MODUL TEKS CERPEN Flipbook PDF

MODUL TEKS CERPEN

53 downloads 106 Views 13MB Size

Story Transcript

MODUL PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan SMKN 1 Payakumbuh Mata Pelajaran/Program keahlian Bahasa Indonesia/BD Fase yang diampu F Elemen/domain yang dipilih Membaca dan Memirsa Tahun Ajar 2022-2023 Kelas/Semester XI/2 DOMAIN : Teks Cerpen CAPAIAN PEMBELAJARAN Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Peserta didik mampu membaca dan memirsa, serta menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan mencitakan teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam,) dan satra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia lisan/cetak atau digital online.


KOMPETENSI AWAL Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Peserta didik mampu membaca dan memirsa, serta menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan mencitakan berbagai teks. PROFIL PANCASILA 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, 2. Bernalar ktitis melalui informasi yang didapat dan digunakan untuk menganalisis 3. Mandiri dengan kemampuan sendiri mendapat informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 4. Kreatif dengan kemampuan menganalisis dan memperoleh infromasi secara benar, dapat mensitesakan hal tersebut dengan berpikir kreatif 5. Gotong royong dalam berdiskusi MODEL/METODE/STRATEGI PEMBELAJRAN Discovery learning/diskusi, Tanya jawab BENTUK PENILAIAN Assesment diagnostik/non kognitif SUMBER BELAJAR Buku paket, modul, internet BAHAN PELAJARAN Isi informasi dalam teks cerpen Struktur teks cerpen Unsur teks cerpen


ALAT PRAKTIK PEMBELAJARAN Internet, PC/laptop dengan aplikasi browser telah terinstal, aplikasi office, printer, kertas HVS A4, double folio MEDIA PEMBELAJARAN 1. BukuPaket 2. Power point teks cerpen 3. Slide teks cerpen TARGET PESERTA DIDIK REGULER TujuanPembelajaran H.1 Peserta didik mampu mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan di dalam teks cerpen H.2 Peserta didik mampu mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari di dalam teks cerpen H.3 Peserta didik mampu menganalisis unsur-unsur pembangun teks cerpen H.4 Peserta didik mampu mengonstruksi sebuah cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun PersiapanPembelajaran : 1. Menyiapkan daftar hadir peserta didik 2. Menyiapkan LKPD/buku paket/ modul ajar 3. Menyiapkan lembar assesmen PETA KONSEP PEMBELAJARAN


Persiapan Pembelajaran: KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan1: Menunjukkan informasi berupa nilai-nilai kehidupan di dalam cerita pendek. TEKS CERPEN Unsur-unsur teks cerpen. Struktur teks cerpen . Nilai kehidupan dalam teks cerpen. Isi informasi yang terdapat dalam teks cepen.


NO Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu Pembukaan 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran 2. Mengingatkan untuk selalu hidup bersih dan sehat dengan lingkungan yang sehat. 3. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin 4. Guru mengkondisikan kelas dengan peserta didik untuk memahami konsep masalah teks cerpen 5. Memberikan penguatan/meluruskan konsep teks cerpen 6. Meminta siswa membaca dan menuliskan apa yang dibacanya tentang teks cerpen 7. Membangun konteks dengan memberikan pertanyaan pemantik: a. Taukah Ananda apa itu teks cerpen? 10 menit N o KegiatanPembelajaran Alokasi waktu 1. Peserta didik ditayangkan teks eksplanasi yang berjudul “Fotografi”. 2. Peserta didik mencermati hal-hal penting yang terdapat di dalam teks cerpen 3. Guru meminta peserta didik untuk mencatat isi informasi 15 menit 15 menit Kegiatan Inti (110Menit)


4. Peserta didik menuliskan tahapan-tahapan yang terdapat dalam teks cerpen 5. Guru mengajukan pertanyaan tentang nilai-nilai kehidupan dalam teks cerpen 6. Guru meminta peserta didik menunjukkan nilai-nilai kehidupan yang terdapat di dalam teks cerpen 7. Guru menayangkan kembali teks eksplanasi “Fotografi”. 8. Peserta didik memperhatikan kembali penayangan. 9. Guru memancing pertanyaan dengan materi yang ditayangkan. 10. Peserta diminta untuk menjawab dan menanggapi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. 11. Peserta didik diminta membuat kesimpulan materi pada hari itu, dengan guru memberikan kesimpulan akhir. 25 Menit 25 Menit 10 menit 10 menit Kegiatan Penutup (15 Menit)


KEGIATAN PEMBELAJARAN No Kegiatan Pembelajaran Alokasiwaktu Pembukaan 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran 2. Mengingatkan untuk selalu hidup bersih dan 10menit No Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu Memberikan penguatan ●Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. ●Peserta didik memberikan tanggapan-tanggapan terhadap materi yang dibahas. Refleksi ●Peserta didik memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan Refleksi pembelajaran hari ini dengan jujur. Kesimpulan ●Peserta didik memberikan kesimpulan materi pembelajaran hari ini beserta gurunya 15 menit Pertemuan 2: Menentukan struktur dan unsur-unsur pembangun tek cerita pendek.


sehat dengan lingkungan yang sehat. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin 3. Membangun konteks dengan memberikan pertanyaan pemantik: a. Taukah Ananda apa-apa saja struktur dari teks cerpen? No Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu 1. Peserta didik ditayangkan contoh teks “ Perjalanan sang fotografer”. 2. Peserta didik mencermati hal-hal penting yang terdapat pada tayangan teks tersebut. 3. Guru meminta peserta didik mengungkapkan unsur kebahasaan teks cerpen 4. Peserta didik menjelaskan unsur kebahasaan teks eksplanasi “Perjalanan sang Fotografer”. 5. Peserta didik menjelaskan struktur pembangun teks cerpen 6. Guru memancing pertanyaan dan mendiskusikan tentang unsur kebahasaan teks cerpen “Perjalanan sang Fotografer”. 7. Peserta didik diminta untuk menjawab dan menanggapi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. 8. Peserta didik diminta membuat kesimpulan materi pada 15 menit 15 menit 25 Menit 25 Menit 10 menit 10 Kegiatan Inti (110 Menit)


Mengetahui, Kepala Sekolah YunitaRosanti, M.Pd NIP.197206201997022 001 Payakumbuh, Juni 2022 Guru Mata Pelajaran Novi Osbera, S.Pd hari itu, dengan guru memberikan kesimpulan akhir. menit No Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu Memberikan penguatan ●Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. ●Peserta didik meberikan tanggapan-tanggapan terhadap materi yang dibahas. Refleksi ●Peserta didik memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan Refleksi pembelajaran hari ini dengan jujur. Kesimpulan ●Peserta didik memberikan kesimpulan materi pembelajaran hari ini beserta gurunya 15 menit Kegiatan Penutup (15 Menit)


A. ASSESMEN FORMATIF SOAL Bacalah teks di bawah ini dengan cermat! Si Tukang Kritik oleh: Andi D. Handoko Foto-foto yang terselip di tiap halaman album kusam itu seakan menghidupkan sejarah yang telah berlalu. Sejarah yang penuh darah dan api perjuangan. Barangkali fotofoto itu menjadi bukti bahwa sejarah tak mampu dibohongi hanya dengan teriakan dan orasi-orasi semata. Sejarah itu kejam. Sejarah itu perlawanan. Sejarah itu pemerasan dan penindasan. Namun, sejarah juga menyimpan kenangan dan kebahagiaan. “Jadi kau dulu adalah seorang aktivis?” Keheningan ruang tamu terpecah oleh pertanyaan Barkah pada Joni. Namun Joni tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya mengernyitkan senyum pada teman kerjanya itu. “Mengapa kau hanya tersenyum, Jon?” tanya Barkah lagi sembari membalik halaman album foto di hadapannya. “Ya, seperti itulah. Terserah kau mau sebut apa, aktivis atau sebutan lainnya. Hanya saja, pada masa itu, aku dan teman-teman kampus hanya ingin mengeluarkan unek-unek kami. Kami merasa kami perlu bertindak atas matinya demokrasi saat itu.” “Gaya bicaramu memang ciri khas orang idealis. Dari foto-fotomu ini dan beberapa kliping tulisanmu di media massa, aku agak heran kau sekarang malah menjadi seorang guru sekolah dasar. Harusnya kau lebih cocok jadi wartawan atau politikus.” “Mungkin memang sudah garis hidupku untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi seorang guru, ha...ha...ha... Kalau menjadi wartawan, itu sudah kulakukan waktu di kampus dulu. Jelek-jelek begini saya pernah menjadi pemimpin redaksi majalah kampus.”


“Tapi kalau jadi politikus? Kau merasa tertarik?” “Menjadi politikus atau pejabat negara itu godaannya sangat besar. Sistem yang karut-marut telah membuat idealisme mati. Sulit untuk mengubah sistem yang sudah telanjur salah kaprah itu.” “Maksudnya?” “Contoh simpel saja, suap-menyuap dan pungli sudah menjadi sistem yang sangat sulit dihapus. Sekadar buat KTP saja, mesti ada uang administrasi biar jadi lebih cepat.” “Benar itu Jon, kemarin keponakanku cerita, dia memperpanjang SIM dan sudah membayar biaya sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Namun, ketika baru mau ambil SIM yang sudah diperpanjang, ia malah ditarik biaya lagi dan tanpa kuitansi.” “Ditarik berapa?” “Rp 30.000.” “Tanpa kuitansi?” “Tanpa.” “Itu berarti keponakanmu yang kurang pandai, ha...ha...ha... Kalau mengurus sesuatu di kantor milik pemerintah, setiap biaya pasti ada kuitansi. Kalau tidak ada, pasti itu masuk ke kantong para aparat pemerintah itu. Bayangkan saja, retribusi masuk ke sebuah terminal dengan membayar Rp 200 saja pakai karcis, apalagi Rp 3.000. Jelas-jelas itu pasti cuma masuk kantong saja.” “Heran, padahal mereka itu sudah dapat gaji dari pemerintah yang bisa sampai dua tiga kali lipat upah minimal kota, dapat tunjangan anak istri, belum yang lain-lainnya. Tapi tetap saja hobi nilap uang-uang rakyat. Apa mereka nyaman dengan uang haram seperti itu.” “Ya, semua kembali ke pandangan masing-masing. Semua memang subjektif. Menurutmu mungkin dengan gaji dan segala tunjangannya cukup bagi mereka, tetapi bagi mereka itu mungkin belum cukup. Jadi, ya apa boleh buat mereka berbuat semaunya.” Suasana hening lagi. Joni menyeruput kopi manis yang telah disuguhkan istrinya yang menurut Joni adalah wanita yang paling manis. Sementara, Barkah masih saja membolak-balik foto-foto Joni dalam album yang mulai kusam itu. Ia seperti ingin mengenal lebih lanjut teman mengajarnya itu.


“Ini siapa Jon? Kulihat dalam foto-foto ini, sepertinya kau sangat akrab dan dekat dengannya.” “Aku memanggilnya Boim, teman satu SMA dan satu jurusan juga waktu kuliah. Dulu, ia juga sering berdemo denganku. Bahkan di antara aku dan teman-teman lainnya, Boim adalah mahasiswa yang paling berani. Karena keberanian dan kenekatannya yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah dan kampus, kami memanggilnya si Tukang Kritik.” Joni mulai menceritakan secara detail soal Boim kepada Barkah. Dalam kenangan Joni, Boim adalah seorang mahasiswa yang sangat kritis. Ia adalah pencetus kolom Tikam di majalah kampusnya dulu. Tikam itu adalah akronim dari “kritikan kampus”. Isi kolom itu adalah kritikan untuk kebijakan-kebijakan kampus yang dinilai kurang tepat dan sewenang-wenang. Namun, apa yang terjadi, baru dua kali kolom itu terbit, pihak kampus sudah memerintahkan untuk menghilangkan kolom tersebut. Sementara, si Boim yang saat itu sebagai pemimpin redaksi harus rela berjam-jam diinterogasi pimpinan kampus. Awak redaksi lainnya pun juga begitu. Akibatnya, pihak kampus mengancam tidak akan mengucurkan dana untuk pers kampus tersebut. Dengan negosiasi yang panjang dan berbagai alasan, akhirnya pers kampus tetap jalan, walau si Boim harus lengser dari kursi pemimpin redaksi. “Gila! Dalam kolom itu, si Boim menulis opini berjudul Kantor Kampus Sarang Tikus. Gila benar si Tukang Kritik itu!” terang Joni berapi-api pada Barkah. Joni terus mengurai kisah Boim. Boim merupakan inisiator dan penggerak mahasiswa turun ke jalan untuk melengserkan tampuk kepemimpinan Orde Baru. Ia dengan lantang menyuarakan bahwa Orde Baru adalah pemerintahan yang sangat busuk. Ia menuliskan kritikannya pada Orde Baru pada sebuah kertas, dan ia fotokopi sendiri dan disebarkan kepada masyarakat. Ia memang si Tukang Kritik yang pantang menyerah. Julukannya itu memang benar-benar pantas untuknya. “Gara-gara dekat dengan Boim. Aku jadi ketularan. Oleh teman-teman, aku dijuluki wakil tukang kritik...ha... ha...” “Pantas saja, di sekolah kamu juga selalu ngeyel.”


“Bukan ngeyel, tapi hanya bersikap yang tepat. Bayangkan saja, masa kepala sekolah mau menyunat dana BOS untuk dibagi kepada guru-guru? Menarik uang seragam siswa baru secara berlebihan agar untung banyak dan masuk kantong pribadi, padahal sekolah kita sekolah negeri. Tidak pantaskah untuk dikritik?” “Tapi kau menjadi dibenci oleh Pak Kepala.” “Ya, itu konsekuensi. Itulah yang dinamakan sistem yang masih amburadul. Banyak orang idealis yang luntur idealismenya karena masuk ke dalam sistem seperti itu. Dan aku pernah ngobrol dengan seorang budayawan. Katanya, idealisme itu semakin tua semakin berkurang. Maka banyak orang yang dulu adalah aktivis mahasiswa dan kini menjadi pejabat, sudah berani bermain dengan korupsi. Ya, karena idealisme mereka luntur. Dulu mereka berkoar-koar menentang pejabat yang korupsi, eh setelah jadi pejabat sungguhan malah dirinya sendiri yang korupsi.” “Benar kamu Jon. Kata orang-orang jaman wis edan, yen ra melu edan ora keduman dan semuanya ikut edan.” “Itulah mengapa korupsi sulit diberantas dan hukum di negara kita bisa dipermainkan dan orang yang idealis justru terpinggirkan dari masyarakat.” Joni dan Barkah kembali diam. Barkah mengangguk-angguk seakan ia membenarkan apa yang telah dipaparkan Joni. Dari kisah yang diuraikan Joni, Barkah menjadi lebih mengerti bahwa orang seumuran yang ada di hadapannya adalah seorang guru yang memang lain daripada yang lain. Karena seumuran, di luar lingkungan sekolah mereka justru lebih sering memanggil langsung nama mereka masing-masing. “Kopinya silakan diminum. Malah keburu dingin jadi kurang nikmat,” suara Joni memecah keheningan di antara keduanya. “Iya Jon,” ucap Barkah seraya meraih cangkir di depannya. “Kau lihat pejabat negara, anggota dewan yang terhormat dan menteri-menteri sekarang? Mereka cenderung bersifat pragmatis dan antikritik.” “Betul Jon. Mereka itu kalau dikritik selalu beralasan untuk kepentingan rakyat, padahal sebenarnya mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan partainya. Ironis, mereka selalu minta gaji yang tinggi. Katanya untuk meningkatkan kinerja, bahkan sering menghambur-hamburkan uang rakyat hanya dengan alih-alih studi banding ke luar negeri.”


“Ya, memang ironis dan lucu. Padahal seharusnya mereka bekerja dan berprestasi dulu, baru minta kenaikan gaji. Eh, kerja masih awut-awutan, yang digunjingkan hanya gaji dan tunjangan saja.” Suasana kembali hening. Joni menyeruput kopinya, sedangkan Barkah sibuk dengan ponselnya yang baru saja menerima pesan singkat. Setelah selesai dengan ponselnya, tiba-tiba Barkah teringat sesuatu. “Oh, iya Jon, aku sampai lupa. Kembali soal temanmu tadi itu. Siapa namanya tadi?” “Aku memanggilnya Boim.” “Terus sekarang si Boim itu ada di mana? Kalian masih berkomunikasi?” “Dia di Jakarta. Saya sering SMS dan telepon dia, tapi tidak pernah dibalas atau diangkat. Barangkali dia sangat sibuk.” “Memangnya sekarang dia kerja apa di Jakarta?” “Jadi anggota dewan.” 1. apakah teks cerpen itu? 2. Ada berapakah struktur teks cerpen? 3. Dari isinya, menjelaskan tentang apakah teks cerpen di atas? 4. Pada teks di atas manakah yang termasuk pada bagian orientasi? 5. Siapakah tokoh utama di dalam cerpen di atas? Kunci jawaban: 1. Cerpen merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari 10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bias memberikan kesan dominan dan berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh. 2. Struktur teks cerpen terdiri dari 6 bagian. 3. Cerpen di atas menceritakan tentang seseorang yang hobinya hanya mengkritik saja. 4. Bagian orientasi terletak pada awal paragraf.


Foto-foto yang terselip di tiap halaman album kusam itu seakan menghidupkan sejarah yang telah berlalu. Sejarah yang penuh darah dan api perjuangan. Barangkali foto-foto itu menjadi bukti bahwa sejarah tak mampu dibohongi hanya dengan teriakan dan orasi-orasi semata. Sejarah itu kejam. Sejarah itu perlawanan. Sejarah itu pemerasan dan penindasan. Namun, sejarah juga menyimpan kenangan dan kebahagiaan. “Jadi kau dulu adalah seorang aktivis?” Keheningan ruang tamu terpecah oleh pertanyaan Barkah pada Joni. Namun Joni tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya mengernyitkan senyum pada teman kerjanya itu. “Mengapa kau hanya tersenyum, Jon?” tanya Barkah lagi sembari membalik halaman album foto di hadapannya. 5. Tokoh utama di dalam cerpen di atas adalah Joni. B. ASSESMEN SUMATIF PENGAYAAN Diberikan kepada peserta didik yang masih belum paham tentang identifikasi masalah dan tahapan-tahapan dalam membuat teks cerpen. REMEDIAL Diberikan kepada peserta didik yang belum menuntaskan Capaian Pembelajaran, dengan cara diberikan tugas tambahan.


REFLEKSI Jawablah pertanyaan berikut dengan sejujurnya! No Pertanyaan Jawaban 1 Apa yang saya harapkan dari peserta didik mu sebelum mengikuti pembelajaran materi teks cerpen.? 2 Apakah saya merasa metode pembelajaran ini sudah membantu peserta didik memahami materi? 3 Apakah saya melihat peserta didik antusias mengikuti materi ini ? 4 Apakah saya merasa menguasai materi yang diajarkan 5 Apakah saya berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif dalam kelas? 6 Berapa persenkah target pemahaman peserta didik dari materi yang diajarkan guru hari ini! 7 Berapa orang peserta didik yang terlihat mampu menguasai materi ini? Tuliskan nama peserta didik tersebut! 8 Setelah melakukan evaluasi ternyata hanya 10 persen peserta didik yang mendapatkan nilai diatas kkm. Apa tindakan yang guru lakukan dari materi ini? REFLEKSI GURU Nama Guru : Tanggal mengajar : Kelas : Materi :


9 Apakah saya merasa apa yang disampaikan sudah optimal, sesuai dengan tujuan pembelajaran? 10 Apa yang saya lakukan ketika memberikan apresiasi bagi peserta didik yang berprestasi dan hukuman bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran?


Setelah kalian berdiskusi, berlatih dan melaksanakan semua kegiatan pembelajaran ini, No Pertanyaan Pemandu Ya Tidak 1 Saya telah memahami identifikasi fenomena dalam teks cerpen. 2 Saya dapat menjawab pertanyaan tentang tahapan-tahapan yang terdapat dalam teks cerpen. 3 Saya memahami isi informasi teks cerpen. 4 Saya dapat membedakan teks cerpen. dengan teks lainnya 5 Saya dapat memahami kebahasaan teks cerpen. 6 Saya dapat memyampaikan gagasan dan pendapat saya tentang teks cerpen. 7 Banyak hal baru yang saya peroleh dari pembelajaran teks cerpen. ini 8 Semua kegiatan berbahasa yang saya lakukan pada materi ini dapat berguna bagi kehidupan saya kelak untuk kecakapan hidup No Pertanyaan Pemandu Ya Tidak 1 Saya telah memahami struktur dan tahapan-tahapan dalam teks cerpen. 2 Saya dapat menjawab pertanyaan tentang isi informasi teks cerpen dengan baik, dimulai dari pertanyaan literal, interpretative, integratif, dan kritis. 3 Saya dapat membedakan teks eksplanasi dan teks cerpen berdasarkan ciri dan kebahasaannya. 5 Saya dapat menulis teks cerpen. 6 Saya dapat memyampaikan gagasan dan pendapat saya tentang teks cerpen. 8 Banyak hal baru yang saya peroleh dari pembelajaran cerpen. ini 9 Semua kegiatan berbahasa yang saya lakukan pada materi ini REFLEKSI PESERTA DIDIK


cobalah kalian renungkan kembali apa yang telah kalian kuasai dan belum kuasai serta bagaimana kesan kalian terhadap pembelajaran yang telah kalian laksanakan dengan memberikan tanda cek (V) pada daftar pertanyan berikut ini! dapat berguna bagi kehidupan saya kelak untuk kecakapan hidup Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran : 1. Peserta didik dapat menentukan isi informasi dalam teks cerpen. 2. Peserta didik dapat menentukan tahapan-tahapan dalam memproduksi teks cerpen. Bagaimana asesemen dilakukan? 1. Observasi guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung 2. Portofolio hasil kerja LKPD/ modul 3. Evaluasi pada akhir pembelajaran


LAMPIRAN 1. Lembar kerjasiswa Petunjuk: 1. Peserta didik ditayangkan sebuah teks cerpen. 2. Peserta didik diminta membaca teks eksplanasi yang ada dalam LKPD/modul 3. Peserta didik diminta membuka media daring, atau mencari referensi di perpustakaan mengenai tema yang dipilih. 4. Peserta didik diberikan lembar kerja peserta didik sebagai acuan menentukan struktur dan Langkah-langkah teks cerpen. 5. Peserta didik dibimbing oleh guru dalam mengerjakan tugas tersebut. 6. Selamat mengerjakan! Kerjakan soal-soal berikut ini! Bacalah teks cerpen di bawah ini! Si Tukang Kritik oleh: Andi D. Handoko Foto-foto yang terselip di tiap halaman album kusam itu seakan menghidupkan sejarah yang telah berlalu. Sejarah yang penuh darah dan api perjuangan. Barangkali fotofoto itu menjadi bukti bahwa sejarah tak mampu dibohongi hanya dengan teriakan dan orasi-orasi semata. Sejarah itu kejam. Sejarah itu perlawanan. Sejarah itu pemerasan dan penindasan. Namun, sejarah juga menyimpan kenangan dan kebahagiaan. “Jadi kau dulu adalah seorang aktivis?”


Keheningan ruang tamu terpecah oleh pertanyaan Barkah pada Joni. Namun Joni tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya mengernyitkan senyum pada teman kerjanya itu. “Mengapa kau hanya tersenyum, Jon?” tanya Barkah lagi sembari membalik halaman album foto di hadapannya. “Ya, seperti itulah. Terserah kau mau sebut apa, aktivis atau sebutan lainnya. Hanya saja, pada masa itu, aku dan teman-teman kampus hanya ingin mengeluarkan unek-unek kami. Kami merasa kami perlu bertindak atas matinya demokrasi saat itu.” “Gaya bicaramu memang ciri khas orang idealis. Dari foto-fotomu ini dan beberapa kliping tulisanmu di media massa, aku agak heran kau sekarang malah menjadi seorang guru sekolah dasar. Harusnya kau lebih cocok jadi wartawan atau politikus.” “Mungkin memang sudah garis hidupku untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi seorang guru, ha...ha...ha... Kalau menjadi wartawan, itu sudah kulakukan waktu di kampus dulu. Jelek-jelek begini saya pernah menjadi pemimpin redaksi majalah kampus.” “Tapi kalau jadi politikus? Kau merasa tertarik?” “Menjadi politikus atau pejabat negara itu godaannya sangat besar. Sistem yang karut-marut telah membuat idealisme mati. Sulit untuk mengubah sistem yang sudah telanjur salah kaprah itu.” “Maksudnya?” “Contoh simpel saja, suap-menyuap dan pungli sudah menjadi sistem yang sangat sulit dihapus. Sekadar buat KTP saja, mesti ada uang administrasi biar jadi lebih cepat.” “Benar itu Jon, kemarin keponakanku cerita, dia memperpanjang SIM dan sudah membayar biaya sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Namun, ketika baru mau ambil SIM yang sudah diperpanjang, ia malah ditarik biaya lagi dan tanpa kuitansi.” “Ditarik berapa?” “Rp 30.000.” “Tanpa kuitansi?” “Tanpa.” “Itu berarti keponakanmu yang kurang pandai, ha...ha...ha... Kalau mengurus sesuatu di kantor milik pemerintah, setiap biaya pasti ada kuitansi. Kalau tidak ada, pasti


itu masuk ke kantong para aparat pemerintah itu. Bayangkan saja, retribusi masuk ke sebuah terminal dengan membayar Rp 200 saja pakai karcis, apalagi Rp 3.000. Jelas-jelas itu pasti cuma masuk kantong saja.” “Heran, padahal mereka itu sudah dapat gaji dari pemerintah yang bisa sampai dua tiga kali lipat upah minimal kota, dapat tunjangan anak istri, belum yang lain-lainnya. Tapi tetap saja hobi nilap uang-uang rakyat. Apa mereka nyaman dengan uang haram seperti itu.” “Ya, semua kembali ke pandangan masing-masing. Semua memang subjektif. Menurutmu mungkin dengan gaji dan segala tunjangannya cukup bagi mereka, tetapi bagi mereka itu mungkin belum cukup. Jadi, ya apa boleh buat mereka berbuat semaunya.” Suasana hening lagi. Joni menyeruput kopi manis yang telah disuguhkan istrinya yang menurut Joni adalah wanita yang paling manis. Sementara, Barkah masih saja membolak-balik foto-foto Joni dalam album yang mulai kusam itu. Ia seperti ingin mengenal lebih lanjut teman mengajarnya itu. “Ini siapa Jon? Kulihat dalam foto-foto ini, sepertinya kau sangat akrab dan dekat dengannya.” “Aku memanggilnya Boim, teman satu SMA dan satu jurusan juga waktu kuliah. Dulu, ia juga sering berdemo denganku. Bahkan di antara aku dan teman-teman lainnya, Boim adalah mahasiswa yang paling berani. Karena keberanian dan kenekatannya yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah dan kampus, kami memanggilnya si Tukang Kritik.” Joni mulai menceritakan secara detail soal Boim kepada Barkah. Dalam kenangan Joni, Boim adalah seorang mahasiswa yang sangat kritis. Ia adalah pencetus kolom Tikam di majalah kampusnya dulu. Tikam itu adalah akronim dari “kritikan kampus”. Isi kolom itu adalah kritikan untuk kebijakan-kebijakan kampus yang dinilai kurang tepat dan sewenang-wenang. Namun, apa yang terjadi, baru dua kali kolom itu terbit, pihak kampus sudah memerintahkan untuk menghilangkan kolom tersebut. Sementara, si Boim yang saat itu sebagai pemimpin redaksi harus rela berjam-jam diinterogasi pimpinan kampus. Awak redaksi lainnya pun juga begitu. Akibatnya, pihak kampus mengancam tidak akan mengucurkan dana untuk pers kampus tersebut. Dengan negosiasi yang panjang dan


berbagai alasan, akhirnya pers kampus tetap jalan, walau si Boim harus lengser dari kursi pemimpin redaksi. “Gila! Dalam kolom itu, si Boim menulis opini berjudul Kantor Kampus Sarang Tikus. Gila benar si Tukang Kritik itu!” terang Joni berapi-api pada Barkah. Joni terus mengurai kisah Boim. Boim merupakan inisiator dan penggerak mahasiswa turun ke jalan untuk melengserkan tampuk kepemimpinan Orde Baru. Ia dengan lantang menyuarakan bahwa Orde Baru adalah pemerintahan yang sangat busuk. Ia menuliskan kritikannya pada Orde Baru pada sebuah kertas, dan ia fotokopi sendiri dan disebarkan kepada masyarakat. Ia memang si Tukang Kritik yang pantang menyerah. Julukannya itu memang benar-benar pantas untuknya. “Gara-gara dekat dengan Boim. Aku jadi ketularan. Oleh teman-teman, aku dijuluki wakil tukang kritik...ha... ha...” “Pantas saja, di sekolah kamu juga selalu ngeyel.” “Bukan ngeyel, tapi hanya bersikap yang tepat. Bayangkan saja, masa kepala sekolah mau menyunat dana BOS untuk dibagi kepada guru-guru? Menarik uang seragam siswa baru secara berlebihan agar untung banyak dan masuk kantong pribadi, padahal sekolah kita sekolah negeri. Tidak pantaskah untuk dikritik?” “Tapi kau menjadi dibenci oleh Pak Kepala.” “Ya, itu konsekuensi. Itulah yang dinamakan sistem yang masih amburadul. Banyak orang idealis yang luntur idealismenya karena masuk ke dalam sistem seperti itu. Dan aku pernah ngobrol dengan seorang budayawan. Katanya, idealisme itu semakin tua semakin berkurang. Maka banyak orang yang dulu adalah aktivis mahasiswa dan kini menjadi pejabat, sudah berani bermain dengan korupsi. Ya, karena idealisme mereka luntur. Dulu mereka berkoar-koar menentang pejabat yang korupsi, eh setelah jadi pejabat sungguhan malah dirinya sendiri yang korupsi.” “Benar kamu Jon. Kata orang-orang jaman wis edan, yen ra melu edan ora keduman dan semuanya ikut edan.” “Itulah mengapa korupsi sulit diberantas dan hukum di negara kita bisa dipermainkan dan orang yang idealis justru terpinggirkan dari masyarakat.” Joni dan Barkah kembali diam. Barkah mengangguk-angguk seakan ia membenarkan apa yang telah dipaparkan Joni. Dari kisah yang diuraikan Joni, Barkah


menjadi lebih mengerti bahwa orang seumuran yang ada di hadapannya adalah seorang guru yang memang lain daripada yang lain. Karena seumuran, di luar lingkungan sekolah mereka justru lebih sering memanggil langsung nama mereka masing-masing. “Kopinya silakan diminum. Malah keburu dingin jadi kurang nikmat,” suara Joni memecah keheningan di antara keduanya. “Iya Jon,” ucap Barkah seraya meraih cangkir di depannya. “Kau lihat pejabat negara, anggota dewan yang terhormat dan menteri-menteri sekarang? Mereka cenderung bersifat pragmatis dan antikritik.” “Betul Jon. Mereka itu kalau dikritik selalu beralasan untuk kepentingan rakyat, padahal sebenarnya mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan partainya. Ironis, mereka selalu minta gaji yang tinggi. Katanya untuk meningkatkan kinerja, bahkan sering menghambur-hamburkan uang rakyat hanya dengan alih-alih studi banding ke luar negeri.” “Ya, memang ironis dan lucu. Padahal seharusnya mereka bekerja dan berprestasi dulu, baru minta kenaikan gaji. Eh, kerja masih awut-awutan, yang digunjingkan hanya gaji dan tunjangan saja.” Suasana kembali hening. Joni menyeruput kopinya, sedangkan Barkah sibuk dengan ponselnya yang baru saja menerima pesan singkat. Setelah selesai dengan ponselnya, tiba-tiba Barkah teringat sesuatu. “Oh, iya Jon, aku sampai lupa. Kembali soal temanmu tadi itu. Siapa namanya tadi?” “Aku memanggilnya Boim.” “Terus sekarang si Boim itu ada di mana? Kalian masih berkomunikasi?” “Dia di Jakarta. Saya sering SMS dan telepon dia, tapi tidak pernah dibalas atau diangkat. Barangkali dia sangat sibuk.” “Memangnya sekarang dia kerja apa di Jakarta?” “Jadi anggota dewan.” Kegiatan! 1. Bacalah teks cerpen di atas dengan seksama!


2. Tentukan struktur teks cerpen di atas! 3. Temukan dan tuliskan unsur-unsur teks cerpen yang terdapat di dalam cerpen di atas!


MATERI AJAR Teks Cerpen A. Pengertian Cerpen Cerpen merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari 10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bias memberikan kesan dominan dan berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh. Menurutnya dalam cerpen tidak ada cerita hingga 100 halaman. Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kitadapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang haruskitajauhi. Cerita pendek atau dapat disebut sebagai cerpen adalah bagian dari karya sastra yang berbentuk naratif. Dari pengertiannya, cerpen merupakan cerita singkat dengan jumlah kata sekitar 500-5.000 kata yang berfokus pada satu tokoh dalam suatu peristiwa atau situasi. Pada umumnya, cerpen bersifat fiksi atau rekayasa dan masalah yang terdapat dalam cerpen biasanya memiliki kesan tunggal. Disamping itu, ada berbagai macam karakter tokoh baik antagonis maupun protagonis.Dari karakter tersebut dapat dipelajari hal-hal yang benar dan salah berdasarkan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen.


Abstrak Orientasi Komplikasi Cerpen Evaluasi Resolusi Koda B. Struktur Teks Cerpen a. Abstraksi Bagian abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita pendek bersifat opsional. Artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini. b. Orientasi Tahapan orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa


dalam cerpen. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca. Dengan kata lain, latar merupakan sarana pengekspresian watak, baik secara fisik maupun psikis.


c. Komplikasi Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pada tahapan struktur ini, kalian akan mendapati karakter atau watak pelaku cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu dan hal itu diekspresikan dalam ucapan dan tindakan tokoh. Dalam komplikasi itulah berbagai kerumitan bermunculan. Kerumitan tersebut bisa saja terdiri lebih dari satu konfik. Berbagai konflik ini pada akhirnya akan mengarah pada klimaks, yaitu saat sebuah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi. Klimaks ini merupakan keadaan yang mempertemukan berbagai konflik dan menentukan bagaimana konflik tersebut diselesaikan dalam sebuah cerita. d. Evaluasi Untuk mencapai sebuah selesaian atau leraian, diperlukan evaluasi. Pada tahapan evaluasi ini, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya. e. Resolusi Pada resolusi, pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflikyang dialami tokoh. f. Koda Koda merupakan penutup cerita, biasanya berisi nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat opsional. Ada juga yang menyebut koda dengan istilah reorientasi. C. Unsur-unsur Cerita Pendek Ada 2 macam unsur pembangun cerita pendek, yaitu unsur intrinsik danekstrinsik.


1. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen itu sendiri. Ada 8 unsur, yaitu tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. a. Tema Tema adalah inti atau ide dasar sebuah cerita. Melalui ide dasar itulah kemudian cerita dibangun oleh pengarangnya. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya. b. Tokoh Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah cerita. Peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita tidak hanya didukung oleh satu tokoh. Cerita dalam novel juga membutuhkan tokoh tambahan agar cerita dalam novel tersebut semakin hidup. Berdasarkan perannya tokoh dibagi menjadi 2, yaitu tokoh utama (yang diceritakan) dan tokoh tambahan (yang membantu jalannya cerita). Berdasarkan karakternya, tokoh dibagi menjadi 3, yaitu tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. c. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Pengarang mempunyai 2 cara untuk menggambarkan atau mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita, yaitu: 1. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang. 2. Teknik dramatik, pada teknik dramatik ini pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Karakter tokoh dikemukakan melalui:


a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh Teknik tingkah laku mengarah pada tindakan fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapatmencerminkan sifat-sifanya. b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh Suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh. Keadaan latar tertentu dapat menimbulkan kesan tertentu. Misalnya, suasana rumah yang bersih, teratur,rapi, akan menimbulkan kesan bahwa pemilik rumah itu sebagai orang yang cinta kebersihan. c) Penggambaran tata kebahasaan tokoh Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang berbudi halus atau kasar. d) Penggambaran jalan pikiran tokoh Teknik ini menggambarkan pikiran para tokoh. Bagaimana keadaan dan jalan pikir, apa yang melintas di dalam pikiran serta apa yang sering dipikirkan oleh tokoh, dengan demikian hal ini akan mencerminkan sifat para tokoh. e) Penggambaran oleh tokoh lain Teknik reaksi tokoh lain dimaksukan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh lain. Reaksi ini bisa berupa pandangan, pendapat, sikap, dan komentar.


d. Alur Alur merupakan urutan kejadian atau peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam tiga jenis. 1. Alur maju, alur yang susunannya dimulai dari pengenalan situasi cerita, pengungkapan peristiwa, menuju adanya konflik, puncak konflik, dan penyelesaian. 2. Alur mundur, alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian beralih ke masa lampau atau peristiwa awal, kedua, dan seterusnya. Sampai kembali lagi pada peristiwa terakhir tadi. 3. Alur campuran, alur yang susunannya kombinasi atau gabungan dari alur maju dan alur mundur. Pengarang menuliskan cerita secara berurutan, selanjutkan menyisipkan kembali cerita di masa lalu. Lalu kembali lagi ke masa sekarang. Alur ini terbilang cukup rumit untuk dipahami. e. Latar Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya dalam cerita. latar terbagi ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. 1. Latar tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Unsur tempat yang dipergunakan biasanya berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa nama yang jelas, seperti: desa, sungai, jalan, hutan. Perlu dikatakan bahwa latar tempat dalam sebua cerpenl biasanya meliputi berbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yanglain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh.


2. Latar Waktu Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen, misalnya tahun, musim, hari, dan jam. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat (juga sosial) sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu. 3. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat yang diceritakan dalam sebuah karya cerpen, misalnya, kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas. f. Sudut Pandang Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yakni: 1. Sudut pandang orang pertama, dimana pengarang terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Ditandai dengan penggunaan kata aku, saya, dan daku. 2. Sudut pandang orang ketiga, dimana pengarang hanya berperan sebagai pengamat. Ditandai dengan penggunaan kata dia dan nama orang. g. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita.


h. Gaya bahasa Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan antar tokoh. 2. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari luar cerpen. Ada 3 unsur ekstrinsik yaitu latar belakang pengarang, latar belakang sosial, dan latar belakang budaya. a. Latar belakang pengarang Latar belakang pengarang adalah faktor-faktor dari dalam pengarang itu sendiri yang memotivasi pengarang untuk menulis sebuah cerpen. Selain itu bisa juga berisi tentang riwayat hidup pengarang. b. Latar belakang sosial Latar belakang sosial merupakan suatu keadaan yang bisa diambil dari interaksi-interaksi masyarakatnya. c. Latar belakang budaya Latar belakang budaya berisi mengenai kebiasaan atau adat istiadatyang diceritakan dalam cerpen. Daftar Pustaka Laelasari. 2015. Bahasa Indonesia Berbasis Karakter Bangsa. Bandung : Yrama Widya. Prihantini, Ainia.2015. Master Bahasa Indonesia Panduan Tata Bahasa Indonesia Terlengkap. Yogyakarta : B first.


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.