnya pendapatan pelaku usaha komoditas pertanian; 6) Meningkatnya aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan, pasar input dan output, teknologi dan informasi.

4

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

BAB 2 KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.1 Kegiatan Prioritas Tanaman Pangan (PAJALEGONG) Kementerian Pertanian terus melakukan Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan sebagai salah satu komoditas utama sektor pertanian. Pada periode 2020-2024, pengembangan tidak hanya fokus Komoditas Pajale, tetapi lebih luas menjadi PAJALEGONG, yaitu Padi-Jagung-Kedelai-Sorgum dan Singkong. Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden RI yang secara khusus menyoroti sorgum sebagai bahan substitusi gandum, di mana gandum hingga saat ini masih tergantung pada impor dengan kuantitas yang cukup besar. Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan pendapatan. Untuk itu, faktor optimalisasi efisiensi usaha, peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha, serta peningkatan nilai tambah dan daya saing menjadi indikator penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut. Pada Tahun 2023, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengampu 3 (tiga) program, yaitu: Program ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan berkualitas; Program nilai tambah dan daya saing industri; dan Program dukungan manajemen. Program itu dijabarkan ke dalam 6 (enam) kegiatan utama dan pendukung meliputi: Pengelolaan Produksi Aneka Kacang dan Umbi Tanaman Pangan; Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tanaman Pangan Pengelolaan Sistem Perbenihan Tanaman Pangan; Pengelolaan Perlindungan Tanaman Pangan; Pascapanen, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, dan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Pada Ditjen Tanaman Pangan.

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

5

2.1.1 Konsep Kegiatan Utama Sub Sektor Tanaman Pangan Kebutuhan kedelai untuk bahan baku tahu, tempe dan bahan olahan lainnya setiap tahun meningkat. Sebagian besar kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari kedelai impor. Peningkatan produksi kedelai lokal menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor. Melalui pendekatan pengembangan kawasan kedelai di tahun 2020, diharapkan terjadi peningkatan produksi di daerah sentra kedelai dan akan tumbuh sentra-sentra baru pengembangan kedelai. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas kedelai diklasifikasikan dalam kategori Kawasan Utama, Kawasan Andalan, Kawasan pertumbuhan. Dengan kriteria tersebut, maka pengembangan kedelai akan lebih terfokus di wilayah-wilayah yang signifikan dapat mendongkrak peningkatan produksi. Pada beberapa lokasi Kabupaten sentra dengan luas areal pengembangan kedelai diatas 20 ribu hektar, dapat diarahkan menjadi kawasan show windows. Bantuan pemerintah dalam rangka peningkatan produksi kedelai difokuskan pada peningkatan produktivitas, Perluasan Areal Tanam (PAT), dengan komponen bantuan berupa benih unggul bersertifikat serta sarana produksi lainnya. Bantuan Pemerintah sifatnya hanya sebagai stimulan/pengungkit, diharapkan diluar lokasi yang tidak mendapat bantuan, petani, investor atau secara bermitra dapat melakukan budidaya secara swadaya. Ketersediaan benih unggul yang tepat jenis (varietas), tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga harus bisa terpenuhi, karena benih merupakan penciri produktivitas dan pondasi menuju peningkatan produksi. Disamping komoditas kedelai, pada tahun 2020 program tanaman pangan adalah pengembangan komoditas kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, porang dan komoditas aneka kacang umbi lainnya. Disamping target peningkatan produksi minimal 7% per tahun, target peningkatan volume dan nilai ekspor juga menjadi strategis. Melalui bantuan pemerintah baik dari aspek budidaya, maupun pengolahan dan pemasaran diharapkan akan tumbuh entrepreneur dan menarik minat banyak investor serta eksportir. Bantuan pemerintah yang disalurkan untuk pengembangan komoditas aneka kacang dan umbi meliputi benih unggul, dan/ atau sarana produksi. Strategi dalam rangka peningkatan produksi komoditas aneka kacang, umbi terutama kedelai, antara lain melalui: 1) Peningkatan produksi dengan pendekatan pengembangan kawasan berbasis korporasi petani, dengan melibatkan semua sub system mulai dari hulu, on-farm (budi daya), hilir (pengolahan dan

6

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

pemasaran), dan subsistem pendukung (penyuluhan, perbankan, koperasi); 2) Peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik lokasi, mekanisasi alat mesin pertanian; 3) Perluasan Areal Tanam (PAT), lahan kering, lahan sawah, lahan perkebunan, lahan perhutani/inhutani, perhutanan sosial, tegalan, rawa, lahan eks tambang, dan lainnya; 4) Pengamanan produksi melalui penanganan dampak dari perubahan iklim (banjir dan kekeringan), pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); 5) Peningkatan pengelolaan pascapanen untuk mengurangi susut hasil, serta peningkatan pengolahan dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk, daya saing dan nilai tambah; 6) Perbaikan data aneka kacang dan umbi menuju satu data yang terintegrasi dan dapat diakses setiap saat; 7) Pengawalan intensif di tingkat lapangan dengan melibatkan kostratani/BPP sebagai ujung tombak di tingkat lapangan dari mulai proses CPCL, penyaluran bantuan pemerintah, penanaman, budidaya, panen, pascapanen, pengolahan sampai pemasaran; 8) Juga koordinasi dan peran aktif Kostrada (Tingkat Kabupaten/Kota), Kostrawil (Tingkat Provinsi), Kostranas (Tingkat Nasional), Tim Suvervisi dan Pendampingan Program Kementerian Pertanian; 9) Penguatan kelembagaan petani, kemitraan, pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR); dan 10) Dukungan Pemerintah Daerah, pihak swasta/investor, dan stakeholders lainnya. 2.1.2 Strategi Pengembangan Padi Komoditas Padi merupakan komoditas strategis dan menjadi Prioritas Nasional dalam RPJMN 2020-2024 dengan indikator ketersediaan beras 46,8 juta ton di tahun 2024 dan luas pengembangan padi biofortifikasi untuk penangangan stunting seluas 200 ribu hektar di tahun 2024. Beberapa permasalahan yang menjadi tantangan dalam peningkatan produksi antara lain: peningkatan produktivitas, alih fungsi lahan pertanian, surplus/defisit pasokan beras yang tidak merata dibeberapa provinsi, belum optimalnya petani/kelompoktani menggarap aspek off farm terutama pasca produksi dengan memberikan nilai tambah aktivitas usaha tani melalui pengolahan produk pertanian maupun pengembangan usaha berbasis pertanian. Untuk mengembangkan komoditas padi sebagai komoditas strategis nasional, Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya dengan fokus pada peningkatan produktivitas padi. Upaya yang dilakukan adalah: a) meningkatkan penggunaan varietas unggul berdaya hasil

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

7

tinggi; b) meningkatkan penggunaan pupuk non subsisi dan pupuk organik/hayati; c) meningkatkan penggunaan alat mesin pascapanen untuk menekan losses; d) meningkatkan frekuensi bimbingan teknis dan penyuluhan; e) pengelolaan dampak perubahan iklim dan hama penyakit terpadu; f) penerapan teknologi budidaya sesuai rekomendasi Litbang; g) menerapkan integrated farming, pertanian zero waste, pertanian organik, program Makmur, cluster, korporasi dan food estate.

Gambar 1. Rencana Aksi Berbasis Produktivitas Padi Untuk wilayah sentra padi yang tingkat produktivitas sudah lebih dari 6 ton/ha, selain melanjutkan upaya sebagaimana disebutkan sebelumnya, juga dilakukan berbagai upaya, yaitu: a) menjalin kemitraan dengan offtaker; b) mempermudah akses KUR untuk modal dan mekanisasi; c) penggunan pupuk non subsidi dan pupuk organik/hayati dosis maksimal; dan d) pengelolaan tata air untuk mengoptimalkan penggunaan air. Target produksi padi pada tahun 2023 sebesar 54,89 juta ton dan pada tahun 2024 sebesar 55,89 juta ton. Untuk mempercepat pencapaian target tersebut, dilakukan langkah percepatan melalui pendekatan metode SOM yaitu menetapkan Subjek dan Objek, serta Metode penyelesaiannya. Adapun yang menjadi subjek pada

8

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

kegiatan ini adalah target produksi padi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Upaya pencapaian target produksi tersebut dilakukan melalui peningkatan produktivitas dengan target pada tahun 2023 sebesar 52,33 kuintal/hektar dan 52,35 kuintal/hektar pada tahun 2024. Selain melalui peningkatan produktivitas, upaya peningkatan produksi padi dilakukan melalui peningkatan luas panen dengan target 10,59 juta hektar pada tahun 2023 dan 10,68 juta hektar pada tahun 2024.

Gambar 2. Pendekatan SOM Pengembangan Padi 2022-2024

Metode yang dilakukan untuk peningkatan produktivitas, antara lain adalah: penggunaan varietas berdaya hasil tinggi, pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), serta penanganan panen dan pascapanen. Untuk peningkatan luas panen, dilakukan metode peningkatan Indeks Pertanaman (IP), Perluasan Areal Tanam Baru (PATB), penanganan lahan puso dan pengendalian lahan baku sawah. Tentunya upaya-upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Pertanian, tetapi perlu melibatkan Kementerian/Lembaga lain seperti: BRIN, Kementerian PUPR, Kementerian LHK, dan Kementerian ATR/BPN. Akselerasi program peningkatan produksi padi diklasifikasi kedalam Kawasan Utama, Kawasan Andalan serta Kawasan Pengembangan. Pada beberapa lokasi Kabupaten sentra dengan luas areal pengembangan padi diatas 50 ribu hektar, dapat diarahkan menjadi kawasan show windows.

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

9

Kebutuhan anggaran saprodi pengembangan padi 2023 Rp38,06 triliun. Alokasi Pagu Indikatif untuk pengembangan padi 2023 sebesar Rp748,5 miliar. Sedangkan kekurangan anggaran akan memaksimalkan sumber pembiayaan lain melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp37,3 triliun.

Gambar 3. Pemetaan Produktivitas Padi 2.1.3 Strategi Pengembangan Jagung Menuju Swasembada .......... Berkelanjutan Komoditas Jagung merupakan komoditas strategis dengan indikator produksi dalam RPJMN 2020-2024 sebesar 35,3 juta ton di tahun 2024. Peningkatan produksi jagung sangat penting untuk dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri yang saat ini masih dicukupi kebutuhannya melalui mekanisme impor dengan jumlah mencapai 1,5 juta ton. Akibat pandemi Covid-19, ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina, dan dampak perubahan iklim, menyebabkan harga jagung dunia melonjak. Untuk itu perlu strategi khusus untuk mengembangkan jagung menuju swasembada berkelanjutan. Strategi dalam rangka peningkatan produksi jagung antara lain melalui: 1) Peningkatan produksi dengan pendekatan pengembangan kawasan berbasis korporasi petani, dengan melibatkan semua sub sistem mulai dari hulu, on-farm (budi daya), hilir (pengolahan dan pemasaran), dan subsistem pendukung (penyuluhan, perbankan, koperasi); 2) Peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih

10

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

unggul, pemupukan berimbang, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik lokasi, mekanisasi alat mesin pertanian, peningkatan mutu sarana prasarana; 3) Penanaman jagung pada lahan kering, tadah hujan, lahan kritis, areal berlereng maupun di areal kebun/hutan, baik secara monokultur maupun tumpangsari dengan tanaman tahunan, dengan menerapkan prinsip konservasi lahan dan menjaga kelestarian lingkungan; 4) Diprioritaskan untuk Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) dalam rangka meningkatkan luas tambah tanam; 5) Pengamanan produksi melalui penanganan dampak dari perubahan iklim (banjir dan kekeringan), pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); 6) Peningkatan pengelolaan pascapanen untuk mengurangi susut hasil, serta peningkatan pengolahan, pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk, daya saing dan nilai tambah; 7) Perbaikan data jagung menuju satu data yang terintegrasi dan dapat diakses setiap saat; 8) Pengawalan intensif di tingkat lapangan dengan melibatkan kostratani/BPP sebagai ujung tombak di tingkat lapangan dari mulai proses CPCL, penyaluran bantuan pemerintah, penanaman, budidaya, panen, pascapanen, pengolahan sampai pemasaran; 9) Juga koordinasi dan peran aktif Kostrada (Tingkat Kabupaten/Kota), Kostrawil (Tingkat Provinsi), Kostranas (Tingkat Nasional), Tim Suvervisi dan Pendampingan Program Kementerian Pertanian; dan 10) Penguatan kelembagaan petani, kemitraan, pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Upaya peningkatan produksi jagung dilakukan untuk memenuhi target tanam seluas 600.000 hektar dengan proyeksi produksi sebesar 3 Juta ton pada tahun 2023. Hal itu perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri (swasembada) dan untuk memenuhi permintaan ekspor.

Gambar 4. Peta Target Tanam Jagung 600.000 ha

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

11

Rencana tanam pengembangan kawasan jagung tahun 2023 seluas 600.000 hektar dilakukan di 20 provinsi dengan rincian sebagai berikut: 1) Aceh 25.000 ha, 2) Sumatera Utara 30.000 ha, 3) Riau 20.000 ha, 4) Sumatera Selatan 30.000, 5) Bengkulu 20.000 ha, 6) Lampung 30.000 ha, 7) Jawa Barat 35.000 ha, 8) Jawa Tengah 35.000 ha, 9) Jawa Timur 40.000 ha, 10) Banten 30.000 ha, 11) Nusa Tenggara Barat 30.000 ha, 12) Nusa Tenggara Timur 50.000 ha, 13) Kalimantan Tengah 25.000 ha, 14) Kalimantan Selatan 30.000 ha, 15) Kalimantan Utara 30.000 ha, 16) Sulawesi Utara 25.000 ha, 17) Sulawesi Tengah 30.000 ha, 18) Sulawesi Selatan 30.000 ha, 19) Papua Barat 25.000 ha, dan 20) Papua 30.000 ha. Pendekatan Subjek-Objek-Metode dilakukan dalam rangka mempercepat peningkatan produksi jagung. Adapun yang menjadi subjek pada kegiatan ini adalah target produksi padi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Upaya pencapaian target produksi tersebut dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan optimasi lahan. Adapun metode yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah: penyediaan benih dan sarana produksi, penggunaan varietas unggul, pengendalian organisme pengganggu tanaman, antisipasi dampak perubahan iklim, hilirisasi alat mesin pertanian dan pascapanen, pengelolaan air/sumber air, dan permodalan melalui KUR. Sedangkan metode untuk optimalisasi lahan dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman, perluasan areal tanam baru, dan penanganan lahan puso.

Gambar 5. Pendekatan SOM Pengembangan Kedelai 2024 Untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi jagung, dilakukan kolaborasi dan koordinasi yang baik dengan BRIN, Kementerian

12

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

PUPR, Himbara, Kementerian LHK, dan Kementerian ATR/BPN. Di internal Kementerian Pertanian sendiri, Ditjen Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan ini bekerjasama dengan Ditjen PSP, BSIP, dan Ditjen Perkebunan. Biaya yang dibutuhkan untuk sarana produksi untuk pengembangan jagung menuju swasembada berkelanjutan untuk sarana produksi sebesar Rp 52,6 triliun untuk tahun 2023 dan sebesar Rp 60,9 triliun. Pembiayaan kegiatan tersebut selain didukung dari APBN/APBD juga bersumber dari Kredit Usaha Rakyat, investasi swasta dan kemitraan. Adapun Offtaker yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah PT. Charoen Phokpan, PT. Japfa Comfeed, PT. Malindo, PT Sreeya, PT. WMP, PT. Miwon, PT Indofood, PT. Tereos, dan PT. Greenfield. 2.1.4 Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Untuk Substitusi ........ Impor Kebutuhan kedelai untuk bahan baku tahu, tempe dan bahan olahan lainnya setiap tahun meningkat. Sebagian besar kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari kedelai impor. Para pemangku kepentingan, terutama pemerintah, perlu memperhatikan tantangan ketergantungan pada kedelai impor, serta perbaikan kuantitas dan kualitas produksi kedelai lokal. Fokus utama pemerintah sebaiknya adalah mempercepat proses revitalisasi dan penguatan rantai pasok kedelai dalam negeri. Di sektor hulu, pengembangan varietas kedelai berpotensi hasil tinggi harus terus digalakkan dengan menggandeng pihak swasta untuk memastikan adopsi dan pemasaran yang luas. Produktivitas dan kualitas hasil olahan kedelai tidak hanya bergantung pada tata cara penanaman, namun juga kualitas varietas yang mampu menghasilkan kuantitas serta kualitas kedelai yang lebih baik. Edukasi petani tentang prosedur pascapanen yang baik juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing kedelai. Untuk mempercepat peningkatan produktivitas kedelai dalam negeri, fokus investasi pada pertanian, terutama untuk komoditas kedelai penting untuk digalakkan. Selain mendatangkan modal dan menciptakan lapangan kerja, meningkatnya investasi dapat mendorong kompetisi untuk mendongkrak produktivitas dan kualitas kedelai Indonesia. Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai lokal menjadi

Pedoman Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian

13

sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor. Melalui pendekatan pengembangan kawasan kedelai secara hulu, diharapkan terjadi peningkatan produksi di daerah sentra kedelai dan akan tumbuh sentra-sentra baru pengembangan kedelai. Pengembangan kawasan kedelai terdiri dari kawasan Utama yang merupakan daerah sentra kedelai dengan kemampuan produktivitas >1,5 ton/hektar. Kawasan Andalan dengan produktivitas 1-1,5 ton/ hektar dan kawasan pengembangan dengan produktivitas

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.