MODUL INDUSTRI TEKSTIL Flipbook PDF

Selengkapnya di shorturl.at/fxKR3

73 downloads 112 Views 10MB Size

Story Transcript

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN 2013 Modul-05/PJ.042/2013 UNTUK KEPENTINGAN DINAS


i DISCLAIMER Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam memahami proses bisnis dari bidang industri tekstil. Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, nara sumber, ketentuan formal, pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya. Informasi/ bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksudkan sebagai aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas. PENGHARGAAN Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam penyampaian informasi/ bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi penggunanya. TIM PENYUSUN Penanggungjawab : Freddy Dwi Artanto - Kepala SubDirektorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan Ketua Tim : Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan Penyusun : Tim Kanwil DJP Jawa Barat I Tim Kanwil DJP Jawa Barat II Tim Kanwil DJP Jawa Timur III Editor : Endy Prasetyo Widyanto – Pemeriksa Pajak Ramot Immanuel A L Tobing- Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan Hak Cipta 2013, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak


ii KATA PENGANTAR Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan limpahan rahmat, semangat, dan kekuatan untuk selalu dapat meningkatkan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya para Pemeriksa Pajak. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dan optimalisasi penerimaan pajak yang merupakan tugas utama Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan memiliki tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemeriksaan. Dalam pelaksanaan tugas, kami berkomitmen untuk selalu bekerja dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Kementerian Keuangan, yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Salah satu upaya untuk menjaga komitmen tersebut adalah dengan meningkatkan kapasitas Pemeriksa Pajak melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan berjenjang maupun In House Training (IHT) yang didukung oleh modul pembelajaran yang materinya berasal dari hasil kajian kebutuhan bahan ajar disesuaikan dengan perkembangan proses bisnis dunia usaha, telaahan proses bisnis sektor-sektor tertentu, dan dinamika peraturan perundang-undangan perpajakan. Penyediaan modul pembelajaran diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas. Kami berharap, modul ataupun bahan ajar ini tidak hanya digunakan dalam rangka mendukung pemeriksaan. Namun, dapat dipergunakan lebih luas dalam rangka penggalian potensi perpajakan secara umum oleh semua pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada Tim Penyusun yang telah menuntaskan tugasnya, ikhlas meluangkan waktu dan mencurahkan tenaga, pengalaman serta pikiran sehingga modul ini dapat tersusun dengan baik. Semoga segala upaya Tim Penyusun menjadi amal kebaikan, dan modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


iii DAFTAR ISI DISCLAIMER......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii BAB I .................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN................................................................................................................... 1 1. Gambaran Umum....................................................................................................... 1 2. Perkembangan Industri Tekstil ................................................................................... 2 BAB II ................................................................................................................................... 5 PROSES BISNIS .................................................................................................................. 5 1. Proses Bisnis Industri................................................................................................. 5 1.1 Tahapan pada Proses Spinning .......................................................................... 5 1.2 Tahapan pada Proses Weaving dan Knitting....................................................... 6 1.3 Tahapan pada Proses Finishing .......................................................................... 8 2. Pengelompokan dan Kualitas Produk Tekstil............................................................ 10 2.1. Pengelompokan Produk Tekstil ......................................................................... 10 2.2. Penilaian Kualitas Tekstil................................................................................... 11 3. Faktor yang Mempengaruhi Harga ........................................................................... 12 BAB III ................................................................................................................................ 13 ASPEK DAN KETENTUAN PERPAJAKAN......................................................................... 13 BAB IV................................................................................................................................ 15 PERSIAPAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN ............................................................... 15 1. Sistem Akuntansi...................................................................................................... 15 2. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan .............................................................................. 15 3. Dokumen / Data yang Diperlukan............................................................................. 16 4. Prosedur Pemeriksaan............................................................................................. 17 BAB V................................................................................................................................. 24 PENUTUP........................................................................................................................... 24


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Gambaran Umum Tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah barang/benda yang bahan bakunya berasal dari serat (umumnya adalah kapas, polyester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Produk tekstil disini adalah pakaian jadi (garment), tekstil rumah tangga, dan kebutuhan industri. Produk Tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil, baik yang setengah jadi maupun yang telah jadi. Yang termasuk dalam produk tekstil adalah: a. Pakaian jadi/clothing/garment adalah berbagai jenis pakaian yang siap pakai (ready to wear) dalam berbagai ukuran standar, antara lain: pakaian pria dan wanita (dewasa dan anak-anak), pakaian pelindung (mantel, jacket, sweater), pakaian seragam, pakaian olah raga, dan lain-lain. Pakaian jadi ini harus dibedakan dengan apparel, karena apparal ini selain mencakup pakaian jadi juga mencakup berbagai accessories seperti: sepatu, tas, perhiasan, tutup kepala atau kerudung, dasi, kaos kaki, dan accessories lainnya. b. Tekstil rumah tangga/house hold, seperti: bed linen, table linen, toilet linen, kitchen linen, curtain, dan lain-lain. c. Kebutuhan industri/industrial use, antara lain: canvas, saringan, tekstil rumah sakit, keperluan angkatan perang termasuk ruang angkasa, dan lain-lain. Dalam modul pemeriksaan ini fokus pembahasan adalah usaha pengolahan benang menjadi kain (Industri Pertenunan). Bahan baku utama dalam Industri Pertenunan adalah benang dan produk jadinya adalah kain yang menjadi bahan baku industri garmen. Industri ini merupakan industri strategis karena menghasilkan produk kain sebagai bahan baku industri garmen yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan penghasil devisa dari ekspor kain. Pengusaha industri tekstil lokal mendapat saingan berat yaitu impor kain dari Cina. Bahan baku, yang berupa benang, diperoleh dari perusahaan-perusahaan penghasil benang domestik dan benang impor. Proses utama dalam industri ini adalah Twisting,


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 2 Weaving, Dyeing, dan Finishing. Dalam bab-bab berikut akan diuraikan alur produksi atau proses kegiatan, proses pemasaran/penjualan, persiapan pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, dan contoh kasus. Juga diuraikan analisis-analisis yang dapat dilakukan terkait dengan karakteritik proses produksi dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Perlu disampaikan juga bahwa hasil analisa yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan data dan informasi lain yang bisa diperoleh melalui pencarian data dan informasi pendukung melalui googling dan informasi publik yang tersedia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang pertekstilan berada di bawah naungan Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Sesuai ketentuan selama masa merugi Wajib Pajak dapat mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN atas impor mesin maupun bahan bakunya. Komoditi industri tekstil Indonesia berdasarkan ekspor dengan harmonize system (HS) 6 digit adalah sebagai berikut: Serat (fibres), yaitu serat alami (silk, wool, cotton) dan serat buatan (man-made fiber). Benang (yarn), yaitu silk, wool, cotton, filament, dan staple fiber. Kain (fabric), yaitu woven (silk, wool, cotton, filament, staple), felt, non-woven, woven file fabric, terry towelling fabric, gauze, tulle and others net fabric, lace, narrow woven fabric, woven badges and similar, braids in the piece, woven fabric of metal thread, embroidery, quilted textile product, impregnated, coated covered or laminated textile fabric, knitted fabric. Pakaian jadi (garment) dari knitted and non-knitted. Lainnya (others), yaitu carpet (floor covering, tapestry), wedding, thread cord, label, badges, braid & similar, house/tube textile, conveyor belt, textile product of technical uses, others made up textile articles. 2. Perkembangan Industri Tekstil Secara pasti sejak kapan awal keberadaan industri tekstil di indonesia tidak dapat dipastikan, namun kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi/digunakan sendiri.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 3 Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri rumahan tahun 1929 dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) dengan menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan oleh Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional seperti sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBM mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan pada tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokan listrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri tekstil Indonesia mulai memasuki era teknologi dengan menggunakan ATM. Tahun 1960-an, sesuai dengan iklim ekonomi terpimpin, pemerintah Indonesia membentuk Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) yang antara lain seperti OPS Tenun Mesin; OPS Tenun Tangan; OPS Perajutan; OPS Batik; dan lain sebagainya yang dikoordinir oleh Gabungan Perusahaan Sejenis (GPS) Tekstil dimana pengurus GPS Tekstil tersebut ditetapkan dan diangkat oleh Menteri Perindustrian Rakyat dengan perkembangannya sebagai berikut: Pertengahan tahun 1965-an, OPS dan GPS dilebur menjadi satu dengan nama OPS Tekstil dengan beberapa bagian menurut jenisnya atau sub-sektornya, yaitu pemintalan (spinning); pertenunan (weaving); perajutan (knitting); dan penyempurnaan (finishing). Menjelang tahun 1970, berdirilah berbagai organisasi seperti Perteksi; Printer’s Club (kemudian menjadi Textile Club); perusahaan milik pemerintah (Industri Sandang, Pinda Sandang Jabar, Pinda Sandang Jateng, Pinda Sandang Jatim), dan Koperasi (GKBI, Inkopteksi). Tanggal 17 Juni 1974, organisasi-organisasi tersebut melaksanakan Kongres yang hasilnya menyepakati mendirikan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan sekaligus menjadi anggota API. Fase perkembangan industri tekstil indonesia diawali pada tahun 1970-an industri TEKSTIL Indonesia mulai berkembang dengan masuknya investasi dari Jepang di sub-sektor industri hulu (spinning dan man-made fiber making). Adapun fase perkembangan selanjutnya sebagai berikut: Periode 1970 – 1985, industri tekstil Indonesia tumbuh lamban serta terbatas dan hanya mampu memenuhi pasar domestik (substitusi impor) dengan segment pasar menengah-rendah.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 4 Tahun 1986, industri tekstil Indonesia mulai tumbuh pesat dengan faktor utamannya adalah: (1) iklim usaha kondusif, seperti regulasi pemerintah yang efektif yang difokuskan pada ekspor non-migas, dan (2) industrinya mampu memenuhi standard kualitas tinggi untuk memasuki pasar ekspor di segment pasar atas-fashion. Periode 1986 – 1997 kinerja ekspor industri tekstil Indonesia terus meningkat dan membuktikan sebagai industri yang strategis dan sekaligus sebagai andalan penghasil devisa negara sektor non-migas. Pada periode ini pakaian jadi sebagai komoditi primadona. Periode 1998 – 2002 merupakan masa paling sulit. Kinerja ekspor tekstil nasional fluktuatif. Pada periode ini dapat dikatakan periode cheos, rescue, dan survival. Periode 2003 – 2006 merupakan outstanding rehabilitation, normalization, dan expansion (quo vadis?). Upaya revitalisasi stagnant yang disebabkan multi-kendala, yang antara lain dan merupakan yang utama: (1) sulitnya sumber pembiayaan, dan (2) iklim usaha yang tidak kondusif. Periode 2007 pertengahan – onward dimulainya restrukturisasi permesinan industri tekstil Indonesia. Industri tekstil dan produk tekstil Indonesia secara teknis dan struktur terbagi dalam tiga sektor industri yang lengkap, vertikal dan terintegrasi dari hulu sampai hilir, yaitu: 1. Sektor Industri Hulu (upstream), adalah industri yang memproduksi serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended yarn). Industrinya bersifat padat modal, full automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja realtif kecil dan output ketenagakerjaanya besar. 2. Sektor Industri Menengah (midstream), meliputi proses penganyaman (interlacing) benang menjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan (weaving) dan rajut (knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan pengecapan (printing) menjadi kain-jadi. Sifat dari industrinya semi padat modal, teknologi madya dan modern – berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu. 3. Sektor Industri Hilir (downstream), adalah industri manufaktur pakaian jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan readymade garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 5 BAB II PROSES BISNIS 1. Proses Bisnis Industri Pada dasarnya tahapan proses pada industri tekstil dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu spinning untuk menghasilkan benang, weaving/knitting untuk menghasilan kain, dan finishing untuk memperbaiki mutu kain. Produk akhir dari industri tekstil adalah kain jadi yang bisa langsung dipasarkan atau dilanjutkan oleh industri garmen untuk diproses sampai menjadi pakaian jadi. 1.1 Tahapan pada Proses Spinning a. Blowing Proses membuka gumpalan serat, membersihkan kotoran yang terdapat pada serat, mencampur serat, dan membuat gulungan lap. b. Carding Proses menguraikan serat satu dengan lainnya, membersihkan kotoran yang terdapat pada serat, memisahkan serat pendek dengan serat panjang, dan menyejajarkan serat dan membetuk sliver. c. Combing Proses mengurangi persentase serat pendek, membersihkan kotoran yang terdapat pada serat, dan meluruskan serat sehingga lebih sejajar. d. Drawing Proses meluruskan dan menyejajarkan serat (sliver), memperbaiki kerataan dalam segi berat atau panjang, dan menyesuaian berat sliver/satuan panjang e. Flyer Proses meregangkan sliver dan memberi twist (antihan) f. Spinning Proses meregangkan sliver, memberi twist, dan menggulung benang g. Winding Proses menggulung benang hasil spinning.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 6 Gambar 1 Gambar 2 Keterangan : Gambar 1 dan 2 adalah proses winding yaitu menggulung benang supaya siap ditenun 1.2 Tahapan pada Proses Weaving dan Knitting a. Rewinding Proses menghilangkan kotoran, memperbaiki kerataan. b. Warping Proses menyejajarkan/ menggulung benang dalam beam. c. Sizing Proses untuk meningkatkan daya tenun dengan menidurkan bulu, menambah licin, menambah tahan gosokan. d. Reaching In Proses memasukan bebang lusi (warp) pada dropper, gun, dan sisir. e. Pirn Winding Proses menggulung benang weft pada palet (pirn). f. Weaving Proses Menganyam benang warp dan weft menjadi kain. g. Warp Knitting Proses membuat jeratan searah panjang kain menjadi rajut lusi (warp Knit) h. Weft Knitting Proses membuat jeratan searah lebar kain menjadi rajut pakan (weft knit)


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 7 Berikut adalah tahapan proses Weaving dan Knitting pada industry tekstil pada umumnya: Gambar 3 Gambar 4 Keterangan : Gambar 3 dan 4 adalah proses weaving yaitu menenun benang menjadi kain Rewinding Warping Sizing Reaching In Pirn Winding Weaving Warp Knitting Weft Knitting


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 8 1.3 Tahapan pada Proses Finishing a. Singeing Proses menghilangkan bulu pada permukaan kain. b. Desizing Proses menghilangkan kanji benang lusi sehingga menambah penyerapan. c. Scouring Proses menghilangkan kotoran, meningkatkan penyerapan dan kenampakan (appearance) d. Mercerizing Proses meningkatkan daya serap, luster (kilau), dan kekuatan. e. Heat setting Proses meningkatkan kestabilan dimensi (synthetic) f. Bleaching Proses membuat kain menjadi putih g. Opt Bleaching Proses meningkatkan whiteness (derajat putih) h. Dyeing Proses memberi warna yang merata pada kain. i. Printing Proses memberi warna yang berdesain/corak pada kain. j. Finishing Proses meningkatkan kualitas kain secara mekanik, maupun secara kimia sehingga diperoleh kain siap jual.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 9 Berikut adalah tahapan proses finishing pada industry tekstil pada umumnya: BAB III Gambar 5 Gambar 6 Keterangan : Gambar 5 adalah proses Drying yaitu mengeringkan kain, Gambar 6 adalah proses Dyeing yaitu memberi warna yang merata pada kain Persiapan Grey Singeing - Desizing Scouring Mercerizing Heat Setting Bleaching Dyeing Printing Finishing


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 10 Gambar 7 Gambar 8 Keterangan : Gambar 7 dan 8 adalah proses finishing yaitu proses meningkatkan kualitas kain secara mekanik maupun secara kimia sehingga diperoleh kain siap jual Dalam industri pertenunan proses kegiatan produksi dimulai dari Tahapan Proses Weaving dan Knitting dan dilanjutkan dengan Proses Finishing. Sedangkan Proses Spinning atau proses produksi merubah kapas menjadi benang termasuk kategori industri pemintalan benang. 2. Pengelompokan dan Kualitas Produk Tekstil 2.1. Pengelompokan Produk Tekstil Berdasarkan kegunaannya bahan tekstil dikelompokkan sebagai berikut : Keperluan busana (apparel textile) untuk kemeja, celana, pakaian dalam, pakaian sehari-hari, sepatu, kaus kaki dan sejenisnya Keperluan militer (military textile) untuk pakaian tempur, parasut, tenda, ransel dan lain lain. Keperluan medis (hospitality textile) untuk perban, pakaian dokter / perawat saat bekerja, baju pasien, perlengkapan pasien saat dirawat di rumah sakit dan sebagainya. Keperluan industri (industrial textile) kemasan produk, belt, tali, conveyor, pakaian kerja sesuai profesi misal pakaian montir, operator mesin dan lainnya. Keperluan olah raga (sport wear and sport textile) untuk pakaian olah raga yang berbeda-beda desain dan spesifikasinya misal sepak bola, tenis, renang juga


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 11 keperluan tekstil lainnya seperti net pingpong, layar dan banyak lagi sesuai dengan berbagai jenis cabang olah raga Keperluan penyangga struktur tanah menggunakan geotextile, yaitu sejenis serat poliester dengan pembuatan khusus. Pada umumnya barang tekstil dikelompokkan sebagai berikut : Berdasar jenis produk : staple, filamen, benang, kain, produk jadi Berdasar asal bahannya : alam, sintetis, campuran Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir. 2.2. Penilaian Kualitas Tekstil Penilaian kualitas bahan tekstil pada umumnya dilakukan dengan : a. Metode uji sensoris Metode ini biasanya dilakukan oleh konsumen tekstil (masyarakat umum) ketika membeli bahan tekstil. Dalam memilih bahan tekstil biasanya konsumen melakukan dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diremas, diterawang, dibentang dan lainnya yang hanya mengandalkan kemampuan panca indera manusia. Disamping itu biasanya konsumen juga melihat berdasar tingkat harga (semakin mahal semakin baik), merk yang telah dikenal dan lainnya. Validitas metode uji sensoris ini sangat tergantung pada pengalaman konsumen. b. Metode uji teknis / laboratories Metode ini dilakukan oleh para produsen (industri), pedagang, akademisi dan pelajar untuk menentukan kualitas bahan tekstil. Metode uji teknis/laboratories ini memerlukan peralatan pengujian, standar pengujian, ruang pengujian di samping kemampuan panca indera. Untuk pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika dan pengujian secara kimia. Hasil pengujian teknis ini dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki tingkat validitas yang tinggi serta memenuhi standar kualitas tertentu yang berlaku pada tingkat lokal, nasional dan internasional.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 12 3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Merk. Mutu dan jenis serat. Kerapatan dan pola anyaman Besar kecilnya benang atau kehalusan benang Jenis penyempurnaan. Suatu kain akan memiliki harga lebih yang lebih tinggi bila telah diproses pewarnaan atau mercerized dan jenis penyempurnaan lainnya.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 13 BAB III ASPEK DAN KETENTUAN PERPAJAKAN Adapun potensi pajak yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemeriksaan di sektor industri adalah sebagai berikut : No. Tahap Kegiatan Obyek Pajak Potensi Pajak 1. Perijinan pendirian pabrik Ganti Rugi Tanah dan Bangunan PBB/ BPHTB 2. Pembelian bahan baku a. Pembelian Impor b. Pembelian Lokal PPN, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 3 Proses Produksi : a. Bahan Baku Pembelian Bahan Baku, Biaya Angkutan, dan Persediaan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPN, PPN Impor, PPN Jasa Luar Negeri b. Biaya Tenaga Kerja Pembayaran Gaji, bonus, Tunjangan, Upah, Jasa Tenaga Ahli, dll PPh Pasal 21/23/26 c. Royalty Penggunaan merk dari luar negeri PPN Jasa Luar Negeri, PPh Ps. 26 d. Technical Assistance Fees Biaya tenaga ahli dari luar negeri PPN Jasa Luar Negeri, PPh Ps. 26 e. Maklon Biaya maklon PPN PPh Pasal 23 4. Pemasaran :


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 14 a. Penjualan b. Penjualan ekspor c. Penjualan Lokal d. Maklon PPN, PPh Pasal 23 b. Eksibisi, Seminar, Launching Produk a. Dilaksanakan sendiri b. Diborongkan kepada pihak ketiga PPh Pasal 21, Ps. 9 UU No 36 Th. 2008 PPh Pasal 21, PPh Pasal .23, Ps. 9 UU No 36 Th. 2008 c. Pemberian bonus/imbalan kpd Agen Bonus karena menjual melebihi dari target yang ditetapkan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 d. Promotional Materials Pemberian barang-barang promosi secara gratis PPN 5. Penghasilan Luar Usaha Sewa Tanah dan Bangunan Jasa Pemeliharaan Bunga Pinjaman Laba/Rugi selisih Kurs Komisi Penjualan Penjualan Waste/Majun PPh Pasal 23, PPh Pasal 26 dan PPh Badan 6. Aktiva Tetap Penyusutan dan Amortisasi Laba/Rugi Penjualan Aktiva PPh Badan (25) dan PPN PPh Pasal 4 ayat 2 PPh Pasal 23 7. Pendapatan lain-lain a. Penjualan barang sisa/gagal produksi b. Sewa aktiva PPN, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 (2)


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 15 BAB IV PERSIAPAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Sistem Akuntansi Sebelum pemeriksaan dimulai, pemeriksa harus memahami core business dan menilai terlebih dahulu sistem akuntansi perusahaan yang bersangkutan termasuk pengendalian intern di dalamnya. Sistem akuntansi yang dimaksud adalah adanya organisasi formulir dan pencatatan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna mengelola perusahaan secara efektif dan efisien. Secara umum, pengendalian intern yang baik memperlihatkan antara lain adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsionaris secara tegas antara pencatatan, penyimpanan, dan otorisasi. Gambaran sistem akuntansi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Terdapat Formulir yang merupakan dokumen pertama yang digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan akuntansi. 2. Terdapat buku-buku untuk mencatat dan mengklasifikasikan data-data keuangan dan data lainnya sesuai informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan, antara lain buku jurnal, buku besar, buku pembantu. 3. Terdapat Laporan Keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Laba Ditahan, Laporan lain-lain), yang disajikan dengan nilai historis. Laporan Arus Kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi, investasi, dan keuangan. 2. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Beberapa Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan terhadap perusahaan tekstil diantaranya : 1. Pencatatan atas pemakaian bahan baku benang/grey yang diproses. 2. Rendemen grey dan kain yang dihasilkan serta prosentase susutnya. 3. Kaitan antara kapasitas mesin terpasang dengan jumlah bahan baku yang


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 16 digunakan dan produksi tekstil yang dihasilkan. 4. Mempelajari layout pabrik dan gudang adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang jenis produk apa saja yang dihasilkan, cara penyimpanan dan pengeluaran barang dalam gudang, alur produksi. Untuk tujuan tersebut di atas, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1. Minta kartu persediaan kepada bagian gudang bahan baku 2. Minta keterangan kepada manager produksi dan buatkan berita acaranya. 3. Minta dan pelajari layout atau peta proses produksi dari pabrik dan gudang penyimpanannya. 4. Lakukan tinjauan ke pabrik 5. Minta jenis produk dan bandingkan dengan keadaan dilapangan 6. Lakukan tinjauan ke gudang 7. Mintakan kartu gudang dan bandingkan dengan saldo per akhir tahun. 3. Dokumen / Data yang Diperlukan Penjualan Kain 1. Penjualan Ekspor Penjualan ekspor biasanya diikat dengan suatu kontrak. Dalam kontrak tersebut dinyatakan jumlah, jenis kain (bahan, ukuran, disain, warna, dan spesifikasi lainnya), saat paling lambat diserahkan, cara penyerahan dan pembayaran. Untuk menguji penjualan ekspor pemeriksa harus lebih dahulu mengetahui prosedur ekspor. Selanjutnya perlu diperhatikan aplikasi penjualan ekspor tersebut. Dalam aplikasi ekspor itu dapat diketahui korespondensi dengan pembeli di luar negeri tentang kuantum, harga dan syarat-syarat penjualan. Dokumen yang perlu diperhatikan : 1. Dokumen Pabean a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) b. Persetujuan Ekspor c. Kontrak Perdagangan d. Bukti Tagihan e. Daftar Kemasan (Packing List) 2. Dokumen Kapal/ Pelayaran a. Bill of Lading / Airway Bill b. Dokumen Transport


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 17 3. Dokumen Perbankan a. Letter of Credit b. Nota transfer atau Wesel Ekspor 2. Penjualan Lokal Penjualan kain biasanya diikat dengan kontrak,yang umumnya dibayar dimuka. Dalam kontrak tersebut dinyatakan jumlah yang dijual, harga per yard/meter, jenis kain (bahan, ukuran, disain, warna, dan spesifikasi lainnya), waktu, cara penyerahan dan pembayaran. Jumlah dalam kontrak ini biasanya tidak dapat diangkut sekaligus, sehingga penjual akan mengirim beberapa kali. Karena kontrak ini dalam jumlah besar, maka pemeriksa harus membandingkan surat jalan atau surat pengantar barang dengan kartu stok untuk menguji penjualan tersebut. Dokumen-dokumen penjualan yang perlu mendapat perhatian adalah: a. Kontrak penjualan b. Kartu Stok c. Surat Jalan atau Surat Pengantar Barang d. Bukti penjualan/invoice dan Packing list e. Nota Tagihan f. Faktur Pajak Keluaran Pendapatan dari Hasil Sampingan Hasil sampingan dari sebuah industri tekstil dapat berupa: a. Penjualan dari bahan baku yang dibawah standar. b. Penjualan kain yang tidak memenuhi standar minimal produksi. Pada umumnya dijual kiloan ke pengusaha home industry dan pedagang grosir tekstil. c. Jasa maklon. Hasil sampingan dari industri tekstil kadang tidak dilaporkan oleh pengusaha, oleh karena itu pemeriksa dapat menggunakan analisis konversi dari bahan baku menjadi barang jadi dan analisa arus barang sebagai pengujian atas penghasilan sampingan yang tidak dilaporkan. 4. Prosedur Pemeriksaan Prosedur pemeriksaan disusun sesuai dengan rencana pemeriksaan yang telah ditelaah dan disetujui oleh Kepala UP2 khususnya terkait dengan identifikasi masalah dan pos-pos yang diperiksa.


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 18 Dalam modul ini, prosedur pemeriksaan meliputi pemeriksaan pos - pos dalam laporan rugi laba. Untuk setiap Wajib Pajak pos - pos dalam Laporan Rugi Laba dapat berbeda-beda, namun sekurang-kurangnya meliputi : a. Peredaran Usaha/Penjualan b. Harga Pokok Produksi c. Biaya – biaya pengurang penghasilan bruto d. Penghasilan / Biaya lain – lain diluar usaha e. Analisa lainnya Peredaran Usaha/Penjualan Trasir ke pembukuan dan sampling ke dokumen pendukung yang menjadi dasar transaksi, pastikan kebenaran perhitungan (perkalian unit dengan harga per unit, penerapan nilai kurs dan lain-lain) dan urutannya Lakukan cut off atas transaksi penjualan dan retur penjualan, yakinkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat pada periode yang tepat Pastikan bahwa nilai penjualan tidak mencakup PPN Teliti lebih jauh pada buku kas dan buku bank apakah masih ada penerimaan lainya yang belum dilaporkan Lakukan penelaahan pengujian arus uang dan apabila mungkin lakukan pengujian arus barang Lakukan juga rekonsiliasi dan ekualisasi PPN dengan membandingkan dokumen yang berhubungan dengan penyerahan kena pajak seperti faktur pajak, nota retur, SPM PPN dan sebagainya Apabila terdapat penjualan kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, periksa dasar penetapan harga jualnya dan teliti transaksi apa saja yang dilakukan Apabila terdapat retur penjualan pastikan telah dicatat dan didukung dengan bukti memadai Teliti apakah terdapat biaya-biaya yang terkait langsung dengan penjualan seperti biaya komisi, biaya angkut dan lain-lain, pastikan biaya-biaya telah dicatat dan benar-benar menjadi beban wajib pajak Apabila terdapat penjualan ekspor, teliti apakah total penjualan telah melebihi kuota ekspor yang dimiliki Wajib Pajak, teliti apakah terdapat biaya-biaya sehubungan dengan penggunaan kuota perusahaan lain tersebut


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 19 Teliti apakah penjualan produk sisa telah dicatat secara memadai, dalam industri teksil baik mills maupun gament sangat mungkin terdapat produk sisa yang memiliki nilai jual misalnya benang sisa baik berupa limbah serat polyester maupun limbah potongan benang, potongan kain (panjang 1 sampai dengan 3 meter), potongan kain sisa, maupun produk cacat produksi yang tidak dapat diperbaiki Harga Pokok Penjualan Teliti nilai persediaan awal dan akhir bandingkan dengan nilai pada neraca tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya Teliti pos persediaan apakah telah dipisahkan sesuai dengan proses produksi dan hubungannya dengan Harga Pokok Penjualan. Teliti metode pencatatan persediaan dalam hal konsistensi dan peraturan perundangan yang berlaku Teliti nilai persediaan dalam unit dengan hasil pemeriksaan akhir periode (stock opname) yang dilakukanan oleh Wajib Pajak Teliti apakah semua penerimaan persediaan telah dicatat dan didukung bukti yang memadai Teliti apakah semua pengeluaran persediaan digunakan untuk keperluan operasional perusahaan Teliti apabila terdapat persediaan yang rusak / hilang telah dicatat sesuai dengan harga perolehan /harga jual minimal dan didukung bukti yang memadai Lakukan penelaahan pengujian arus hutang dan apabila mungkin lakukan pengujian arus barang Trasir pencatatan untuk setiap transaksi ke buku pembelian, retur pembelian, buku besar dan buku tambahan hutang Lakukan cut off atas transaksi pembelian dan retur dan yakinkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat pada periode yang tepat Periksa PPN masukan atas pembelian barang kena pajak Trasir Biaya gaji/upah atas pegawai bagian produksi ke pembukuan dan sampling dokumen pendukungnya seperti daftar pegawai, kontrak kerja, daftar absensi, bukti pembayaran gaji, trasir ke SPT PPh Pasal 21 dan yakinkan bahwa semua objek PPh Pasal 21 sudah masuk dalam perhitungan PPh Pasal 21 Dapatkan daftar aktiva tetap perusahaan secara rinci


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 20 Yakinkan bahwa dasar penyusutan, golongan, nilai sisa manfaat dan perhitungannya telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku Teliti apakah aktiva tetap tersebut benar-benar digunakan untuk kepentingan usaha Wajib Pajak Teliti bukti-bukti kepemilikan harta tersebut, apabila kepemilikannya bukan atas nama Wajib Pajak, teliti apakah terdapat kompensasi atas pemakaian harta tersebut dan apakah pengenaan pajaknya telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku Apabila ada sebagian harta yang dijual apakah pengenaan pajaknya telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku Teliti apakah tanah dan bangunan tersebut telah sesuai dengan dokumen SPPT PBB dan atas PBB nya telah dilunasi Biaya – biaya pengurang penghasilan bruto Biaya gaji/upah trasir ke pembukuan dan sampling dokumen pendukungnya seperti daftar pegawai, kontrak kerja, daftar absensi, bukti pembayaran gaji, trasir ke SPT PPh Pasal 21 dan yakinkan bahwa semua objek PPh Pasal 21 sudah masuk dalam perhitungan PPh Pasal 21 Lakukan equalisasi antara biaya-biaya sehubungan dengan pegawai (gaji, upah, THR, Tunjangan, Bonus dll ) bandingkan dengan obyek PPh Pasal 21 pada SPT Masa PPh Pasal 21 masa Januari s.d. Desember Teliti pos-pos yang ada hubungannya dengan pengeluaran yang berhubungan dengan harta tetap seperti biaya pemeliharaan, biaya spare parat, biaya suku cadang dan lain-lain, yakinkan setiap pengeluaran yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun pembebanannya menggunakan metode penyusutan atau amortisasi Teliti pos-pos biaya yang sifatnya tidak boleh dibiayakan menurut peraturan perpajakan yang berlaku seperti adanya unsur entertainment, pemberian natura, cadangan dan lain-lain Minta semua dokumen-dokumen perjanjian dengan pihak-pihak yang terkait seperti perjanjian sewa, akad/ perjanjian kredit, perjanjian manajemen, dan lain-lain serta teliti apakah biaya yang berhubungan dengan hal tersebut sudah dilakukan sesuai peraturan perpajakan yang berlaku dan apakah sudah dipenuhi kewajiban perpajakannya Lakukan equalisasi antara biaya-biaya yang mungkin mengandung usur imbalan jasa termasuk bunga, royalti maupun jasa lain yang merupakan


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 21 obyek PPh Pasal 23 bandingkan dengan obyek PPh Pasal 23 pada SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa Januari s.d. Desember Penghasilan / Biaya lain – lain Teliti kebenaran penghitungan selisih kurs yang dilaporkan oleh Wajib pajak (baik laba maupun rugi), teliti hubungannya dengan piutang usaha, hutang usaha, dan pos pos lain yang menggunakan mata uang selain Rupiah. Teliti biaya bunga yang dibebankan oleh Wajib Pajak, bandingkan dengan penghasilan yang diperoleh sehubungan dengan bunga deposito, jasa giro dan lain-lain apakah telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku khusunya Surat edaran Direkstur Jenderal Pajak Nomor SE – 46/PJ.4/1995 tanggal 5 Oktober 1995. Analisa lainnya 1. Analisis Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai perubahan (kenaikan/penurunan) yang terjadi pada pos-pos dalam laporan keuangan yang terkait dengan kewajiban perpajakan yang timbul dari perubahanperubahan tersebut. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara : a. Analisis vertikal Analisa vertikal dengan membandingkan biaya-biaya maupun pendapatan yang saling berhubungan dalam satu tahun buku sehingga dapat ditentukan titik – titik kritis yang lebih memerlukan pendalaman. b. Analisis horizontal Analisa horizontal dengan membandingkan biaya/pendapatan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk melihat tren biaya/pendapatan tersebut. c. Analisis cross section Analisa dilakukan dengan cara membandingkan biaya/pendapatan perusahaan dengan biaya/pendapatan yang timbul juga pada perusahaan lain yang sejenis dalam satu industri tekstil. Dokumen yang dibutuhkan : a. Laporan keuangan komersial tahun audit dan beberapa tahun sebelumnya. b. SPT PPh Badan


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 22 c. Daftar koreksi intern dari Wajib Pajak d. Berkas pemeriksaan tahun sebelumnya. 2. Analisis Pendapatan Pendapatan utama berasal dari hasil penjualan produk tekstil. Analisis pendapatan dapat dilakukan dengan cara : a. Membandingkan nilai pendapatan dengan biaya-biaya variable yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. b. Pengujian atas nilai pendapatan dalam buku besar penjualan dengan faktur penjualan dan arus barang. c. Melakukan equalisasi pendapatan dengan penerimaan kas/bank yang berasal dari penjualan. d. Pemanfaatan kapasitas mesin Weaving yang idle dalam hal menerima makloon dari luar. e. Perhitungan arus produksi dari benang menjadi kain grey. Dokumen yang dibutuhkan : a. SPT PPh Badan b. Laporan Keuangan tahun berjalan dan tahun sebelumnya c. General Ledger d. Laporan Produksi e. Buku Besar Penjualan, faktur penjualan, arus barang f. Bukti penerimaan kas/bank (rekening koran) 3. Analisis Biaya 1. Harga Pokok Penjualan Analisis harga pokok penjualan dilakukan dengan menilai kewajaran biaya-biaya yang menjadi unsur penentu harga pokok. Untuk itu perlu dipahami karekteristik dan relevansi biaya tersebut dengan produk yang dihasilkan. Dalam pemeriksaan terhadap Harga Pokok Penjualan, pengujian dilakukan terhadap buku kas/bank, buku pembelian, faktur pembelian, dokumen impor, kartu pemakaian bahan, persediaan, penyusutan, biaya langsung dan biaya tidak langsung serta bukti relevan lainnya dari pihak ke tiga (dalam hal impor bahan baku, data yang relevan dapat diperoleh dari pihak bea cukai atau departemen perindustrian dan perdagangan).


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 23 Dokumen yang dibutuhkan : a. SPT PPh Badan b. Laporan laba-rugi c. Laporan perhitungan harga pokok d. Laporan produksi e. Dokumen impor 2. Biaya Pengurang Penghasilan Bruto Analisis biaya dilakukan dengan dengan cara menilai kewajaran nilai biaya dan relevansinya dengan penghasilan yang diciptakannya. Pengujian dapat dilakukan antara lain terhadap buku besar kas/bank, rekening Koran, daftar perhitungan penyusutan aktiva tetap, daftar pembayaran gaji upah dan tunjangan, voucher-voucher dan bukti-bukti pendukung yang terkait. Pos pengurang penghasil bruto antara lain : a. Gaji , Upah , Bonus , Tunjangan , dll. b. Penyusutan dan amortisasi c. Bunga Pinjaman d. Biaya Lain- lain Dokumen yang dibutuhkan : a. SPT PPh Badan b. Laporan keuangan c. Ledger dan Sub Ledger d. Daftar Aktiva dan Perhitungan Penyusutan Aktiva tetap


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 24 BAB V PENUTUP Dalam proses alur produksi dari benang mentah menjadi kain grey terdapat tahapan tahapan yang dimungkinkan terjadi waste dan terdapat juga penyusutan. Atas waste yang juga disebut majun baik benang maupun kain grey dapat dijual. Untuk persentase waste dan penyusutan perlu diteliti lebih lanjut apabila ditemui persentase yang berbeda, apakah faktor mesin yang dipakai mempengaruhinya. Diprediksi atas majun ini oleh perusahaan tidak / tidak seluruhnya dilaporkan . Yang harus mendapat perhatian dalam Arus Produksi Tekstil: 1. Kebenaran pembelian benang dalam kwantum. 2. Kebenaran Laporan Persediaan Bahan Baku,WIP dan Barang Jadi karena setiap saat bisa berubah baik akibat pembelian maupun penjualan. 3. Kebenaran penghitungan waste atau rendemen karena setiap perusahaan tidak selalu sama rendemennya. 4. Kebenaran pelaporan penjualan waste atau majun atau afal 5. Pendapatan makloon atau biaya makloon 6. Konversi dari benang menjadi kain (dari kilogram ke yard). Dilihat dari alur Arus Produksi dari benang ke kain terdapat tahapan-tahapan dimana terdapat waste (sisa tak terpakai) dan bisa terjual. Dalam proses Twisting waste pada Perusahaan B mencapai 6,16% dari seluruh benang yang masuk twisting, sedang pada proses Sizing waste mencapai 12,07% dari seluruh benang yang masuk proses sizing. Pada tahap Weaving yaitu pengolahan benang menjadi Grey terdapat susut 11% dari seluruh benang yang masuk proses Weaving dalam satuan yard, susut disini dalam satuan yardnya. Selain susut terdapat waste sebesar 5,89% dari jumlah kain setelah adanya penyusutan diatas. Selanjutnya pada proses Packing masih terdapat penyusutan kain dalam satuan yard sebesar 13,88% dari seluruh kain yang masuk proses packing. Pada perusahaan lain dengan jenis usaha yang sama dalam proses pengolahan benang mentah menjadi siap pakai berdasarkan wawancara dengan direktur perusahaan pada proses Twisting terdapat waste antara 7-10% sedang di sizing sekitar 3%, pada proses Weaving yaitu pengolahan benang menjadi kain Grey terdapat waste sekitar 2%, pada saat pelembutan kain terdapat pengurangan berat sekitar 20-25% sedang dari segi ukuran kain


Modul Pemeriksaan – Industri Tekstil 2013 Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 25 tetap sama, penyusutan terjadi karena adanya pengikisan kain waktu di steam sehingga menjadi lebih tipis dan lembut. Terakhir saat inspecting /uji kualitas terdapat waste sekitar 2- 3%.


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.