majalah rta 30 -11 - new Flipbook PDF

majalah rta 30 -11 - new

30 downloads 110 Views 39MB Size

Recommend Stories


MODEL RTA-2018 MODEL RTA-2018
MODEL RTA-2018 MODEL RTA-2018 MODELO RTA - 2018 Gracias por comprar uno de nuestros productos. Por favor lea cuidadosamente las instrucciones de e

11 13:30
Números a la carta 297153 _ 0117-0148.indd 117 12/05/11 13:30 Creación y edición ejecutiva: José Antonio Almodóvar Herráiz. Ilustración: Marimar

domingo 9:30 am - 11:30 am
February 8, 2015 Fifth Sunday in Ordinary Time Chapel of the Holy Cross Capilla de la Santa Cruz 1534 Whitesville Road, Albertville, AL 35950 Mass T

PROGRAMA GENERAL 16:00-18:00 19:00-20:30 20:30-23:30 09:00-11:00 11:00-11:30 11:30-14:30 14:30-15:30 16:00-18:30
PROGRAMA GENERAL 16:00 - 18:00 Registro de participantes en el Hotel sede: Casa Magna Marriott Puerto Vallarta Resort & SPA. 19:00 -20:30 Ceremoni

Story Transcript

COVER

1

DAFTAR ISI REDAKSI

2

RTA ACEH UTARA

SAMBUTAN KETUA

3

SAMBUTAN SPONSOR

4

RTA ACEH UTARA

SAMBUTAN SPONSOR

5

SAMBUTAN DEWAN MUSTASYAR ULUL ALBAB

6

RTA ACEH UTARA

Menjadi Aswaja Yang Sesungguhnya



Mengupas Aliran dan Sosok : Salek Buta, Wahabi, Syiah, Ahmadiyah, Ibnu Taimiyah, Mujassimah, Mu'tazilah, Qadariyah, dan Jabbariah

A. Salek Buta

S

alik meupakan bentuk isim fail dari kata salaka – yasluku - sulukan yang bermakna penempuh jalan. Salik yang dimaksud di sini adalah penempuh jalan atau thariqat tertentu dalam beribadah demi mencari keridhaan Allah SWT. Adapun “Salek Buta” merupakan suatu diksi yang digunakan untuk orang-orang yang menempuh jalan dalam beribadah kepada Allah bertentangan dengan ketentuan syariat. Maka disebutlah “salik buta” yang artinya penempuh jalan yang tidak mampu melihat arah yang benar. Dia menempuh jalan yang salah sementara matanya buta dan tidak mampu melihat kesalahan itu. Bahkan terkadang ditambah lagi dengan tuli dan tidak bisa mendengar tuntunan sebenarnya yang dijelaskan oleh Alim Ulama. Salik buta ini biasanya dipengaruhi oleh rasa ketertarikan dan kekaguman terhadap kejadian yang luar biasa yang ada pada orang-orang fasiq. Ia menganggap semua hal yang menyalahi adat adalah karamah, tanpa bisa membedakannya dengan sihir. Ketertarikan ini akhirnya diiringi oleh sikap ingin mengikuti tanpa tau apa yang diikutinya sebenarnya bertentangan dengan syariat. Dalam hal ini, Abu Yazid Al-Bustami telah memberi peringatan agar jangan terkecoh dengan orang-orang yang mampu melakukan hal-hal yang spektakuler jika sikap kesehariannya bertentangan dengan zahir syariat.

‫ﻟﻮ ﻧﻈﺮﰎ اﱃ رﺟﻞ اﻋﻄﻲ ﻣﻦ اﻟﻜﺮاﻣﺔ ﺣﱴ ﻳﱰﺑﻊ ﰲ اﳍﻮى ﻓﻼ ﺗﻐﱰوا ﺑﻪ ﺣﱴ‬

Pemateri

Abi. H. Zahrul Mubarrak HB (Abi MUDI)

Mudir Ma’had ‘Aly MUDI

‫ﺗﺘﻨﻈﺮوا ﻛﻴﻒ ﲡﺪوﻧﻪ ﻋﻨﺪ اﻻﻣﺮ واﻟﻨﻬﻲ وﺣﻔﻆ اﳊﺪود واداء ﺷﺮﻳﻌﺔ‬  Artinya :

26 Februari 2021

Andai Kalian melihat ada orang yang diberikan karamah sampai dapat terbang di udara, jangan langsung terkecoh dengannya sampai Engkau perhatikan bagaimana gerak-geriknya terkait perintah dan larangan (Allah), memelihara ketentuan-ketentuan (agama) dan menjalankan syariat.” (Sulthan Al'arifin Abu Yaziz Al-Bastamiy halaman 49-50 karangan DR Abdul Halim Mahmud)

21.00 WIB s/d Selesai Rumoh Kupie Atjeh, Lhoksukon

7

KAJIAN Di antara hal asas yang penting dipahami adalah tentang adanya hubungan yang erat antara syariat, thariqat dan hakikat. Jadi tidak mungkin seseorang yang tanpa mempelajari ilmu syariat lalu tiba-tiba mendakwa dirinya telah sampai ke maqam hakikat. Dakwaan itu merupakan kebatilan yang nyata sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam kitab Kifayatul Atqiya' :

B. Aliran Kebatinan

S

ecara kebahasaan, Batin bermakna bagian dalam, samar dan tersembunyi. Secara istilah, batiniyah bermakna kelompok yang mengaku bahwa zhawahir (makna-makna terang) al-Qur'an dan hadits memiliki makna batin (tersembunyi), tak obahnya kulit dengan sari patinya, yang dapat dipahami oleh orangorang tertentu, bukan oleh orang-orang awam.

Artinya : Jalan untuk menyampaikan bagi akhirat adalah syariat, thariqat dan hakikat. Maka dengarkanlah perumpaan sebagain ulama baginya sebagaimana penjelasan setelah ini. Ketahuilah (Semoga Allah merahmatimu) bahwa tidak boleh tidak bagi penempuh jalan akhirat daripada menghimpun ketiga hal ini dan tidak mengosongkan sesuatu dari ketiganya. Hal ini disebabkan hakikat tanpa syariat menjadi bathil. Demikian juga syariat tanpa hakikat adalah sesuatu yang kosong.” (Kifayatul Atkiya, Hal. 8)

Dalam sejarah, aliran kebatinan lahir pada masa-masa pemerintahan Khalifah al-Ma'mun (198-218 H/dan tersebar luas pada masa Khalifah al-Mu'tashim Aliran kebatinan didirikan oleh beberapa orang, antara lain: 1. Maimun bin Daishan (al-Qaddah) 2. Muhammad bin al-Husain (Dandan) 3. Hamdan Qirmith Ada beberapa visi misi dari aliran kebatinan ini, di antaranya : Mengembalikan kejayaan agama Majusi Mengembalikan kejayaan Persia/Iran Menghancurkan Islam dari dalam Meraup keuntungan materi dari pengikutnya Memenuhi kebutuhan biologis

Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ

Hal yang hampir semakna dengan hal di atas adalah ungkapan Imam Malik terkait pentingnya memadukan ilmu fikih dan tasawwuf. Dalam kitab Iqadhul Himam Syarah Hikam disebutkan ;

Artinya : “Antaranya ada ucapan Imam Malik yang menyebutkan bahwa orang yang bertasawwuf tanpa mempejari fikih sungguh menjadi zindiq. Orang yang mempejari fikih tanpa bertaswwuf akan menjadi fasiq. Dan orang yang menggabungkan keduanya, maka sungguh mencapai hakikat.”

8

RTA ACEH UTARA

Pada tahun 1330 H merebaklah berbagai aliran dan golongan di wilayah nusantara seperti Wahhabi, Syiah, Kebatinan (Ibahiyyun atau libertinisme), inkarnasi dan manunggaling kawulo gusti



Menurut aliran ini, orang yang telah mencapai maqam mahabbab (cinta kepada Allah) dan mendapat kesucian hati, tidak perlu mengamalkan syari'at, tetapi cukup dengan hakikat.

KAJIAN C. Wahabi

W

ahabi merupakan suatu aliran yang dinisbahkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab yang memiliki

ideologi yang ekstrim yang mudah mengkafirkan

bahkan menghalalkan darah sesama kaum Muslimin. Untuk memahami bagaimana pandangan Ulama terhadap aliran ini, marilah kita perhatikan beberapa rujukan berikut ini. Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-lmam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah 'ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut:

Modus Penyebaran Kebatinan : Penyebaran isu bahwa dirinya seorang wali Allah yang telah mencapai ma'rifat Ÿ Melayani pengobatan alternatif Ÿ Melayani konsultasi kesulitan ekonomi, sosial, politik dan lainlain Ÿ Menyebarkan isu dan menampakkan bahwa dirinya mengetahui perkara ghaib Ÿ Menyebarkan isu memiliki karomah seperti halnya para wali Allah Ÿ Meremehkan para Kiai dan Ulama yang konsisten dengan ajaran syari'at

Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran Al-Qur'an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan yang sama seperti mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al- Shawi 'ala Tatsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).

Kiat agar tidak tertipu dengan ajaran kebathinan adalah menjadikan ketentuan syariat sebagai neraca untuk menilai kebenaran. Untuk mengukur perbauatan seseorang harus melihat sikapnya terhadap hukum syara' (menjalankan perintah dan menjauhi larangan). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Izzuddin bin Abdissalam dalam Qawaid Kubra :aid Kubra :

Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum

Ÿ

Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, Al-lmam Muhammad Amin Afandi yang populer dipanggil Ibn Abidin, berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar :

Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar 'ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).

9

KAJIAN Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-lmam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah 'ala Dharaih al- Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:

Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terangterangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu befirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benarbenar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl alKhithab fi al-Radd 'ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al- Suhub alWabilah 'ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275).

10

RTA ACEH UTARA

Dari kalangan ulama madzhab Syafi'i, al-lmam alSayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al- Makki, guru pengarang 1'anah al-Thalibin, kitab yang sangat otoritatif (mu'tabar) di kalangan ulama di Indonesia, berkata:

Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid berkata: Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid'ah lain selain mereka.” (Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyah, hal. 54).



Demikian pernyataan ulama terkemuka dari empat madzhab, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan Wahhabi termasuk Khawarij ala modern yang banyak sekali pertentangan dengan prinsipprinsip Ahlussunnah WalJama'ah. Tentu saja masih terdapat ratusan ulama lain dari madzhab Ahlussunnah WalJama'ah yang menyatakan bahwa Wahhabi itu Khawarij yang tidak mungkin kita sebutkan semuanya dalam makalah ini.

D. Syiah

S

ecara etimologi, kata Syî'ah berarti pengikut atau pendukung. Secara terminologi Syî'ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah SAW, baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali RA. Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali RA, berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah. Sentral doktrin Syiah terletak pada konsep Imamah (kepemimpinan umat sesudah Nabi SAW. Hampir semua ajaran Syiah, baik ushul (akidah) maupun furu' (syariah), selalu dikaitkan dengan imamah. Tidak ada yang lebih penting dari pada Imamah.



Ajaran syiah terbagi dalam banyak sekte baik yang sangat ghulluw sampai mencaci Sahabat dan memiliki keyakinan-keyakinan yang bertentangan dengan prinsip asasi dalam Islam dan ada juga yang masih dalam tingkatan sesat yang belum dianggap keluar dari Islam.

E. Ahmadiyah

A

liran Ahmadiyah Qadiyaniyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani yang lahir di Qodyan India tahun 1839 M dan meninggal tahun 1908 M. Dia menyebarkan ajarannya dengan berbagai cara, dengan ceramah, karya tulis dan lainnya. Di antara karya tulisnya berjudul 'Menghilangkan Keraguan', Mukjizat Ahmadiyah', Argumentasi Ahmadiyah', 'Cahaya Islam' dan lainnya. Berkat kepiawiannya dan dukungan penjajah sampai kemudian membentuk kelompok yang dikenal dengan 'Ahmadiyah AlQodyaniah'.

Ajaran-ajaran Ahmadiyah : Meyakini bahwa Tuhan itu berkebangsaan Inggris, karena dapat berbahasa Inggris Ÿ Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah 'alMasih' yang dijanjikan. Ÿ Meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW bukan nabi terakhir tetapi Allah akan terus mengutus nabi sesuai kebutuhan dan Mirza Ghulam Ahmad adalah paling utamanya para nabi Ÿ Kitab sucinya bukan al-Qur'anul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tetapi kitab suci mereka bernama 'al-Kitab al-Mubin' yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad Ÿ

11

KAJIAN Kota al-Qodiyan diyakini sebagai kota suci, sebagai kiblat umat Islam dan tempat pelaksanaan ibadah haji, karena kota Qodiyan lebih utama dari Makkah dan Madinah Ÿ Setiap orang yang mengaku muslim menurut mereka masih dianggap kafir sebelum masuk al-Qodiyaniah Ÿ Tidak disyari'atkannya jihad melawan penjajah dan harus tunduk patuh pada pemerintahan Inggris, karena pemerintah Inggris itu waliyul-amr menurut nash kitab suci. Ÿ

Ajaran Ahmadiyah ini telah sejak lama dilarang di Indonesia dan berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Ahmadiyah disebutkan bahwa bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam). Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran Ahmadiyah supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang haq.

Fatwa ini berdasarkan pertimbangan adanya kepercayaan yang sangat menyesatkan dari ajaran ini yaitu menganggap adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW yang mereka percayai, yaitu sosok Mirza Ghulam Ahmad.

F. Ibnu Taimiyah

I

bnu Taimiyah adalah sosok kontroversial yang

mengeluarkan beberapa pernyataan yang

mendapat kritikan para Ulama terkait masalah

akidah. Beliau bernama lengkap Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani yang lahir pada 10 Rabiul Awwal 661 H (22 Januari 1263) – wafat 22 Dzulqadah 728 H (26 September 1328). Para Ulama sangat banyak yang mengkritisi pemikiran ibnu Taimiyah bahkan menganggap sebagiannya telah menyelisihi ijma'. Di antara pandangan yang paling ringan terhadap sosok Ibnu Taimiyah adalah jawaban Imam Subki :

Al-Imam Taqiyyuddin As-Subki ditanyai pandangannya tentang Ibnu Taimiyah, Beliau menyampaikan “Beliau adalah sosok yang ilmunya lebih besar dari akalnya.”

12

RTA ACEH UTARA

Syaikh Al-Imam Al-Kabir Ahmad Zaruq Al-Fasi ketika mengomentari ungkapan Imam Taqiyyudin As-Subki mengatakan : “Konsekuensi dari pernyataan ini adalah sosok Ibnu Taimiyah masih dipertimbangkan periwayatannya, tetapi tidak dipertimbangkan penggunaan analisa dan pemikirannya pada ilmu. Maka tidak dipertimbangkan penolakannya dan tidak diperhatikan kepada analisa dan pertimbangannya.” Hal yang sama juga disampaikan oleh Waliyyuddin Al-'Iraqi, dimana Ibnu Taimiyah adalah sosok yang laim, namun ilmunya tidak lebih banyak dari kapasitas akalnya sehingga membuat hasil ijtihadnya banyak yang menyalahi ijma' yang menurut satu pendapat sampai 60 masalah. Maka karena itu banyak kritikan dan celaan para ulama kepadanya.

G. Mujassimah

S

ejak dulu sudah ada orang yang berpaham tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk atau menyifatiNya dengan sifat makhluk) dan tajsim (meyakini Allah adalah benda atau mempunyai sifat benda) yang mengaku Islam namun sejatinya bukan. Ia hidup jauh dari tempat yang menjadi sumber ilmu keislaman pada saat itu. Yakni di Balkh, Khurasan. Dialah Muqatil bin Sulaiman as-Sadusiy (150 H) yang berkata (perkataannya tidak boleh diyakini): "Sesungguhnya Allah adalah benda yang mempunyai anggotaanggota badan, baik kecil atau besar, seperti tangan, kaki, dan kedua mata" Ada juga Hisyam bin Al Hakam (190 H) yang berkata (perkataannya ini juga tidak boleh diyakini) : "Allah mempunyai bentuk yang bisa berdiri dan bergerak, sebagaimana makhluk.” Lalu muncullah Jahm bin Shafwan yang memerangi pemahaman menyimpang kedua tokoh di atas. Namun sebagai mana kedua tokoh tadi yang ceroboh dalam menyifati Allah sebagaimana makhluk, ia juga melakukan kecerobohan dalam bentuk lain, yakni sama sekali tidak menetapkan sifat bagi Allah (ta'thil). Karenanya sangat wajar, sebagai bukti mukjizat Nabi bahwa umat ijabah ini terjamin akan keselamatannya dari bersepakat dalam kesesatan, muncul lah seorang imam yang agung, Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit (w 150 H) yang berkata:

KAJIAN Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul alkhamsah, yakni: "Telah datang kepada kita kaum Muslimin, dua pendapat tokoh yang sangat buruk, Jahm bin Shafwan yang berpaham ta'thil dan pendapat Muqatil yang berpaham tasybih.” Dan beliau juga berkata,

"Jahm ceroboh dalam menafikan sifat Allah sehingga ia berpendapat Allah tidak mempunyai sifat yang sempurna yang layak bagi-Nya sekalipun (ta'thil). Dan Muqatil juga ceroboh dalam menetapkan sifat Allah (tidak disertai prinsip tanzih, yakni menyucikan-Nya dari sifat dan keserupaan terhadap makhluk sehingga berpaham tasybih.”



Jadi, prinsip Ahlussunnah adalah tawassuth (moderat) yakni itsbat (menetapkan sifat Allah yang sempurna yang layak bagi-Nya) tidak sebagaimana Jahm bin Shafwan dan yang sepaham dengannya; dan Ahlussunah juga berpedoman pada prinsip tanzih (meyakini kemahasucian-Nya dari seluruh keserupaan terhadap makhluk), tidak sebagaimana Muqatil bin Sulaiman yang berpaham tasybih.

H. Mu'tazilah

A

liran Muktazilah muncul di Basra, Irak, pada abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha' (700-750 M) berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Hasan al-Bashri berpendapat mukmin yang melakukan dosa besar masih berstatus mukmin. Sementara Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin tapi juga bukan kafir. Kisahnya, Pada saat Imam Hasan al-Basri sedang mengajar di mesjid, ada seseorang bertanya tentang para pendosa, apakah masih beriman atau telah kafir. Diapun diam sejenak untuk berpikir. Saat itulah Wasil bin Atha' menjawab bahwa para pendosa berada di antara mu'min dan kafir. Kemudian ia membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam Hasan al-Basri berkata "Ia telah i'tizal (mengasingkan diri) dari kita”. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan diri dari Imam Hasan alBasri, sesuai dengan perkataan dia tersebut.

1. Tauhid. Mereka berpendapat: Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri. Alquran adalah makhluk. Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia. 2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya. 3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat. 4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin dengan kafir. Amar ma'ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih. Ÿ Ÿ Ÿ

I. Qadariyah Dan Jabbariah

D

alam persoalan af'al 'ibad (perbuatan Hamba), golongan Qadariyah menganggap perbuatan hamba merupakan hasil dari berfungsinya qudrah hadisah pada Hamba. Menurut paham ini perbuatan manusia adalah hasil kreasi manusia sendiri. Sedangkan paham jabbariyah menganggap manusia ini hidup dalam keadaan terpaksa seperti kapas yang beterbangan. Menurut paham Jabbariyah ini manusia tidak memiliki peran apapun pada perbuatannya. Adapun Ahlussunnah waljamaah sebagai paham yang moderat (tawasuth) memiliki prinsip untuk menempatkan persoalan perbuatan hamba sebagaimana seharusnya. Manusia memiliki ikhtiyar atau kasbu, yang dalam bahasa sederhana bisa diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk melakukan perbuatan itu. Namun usaha itu tidak mempengaruhi sama sekali terwujud tidaknya perbuatan itu, karena itu semua bergantung kepada qudrah-Nya Allah SWT. Dalam nazam Jauharah disebutkan :

Di sisi kita (Ahlussunnah wal jamaah) hamba memiliki upaya dalam melakukan perbuatannya, namun upaya itu tidak memberi pengaruh (bagi terwujudnya perbuatan itu. Tidaklah manusia itu terpaksa, artinya bukan tidak ada ikhtiyar sama sekali.

13

GALERI PELANTIKAN

Aceh Utara -- Pengurus Cabang (PC) Rabithah Thaliban Aceh (RTA) Kabupaten Aceh Utara periode 20202024 dilantik oleh Rais 'Am (Ketua Umum) Pengurus Besar (PB) Rabithah Thaliban Aceh (RTA) Tgk. Marbawi Yusuf di Makam Sultan Malikussaleh Kec. Samudera Kab. Aceh Utara, Rabu (27/01/2021)

Acara pelantikan ini dihadiri oleh Rais 'Am dan Wakil Katib 'Am Pengurus Besar (PB) Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Wakil Bupati Aceh Utara, perwakilan Ketua DPRK Aceh Utara dan perwakilan Kepala Baitul Mal Aceh Utara serta perwakilan Kepala Kemenag Aceh Utara. Juga turut hadir Ketua HUDA Aceh Utara, Ketua Tastafi Aceh Utara, serta seluruh para pimpinan ormas se Aceh Utara, para A'lim Ulama, Camat dan Kepala KUA se Kabupaten Aceh Utara, serta para tamu undangan lainnya.

14

RTA ACEH UTARA



Kami titip Rabithah Thaliban Aceh ini serta kami amanahkan kepada RTA Aceh Utara agar dapat mendampingi Pemerintah dan terus bersinergi dalam memberikan pemahaman agama kepada ummat." ujar Tgk. Marbawi Yusuf. "Kami atas nama Pemerintah Kab. Aceh Utara siap mendukung untuk berjalannya program kerja dan kegiatan RTA Aceh Utara ini, juga menjalin kerja sama dan memperkuat progam - program Provinsi dan Kabupaten untuk penyelamatan generasi," Ujar Fauzi Yusuf.

15

KAJIAN

Tariqat dan Perkembangannya Study Terhadap Perkembangan Tariqat Mukhtabarah di Aceh

Dr. H. Muhammad Zukhdi Karimuddin Lc. MA Rektor STIS Ummul Ayman

29 Agustus 2021 21.00 WIB s/d Selesai Rumoh Kupie Atjeh, Lhoksukon

A. Pengertian Tariqat dan Tujuannya

T

ariqat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Namun Secara etimologi, memiliki banyak pengertian dianatarnya tarekat berarti (1) jalan, cara (al-kaifiyyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab); (4) keadaan (al-halal); (5) pohon kurma yang tinggi (an-naklah at-tawilah); (6) tiang tempat berteduh, tongkat payung ('amud al-mizallah); (7) yang muliah, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum); dan (8) goresan atau garis pada sesuatu (al-khatt fi asysyay). Tarekat adalah “jalan” yang ditempuh oleh para sufi. Dengan kata lain, tarekat adalah

perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara munsucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan, Secara istilah (terminology) terdapat berbagai definisi tentang tariqat diantaranya: 1. Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al- Kurdiy pengarang kitab Tanwirul Qulub mengemukakan beberapa macam definisi, diantaranya: ‫اﻟطرﯨﻘﺔ ھﻰ اﻟﻌﻣل ﺑﺎﻟﺷرﯾﻌﺔ واﻻءﺧذ ﺑﻌزﺋﻣﮭﺎ‬ ‫واﻟﺑﻌد ﻋن اﻟﺗﺳﺎھل ﻓﯾﮫ‬

Artinya: “Tarekat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak 2. Harun Nasition menyatakan bahwa tarekat berasal dari kata thariqah, yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seseorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Thariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap tarekat mempunyai syekh, upacara ritual, dan bentuk zikir sendiri.

boleh dipermudah.” ‫َاﻟطرﯾﻘﺔ ھﻲ اﺟﺗﺑﺎب اﻟﻣﻧﮭﯾﺎت ظﺎھرا وﺑﺎطﻧﺎ واﻣﺗﺛﺎل‬ ‫اﻻواﻣر اﻻءﻟﮭﯨﺔ ﺑﻘدر اﻟطﺎﻗﺔ‬

Artinya: “Tarekat adalah menjahui larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupan, baik larangan dan perintah nyata maupun yang tidak (batin). ‫اﻟطرﯾﻘﺔ ھﻲ اﺟﺗﻧﺎب اﻟﻣﺣرﻣﺎت واﻟﻣﻛروھﺎت وﻓﺿول اﻟﻣﺑﺎﺣﺎت‬ ‫واداء اﻟﻔراﺋض ﻓﻣﺎ اﺳﺗطﺎع ﻣن اﻟﻧوا ﻓل ﺗﺣت رﻋﺎﯾﺔ ﻋﺎرف‬ ‫ﻣن اھل اﻟﻧﮭﺎﯾﺔ‬

Artinya : “ Tariqat adalah meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan (yang sifatnya mengandung) fadilah , menunaikan halhal yang diwajibkan dan yang disunatkan , sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang arif (Syekh) dari (Sufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.”

3. Martin Van Bruinessen menyatakan istilah “tarikat” dipakai untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya yang asli merupakan panduan yang khas dari doktrin, metode, dan ritual. Akan tetapi, istilah ini pun sering dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan” tertentu. Di timur tengah istilah ta'ifah terkadang lebih disukai untuk organisasi, sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Akan tetapi, di Indonesia, kata tarekat mengacu pada keduanya. 4. Menurut imam Al-Jurjani 'Ali bin Muhammad bin 'Ali

‫اﻟطرﯨﻘﺔ ھﻰ اﻟﺳﯾرة اﻟﻣﺧﺗﺻﺔ ﺑﺎﻟﺳﺎﻟﻛﯾن اﻟﻲ ﷲ‬ ‫ﻣن ﻗطﻊ اﻟﻣﻧﺎزل واﻟﺗرﻗﻲ ﻓﻲ اﻟﻣﻘﺎﻣﺎت‬ Tariqat ialah “metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta'ala melalui tahapan-tahapan/maqamat” Tujuan utama sebuah tareta tasawuf adalah menekan hawa nafsu. Sebab, hawa nafsu, kerap menjadikan manusia jauh dari Tuhan

16

RTA ACEH UTARA

KAJIAN 5. Abu Bakar Aceh ; “Sebuah tarekat biasanya terdiri dari penyucian batin, kekeluargaan tarekat, upacara keagamaan, dan kesadaran sosial. Penyucian batin melalui latihan rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek, mengisi sifat terpuji, taat atas perintah agama, menjauhi larangan, taubat atas segala dosa dan muhasabah introspeksi terhadap semua amal pribadi. Dari beberapa defenisi tariqat diatas dapat disimpulkan bahwa istilah tariqat dalam tasawuf mempunya dua pengertian.

Ÿ

Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orangorang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencari suatu tingkatan kerohanian yang disebut almaqamat dan al-akhawa. Pengertian seperti ini menonjol sekitar abad kesembilan dan kesepuluh masehi.

Ÿ

Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh seorang syekh yang menganut aliran tarekat tertentu. Dalam perkumpulan itulah, seorang syekh menganut suatu aliran tarekat yang dianutnya, lalu mengamalkannya bersama dengan murid-muridnya.

Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi adalah untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang salik (penempuh dan pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang terdapat dalam tarekat yang bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk bisa menyampaikan mereka ke wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Setiap tarekat memiliki perbedaan dalam menentukan metode dan prinsip-prinsip pembinaannya. meski demikian, tujuan utama setiap tarekat tetaplah sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak, Allah 'Azza wa Jalla. Secara umum, tujuan utama setiap tarekat adalah

penekanan pada kehidupan akhirat, yang merupakan titik akhir tujuan kehidupan manusia beragama. Sehingga, setiap aktivitas atau amal perbuatan selalu diperhitungkan, apakah dapat diterima atau tidak oleh Tuhan. Karena itu, Muhammad Amin al-Kurdi menekankan pentingnya seseorang masuk ke dalam tarekat, agar bisa memperoleh kesempurnaan dalam beribadah kepada Tuhannya. Menurutnya, minimal ada tiga tujuan bagi seseorang yang memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya “terbuka” terhadap sesuatu yang diimaninya, yakni Zat Allah SWT, baik mengenai sifat-sifat, keagungan maupun kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya secara lebih dekat lagi, serta untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para sahabatnya. Kedua, untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah) dan berpegang pada para pendahulu (shalihin) yang telah memiliki sifat-sifat itu. Ketiga, untuk menyempurnakan amal-amal syariat, yakni memudahkan beramal shalih dan berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan dan kesusahan dalam melaksanakannya.

B . Hubungan Ilmu Tasawuf Tariqat Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh, dan Filsafat

D

alam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukan pada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh terekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada didalam agama Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. ditambah pengamalan serta seorang syekh, akan tetapi semua itu terikat dengan tuntunan dan bimbingan seorang syekh melalui bai'at. Tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari'at Islam yang sah maka ilmu tasawuf, tariqat saling berkaitan dan berhubungan dengan ilmu keislaman yang lainnya. Ilmu Tasawuf adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam utama, yaitu ilmu Tauhid

(Usuluddin), dan ilmu Fiqh. Hubungan tasawuf dengan tariqat adalah bahwa tasawuf itu adalah usaha mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan tarikat adalah cara dan jalan yang ditempuh seeorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukan bahwa tarikat itu adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya, karena ajaran pokok tarikat adalah sama dengan ajaran tasawuf. Ilmu Kalam, Ilmu Tauhid juga biasa disebut dengan ilmu kepercayaan atau akidah yang membahas soal-soal i'tiqad, seperti i'tiqad mengenai ketuhanan, kerasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya, menurut Ibnu Khaldun ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan ilmu kalam berisi bantahanbantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan yang menyimpang. Ilmu kalam memiliki objek kajian mengenai keyakinan akan tiga hal yakni kehidupan setelah mati (akhirat), perantara manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan tuhan . Argumentasi dalam ilmu kalam terbagi menjadi dua arah yakni Aqli (logika), dan naqli (al-Qur'an dan hadis), meskipun Aqli memiliki kemungkinan dalam kesalahan dalam memhami agama, namun kebenarannya dapat memperkuat kehadiran naqli. Ilmu Fiqih membahas soalsoal ibadat lahir, seperti shalat, puasa, zakat, naik haji dan lain atau dengan kata lain adalah ilmu yangmembahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Ilmu fiqh adalah ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara terperinci. Dan dalam ruang lingkup fiqh hanya membahas tentang hukum yang bersifat amaliyah.

17

KAJIAN Ilmu Tasawuf membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain. menurut Zakaria al-Anshari Tasawuf adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Ilmu filsafat secara terminology filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalamdalamnya.

C. Sejarah Tasawuf dan Tariqat serta Perkembangannya

T

umbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam, yaitu ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Takhannus dan khlalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan nabi tersebut dikenal dengan tarekat. Hal ini ikut di pelajari oleh pengikut beliau, sampai akhirnya kepada Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikenal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah. Namun apabila ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkemang didunia Islam, tetapi berkembangnya melalui tarekat. Tarekat dalam arti organisasi dari pengikut sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya sehingga timbulah tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat kegiatan yang disebut ribat (disebut juga zawiyah, khanaqah, atau pekir). Ini merupakan tempat

18

RTA ACEH UTARA

murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syekhnya. Dalam penelitian Sejarah islam menunjukan bahwa tarekat-tarekat, sejak bermuculan pada abad ke12(abad ke-6 H), mengalami perkembangan pesat. Dapat dikatakan bahwa dunia islam, sejak abad 1317 H, pada umumnya dipengaruhi oleh tarekat. Tarekattareka memegang peranan yang cukup besar dalam menjaga eksistensi dan ketahanan umat islam,setelah mereka dilabrak oleh golongan-golongan sebuah tentara Tartar (kota bagda dimusnakan tentara Tarta pada 1258/ 656 H). Sejak penghancuran demi penghancuran yang dilakukan oleh tentara Tarta, islam yang diperkiran orang akan lenyap tetap mampu bertahan, bahkan dapat merembes memasuki hati turunan para penyerbu itu dan memasuki daerahdaerah baru. Pada umumnya, para anggota tarekatlah yang berperan dalam penyebaran Islam, sejak kehancuran kota Bagdad. Tarekattarekatlah yang menguasai kehidupan umat Islam selama zaman pertengahan sejarah Islam (abad ke13-18 atau abad ke-7-12 H). Suatu tariqat ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokohtokoh sufi yang lahir pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath. Perluasan tarekat biasanya berlangsung sebagai berikut: murid yang telah di pandang oleh syekh berhasil mencapai tingkat yang tertinggi, memperoleh ijazah (suatu pengakuan boleh menjadi guru tarekat) dari syekh tersebut. Pemegang ijazah itu keluar dari Ribat dan selanjutnya mengadakan serta memimpin ribat serupa di tempat lain. Semakin banyak murid yang menerima ijazah, berarti semakin banyak pula kemungkinan berdirinya ribat-ribat baru. Ribat yang baru ini gilirannya menghasilkan guru-guru tarekat. Demikianlah, sebuah tarekat dengan sebuah ribat, yang berdiri disebuah tempat, dapat meluaskan keberbagai penjuru dunia islam, dengan jumlah ribat yang banyak. Tidak semua cabang atau ranting suatu tarekat, tetapi kepada syekh

pendiri cabang atau ranting itu sendiri. Itulah sebabnya, nama-nama tarekat yang bermunculan di dunia islam berpuluh-puluh atau mencapai ratusan banyaknya. Mula-mula muncul tarekat Qadariyah yang dikembangkan oleh Syaikh Abdul Qadir di Asia Tengah Tibristan tempat kelahiran dan operasionalnya, kemudian berkembang ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, India,Tiongkok. Muncul pula Tarekat Rifa'iyah di Maroko dan Aljazair. Disusul Tarekat Suhrawardiyah di Afrika Utara, Afrika Tengah, Sudan dan Nigeria. Tarekat-tarekat itu kemudian berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat menjadi khalifah, mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, bercabang dan beranting sehingga banyak sekali. Organisasi tarekat pernah mempunyai pengaruh yang sangat besar di dunia islam. Sesudah khalifah Abbasiyah runtuh oleh bangsa Mongol tahun 1258 M, tugas memelihara kesatuan Islam dan menyiarkan Islam ke tempat-tempat yang jauh beralih ke tangan kaum sufi, termasuk ke Indonesia. Ketika berdiri Daulah Usmaniyah, peranan tarekat [Bahtesyi] sangat besar baik dalam bidang politik maupun militer. Demikian juga di Afrika Utra, peranan Tarekat Sanusiyah sangat besar terutama di negeri Aljazair dan Tuniia, sedangkan di Sudan berpengaruh Tarekat Syadzaliyah. Khusus di Indonesia, pengembagan Islam pada abad ke-16 dan selanjutnya, sebagian besar adalah atas usaha kaum sufi sehingga tidak heran apabila pada waktu itu pemimpin-pemimpin spiritual Islam di Indonesia bukanlah ahli syariah melainkan syaikh tarekat.

KAJIAN D. Macam Tariqat Muktabarah yang berkembang Di Aceh

D

i wilayah Aceh, pada sekitar permulaan abad sebelas hijriah datang salah seorang keturunan Rasulullah, yaitu Syaikh Nuruddin ar-Raniri. Sebelum ke nusantara beliau pernah belajar di Tarim Hadramaut Yaman kepada para ulama terkemuka di sana. Salah satunya kepada al-Imam Abu Hafsh 'Umar ibn 'Abdullah Ba Syaiban alHadlrami. Ditangan ulama besar ini, alRaniri masuk ke wilayah tasawuf melalui tarekat al-Rifa'iyyah, hingga menjadi khalifah dalam tarekat ini. Ketika kesultanan Aceh dipegang oleh Iskandar Tsani, al-Raniri diangkat menjadi “Syaikh al-Islâm” bagi kesultanan tersebut. Ajaran Ahlussunnah yang sebelumnya sudah memiliki tempat di hati orang-orang Aceh menjadi bertambah kuat dan sangat dominan dalam perkembangan Islam di wilayah Aceh dan wilayah Sumatera pada umumnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa di bagian ujung sebelah barat Indonesia faham akidah Ahlussunnah dengan salah satu tarekat mu'tabarah sudah memiliki dominasi yang cukup besar dalam kaitannya dengan penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Begitu pula dengan Tarekat Syattariyah dibawa oleh Syekh Abdurrauf Singkili, ulama asal Aceh. Keilmuan dan ketokohannya membuat Ratu Shafiyyatu Ad-Din, yang memerintah Aceh kala itu tahun 16411675, tertarik untuk mendapatkan pelajaran agama dari Syekh Abdurrauf Singkili. Begitu pula dengan hamzah al Fansuri,adalah salah seorang syaikh tarekat Qadiriyah dari beberapa tokoh diatas menunjukkan bahwa tarekat telah berkembang di Aceh. Adapun tarekat-tarekat muktabarah tersebut yang berkembang di Aceh sampai saat ini antara lain: 1. Tarekat Qadiriyah Tarekat ini didirikan oleh Muhy AdDin Abd Al-Qadir al-Jailani (471 H/1078 M). Tarekat Qadiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani.. Nama lengkap dan silsilah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sampai ke Nabi Muhammad SAW adalah Abu Muhammad Abdul Qadir al-Jaelani bin Abi Shalih bin Musa bin Janki Dusat bin Abi Abdillah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin hasan al-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimmah az-Zahra al-Batul Binti Rasulullah SAW Silsilah ini sangat penting artinya dalam tradisi tarekat

karena “darah biru” spiritual harus bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Tarekat Qadiriyah berkembang dan berpusat di Irak dan siria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang terbesar di Yaman, Turki, Mesir, india, Afrika, dan Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13 M. Sekalipun demikian, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke-15 M. Di Mekah, tarekat Qadiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669M. Pada dasarnya, ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani tidak ada perbedaan yang mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sebab, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sangat menghargai para pendiri madzhab fiqih yang empat dalam teologi Asya'ariyah. Syekh Abdul Qadir AlJaelani sangat menekankan pada tauhid dan akhlak yang terpuji. Ada dua hal yang melandasi inti ajaran ini, yaitu : Berserah diri (lahir-batin) kepada Allah Seorang muslim wajib menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, mematuhi perintah-Nya dan menjahui laranagn-Nya. Ÿ

Mengingat dan menghadirkan Allah dalam hatinya Caranya, dengan menyebut asma Allah dalam setiap detak nafasnya. Bagaimana pun, dzikir kepada Allah adalah suatu perbuatan yang mampu menghalau karat lupa kepada Allah, menggerakkan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan manusia manusia yang duduk bertafakur sebagai hamba Allah. Ajaran tarekat Qadiriyah selalu menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia. Karena itu, dia memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang tetinggi. Adapun beberapa ajaran tersebut adalah: Ÿ Taubat Ÿ Zuhud Ÿ Tawakal Ÿ Syukur Ÿ Ridha Ÿ Jujur Ÿ

Dalam perkembangannya tariqat al Qadiriyah sering didengungkan dalam masyarakat Indonesia dan masyarakat Aceh namun tokoh yang mengembangkan aliran tariqat ini kurang popular penerapan, tetapi

wujud amalan amalan pribadi tanpa wujud pada berjamaah, sering orang mengkaitkan dengan ilmu kebal, silat dan sebagainya kepada tariqat Qadiriah. 2. Tarekat Syattariyah Tarekat Syatariyah masuk dalam Tarekat muktabarah. Tarekat Syatariyah ini berkembang di Aceh hampir bersamaan dengan tarekat Qadiriyah. Sejauh ini, 'Abd al-Rauf alFansuri (Syiah Kuala) (w. 1693 M) memiliki jaringan terluas di Nusantara, dan dapat dipastikan yang pertama. Dengan pengalamannya selama 19 tahun di Jazirah Arab dan “berguru Syatariyah” kepada Ahmad alQushashi dan Ibrahim al-Kurani hingga dipercayakan untuk mengembangkan ajaran tarekat di Nusantara. Ia mampu mengorbitkan ulama-ulama dalam tarekat Syatariyah di seluruh wilayah Melayu-Nusantara. Tarekat Syatariyah masuk dan berkembang di Aceh hampir bersamaan dengan tarekat Qadiriyah. Sejauh ini, 'Abd al-Rauf al-Fansuri (Syiah Kuala) (w. 1693 M) memiliki jaringan terluas di Nusantara, dan dapat dipastikan yang pertama. Dengan pengalamannya selama 19 tahun di Jazirah Arab dan “berguru Syatariyah” kepada Ahmad alQushashi dan Ibrahim al-Kurani hingga dipercayakan untuk mengembangkan ajaran tarekat di Nusantara. Ia mampu mengorbitkan ulama-ulama dalam tarekat Syatariyah di seluruh wilayah Melayu-Nusantara, diantaranya Burhanuddin Ulakan, (w. 1699 M) dari Pariaman, Sumatra Barat, Abdul Muhyi (w. 1738 M) dari Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, Yusuf al-Makassari (w. 1999 M) dari Sulawesi, dan Syaikh Abdul Malik bin Abdullah atau Tok Pulau Manis (16781736) dari Terengganu. Salah satu kemudahan yang dimiliki oleh 'Abd al-Rauf al-Fansuri dalam penyebaran tarekat Syatariyah adalah ia sebagai “orang dalam” di Kesultanan. Posisi penting yang diamanahkan tersebut telah menjadikan tarekat Syatariyah sebagai ajaran resmi di Kesultanan Aceh. Nama Syattariyah dinisbatkan kepada Syaikh 'Abd Allah al-Syaththari ( w. 890 H/1485 M ), dan penyebarannya pertama kali yaitu di India sekitar abad ke-12-16 an, kemudian di Melayu-Indonesia dipopulerkan oleh Abdurrauf al-Sinkili ( Aceh ).

19

KAJIAN Tarekat Syattariyah dibawa oleh Syekh Abdurrauf Singkili, ulama asal Aceh. Keilmuan dan ketokohannya membuat Ratu Shafiyyatu Ad-Din, yang memerintah Aceh kala itu tahun 1641-1675, tertarik untuk mendapatkan pelajaran agama dari Syekh Abdurrauf Singkili. Ratu ini pun memintanya untuk menuliskan sebuah buku yang menjelaskan tentang Tarekat Syattariyah. Syekh Abdurrauf Singkili lalu menulis buku dengan judul At-Tariqatu AsySyattariyyah. Sang Ratu juga meminta kepada Syekh Abdurrauf agar membimbingnya dalam menjalankan disiplin tasawuf. Permohonan itu lantas ia sanggupi setelah terlebih dahulu Syekh Abdurrauf melakukan shalat istikharah, agar memperoleh petunjuk dari Yang Mahakuasa. Keterlibatan Ratu Shafiyatu ad-Din dalam aktivitas Tarekat Syattariyah akhirnya memperkuat kedudukan ajaran tarekat itu di dalam istana.

adalah seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha al-Din al-Uwaisi alBukhari Naqsyabandi , dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Ia berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik. Ia mendapat gelar Syaikh yang menunjukan posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin spiritual. Setelah ia lahir segera dibawa oleh ayahnya kepada Baba al-Samasi yang menerimanya dengan gembira. Ia belajar tasawuf kepada Baba alSamasi ketika berusia 18 tahun. Kemudian ia belajar ilmu tarekat pada seorang quthb di Nasaf, yaitu Amir Sayyid Kulal al-Bukhari. Kulal inilah ia pertama belajar tarekat yang didirikannya. Selain itu Naqsyabandi pernah belajar juga pada seorang arif bernama al-Dikkirani selama sekitar satu tahun. Ia pun pernah bekerja untuk Khalil penguasa Samarkand,

Syattariyah terus berkembang “ diTarekat Aceh yang di anut oleh banyak pimpinan pesantren dan dayah diantaranya Abu Kuta Krueng

3. Thariqah Naqsyabandiyyah Pendiri thariqah ini adalah seorang pemuka tasawuf yang terkenal adalah, Muhammad bin Muhammad Baha' al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi ( 717 h/1318 M-791 H/1389 M), dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Ia mendapat gelar Syah yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin spiritual. Thariqah ini pertama kali di bawa ke Indonesia oleh Syaikh Yusuf Makasar. Di Indonesia sendiri thariqah ini mempunyai beberapa cabang, thariqah ini tersebar di berbagai daerah seperti Aceh , Sumatra Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain sebagainya Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah

20

RTA ACEH UTARA

kira-kira selama dua belas tahun. Tarekat Naqsyabandiyah yang menyebar di nusantara berasal dari pusatnya di Mekkah yang dibawa oleh para pelajar Indonesia yang belajar di sana dan oleh para Jemaah haji Indonesia. Mereka ini kemudian memperluas dan menyebarkan tarekat ini ke seluruh pelosok nusantara. Tarekat yang paling penting di Aceh adalah Naqsybandiyah Khalidiyah. Jaringan terbesar berada di bawah silsilah Syaikh Muda Waly al-Khalidi dari Labuhan haji Aceh Selatan. Dari sana tarekat ini berkembang hampir ke seluruh Aceh. Selain itu ada beberapa jaringan Naqsybandiyah yang lain yang lebih kecil yang juga memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam di Aceh yaitu jaringan Qadirun Yahya, Muhammad Yatim, Labai Sati, dan tarekat Naqsybandiyah bukan -Khalidiyah 4. Tarekat aI-Haddad Tarekat yang pendiriannya dinisbatkan pada seorang wali quthub besar yaitu Abdullah bin Alwi aI-Haddad. Nasabnya bersambung sampai ke Rasulullah saw. Adapun garis keturunannya sebagai berikut : Abdullâh bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullâh bin Muhammad alHaddad bin Alwi bin Ahmad bin Abi

Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullâh bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi pamannya Faqih al-Muqaddam bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdullâh bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad alBaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ajaran-ajarannya Ÿ Berpegang teguh pada tali agama Allâh Swt. dengan mengamalkan al-Qur’an dan al-Hadits, dan kesepakatan para `ulamâ, berpegang pada ahlu sunnah wal jama’ah dan mencegah keluar dari golongannya, karena jama’ah merupakan rahmat sedangkan perpecahan adalah adzab (siksa), pertolongan Allâh Swt, Ÿ Dzikir kepada Allâh Swt. merupakan lebih utamautamanya ibadah dan lebih cepat wushûl kepada Allâh Swt., dzikir yang paling utama adalah dengan menggunakan hati dan lisan secara bersama sama kemudian dzikir dengan hati saja, dzikir dengan lisan saja. Syaikh Abdullâh Ba’lawi al-Haddad membagi urutan dzikir menjadi 4 bagian seperti pembagianya imam Ghazali: zikir lisan saja, zikir hati dan lisan yang dipaksakan, hadirnya hati tanpa dipaksakan ketika dzikir lisan, hati tenggelam dalam Dzat yang di dzikiri.

KAJIAN Ÿ

Ÿ Ÿ

Ÿ Ÿ

Ÿ

Ÿ Ÿ

Amar Ma’ruf Nahi Munkar Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan syiar agama yang agung, sesuatu yang penting bagi mu’min. Barang siapa meremehkan amar ma’ruf nahi munkar maka dia termasuk orang yang meremehkan haknya Allâh Swt. dan tidak menghormatinya, Berpedoman terhadap aqidah Ahlu Sunnah wa al-Jamâ’ah. Tafakkur, hendaknya sâlik melakukan wirid sambil melakukan tafakkur tiap malam, bertafakkur tentang kekuasaan dan nikmat-nikmat Allâh Swt., bertafakkur terhadap ketedoran ibadah sâlik, tafakkur terhadap kehidupan dunia dan kesibukan sâlik meramaikan dalam meraih kehidupan dunia dan kerusakankerusakan dunia dengan memperhatikan kehidupan akhirat yang kekal abadi, Berpedoman pada al-Qur’an dan hadits. Sâlik harus tetap menjaga kebersihan lahir batin.Sâlik harus menjaga dan membiasakan diri melakukan Adab alNibuwwah (adab tata krama Nabi Muhammad Saw.). Wirai yaitu menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan dan syubhat. Berbuat adil. Tetap melanggengkan taubat, roja’, khauf, sabar, syukur, zuhud, tawakkal kepada Allâh Swt., dan

Ÿ

Dasar dasar Thariqah Syadziliyah antara lain :

mahabbah kepada Allâh Swt. dan Rasûlnya. Ridha kepada Qadha dan Qadar Allâh Swt.

Ÿ

Tgk Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee adalah seorang ulama besar Ahlusunnah wal jama'ah yang menganut Thariqat Haddadiyah, yakni thariqat yang berpangkal kepada Said Abdullah Ala Hadad. Salah seorang murid Tgk Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee adalah ; Tgk Muhammad Daud Beureueh. Tengku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee agaknya adalah seorang tokoh ulama yang mampu mensuri-tauladani sirah Rasul tersebut dengan baik. Selain dikenal sebagai ulama sufi perkembangan Tarekat al-Haddadiyah di Aceh, ia juga diakui berperan aktif dalam sejumlah peristiwa politik ulama ini di Aceh sepanjang hidupnya Dalam perkembangan di Aceh amalan tariqat haddadiayah biasanya pada zikir Tahli dan samadiyah, Tgk Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee menuliskan dalam bukunya: Risalah Latifah fi Adabi Zikri wa tahlili wa kaifiyah tilawah Samadiyah. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa melayu dan dijadikan pedoman dalam amalan masyarakat. 5. Thariqah Syadziliyah Thariqah syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yakni Abu al-Hasan alSyadzili. Selanjutnya nama thariqah ini dinisbahkan kepada namanya syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan thariqah-thariqah yang lain. Thariqah ini mulai berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan, Suriah dan Semenanjung Arabia, juga di Indonesia ( khususnya ) di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tarikat Syadziliyyah adalah satu di antara tarikat yang diakui di Indonesia yang tergabung dalam Jam'iyyah Ahli al-Thariqah alMu'Tabarah al-Nahdliyah (JATMAN), lembaga otonom Nahdhatul Ulama (NU) yaitu Aliran-aliran tarekat yang dinilai mu'tabarah (diakui keabsahannya).

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musyrik kepada Allah. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap Wara’ dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal). Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.

Dalam thariqat ini terdapat beberapa amalan penting yan g di jadikan amalan thariqat ini diantaranya :



Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupakan Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh [[Nabi Muhammad]] SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Allah.

21

Zakat Solusi

Kesejahteraan Umat Kerjasama dengan Tgk. Mawardi, SE Anggota DPR Aceh

22

RTA ACEH UTARA

23

A. Pengertian Zakat Menurut lughat (etimologi) kata zakat berasal dari bahasa Arab ‫ زﻛﻲ – ﯾزﻛو – زﻛﺎة‬yang bermakan bertambah (ziadah) dan berbkembang (an-Nama’). Dalam bahasa Arab kata zakat juga sering digunakan dengan makna membersihkan (tathhir) sebagaiman pada firman Allah surah As-Syams: 9 :

‫ﻬﺎ‬‫ﻛﯩ‬  ‫ﻦ َز‬  ‫ﻣ‬  ‫ﺢ‬  ‫َﻗْﺪ َاْﻓَﻠ‬ “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” Sedangkan menurut istilah (terminology) zakat adalah nama untuk harta dengan ukuran yang telah ditentukan dalam syari’at yang wajib diberikan kepada golongan yang sudah ditentukan dalam syari’at ketika telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam syari’at. Munasabah (hubungan) antar makna lughawi dan makna istilahi zakat yang sudah dimaklumi karena harta zakat yang dikeluarkan oleh muzakki ini berfungsi untuk membersihkan harta simuzakki, menjadikan harta itu tumbuh dan berkembang karena keberkahan dari do’a orang-orang yang menerimanya (mustahiq).

Abi Taufiq, M.Sos Dosen Ma’had ‘Aly Babussalam Al Hanafiyyah

01 November 2021 21.00 WIB s/d Selesai Rumoh Kupie Atjeh, Lhoksukon

Z

akat merupakan salah satu pilar (tiang/rukun) dari lima macam rukun-rukun Islam. Hikmah dari pensyari’atan zakat sesuai dengan namanya adalah membersihkan, menumbuhkan dan berkembang secara lahir dan bathin bagi pemberi zakat (muzakki), harta zakat (maal Az-zakat) dan penerima (musthiq Az-Zakat). Manfaat zakat yang paling tampak terlihat secara kasat mata adalah sebagai solusi kesejahteraan ekonomi umat. Orang kaya (muzakki) sebagai pemberi zakat mendapat keuntungan ekonomi berupa kepedulian orang miskin terhadap keselamatan hartanya. Sementara orang miskin (mustahiq) sebagai penerima zakat mendapat manfaat berupa modal usaha/sembako supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dalam batasan umur ghalib. Potensi zakat di Aceh yang begitu luar biasa besarannya hingga mencapai empat triliun rupiah, andai bisa dikumpulkan dan dikelola secara professional dan proporsional pasti bisa mengatasi kemiskinan yang sekarang menjadi penyakit akut yang membelit sebagian besar masyarakat kita.

24

RTA ACEH UTARA

B. Hikmah Syari’ah Zakat Setiap hukum yang ditetapkan dalam syari’at Islam baik berupa perintah maupun larangan semuanya memiliki hikmah yang dikenal dengan istilah maqasihid at-tasyri’ yang keseluruhannya bermuara kepada “daar almafaasid wa jalb al-mashalih” (menghindari kerusakan dan mengundang kemaslahatan). Demikian pula dengan syari’at perintah mengeluarkan zakat memiliki hikmah yang sangat besar dalam rangka “daar al-mafaasid wa jalb almashalih” yang terkait dengan muzakki, maal zakat dan mustahiq zakat. Ada manfaat yang kembali kepada pemberi zakat, ada manfaat yang kembali kepada harta yang dizakati dan ada manfaat yang kembali kepada penerima zakat. Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsir fenomenalnya Mafatih Al-Ghaib menyebutkan ada dua belas manfaat zakat yang kembali kepada si muzakki dan banyak sekali manfaat zakat yang kembali kepada si penerima (alaakhidz). Salah satunya adalah agar orang miskin dapat keluar dari kemiskinannya yang bisa menyebabkan ia terjebak dalam perbuatanperbuatan terlarang:

Dalam al-Fiqh al-minhaaji fii mazhab As-Safi’I disebutkan bahwa banyak sekali hikmah dari syari’at zakat, salah satunya adalah memberdayakan ekonomi orang miskin sehingga mencegah segala macam kejahatan yang berawal dari kemiskinan.

Banyak sekali hikmah dari pensyari’atan zakat untuk kemaslahatan umat, baik manfaat individual maupun social kemasyarakatan. Seandainya syari’at ini bisa diamalkan secara benar dan tepat pasti menjadi solusi yang paling efektif untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata kepada seluruh lapisan masyarakat.

KAJIAN C. Realitas Zakat Sekarang

K

ehidupan masyarakat zaman sekarang dalam bidang ekonomi secara umum lebih baik bila dibandingkan dengan kehidupan ekonomi masyarakat zaman dahulu. Banyak orang sekarang ini yang memiliki kemampuan ekonomi dalam katagori muzakki karena mereka memilik harta yang mencapai batasan nishab. Pertumbuhan jenis harta yang wajib dizakati juga lebih berkembang dalam berbagai sector. Tata kelola pertanian yang semakin maju memudahkan patani untuk menghasilkan panen gabah yang melimpah hingga mencapai dua kali lipat dari hasil gabah zaman dahulu. Ditambah lagi dengan jumlah lahan sawah lebih luas dan durasi panen yang bisa dipercepat dari sekali dalam setahun menjadi dua bahkan tiga kali panen dalam setahun. Dalam bidang perniagaan juga mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga kita melihat sekarang ini banyak sekali took-toko dengan bermacammacam jenis usahanya yang memiliki omset puluhan juta rupiah yang sangat berpotensi sebagai usaha yang wajib mengeluarkan zakat.



Secara umum potensi penghasilan zakat di zaman sekarang ini sangatlah besar, seandainya bisa dikelola dengan baik akan menjadi sebuah kekuatan besar dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Sawah yang terbentang luas di Aceh bisa menghasilkan gabah hingga 1.71 juta ton pertahun. Baitul Mal Aceh (BMA) mencatat bahwa potensi zakat di Aceh mencapai 4 triliun pertahun. Potensi zakat yang begitu besar di Aceh sebagai negeri syari’ah ternyata belum bisa memberikan solusi dalam memperbaiki permasalahan ekonomi masyarakat yang berstatus sebagai musthiq zakat.

D. Solusi Problematik Zakat Kita Potensi zakat yang begitu besar seharusnya menjadi gerbang sebagai jalan keluar dari himpitan kemiskinan bagi mereka yang termasuk dalam katagori musthiq zakat. Kenyataannya, sampai hari ini harapan kita “Zakat menjadi solusi

kesejahteraan umat” belum terealisasi dengan baik. Ini mengindikasikan ada masalah yang menjadi problem dalam mengaplikasi zakat sebagai rukun Islam yang ketiga ini. Apa saja permasalahan dan bagaimana solusinya mengatasi permasalahan tersebut ? Belum maksimalnya tata kelola zakat yang professional Zakat adalah ibadah multi fungsi karena bermanfaat sebagai hubungan vertical antar simuzakki dengan Allah. Swt sekaligus juga bermanfaat sebagai hubungan horizontal dengan sesama manusia. Sebagai ibadah multi fungsi zakat ini harus dikelola secara professional agar tujuan (maqashid) syar’iyyahnya bisa tercapai. Dalam hal ini keterlibatan pemerintah mutlak diperlukan agar progam zakat bisa berjalan secara maksimal. Pemerintah harus membuat regulasi yang utuh dan menyeluruh tentang zakat, membangun lembaga zakat yang bekerja sesuai regulasi dan mengawasi secara ketat kegiatan pengelolaan zakat oleh lembaga zakat. Ÿ

Pemahaman tentang zakat yang tidak utuh Permasalahan kedua ini tidak akan muncul seandainya masalah pertama terselesaikan. Kenyataan dalam masyarakat kita sekarang ini, masalah pertama tidak teselesaikan sehingga masalah zakat umumnya dikelola sendiri oleh muzakki. Mulai dari penentuan nishab hartanya hingga pada penyaluran dan penentuan mustahiqnya. Ketika zakat dikelola sendiri si muzakki maka ia harus memiliki ilmu tentang zakat yang berhubungan dengan jenis harta yang ia zakati secara utuh dan menyeluruh, karena bila pengetahuannya tidak utuh akan menimbulkan kekeliruan dalam pengelolaan zakat hartanya yang berimbas pada tidak tercapainya maqashid syar’iyah dari zakat bahkan beresiko tidak sahnya zakat yang ia keluarkan. Banyak kekeliruan yang terjadi dalam pengelolaan zakat yang kelola sendiri oleh si muzakki. Ÿ

E. Kekeliruan Yang Sering Terjadi Dalam Pengelolaan Zakat Mandiri 1. Terlambat membayar zakat Bila syarat wajib zakat sudah terpenuhi semuanya dan mungkin untuk dibagikan maka wajib segera dibayar zakatnya, tidak boleh mengulur waktu tanpa alasan yang dibenarkan dalam syari’at. Perhitungan tahun dalam masalah zakat menggunakan tahun hijriyah bukan tahun masehi. Fath Al-Mu’in, hal. 243

‫ﻓﺻل ﻓﻲ أداء اﻟزﻛﺎة‬ ‫ﯾﺟب أداءھﺎ أي اﻟزﻛﺎة وإن ﻛﺎن ﻋﻠﯾﮫ دﯾن ﻣﺳﺗﻐرق ﺣﺎل‬ .‫أو ﻵدﻣﻲ ﻓﻼ ﯾﻣﻧﻊ اﻟدﯾن وﺟوب اﻟزﻛﺎة ﻓﻲ اﻷظﮭر‬ .‫ﻓورا وﻟو ﻓﻲ ﻣﺎل ﺻﺑﻲ وﻣﺟﻧون ﺣﺎﺟﺔ اﻟﻣﺳﺗﺣﻘﯾن إﻟﯾﮭﺎ‬ ‫ﺑﺗﻣﻛن ﻣن اﻷداء ﻓﺈن أﺧر أﺛم وﺿﻣن إن ﺗﻠف ﺑﻌده ﻧﻌم‬ ‫إن أﺧر ﻻﻧﺗظﺎر ﻗرﯾب أو ﺟﺎر أو أﺣوج أو أﺻﻠﺢ‬ ‫ﻟم ﯾﺄﺛم ﻟﻛﻧﮫ ﯾﺿﻣﻧﮫ إن ﺗﻠف ﻛﻣن أﺗﻠﻔﮫ أو ﻗﺻر ﻓﻲ دﻓﻊ ﻣﺗﻠف ﻋﻧﮫ‬ ‫ﻛﺄن وﺿﻌﮫ ﻓﻲ ﻏﯾر ﺣرزه ﺑﻌد اﻟﺣول وﻗﺑل اﻟﺗﻣﻛن‬ Syarh Al-Mahalli, juz. 2, hal. 53

‫ﺗﺟب ﱠ‬ َ ُ ‫أي أ ََدا‬ ‫ؤھﺎ‬ ٌ ْ َ‫ﻓ‬ ُ ِ َ ‫ﺻل‬ ْ َ ُ‫اﻟزَﻛﺎة‬ َ َ َ ْ ْ َ ْ ََ ) َ َ َ ُ َ ‫اﻟﻔور إذا َ ﱠ‬ (‫ﺻﻧﺎف‬ ِ َ ‫ﺗﻣﻛن‬ ِ ْ ‫اﻟﻣﺎل َواﻷ‬ ِ ْ ‫ﻋﻠﻰ‬ ِ ُ ِ ‫وذﻟك‬ ِ َ ‫ﺑﺣﺿور‬ ٌ َ ِ َ ‫إﻟﯾﮭﺎ‬ َ ّ ِ ِ َ ْ ُ ْ ‫أي‬ ‫اﻟﻣﺳﺗﺣﻘﯾن َ ﱠ‬ .‫ﻧﺎﺟزة‬ َ ْ َ ‫ﺣﺎﺟﺗﮭم‬ ْ ُ َ َ َ ‫ِﻷن‬ ْ َ ‫ﻓﻣوﺳﻌﺔٌ ِﺑﻠَْﯾﻠَِﺔ ْاﻟِﻌﯾِد‬ َ ‫ﻔطر َ ُ َ ﱠ‬ ‫َﱠ‬ ِ ْ ِ ‫أﻣﺎ َزَﻛﺎةُ ْاﻟ‬ َ‫ﺑﺎﺑﮫ‬ ِ ِ َْ َ َ َ ‫وﯾوﻣﮫ‬ َ ‫ﻛﻣﺎ َﺗﻘَ ﱠ‬ ِ َ ‫دم ِﻓﻲ‬ Mughni Al-Muhtaj, Juz. 2, hal. 129

ُ َ ‫اﻟز‬ َ َ ) ‫ؤھﺎ‬ ‫ﺗﺟب ﱠ‬ َ ُ ‫أي أ ََدا‬ ‫اﻟﻔور( ؛‬ ُ َِ ِ ْ َ ْ ‫ﻋﻠﻰ‬ ْ َ (‫ﻛﺎة‬ َ ٌ‫ﻧﺎﺟزة‬ َ ِ َ ‫ﯾﮭﺎ‬ َ ‫)إذا َ َ ﱠ‬ َ ّ ِ ِ َ ْ ُ ْ َ‫ﺣﺎﺟﺔ‬ ‫َﱠ‬ (‫ﺗﻣﻛن‬ َ َ ‫ِﻷن‬ َ ْ َ‫اﻟﻣﺳﺗﺣﻘﯾن إﻟ‬ َ َ ْ ِ ‫ت؛ َو ﱠ‬ ‫دوﻧﮫ‬ ِ ‫اﻟواﺟﺑﺎ‬ ِ َ ‫ﻣن ْاﻷ‬ ِ ِ ُ ِ‫اﻟﺗﻛﻠﯾف ﺑ‬ َ ِ َ ْ ‫ﻛﺳﺎﺋر‬ َ ِ ْ ‫ِﻷن ﱠ‬ ِ ِ َ َ ‫داء‬ ،‫ﯾطﺎق‬ ُ َ ُ ‫ﺑﻣﺎ َﻻ‬ ٌ َِْ َ ِ ‫ﺗﻛﻠﯾف‬ ْ َ ‫ﱠ‬ ْ َِ ْ ‫وﺿﻣن‬ َ ِ َ َ ‫أﺛم‬ .‫ﺳﯾﺄﺗﻲ‬ ِ َ َ ‫ﻛﻣﺎ‬ َ ِ َ ‫إن‬ َ َ ‫ﺗﻠف‬ َ َ ‫ﻓﺈن‬ َ ِ ‫أﺧر‬ ‫ﻣوﺳﻊ ِﺑﻠَْﯾﻠَِﺔ ْاﻟِﻌﯾِد‬ ِ ‫داء َزَﻛ‬ ُ َ َ ‫ﻧﻌم أ‬ ٌ ‫ﻔطر ُ َ ﱠ‬ ََْ ِ ْ ِ ‫ﺎة ْاﻟ‬ ‫ﻣر‬ ِ ِ َْ َ َ َ ‫وﯾوﻣﮫ‬ ‫ﻛﻣﺎ َ ﱠ‬ 2. Memberikan hak Amil kepada Wakil Bila zakat dibagi sendiri maka tidak boleh mengambil hak Aamil, karena hak amil itu hanya berlaku ketika dibagi oleh panitia zakat. Juga tidak boleh memberikan hak Aamil kepda orang yang disuruh (wakil) untuk membantu membagikan zakat karena wakil itu sama statusnya seperti simuwakkil. Fath Al-Mu’in, hal. 51

‫وﻟو ﻓرق اﻟﻣﺎﻟك اﻟزﻛﺎة ﺳﻘط ﺳﮭم اﻟﻌﺎﻣل‬ Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazab, juz.6, hal. 219

َ َ َ ‫اﻟﻣﺎل‬ َِْ ‫ﯾﻔرق ﱠ‬ َ َ ‫وإن‬ ‫ﺳﻘط ﺳﮭم اﻟﻌﺎﻣل‬ ُ ّ ِ َ ُ ‫ﻛﺎن اﻟﱠِذي‬ ‫اﻟزَﻛﺎةَ َ ﱡ‬ ِ َ ْ ‫رب‬ ‫ﻻﻧﮫ ﻻ ﻋﻣل ﻟﮫ ﻓﯾﻘﺳم اﻟﺻدﻗﺔ ﻋﻠﻲ ﺳﺑﻌﺔ ﻟﻛل ﺻﻧف ﺳﮭم ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ﺑﯾﻧﺎه‬

25

‫‪KAJIAN‬‬ ‫‪Mughni Al-Muhtaj, juz.4, hal. 190.‬‬

‫اﻟﺗﺳوﯾﺔُ َ ْ َ‬ ‫ﺻﻧﺎف(‬ ‫وﺗﺟب ﱠ ْ ِ َ‬ ‫ﺑﯾن ْاﻷ َ ْ َ ِ‬ ‫َ َِ ُ‬ ‫اﻟﻣﺎﻟُك‬ ‫اﻹﻣﺎم َ ْأو ْ َ ِ‬ ‫ََ ٌ‬ ‫ﺳواء َ َ َ َ‬ ‫أﻗﺳم ْ ِ َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َِْ‬ ‫ﺷﱠد‬ ‫ﺑﻌﺿﮭم أ َ‬ ‫وإن َﻛﺎﻧَْت َ َ‬ ‫ﺣﺎﺟﺔ َ ْ ِ ِ ْ‬ ‫َ‬ ‫ِﻷن ﱠ َ ‪َ َ َ -‬‬ ‫ِﻻﻧﺣﺻﺎرھم‪َ ،‬و ﱠ‬ ‫ﺗﻌﺎﻟﻰ‬ ‫ِْ َ ِ ِْ‬ ‫ﺷرﯾك‪،‬‬ ‫ﺑواو اﻟﺗ ﱠ ْ ِ ِ‬ ‫ َ َ َ‬‫ﺟﻣﻊ َ ْ َ ُ ْ‬ ‫ﺑﯾﻧﮭم ِ َ ِ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪َْ َ .‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ﺳواء‬ ‫ﻛوﻧوا‬ ‫ﯾ‬ ‫أن‬ ‫ﻓﺎﻗﺗﺿﻰ‬ ‫َ‬ ‫ََ ً‬ ‫ﺗﻧﺑﯾﮫٌ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫ﯾﺳﺗﺛﻧﻰ ِ ْ‬ ‫ﻣن َ ِ َ‬ ‫ﺻورﺗﺎن‪:‬‬ ‫َْ ِ‬ ‫ذﻟك ُ َ َ ِ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ﯾزاُد َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫اﻟﻌﺎﻣل ِ ﱠ‬ ‫ﻓﺈﻧﮫُ َﻻ ُ َ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫اﻷوﻟﻰ‪ُ ِ َ ْ :‬‬ ‫ُ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اﻟﻔﺎﺿل‬ ‫اﻟﺛﺎﻧﯾﺔ‪:‬‬ ‫ِ ُ‬ ‫ﻣر‪َ ِ .‬‬ ‫أُ ْ َ ِ ِ‬ ‫ﺟرﺗﮫ َ َ‬ ‫ﻛﻣﺎ َ ﱠ‬ ‫ﻓﺈﻧﮫُ ُ ْ َ‬ ‫ﻛﻔﺎﯾﺗﮫ َ ِ ﱠ‬ ‫ﻧﺻﯾﺑﮫُ َ ْ‬ ‫ﯾﻌطﻰ‬ ‫ﻋن ِ َ َ ِ ِ‬ ‫َ ِ ُ‬ ‫ﻛﻔﺎﯾﺗﮫ َ َ ْ‬ ‫ﻓﻘط‬ ‫در ِ َ َ ِ ِ‬ ‫‪ .‬ﻗَ ْ َ‬ ‫اﻟﺗﺳوﯾﺔُ‬ ‫ﯾﺟب َ َ‬ ‫َو َ‬ ‫ﻋﻠﻰ ْ َ ِ ِ‬ ‫اﻟﻣﺎﻟك ﱠ ْ ِ َ‬ ‫)ﻻ( َ ِ ُ‬ ‫َ‬ ‫)ﺑَ ْ َ‬ ‫ﺻﻧف( ﱠ‬ ‫ت‬ ‫ِﻷن ْاﻟَﺣﺎَﺟﺎ ِ‬ ‫ﯾن آَﺣﺎِد اﻟ ِ ّ ْ ِ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََُ َِ‬ ‫ﻓﺎﻛﺗﻔﻲ‬ ‫ﻏﯾر ُ َ ِ ٍ‬ ‫ﻣﺗﻔﺎوﺗﺔ ْ ُ‬ ‫ﻣﻧﺿﺑطﺔ ْ ُ ِ َ‬ ‫ﯾﺳﺗﺣب ِ ْ‬ ‫ﻋﻧَد‬ ‫اﻻﺳم ﺑَْل ُ ْ َ َ ﱡ‬ ‫ِ ِ‬ ‫دق ِ ْ ِ‬ ‫ﺑﺻ ْ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﺗﻔﺎوﺗ َْت‬ ‫ﻓﺈن‬ ‫ﺣﺎﺟﺎﺗﮭم‪،‬‬ ‫ﺗﺳﺎوي‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِْ ِ‬ ‫َ َ ِ‬ ‫ت ِﺑﻘَ ْ ِ َ‬ ‫درھﺎ‬ ‫اﻟﺗﻔﺎو ُ‬ ‫ُ ُِْ ﱠ‬ ‫اﺳﺗﺣب ﱠ َ ُ‬ ‫‪5. Tidak cukup jumlah mustahiq‬‬ ‫‪Bila zakat dibagi oleh si maalik‬‬ ‫‪dan jumlah mustahiqnya banyak‬‬ ‫‪dalam setiap senif maka wajib‬‬ ‫‪diberikan zakat minimal kepada tiga‬‬ ‫‪orang dalam masing-masing senif,‬‬ ‫‪tidak boleh kurang dari tiga orang dari‬‬ ‫‪setiap senif.‬‬ ‫‪Syarh Al-Mahalli, Juz, 3. Hal. 203‬‬

‫ََِ‬ ‫ﻋب ِ ْ‬ ‫ﻣن ﱠ‬ ‫ت‬ ‫اﻟزَﻛ َوا ِ‬ ‫اﻹﻣﺎم ْ َ ْ‬ ‫اﺳﺗو َ َ‬ ‫وإذا َ َ َ‬ ‫ﻗﺳم ْ ِ َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫وﺟوﺑﺎ‬ ‫آﺣﺎُد ُ ِ ّ‬ ‫اﻟﺣﺎﺻﻠﺔ ِﻋﻧَدهُ َ‬ ‫ْ َ ِ ِ‬ ‫ﻛل ِ ٍ‬ ‫ﺻﻧف( ُ ُ ً‬ ‫)و َ َ‬ ‫وﺟوﺑﺎ‬ ‫اﻟﻣﺎﻟُك( ْ َ‬ ‫ﯾﺳﺗوﻋب ْ َ ِ‬ ‫اﻵﺣﺎَد ُ ُ ً‬ ‫َ‬ ‫ﻛذا َ ْ َ ْ ِ ُ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﱡ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﺑﮭم‬ ‫اﻟﻣﺳﺗﺣﻘون ِﻓﻲ َ‬ ‫اﻧﺣﺻر ُ ْ ِ‬ ‫اﻟﺑﻠِد َ َ‬ ‫)إن َ َ َ‬ ‫ووﻓﻰ ِ ِ ْ‬ ‫اﻟﻣﺎل‪ ِ َ ،‬ﱠ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔ(‬ ‫َْ ُ‬ ‫ﻋطﺎء َ َ َ ٍ‬ ‫ﻓﯾﺟب إ ْ َ ُ‬ ‫وإﻻ َ َ ِ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺻﻧف‬ ‫ﻛل‬ ‫اﻟﺟﻣﻊ‬ ‫ﺑﺻﯾﻐﺔ‬ ‫اﻵﯾﺔ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ذﻛره‬ ‫ِ‬ ‫ﻣن ِ ّ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ‬ ‫َِ ِ ِ ِ َْ ِ‬ ‫‪Mughni Al-Muhtaj, juz.4, hal. 190‬‬

‫َ ِﱠ‬ ‫أي َ ِ ْ‬ ‫وﻟم‬ ‫ﯾﻧﺣﺻروا َ ْأو ْ َ َ ُ‬ ‫ﻟم َ ْ َ ِ ُ‬ ‫اﻧﺣﺻروا َ َ ْ‬ ‫وإن َ ْ‬ ‫وإﻻ( َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫اﻟﻌﺎﻣل‬ ‫ﺑﺣﺎﺟﺗﮭم‬ ‫اﻟﻣﺎل‬ ‫ﯾف‬ ‫)ﻓﯾﺟب( ِﻓﻲ َ ِْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ﻏﯾر ْ َ ِِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ُ‬ ‫ِْ‬ ‫َ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﻓﺄﻛﺛر ِ ْ‬ ‫ﻋطﺎء‬ ‫ﺻﻧف؛‬ ‫ﻣن ُ ِ ّ‬ ‫ٍ‬ ‫ﻛل ِ ٍ‬ ‫)إ ْ ُ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔ( ْ َ‬ ‫ﻷن ﱠ َ ‪َ َ َ -‬‬ ‫إﻟﯾﮭم ﱠ‬ ‫َِﱠ‬ ‫ت‬ ‫اﻟزَﻛ َوا ِ‬ ‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪َ َ َ -‬‬ ‫أﺿﺎف َ ْ ِ ْ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔٌ‬ ‫وأﻗﻠﮫُ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫اﻟﺟﻣﻊ‪ َ َ َ ،‬ﱡ‬ ‫َِ ِ‬ ‫ﺑﻠﻔظ َ ْ ِ‬ ‫‪6. Keliru dalam menentukan mustahiq‬‬ ‫‪Zakat wajib diberikan kepada senif delapan yang disebutkan dalam al-Qur’an‬‬ ‫‪sesuai dengan ketentuan pada masing-masing senif. Bila zakat diberikan kepada‬‬ ‫‪orang yang tidak termasuk dalam salah satu senif yang delapan itu maka zakatnya‬‬ ‫‪tidak sah. Ketika zakat dibagi sendiri sering sekali keliru dalam menentukan orang‬‬ ‫‪yang berhak menerima zakat karena tidak memiliki ilmu yang memadai untuk‬‬ ‫‪mengetahui ketentuan yang berlaku pada masing-masing senif.‬‬ ‫‪Adapun mustahiq zakat adalah :‬‬ ‫‪Fi Sabilillah‬‬ ‫‪Riqab‬‬

‫‪Gharim‬‬ ‫‪Ibnu Sabil‬‬

‫‪Amil‬‬ ‫‪Mu’allaf‬‬

‫‪Fakir‬‬ ‫‪Miskin‬‬

‫‪3. Tidak mengikuti aturan ta’mim‬‬ ‫‪ashnaf‬‬ ‫‪Bila jumlah harta zakat‬‬ ‫‪memungkinkan untuk dibagi kepada‬‬ ‫‪semua senif maka wajib diberikan‬‬ ‫‪kepada semua senif yang ada pada‬‬ ‫‪masa wajibnya zakat, tidak boleh‬‬ ‫‪hanya memberikan kepada fakir‬‬ ‫‪miskin saja.‬‬ ‫‪Fath al-Wahab, juz. 3, hal. 316‬‬

‫َو َ َ‬ ‫اﻟﺗﻌﻣﯾم ْ‬ ‫أي‪:‬‬ ‫اﻟﻣﺎﻟُك( َ َ ْ ِ‬ ‫ﻛذا ْ َ ِ‬ ‫)إن ْ َ َ ُ‬ ‫ﻋﻠﯾﮫ ﱠ ْ ِ ُ‬ ‫اﻧﺣﺻروا( َ ْ‬ ‫)ﺑﺎﻟﺑﻠَِد( ِ َ ْ‬ ‫ﺳﮭل َ‬ ‫ﺿﺑطﮭم‬ ‫ﺑﺄن َ ُ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫اﻵﺣﺎُد ِ ْ َ‬ ‫ﻋﺎَدةً َ ْ ُ ُ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ‬ ‫)اﻟﻣﺎل( ‪،‬‬ ‫وﻣﻌرﻓﺔ َ‬ ‫ﺑﮭم َ ُ‬ ‫دھم َ َ‬ ‫ﻋَد ِ ِ ْ‬ ‫)ووﻓﻰ( ِ ِ ْ‬ ‫َ َ ِْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َِ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ﺑﺻﻧف َ ِ َ‬ ‫ﺿﻣن‪،‬‬ ‫دھﻣﺎ‬ ‫أﺣ‬ ‫أﺧل‬ ‫ُ‬ ‫ﻓﺈن ﱠ َ َ ِ ِ ٍ‬ ‫ﺻََ‬ ‫ﯾﺿﻣن ِ ْ‬ ‫َِ ﱠ‬ ‫إﻧﻣﺎ َ ْ َ ُ‬ ‫ت‬ ‫دﻗﺎ ِ‬ ‫ﻣﺎل اﻟ ﱠ‬ ‫اﻹﻣﺎم ﱠ َ‬ ‫ﻟﻛن ْ ِ َ َ‬ ‫ﻣن َ ِ‬ ‫َﻻ ِ ْ‬ ‫ﺑوﺟوب‬ ‫ﻣن َ ِ ِ‬ ‫ﺻرﯾُﺢ ِ ُ ُ ِ‬ ‫ﻣﺎﻟﮫ‪َ .‬واﻟﺗ ﱠ ْ ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫دﺗﻲ‪.‬‬ ‫ﺗﻌﻣﯾم َ‬ ‫زﯾﺎ َ ِ‬ ‫اﻵﺣﺎِد ِﻣن ِ َ‬ ‫َِْ ِ‬ ‫َ ِﱠ‬ ‫)وإﻻ( ِ َ ْ‬ ‫اﻧﺣﺻروا‪،‬‬ ‫ﯾﻧﺣﺻروا‪ْ َ ،‬أو ْ َ َ ُ‬ ‫ﻟم َ ْ َ ِ ُ‬ ‫ﺑﺄن َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔ(‬ ‫ﺑﮭم ْ َ ُ‬ ‫ﻋطﺎء َ ٍ‬ ‫وﻟم َ ِ‬ ‫)وﺟب إ ْ ُ‬ ‫اﻟﻣﺎل‪َ َ َ .‬‬ ‫ﯾف ِ ِ ْ‬ ‫َ َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ذﻛره‬ ‫ﻓﺄﻛﺛر ِﻣن ُ ِ ّ‬ ‫ﺻﻧف ِﻟ ِ ِ ِ‬ ‫ﻛل ِ ٍ‬ ‫ََْ َ‬ ‫اﻟﺟﻣﻊ‬ ‫اﻵﯾﺔ ِ ِ َ ِ‬ ‫ِﻓﻲ ْ َ ِ‬ ‫ﺑﺻﯾﻐﺔ ْ َ ْ ِ‬ ‫‪I’anah at-Thalibiin, juz. 2, hal. 221‬‬

‫واﻟﺣﺎﺻل( ﯾﺟب ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎم ‪ -‬إذا ﻛﺎن‬ ‫ھو اﻟﻣﺧرج ﻟﻠزﻛوات ‪ -‬أرﺑﻌﺔ أﺷﯾﺎء‪:‬‬ ‫ﺗﻌﻣﯾم اﻷﺻﻧﺎف‪ ،‬واﻟﺗﺳوﯾﺔ ﺑﯾﻧﮭم‪،‬‬ ‫وﺗﻌﻣﯾم آﺣﺎد ﻛل ﺻﻧف‪ ،‬واﻟﺗﺳوﯾﺔ‬ ‫‪ .‬ﺑﯾﻧﮭم إن اﺳﺗوت اﻟﺣﺎﺟﺎت‬ ‫وإذا ﻛﺎن اﻟﻣﺧرج اﻟﻣﺎﻟك‪:‬‬ ‫وﺟﺑت أﯾﺿﺎ ‪ -‬ﻣﺎ ﻋدا اﻟﺗﺳوﯾﺔ‬ ‫ﺑﯾن اﻵﺣﺎد ‪ -‬إﻻ إن اﻧﺣﺻروا ﻓﻲ اﻟﺑﻠد‬ ‫‪ .‬ووﻓﻰ اﻟﻣﺎل ﺑﮭم‪ ،‬ﻓﺈﻧﮭﺎ ﺗﺟب أﯾﺿﺎ‬ ‫ﻓﺈن أﺧل اﻟﻣﺎﻟك أو اﻹﻣﺎم‬ ‫ ﺣﯾث وﺟب ﻋﻠﯾﮫ اﻟﺗﻌﻣﯾم‬‫‪ -.‬ﺑﺻﻧف‪ ،‬ﻏرم ﻟﮫ ﺣﺻﺗﮫ‬ ‫ﻟﻛن اﻹﻣﺎم إﻧﻣﺎ ﯾﻐرم ﻣن اﻟﺻدﻗﺎت‪،‬‬ ‫ﻻ ﻣن ﻣﺎل ﻧﻔﺳﮫ‬ ‫‪4. Tidak mengikuti aturan taswiyah‬‬ ‫‪antar senif‬‬ ‫‪Wajib memberikan zakat dengan‬‬ ‫‪jumlah yang sama kepada semua senif‬‬ ‫‪yang ada. Tidak boleh membaginya‬‬ ‫‪dengan ukuran yang berbeda.‬‬ ‫‪Sedangkan jumlah yang diberikan‬‬ ‫‪kepada masing-masing orang dalam‬‬ ‫‪satu senif tidak mesti sama.‬‬

‫‪Fath al-Mu’in, hal. 252‬‬

‫وﯾﻠزم اﻟﺗﺳوﯾﺔ ﺑﯾن اﻷﺻﻧﺎف وإن ﻛﺎﻧت‬ ‫ﺣﺎﺟﺔ ﺑﻌﺿﮭم أﺷد ﻻ اﻟﺗﺳوﯾﺔ‬ ‫ﺑﯾن آﺣﺎد اﻟﺻﻧف ﺑل ﺗﻧدب‬ ‫‪RTA ACEH UTARA‬‬

‫‪26‬‬

iklan sponsor

27

Ragam Nikah & Dinamikanya M

anusia merupakan makhluk yang mengemban amanah dari Allah SWT untuk menjadi khalifah di atas permukaan bumi. Pembangunan bumi sangat tergantung pada eksistensi manusia, sedangkan eksistensi manusia sangat tergantung pada kemampuan manusia bereproduksi. Sesungguhnya amanah untuk membangun dan memakmurkan bumi adalah tugas bersama. Itulah sebabnya mengapa reproduksi menjadi urgen dalam posisinya untuk bisa membangun dan mengatur kehidupan bumi yang manfaatnya kembali kepada manusia itu sendiri. Adapun reproduksi tidak akan mungkin terwujud jika manusia tidak menyalurkan hasrat biologisnya, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa makhluk hidup akan berkembang biak melalui proses tertentu. Menyalurkan hasrat biologis yang merupakan pintu bagi proses reproduksi akan menjadi liar dan tidak beraturan jika dilakukan secara sembarangan. Hal ini tidaklah sesuai dengan kodrat manusia yang telah dianugerahi akal yang menjadi titik balik perbedaannya dengan hewan. Terkait hal ini, Islam sebagai agama yang membawa kemaslahatan bagi manusia hadir untuk mengatur tatacara dan aturan-aturan dalam menyalurkan hasrat biologis yang selaras dengan kodrat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Islam

28

RTA ACEH UTARA

mensyari’atkan pernikahan sebagai pintu masuk untuk menyalurkan hasrat biologis agar penyaluran hasrat tersebut memiliki kehormatan dan bermartabat. Di samping itu, Islam juga menjadikan pernikahan sebagai sarana mendapatkan kedamaian dalam kehidupan. Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan biologis, namun lebih dari itu, pernikahan juga menjanjikan kedamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surga dunia di dalamnya. Inilah nilai filosofis disyari’atkannya pernikahan dalam Islam, selain memperoleh ketenangan dan kedamain, juga dapat menjaga keturunan (hifzu al-nasli). Selain itu, pernikahan juga dapat menjadi benteng bagi manusia dari pengaruhpengaruh melakukan maksiat yang berhubungan dengan syahwat biologis. Dengan demikian, ketika manusia melangsungkan pernikahan, pada hakikatnya manusia juga sedang menjalankan proses penghambaan diri kepada Allah SWT dalam bentuk ibadat ghair mahdhah. Namun dalam kenyataannya, manusia terkadang lebih memilih jalan pintas dalam menyalurkan hasrat biologis, yang justeru menggiring mereka melakukan perkara-perkara yang nampaknya telah bergeser dari aturan yang telah

ditetapkan. Bahkan sebagian mereka berusaha mencari pembenaran terhadap perbuatan yang dilakukan dengan mengatas-namakan pernikahan, padahal pada hakikatnya agama belum tentu mengakui itu sebagai pernikahan. Dari itu, muncullah pernikahan yang bersifat sementara dan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, tulisan singkat ini berupaya menjelaskan ragam pernikahan yang memunculkan pertanyaan terkait legalitasnya selama ini, serta mengukurnya dengan ketetapan syar’i.

RAGAM PERNIKAHAN DAN STATUS HUKUMNYA 1. Nikah Sirri Secara bahasa, kata “sirri” diartikan dengan sesuatu yang tersembunyi dan rahasia. Bila kata “sirri” dikaitkan dengan kata “nikah” maka berarti nikah yang dilakukan secara rahasia atau tersembunyi. Di dalam literatur fikih klasik, mayoritas ulama yang terdiri dari mazhab Hanafi, Syafi’i dan Hanbali mengartikan nikah sirri dengan nikah yang tidak dihadiri oleh para saksi. Sedangkan mazhab Maliki mengartikannya dengan pernikahan yang diperintahkan untuk menyembunyikannya, baik perintah itu datangnya dari kedua mampelai, wali, maupun para saksi.

‫‪Tgk. H. Helmi Imran, MA‬‬ ‫‪Naib Mudir Ma’had ‘Aly MUDI Samalanga‬‬

‫‪29 Mei 2021‬‬ ‫‪21.00 WIB s/d Selesai‬‬ ‫‪Hotel Lido Graha, Lhokseumawe‬‬

‫‪Terkait hukumnya, para ulama dari mazhab Hanafi, Syafi’i dan Hanbali menetapkan‬‬ ‫‪bahwa pernikahan seperti ini tidak sah karena tidak dihadiri oleh saksi. Adapun mazhab‬‬ ‫‪Maliki berpandangan bahwa nikah sirri harus dihentikan dengan cara fasakh sebelum‬‬ ‫‪terjadinya hubungan intim antara suami-isteri, ataupun sesudahnya jika belum‬‬ ‫‪berlangsung lama. Adapun jika telah berlangsung lama maka tidak boleh lagi‬‬ ‫‪difasakhkan. Fasakh di sini adalah dengan memerintahkan suami untuk‬‬ ‫‪menceraikan isterinya. Hal tersebut dapat dipahami dari teks kitab berikut ini.‬‬

‫ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪:‬‬ ‫اﺧﺗﻠف اﻟﻔﻘﮭﺎء ﻓﻲ ﻣﺎھﯾﺔ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر وﻓﻲ ﺣﻛﻣﮫ‪:‬ﻓﻘﺎل اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ‪ :‬ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‬ ‫ﻣﺎ ﻟم ﯾﺣﺿره ﺷﺎھدان‪ ،‬أﻣﺎ ﻣﺎ ﺣﺿره ﺷﺎھدان ﻓﮭو ﻧﻛﺎح ﻋﻼﻧﯾﺔ ﻻ ﻧﻛﺎح ﺳر‪،‬‬ ‫إذ اﻟﺳر إذا ﺟﺎوز اﺛﻧﯾن ﺧرج ﻣن أن ﯾﻛون ﺳرا‪ ،‬وﻗد ﻧﮭﻲ ﻋن ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪ ،‬وﻧﻘول ﺑﻣوﺟﺑﮫ‪،‬‬ ‫وﻗﺎل ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‪ " :‬أﻋﻠﻧوا ھذا اﻟﻧﻛﺎح "‪ ،‬ﻷن اﻟﻌﺎﻗدﯾن إذا أﺣﺿرااﻟﻧﻛﺎح ﺷﺎھدﯾن‬ ‫ﻓﻘد أﻋﻠﻧﺎه‪ ،‬وﻗوﻟﮫ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‪ " :‬واﺿرﺑوا ﻋﻠﯾﮫ ﺑﺎﻟدﻓوف "‬ ‫ﻧدب إﻟﻰ زﯾﺎدة إﻋﻼﻧﮫ وھو ﻣﻧدوب إﻟﯾﮫ‪ .‬واﻟﻣﺷﮭور ﻋﻧد اﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ ‪ -‬ﻛﻣﺎ ﻗﺎل اﻟدردﯾر‬ ‫ أن ﻧﻛﺎح اﻟﺳر ھو ﻣﺎ أﻣر اﻟﺷﮭود ﺣﯾن اﻟﻌﻘد ﺑﻛﺗﻣﮫ‪ ،‬أوﺻﻲ ﻏﯾرھم أﯾﺿﺎ ﻋﻠﻰ ﻛﺗﻣﮫ أم ﻻ‪،‬‬‫وﻻ ﺑد أن ﯾﻛون اﻟﻣوﺻﻲ اﻟزوج‪ ،‬اﻧﺿم ﻟﮫ ﻏﯾره ﻛﺎﻟزوﺟﺔ أو وﻟﯾﮭﺎ أم ﻻ‪ ،‬وھذه ھﻲ طرﯾﻘﺔ‬ ‫اﺑن ﻋرﻓﺔ ﻓﻲ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪.‬‬ ‫ﺣﻘﯾﻘﺔ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪:‬‬ ‫اﺧﺗﻠف اﻟﻔﻘﮭﺎء ﻓﻲ ﺣﻘﯾﻘﺔ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪:‬ﻓذھب ﺟﻣﮭور اﻟﻔﻘﮭﺎء‪ :‬اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ واﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔواﻟﺣﻧﺎﺑﻠﺔ إﻟﻰ أن ﻧﻛﺎح‬ ‫اﻟﺳر ھو ﻣﺎ ﻟم ﯾﺣﺿره اﻟﺷﮭود‪ ،‬أﻣﺎ ﻣﺎ ﺣﺿره ﺷﺎھدان ﻓﮭو ﻧﻛﺎح ﻋﻼﻧﯾﺔ ﻻ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪ ،‬إذ اﻟﺳر إذا‬ ‫ﺟﺎوز اﺛﻧﯾن ﺧرج ﻣن أن ﯾﻛون ﺳرا‪ ،‬واﺳﺗدﻟوا ﻋﻠﻰ ﺻﺣﺗﮫ ﺑﻘول اﻟﻧﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‪ :‬ﻻ ﻧﻛﺎح‬ ‫إﻻ ﺑوﻟﻲ وﺷﺎھدي ﻋدل ‪ ،‬ﻣﻔﮭوﻣﮫ اﻧﻌﻘﺎد اﻟﻧﻛﺎح ﺑذﻟك وإن ﻟم ﯾوﺟد اﻹظﮭﺎر‪ ،‬وﻷﻧﮫ ﻋﻘد ﻣﻌﺎوﺿﺔ ﻓﻠم‬ ‫ﯾﺷﺗرط إظﮭﺎره ﻛﺎﻟﺑﯾﻊ‪ .‬وأﺧﺑﺎر اﻹﻋﻼن ﻋﻧﮫ ﻓﻲ أﺣﺎدﯾث ﻣﺛل‪ :‬أﻋﻠﻧوا ھذا اﻟﻧﻛﺎح واﺿرﺑوا ﻋﻠﯾﮫ ﺑﺎﻟدف‪،‬‬ ‫ﯾراد ﺑﮭﺎ اﻻﺳﺗﺣﺑﺎب‪ ،‬ﺑدﻟﯾل أﻣره ﻓﯾﮭﺎ ﺑﺎﻟﺿرب ﺑﺎﻟدف واﻟﺻوت وﻟﯾس ذﻟك ﺑواﺟب‪ ،‬وﻛذﻟك ﻣﺎ ﻋطف‬ ‫ﻋﻠﯾﮫ وھو اﻹﻋﻼن‪.‬‬ ‫ﺣﻛم ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‪:‬‬ ‫ﯾرى ﺟﻣﮭور اﻟﻔﻘﮭﺎء اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ واﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ واﻟﺣﻧﺎﺑﻠﺔ ﺑﻧﺎء ﻋﻠﻰ ﺣﻘﯾﻘﺔ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر ﻋﻧدھم أﻧﮫ ﻧﻛﺎح ﺑﺎطل‬ ‫ﻟﻌدم اﻹﺷﮭﺎد ﻋﻠﯾﮫ ﻟﺧﺑر ﻋﺎﺋﺷﺔ رﺿﻲ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻧﮭﺎ‪ :‬ﻻ ﻧﻛﺎح إﻻ ﺑوﻟﻲ وﺷﺎھدي ﻋدل‪ .‬وأﻣﺎ ﻧﻛﺎح‬ ‫اﻟﺳر ﺣﺳب ﺣﻘﯾﻘﺗﮫ ﻋﻧد اﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ ﻓﺣﻛﻣﮫ ﻋﻠﻰ اﻟطرﯾﻘﺗﯾن أﻧﮫ ﯾﻔﺳﺦ ﻗﺑل اﻟدﺧول ﻛﻣﺎ ﯾﻔﺳﺦ أﯾﺿﺎ إذا دﺧل‬ ‫وﻟم ﯾطل‪ ،‬ﻓﺈن دﺧل وطﺎل ﻟم ﯾﻔﺳﺦ ﻋﻠﻰ اﻟﻣﺷﮭور ﺧﻼﻓﺎ ﻻﺑن اﻟﺣﺎﺟب ﺣﯾث ﻗﺎل‪ :‬ﯾﻔﺳﺦ ﺑﻌد اﻟدﺧول‬ ‫واﻟطول‪ ،‬واﻟطول ﻓﻲ وﻗت ﻧﻛﺎح اﻟﺳر ﯾﻌود إﻟﻰ اﻟﻌرف‪ ،‬ﻻ ﺑوﻻدة اﻷوﻻد وھو ﻣﺎ ﯾﺣﺻل ﻓﯾﮫ اﻟظﮭور‬ ‫واﻻﺷﺗﮭﺎر ﻋﺎدة‪ .‬واﻟﻔﺳﺦ ﻓﯾﮫ ﺑطﻼق ﻷﻧﮫ ﻣن اﻷﻧﻛﺣﺔ اﻟﻣﺧﺗﻠف ﻓﯾﮭﺎ‪ ،‬وﯾﻌﺎﻗب اﻟزوﺟﺎن ﻓﻲ ﻧﻛﺎح اﻟﺳر‬ ‫إن دﺧﻼ وﻟم ﯾﻌذرا ﺑﺟﮭل وﻟم ﯾﻛوﻧﺎ ﻣﺟﺑورﯾن‪ ،‬ﻓﺈن ﻟم ﯾدﺧﻼ أو دﺧﻼ وﻟﻛن ﻋذرا ﺑﺎﻟﺟﮭل ﻓﻼ ﻋﻘﺎب‬ ‫ﻋﻠﯾﮭﻣﺎ‪ ،‬وﻻ ﻋﻘﺎب ﻋﻠﯾﮭﻣﺎ ﻛذﻟك إذا ﻛﺎﻧﺎ ﻣﺟﺑورﯾن وﺣﯾﻧﺋذ اﻟﻌﻘﺎب ﻋﻠﻰ وﻟﯾﮭﻣﺎ‪.‬وﯾﻌﺎﻗب ﻛذﻟك اﻟﺷﮭود إن‬ ‫ﺣﺻل دﺧول وﻟم ﯾﻌذروا ﺑﺟﮭل وﻟم ﯾﻛوﻧوا ﻣﺟﺑورﯾن ﻋﻠﻰ اﻟﻛﺗﻣﺎن‪.‬‬

‫‪29‬‬

KAJIAN Dalam pandangan masyarakat Indonesia, nikah sirri dipahami dalam dua pengertian, yaitu: (1) Nikah Sirri adalah pernikahan yang dihadiri oleh wali dan dua orang saksi, tetapi saksisaksi tersebut tidak boleh mengumumkannya kepada khayalak ramai. (2) Nikah Sirri adalah pernikahan yang dilakukan dengan adanya wali dan dua orang saksi yang adil serta adanya ijab qabul, hanya saja pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan Negara, dalam hal ini adalah Kantor Urusan Agama (KUA). Di satu sisi, nikah sirri identik dengan perkawinan yang memenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fikih, namun di sisi lain tanpa pencatatan resmi dari instansi berwenang sebagaimana diatur oleh peraturan perundangundangan yang berlaku. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa nikah sirri dalam pemahaman masyarakat Indonesia bukanlah nikah sirri yang tersebut di dalam literatur fikih klasik, karena apa yang tersebut di dalam literatur fikih klasik merupakan nikah yang tidak ada saksinya, sehingga hukumnya tidak sah atau harus dihentikan keberlangsungannya. Sedangkan di dalam pemahaman masyarakat Indonesia, nikah sirri adalah nikah yang dilakukan bukan di hadapan petugas pencatat nikah dan tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama. Perlu diketahui, pembahasan yang akan penulis ketengahkan berikutnya adalah nikah sirri dalam pemahaman masyarakat Indonesia. Dalam konteks ke-Indonesia-an, nikah sirri juga dikenal dengan istilah nikah di bawah tangan sebagaimana terdapat di dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 10 Tahun 2008. Sedangkan di dalam literatur fikih kontemporer, nikah sirri yang dipahami oleh masyarakat

30

RTA ACEH UTARA

Indonesia disebut nikah al-‘urfi. Adapun terkait hukumnya, MUI dalam fatwa di atas menetapkan bahwa pernikahan di bawah tangan merupakan pernikahan yang sah karena telah memenuhi syarat dan rukun secara syar’i, namun jika menimbulkan kemudharatan maka hukum melakukannya haram meskipun sah. Keputusan MUI tersebut didasari pada arti nikah di bawah tangan menurut mereka, yaitu nikah yang memenuhi syarat dan rukun, hanya saja tidak tidak tercatat dalam dokumen resmi pernikahan yang diatur oleh perundangundangan. Hukum serupa juga terdapat dalam fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Nomor 01 Tahun 2010. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa nikah sirri ada yang sah dan ada yang tidak sah. Bagian yang sah adalah jika terpenuhi syarat dan rukun secara syar’i, sedangkan bagian yang tidak sah adalah jika tidak terpenuhi dua unsur tersebut. Hukum yang sama juga terdapat di dalam literatur fikih kontemporer, di antaranya adalah teks berikut ini. .‫ﺣﻛم اﻟزواج اﻟﻌرﻓﻲ‬ ‫وﺻﻠﺗﻧﻲ رﺳﺎﺋل ﻛﺛﯾرة ﺗﺳﺄل ﻋن ﻗﺿﯾﺔ اﻟزواج‬ ‫ﺧﺎﺻﺔ اﻟزواج اﻟﻌرﻓﻲ ﻏﯾر اﻟﻣوﺛﻖ ﻋﻧد اﻟﺟﮭﺎت‬ ‫وإذا ﻛﺎن اﻟﻌﻘد ﻗد اﻧﻌﻘد ﺷرﻋﺎ ﻓﺈﻧﮫ ﻻ‬،...‫اﻟرﺳﻣﯾﺔ‬ ‫ وﻗﺿﯾﺔ‬،‫ﯾﻧﻘﺻﮫ إﻻ ﻗﺿﯾﺔ اﻟﺗوﺛﯾﻖ ﻋﻧد اﻟﺣﻛوﻣﺔ‬ ‫ وﻟﯾﺳت‬،‫اﻟﺗوﺛﯾﻖ ﻋﻧد اﻟﺣﻛوﻣﺔ ﺗﺣﺎﻓظ ﻋﻠﻰ اﻵﺛﺎر‬ ‫ﺗﻧﺷﺊ ھﻲ وﻻ اﻟﻌﻘد اﻵﺛﺎر اﻟﺗﻲ ﺗﺗرﺗب ﻋﻠﻰ ھذا‬ ‫ ھذا اﻟزواج اﻟذي أﺳﻣوه ﺑﺎﻟزواج اﻟﻌرﻓﻲ‬...‫اﻟﻌﻘد‬ ‫ وﯾﺟب ﻋﻠﻰ اﻟرﺟل‬،‫زواج ﺻﺣﯾﺢ ﺗرﺗب ﻋﻠﯾﮫ آﺛﺎره‬ ‫ وإذا ارادا اﻻﻧﻔﺻﺎل‬،‫واﻟﻣرأة أن ﯾراﻋﯾﺎ ﷲ ﻓﻰ ذﻟك‬ ‫ وﻟﻛن اﻟﻣرأة واﻟرﺟل ﻻ ﯾﻘدﻣﺎن ﻋﻠﻰ ھذا‬،‫ﻓﻠﯾﻧﻔﺻﻼ‬ ‫اﻟزواج إﻻ وھﻣﺎ ﯾﻌرﻓﺎن أﻧﮭﻣﺎ ﻻ ﯾﺳﺗطﯾﻌﺎن أن ﯾذھﺑﺎ‬ ‫إﻟﻰ اﻟﻣﺣﻛﻣﺔ أو إﻟﻰ اﻟﻘﺎﺿﻰ أو إﻟﻰ ﻣﺣل اﻟﻧزاع ﺑﯾن‬ .‫ ﻟﻌدم وﺟود اﻟوﺛﯾﻘﺔ اﻟﻣﺛﺑﺗﺔ ﻟﻠزواج‬،‫اﻟﻧﺎس‬ .‫اﻟزواج اﻟﻌرﻓﻲ‬ ‫ﻟﻠزواج اﻟﺷرﻋﻲ أرﻛﺎن إن ﺗﺣﻘﻘت ﻣﻊ ﺷروطﮭﺎ‬ ‫ وإن ﺗﺧﻠف رﻛن ﻣن اﻷرﻛﺎن‬،‫ﻛﺎن اﻟزواج ﺻﺣﯾﺣﺎ‬ ‫ وﻗد أطﻠﻖ ﻋﻠﻰ اﻟزواج اﻟذي ﻟم‬،‫ﻛﺎن اﻟزوج ﺑﺎطﻼ‬

‫ وﻗد ﻗﺎل اﻟﻔﻘﮭﺎء إذا ﺗم اﻟزواج‬.‫ﯾوﺛﻖ زواج ﻋرﻓﻲ‬ ‫ﺑﺈرادة ﻣﻌﺗﺑرة ﺷرﻋﺎ وﺣﺿور وﻟﻲ ﻟﻠﻣرأة وﺷﺎھدﯾن‬ ‫ وذﻟك‬،‫ﻓﮭو ﻧﻛﺎح ﺻﺣﯾﺢ ﺣﺗﻰ وﻟو ﺗواﺻوا ﺑﺎﻟﻛﺗﻣﺎن‬ ‫ﻋﻧد اﻟﺟﻣﮭور ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻠﻣﺎﻟﻛﯾﺔ اﻟذﯾن ﯾﻘوﻟون ﺑﺑطﻼن‬ ‫ وﻗد ﻛﺎن ھذا اﻟزواج‬،‫اﻟﻌﻘد إذا ﺗواﺻوا ﺑﺎﻟﻛﺗﻣﺎن‬ ‫اﻟﻌرﻓﻲ ھو اﻟﻣﻌﻣول إﻟﻰ وﻗت ﻗرﯾب ﺣﺗﻰ رأى وﻟﻲ‬ ‫اﻷﻣر ﺗوﺛﯾﻘﮫ ﻣﺣﺎﻓظﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﻘوق اﻟزوﺟﺔ ﻷن‬ ‫اﻟزوج إذا طﻠﻘﮭﺎ وﻟم ﯾﻛن اﻟﻌﻘد ﻣوﺛﻘﺎ ﻓﺈن ﺣﻘوﻗﮭﺎ‬ .‫ﺿﺎﺋﻌﺔ ﻻ ﻣﺣﺎﻟﺔ‬ Dari teks kitab di atas cukup jelas bahwa pernikahan yang tidak tercatat, yang dinamakan nikah al-‘urfi dalam fikih kontemporer dan nikah sirri dalam konteks ke-Indonesia-an merupakan pernikahan yang sah jika memenuhi syarat dan rukun nikah. Namun demikian, pernikahan model ini tidak baik dilakukan bahkan bisa saja menjadi haram kecuali dalam kondisi tertentu. Hal tersebut karena pernikahan ini tidak tercatat maka dikhawatirkan dapat menghilangkan hak-hak anak dan hak isteri.

2. Kawin Lari Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kawin lari diartikan dengan perkawinan dengan cara membawa pergi gadis yang akan dikawini dengan persetujuannya tanpa sepengetahuan wali gadis itu. Adapun terkait legalitasnya, hal ini sangat tergantung pada cara dan proses pernikahan itu sendiri. Untuk lebih jelas, hukum kawin lari dapat dirincikan sebagai berikut: Ÿ

Jika pernikahan itu dilakukan pada qadhi yang resmi, sementara calon suami merupakan laki-laki yang sepadan dengan calon isteri maka pernikannya dihukum sah.

Ÿ

Jika pernikahan itu dilakukan pada qadhi yang resmi, sementara calon suami bukanlah laki-laki yang sepadan dengan calon isteri maka pernikannya tidak sah.

KAJIAN Ÿ

Ÿ

Ÿ

Jika pada tempat atau daerah pelaksanaan nikah terdapat qadhi yang resmi meskipun tidak mencukupi syarat sebagai seorang qadhi (qadhi al-dharurah), namun dinikahkan oleh seorang yang dipandang alim dan pantas menyerahkan putusan hukum padanya (muhakkam), sementara muhakkam tersebut bukan seorang mujtahid muthlaq maka pernikahannya tidak sah. Jika muhakkam merupakan seorang mujtahid muthlaq, maka ia sah menikahkan meskipun pada derah tersebut terdapat qadhi yang resmi yang berada pada level mujtahid muthlaq.

‫واﻟﺣﺎﺻل ﯾﺟوز ﺗﺣﻛﯾم اﻟﻣﺟﺗﮭد ﻣطﻠﻘﺎ ﺳواء وﺟد‬ ‫ وﺗﺣﻛﯾم اﻟﻌدل ﻏﯾر اﻟﻣﺟﺗﮭد‬،‫ﺣﺎﻛم وﻟو ﻣﺟﺗﮭدا أم ﻻ‬ ‫ﺑﺷرط أن ﻻ ﯾﻛون ھﻧﺎك ﻗﺎض وﻟو ﻏﯾر أھل ﺳواء‬ ‫وﺟد ﻣﺟﺗﮭد أم ﻻ‬ Dari beberapa teks kitab di atas dapat disimpulkan bahwa untuk masa sekarang ini tidak sah melaksanakan proses kawin lari selain pada qadhi yang resmi, karena tidak terdapat lagi ulama yang berada pada level mujtahid muthlaq, kecuali jika pernikahan pada qadhi yang resmi disertai dengan kesulitan yang tidak sanggup diterima.

3. Nikah Mut’ah dan Nikah Kontrak

Jika tidak mungkin melaksanakan pernikahan pada qadhi yang resmi karena permintaan materi dengan ukuran yang memberatkan secara adat, atau karena proses pernikahan yang dipersulit tanpa dasar hukum yang jelas, maka pernikahan pada muhakkam dipandang sah selama muhakkam itu orang yang lurus agamanya (‘adil).

Ketentuan hukum di atas dapat dipahami dari teks-teks kitab berikut ini: ‫وﺑﻌدھﺎ ﻋن‬ ّ ‫)ﻣﺳﺋﻠﺔ( أﺧذ رﺟل إﻣرأة ﻋن أھﻠﮭﺎ ﻗﮭرا‬ ‫وﻟﯾﮭﺎ إﻟﻰ ﻣﺳﺎﻓﺔ اﻟﻘﺻر وﻛذا دوﻧﮫ إن ﺗﻌذرت‬ ‫ﻣراﺟﻌﺗﮫ ﻟﻧﺣو ﺧوف ﺻﺢ ﻧﻛﺎﺣﮭﺎ ﺑﺈذﻧﮭﺎ إن زوج‬ ‫ إذ ﻟم ﯾﻔرق اﻻﺻﺣﺎب ﺑﯾن ﻏﯾﺑﺔ‬،‫اﻟﺣﺎﻛم ﻣن ﻛفء‬ ‫اﻟوﻟﻲ وﻏﯾﺑﺗﮭﺎ وﻻ ﻓﻲ ﻏﯾﺑﺗﮭﺎ ﺑﯾن أن ﺗﻛون ﻣﻛرھﺔ‬ ‫ﻋﻠﻰ اﻟﺳﻔر او ﻣﺧﺗﺎرة ﺑل أﻗول ﻟو ﻛﺎن ﻟﮭﺎ وﻟﻲ‬ ‫ﺑﺎﻟﺑﻠد وﻋﺿﻠﮭﺎ ﺑﻌد أن دﻋﺗﮫ إﻟﻰ ﻛفء وﺗﻌﺳر ﻟﮭﺎ‬ ‫إﺛﺑﺎت ﻋﺿﻠﮫ ﻓﺳﺎﻓرت إﻟﻰ ﻣوﺿﯾﻊ ﺑﻌﯾد ﻋن اﻟوﻟﻲ‬ ‫وأذﻧت ﻟﻘﺎﺿﻲ اﻟﺑﻠد اﻟﺗﻲ اﻧﺗﻘﻠت إﻟﯾﮫ ﻓﻲ ﺗزوﯾﺟﮭﺎ‬ ‫ وﻟﯾس ﺗزوﯾﺞ اﻟﺣﺎﻛم ﻓﻲ‬.‫ﻓﻲ اﻟﻛفء ﺻﺢ اﻟﻧﻛﺎح‬ ‫اﻻول ﻣن رﺧص اﻟﺳﻔر اﻟﺗﻲ ﻻ ﺗﻧﺎط ﺑﺎﻟﻣﻌﺎﺻﻲ ﻛﻣﺎ‬ ‫ ﻧﻌم ﻗد ارﺗﻛب اﻟﻣﺗﻌﺎطﻲ ﻟذﻟك ﺑﻘﮭره‬،‫ﯾﺗﺧﯾل ذﻟك‬ ‫اﻟﺣرة واﻟﺳﻔر ﺑﮭﺎ وﺗﻐرﯾﺑﮭﺎ ﻋن وطﻧﮭﺎ ﻣﺎ ﻻ ﯾﺣل‬ ‫ ﺑل ذﻟك ﻣن اﻟﻛﺑﺎﺋر اﻟﺗﻲ ﺗرد‬،‫ﻓﻲ اﻟدﯾن وﻻ ﯾرﺗﺿﻲ‬ ‫ﺑﮭﺎ اﻟﺷﮭﺎدة وﯾﺣﺻل ﺑﮭﺎ اﻟﻔﺳﻖ‬ (‫)وﯾزوج اﻟﺳﻠطﺎن( زﯾﺎدة ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻣر )إذا ﻏﺎب‬ ‫اﻟوﻟﻲ )اﻷﻗرب( ﻧﺳﺑﺎ أو وﻻء )ﻣرﺣﻠﺗﯾن أو أﺣرم أو‬ ‫ﻋﺿل( أي ﻣﻧﻊ دون ﺛﻼث ﻣرات )ﻣﻛﻠﻔﺔ دﻋت إﻟﻰ‬ (‫ﻛفء‬. ‫واﻟﻣراد ﺑﺎﻟﺳﻠطﺎن ھﻧﺎ وﻓﯾﻣﺎ ﻣر وﻓﯾﻣﺎ ﯾﺄﺗﻰ اﻹﻣﺎم‬ ‫وﻧواﺑﮫ‬. (‫)ﻓﯾزوج( أي اﻟﻘﺎﺿﻲ )ﺑﻛفء( ﻻ ﺑﻐﯾره )ﺑﺎﻟﻐﺔ‬ ‫ﻛﺎﺋﻧﺔ ﻓﻰ ﻣﺣل وﻻﯾﺗﮫ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻌﻘد وﻟو ﻣﺟﺗﺎزة ﺑﮫ‬. ‫)ﺛم( إن ﻟم ﯾوﺟد وﻟﻲ ﻣﻣن ﻣر ﻓﯾزوﺟﮭﺎ )ﻣﺣﻛم‬ ‫ﻋدل( ﺣر وﻟﺗﮫ ﻣﻊ ﺧﺎطﺑﮭﺎ أﻣرھﺎ ﻟﯾزوﺟﮭﺎ ﻣﻧﮫ وإن‬ ،‫ﻟم ﯾﻛن ﻣﺟﺗﮭدا إذا ﻟم ﯾﻛن ﺛم ﻗﺎض وﻟو ﻏﯾر أھل‬ ‫ ﻧﻌم‬:‫ ﻗﺎل ﺷﯾﺧﻧﺎ‬،‫وإﻻ ﻓﯾﺷﺗرط ﻛون اﻟﻣﺣﻛم ﻣﺟﺗﮭدا‬ ‫إن ﻛﺎن اﻟﺣﺎﻛم ﻻ ﯾزوج إﻻ ﺑدﻟراھم ﻛﻣﺎ ﺣدث اﻵن‬ ‫ﻓﯾﺗﺟﮫ أن ﻟﮭﺎ أن ﺗوﻟﻰ ﻋدﻻ ﻣﻊ وﺟوده‬.

Secara bahasa, kata “mut’ah” berarti kesenangan dan kenikmatan. Ketika kata “mut’ah” dikaitkan dengan nikah maka berarti nikah yang identik dengan mencari kesenangan dan kenikmatan semata-mata. Dalam istilah fikih, nikah mut’ah adalah pernikahan yang dibatasi keberlangsungannya dengan tempo masa tertentu, yang berakhir pernikahan seiring berakhirnya tempo. Terkait hukumnya, pada masa awal Islam, praktek nikah mut’ah dibolehkan atas dasar memberi kelonggaran hukum karena banyak Sahabat Nabi yang pergi ke medan perang dalam jangka waktu yang lama. Kemudian diharamkan pada tahun peperangan Khaibar, selanjutnya dibolehkan kembali pada tahun penaklukan Mekkah, dan setelah itu diharamkan untuk selamalamanya. Bagian yang terakhir inilah hukum nikah mut’ah menurut ulama ahlussunnah wal-jama’ah. Meskipun diharamkan dan tidak sah, jika akad nikah mut’ah dilakukan dengan wali dan saksi, maka pelakunya tidak dikenakan hukuman. Sebaliknya jika seorang perempuan langsung menikahkan dirinya kepada seorang laki-laki secara mut’ah tanpa adanya

wali dan saksi maka pelakunya dikenakan hukuman, yakni hukuman cambuk akibat berzina. Dalam mazhab Syafi’i, nikah mut’ah diartikan dengan mencakup kepada nikah kontrak (mua`aqqat), meskipun dalam praktek akadnya digunakan lafaz yang berbeda. Berdasarkan persamaan tersebut, maka hukum nikah kontrak juga haram dan tidak sah. Sedangkan dalam mazhab yang lain, terdapat ulama yang membedakan antara nikah mut’ah dan nikah kontrak. Perbedaan kedua praktek tersebut berdasarkan pendapat yang membedakannya adalah bahwa pada akad nikah mut’ah terdapat penggunaan lafaz khusus yang menunjukkan kepada aspek bersenangsenang seperti ‫اﺗﻣﺗﻊ‬ ُ ّ َ َ ‫ﺑك‬, sementara pada nikah kontrak masih menggunakan lafaz ‫ إﻧﻛﺎح‬atau ‫ﺗزوﯾﺞ‬, namun membatasi pernikahan itu dengan batas waktu tertentu, baik batas waktu yang jelas seperti satu bulan dan sebagainya, maupun waktu yang tidak jelas seperti sampai kedatangan seseorang yang ditunggu-tunggu. Kendatipun terdapat perbedaan antara keduanya menurut sebagian ulama, namun dari segi hukumnya, jika batas waktu yang ditentukan merupakan batas yang mungkin dijangkau dalam kehidupan suami dan isteri tersebut seperti satu tahun dan lain-lain, maka ulama ahlussunnah wal-jamaah sepakat tentang haram dan tidak sahnya kontrak tersebut, kecuali berdasarkan pendapat Imam Zufar dari kalangan Hanafiyyah. Adapun jika waktu yang mengikat pernikahan itu merupakan waktu yang tidak mungkin dicapai seperti mengikat dengan kata “selamalamanya” maka sebagian ulama ahlussunnah wal-jama’ah berpendapat nikahnya sah.

31

KAJIAN Kesimpulan hukum tersebut dapat dilihat di dalam beberapa teks kitab berikut ini. ‫ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ‬: ‫ أﻋطﯾك ﻛذا ﻋﻠﻰ‬:‫ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ ھو ﻗول اﻟرﺟل ﻟﻠﻣرأة‬ ‫أن أﺗﻣﺗﻊ ﺑك ﯾوﻣﺎ أو ﺷﮭرا أو ﺳﻧﺔ أو ﻧﺣو ذﻟك‬ ‫ﺳواء ﻗدر اﻟﻣﺗﻌﺔ ﺑﻣدة ﻣﻌﻠوﻣﺔ ﻛﻣﺎ ھو اﻟﺷﺄن ﻓﻲ‬ :‫ أو ﻗدرھﺎ ﺑﻣدة ﻣﺟﮭوﻟﺔ ﻛﻘوﻟﮫ‬،‫اﻷﻣﺛﻠﺔ اﻟﺳﺎﺑﻘﺔ‬

Perlu diketahui bahwa hukum haram dan tidak sahnya nikah kontrak adalah jika terjadi penyebutan jangka waktu tertentu di dalam proses ijabkabulnya. Adapun bila jangka waktu tersebut telah disepakati sebelumnya dan tidak menyinggungnya saat proses ijab-kabul maka hukum nikahnya sah namun makruh. Hal ini sebagaimana terdapat dalam teks kitab berikut ini.

‫أﻋطﯾك ﻛذا ﻋﻠﻰ أن أﺗﻣﺗﻊ ﺑك ﻣوﺳم اﻟﺣﺞ أو ﻣﺎ‬ ‫ ﻓﺈذا اﻧﻘﺿﻰ اﻷﺟل‬،‫أﻗﻣت ﻓﻲ اﻟﺑﻠد أو ﺣﺗﻰ ﯾﻘدم زﯾد‬ ‫اﻟﻣﺣدد وﻗﻌت اﻟﻔرﻗﺔ ﺑﻐﯾر طﻼق‬. ‫ذھب ﺟﻣﮭور اﻟﻔﻘﮭﺎء اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ واﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ واﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ‬ ‫واﻟﺣﻧﺎﺑﻠﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺻﺣﯾﺢ ﻣن اﻟﻣذھب إﻟﻰ ﺣرﻣﺔ ﻧﻛﺎح‬ ‫اﻟﻣﺗﻌﺔ وﺑطﻼن ﻋﻘده‬. ‫ اﻟﻧﻛﺎح اﻟﻣؤﻗت‬:‫اﻟﺳﺎﺑﻊ‬: ‫ﺻرح اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ ﺑﺄن اﻟﻧﻛﺎح اﻟﻣؤﻗت ھو أن ﯾﺗزوج‬ ‫اﻣرأة ﺑﺷﮭﺎدة ﺷﺎھدﯾن ﻋﺷرة أﯾﺎم أو ﺷﮭرا أو ﺳﻧﺔ‬ ‫واﻟﻔرق ﺑﯾن ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ واﻟﻧﻛﺎح‬. ‫وﻧﺣو ذﻟك‬ ،‫اﻟﻣؤﻗت ﺑذﻛر ﻟﻔظ اﻟﺗزوج ﻓﻲ اﻟﻣؤﻗت دون اﻟﻣﺗﻌﺔ‬ ‫ ﻛل‬:‫ وﻓﻲ اﻟﻣﺣﯾط‬،‫وﻛذا ﺑﺎﻟﺷﮭﺎدة ﻓﯾﮫ دون اﻟﻣﺗﻌﺔ‬ ‫ ﻻ ﺗﻛون اﻟﻣﺗﻌﺔ إﻻ‬:‫ وﻗﺎل زﻓر‬،‫ﻧﻛﺎح ﻣؤﻗت ﻣﺗﻌﺔ‬ ‫ﺑﻠﻔظﮭﺎ‬. ‫ﻓﻘد ذھب اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ واﻟﺣﻧﺎﺑﻠﺔ وأﺑو ﺣﺳن ﻣن اﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ‬ ‫واﻟﺑﻠﻘﯾﻧﻲ وﺑﻌض اﻟﻣﺗﺄﺧرﯾن ﻣن اﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ إﻟﻰ أﻧﮫ‬ ‫ﻟو أﺟل اﻟﻧﻛﺎح ﺑﺄﺟل ﻻ ﯾﺑﻠﻐﺎﻧﮫ ﺻﺢ اﻟﻧﻛﺎح ﻛﺄﻧﮫ ذﻛر‬ ‫اﻷﺑد ﻷن اﻟﻧﻛﺎح اﻟﻣطﻠﻖ ﻻ ﯾزﯾد ﻋﻠﻰ ذﻟك واﻟﺗﺻرﯾﺢ‬ ‫ وذھب اﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ ﻓﻰ‬،...‫ﺑﻣﻘﺗﺿﻰ اﻹطﻼق ﻻ ﯾﺿر‬ ‫اﻟﻣذھب واﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ ﻋدا اﻟﺑﻠﻘﯾﻧﻲ إﻟﻰ أن اﻟﻧﻛﺎح إﻟﻰ‬ ‫ ﻓﺈن أﺟل إﻟﻰ أﺟل ﯾﺑﻠﻐﺎﻧﮫ ﻛﻣﺎ‬.‫أﺟل ﻻ ﯾﺑﻠﻐﺎﻧﮫ ﺑﺎطل‬ ‫ﻟو ﻗﺎل أﺗزوﺟك ﻋﺷرة أﯾﺎم أو ﻧﺣو ذﻟك ﻓﺈﻧﮫ ﻧﻛﺎح‬ ‫ﻓﺎﺳد ﻋﻧد ﻓﻘﮭﺎء اﻟﺣﻧﻔﯾﺔ )ﻋدا زﻓر( واﻟﻣﺎﻟﻛﯾﺔ‬

‫ أي‬:‫ وﻻ ﻣﻊ ﺗﺄﻗﯾت( ﻣﻌطوف ﻋﻠﻰ ﻣﻊ ﺗﻌﻠﯾﻖ‬:‫)ﻗوﻟﮫ‬ ‫ أي ﺣﯾث‬:‫ ﻗﺎل ع ش‬.‫وﻻ ﯾﺻﺢ اﻟﻧﻛﺎح ﻣﻊ ﺗوﻗﯾﺗﮫ‬ ‫ أﻣﺎ ﻟو ﺗواﻓﻘﺎ ﻋﻠﯾﮫ ﻗﺑل‬،‫وﻗﻊ ذﻟك ﻓﻲ ﺻﻠب اﻟﻌﻘد‬ ‫ ﻟﻛن ﯾﻧﺑﻐﻲ ﻛراھﺗﮫ‬،‫وﻟم ﯾﺗﻌرﺿﺎ ﻟﮫ ﻓﻲ اﻟﻌﻘدﻟم ﯾﺿر‬ Bila merujuk kepada bentuk jangka waktu dalam nikah kontrak yang dipandang oleh sebagian ulama sebagai bentuk yang tidak membatalkan akadnya, yaitu jangka waktu yang tidak mungkin dicapai oleh suami-isteri dalam kehidupannya, nampaknya bentuk seperti ini sulit ditemukan dalam praktek nikah kontrak yang marak terjadi belakangan ini khususnya di Indonesia saat musim liburan, karena yang marak terjadi adalah membatasinya dengan batas yang relatif singkat. Berdasarkan asumsi ini maka tidak terdapat peluang bagi sahnya nikah kontrak yang terjadi selama ini, kecuali dengan mencari celah seperti menyepakati jangka waktunya di luar akad, yakni sebelum ijab-kabul. Meskipun demikian, praktek nikah kontrak sangat tidak pantas dilakukan karena mengandung unsur merendahkan perempuan dan lari dari tanggung-jawab yang merupakan akibat hukum pernikahan itu sendiri.

‫واﻟﺷﺎﻓﻌﯾﺔ واﻟﺣﻧﺎﺑﻠﺔ ﺑﺎﻋﺗﺑﺎره أﻧﮫ ﻋﻧدھم ﻣن ﺻور‬ ‫ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ‬. ‫)وﻻ ﺑﺗوﻗﯾﺗﮫ( ﺑﻣدة ﻣﻌﻠوﻣﺔ أو ﻣﺟﮭوﻟﺔ ﻓﯾﻔﺳد‬ ‫أوﻻ رﺧﺻﺔ‬ ّ ‫ وﺟﺎز‬.‫ﻟﺻﺣﺔ اﻟﻧﮭﻲ ﻋن ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ‬ ‫ﺣرم ﻋﺎم ﺧﯾﺑر ﺛم ﺟﺎز ﻋﺎم اﻟﻔﺗﺢ وﻗﯾل‬ ّ ‫ﻟﻠﻣﺿطر ﺛم‬ ‫ﺣرم أﺑدا ﺑﺎﻟﻧص اﻟﺻرﯾﺢ اﻟذي ﻟو‬ ّ ‫ﺣﺟﺔ اﻟوداع ﺛم‬ ‫ﺑﻠﻎ اﺑن ﻋﺑﺎس ﻟم ﯾﺳﺗﻣر ﻋﻠﻰ ﺣﻠﮫ ﻣﺧﺎﻟﻔﺎ ﻛﺎﻓﺔ‬ ‫اﻟﻌﻠﻣﺎء‬. ‫زوﺟﺗﻛﮭﺎ ﻣدة ﺣﯾﺎﺗك أو ﻣدة‬ ّ ‫وﻟﯾس ﻣﻧﮫ ﻣﺎ ﻟو ﻗﺎل‬ ،‫ﺣﯾﺎﺗﮭﺎ ﻷﻧﮫ ﻣﻘﺗﺿﻰ اﻟﻌﻘد ﺑل ﯾﺑﻘﻰ أﺛره ﺑﻌد اﻟﻣوت‬ ،‫وﯾﻠزﻣﮫ ﻓﻰ ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ اﻟﻣﮭر واﻟﻧﺳب واﻟﻌدة‬ ‫ ﻓﺈن ﻋﻘد ﺑﯾﻧﮫ‬،‫وﯾﺳﻘط اﻟﺣد إن ﻋﻘد ﺑوﻟﻲ وﺷﺎھدﯾن‬ ‫ وﺣﯾث وﺟب اﻟﺣد‬،‫وﺑﯾن اﻟﻣرأة وﺟب اﻟﺣد إن وطﺊ‬ ‫ﻟم ﯾﺛﺑت اﻟﻣﮭر وﻻ ﻣﺎ ﺑﻌده‬

32

RTA ACEH UTARA

4. Nikah Misyar Dalam bahasa Arab, pada dasarnya kata “misyar” (‫)اﻟﻤﺴﻴﺎر‬ merupakan kata yang jarang dikenal disebabkan kata tersebut berasal dialek masyarakat pedalaman (baduwi). Ketika kata “misyar” mulai dikenal secara umum, sebagian ahli bahasa mengartikannya dengan “memberi kemudahan”. Sebagian lainnya mengartikannya dengan “berjalan”, dan sebagian lainnya memberi arti “berkunjung pada siang hari”. Bila dikaitkan dengan kata “nikah” maka melahirkan arti “nikah yang mengandung pemberian kemudahan, dan pelakunya berjalan untuk kunjungan pada siang hari. Alasan penamaan nikah tersebut dengan misyar karena suami dalam

ikatan nikah ini hanya memberikan kemudahan hidup kepada isteri dan mengunjunginya pada siang hari saja. Artinya, suami dan isteri tidak tinggal bersama, sebagaimana layaknya pernikahan yang dilakukan secara umum. Sejauh penelusuran penulis, di dalam literatur fikih klasik tidak ditemukan istilah nikah misyar. Istilah ini baru dapat ditemukan di dalam literatur fikih kontemporer. Sebagian ulama kontemporer malah menyatakan bahwa nikah misyar merupakan istilah baru yang muncul dalam bidang pernikahan, di mana para ulama terdahulu memang tidak membahasnya. Atas dasar inilah definisi nikah misyar hanya dapat ditemukan di dalam fikih kontemporer karena praktek nikah dengan nama misyar ini berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, meskipun praktek yang mirip dengannya sudah ada sejak dulu, hanya saja pada masa terdahulu tidak diberikan nama khusus untuk pernikahan semacam ini. Dalam istilah fikih kontemporer, nikah misyar adalah sebuah pernikahan yang memenuhi syarat dan rukun secara syar’i, hanya saja isteri mengabaikan dan tidak menuntut sebagian haknya yang telah ditetapkan di dalam hukum pernikahan. Definisi ini memberikan gambaran bahwa pada hakikatnya nikah misyar dilaksanakan oleh seorang laki-laki dengan akad yang benar, mencukupi rukun dan syaratnya, hanya saja sang isteri rela mengalah dari beberapa haknya seperti mendapatkan tempat tinggal yang disiapkan oleh suaminya, nafkah, dan hak giliran bermalam suami secara pembagian yang adil antara dia dengan isteri yang lainnya. Sang isteri dalam pernikahan ini merasa cukup dengan kunjungan suaminya dalam waktu-waktu yang telah disepakati sebelumnya saja. Dengan demikian, secara syar’i tidak nampak kecacatan dalam pelaksanaan nikah misyar. Namun, sikap kerelaan isteri dapat memberikan keringanan bagi suami untuk tidak memenuhi sebagian tanggung-jawabnya.

KAJIAN Fenomena praktik pernikahan misyar ini muncul pertama kali di daerah al-Qashim Arab Saudi, kemudian berkembang pesat di kalangan masyarakat Timur Tengah lainnya. Adapun faktor utama yang memicu muncul dan merebaknya praktek nikah misyar adalah makin banyaknya wanita yang belum menikah padahal usia mereka sudah mencukupi, atau mereka sudah pernah menikah tetapi ditinggal mati atau diceraikan oleh suaminya. Di samping itu, mereka juga didorong oleh hasrat seksual yang tinggi, atau kebutuhan akan seseorang pendamping dalam hidupnya. Ini faktor pendorong dari pihak wanita. Adapun faktor pendorong dari pihak laki-laki adalah kuatnya gejolak nafsu seksual pada sebagian orang sehingga tak cukup dengan menikahi seorang wanita saja, namun di sisi lain ia tidak mampu membiayai pernikahan itu, membayar maharnya, menafkahi isterinya, atau memberinya rumah. Terkadang nikah misyar ini dipicu oleh penolakan isteri pertama bila suami ingin menikah lagi. Faktor lainnya mungkin berupa keinginan si lelaki untuk menguasai harta wanita yang dinikahinya jika wanita itu kaya, terlebih bila si wanita enggan berpisah darinya. Wanita seperti ini cenderung terus mengeluarkan hartanya dan memberikan kepada suaminya. Bisa juga faktor yang mendorong laki-laki melakukan nikah ini karena laki-laki menetap di daerah yang berjauhan dengan isterinya dikarenakan tuntutan pekerjaan. Adapun terkait hukumnya, para ulama kontemporer berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian ulama memandang sah nikah misyar disebabkan telah terpenuhinya syarat dan rukun secara syar’i. Adapun dari aspek tidak menunaikan sebagian tanggung-jawab, hal ini dianggap tidak menjadi kendala bagi sahnya nikah tersebut karena sang isteri telah merelakannya. Sebagian ulama yang lain memandang nikah misyar tidak sah, karena persyaratan berupa tidak menunaikan sebagian tanggungjawab dianggap bertentangan dengan sasaran yang ingin dicapai dalam sebuah pernikahan. Berikut ini kutipan pendapat ulama kontemporer terkait hukumnya.

‫ وﻗد ﺛﺎر ﺟدل ﺑﯾن اﻟﻌﻠﻣﺎء‬،...‫أوﻗﺎت ﯾﺗﻔﻘﺎن ﻋﻠﯾﮭﺎ‬ ‫ ﻓﻣﻧﮭم ﻣن رأى أﻧﮫ ﻧﻛﺎح ﺑﺎطل‬.‫ﺑﺎﻟﻧﺳﺑﺔ ﻟﮭذا اﻟزواج‬ ‫ وذﻟك ﻟﺣرﻣﺎن اﻟزوﺟﺔ ﻣن‬،‫ﻣﻊ ﺗواﻓر أرﻛﺎﻧﮫ‬ ‫ ﻓﻼ ﻗواﻣﺔ ﻓﯾﮫ ﻟﻠرﺟل وﻻ‬،‫اﻟﻌواطف واﻟﺣب واﻟﻣودة‬ ‫ وإﻧﻣﺎ ھو ﻓﻘط ﻹﺷﺑﺎع اﻟﻐرﯾزة اﻟﺟﻧﺳﯾﺔ ﻓﻰ‬،‫ﻣﺳؤﻟﯾﺔ‬ ‫اﻟوﻗت اﻟذي ﯾﺗﯾﺳر ﻟﮫ وﯾﺣن ﻋﻠﻰ زوﺟﺗﮫ ﺑﺎﻟوﯾﺎرة‬ ‫ وﻣن اﻟﻌﻠﻣﺎء ﻣن ﯾرى ﺻﺣﺔ ھذا‬.‫واﻟرؤﯾﺔ ﻓﯾﮫ‬ ‫اﻟزواج ﻷن أرﻛﺎن اﻟﻌﻘد ﻣﺗواﻓرة ﻓﯾﮫ وﻛذا ﺷروط ﻛل‬ ‫ وﻻ ﯾؤﺛر ﻓﻰ ﺻﺣﺗﮫ ﺗﻧﺎزل اﻟزوﺟﺔ ﻋن اﻟﺗﻔﻘﺔ‬،‫رﻛن‬ ‫أو اﻟﻣﺑﯾت ﻷﻧﮫ إذا ﺟﺎز اﻟﺗﻧﺎزل ﻋن اﻟﻣﮭر ﻟﻠزوج ﻓﻼ‬ ‫ﻣﺎﻧﻊ ﯾﻣﻧﻊ ﻣن ﺗﻧﺎزﻟﮭﺎ ﻋن اﻟﻧﻔﻘﺔ ﻛﻣﺎ أﻧﮫ ﯾﺟوز‬ .‫ﻟﻠزوﺟﺔ أن ﺗﺗﻧﺎزل ﻋن ﺣﻖ اﻟﻣﺑﯾت ﻟﻠزوﺟﺔ اﻟﺛﺎﻧﯾﺔ‬ ‫واﻟذي أراه أن زواج اﻟﻣﺳﯾﺎر زواج ﺻﺣﯾﺢ ﻟﺗواﻓر‬ ‫ واﻟﻣطﻠوب ھو أن ﯾﺗم رﺳﻣﯾﺎ‬،‫أرﻛﺎﻧﮫ وﺷروطﮫ‬ ‫وﯾﻌﻠم ﺑﮫ اﻟﺟﻣﯾﻊ ﻣﺣﺎﻓظﺔ ﻋﻠﻰ ﺳﻣﻌﺔ اﻟزوﺟﺔ ﺣﺗﻰ‬ ‫ﻻ ﺗﻌرض ﻧﻔﺳﮭﺎ ﻟﻛﻼم اﻟﻧﺎس ﺣﯾن ﯾرون رﺟﻼ ﯾدﺧل‬ ‫ أﻣﺎ ﻟو أﻋﻠن‬،‫ﻋﻠﯾﮭﺎ ﻓﻰ ﺑﯾﺗﮭﺎ ﻛل ﺷﮭر ﻣﺛﻼ ﻣرة‬ ‫أي‬ ّ ‫اﻟزواج ﻓﻼ ﺣرج ﻓﻰ ﻣﺟﯾﺋﮫ ودﺧوﻟﮫ ﻋﻠﯾﮭﺎ ﻓﻰ‬ ‫ وﷲ أﻋﻠم‬،‫وﻗت‬. ... ‫ اﻹﯾﺟﺎب‬:‫ﻓﺈذا وﺟدت ھذه اﻷﻣور اﻷرﺑﻌﺔ‬ ‫واﻟﻘﺑول ﻣن أھﻠﮭﻣﺎ واﻹﻋﻼم وﻟو ﻓﻰ ﺣده اﻷدﻧﻰ‬ ‫وﻋدم اﻟﺗوﻗﯾت واﻟﻣﮭر وﻟو ﺗﻧﺎزﻟت ﻋﻧﮫ اﻟﻣرأة ﺑﻌد‬ ‫ذﻟك ﻓﺎﻟزواج ﺻﺣﯾﺢ ﺷرﻋﺎ وإن ﺗﻧﺎزﻟت اﻟﻣرأة ﻓﯾﮫ‬ ‫ﻋن ﺑﻌض ﺣﻘوﻗﮭﺎ ﻣﺎ ﻋدا ﺣﻖ اﻟﺟﻣﺎع اﻟذي ﻻ ﯾﺟوز‬ ‫أن ﯾﺷرط ﻓﻰ اﻟﻌﻘد ﻷﻧﮫ ﺷرط ﯾﻧﺎﻓﻰ ﻣﻘﺻود اﻟﻌﻘد‬ ‫ وﻻ ﯾﻣﻠك اﻟﻔﻘﯾﮫ أن ﯾﺑطل ھذا اﻟﻌﻘد‬.‫ﻓﯾﺑطﻠﮫ‬ ‫اﻟﻣﺳﺗوﻓﻰ ﻷرﻛﺎﻧﮫ وﺷروطﮫ وﯾﻌﺗﺑر ھذا اﻻرﺗﺑﺎط‬ ‫ﻟوﻧﺎ ﻣن اﻟزﻧﻰ ﻟﻣﺟرد ﺗﻧﺎزل اﻟﻣرأة ﻓﯾﮫ ﻋن ﺑﻌض‬ ،‫ وھﻲ أدرى ﺑﻣﺻﻠﺣﺗﮭﺎ‬،‫ﺣﻘوﻗﮭﺎ ﻓﮭﻲ إﻧﺳﺎن ﻣﻛﻠف‬ ‫وﻗد ﺗرى ﻓﻔﻰ ﺿوء ﻓﻘﮫ اﻟﻣوازﻧﺎت ﺑﯾن اﻟﻣﺻﻠﺢ‬ ‫واﻟﻣﻔﺎﺳد أن زواﺟﮭﺎ ﻣن رﺟل ﯾﺄﺗﻰ إﻟﯾﮭﺎ ﻓﻰ ﺑﻌض‬ ‫اﻷوﻗﺎت ﻣن ﻟﯾل أوﻧﮭﺎر أوﻟﻰ وأﻓﺿل ﻣن ﺑﻘﺎﺋﮭﺎ‬ ‫ واﻟﻌﺎﻗل اﻟﺣﻛﯾم ھو اﻟذي‬.‫وﺣﯾدة ﻣﺣروﻣﺔ أﺑد اﻟدھر‬ ‫وﯾﻔوت‬ ‫ﯾﻌرف ﺧﯾر اﻟﺷرﯾن وﯾرﺗﻛب أﺧف اﻟﺿررﯾن‬ ّ ‫ ﻓﮭل ﯾﺟوز ﻟﻠﻣرأة أن ﺗﺗﻧﺎزل ﻋن‬.‫أدﻧﻰ اﻟﻣﺻﻠﺣﺗﯾن‬ ،‫ وھل ﯾؤﺛر ھذا ﻓﻰ ﺻﺣﺔ اﻟﻌﻘد؟‬،‫ﺑﻌض ﺣﻘوﻗﮭﺎ؟‬ ‫اﻋﺗﻘد أن ﻓﻘﯾﮭﺎ ﻻ ﯾﻣﻠك أن ﯾﻣﻧﻊ اﻟﻣرأة أن ﺗﺗﻧﺎزل‬ ‫ﻋن ﺑﻌض ﺣﻘوﻗﮭﺎ ﺑﻣﺣض إرادﺗﮭﺎ ﻟﻣﺻﻠﺣﺗﮭﺎ ھﻲ‬ ‫ ﻟﯾﺳت‬،‫ وھﻲ اﻣرأة ﺑﺎﻟﻐﺔ ﻋﺎﻗﻠﺔ رﺷﯾدة‬،‫اﻟﺗﻲ ﺗﻘدرھﺎ‬ ‫طﻔﻠﺔ وﻻ ﻣﺟﻧوﻧﺔ وﻻ ﺳﻔﯾﮭﺔ‬. ‫اﻋﺗﺑرت دار اﻹﻓﺗﺎء اﻟﻣﺻرﯾﺔ ﻓﻰ أﺣدث دراﺳﺔ‬ ‫ﻟﮭﺎ ﻣﺷروﻋﯾﺔ زواج اﻟﻣﺳﯾﺎر اﻟﺷﺎﺋﻊ ﻓﻰ ﺑﻌض‬ ‫اﻟدول اﻹﺳﻼﻣﯾﺔ اﻷﺧرى ﻣﺎ دام ﯾﺳﺗوﻓﻰ أرﻛﺎن‬ ‫اﻟﻧﻛﺎح وﺷروطﮫ إﻻ إذا ﻣﻧﻌﮫ اﻟﺣﺎﻛم ﺧﺷﯾﺔ أن ﯾؤدي‬ ‫اﻧﺗﺷﺎره إﻟﻰ ﺿرر أو ﻓﺳﺎد ﯾﮭدد اﻟﻣﺟﺗﻣﻊ‬ Dari uraian di atas jelaslah bahwa terkait hukum nikah misyar memang terjadi perbedaan pendapat ulama kontemporer. Bila melihat kepada bentuknya, nampaknya nikah misyar lebih dekat kepada menjadikan perempuan sebagai isteri simpanan. Meskipun ada pendapat ulama yang mengesahkan nikah misyar, namun pada satu sisi nikah ini merugikan kaum perempuan. Terlepas dari hal tersebut, jika ada orang yang ingin melakukannya dengan dorongan tertentu yang bisa diterima, paling tidak terdapat pendapat ulama yang membolehkannya.

5. Nikah Muhallil / Cina Buta Dalam aturan fikih munakahat, suami-isteri yang telah bercerai dengan cerai tiga dilarang melangsungkan pernikahan dan kembali hidup bersama kecuali mantan isteri telah melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain dan kemudian laki-laki tersebut menceraikannya. Laki-laki lain ini disebut muhallil dan laki-laki mantan suami disebut muhallal lah. Aturan dasar dalam fikih bahwa perkawinan dengan muhallil adalah perkawinan yang normal, layaknya perkawinan pasangan yang menikah pada umumnya. Artinya, perkawinan ini bukan dikondisikan dalam bentuk tertentu dan bukan pula sekedar formalitas. Namun kenyataan yang terjadi, sebagian pasangan yang telah bercerai tiga dan ingin kembali lagi hidup bersama menemui kendala hukum, yaitu belum menikahnya mantan istri dengan laki-laki muhallil. Akibatnya dicarilah seorang laki-laki sebagai muhallil dengan diberikan upah tertentu untuk menikahi mantan isteri sebagai mekanisme untuk menghalalkan kembali pernikahan antara muhallal lah dan mantan isterinya. Dalam prakteknya, pernikahan dengan muhallil disepakati oleh para pihak yang melangsungkannya sebagai pernikahan sementara, di mana setelah selesai menggauli mantan isteri muhallal lah, maka si muhallil langsung menceraikannya. Dalam sebagian khazanah fikih karya ulama Nusantara, laki-laki yang menjadi muhallil disebut dengan cina buta, sehingga pada sebagian dearah di Nusantara seperti di Aceh, pernikahan yang dijadikan sebagai mekanisme menghalalkan kembali antara suami-isteri yang telah bercerai tiga lebih populer dikenal dengan pernikahan cina buta. Akar historis penamaan muhallil dengan cina buta dalam konteks ke-Aceh-an khususnya, pada awal kejadian pernikahan model ini di Negeri Aceh, tidak ada laki-laki yang mau bertindak sebagai muhallil, lantas diajaklah seorang mu`allaf etnis Cina yang kebetulan matanya buta untuk menjadi muhallil dengan upah tertentu. Laki-laki Cina tersebut pun mau bekerja sama, lantas proses pernikahan itu berlangsung sukses.

‫زواج اﻟﻣﺳﯾﺎر‬ ‫زواج اﻟﻣﺳﯾﺎر زواج ﺗﺗواﻓر ﻓﯾﮫ ﺟﻣﯾﻊ أرﻛﺎن‬ ‫ﻋﻘد اﻟزواج ﻟﻛن اﻟزوﺟﺔ ﺗﺗﻧﺎزل ﻓﯾﮫ ﻋن ﺑﻌض‬ ‫ وﺗﻛﺗﻔﻲ ﻟﮭﺎ ﻓﻰ‬،‫ﺣﻘوﻗﮭﺎ ﻛﺣﻖ اﻟﻧﻔﻘﺔ وﺣﻖ اﻟﻣﺑﯾت‬

33

KAJIAN Dikarenakan laki-laki pertama yang mau menjadi muhallil di Aceh merupakan seorang etnis Cina yang buta, maka dikenallah pernikahan model ini dengan pernikahan cina buta. Adapun terkait hukum pernikahan yang dikondisikan untuk menghalalkan kembali hubungan antara suami dan isteri yang telah bercerai tiga atau nikah cina buta menurut mazhab Syafi’i adalah bahwa jika memenuhi semua syarat dan rukun nikah yang terdiri dari wali, saksi, serta tidak mensyaratkan di dalam ijab-kabulnya sesuatu yang dapat merusak akadnya, “seperti setelah berhubungan intim langsung diceraikan”, atau “pernikahan itu bersifat sementara saja” atau lainnya, maka pernikahan itu sah secara syar’i. Pernikahan itu baru batal jika persyaratan-persyaratan tersebut diucapkan di dalam proses ijabkabulnya. Adapun menyebutkannya sebelum akad tidak akan mengganggu kesahihan akad itu sendiri karena perjanjian di luar akad sifatnya tidak mengikat dan tidak punya kekuatan hukum. Namun demikian, penyebutan syarat itu sebelum akad dihukumi makruh. Kesimpulan hukum di atas dapat dilihat di dalam beberapa teks kitab berikut ini. (‫)ﻓﺻل ﻓﻰ ﺑﯾﺎن اﻷﻧﻛﺣﺔ اﻟﻣﻛروھﺔ‬... ‫ﯾﺗزوﺟﮭﺎ ﻋﻠﻰ أن ﯾﺣﻠﻠﮭﺎ‬ ‫)وﻛﻧﻛﺎح اﻟﻣﺣﻠل ﺑﺄن‬ ّ ‫ﻟزوﺟﮭﺎ اﻷول ﺑﻌد طﻼﻗﮭﺎ ﺑﺷرطﮫ( ﺑﺄن ﺗﺧﻠو ﻋن‬ ‫ ھذا إن ﻋزم ﻋﻠﻰ ذﻟك وﻟم‬،‫ﺑﻘﯾﺔ اﻟﻣواﻧﻊ ﻛﺎﻟﻌدة‬ ‫ )ﻓﺈن ﺗزوﺟﮭﺎ ﺑﺷرط أﻧﮫ إذا وطﺋﮭﺎ طﻠﻘﮭﺎ‬.‫ﯾﺷرطﮫ‬ ‫ﺑطل اﻟﻧﻛﺎح( ﻷﻧﮫ ﺿرب ﻣن ةﻧﻛﺎح اﻟﻣﺗﻌﺔ‬. ‫ﺗزوﺟﮭﺎ ﺑﺷرط اﻟﺦ( أي ووﻗﻊ‬ ّ ‫)ﻗوﻟﮫ ﻓﺈن‬ ‫وﻟﯾﮭﺎ ﻣﻊ ﻣواﻓﻘﺗﮫ ھو‬ ّ ‫اﻟﺷرط ﻓﻰ ﺻﻠب اﻟﻌﻘد إﻣﺎ ﻣن‬ ‫ أﻣﺎ ﻟو ﺷرطﺎ ذﻟك ﻗﺑل اﻟﻌﻘد ﻓﻼ ﯾؤﺛر‬،‫أو ﻋﻛﺳﮫ‬ ‫ وإن ﺗواطﺂ‬،‫وﻛذا ﻟو أﺿﻣراه ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻌﻘد ﺑدون ﺷرط‬ ‫ ﻧﻌم ﯾﻛره ﺣﯾﻧﺋذ إذ ﻛل ﻣﺎ ﻟو ﺻرح ﺑﮫ‬،‫ﻋﻠﯾﮫ ﻗﺑﻠﮫ‬ ‫أﺑطل ﯾﻛون إﺿﻣﺎﻟره ﻣﻛروھﺎ‬. ‫وﺧرج ﺑﺎﻟﺻﺣﯾﺢ اﻟﻔﺎﺳد ﻛﻣﺎ ﻟو ﺷرط ﻋﻠﻰ‬ ‫اﻟزوج اﻟﺛﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺻﻠب اﻟﻌﻘد أﻧﮫ إذا وطﺊ طﻠﻖ أو‬ ‫ ﻓﺈن ھذا اﻟﺷرط ﯾﻔﺳد اﻟﻧﻛﺎح ﻓﻼ‬،‫ﻓﻼ ﻧﻛﺎح ﺑﯾﻧﮭﻣﺎ‬ ‫ وﻋﻠﻰ ھذا ﯾﺣﻣل ﻗوﻟﮫ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ‬،‫ﯾﺻﺢ اﻟﺗﺣﻠﯾل‬ ‫ﱠ‬ ّ ‫ ﺑﺧﻼف ﻣﺎ ﻟو‬،‫واﻟﻣﺣﻠل ﻟﮫ‬ ‫اﻟﻣﺣﻠل‬ ‫ ﻟﻌن ﷲ‬:‫وﺳﻠم‬ ‫ﺗواطﺄوا ﻋﻠﻰ ذﻟك ﻗﺑل اﻟﻌﻘد ﺛم ﻋﻘدوا ﻣن ﻏﯾر ﺷرط‬ ‫ﻣﺿﻣرﯾن ذﻟك ﻓﻼ ﯾﻔﺳد اﻟﻧﻛﺎح ﺑﮫ ﻟﻛﻧﮫ ﯾﻛره إذ ﻛل‬ ‫ ﺑﻛون إﺿﻣﺎره ﻣﻛروھﺎ‬،‫ﻣﺎ ﻟو ﺻرح ﺑﮫ أﺑطل‬. Perlu diingat, sahnya nikah cina buta bukan hanya terpenuhinya ketentuan di atas, tetapi juga tergantung kepada ketentuan lain yang wajib dipenuhi. Ketentuan tersebut adalah harus adanya hubungan intim antara muhallil dan isteri tahlil-nya, yang dilakukan dengan kondisi zakar yang ereksi meskipun ereksi yang tidak maksimal, dengan ukuran mampu menghilangkan keperawanan isteri

34

RTA ACEH UTARA

tahlil-nya jika isteri itu masih perawan. Berdasarkan ketentuan ini, di dalam kenyataan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat perlu dipastikan adanya ereksi muhallil saat berhubungan intim dengan isteri tahlil-nya, karena di sebagian tempat, pernikahan cina buta terkadang dilaksanakan hanya sebagai formalitas saja tanpa memastikan terwujudnya ketentuan tersebut. Orang yang diajak sebagai muhallil terkadang secara fisik tidak mampu lagi berhubungan intim yang disertai ereksi. Fenomena ini tidak boleh dibiarkan karena berakibat kepada tidak sahnya nikah muhallil yang berakibat kepada tidak sahnya nikah yang direncanakan selanjutnya antara muhallal lah dan mantan isterinya.

6. Nikah dalam Masa ‘Iddah Salah satu syarat sahnya pernikahan adalah bahwa calon isteri terbebas dari ‘iddah pada saat nikah dilangsungkan. Artinya, calon isteri bukan sedang menjalani masa menahan diri yang diistilahkan dengan’iddah. Seandainya calon isteri sedang dalam masa ‘iddah ketika pernikahan dilangsungkan maka pernikahan itu haram dan tidak sah, kecuali dinikahkan kepada laki-laki yang menceraikan perempuan tersebut dengan cerai raj’i atau cerai ba`in yang bukan dengan bilangan tiga dan bukan melalui cara li’an, sehingga si perempuan wajib ber-‘iddah karenanya. Berikut ini penjelasan ulama terkait hal ini. ‫ ﺧﻠو ﻣن ﻧﻛﺎح وﻋدة( أي وﻟو ﺑﺎدﻋﺎﺋﮭﺎ‬:‫)ﻗوﻟﮫ‬ ‫ ﻓﺈن‬،‫ﻓﯾﺟوز ﺗزوﯾﺟﮭﺎ ﻣﺎ ﻟم ﯾﻌرف ﻟﮭﺎ ﻧﻛﺎح ﺳﺎﺑﻖ‬ ‫ﻋرف ﻟﮭﺎ وادﻋت أن زوﺟﮭﺎ طﻠﻘﮭﺎ أو ﻣﺎت‬ ‫ وﻻ‬،‫ ﺟﺎز ﻟوﻟﯾﮭﺎ اﻟﺧﺎص ﺗزوﯾﺟﮭﺎ‬،‫واﻧﻘﺿت ﻋدﺗﮭﺎ‬ ‫ﯾزوﺟﮭﺎ اﻟوﻟﻲ اﻟﻌﺎم وھو اﻟﺣﺎﻛم إﻻ ﺑﻌد ﺛﺑوت ذﻟك‬ ‫ وﻗوﻟﮫ ﻣن‬.‫ اه ﺑﺟﯾرﻣﻲ ﺑﺗﺻرف‬.‫ﻋﻧده ﻛﻣﺎ ﻗﺎل ز ي‬ ‫ أي ﻋدة ﺣﺎﺻﻠﺔ‬:‫ اﻟﺟﺎر واﻟﻣﺟرور ﺻﻔﺔ ﻟﻌدة‬:‫ﻏﯾره‬ ‫ وﺧرج ﺑﮫ اﻟﻣﻌﺗدة ﻣﻧﮫ ﻓﻔﯾﮭﺎ‬.‫ﻟﮭﺎ ﻣن ﻏﯾر اﻟزوج‬ ‫ ﻓﺈن ﻛﺎن اﻟطﻼق رﺟﻌﯾﺎ أو ﺑﺎﺋﻧﺎ ﺑدون اﻟﺛﻼث‬،‫ﺗﻔﺻﯾل‬ ‫ وﻣﻌﻧﻰ‬.‫ وإﻻ ﻓﻼ‬،‫واﻟﻠﻌﺎن ﺻﺢ اﻟﻧﻛﺎح ﻓﻲ اﻟﻌدة‬ ‫ﺻﺣﺗﮫ ﻓﻲ اﻟرﺟﻌﯾﺔ رﺟوﻋﮭﺎ ﻣن ﻏﯾر ﻋﻘد‬. (‫ )و‬... (‫)و( ﺷرط )ﻓﻲ اﻟزوﺟﺔ ﺧﻠو ﻣن ﻧﻛﺎح‬ ‫ﻣن )ﻋدة( ﻣن ﻏﯾره ﻓﻼ ﯾﺻﺢ ﻧﻛﺎح اﻟﻣﻌﺗدة ﻣن‬ ‫ﻏﯾره ﻟﺗﻌﻠﻖ ﺣﻖ اﻟﻐﯾر ﺑﮭﺎ ﺑﺧﻼف اﻟﻣﻌﺗدة ﻣن اﻟﻧﺎﻛﺢ‬ ‫ﻷن اﻟﻣﺎء ﻟﮫ ﺳواء ﻛﺎﻧت اﻟﻌدة ﻋن وﻓﺎة ﻣطﻠﻘﺎ أو‬ ‫ﻋن طﻼق ﺑﻌد اﻟدﺧول أو ﻋن وطء ﺷﺑﮭﺔ ﻛﺄن ظﻧﮭﺎ‬ ‫أﻣﺗﮫ وﻻ ﯾﺻﺢ ﻧﻛﺎح اﻟﻣﺷﻛوﻛﺔ ﻓﻲ اﻧﻘﺿﺎء اﻟﻌدة‬ ‫وﻧﻛﺎح اﻟﻣرﺗﺎﺑﺔ ﻓﻲ وﺟود اﻟﺣﻣل ﻗﺑل اﻧﻘﺿﺎء ﻋدﺗﮭﺎ‬ ‫ﻓﻠو ﻧﻛﺣﮭﺎ رﺟل ﺑﻌد اﻧﻘﺿﺎء ﻋدﺗﮭﺎ واﻟرﯾﺑﺔ اﻟﺗﻲ‬ ‫وﺟدت ﻓﻲ اﻟﻌدة ﻣوﺟودة ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻌﻘد ﺛم ﺑﺎن أﻧﮫ ﻻ‬ ‫ﺣﻣل ﻓﺎﻟﻧﻛﺎح ﺑﺎطل ﺑﺧﻼف ﻣﺎ ﻟو ﻧﻛﺣت ﺑﻌد اﻟﻌدة‬ ‫وﻟﯾس ھﻧﺎك رﯾﺑﺔ ﺛم طرأت ﻓﺎﻟﻧﻛﺎح ﺻﺣﯾﺢ وﻛذا ﻟو‬ ‫اﻧﻘﺿت وﻻ رﯾﺑﺔ ﺛم طرأت ﺛم ﻧﻛﺣت ﻓﺈﻧﮫ ﺻﺣﯾﺢ‬ ‫أﯾﺿﺎ ﻓﻣﺗﻰ وﻗﻌت اﻟرﯾﺑﺔ ﺑﻌد اﻟﻌدة ﻓﻼ ﯾﺿر ﺳواء‬ ‫وﻗﻌت ﻗﺑل اﻟﻧﻛﺎح أو ﺑﻌده ﻟﻛن ﯾﺳن اﻟﺻﺑر ﻋن‬ ‫اﻟﻧﻛﺎح ﻟﺗزول اﻟرﯾﺑﺔ‬

7. Nikah Beda Agama Pernikahan beda agama yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah bahwa salah seorang dari calon mampelai menganut agama Islam, sementara yang satu lagi menganut agama yang lain. Dalam fikih munakahat, terkait pernikahan beda agama tidak disamakan antara perempuan muslimah dan laki-laki muslim. Perempuan muslimah haram dan tidak sah menikah dengan lakilaki non-muslim, baik non-muslim dari kalangan kafir yang berpegang pada kitab (kitabi) maupun kafir lainnya. Sedangkan laki-laki muslim dilarang menikahi sebagian perempuan kafir dan dibolehkan menikahi sebagian lainnya dengan persyaratan yang diatur sedemikian rupa. Perempuan kafir yang dilarang bagi laki-laki muslim adalah perempuan kafir yang bukan dari kalangan ahli kitab seperti kafir penyembah api (Majusi), penyembah berhala (Watsani) dan lain-lain. Sedangkan yang dibolehkan adalah perempuan dari kalangan ahli kitab yang murni. Yang dimaksudkan dengan ahli kitab adalah kafir yang menganut agama berdasarkan kitab samawi, yang dalam hal adalah Yahudi karena mereka berpegang pada kitab Taurat, dan Nasrani karena mereka berpegang pada kitab Injil. Sedangkan yang dimaksudkan dengan “murni” adalah bukan peranakan dari ahli kitab dan lainnya. Adapun dari segi suku-bangsa, ahli kitab mencakup bangsa Bani Israil dan lainnya. Kebolehan bagi laki-laki muslim menikahi perempuan ahli kitab mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut:Disyaratkan pada menikahi perempuan bangsa Bani Israil bahwa tidak meyakini kakek buyut mereka masuk agama yang dianutnya sebelum datangnya agama baru yang membatalkan ajaran agama mereka. Persyaratan ini melahirkan dua makna. Pertama, meyakini kakek buyut mereka masuk ke dalam agama yang dianutnya sebelum datang agama baru yang membatalkan agama mereka. Kedua, meragukan apakah kakek buyut mereka masuk agama yang dianutnya sebelum datangnya agama baru yang membatalkan agama mereka atau sesudahnya, meskipun meyakini kakek buyut mereka masuk ke dalam agama yang dianutnya setelah kitab mereka dirubah atau setelah datangnya agama baru yang tidak membatalkan ajaran agama mereka.

KAJIAN Contohnya, syariat Nabi Isa membatalkan Syariat Nabi Musa, padahal kedua syariat tersebut dianut oleh Bani Israil. Contoh lainnya seperti syariat Nabi Muhammad SAW membatalkan syariat Nabi Isa, karena syariat Nabi Muhammad ditujukan kepada semua umat manusia, termasuk Bani Israil. Adapun syariat yang berada di antara Nabi Musa dan Nabi Isa tidak berfungsi membatalkan syariat Nabi Musa, contohnya syariat Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, di mana kedua syariat ini diperintahkan untuk menyampaikan isi kitab Taurat. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa syariat yang membatalkan agama kaum Bani Israil ada dua, yaitu: pertama syariat Nabi Isa dan kedua syariat Nabi Muhammad SAW. Adapun jika meyakini kakek buyut perempuan Bani Israil menganut agama mereka setelah datang agama baru yang membatalkan agama mereka, maka tidak sah terhadap laki-laki muslim mengawini mereka.Disyaratkan pada menikahi perempuan selain Bani Israil, seperti bangsa Rum bahwa meyakini kakek buyut mereka masuk agama yang dianutnya sebelum datangnya agama baru yang membatalkannya, meskipun saat itu kitab pegangan mereka telah dirubah, selama mereka menjauhi kitab yang telah mengalami perubahan tersebut. Adapun jika kakek buyut perempuan tersebut diyakini menganut agama mereka sesudah datang syariat baru yang membatalkan agama mereka maka tidak boleh mengawini mereka oleh laki-laki muslim, apakah saat itu kitab telah dirubah atau belum. Demikian juga tidak sah jika kakek buyut mereka menganut agama tersebut sebelum datang agama yang membatalkan agama mereka padahal saat itu kitab telah dirubah dan mereka tidak menjauhinya. Adapun yang dimaksudkan dengan kakek buyut pada dua poin di atas adalah kakek pertama yang memungkinkan untuk penisbatan si perempuan kepadanya dan dikenali kabilah atau klan si perempuan dengannya, meskipun kakek tersebut berada pada garis ibu.Kesimpulan hukum di atas dapat dipahami dari teks kitab berikut ini: ‫ﻣﺟوﺳﯾﺔ وإن‬ ‫)ﻻ ﯾﺣل( ﻟﻣﺳﻠم ﻧﻛﺎح ﻛﺎﻓرة وﻟو‬ ّ ‫ﻛﺗﺎﺑﯾﺔ ﺧﺎﻟﺻﺔ( ذﻣﯾﺔ ﻛﺎﻧت أو‬ ‫ﻟﮭﺎ ﺷﺑﮭﺔ ﻛﺗﺎب )إﻻ‬ ّ ‫)واﻟﻛﺗﺎﺑﯾﺔ ﯾﮭودﯾﺔ أو‬ ،...‫ﺣرﺑﯾﺔ ﻓﯾﺣل ﻧﻛﺎﺣﮭﺎ‬ ّ ‫ﻧﺻراﻧﯾﺔ( ﻻ ﻣﺗﻣﺳﻛﺔ ﺑزﺑور داود وﻧﺣوه ﻛﺻﺟف‬ ّ ‫ﺷﯾث وإدرﯾس وإﺑراھﯾم ﻋﻠﯾﮭم اﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻓﻼ‬ ‫ ﻗﯾل ﻷن ذﻟك ﻟم ﯾﻧزل ﺑﻧظم ﯾدرس وﯾﺗﻠﻰ‬،‫ﺗﺣل ﻟﻣﺳﻠم‬ ‫ وﻗﯾل ﻷﻧﮫ ﺣﻛم وﻣواﻋظ‬،‫وإﻧﻣﺎ أوﺣﻲ ﻋﻠﯾﮭم ﻣﻌﺎﻧﯾﮫ‬ ‫اﻟﻛﺗﺎﺑﯾﺔ وﻏﯾرھﺎ‬ ‫ وﻓرق اﻟﻘﻔﺎل ﺑﯾن‬،‫ﻻأﺣﻛﺎم وﺷراﺋﻊ‬ ّ

‫ وﻏﯾرھﺎ ﻓﯾﮭﺎ‬،‫ﺑﺄن ﻓﯾﮭﺎ ﻧﻘﺻﺎ واﺣدا وھو ﻛﻔرھﺎ‬ ‫ )ﺷرطﮫ( أى ﺣل ﻧﻛﺎح‬.‫ﻧﻘﺻﺎن اﻟﻛﻔر وﻓﺳﺎد اﻟدﯾن‬ ‫اﻟﻛﺗﺎﺑﯾﺔ اﻟﺧﺎﻟﺻﺔ )ﻓﻰ إﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ أن ﻻ ﯾﻌﻠم دﺧول‬ ّ ‫أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﻲ ذﻟك اﻟدﯾن ﺑﻌد ﺑﻌﺛﺔ ﺗﻧﺳﺧﮫ( وھﻲ‬ ‫ وذﻟك ﺑﺄن ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ‬،‫ﻧﺑﯾﻧﺎ‬ ّ ‫ﺑﻌﺛﺔ ﻋﯾﺳﻰ أو‬ ‫ﻗﺑﻠﮭﺎ أو ﺷك وإن ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ ﺑﻌد ﺗﺣرﯾﻔﮫ أو ﺑﻌد‬ ‫ﺑﻌﺛﺔ ﻻ ﺗﻧﺳﺧﮫ ﻛﺑﻌﺛﺔ ﻣن ﺑﯾن ﻣوﺳﻰ وﻋﯾﺳﻰ‬ ‫ ﺑﺧﻼف ﻣﺎ إذا ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ ﺑﻌدھﺎ‬،‫ﻟﺷرف ﻧﺳﺑﮭم‬ ‫ )وﻓﻰ ﻏﯾرھﺎ( أى ﻏﯾر‬.‫ﻟﺳﻘوط ﻓﺿﯾﻠﺗﮫ ﺑﮭﺎ‬ ‫اﻹﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ )أن ﯾﻌﻠم ذﻟك( أى دﺧول أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﻲ‬ ‫ذﻟك اﻟدﯾن )ﻗﺑﻠﮭﺎ( أى ﻗﺑل ﺑﻌﺛﺔ ﺗﻧﺳﺧﮫ )وﻟو ﺑﻌد‬ (‫اﻟﻣﺣرف‬ ‫ﺗﺣرﯾﻔﮫ إن ﺗﺟﻧﺑوا‬. ّ ‫)ﻗوﻟﮫ دﺧول أول آﺑﺎﺋﮭﺎ( اﻟﻣراد ﺑﺄول اﻵﺑﺎء‬ ‫ وﻓﻰ ﺷرح‬،‫اﻟذي ﺗﻧﺳب إﻟﯾﮫ وﻟو ﻣن ﺟﮭﺔ اﻷم‬ ‫اﻹرﺷﺎد ﻹﺑن ﺷرﯾف أن اﻟﻣراد ﺑﺎﻵﺑﺎء ﻣطﻠﻖ‬ ‫اﻷﺻول وﻟو ﺟدة وھو ﻗرﯾب ﺣﯾث ﻧﺳﺑت إﻟﯾﮭﺎ‬ ‫)ﻗوﻟﮫ وﻓﻰ ﻏﯾرھﺎ( ﻛﺎﻟروم‬...‫وﻋرﻓت ﻗﺑﯾﻠﺗﮭﺎ ﺑﮭﺎ‬. ‫)وﻻ ﺗﺣل ﻣﺳﻠﻣﺔ ﻟﻛﺎﻓر( ﺣرة ﻛﺎﻧت أو أﻣﺔ‬ ‫ﺑﺎﻹﺗﻔﺎق‬. ‫)ﺗﻧﺑﯾﮫ( اﻋﻠم أﻧﮫ ﯾﺷﺗرط أﯾﺿﺎ ﻓﻲ اﻟﻣﻧﻛوﺣﺔ‬ ‫ﻛوﻧﮭﺎ ﻣﺳﻠﻣﺔ أو ﻛﺗﺎﺑﯾﺔ ﺧﺎﻟﺻﺔ ذﻣﯾﺔ ﻛﺎﻧت أو‬ ‫ ﻓﯾﺣل ﻣﻊ اﻟﻛراھﺔ ﻧﻛﺎح اﻹﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ ﺑﺷرط‬،‫ﺣرﺑﯾﺔ‬ ‫أن ﻻ ﯾﻌﻠم دﺧول أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﻲ ذﻟك اﻟدﯾن ﺑﻌد ﺑﻌﺛﺔ‬ ‫ﻋﯾﺳﻰ ﻋﻠﯾﮫ اﻟﺳﻼم وإن ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ ﺑﻌد‬ ‫ وﻧﻛﺎح ﻏﯾرھﺎ ﺑﺷرط أن ﯾﻌﻠم دﺧول أول‬،‫اﻟﺗﺣرﯾف‬ ‫آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﯾﮫ ﻗﺑﻠﮭﺎ وﻟو ﺑﻌد اﻟﺗﺣرﯾف إن ﺗﺟﻧﺑوا‬ ‫اﻟﻣﺣرف‬. ‫ واﻟﻣراد ﺑﺄول‬:‫ أول آﺑﺎﺋﮭﺎ( ﻋﺑﺎرة م ر‬:‫)ﻗوﻟﮫ‬ ‫ وﻻ ﻧظر ﻟﻣن‬،‫آﺑﺎﺋﮭﺎ أول ﺟد ﯾﻣﻛن اﻧﺗﺳﺎﺑﮭﺎ إﻟﯾﮫ‬ ‫ وظﺎھر أﻧﮫ ﯾﻛﻔﻲ ھﻧﺎ ﺑﻌض آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻣن ﺟﮭﺔ‬.‫ﺑﻌده‬ ‫ أي اﻟذي ھو أﻧزل‬:‫ وﻗوﻟﮫ وﻻ ﻧظر ﻟﻣن ﺑﻌده‬.‫اﻷم اه‬ :‫ ﻓﻼ ﯾﺿر دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ ﺑﻌد اﻟﺑﻌﺛﺔ اﻟﻧﺎﺳﺧﺔ )ﻗوﻟﮫ‬،‫ﻣﻧﮫ‬ ‫ﻓﻲ ذﻟك اﻟدﯾن( أي اﻟذي ھﻲ ﻣﺗﻠﺑﺳﺔ ﺑﮫ وھو دﯾن‬ (‫ ﺑﻌد ﺑﻌﺛﺔ ﻋﯾﺳﻰ‬:‫اﻟﯾﮭودﯾﺔ أو اﻟﻧﺻراﻧﯾﺔ )ﻗوﻟﮫ‬ ‫ﻟﯾس ﺑﻘﯾد ﻓﺎﻟﻣراد ﺑﻌد ﺑﻌﺛﺔ ﺗﻧﺳﺧﮫ ﻛﺑﻌﺛﺔ ﻣوﺳﻰ‬ ‫ وﺑﻌﺛﺔ ﻋﯾﺳﻰ ﻓﺈﻧﮭﺎ ﻧﺎﺳﺧﺔ‬،‫ﻓﺈﻧﮭﺎ ﻧﺎﺳﺧﺔ ﻟﻣﺎ ﻗﺑﻠﮭﺎ‬ ‫ وﻛﺑﻌﺛﺔ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻓﺈﻧﮭﺎ ﻧﺎﺳﺧﺔ ﻟﺑﻌﺛﺔ‬،‫ﻟﺑﻌﺛﺔ ﻣوﺳﻰ‬ ‫ ﻓﺎﻟﺷراﺋﻊ اﻟﻧﺎﺳﺧﺔ ﺛﻼث ﻓﻼ ﻋﺑرة ﺑﺎﻟﺗﻣﺳك‬،‫ﻋﯾﺳﻰ‬ ‫ ﻓﻼ ﺗﺣل اﻟﻣﻧﺳوﺑﺔ إﻟﻰ ھذا‬،‫ﺑﻐﯾرھﺎ وﻟو ﻓﯾﻣﺎ ﺑﯾﻧﮭﺎ‬ ‫ وﺑﯾن ﻣوﺳﻰ وﻋﯾﺳﻰ أﻟف ﺳﻧﺔ وﺗﺳﻌﻣﺎﺋﺔ‬.‫اﻟﻐﯾر‬ ‫ وﺑﯾن ﻣوﻟد ﻋﯾﺳﻰ‬.‫ﺳﻧﺔ وﺧﻣس وﻋﺷرون ﺳﻧﺔ‬ ‫وھﺟرة ﻧﺑﯾﻧﺎ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم ﺳﺗﻣﺎﺋﺔ وﺛﻼﺛون‬ ‫ ذﻛره اﻟﺳﯾوطﻲ ﻓﻲ اﻟﺗﺣﺑﯾر ﻓﻲ ﻋﻠم‬،‫ﺳﻧﺔ‬ (‫ وإن ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ إﻟﺦ‬:‫ﻛذا ﻓﻲ ش ق )ﻗوﻟﮫ‬.‫اﻟﺗﻔﺳﯾر‬ ‫ﻏﺎﯾﺔ ﻓﻲ ﺣل ﻧﻛﺎح اﻹﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ اﻟﺗﻲ ﻟم ﯾﻌﻠم دﺧول‬ ‫ أي ﯾﺣل‬،‫أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﻲ ذﻟك اﻟدﯾن ﻗﺑل ﺑﻌﺛﺔ ﺗﻧﺳﺧﮫ‬ ‫ ﻗﺎل‬.‫ﻧﻛﺎﺣﮭﺎ وإن ﻋﻠم دﺧول أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﺑﻌد اﻟﺗﺣرﯾف‬ :‫ )ﻗوﻟﮫ‬.‫ أي وإن ﻟم ﯾﺟﺗﻧﺑوا اﻟﻣﺣرف اه‬:‫اﻟﺑﺟﯾرﻣﻲ‬ ‫ أي‬:‫وﻧﻛﺎح ﻏﯾرھﺎ( ﻣﻌطوف ﻋﻠﻰ ﻧﻛﺎح اﻹﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ‬ ‫ ﺑﺷرط‬:‫وﯾﺣل ﻧﻛﺎح اﻟﻛﺗﺎﺑﯾﺔ ﻏﯾر اﻹﺳراﺋﯾﻠﯾﺔ )ﻗوﻟﮫ‬ ‫أن ﯾﻌﻠم( أي ﺑﺎﻟﺗواﺗر أو ﺑﺷﮭﺎدة ﻋدﻟﯾن أﺳﻠﻣﺎ ﻻ‬ ‫ وﻗوﻟﮫ دﺧول‬.‫ﺑﻘول اﻟﻣﺗﻌﺎﻗدﯾن ﻋﻠﻰ اﻟﻣﻌﺗﻣد ز ي‬ ‫ أي‬:‫ وﻗوﻟﮫ ﻗﺑﻠﮭﺎ‬،‫ أي ﻓﻲ ذﻟك اﻟدﯾن‬:‫أول آﺑﺎﺋﮭﺎ ﻓﯾﮫ‬ ‫ واﺣﺗرز ﺑﮫ ﻋﻣﺎ إذاﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ‬،‫ﻗﺑل ﺑﻌﺛﺔ ﺗﻧﺳﺧﮫ‬ ‫ وﻗوﻟﮫ إن‬.‫ﺑﻌدھﺎ أو ﺷك ﻓﯾﮫ ﻓﺈﻧﮫ ﻻ ﯾﺻﺢ ﻧﻛﺎﺣﮭﺎ‬ ‫ ﻓﻠو ﻋﻠم دﺧوﻟﮫ ﻓﯾﮫ ﻗﺑﻠﮭﺎ وﺑﻌد‬:‫ﺗﺟﻧﺑوا اﻟﻣﺣرف‬ ‫اﻟﺗﺣرﯾف وﻟم ﯾﺗﺟﻧﺑوا اﻟﻣﺣرف ﻻ ﯾﺻﺢ أﯾﺿﺎ ﻧﻛﺎﺣﮭﺎ‬ Setelah memahami perempuan kafir yang dibolehkan nikah dengan laki-laki muslim, barangkali muncullah pertanyaan, apakah sekarang ini masih terdapat perempuan tersebut ataupun tidak. Menjawab pertanyaan ini bukanlah sesuatu mudah, mengingat kondisi kehidupan masyarakat dunia sekarang yang

berbeda dari kondisi masa lalu. Jika pada masa lalu orang-orang mengetahui asal-usulnya sampai pada kakek buyut yang jauh, sekarang tidak lagi demikian. Oleh sebab itu sangat sulit menemukan asal-usul seorang perempuan kitabi, apakah kakek buyutnya masuk agama Yahudi atau Nasrani sebelum atau sesudah datangnya agama baru yang membatalkan agama mereka. Lebih dari itu, kakek buyutnya pun kadang tidak diketahui secara jelas. Lain lagi halnya dengan masyarakat di Negara yang pada awalnya menganut animisme atau atheisme. Lantas datanglah para missionaris Kristen membawa agama Nasrani kepada mereka, padahal saat itu telah ada agama Islam. Jika masyarakat Negara tersebut menganut agama Nasrani saat itu maka dapat dipastikan bahwa mereka menganut agama Nasrani sesudah datang agama yang baru yang membatalkannya, yaitu agama Islam. Dengan kenyataan ini, maka perempuan mereka sudah pasti tidak boleh dinikahi oleh laki-laki muslim. Pada sisi yang lain, menikah dengan perempuan kitabi pada masa sekarang ini lebih banyak mudharatnya dari segi agama dibandingkan manfaatnya. Barangkali pertimbangan-pertimbangan itulah yang mendasari ulama di Indonesia memfatwakan haram dan tidak sah pernikahan antara laki-laki muslim dengan perempuan non-muslim secara umum, baik ulama secara personal, organisasi, maupun instansi Negara. Secara instansi, ketentuan ini ditetapkan dalam fatwa MUI pada MUNAS ke-2 Tahun 1980 dan fatwa Nomor 4 pada MUNAS ke-7 Tahun 2005. Isi kedua fatwa tersebut sama, yaitu 1). Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. 2). Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita ahli kitab, menurut qaul mu’tamad adalah haram dan tidak sah. Selain fatwa MUI, Undang-undang Perkawinan Tahun 1974 juga menutup peluang pernikahan beda agama.

Dalam pasal 2 ayat 1 ditegaskan bahwa “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu”.

35

KAJIAN Jadi, dalam konteks ke-Indonesiaan, tidak terdapat celah untuk legalitas pernikahan beda agama, karena selain telah ada fatwa ulama, juga terdapat aturan Negara yang memperkuat hukum agama. Aturan Negara seperti ini wajib ditaati oleh rakyat. Berdasarkan uraian ini, untuk masa sekarang jelaslah tidak sah perkawinan beda agama, meskipun dengan perempuan kitabi, lebih-lebih lagi di Indonesia.

8. Poligami Poligami adalah perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang isteri dalam waktu yang bersamaan. Dalam perspektif hukum Islam, poligami dibatasi sampai maksimal empat orang isteri. Hukum Islam tidak melarang poligami secara mutlak dan tidak memerintahkannya secara mutlak. Tetapi poligami dibolehkan dan diatur bagi orangorang yang memang memenuhi syarat untuk melakukannya. Pelaksanaan poligami harus didasari oleh terpenuhinya keadilan dan kemaslahatan di antara para pihak yang terlibat di dalamnya. Keadilan adalah perlakuan yang sama dari suami bagi para isterinya. Adapun bentuk keadilan yang disyaratkan adalah keadilan secara lahiriyah, bukan batiniyah. Objek keadilan lahiriyah itu meliputi bermalam (mabit), nafkah, pakaian (kiswah), tempat tinggal, dan membawa saat bepergian (safar). Adapun keadilan batiniyah tidak disyaratkan dalam bentuk yang konkrit, hanya saja suami wajib mengusahakannya sebatas kemampuan yang dimiliki, karena perkara batiniyah terikat dengan perasaan yang tidak mungkin

36

RTA ACEH UTARA

dipaksakan untuk berada dalam bentuk tertentu secara konkrit. Namun demikian, bukan berarti suami boleh mengabaikannya begitu saja, tetapi harus tetap memperhatikannya sejauh kemampuan yang dimiliki agar sasaran berumah-tangga yaitu hidup dalam keadaan berkasih-sayang dan saling mencintai dapat tercapai. Berikut ini teks kitab yang menjelaskan permasalahan tersebut.

‫ﺣﻛم ﺗﻌد اﻟزوﺟﺎت‬ :‫ ﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟﻰ‬،‫ﺗﻌدد اﻟزوﺟﺎت ﻣﺑﺎح ﻓﻲ أﺻﻠﮫ‬ ‫(وإن ﺧﻔﺗم أﻻ ﺗﻘﺳطوا ﻓﻲ اﻟﯾﺗﺎﻣﻰ ﻓﺎﻧﻛﺣوا ﻣﺎ طﺎب‬ (٣ :‫ﻟﻛم ﻣن اﻟﻧﺳﺎء ﻣﺛﻧﻰ وﺛﻼث ورﺑﺎع) )اﻟﻧﺳﺎء‬ ‫ إن ﺧﻔﺗم إذا ﻧﻛﺣﺗم اﻟﯾﺗﯾﻣﺎت أن ﻻ‬:‫وﻣﻌﻧﻰ اﻵﯾﺔ‬. ‫ﺗﻌدﻟوا ﻓﻲ ﻣﻌﺎﻣﻠﺗﮭن ﻓﻘد أﺑﯾﺢ ﻟﻛم أن ﺗﻧﻛﺣوا ﻏﯾرھن‬ ‫ وﻟﻛن ﻗد ﯾطرأ ﻋﻠﻰ اﻟﺗﻌدد ﻣﺎ‬.‫ﻣﺛﻧﻰ وﺛﻼث ورﺑﺎع‬ ‫ وذﻟك ﺗﺑﻌﺎ‬،‫ﯾﺟﻌﻠﮫ ﻣﻧدوﺑﺎ أو ﻣﻛروھﺎ أو ﻣﺣرﻣﺎ‬ ‫ﻻﻋﺗﺑﺎرات وأﺣوال ﺗﺗﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﺷﺧص اﻟذي ﯾرﯾد ﺗﻌدد‬ ‫اﻟزوﺟﺎت‬: ‫ ﻛﺄن‬:‫أـ ﻓﺈذا ﻛﺎن اﻟرﺟل ﺑﺣﺎﺟﺔ ﻟزوﺟﺔ أﺧرى‬ ‫ أو ﻛﺎﻧت زوﺟﺗﮫ اﻷوﻟﻰ‬،‫ﻛﺎن ﻻ ﺗﻌﻔﮫ زوﺟﺔ واﺣدة‬ ‫ﻣرﯾﺿﺔ أو ﻋﻘﯾﻣﺎ وھو ﯾرﻏب ﺑﺎﻟوﻟد وﻏﻠب ﻋﻠﻰ‬ ‫ ﻛﺎن ھذا اﻟﺗﻌدد‬،‫ظﻧﮫ أن ﯾﻘدر ﻋﻠﻰ اﻟﻌدل ﺑﯾﻧﮭﻣﺎ‬ ‫ وﻗد ﺗزوج ﻛﺛﯾر‬،‫ﻣﻧدوﺑﺎ ﻷن ﻓﯾﮫ ﻣﺻﻠﺣﺔ ﻣﺷروﻋﺔ‬ ‫ﻣن اﻟﺻﺣﺎﺑﺔ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻧﮭم ﺑﺄﻛﺛر ﻣن زوﺟﺔ‬ ‫واﺣدة‬. ‫ وإﻧﻣﺎ ﻟزﯾﺎدة‬،‫ب ـ إذا ﻛﺎن اﻟﺗﻌدد ﻟﻐﯾر ﺣﺎﺟﺔ‬ ‫ وﺷك ﻓﻲ ﻗدرﺗﮫ ﻋﻠﻰ إﻗﺎﻣﺔ اﻟﻌدل‬،‫اﻟﺗﻧﻌم واﻟﺗرﻓﯾﮫ‬ ‫ ﻷﻧﮫ‬،‫ﺑﯾن زوﺟﺎﺗﮫ ﻓﺈن ھذا اﻟﺗﻌدد ﯾﻛون ﻣﻛروھﺎ‬ ‫ وﻷﻧﮫ رﺑﻣﺎ ﻟﺣﻖ ﺑﺳﺑﺑﮫ ﺿرر ﻓﻲ‬،‫ﻟﻐﯾر ﺣﺎﺟﺔ‬ ‫اﻟزوﺟﺎت ﻣن ﻋدم ﻗدرﺗﮫ ﻋﻠﻰ اﻟﻌدل ﺑﯾﻧﮭن‬. ‫اﺷﺗرطت اﻟﺷرﯾﻌﺔ ﻹﺑﺎﺣﺔ‬: ‫ﻗﯾود إﺑﺎﺣﺔ اﻟﺗﻌدد‬ ‫اﻟﺗﻌدد ﺷرطﯾن ﺟوھرﯾﯾن‬ ‫ أي اﻟﻌدل‬:‫ ﺗوﻓﯾر اﻟﻌدل ﺑﯾن اﻟزوﺟﺎت‬- ١:‫ھﻣﺎ‬ ‫ وھو اﻟﺗﺳوﯾﺔ‬،‫اﻟذي ﯾﺳﺗطﯾﻌﮫ اﻹﻧﺳﺎن وﯾﻘدر ﻋﻠﯾﮫ‬ ‫ﺑﯾن اﻟزوﺟﺎت ﻓﻲ اﻟﻧواﺣﻲ اﻟﻣﺎدﯾﺔ ﻣن ﻧﻔﻘﺔ وﺣﺳن‬ ‫ )ﻓﺈن ﺧﻔﺗم أﻻ ﺗﻌدﻟوا‬:‫ ﻟﻘوﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬،‫ﻣﻌﺎﺷرة وﻣﺑﯾت‬ (‫ ذﻟك أدﻧﻰ أﻻ ﺗﻌوﻟوا‬،‫ﻓواﺣدة أو ﻣﺎ ﻣﻠﻛت أﯾﻣﺎﻧﻛم‬ ‫ ﻓﺈﻧﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ أﻣر ﺑﺎﻻﻗﺗﺻﺎر ﻋﻠﻰ‬،(٣/٤:‫)اﻟﻧﺳﺎء‬ ‫واﺣدة إذا ﺧﺎف اﻹﻧﺳﺎن اﻟﺟور وﻣﺟﺎﻓﺎة اﻟﻌدل ﺑﯾن‬ ‫ وﻟﯾس اﻟﻣراد ﺑﺎﻟﻌدل ﻛﻣﺎ ﺑﺎن ﻓﻲ أﺣﻛﺎم‬.‫اﻟزوﺟﺎت‬

‫اﻟزواج اﻟﺻﺣﯾﺢ ھو اﻟﺗﺳوﯾﺔ ﻓﻲ اﻟﻌﺎطﻔﺔ واﻟﻣﺣﺑﺔ‬ ‫ ﻓﮭوﻏﯾر ﻣراد ﻷﻧﮫ ﻏﯾر ﻣﺳﺗطﺎع وﻻ‬،‫واﻟﻣﯾل اﻟﻘﻠﺑﻲ‬ ‫ واﻟﺷرع إﻧﻣﺎ ﯾﻛﻠف ﺑﻣﺎ ھو ﻣﻘدور‬،‫ﻣﻘدور ﻷﺣد‬ ِّ ‫اﻟﺟﺑﻠﯾﺔ اﻟﻔطرﯾﺔ اﻟﺗﻲ ﻻ‬ ‫ ﻓﻼ ﺗﻛﻠﯾف ﺑﺎﻷﻣور‬،‫ﻟﻺﻧﺳﺎن‬ ‫ وﻟﻛن ﺧﺷﯾﺔ‬.‫ﺗﺧﺿﻊ ﻟﻺرادة ﻣﺛل اﻟﺣب واﻟﺑﻐض‬ ‫ ﻟذا ﺣذر ﻣﻧﮫ‬،‫ﺳﯾطرة اﻟﺣب ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻠب أﻣر ﻣﺗوﻗﻊ‬ ‫ )وﻟن ﺗﺳﺗطﯾﻌوا أن ﺗﻌدﻟوا‬:‫اﻟﺷرع ﻓﻲ اﻵﯾﺔ اﻟﻛرﯾﻣﺔ‬ ‫ﺑﯾن اﻟﻧﺳﺎء وﻟو ﺣرﺻﺗم ﻓﻼ ﺗﻣﯾﻠوا ﻛل اﻟﻣﯾل‬ ‫ وھو ﻛﻠﮫ‬،(١٢٩/٤:‫ﻓﺗذروھﺎ ﻛﺎﻟﻣﻌﻠﻘﺔ( )اﻟﻧﺳﺎء‬ ‫ﻟﺗﺄﻛﯾد ﺷرط اﻟﻌدل وﻋدم اﻟوﻗوع ﻓﻲ ﺟور اﻟﻧﺳﺎء‬ ‫ ﻓﻼ ھﻲ زوﺟﺔ ﺗﺗﻣﺗﻊ‬،‫ﺑﺗرك اﻟواﺣدة ﻛﺎﻟﻣﻌﻠﻘﺔ‬ ‫ واﻟﻌﺎﻗل ﻣن ﻗﱠدر‬.‫ﺑﺣﻘوق اﻟزوﺟﯾﺔ وﻻ ھﻲ ﻣطﻠﻘﺔ‬ ‫اﻷﻣور ﻗﺑل وﻗوﻋﮭﺎ وﺣﺳب ﻟﻼﺣﺗﻣﺎﻻت واﻟظروف‬ ‫ واﻵﯾﺔ ﺗﻧﺑﯾﮫ ﻋﻠﻰ ﺧطر اﻟﺑواﻋث‬،‫ﺣﺳﺎﺑﮭﺎ‬ ‫ وﻟﯾﺳت ﻛﻣﺎ زﻋم ﺑﻌﺿﮭم‬،‫واﻟﻌواطف اﻟداﺧﻠﯾﺔ‬ ‫ ﻓﻼ ﯾﺟوز اﻟﺗﻌدد‬،‫ﻟﺗﻘرﯾر أن اﻟﻌدل ﻏﯾر ﻣﺳﺗطﺎع‬ ‫ﻻﺳﺗﺣﺎﻟﺔ ﺗﺣﻘﻖ ﺷرط إﺑﺎﺣﺗﮫ‬. 2 - ‫ ﻻ ﯾﺣل ﺷرﻋﺎ ً اﻹﻗدام‬:‫اﻟﻘدرة ﻋﻠﻰ اﻹﻧﻔﺎق‬ ‫ﻋﻠﻰ اﻟزواج ﺳواء ﻣن واﺣدة أو ﻣن أﻛﺛر إﻻ ﺑﺗواﻓر‬ ‫اﻟﻘدرة ﻋﻠﻰ ﻣؤن اﻟزواج وﺗﻛﺎﻟﯾﻔﮫ واﻻﺳﺗﻣرار ﻓﻲ‬ ّ ‫أداء اﻟﻧﻔﻘﺔ اﻟواﺟﺑﺔ ﻟﻠزوﺟﺔ ﻋﻠﻰ اﻟزوج ﻟﻘوﻟﮫ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ ﻣن اﺳﺗطﺎع‬،‫ ﯾﺎ ﻣﻌﺷر اﻟﺷﺑﺎب‬: ‫ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬ ‫ ﻣؤﻧﺔ اﻟﻧﻛﺎح‬:‫ واﻟﺑﺎءة‬...‫ﻣﻧﻛم اﻟﺑﺎءة ﻓﻠﯾﺗزوج‬

Bila suami tidak bersikap adil terhadap para isterinya maka ia dikategorikan sebagai orang yang berbuat zalim. Oleh karena itu bagi orang yang merasa dirinya tidak mampu berbuat adil lebih baik tidak berpoligami demi menghindari dosa yang mengintainya. Lebih-lebih lagi jika berpoligami dengan didasari oleh hawa nafsu semata, namun membungkusnya dengan slogan sunnah, sementara terkait keadilan dan kewajiban lainnya tidak mengikuti sunnah. Hal ini menjadikannya sebagai orang yang menunggang sunnah Nabi untuk tujuan hawa nafsu semata. Intinya, poligami diperbolehkan namun dengan mengikuti persyaratan yang telah diatur. Demikianlah permasalahan ini dalam pandangan Islam.

iklan sponsor

37

Launching

E-KTA & Kajian Bersama Muslim Aceh Peduli & Kemenag Aceh Utara Lido Graha Hotel, 29 Mei 2021

Ketua Tastafi Aceh Anggota DPRK AcehUtara) Utara

Drs. H. Azali Fuazi (Anggota DPRK Aceh Utara) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

Ketua Tastafi Aceh Utara) Bupati Aceh Utara

Bapak H. Muhammad Thaib (Bupati Aceh Utara Periode 2012 s.d 2017 dan 2017 s.d 2022) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

Ketua TastafiDPR AcehAceh Utara) Anggota

Bapak Muslim Syamsuddin, ST M.AP (Anggota DPR Aceh) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara



Ketua KetuaTastafi PC NUAceh AcehUtara) Utara

Waled Tgk. Zulfadli (Waled Landeng), Ketua PC NU Aceh Utara Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

E-KTA RTA Aceh Utara adalah data para pengurus dan Muhibbin yang telah bergabung menjadi pengurus dan Muhibbin RTA Aceh Utara. Database RTA ini akan terus berkelanjutan dari masa ke masa supaya semua pengurus RTA serta Muhibbin terdata dalam web RTA Aceh Utara www.rta-acehutara.com

38

RTA ACEH UTARA

Ketua Tastafi Aceh Utara) Owner Rujak Nibong

Bapak Sufyan (Owner Rujak Nibong) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

Ketua KetuaTastafi HUDAAceh AcehUtara) Utara

Abi H. Ibnu Sakdan, TB S.Sos (Ketua HUDA Aceh Utara) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

Ketua KetuaTastafi TastafiAceh AcehUtara) Utara

Waled H. Sirajuddin Hanafi (Ketua Tastafi Aceh Utara) Menerima Id Card Muhibbin RTA Aceh Utara

39

DALAM MASYARAKAT MENURUT KAJIAN EKONOMI ISLAM 40

RTA ACEH UTARA

Tgk. Dr. Safriadi, SHI, MA

24 Maret 2021

Mudir Ma’had Aly Raudhatul Maarif

Rumoh Kupie Aceh, Lhoksukon

21.00 WIB s/d Selesai

41

Filosofi Ekonomi Syariah Tujuan ekonomi syariah sejalan dengan hikmah diturunkannya syariat. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa hikmah syariat atau maqashid syariah adalah menjaga agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta. Syaikh Abd Wahhab Khallaf menyampaikan bahwa orientasi umum pensyariatan hukum adalah mewujudkan maslahah bagi manusia secara signifikan dengan upaya memperhatikan hal-hal yang bersifat primer (daruriyat), sekunder (hajiyyat) dan tersier (tahsiniyyat). Dengan demikian, hikmah umum Allah mensyariatkan hukum adalah kemaslahatan bagi umat manusia secara signifikan, mendatangkan kebermanfaatan dan menolak terjadinya kerusakan atau mafsadah. Sedangkan kemaslahatan bagi manusia tidak terlepas dari memperhatikan hal-hal yang bersifat daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat. Manakala kebutuhan manusia yang bersifat daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat telah terpenuhi, semakin tampaklah kemaslahatan yang dirasakan oleh manusia. Setiap aktivitas ekonomi tidak boleh bertentangan dengan maqashid syariah. Setiap praktik ekonomi yang bertentangan dengan maqashid syariah tidak akan menjadikan masyarakatnya tentram, sejahtera, makmur dan damai; melainkan akan menjadikan masyarakatnya semakin rakus, tidak memperhatikan nilai-nilai agama,, dan etika.. Seseorang yang memiliki banyak uang namun tidak tidak mengerti nilai-nilai maqashid syariah, ia bisa saja akanmembeli dan mengomsumsi barang-barangyang diharamkan,berjudi dan lain-lain. Tapi bagi seorang yang mengerti dan mengamalkan maqashid syariah, pasti ia akan menggunakan uangnya pada sesuatu yang tidak merugikan dirinya dan orang lain. Ia akan menggunakannya pada sesuatu yang bermanfaat seperti menafkahi istri dan anak, serta membantu orangorang lemah.Orang yang sejahtera dalam finansial namun kering dari nilai-nilai spiritual tidak akan sejahtera dalam kehidupan serta tidak dapat merasakan kedamaian dan ketenteraman, Buktinya, banyak orang yang secara finansial mapan namun tidak merasakan ketenangan hati dan ketenteraman. Bahkan tak jarang, mereka mencari ketenangan dengan mendatangi tempat-tempat hiburan yang terlarang. Akibatnya, bukan kedamaian dan ketentraman yang didapat, tapi kebingungan dan kegelisahan yang diperoleh. Oleh

42

RTA ACEH UTARA

karena itu, untuk menuju pada kesejahteraan, kemakmuran, ketentaram dalam kehidupan ekonomi, diperlukan perperpaduan nilai-nilai spiritual danmaqashid Syariah

1. Rentenir Rentenir atau sering juga disebut tengkulak (terutama di pedesaan) merupakan orang yang memberi pinjaman uang tidak resmi atau resmi dengan bunga tinggi. Pinjaman melalui rentenir tidak diberikan melalui badan resmi seperti bank, dan apabila si peminjam tidak mampu membayar maka sang rentenir akan mengirimkan bodyguardnya untuk menagih dengan mempermalukan si peminjam bahkan memukuli atau menganiayanya. Berdasarkan pandangan hukum Islam, meminjam uang pada rentenir itu haram. Sedangkan tambahan yang harus dikembalikan berupa bunga disebut riba dan tergolong ke dalam dosa besar.

2. Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Secara umum kredit berarti kemampuan untuk memberikan pinjaman dengan suatu janji yang akan dibayar sesuai dengan waktu yang disepakati. Sedangkan pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sistem kredit dapat disamakan dengan istilah bai’ bi tsaman ajil (menjual barang dengan harga tempo) yang hukumnya tidak sah jika persyaratan disebutkan dalam akad (fi shulbi al-‘aqdi) dan sah jika tidak disebutkan dalam akad. Perlu diperhatikan bahwa saat terjadi penjualan barang dengan memakai sistem kredit, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya pilihan harga yang jelas dari kedua belah pihak, sehingga tidak terjadi penjualan satu barang dengan dua harga (bai’atun fi bai’ataini) yang dilarang dalam Agama. Semisal penjual mengatakan kepada pembeli, “Aku jual barang ini kepada kamu dengan harga 1.000 kontan atau dengan harga 2.000 dengan tempo (kredit). Terserah kamu pilih harga yang mana.” Akad seperti ini dianggap fasid. Raudhah Thalibiin III/397 : ‫واﻟﺛﺎﻧﻲ أن ﯾﻘول ﺑﻌﺗﻛﮫ ﺑﺄﻟف ﻧﻘدا أو ﺑﺄﻟﻔﯾن‬ ‫ﻧﺳﯾﺋﺔ ﻓﺧذه ﺑﺄﯾﮭﻣﺎ ﺷﺋت أو ﺷﺋت أﻧﺎ وھو ﺑﺎطل‬ ‫أﻣﺎ ﻟو ﻗﺎل ﺑﻌﺗك ﺑﺄﻟف ﻧﻘدا وﺑﺄﻟﻔﯾن ﻧﺳﯾﺋﺔ أو ﻗﺎل‬ ‫ﺑﻌﺗك ﻧﺻﻔﮫ ﺑﺄﻟف وﻧﺻﻔﮫ ﺑﺄﻟﻔﯾن ﻓﯾﺻﺢ اﻟﻌﻘد‬ Meskipun terjadi “taradhi” saling suka rela antara dua belah pihak (penjual-pembeli) dengan transaksi yang mereka lakukan itupun tidak berpengaruh terhadap rusaknya akad, artinya transaksinya tetap dianggap batal dan berkosekwensi wajibnya mengembalikan barang yang telah mereka terima.

KAJIAN Sedangkan transaksi kredit dengan praktek perjanjian pencabutan barang serta hangusnya uang cicilan disaat konsumen tidak mampu memenuhi kewajiban angsuran dalam jangka tertentu adalah tidak sah, kecuali jika hal itu dilakukan di luar aqad (kharij alaqd).

Hal-hal yang perlu dicatat dalam kaidah leasing dengan hak opsi adalah : Ÿ

Adanya peran dua akad dalam satu transaksi, yaitu akad ijarah, dan akad musyarakah yang akrab disebut akad jual beli.

Ÿ

Ada masa tempo kontrak ijarah yang berlaku antara pihak lessor dengan pihak leasee.

Ÿ

Setelah jatuh tempo, apabila pihak leasee belum mampu melakukan pembelian, maka harus dilakukan akad sewa guna usaha yang baru atau biasa disebut penjadwalan ulang. Hal ini mengingat, barang yang dijadikan objek leasing adalah barang hasil musyarakah (modal bersama) sehingga masing-masing pihak memiliki hak untuk mentasharrufkan.

3. Leasing Leasing adalah perjanjian antara lessor (penyedia manfaat) dan lessee (pengguna manfaat) untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih dan ditentukan oleh lessee. Pada dasarnya, perjanjian leasing melibatkan, tiga pihak yaitu lessor (perusahaan leasing), lesse (/nasabah) dan supplier (penjual barang). Leasing terbagi dua yakni leasing hak opsi dan non hak opsi Dalam leasing tanpa hak opsi, seorang leasee memiliki keterikatan untuk melakukan pembelian terhadap barang dengan harga yang sudah pasti. Hanya saja, dalam akad musyarakah. Leasing dengan hak opsi dipahami sebagai seorang leasee yang tidak memiliki keterikatan untuk melakukan pembelian. Ia bisa melakukan pilihan antara membeli atau sekedar menyewa pada akhir tempo perjanjian dengan mitranya. Namun, karena pada akhirnya leasing ini dimaksudkan untuk tujuan pembiayaan agar seorang leasee bisa memiliki suatu barang, maka keluarlah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) yang selanjutnya mendefinisikan “leasing dengan hak opsi” sebagai seorang leasee di akhir masa perjanjian berhak untuk memutuskan pilihan antara membeli barang, atau melanjutkan akad sewa guna usaha barang.” Dengan demikian, berdasarkan peraturan ini, bila terjadi keterlambatan dalam pembayaran oleh leasee terhadap cicilan, maka pihak leasee dan lessor bisa melakukan negosiasi berupa penjadwalan ulang terhadap sewa guna usaha objek leasing.

Mengenai dugaan adanya dua akad dalam satu transaksi ialah adanya dua akad dalam satu objek transaksi atau yang biasa dikenal sebagai al-uqudu almurakkabah, merupakan perkara yang dilarang oleh Nabiullah Muhammad SAW. Sebuah hadits menyebutkan hukum asal larangan ini: ‫ﻧﮭﻰ ﻋن ﺻﻔﻘﺗﯾن ﻓﻲ ﺻﻔﻘﺔ‬ Artinya: “Rasulullah SAW melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (Lihat Muhammad bin Abdu al-Rahman bin Abdu al-Rahim al-Mubarakfury, Syarah Hadits Tuhfatu al-Ahwadzy, Beirut: Daru al-Kutub Al-Ilmiyah, Juz 4: 357) Alasan larangan praktik dua bentuk akad dalam satu objek ini adalah ketidakjelasan harga. ‫واﻟﻌﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﺣرﯾم ﺑﯾﻌﺗﯾن ﻓﻲ ﺑﯾﻌﺔ ﻋدم اﺳﺗﻘرار اﻟﺛﻣن ﻓﻲ ﺻورة ﺑﯾﻊ اﻟﺷﻲء اﻟواﺣد ﺑﺛﻣﻧﯾن‬ Artinya: “Illah dari keharaman dua jual beli dalam satu objek transaksi jual beli adalah ketiadaan tetapnya harga,adanya dua harga dalam satu objek jual beli.” (Lihat Muhammad bin Abdu al-Rahman bin Abdu al-Rahim al-Mubarakfury, Syarah Hadits Tuhfatu al-Ahwadzy, Beirut: Daru al-Kutub Al-Ilmiyah, Juz 4: 357) Maksud dari keterangan di atas adalah bahwa dua akad dalam satu objek transaksi dipandang “haram” disebabkan harga tidak ditentukan terlebih dahulu sebelum kedua pihak yang bertransaksi meninggalkan majelis akad. Di satu sisi, barang dihukumi sebagai dibeli secara kontan, namun di sisi yang lain barang juga bisa dibeli secara kredit. Ketidakpastian ini nantinya bisa membawa dampak mudarat bagi salah satu pihak, makanya kemudian diharamkan. Solusi agar akad ini menjadi sah adalah pemastian harga ketika di awal transaksi.

4. Asuransi Menurut KUHP Pasal 246: "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena: suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu.” Macam-macam Asuransi Ÿ

Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa: - kehilangan nilai pakai atau - kekurangan nilainya atau - kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung. Penanggung tidak harus membayar ganti rugi kepada tertanggung kalau selama jangka waktu perjanjian obyek pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya yang dipertanggungkan.

Ÿ

Asuransi sosial ialah asuransi yang memberikan jaminan kepada masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah, Contoh asuransi jenis ini antara lain asuransi kecelakaan lalu lintas (jasa raharja), suransi TASPEN, ASTEK, ASKES, ASABRI dan BPJS.Asuransi sosialdapat bersifat asuransi kerugian dan dapat pulabersifat asuransi jiwa.

Ÿ

Asuransi jiwa merupakan program proteksi finansial bagi keluarga dari risiko kematian atau cacat tetap yang mengakibatkan pemegang polis atau tertanggung tidak dapat lagi menafkahi anggota keluarganya.

43

KAJIAN Hukum Asuransi

Ÿ

Asuransi sosial diperbolehkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Ÿ

Asuransi sosial tidak termasuk akad mu'awadlah, tetapi merupakan syirkah ta'awuniyah.

Ÿ

Diselenggarakan oleh pemerintahsehingga kerugiannya ditanggung oleh pemerintah, dan keuntungnannya dikembalikan untuk kepentingan masyarakat.

Ø

Uang premi tersebut menjadi hutang yang dapat diangsur oleh pihak tertanggung pada waktuwaktu pembayaran uang premi berikutnya.

Ø

Hubungan antara pihak tertanggung dan pihak penanggung dinyatakan tidak putus.

Ø

Uang tabungan milik pihak tertanggung tidak dinyatakan hangus oleh pihak penanggung.

Asuransi kerugian diperbolehkan dengan syarat apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut Ÿ

Apabila asuransi kerugian tersebut merupakan persyaratan bagi obyek-obyek yang menjadi agunan bank.

Ÿ

Apabila asuransi kerugian tersebut tidak dapat dihindari, karena terkait oleh ketentuanketentuan pemerintah seperti asuransi untuk barang-barang yang di impor dan diekspor.

Asuransi jiwa hukumnya haram kecuali apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut: Ÿ

Apabila asuransi jiwa tersebut mengandung unsur saving (tabungan).

Ÿ

Pada waktu menyerahkan uang premi, pihak tertanggung berniat untuk menabung untungnya pada pihak penanggung (perusahaan asuransi).

Ÿ

Ÿ

44

Pihak penanggung berniat menyimpan uang tabungan milik pihak tertanggung dengan cara-cara yang dibenarkan dan dihalalkan oleh syariat agama Islam. Apabila sebelum jatuh tempo yang telah disepakati bersama antara pihak tertanggung dan pihak menanggung seperti yang telah disebutkan dalam polis (surat perjanjian), ternyata pihak penanggung sangat memerlukan (keperluan yang bersifat darurat) uang tabungannya, maka pihak tertanggung dapat mengambil atau menarik kembali sejumlah uang simpanannya dari pihak penanggung dan pihak penanggung berkewajiban menyerahkan sejumlah uang tersebut kepadanya.

RTA ACEH UTARA

Apabila pada suatu ketika pihak tertanggung terpaksa tidak dapat membayar uang premi, maka:

Ø

Apabila sebelum jatuh tempo pihak tertanggung meninggal dunia, maka ahli warisnya berhak untuk mengambil sejumlah uang simpanannya, sedang pihak penanggung berkewajiban mengembalikan sejumlah uang tersebut.

Al Fiqhul Islami wa Adillatuhuu, ju V halaman 101: ِ ْ ِ َِ‫ْﺄﻣﲔ ﻣﻊ َﺷ‬ ِ َ ْ ِْ ‫ْﺄﻣﲔِﰲ‬ ِ ْ ِ ‫ﺮﻛﺎت اﻟﱠﺘ‬ ‫اﻹﺳﻼم‬ َ َ ِ ْ ‫ﺣﻜﻢ اﻟﱠﺘ‬ ُ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ﳊﻘﻴﻘﻲِﰲ ا َْﻟﻘﺮن‬ ِ ُ ْ َ ‫ْﺄﻣﲔ‬ ْ َ‫ َﻓ‬، ‫ﺣﺪﻳﺚ اﻟﱠﻨ ْﺸَﺄة‬ ‫ﲟﻌﻨﺎﻩ اَْ ْ ﱡ‬ ُ َْ َ ‫ﻇﻬﺮ‬ ُ ْ ‫َاﻟﱠﺘ‬ ْ َ َ َ ‫ـﻘﺪ‬ ِ ِ ‫إﻳﻄﺎﻟﻴﺎِﰲ‬ ِ ِ َ َ ‫اﻟﺮاﺑﻊ‬ ِ ِ ْ ِ ‫ﺻﻮرة اﻟﱠﺘ‬ . ‫ْﻟﺒﺤﺮي‬ ِّ ِ ْ َ‫ْﺄﻣﲔ ا‬ ِّ َ ْ ‫ﻋﺸﺮ ا‬ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ِ ‫ْﻟﻤﻴﻼديِ ْﰲ‬ َ َ ‫ﱠ‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫ﺑﻘﺴﻂ َ ﺑﺖ‬ ‫ﻣﲔ َﺗَ ُِ ﱞ‬ َ ْ‫ْﺄﻣﲔ َﻧ‬ ٌْ ْ:َ ‫ـﻮﻋﺎن‬ ٌْ ْ‫ـﻌﺎوﱐ َ َو‬ ُ ْ ‫َواﻟﱠﺘ‬ ْ ‫ﻣﲔ‬

ِ ٍ َ ْ ‫ﻋﺪة‬ ‫ﻳﺪﻓﻊ‬ ْ ‫َأﺷﺨﺎص َ َﻋﻠﻰ‬ ْ ‫َﻓُ َـﻬﻮ‬: ‫ـﻌﺎوﱐ‬ ُ ‫ﱠﺘﻔﻖ ِ ﱠ‬ ‫ْﺄﻣﲔ اﻟﱠﺘَ ُِ ﱡ‬ َ ِ ‫َأن َﻳـ‬ ُ ْ ‫ﱠَأﻣﺎ اﻟﱠﺘ‬ َ َ ْ َ ‫َأن‬ ِ ِ‫ُﱞ‬ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ِ ِ ِ ‫ﺗﺼﻴﺐ‬ ْ ْ‫ ﻟَﺘ‬،‫ـﻬﻢ ْاﺷ َﱰ ًاﻛﺎ ُ َﻣﻌﱠﻴًـﻨﺎ‬ ْ ُ‫ﻛﻞ ﻣْﻨ‬ ُ ْ ُ ‫اﻟﱵ َ ْﻗﺪ‬ َ ْ َ ْ ‫ـﻌﻮﻳﺾ‬ ْ ِ ‫اﻷﺿﺮار‬ ِ ِ‫ﻄﺒﻴﻖِﰲ اْﳊﻴﺎة‬ ِ ْ ِْ ‫ﻗﻠﻴﻞ اﻟﱠﺘ‬ َ ‫َأﺣﺪﻫﻢ ِ َإذا َﱠ‬ ٌ‫ﺧﻄﺮ ُ َ ﱠ‬ ََ ْ ََُ ٌَ َ ‫َﲢﻘﻖ‬ َ ُ َ ‫ﻣﻌﲔ‬ ُ ْ َ ‫وﻫﻮ‬. ِ ‫ا ِﱠ‬ .‫ْﻟﻌﻤﻠﻴﺔ‬ ََ :‫إﱃ أن ﻗﺎل‬ ِ ِ ُْ ُ :‫ـﻌﺎوِﱐ‬ ّ ُِ َ‫ﺣﻜﻢ اﻟﱠﺘْﺄ ْﻣﲔ اﻟﱠﺘ‬

ِ َ ْ ِْ ‫ـﻌﺎوِﱐِﰲ‬ ِ ْ ِ ‫ﺟﻮاز اﻟﱠﺘ‬ ِ َ َ ‫ﻻﺷﱠﻚِ ْﰲ‬ ‫ﻳﺪﺧﻞِ ْﰲ‬ َ َ ُ ‫ ِ َﱠ‬،‫اﻹﺳﻼم‬ ّ ُِ َ‫ْﺄﻣﲔ اﻟﱠﺘ‬ ُ ُ ْ َ ‫ﻷﻧﻪ‬ ِ ٍ ِ ِ ْ ‫ﻛﻞ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ِ ِ َ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻋﻘﻮد‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻗﺒﻴﻞ‬ ‫وﻣﻦ‬ ،‫ﱠﺘﱪﻋﺎت‬ ‫ا‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ـﻌﺎون‬ ‫ﺘ‬ ‫ﻣﺸﱰك‬ ‫ﻷن‬ ‫ْﻟﱪ؛‬ ‫ﱠ‬ َ َ ُ ‫ﱡ‬ َ َُ ْ ْ َ َ َ ْ ُُ ُ‫ﱠ‬ ّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ْ‫ﺑﻄﻴﺐ َﻧ‬ ‫ـﺮﻣﻴﻢ‬ َ َ ‫ﻟﺘﺨﻔﻴﻒ آَ ر ا‬ ُ َ ‫ﻳﺪﻓﻊ ْاﺷِ َﱰ‬ ْ ْ‫ْﻟﻤﺨﺎﻃﺮ َوَﺗ‬ ْ ْ َ ‫ـﻔﺲ‬ ْ ‫اﻛﻪ‬ ََُْ ِ ِ ‫ﱠ‬ ِ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ‫ﺳﻮاء‬ ،‫ﻀﺮر‬ ‫اﻟ‬ ‫ـﻮع‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻛﺎن‬ ‫َأ‬ ،‫ﱰﻛﲔ‬ ‫ْﻟﻤﺸ‬ ‫ا‬ ‫َأﺣﺪ‬ ‫ﺗﺼﻴﺐ‬ ‫اﻟﱵ‬ ‫اﻷﺿﺮار‬ َ َ ْ َ ُ َْ َ ُ َ َ ُ ْ ْ ٌ ََ َ ُ ْ َْ َْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫إﱁ‬......‫ﳉﺴﻤﺎﻧﻴﺔ‬ ‫ َأو اَْﳊﻮادث اُْ ْ َ ﱠ‬،‫ﳊﻴﺎة‬ ْ ‫ِﰲ اﻟﱠﺘ‬ ََْ‫ْﺄﻣﲔ َ َﻋﻠﻰ ا‬ Hasyiyah Ibn Qasim ‘Ala Tuhfatil Muhtaj fi Syarhil Minhaj, juz X halaman 264: ِ َ َ ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺟﻮب ﱠ‬ ِ َ ‫َأن اْﻟﻤَﺘ ﱠ‬ ِ ْ ُ ْ‫ﻷﻣﺮ ا َْﻟﻤ‬ ِ ْ َ ْ ِ ‫اﻟﺼﺪﻗﺔ‬ ‫ﻣﻦ‬ ُ َ ْ َ ْ‫َﻓﺎ‬ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ ‫ـﻮﺟﻪ‬ ْ َ ‫ﺬﻛﻮر‬ َ ُ ‫ﻷوﺟﻪ ﱠ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ﺰﻛﺎة اْﻟﻔ‬ ‫ﻟﺰﻣﻪ‬ ََ‫ﳜﺎﻃﺐ ﺑ‬ ُ َِ َ ‫ـﻌﺘﱪ َﱠﰒ‬ ُ ْ َ ‫ﻓﻀﻞ‬ ْ َ َ ‫ﻄﺮ‬ ٌ ْ َ ‫ﻋﻨﻪ‬ ُ َ َُ ََُْ‫ﺷﻲء ﱠﳑﺎ ُﻳ‬ َ َ َ ‫ﻓﻤﻦ‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫ﱡ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ، ‫ﻓﺈن‬ ‫ﻋﻨﻪ‬ ‫ﱠﺘﺼﺪق‬ ‫ﻗﺪرا‬ ‫اﻹﻣﺎم‬ ‫ﻟﻪ‬ ‫ـﻌﲔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﱂ‬ ‫إن‬ ‫ﻫﺬا‬ ‫ﻣﺘﻤﻮل‬ ‫ﻗﻞ‬ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َِ ُ ‫ﱠ‬ ْ َ َ َُ ّ ُ ْ َ َ ً ُ َ ُ ْ ّ َُ ْ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫ذﻟﻚ‬ َ َ ‫ﻟﺰوم‬ َ َ ‫ﻋﲔ‬ َ‫َﱠ‬ ُ ْ ُُ ‫ﻛﻼﻣﻬﻢ‬ ْ ُ ُ ‫ﻷﻧﺴﺐ‬ ْ َ َ ‫ﺑﻌﻤﻮم‬ ُ َ ْ َ ْ‫إﻧﺴﺎن َﻓﺎ‬ َ ْ ‫ﻛﻞ‬ ّ ُ ‫ذﻟﻚ َ َﻋﻠﻰ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻋﻦ‬ ‫ْﻟﻤﻌﲔ‬ ‫ا‬ ‫ذﻟﻚ‬ ‫ﻓﻀﻞ‬ ‫إذا‬ ‫ﲟﺎ‬ ‫ـﻘﻴﻴﺪﻩ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻈﻬﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻟﻜﻦ‬ ‫ْﻟﻤﻌﲔ‬ ‫ا‬ ‫ْﻟﻘﺪر‬ ْ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ْ َ َ َ َ‫ا‬ ْ َ َ ُ َ َ ُ ْ َُ َ ْ َُ ْ َ ُ َُ َ ِ َِ ِ ِ َ ‫ْﻟﻌﻤﺮ ا‬ ِ ُ ُ ‫ﻛﻔﺎﻳﺔ ا‬ ‫ْﻟﻐﺎﻟﺐ‬ َ

5. Bursa Saham Efek adalah surat berharga yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan. Efek ini berisi pernyataan atas suatu kepemilikan aset. Misalnya, Anda memiliki perusahaan dengan total aset sebesar 10 triliun Rupiah. Total aset ini dinyatakan sebagai harga total perusahaan bila perusahaan itu dijual seluruhnya kepada pihak lain (investor). Karena tidak semua pembeli memiliki total kekayaan yang sebesar itu, maka total aset tersebut dipecah menjadi serpihan-serpihan efek dengan harga kecil dan terjangkau. Misalkan lagi, bila total kekayaan ini dipecah menjadi 1 juta serpihan kecil efek, maka harga per efeknya adalah setara 10 juta rupiah. Bila dipecah menjadi 10 juta lembar efek, maka harga per efeknya adalah setara 1 juta rupiah. Demikian seterusnya, bila efek dipecah menjadi 100 juta lembar efek, maka harga per efeknya menjadi 100 ribu rupiah., Efek-efek inilah yang selanjutnya disebut sebagai saham. Aset harus diubah menjadi efek karena yang dijual adalah surat berharga, sehingga tempat penjualannya tentu harus di tempat yang berharga. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika Anda menjual barang berharga di toko kelontong atau di pasar loak. Setinggi apapun harga barang yang Anda jual, pasti akan ditawar dengan harga murah. Inilah sedikit latar belakang terbitnya pasar bursa yang diwadahi dalam bentuk bursa efek, yang berfungsi sebagai tempat menjual surat berharga (saham). Sebenarnya, filosofi jual beli efek di pasaran bursa ini hampir sama dengan pola perdagangan tradisional. Ada penjual, ada pula pembeli. Bila penjual tidak bisa melakukan jual beli sendiri, maka ia bisa menyuruh orang untuk mewakilinya. Jadilah kemudian orang suruhan tersebut sebagai wakil dari penjual. Demikian juga dengan pembeli, bila ia tidak bisa melakukan pembelian sendiri, maka ia bisa menyuruh orang lain untuk membelikan apa yang dia mau. Ada beberapa unsur yang terlibat secara langsung di sana, antara lain: Ÿ

Pihak yang menawarkan sahamnya (emiten). Istilah sederhana dari emiten ini adalah penjual saham. Ia adalah tuan rumah yang hendak menjual rumahnya.

KAJIAN Ÿ

Perantara emisi (akuntan publik), sebagai wakil dari pihak penawar (emiten)

Ÿ

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang memiliki fungsi sebagai pengawas sekaligus sebagai pelaksana pasar modal. Kita sebut saja fungsi Bapepam ini adalah sebagai hakim dalam pasar modal. Dalam ilustrasi contoh di atas, ia diperankan oleh Kepala Dusun.

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Ÿ

Bursa Efek sebagai pihak yang menyediakan sistem pasar yang mempertemukan antara pihak penawar (emiten) dan perusahaan pemilik efek. Kita sebut saja sebagai majelis pasar. Perantara Pedagang Efek (PPE), yang berperan sebagai wakil dari investor. Investor, yang berperan sebagai pihak yang berkepentingan berdagang saham dan mendapatkan keuntungan (deviden) dari hasil jual belinya. Jika investor ini terdiri dari orang asing, maka sudah bisa ditebak bahwa aset perusahaan yang menjual sahamnya kelak bisa saja diakuisisi oleh asing. Namun, bila investor ini terdiri atas investor domestik, maka sudah bisa dipastikan bahwa aset perusahaan yang terjual sahamnya akan tetap dimiliki oleh pengusaha domestik itu sendiri. Jadi, agar sebuah aset perusahaan domestik tidak jatuh ke tangan asing, maka kehadiran investor domestik di pasaran bursa sangat diharapkan. Dalam contoh sederhana di atas, pihak ini diperankan oleh si pembeli. Perusahaan Efek, berperan sebagai saksi transaksi antara wakil emiten dan wakil investor. Selaku “saksi bersertifikat”,ia berperan dominan dalam menjamin kebenaran harga efek (saham) yang ditawarkan emiten kepada investor. Dalam contoh sederhana di atas, pihak ini diperankan oleh Pak RT. Pihak pencatat transaksi (Katib) yang berperan sahnya transaksi di atas kertas. Fungsi ini dimainkan oleh Biro Administrasi Efek (BAE).

Ÿ

Bank Kustodian, yang berperan selaku “pihak yang dititipi efek” yang terjual atau terbeli.

Ÿ

Jika perdagangan itu dilakukan dalam bentuk surat hutang (obligasi), maka peran PPE digantikan oleh peran Wali Amanat.

Fiqhul Islami wa adilatuhu hal jil 7 hal 5036 : ،‫ ﻓﻬﻲ ﺣﺼﺺ اﻟﺸﺮﻛﺎء ﰲ اﻟﺸﺮﻛﺎت اﳌﺴﺎﳘﺔ‬:‫أﻣﺎ اﻷﺳﻬﻢ‬

‫ ﻳﺴﻤﻰ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ‬،‫ﻓﻴﻘﺴﻢ رأس ﻣﺎل اﻟﺸﺮﻛﺔ إﱃ أﺟﺰاء ﻣﺘﺴﺎوﻳﺔ‬

‫ وﻫﻮ ﳝﺜﻞ‬،‫ ﺟﺰء ﻣﻦ رأس ﻣﺎل اﻟﺸﺮﻛﺔ اﳌﺴﺎﳘﺔ‬:‫ واﻟﺴﻬﻢ‬،‫ﺳﻬﻤﺎ‬ ‫ ﻟﺘﺤﺪﻳﺪ ﻣﺴﺆوﻟﻴﺘﻪ وﻧﺼﻴﺒﻪ ﰲ رﺑﺢ‬،‫ﺣﻖ اﳌﺴﺎﻫﻢ ﻣﻘﺪرا ﻟﻨﻘﻮد‬

‫ ﻓﺈذا ارﺗﻔﻌﺖ أر ح اﻟﺸﺮﻛﺔ ارﺗﻔﻊ ﻟﺘﺎﱄ‬.‫اﻟﺸﺮﻛﺔ أو ﺧﺴﺎر ﺎ‬

‫ وإذا ﺧﺴﺮت اﳔﻔﺾ ﻟﺘﺎﱄ‬،‫ﲦﻦ اﻟﺴﻬﻢ إذا أراد ﺻﺎﺣﺒﻪ ﺑﻴﻌﻪ‬ ،‫وﳚﻮز ﺷﺮﻋﺎ وﻗﺎﻧﻮ ﺑﻴﻊ اﻷﺳﻬﻢ‬.‫ﺳﻌﺮﻩ إذا أراد ﺻﺎﺣﺒﻪ ﺑﻴﻌﻪ‬

‫ أﻣﺎ إذا ﻛﺎن اﻟﺴﻌﺮ ﻣﺆﺟﻼ ﻟﻮﻗﺖ اﻟﺘﺼﻔﻴﺔ ﻓﻼ ﳚﻮز‬،‫ﺑﺴﻌﺮ ت‬ ‫ ﻷن اﻟﻌﻠﻢ ﻟﺜﻤﻦ ﺷﺮط ﻟﺼﺤﺔ اﻟﺒﻴﻊ ﻋﻨﺪ‬،‫اﻟﺒﻴﻊ ﳉﻬﺎﻟﺔ اﻟﺜﻤﻦ‬

‫ وأﺟﺎز اﻹﻣﺎم أﲪﺪ واﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ واﺑﻦ اﻟﻘﻴﻢ اﻟﺒﻴﻊ‬.‫ﲨﺎﻫﲑ اﻟﻌﻠﻤﺎء‬

،‫ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻮل ﲟﻬﺮ اﳌﺜﻞ ﰲ اﻟﺰواج‬،‫ﲟﺎ ﻳﻨﻘﻄﻊ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻌﺮ‬

،‫ وﻋﻤﻼ ﳌﺘﻌﺎرف‬،‫ وﲦﻦ اﳌﺜﻞ ﰲ اﻟﺒﻴﻊ‬،‫وأﺟﺮ اﳌﺜﻞ ﰲ اﻹﺟﺎرة‬ ‫ أي‬،‫ أﻣﺎ ﺑﻴﻊ اﻷﺳﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﳌﻜﺸﻮف‬.‫وﲟﺎ ﳛﻘﻖ ﻣﺼﺎﱀ اﻟﻨﺎس‬ ‫ ﻟﻠﻨﻬﻲ‬،‫ ﻓﻼ ﳚﻮز‬،‫إذا ﻛﺎن اﻟﺒﺎﺋﻊ ﻻ ﳝﻠﻜﻬﺎ ﰲ أﺛﻨﺎء اﻟﺘﻌﺎﻗﺪ‬

.‫اﻟﺜﺎﺑﺖ ﺷﺮﻋﺎ ﻋﻦ ﺑﻴﻊ ﻣﺎ ﻻ ﳝﻠﻚ اﻹﻧﺴﺎن‬

6. Pegadaian Akad rahn (gadai), disyariatkan untuk maksud menjaga kepercayaan orang yang memberi utang orang lain, bahwa utang tersebut akan dilunasinya tepat waktu. Gadai berhubungan dengan pemenuhan utang, sementara menerima gadai berhubungan dengan cara meminta dipenuhinya utang. Berhubung utang tersebut nilainya besar sehingga sulit untuk /memberikannya kepada pihak pengutang bila tanpa disertai adanya jaminan, maka disyariatkanlah sistem gadai tersebut dengan ciri utama adanya barang gadai (marhûn) sebagai jaminan kepercayaan (li al-tautsiq). Berangkat dari sini, muncullah dua kondisi: 1. Bilamana utang dengan jaminan tersebut bisa dilunasi tepat waktu 2. Bilamana utang dengan jaminan tersebut tidak bisa dilunasi dengan tepat waktu (molor) Dari dua kondisi ini, muncullah tradisi yang berlaku (adat mutharid) tentang boleh tidaknya memanfaatkan barang gadai. Ulama tidak membolehkan pemanfaatan barang yang digadaikan. Mereka beralasan bahwa mengambil manfaat barang jaminan sama dengan mengambil manfaat terhadap utang. Hal ini termasuk ke dalam lingkup bahasan yang kedua sebagaimana di atas. Jadi, letak illatnya adalah pada keberadaan syarat pemanfaatan. Jika disyaratkan saat akad, maka hukumnya tidak boleh, dan bila tidak

ada syarat sebelumnya serta diduga ada izin sebelumnya dari pihak penggadai, maka hukumnya menjadi boleh. (Al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islâmy wa Adillatuh, Kairo: Dâr al-Fikr, tt., Juz 5: 258). Inti utama kewajiban dari pemberi utang dan penerima gadai adalah menjaga agar barang yang dijadikan jaminan untuk gadai tidak mengalami rusak akibat disia-siakan. Misalnya, yang digadaikan adalah hewan ternak perah. Bila susu hewan tersebut tidak diperahakan berakibat pada kesehatan hewan. Maka dalam hal ini, memerah susu hewan gadai hukumnya menjadi wajib bagi murtahin (penerima gadai) karena apabila dibiarkan justru bisa berakibat pada itlâf (kerusakan) serta tadlyî'u alamwâl (menyia-nyiakan harta). Kasus yang sama terjadi pada tanah. Bilamana tanah itu berupa tanah persawahan atau tanah ladang, membiarkannya tidak dikelola justru dapat berakibat pada rusaknya struktur tanah dan bahkan bisa berubah fungsi. Awalnya tanah tersebut merupakan tanah ladang, namun karena tidak dikelola, tanah tersebut berubah menjadi tanah liar dipenuhi semak belukar. Kondisi perubahan fungsi ini bisa dipahami sebagai itlâf atau tadlyi'u al-amwal. Membiarkan tanah tersebut terabaikanjustru haram bahkan wajib mengelola tanah tersebutsehingga fungsinya tetap terjaga. Sekali lagi, kunci utamanya adalah pemanfaatan tersebut tidak disyaratkan di awal serta mendapat izin atau diduga pasti diizinkan oleh orang yang menggadaikan. Bilamana tidak ada izin atau tidak ada tandatanda diizinkan oleh penggadai, maka tugas murtahin adalah menjaga tetapnya fungsi dan sekaligus kondisi barangnya. Di saat pihak penerima gadai melakukan perawatan atau penjagaan fungsi dari barang yang digadaikan, maka ia berhak menerima upah (ujrah) perawatan. Hal ini sama dengan bilamana barang yang digadaikan adalah berupa hewan. Merawat dan mencarikan rumput bagi hewan tersebut merupakan illat bagi murtahin dalam menerima upah atau keuntungan.

45

FARAID

46

RTA ACEH UTARA

FARAID

47

IKLAN

48

RTA ACEH UTARA

IKLAN

49

MUSIK

DALAM PANDANGAN ISLAM Ayah H. Ibnu Hajar Yahya (Ayah Hajar) Wadir II Dayah Malikussaleh

M

usik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Jika dilihat dari segi bentuknya, musik adalah sekumpulan nada yang dihasilkan dari berbagai alat musik.

Macam-macam Alat Musik dan Pendapat Ahli Fiqh Syafi’iyah 1. Daff/Duff (Rebana ) dengan Jalajil

Asal Mula Musik Musik berasal dari bahasa Yunani, "mousike" dan latin, "musica". Kata "mousike" berasal dari kata "mousa" (jamak:mousas), dalam bahasa latin "musa", yunani "mouskos", inggris "muse". Jadi dari kata "musica" lahirlah kata "musik". Menurut mitologi yunani kuno, musica dimaksudkan sebagai "seni dari kaum musen", atau "termasuk kepunyaan mousas". Musik adalah seni rupa milik salah satu dari kaum muzen yang berjumlah sembilan dewi. Menurut pujangga hesiodus, mahadewa zeus dengan permaisurinya mnemosyne mempunyai sembilan orang puteri. Kesembilan dewi ini disebut kaum muzen. Kaum muzen dilahirkan di kaki gunung olympus di persia. Masingmasing dewi memiliki dan menguasai satu cabang seni atau ilmu.

50

RTA ACEH UTARA

Dalam mazhab Syafii terjadi khilaf para ulama tentang hukum menggunakan rebana

29 November 2021 21.00 WIB s/d Selesai Rumoh Kupie Atjeh, Lhoksukon

Ÿ

Menurut pendapat yang mu`tamad, hukum menggunakan rebana itu mubah baik pada acara perkawinan, khitan ataupun acara lainnya, tetapi yang lebih baik meninggalkannya.

Ÿ

Haram hukumnya pada selain acara perkawinan dan khitan. Ini adalah pendapat Al Baghwy didalam kitab Tahzib, Abu Ishaq Asy Syirazi di dalam Al Muhazzab, Ibnu Abi `Ashrun dan ulama lainnya.

Ÿ

Mubah pada perkawinan dan khitan, sedangkan pada selain keduanya makruh. Ini adalah pendapat Abu Thayyib di dalam kitab Ta`liq.

Ÿ

Menurut pendapat ulama mutaakhirin, disunatkan menggunakan rebana pada acara perkawinan dan khitan. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Al Baghwy dalam kitab syarah sunnah.

KAJIAN Di dalam Fatawy Abi Al Laisty As Samarqandy Al Hanafy disebutkan bahwa memukul rebana pada selain perkawinan dan khitan hukumnya khilaf para ulama: Ÿ

Makruh

Ÿ

Mubah mutlaq. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Imam Haramain dan Imam Ghazaly.

Ÿ

Mubah pada perkawinan, hari raya, kedatangan orang dari tempat yang jauh dan setiap kegembiraan. Ini adalah pendapat Imam Ghazaly di dalam Ihya, Al Qurthuby Al Maliky di dalam Kasyful Qina’.

Para ulama yang mengatakan sunat menggunakan rebana pada acara perkawinan dan khitan berpegang kepada satu hadis yang diriwayatkan oleh At Turmuzi.

‫ﻓﺼﻞ ﻣﺎ ﺑﲔ اﳊﻼل و اﳊﺮم اﻟﻀﺮب ﻟﺪف‬ Artinya "Pemisah antara halal dan haram adalah memukul rebana” Dan satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban: ‫أﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﳌﺎ رﺟﻊ إﱃ اﳌﺪﻳﻨﺔ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ ﻣﻐﺎزﻳﻪ‬ ‫ﺟﺎءﺗﻪ ﺟﺎرﻳﺔ ﺳﻮداء ﻓﻘﺎﻟﺖ رﺳﻮل ﷲ إﱐ ﻧﺬرت إن ردك ﷲ‬ ‫ﺳﺎﳌﺎ أن أﺿﺮب ﺑﲔ ﻳﺪﻳﻚ ﻟﺪف وأﺗﻐﲎ ﻓﻘﺎل ﳍﺎ إن ﻛﻨﺖ‬ ‫ﻧﺬرت ﻓﺄوف ﺑﻨﺬرك رواﳘﺎ اﺑﻦ ﺣﺒﺎن وﻏﲑﻩ‬ Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW manakala kembali dari satu peperangan, datanglah hamba sahaya hitam dan berkata; “Ya Rasulullah, saya bernazar jika Allah mengembalikan kamu dengan selamat, maka aku akan memukul rebana dan bernyanyi,” Rasulullah berkata kepadanya, “Jika kamu telah bernazar maka sempurnakanlah nazarmu (H.R Ibnu Hibban). Ibnu Hibban telah menganggap shaheh kedua hadis tersebut. Para ulama yang berpendapat mubah mengatakan bahwa amar pada hadis tersebut mengandung makna ibahah karena pada dasarnya rebana tersebut termasuk kedalam katagori lahwi yang tercela. Selain itu, didalam satu riwayat disebutkan Abu Bakar ra menamai rebana dihadapan rasulullah dengan "nyanyian iblis" sedangkan Rasullah tidak mengingkarinya. Para ulama juga berbeda pendapat bila rebana tersebut memakai "jalajil"(kericingan dipinggir rebana). Menurut pendapat yang Ashah, menggunakan rebana semacam ini dibolehkan.

2. Gendrang/Thabul kubah (Darbikah)

Syaikhani (Imam Nawawy dan Imam Rafii) dan ulama lainnya mengatakan:



Tidak diharamkan memukul gendrang kecuali kubah (dinamakan juga dengan darbikah) yaitu gendrang yang panjang dan dua tepinya lebih luas dari tengahnya

Tetapi Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada masa beliau salah satu ujungnya lebih besar, sedangkan ujungnya yang lain lebih kecil dan tidak tertutup. Alasan diharamkan thabul kubah adalah karena ia merupakan alat yang sering digunakan oleh kaum mukhannisin (kaum yang menyerupakan dirinya dengan wanita, waria), maka menggunakannya akan dikatakan menyerupakan diri dengan kaum fasiq. Padahal menyerupakan diri dengan kaum fasiq sangat dilarang sebagaimana sabda Rasulullah:

‫ رواﻩ أﺑﻮ داود‬. ‫ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻘﻮم ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻬﻢ‬

(ulama yang hidup pada priode 400 tahun hijriyah) telah menjelaskan bahwa dibolehkan gendrang peperangan. Maka Alif lam yang ada pada kalimat thabul pada kalam ulama yang mengharamkan thabul adalah alim lam `Ahdi, yang dimaksud dengan thabul di situ adalah thabul yang dipergunakan oleh kaum mukhannisin (waria). Demikian juga yang dijelaskan oleh Al Mawardi. Maka antara pendapat yang mengaharamkan seluruh thabul kecuali rebana dan pendapat yang membolehkan seluruh thabul kecuali kubah tidaklah terjadi pertentangan. Karena yang dimaksud dengan thabul pada pendapat pertama adalah thabul lahwi yang tak lain adalah kubah dengan dalil bahwa mereka sepakat membolehkan gendrang peperangan. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa keharaman kubah merupakan ijmak para ulama. Syaikh Abi Muhammad Al Juwainy mengatakan bahwa para ulama telah sepakat (ijmak; konsesus ) mengharamkan kubah karena ada hadis yang mencela orang orang yang memukul dan mendengar kubah. Ulama lain yang menaqal ijmak ini adalah Al Qurthuby. Beliau mengatakan " Tidak diperselisihkan tentang keharaman mendengarnya dan tidak pernah saya dengar para ulama salaf dan khalaf yang yang diterima pendapatnya yang membolehkannya (kubah).” Adapun beberapa hadis Nabi yang melarang kubah antara lain: Ÿ

Artinya : “Barangsiapa menyerupakan dirinya dengan satu kaum maka ia termasuk bagian dari kaum tersebut” Sebagian ulama mengharamkan genderang (thabul) tanpa mengaitkan dengan thabul kubah kecuali daff (rebana). Ini adalah pendapat Qadhi Husain, Al Bandanijy, Al Hulaimy, Abu Ishaq Asy Syirazy, Ar Rauyani, Al Baghwy, Al Khawarijmy, Al Imrany dan beberapa ulama lainnya. Walaupun demikian mereka membolehkan thabul (genderang) yang dipakai pada hari raya, peperangan dan rombongan jamaah haji. Sedangkan sebagian ulama lainnya mengatakan yang diharamkan adalah thabul lahwy. Sedangkan Syaikhani (Imam Nawawy dan Imam Rafii) dan beberapa ulama lainnya mengatakan tidak diharamkan thabul kecuali kubah. Mengenai perbedaan ini, Ibnu Ruf`ah mengatakan bahwa para ashhab

Hadis riwayat Abi Daud

‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬- ‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮو أن ﻧﱮ ﷲ‬ ‫ ﻰ ﻋﻦ اﳋﻤﺮ واﳌﻴﺴﺮ واﻟﻜﻮﺑﺔ واﻟﻐﺒﲑاء‬-‫وﺳﻠﻢ‬ Artinya: Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi Saw melarang khamar, judi, kubah dan `ubaira` (sejenis minuman keras dari jagung)”. Ÿ

Hadis riwayat Ad Dalamy

‫أﻣﺮت ﺪم اﻟﻄﺒﻞ واﳌﺰﻣﺎر‬ Artinya: “Aku diperintahkan untuk menghancurkan thabul (gendrang) dan mizmar (Seruling)”.

51

KAJIAN Ÿ

Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban dan Baihaqi dari Ibnu Abbas ra

‫ إن ﷲ‬: ‫إن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ ‫ﻋﺰ وﺟﻞ ﺣﺮم ﻋﻠﻴﻜﻢ اﳋﻤﺮ واﳌﻴﺴﺮ واﻟﻜﻮﺑﺔ‬ Artinya: Bahwasanya Rasulullah Saw berkata: “Allah azza wajalla telah mengharamkan kepada kamu khamar, judi, dan kubah”. Al Baihaqy dalam Sunan Kubra menerangkan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Sufyan dari Ali bin Bazimah. Sufyan bertanya kepada Ali: "Apa yang dimaksud dengan kubah?” Ali bin Bazimah menjawab " Thabul". Karena ini merupakan tafsir dari perawi, maka tafsir kubah dengan thabul lebih didahulukan dengan tafsir lainnya yang mengatakan bahwa makna kubah adalah nard (dadu). Dengan ini, terjawablah apa yang disebutkan oleh Imam Az Zabidy di dalam Syarah Ihya, Ittihaf Sadah Al Muttaqin (hal 592 juzuk 7 cet. Darul Kutub Ilmiyah thn 2005) - sebagai dalil bagi orang orang yang membolehkan kubah- "manakala ikhtilaflah para ahli loghat tentang makna kubah, maka gugurlah keabsahan berhujjah dengan hadishadis yang menyebutkan kubah".

3. Autar dan Mi`zaf (gitar dan jenis alat musik bersenar)

(alat musik petik), dan kubah, tidak ada perbedaan pendapat diantara ulama tentang keharaman mendengarnya dan tidak pernah saya dengar para ulama salaf atau khalaf yang membolehkannya". Ada sebagian orang yang menolak ijmak tersebut dengan membawa dalil perkataan Al Mawardi di dalam AlHawi bahwa para ulama mengkhususkan `ud (kecapi) dengan hukum mubah dibandingkan dengan autar lainnya karena ia bisa menghilangkan kegundahan dan menambah kegembiraan dan juga bisa menjadi penyembuh dari penyakit. Selain itu, Ibnu Thahir menghikayahkan ijmak para ulama Madinah dan pendapat Abi Ishaq Asy Syirazy yang membolehkannya, bahkan Ibnu Thahir juga mengatakan bahwa Abu Ishaq Asy Syirazi juga mendengarkan ud (kecapi). Ia (Ibnu Thahir) berkata "Ini adalah pendapat yang masyhur dalam mazhabnya (Abu Ishaq) dan tak ada seorang ulama pun yang semasa dengan beliau yang mengingkarinya". Ibnu Hajar Al Haitamy mengatakan bahwa penolakan ijmak ini adalah sesuatu yang bathil dengan beberapa alasan. Al Mawardy menyebutkan pendapat tersebut di dalam kitab Al Hawy tak lain karena ingin menolaknya, karena beliau berkata sesudah itu.

‫ﻫﺬا ﻻ وﺟﻪ ﻟﻪ‬ (pendapat ini tidak memiliki dasar) Argumen yang membolehkannya, karena ia bisa menyembuhkan penyakit, maka hal ini tertolak dengan dua alasan: Ÿ

Para ulama telah sepakat mengharamkan seluruh jenis autar dan mi`zaf (alat musik petik) seperti thanbur,`ud (sejenis kecapi; lute), shanj yang bersenar, rubab, kaminjah (biola), santhir, darbij dan lainnya. Ibnu Hajar mengatakan "Bila ada orang yang mengatakan bahwa pada masalah ini terjadi khilaf diantara para ulama, maka ia telah tersalah dan telah dikuasai oleh hawa nafsunya sehingga membuatnya buta dan tuli". Diantara para ulama yang menaqal ijmak ulama tentang haramnya alat musik ini adalah Abu Abbas Al Qurthuby, Abu Fattah Salim bin Ayyub Ar Razy. Al Qurthuby mengatakan "Adapun ma`azif, Autar

52

RTA ACEH UTARA

Ÿ

Bila memang dibolehkan karena menjadi obat, maka semestinya dikaitkan kebolehannya kepada orang yang sedang sakit yang bisa terbantu hanya dengan alat tersebut. Bila memang dibolehkan karena dharurah, maka tidak sepatutnya pendapat tersebut disebut sebagai wajh (yang menunjuki pendapat tersebut tidak kuat) tetapi dijazamkan kepada boleh sebagaimana halnya berobat dengan benda najis. Al Hulaimy menjazamkan bahwa jika alat musik bermanfaat untuk menyembuhkan orang sakit, maka dibolehkan untuk mendengarnya. Tetapi hal ini harus berdasarkan kesaksian dua orang dokter yang adil bahwa penyakitnya hanya bisa disembuhkan dengan

mendengarkan alat musik tersebut. Adapun ijmak ulama Madinah yang dinaqal oleh Ibnu Thahir, ini merupakan dusta dan khurafat dari Ibnu Thahir, bahkan Ibnu thahir termasuk orang yang meriwayatkan hadis-hadis maudhu`. Al Azra`i berkata: "Ini adalah kecerobohan Ibnu Thahir. Di Madinah, hal ini hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh dan bathil.” Demikian juga perkataannya yang mengatakan bahwa Abu Ishaq Asy Syirazy membolehkan dan juga mendengarnya, juga merupakan dusta belaka. Karena Abu Ishaq sendiri di dalam kitab Al Muhazzab mengqatha` diharamkan `ud (kecapi). Abu Qasim Ad Daula`i mengarang satu kitab yang khusus menerangkan keharaman `ud (kecapi) dilengkapi dengan dalil yang panjang. Adapun hadis hadis yang melarang menggunakan autar dan mi`zaf antara lain: Ÿ

Hadis riwayat Bukhary

‫ﻟﻴﻜﻮﻧﻦ ﻣﻦ أﻣﱵ أﻗﻮام ﻳﺴﺘﺤﻠﻮن اﳊﺮ واﳊﺮﻳﺮ‬ ‫واﳋﻤﺮ واﳌﻌﺎزف‬ Artinya: “Akan ada diantara ummatku kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamar dan ma`azif”. Imam Syarbainy menyebutkan di dalam kitab Mughni Muhtaj: "Berkatalah Al Jauhary dan yang lainnya'' Al Ma`azif adalah alat lahwi, termasuk kedalamnya rubab dan jank (chang)." Dalam qamus mu`jam fuqaha` disebutkan arti ma`azif adalah alat musik yang memiliki senar seperti ud (kecapi), kaman (violin) dan lainnya (musical instruments). Ibnu Hazm berkata: "Hadis ini munqathi`(terputus sanadnya)," bahkan Ibnu Hazm menghukumi maudhu` kepada hadis yang berkenaan dengan alat musik. Ini merupakan dakwaan yang salah karena Imam Bukhary telah menyebutkan hadis tersebut ditempat yang lain dengan sanad yang muttasil dan para imam telah menerangkan bahwa satu hadis yang disebut oleh Imam Bukhary dalam bentuk ta`liq (putus pada awal sanadnya) tetapi beliau sebut dengan sighat jazam, maka hadis tersebut shahih dan bisa dijadikan dalil bahkan hadis tersebut juga masyhur dari selain Bukhary.

KAJIAN Ÿ

Artinya:

Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal:

ِ ً ‫رﲪﺔ‬ َِ َ‫وﺟﻞ َﺑ‬ ، ‫ْﻠﻌﺎﻟﻤﲔ‬ ‫ِ ﱠإن ﷲ َ ﱠﻋﺰ َ َ ﱠ‬ ُ َ ً َْ َ ‫ـﻌﺜﲏ‬ َ ِ َ َ ‫وﻫﺪى ﻟ‬ ِ َِ َ ‫َو‬ ‫ْﻟﻤﻌﺎزف‬ َ ِ َ َ ‫ْﻟﻜﺒﺎرات َوا‬ ْ ‫َأﻣﺮﱐ‬ َ َْ ‫َأن‬ َ َ َ ‫ْﻟﻤﺰاﻣﲑ َوا‬ َ َ َ ‫َأﳏﻖ ا‬ ِ ‫ـﻌﺒﺪِﰲ اْ ِ ِﱠ‬ ‫ﳉﺎﻫﻠﻴﺔ‬ ْ َ َ ‫واﻷوَ َن ﱠِاﻟﱵ‬ ُ َْ‫ﻛﺎﻧﺖ ُﺗ‬ َْ َ َ Artinya : “Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat dan petunjuk bagi sekalian alam dan memerintahkan aku untuk menghapus mazamir (segala jenis seruling), kabarat (sejenis gitar), ma`azif dan patung yang disembah pada masa jahiliyah.” Ÿ

Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya, Ibnu Jarir, Ath Thabrany dan Ibnu Mardawaih

‫إن إﺑﻠﻴﺲ ﳌﺎ ﻧﺰل إﱃ اﻷرض ﻗﺎل رب أﻧﺰﻟﺘﲎ إﱃ‬ ‫اﻷرض وﺟﻌﻠﺘﲎ رﺟﻴﻤﺎ ﻓﺎﺟﻌﻞ ﱃ ﺑﻴﺘﺎ ﻗﺎل اﳊﻤﺎم‬ ‫ﻗﺎل ﻓﺎﺟﻌﻞ ﱃ ﳎﻠﺴﺎ ﻗﺎل اﻷﺳﻮاق وﳎﺎﻣﻊ اﻟﻄﺮق‬ ‫ﻗﺎل ﻓﺎﺟﻌﻞ ﱃ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻗﺎل ﻣﺎ ﱂ ﻳﺬﻛﺮ اﺳﻢ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ ﺷﺮا ﻗﺎل ﻛﻞ ﻣﺴﻜﺮ ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ‬ ‫ﻣﺆذ ﻗﺎل اﳌﺰاﻣﲑ ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ ﻗﺮآ ﻗﺎل اﻟﺸﻌﺮ‬ ‫ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ ﻛﺘﺎ ﻗﺎل اﻟﻮﺷﻢ ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ ﺣﺪﻳﺜﺎ‬ ‫ﻗﺎل اﻟﻜﺬب ﻗﺎل اﺟﻌﻞ ﱃ رﺳﻮﻻ ﻗﺎل اﻟﻜﻬﺎﻧﺔ ﻗﺎل‬ ‫اﺟﻌﻞ ﱃ ﻣﺼﺎﻳﺪ ﻗﺎل اﻟﻨﺴﺎء )اﺑﻦ أﰉ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﰱ‬ ‫ واﺑﻦ‬، ‫ واﻟﻄﱪاﱏ‬، ‫ واﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ‬، ‫ﻣﻜﺎﻳﺪ اﻟﺸﻴﻄﺎن‬ ‫ﻣﺮدوﻳﻪ ﻋﻦ أﰉ أﻣﺎﻣﺔ‬ Artinya: “Ketika diturunkan ke bumi, Iblis berkata: “Ya tuhanku, Engkau turunkan aku ke bumi dan Engkau jadikan aku terkutuk, maka jadikanlah untukku rumah.” Allah menjawab: “Kamar mandi.” “Maka jadikan untukku majlis.” Allah menjawab : "Pasar dan tempat berkumpul di jalanan,” “maka jadikanlah untukku makanan,” Allah menjawab: “makanan yang tidak disebutkan nama Allah,” “maka jadikanlah untukku minuman,” Allah menjawab: “semua minuman yang memabukkan,” “maka jadikanlah untukku azan,” Allah menjawab: “Semua seruling,” “maka jadikanlah untukku Al qur-an,” Allah menjawab: “nyanyian,” “maka jadikanlah untukku kitab,” Allah menjawab: “tato,” “maka jadikanlah untukku hadis,” Allah menjawab:“dusta”, “jadikanlah untukku rasul,” Allah menjawab: “dukun,” “jadikanlah untukku perangkap,” Allah menjawab: wanita.”

4. Mizmar (Seruling; jenis alat musik tiup) Menurut Al Kalaby, orang yang pertama sekali menciptakan seruling adalah Bani Israel. Para ulama telah

sepakat (ijmak) mengharamkan seluruh jenis seruling, kecuali yara` yang dinamai juga dengan syababah (seruling tanpa mulut). Namun menurut pendapat yang kuat, syababah` juga diharamkan, sama dengan jenis seruling lainnya. Ibnu Abi Asharun mengatakan: pendapat yang benar adalah haram, bahkan ia (syababah) lebih layak untuk diharamkan dibandingkan seruling lainnya yang telah disepakati keharamannya, karena suaranya lebih kuat dan ia merupakan syiar pemabuk dan orang-orang fasik. Para ulama membolehkan nafir (terompet) yang dipergunakan rombongan jamaah haji. Kaum Dhahiriyah dan Ibnu Thahir membolehkan seruling. Selain itu mereka juga menolak adanya nash yang melarangnya dan menganggap dhaif hadis-hadis yang berkenaan dengan alat tersebut. Para ulama menolak pernyataan tersebut karena keharaman alat musik memiliki dalil yangkuat berupa Al qur-an, Hadis, qiyas (analogi) bahkan ijmak (konsesus). Imam Nawawy dan Rafi’i mengatakan: “Mizmar `iraqi (seruling yang memiliki mulut dan biasanya dipergunakan bersama autar) dan alat yang dipergunakan bersama autar itu haram digunakan tanpa khilaf." Imam Jamalul Islam Ibnu Bizry mengatakan: "Syababah adalah seruling dan ia haram berdasarkan nash. Dan wajiblah mengingkarinya dan tidak diperbolehkan mendegarnya." Al Qurthuby berkata: ia lebih tinggi dari seruling (lainnya). Semua alasan diharamkan seruling juga ada padanya bahkan lebih, maka ia lebih aula (utama) untuk diharamkan". Dasar terjadi khilaf pada syababah adalah sebuah hadis dari Nafi`yang diriwayatkan oleh Abi Daud: ‫ )ﲰﻊ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬:‫ﻋﻦ ﻓﻊ أﻧﻪ ﻗﺎل‬ ،‫ و ى ﻋﻦ اﻟﻄﺮﻳﻖ‬،‫ ﻓﻮﺿﻊ أﺻﺒﻌﻴﻪ ﻋﻠﻰ أذﻧﻴﻪ‬:‫ ﻗﺎل‬,‫ﻣﺰﻣﺎرا‬ ً :‫ ﻗﺎل‬،‫ ﻻ‬:‫ ﻓﻘﻠﺖ‬:‫ﺷﻴﺌﺎ؟ ﻗﺎل‬ ً ‫ ﻓﻊ ! ﻫﻞ ﺗﺴﻤﻊ‬:‫وﻗﺎل ﱄ‬ ‫ ﻛﻨﺖ ﻣﻊ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬:‫ وﻗﺎل‬،‫ﻓﺮﻓﻊ أﺻﺒﻌﻴﻪ ﻣﻦ أذﻧﻴﻪ‬ ‫وﺳﻠﻢ ﻓﺴﻤﻊ ﻣﺜﻞ ﻫﺬا ﻓﺼﻨﻊ ﻣﺜﻞ ﻫﺬا‬

“Dari Nafi’, ia berkata: Ibnu Umar mendengar mizmar. Ia (Nafi`) berkata: maka ia (Ibnu Umar) meletakkan dua jarinya pada telinganya dan berpaling dari jalan. Ia (Ibnu Umar) berkata kepadaku: apakah masih kamu dengar sesuatu? Aku menjawab: tidak. Maka ia (ibnu Umar) mengangkat dua jarinya dari dua telinganya dan berkata: adalah aku bersama Nabi saw, maka beliau mendengar suara seperti ini, maka beliau berbuat seperti ini (menutup telinga)”. Para ulama yang membolehkannya, berpegang kepada tindakan Nabi SAW yang tidak menganjurkan Ibnu Umar untuk menutup telinganya dan tidak melarang pengembala yang membunyikan seruling tersebut. Maka dapatlah dipahami bahwa Nabi saw berbuat demikian karena membencinya atau karena beliau sedang dalam keadaan berzikir. Alasan tersebut ditolak oleh para ulama lainnya dengan beberapa alasan: Ÿ

Rasulullah tidak memerintahkan Ibnu Umar untuk mengikuti beliau karena beliau telah mengetahi bahwa perbuatan beliau menjadi dalil maka pada saat beliau berbuat sesuatu pasti akan langsung diikuti oleh para shahabat.

Ÿ

Yang dilarang adalah istima` (mendengar secara sengaja), sedangkan bila terdengar tanpa qasad, maka hal ini tidak mengapa. Maka Ibnu Umar pada ketika itu hanya mendengar tanpa adanya perhatian dan qasad.



Kesimpulannya seluruh jenis seluring diharamkan walaupun yang terbuat dari jenis tanaman kecuali terompet yang dipergunakan para rombongan jamaah haji.

5. Shanj/ Shuffaqatain (Cymbals)

53

KAJIAN Alat music ini dinamakan juga dengan Shuffaqatain (Cymbals), yaitu alat musik yang berbentuk bulat lingkaran dan dimainkan dengan memukulkan salah satu bagian kepada bagian yang lain. Menurut pendapat yang kuat sebaimana disebutkan oleh Syaikhani, Qadhi Husain, Abu Ishaq Asy Syirazy dan lain-lain, penggunaan alat musik ini dihukumi haram karena ia termasuk kebiasaan kaum mukhannisin (waria). Sedangkan Imam Haramain masih mentawaquf hukum mempergunakannya dengan alasan tidak ada hadis yang menerangkan hal tersebut. Hal ini dijawab oleh ulama lain bahwa ia diqiyaskan kepada thabbul kubbah. Demikian juga diharamkan Shaj yaitu dua bilah kayu yang dipukulkan satu sama lain. Adapun ayat Al qur-an yang menjadi pegangan para ulama dalam mengharamkan beberapa alat musik yaitu : Ÿ

Surat Al Luqman ayat 6

‫وﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ ﻳﺸﱰى ﳍﻮ اﳊﺪﻳﺚ‬ Ibnu Abbas dan Hasan menafsirkan ayat tersebut dengan Al Malahy (alat musik) Ÿ

Surat Al Isra ayat 64

‫واﺳﺘﻔﺰز ﻣﻦ اﺳﺘﻄﻌﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺼﻮﺗﻚ‬ Al Mujahid menafsirkan ayat tersebut dengan ghina`(nyayian), dan mazamir (seruling). Dari beberapa urain diatas dapatlah kita pahami beberapa alasan diharamkan beberapa alat musik antara lain karena;

Ada juga sebagian orang yang mengatakan bahwa sebagian kaum shufi membolehkan mendengar alat musik karena bisa menambah semangat untuk berzikir. Pendapat ni merupakan kesesatan mereka. Maka dapatlah kita perhatikan bahwa diantara berbagai alat musik, ada yang sudah disepakati hukumnya dan ada pula yang masih diperselisihkan. Adapun yang sudah disepakati keharamannya antara lain: Ÿ

Authar (jenis alat musik petik)

Ÿ

Mizmar (jenis alat musik tiuup) kecuali Syababah

Ÿ

Thabul Kubbah (sejenis dendrang)

Yang ijmak kepada boleh antara lain:

Ÿ

Mendorong untuk melakukan hal hal yang haram seperti minum minuman keras, berjoget dan lainlain.

Ÿ

Thabul (alat musik pukul) selain kubah, termasuk kedalamnya beduk, gendrang perang, dan gendrang rombongan jamaah haji.

Ÿ

Karena merupakan adat kebiasaan dan syiar orang-orang fasiq, maka menggunakannya akan menjadikan seseorang serupa dengan mereka.

Ÿ

Adapun yang khilaf tetapi menurut yang kuat dibolehkan adalah Duff (rebana).

Hal tersebut bisa kita lihat pada zaman ini, musik mampu mendorong seseorang untuk bergojet ria dan mengkonsumsi narkoba. Selain itu, alat musik sangat dekat dengan kefasikan. Para anggota band sangat identik dengan narkoba dan pergaulan bebas, dan kenyakan badan mereka dipenuhi oleh tato. Karena itu, menggunakan alat musik akan menyebabkan seseorang tasyabuh

54

(serupa) dengan kaum fasiq. Karena alasan inilah, penggunaan alat musik itu dilarang.

RTA ACEH UTARA

Yang khilaf tetapi yang kuat tidak dibolehkan antara lain: Ÿ

Syababah

Ÿ

Shanj tanpa senar

Adapun alat musik modern, bisa kita ketahui hukumnya dengan membandingkan dengan alat- alat musik yang telah disebutkan oleh para ulama dahulu. Bila pada alat tersebut terdapat ilat diharamkan alat musik yang lain maka sudah pasti bisa kita hukumi juga haram.

Asal Mula Musik 1. Al-Quran Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Luqman: 6

ِ ِ ِ ْ‫ﻳﺸﱰي َ ْﳍﻮ ا‬ ِ ‫وﻣﻦ اﻟ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﳊﺪﻳﺚ ُِ ِ ﱠ‬ َ َ َِ ْ َ ‫ﻣﻦ‬ ْ َ ‫ﱠﻨﺎس‬ ْ َ ‫ﻟﻴﻀﻞ‬ َ َ ِ ِ َ ِ ِ‫ﺳﺒﻴﻞ اﱠ‬ ِ ِ َِ ‫ﳍﻢ‬ َ َِ ‫ﻫﺰوا‬ ْ َ َ ‫ﺑﻐﲑ ﻋ ٍْﻠﻢ َوَﻳـ‬ ْ َُ ‫ُأوﻟﺌﻚ‬ ً ُ ُ ‫ﱠﺘﺨﺬﻫﺎ‬ ‫ﻣﻬﲔ‬ ٌ ِ ُ ‫ﻋﺬاب‬ ٌ ََ “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan lahwal hadis untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. Menurut mayoritas Mufassirin lahwal hadis dalam ayat diatas diartikan dengan: al ghina’ (nyayian). Ini merupakan tafsir Ibnu Abbas, Jabir bin Abdillah, Mujahid, Ikrimah. Namun yang dimaksud nyayian di sini adalah nyayian yang diiringi alat musik. Sebagaimana dikatakan oleh Mujahid:

‫ اﻟﻄﺒﻞ‬:‫ اﻟﻠﻬﻮ‬:‫ ﻗﺎل‬،‫ﻋﻦ ﳎﺎﻫﺪ‬ “Dari Mujahid, ia berkata: yang dimaksud al lahwu di sini adalah gendang.” Al Imam Ibnu Katsir juga mengatakan:

‫ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ ﰲ اﻟﻐﻨﺎء واﳌﺰاﻣﲑ‬ “Ayat ini turun terkait dengan nyanyian dan seruling”

‫وﻗﺎل اﻟﻀﺤﺎك ﰲ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ وﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ ﻳﺸﱰي ﳍﻮ‬ ‫اﳊﺪﻳﺚ ﻗﺎل ﻳﻌﻨﯽ اﻟﺸﺮك وﺑﻪ ﻗﺎل ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ زﻳﺪ‬ ‫ﺑﻦ أﺳﻠﻢ واﺧﺘﺎر اﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ أﻧﻪ ﻛﻞ ﻛﻼم ﺑﺼﺪ ﻋﻦ آ ت‬ ‫ﷲ واﺗﺒﺎع ﺳﺒﻴﻠﻪ‬

KAJIAN ‫ﻛﺬﺑﲏ ﲰﻊ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل‬ ‫ﻟﻴﻜﻮﻧﻦ ﻣﻦ أﻣﱵ أﻗﻮام ﻳﺴﺘﺤﻠﻮن اﳊﺮ واﳊﺮﻳﺮ‬ ‫واﳋﻤﺮ واﳌﻌﺎزف وﻟﻴﻨﺰﻟﻦ أﻗﻮام إﱃ ﺟﻨﺐ ﻋﻠﻢ ﻳﺮوح‬ ‫ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺑﺴﺎرﺣﺔ ﳍﻢ ﺗﻴﻬﻢ ﻳﻌﲏ اﻟﻔﻘﲑ ﳊﺎﺟﺔ‬ ‫ﻓﻴﻘﻮﻟﻮن ارﺟﻊ إﻟﻴﻨﺎ ﻏﺪا ﻓﻴﺒﻴﺘﻬﻢ ﷲ وﻳﻀﻊ اﻟﻌﻠﻢ‬ ‫وﳝﺴﺢ آﺧﺮﻳﻦ ﻗﺮدة وﺧﻨﺎزﻳﺮ إﱃ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬

“Menurut Dhahaq, makna lahwal hadis di sini adalah syirik dan pendapat tersebut berasal dari Abdurrahman bin zaid bin Aslam dan pendapat tersebut diperkuat oleh Ibnu Jarir dengan mengatkan bahwa sungguh yang dimaksudkan di sini adalah alat musik yang dapat mencegah mengingat Allah dan Mencegah Mengikutii jalan Allah”.

2. Hadis Riwayat Amir bin Sa’ad Al-Bajali ٍ ٍ ْ َ ‫ـﺮﻇﺔ ْ ِﺑﻦ‬ َِ َ ،‫ﻛﻌﺐ‬ ‫ِﰲ‬،‫ﻷﻧﺼﺎري‬ َ َ َ‫ْﻠﺖ َ َﻋﻠﻰ ُﻗ‬ ُ ‫َدَﺧ‬ ُ ْ َ ‫وأﰊ‬ ِّ ِ َ ْ َ ْ‫ﻣﺴﻌﻮد ا‬ ِ ‫ َأْﻧـﺘﻤﺎ‬:‫ْﻠﺖ‬ ِ ِ ُ ‫ﺻﺎﺣﺒﺎ‬ ‫رﺳﻮل اﱠِ َ ﱠ‬ ِ ٍ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﻘ‬ ‫ـ‬ ‫ﻓ‬ ،‫ـﻐﻨﲔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟﻮار‬ ‫وإذا‬ ،‫ﻋﺮس‬ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ٍ ْ ُ ِ َ ‫ ﻳْـﻔﻌﻞ‬،‫ﺑﺪر‬ ِ ‫ﻋﻠﻴﻪ ﱠ‬ ِ ِ ْ ‫وﻣﻦ‬ :‫ﻋﻨﺪﻛﻢ؟ ﻓََـﻘﺎَل‬ َ ُ َ ُ ٍ ْ َ ‫َأﻫﻞ‬ ُ ْ َ ‫وﺳﻠﻢ‬ ْ ُ َ ْ ‫ﻫﺬا‬ َ َ َ ََْ ‫ﷲ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫رﺧﺺ ََﻟﻨﺎ‬ ‫ﻗﺪ‬ ،‫اذﻫﺐ‬ ‫ﺷﺌﺖ‬ ‫وإن‬ ،‫ﻣﻌﻨﺎ‬ ‫ﻓﺎﲰﻊ‬ ‫ﺷﺌﺖ‬ ‫إن‬ ‫اﺟﻠﺲ‬ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ّ َ َ ْ َ َ ُ َ ََ َ ْ َ ْ ْ ِ ْ ‫ِﰲ ﱠ‬ ‫ْﻟﻌﺮس‬ َ ْ ِ ‫اﻟﻠﻬﻮ‬ ْ ُ ‫ﻋﻨﺪ ا‬ “Aku datang ke sebuah acara pernikahan bersama Qurazah bin Ka’ab dan Abu Mas’ud Al Anshari. Di sana para budak wanita bernyanyi. Aku pun berkata, ‘Kalian berdua adalah sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan juga ahlul badr, engkau membiarkan ini semua terjadi di hadapan kalian. Mereka berkata: ‘Duduklah jika engkau mau dan dengarlah nyanyian bersama kami, kalau engkau tidak mau maka pergilah, sesungguhnya kita diberi rukhshah untuk mendengarkan al lahwu dalam pesta pernikahan”. Yang namanya rukhshah (keringanan), tidak akan ada jika tidak ada larangan atau pengharaman. Hadis ini menunjukkan bahwa memainkan duff dan thabl di luar pesta pernikahan hukumnya terlarang.

‫ ﻣﺎ‬:‫وأن اﺑﻦ ﻋﻤﺮ دﺧﻞ ﻋﻠﻴﻪ وإﱃ ﺟﻨﺒﻪ ﻋﻮد ﻓﻘﺎل‬ ‫ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫ﻫﺬا ﺻﺎﺣﺐ رﺳﻮل ﷲ‬ ‫ ﻫﺬا ﻣﻴﺰان‬:‫ ﻓﺘﺄﻣﻠﻪ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻓﻘﺎل‬،‫ ﻓﻨﺎوﻟﻪ إ ﻩ‬‫ ﻳﻮزن ﺑﻪ اﻟﻌﻘﻮل‬:‫ ﻗﺎل اﺑﻦ اﻟﺰﺑﲑ‬،‫ﺷﺎﻣﻲ‬ “Dan Ibnu Umar pernah ke rumahnya ternyata disampingnya ada gitar. Ibnu Umar berkata:' Apa ini wahai sahabat Rasulullah SAW? Kemudian Ibnu Zubair mengambilkan untuknya, Ibnu Umar merenungi kemudian berkata:' Ini mizan Syami (alat musik) dari Syam?'. Berkata Ibnu Zubair:' Dengan ini akal seseorang bisa seimbang”. Mengenai seni musik dalam Islam didapati dalam hadis-hadis sebagai berikut: Ÿ

Hadis Riwayat Bukhari, no 987

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ وﻗﺎل ﻫﺸﺎم ﺑﻦ ﻋﻤﺎر ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ‬ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻋﻄﻴﺔ ﺑﻦ ﻗﻴﺲ‬ ‫اﻟﻜﻼﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻏﻨﻢ اﻷﺷﻌﺮي ﻗﺎل‬ ‫ﺣﺪﺛﲏ أﺑﻮ ﻋﺎﻣﺮ أو أﺑﻮ ﻣﺎﻟﻚ اﻷﺷﻌﺮي وﷲ ﻣﺎ‬

“Dan berkata Hisam Ibnu Ammar menceritakan Sodaqtu ibn Khalid, menceritakan Abdurrahman bin Yasid ibnu Jabir, menceritakan kepada kami 'Athiyah ibnu Qais al-Kilabie, menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Ganmin al-Ash'ari, menceritakan kepada kami Abu Malik al'Ash'ari, demi Allah aku tidak berbohong aku mendengar Nabi SAW bersabda "Sesungguhnya akan terdapat dikalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat permainan musik. Kedian segolongan (dari kaum muslimin) akan pergi ketebing bukit yang tinggi. Lalu pengembala dengan ternak kambingnya mendekati golongan tersebut. Lalu mereka didatangi seorang fakir untuk meminta sesuatu ketika itu mereka kemudian berkata "datanglah kepada kami esok hari" pada malam hari Allah membinasakan mereka dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka. Sisa mereka yang tidak binasa pada hari tersebut ditukar rupanya menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat.” Hadis di atas berbicara tentang musik,sedangkan musik memiliki tiga komponen yang paling dasar yakni vokal, instrumen (alat musik), dan vokal beserta alat musik oleh karena itu, perlu kiranya penampilan hadis tentang nyanyian berikut hadis yang membicarakan nyanyian. Ÿ

Hadis Riwayat Ahmad, no 452/37) Musnad Imam Ahmad

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر اﻟﻜﻮﺳﺞ أﺧﱪ‬ ‫اﻟﻔﻀﻞ ﺑﻦ دﻛﲔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﺑﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻦ ﻓﺮﻗﺪ‬ ‫اﻟﺸﺒﺤﻲ ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﻣﻨﻴﺐ اﻟﺸﺎﻣﻲ ﻋﻦ أﰊ ﻋﻄﺎء ﻋﻦ‬ ‫ﻋﺒﺎدة ﺑﻦ اﻟﺼﺎﻣﺖ ﻋﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫و ﺣﺪﺛﲏ ﺷﻬﺮ ﺑﻦ ﺣﻮﺷﺐ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻏﻨﻢ ﻋﻦ‬ ‫رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل وﺣﺪﺛﲏ ﻋﺎﺻﻢ ﺑﻦ‬ ‫ﻋﻤﺮو اﻟﺒﺠﻠﻲ ﻋﻦ أﰊ ﻋﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫وﺳﻠﻢ ﻗﺎل وﺣﺪﺛﲏ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ اﳌﺴﻴﺐ أو ﺣﺪﺛﺖ ﻋﻨﻪ‬ ‫أﻣﺎﻣﺔ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻋﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﻗﺎل واﻟﺬي ﻧﻔﺲ ﳏﻤﺪ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻴﺒﲔ س ﻣﻦ أﻣﱵ ﻋﻠﻰ‬ ‫أﺷﺮ وﺑﻄﺮ وﻟﻌﺐ وﳍﻮ ﻓﻴﺼﺒﺤﻮا ﻗﺮدة وﺧﻨﺎزﻳﺮ‬ ‫ﺳﺘﺤﻼﳍﻢ اﶈﺎرم واﻟﻘﻴﻨﺎت وﺷﺮﱘ اﳋﻤﺮ وأﻛﻠﻬﻢ اﻟﺮ‬ ‫وﻟﺒﺴﻬﻢ اﳊﺮﻳﺮ‬

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ishq bin Mansur al-Kausaju, telah mengkhabarkarkan kepada kami al-Fadl Ibnu Bukain, telah menceritakan kepada kami Abu Munib al-Syami dari Abi Ata dari Ubadah Ibnu al-Samit dari Rasulullah bersabda, "Demi zat yang jiwaku dalam genggamannya, pasti akan datang manusia dari umatku yang bersuka ria, berbuat bodoh, bermainmain, dan bersenda gurau. Kemudian esoknya mereka berubah menjadi kera dan anjing karna perbuatan mereka yang menghalalkan perkara haram, nyanyian, meminum minuman keras, memakan riba dan memakai sutra”.



Kedua hadis ini bisa dipakai sebagai dalil untuk mengharamkan nyanyian dan penggunaan alat-alat musik.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫َ ُ َﱠ‬ ِ َ ‫ـﻮام َ ِ ﱡ‬ ِ ‫ﻣﻦ ﱠ‬ ‫واﳊﺮﻳﺮ‬ ‫اﳊﺮ‬ َ ْ ‫ﻟﻴﻜﻮﻧﻦ‬ ْ َ ٌ َ‫ُأﻣﱵ َأْﻗ‬ َ َ ‫ﻳﺴﺘﺤﻠﻮن‬ ِ ‫واﳌﻌﺎزف‬ ‫واﳋﻤﺮ‬ َ َ َ ََْ “Akan datang kaum dari umatku kelak yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan ma’azif (alat musik)” Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:

ِ ِ ‫آﺧﺮ ﱠ‬ ، ” ‫وﻣﺴﺦ‬ ٌ ْ َ َ ، ‫ﺧﺴﻒ‬ ُ ُ ََ ٌ ْ َ ‫اﻟﺰﻣﺎن‬ ٌ ْ َ َ ، ‫وﻗﺬف‬ َ ِ ‫ﺳﻴﻜﻮنِﰲ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻇﻬﺮت‬ َ َ ‫وﻣﱴ‬ َ َ َ : ‫ﻗﻴﻞ‬ ُ َ َ ‫ذﻟﻚ‬ َ َ َ ‫ ” َإذا‬: ‫رﺳﻮَل اﱠ ؟ َﻗﺎَل‬ َ ِ ‫ ُْ ِ ﱠ‬، ‫ـﻨﺎت‬ ‫ﳋﻤﺮ‬ ُ ِ َ َ‫ا‬ ْ َْ‫واﺳﺘﺤﻠﺖ ا‬ َ ُ َْ‫ْﻟﻤﻌﺎزف َوا َْﻟﻘﻴ‬ “Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan diubah wajahnya menjadi buruk”. Beliau ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ketika ma’azif (alat-alat musik) dan para penyanyi wanita telah merajalela, serta khamr dianggap halal”.

55

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.