jurnal peningkatan pemahaman konsep daga megnet melalui model pembelajaran PBL Flipbook PDF

Jurnal peningkatan pemahaman konsep daga megnet melalui model pembelajaran PBL

66 downloads 99 Views 16MB Size

Recommend Stories

Story Transcript

1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS Didaktika Dwija Indria 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS ISSN:2337-8786 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LERANING) PADA SISWA SEKOLAH DASAR Yakobus Ede Pawe1) , Chumdari2) , Hasan Mahfud3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta email: 1)[email protected] 2) [email protected] 3)[email protected] Abstract: Purpose of this research is to improve the comprehension concept of the magnetic force by using PBL (problem based learning model). This research is classroom action research (CAR) consisting of two cycles, each cycle consist of four phases, there are planning, action, observation, and reflecting. The >[email protected] 2 Email: [email protected] 3 Email: [email protected] Abstract Research in class V SDN Sukahati background on the lack of understanding of students on the material, and the implementation of less learning to arouse students' interest to learn. Efforts to fix the problem by applying the Discovery learning model. The problem is corrected through Classroom Action Research (PTK) with research design model Kemmis and Taggart. Instruments used include teacher performance observation sheets, student activities, student learning outcomes, interview guides, and field notes. This study was completed in three cycles. The data obtained in the planning cycle 84%, 92.2% cycle II, and 100% cycle III. At the implementation of 83% cycle I, 90.5% cycle II, and 100% cycle III. Furthermore student activity in cycle I 62,14%, cycle II 86,9%, and at cycle III 90,2%. Then the result of study from 34 students, on cycle I as many as 17 students (50%) complete, cycle II 28 students (82,4%), and cycle III 31 student (91,2%). Thus, the Discovery learning model can improve student learning outcomes Keywords: Discovery Learning Model, Student Learning Outcome, Natural Sciences, Magnetic Force, Classroom Action Research. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, pendidikan dapat dijadikan standar untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kehidupan manusia supaya lebih terarah. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 1 (Kemendagri, 2003) yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar menjadi peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Pendidikan biasanya dipahami sebagai berubahnya tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada proses pendewasaan yang dilakukan dengan cara pengajaran dan pelatihan oleh seorang guru atau pendidik. Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan diartikan sebagai proses dengan menggunakan cara lain supaya orang lain mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu untuk lebih membuat perkembangan pada kemampuan siswa supaya menjadi seseorang yang memiliki iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak, ilmu, kreatif, mandiri


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 462 serta menjadi warga negara yang dapat bertanggung jawab dan demokratis (Kemendagri, 2003). Aeni (2014) menegaskan bahwa para filosof muslim merumuskan tujuan dari pendidikan itu bermuara pada akhlak. Tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak siswa yang tidak mendapatkan ilmu pendidikan yang baik. Seperti siswa kurang berakhlak mulia, kurang kreatif dan kurang mandiri. Hal ini terkait dari cara mengajar guru serta pemahaman siswa yang kurang baik. Untuk itu perlu adanya inovasi baru yang dapat memperbaiki suatu pembelajaran, baik dari segi model, metode, pendekatan, strategi, taktik, maupun media yang digunakan agar bisa menumbuhkan rasa semangat pada diri guru dan siswa. Seorang guru di sekolah bukan hanya sekedar berperan sebagai penyampai materi pelajaran (transfer of knowledge), namun juga harus mampu memerankan dirinya sebagai petugas sosial, pelajar dan ilmuwan, orang tua, pencari teladan, dan pencari keamanan (Usman, 2002). Guru mempunyai tanggung jawab dari segi profesionalnya. Menurut Aeni (2015) untuk menjalankan peran-peran tersebut maka guru selayaknya menempatkan dirinya sebagai seorang pendidik professional. Salah satu tempat untuk menempuh pendidikan yaitu sekolah. sekolah adalah tempat terjadinya proses belajar mengajar antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, diharapkan siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memperoleh hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pengertian belajar mengajar itu sendiri. Menurut Mulyati (2000) ‘Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik perseorangan maupun secara kelompok’ (Sujana, Djuanda, Maulana, Hanifah, & Rukmana, 2009, p. 93). Mulyati (2000) ‘Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa (PBS) yaitu kegiatan siswa direncanakan guru untuk dialami oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar’ (Sujana et al., 2009, p. 94). Sedangkan menurut Slameto (2003, p. 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dan Slameto (2003, p. 29) “Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru”. Salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa dalam jenjang sekolah dasar yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Sujana (2012, p. 1) “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam dan segala isinya, serta fenomena-fenomena yang terjadi didalamnya”. Sujana (2016, p. 7) mengungkapkan bahwa “Pendidikan IPA merupakan salah satu wahana yang dianggap paling tepat untuk menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada peserta didik dalam mempelajari ilmu tentang alam. Selain itu, IPA juga bermanfaat dalam mempelajari diri sendiri, mempelajari lingkungan, serta mempelajari alam semesta secara utuh, yang pada akhirnya diharapkan dapat memanfaatkan serta menjaga alam semesta ini secara arif dan bijaksana”. Oleh karena itu, sangat penting bagi para peserta didik untuk menguasai bagaimana cara melaksanakan pembelajaran IPA yang dianggap paling tepat bagi para siswa, baik untuk sekarang dan untuk masa yang akan datang. Adapun faktor pendukung pembelajaran menurut Sujana (2016, p. 20–22) antara lain: Pertama, sarana prasarana yang mendukung berada pada kondisi baik. Kedua, kondisi pembelajaran dapat dilihat dari kondisi siswa dan kondisi lingkungan disekitar tempat pembelajaran tersebut. Kondisi siswa yang sehat akan berbeda dengan kondisi belajar siswa


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 463 yang sakit. Demikian pula halnya dengan kondisi lingkungan belajarnya, kondisi lingkungan belajar yang baik harus jauh dari tempat keramaian dan jalan raya dengan volume kendaraan yang cukup besar. Ketiga, pengelolaan kelas dapat dilakukan guru bersama para siswa dengan menciptakan suasana yang menyenangkan. Keempat, input siswa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, sehingga dapat mengikuti pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Kelima, kemampuan guru. Keberadaan guru dalam kelas sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang terjadi, maka guru harus menguasai kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran serta harus melek teknologi informasi. Pada pembelajaran IPA, guru dituntut untuk bisa membawa pembelajaran secara cermat karena pada pembelajaran IPA ini tidak cukup hanya dengan ceramah dan praktek saja namun perlu adanya kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri penemuan-penemuan baru ataupun fakta-fakta yang sudah ada di lapangan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA menuntut seorang guru yang akan mengajarkannya untuk menguasai pengetahuan, cara kerja, serta keterampilan dalam bidangnya, pengelolaan kelas yang baik merupakan hal yang sangat penting bagi seorang guru. Seorang guru juga perlu untuk memotivasi siswanya agar senang belajar IPA, memberi penguatan dalam pembelajaran, serta memperhatikan bahwa belajar ilmu pengetahuan ipa itu menyenangkan bukan hanya menghafal saja. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam ini bisa bersangkutan dengan sekitar kehidupan manusia. Dari data yang diperoleh oleh peneliti yang dilakukan di SDN Sukahati, dalam RPP umumnya guru menggunakan metode ceramah saja. Pembelajaran metode ceramah ini cenderung membawa situasi kelas menjadi bosan, karena guru hanya menyampaikan materinya dan siswa hanya mendengarkan. Adapun praktik dilakukan tetapi hanya oleh gurunya saja. Menurut Piaget (dalam (Sugihartono, Fathiyah, Harahap, Setiawan, & Nurhayati, 2007)) bahwa pengamatan itu sangat penting yang menjadi dasar dalam menuntut pola pikir anak, lain halnya dengan perbuatan yang hanya menggunakan mata, tetapi pengamatan menggunakan seluruh indra supaya melekat dan berbekas kepada siswa itu sendiri. Dengan begitu, siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.. Untuk itu perlu adanya penganekaragaman model, metode, atau pendekatan dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA baiknya dibuat semenarik mungkin agar siswa tidak cepat merasa bosan sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Namun pembelajaran IPA masih jauh dari kata baik. Seperti yang terjadi di SD Negeri Sukahati dalam RPP guru hanya menggunakan metode ceramah dan praktik, yang dilakukan oleh peneliti mengajarkan materi magnet menggunakan RPP dari guru tersebut. Pada saat pengambilan data awal masih banyak siswa yang belum siap menerima pembelajaran, guru kesulitan mengkondisikan peserta didik yang mengobrol sendiri dibelakang, guru hanya fokus pada materi yang disampaikannya saja. Dan pada saat mempraktikan materi, siswa berbondong-bondong ke depan mendekat kepada guru yang praktik di depan karena siswa merasa tidak kelihatan jika tidak maju. Sama halnya ketika guru meminta beberapa siswa untuk maju mempraktikkan apa yang diajari, siswa lainnya pun ikut maju. Kemudian pada saat mengerjakan evaluasi, banyak siswa yang kebingungan untuk menjawab karena pada saat pembelajaran siswa tidak terlibat dalam percobaan secara langsung, banyak yang tidak mendengarkan dengan baik karena sibuk dengan urusannya masing-masing.


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 464 Setelah melakukan evaluasi terhadap siswa mengenai materi gaya magnet, hasilnya pun masih banyak yang belum tuntas. Dari jumlah 34 siswa, hanya 5 siswa (14,7%) yang tuntas dan 29 siswa (85,3%) belum tuntas. Berikut nilai hasil evaluasi awal terhadap siswa kelas V SD Negeri Sukahati. Dari permasalahan tersebut guru menciptakan proses pembelajaran yang membuat siswa aktif, menumbuhkan rasa keingintahuannya, dan siswa mampu memahami materi dengan baik sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Dengan demikian, model pembelajaran yang menarik yang dirasa cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model Discovery untuk melatih siswa dalam menciptakan pembelajaran IPA yang berdasarkan penemuan. Menurut Kristin (2016, p. 91) ‘Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapat kesimpulan dari hasil ilmiah tersebut’ (Saifuddin, 2014, p. 108). Adapun menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) muncul ketika siswa dilibatkan dalam pembelajaran, dan mengukur mentalnya dalam menemukan konsep baru. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dengan menggunakannya model discovery siswa dapat lebih aktif karena siswa dituntut untuk terlibat langsung pada saat menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, dengan begitu siswa dapat lebih menumbuhkan rasa keingintahuannya ketika melakukan observasi, eksperimen, hingga dapat menyimpulkan hasil yang telah diperolehnya yang membuat siswa lebih paham mengenai materi tersebut. Menurut Atmojo (2015, p. 131) pembelajaran discovery dapat memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran dengan cara menemukan sendiri masalah yang nantinya mereka pecahkan dan menjadi suatu pembelajaran yang menarik yang baru mereka alami. Dengan begitu, suasana belajar di kelas lebih kepada memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan yang diberikan (student center). Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari penggunaan model pembelajaran discovery. Rasa senang dalam diri siswa dapat tumbuh karena kegiatan penyelidikan yang mereka lakukan, dan meningkatkan tingkat penghargaan mereka ketika mereka aktif di kelas. Model pembelajaran discovery juga dapat mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akal dan motivasinya, siswa pun akan mengerti konsep dasar dan ide yang lebih baik. Dengan demikian, model pembelajaran discovery dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa, yang dalam kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian siswa dan memungkinkan untuk siswa membentuk konsep-konsep baru. Adapun kemungkinan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri, serta pengetahuan yang diperoleh dapat dipahami dan diserap oleh siswa dalam waktu yang lama. Dengan begitu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery pada Materi Gaya Magnet Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Sukahati di Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu)”. METODE PENELITIAN Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an, dan sampai sekarang masih menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Menurut Elliot dalam Somadayo (2013, p. 20) ‘Penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 465 maksud untuk meningkatkan kualitas praktek. Adapun menurut Rapoport dalam Wiriaatmadja (2005, p. 11) bahwa PTK membantu untuk memudahkan permasalahan yang terjadi, dan memudahkan tujuan ilmu sosial kepada etika yang sudah disetujui bersama. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik dengan harapan untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Desain penelitian yang digunakan menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan PTK menurut Pramswari, Lungguh (2016) untuk perbaikan dan peningkatan layanan guru dalam proses belajar, maka tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Sukahati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu. Alasan dilakukan penelitian di lokasi ini karena ditemukan suiatu permasalahan pada mata pelajaran IPA kelas V khususnya materi gaya magnet yang membuat hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM, sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sukahati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 34 siswa; 18 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Siswa kelas V SDN Sukahati dipilih karena dari hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas V yaitu bapak Nana Sukarna ternyata di kelas tersebut terdapat suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran pada materi gaya magnet. Masih banyak siswa yang tidak mencapai krtiteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Jadi diperlukan adanya kegiatan yang memotivasi siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya dan mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kemampuan dan hasil belajar siswa akan meningkat. Instrumen Penelitian Menurut Maulana (2009, p. 29) “Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian sehingga permasalahan sebelumnya dirumuskan akan dapat dipecahkan”. Instrumen juga digunakan untuk mengukur dan memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan yaitu pengolahan data kualitatif dan pengolahan data kuantitatif. Pengolahan data kualitatif diantaranya observasi, wawancara dan catatan lapangan. Sedangkan pengolahan data kuantitatif adalah tes hasil belajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014, p. 337) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus melalui penerapan model pembelajaran Discovery pada materi gaya magnet di SDN Sukahati, mendapatkan hasil yang sangat baik dan mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas V. Peningkatan hasil


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 466 belajar diperoleh dari tindakan perencanaan tiga siklus. Berikut ini pemaparan mengenai perencanaan, pelaksanaan, aktivitas siswa dan peningkatan hasil belajar. Perencanaan Pembelajaran Pada bagian pembahasan ini mencakup seluruh perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelaran setiap siklusnya, menyiapkan model, mencari alat dan sumber belajar serta membuat langkah dan tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan rencana yang ditetapkan. Dalam perencanaan pembelajaran pada materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Discovery di SDN Sukahati Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu pada siklus I, II, III dengan alokasi waktu yaitu 2x35 menit. Perencanaan pengajaran merupakan langkah pertama untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Hernawan, Susilana, Julaeha, & Sanjaya (2008, p. 9.8) mengatakan fungsi dari rencana pembelajaran merupakan upaya sebelum proses pembelajaran berlangsung agar lebih kondusif. Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, langkah-langkah dalam pembelajaran dan instrumen yang digunakan telah disesuaikan dengan model pembelajaran tersebut. Skor maksimal pada tahap perencanaan pembelajaran yaitu 51 dengan persentase 100%. Pada pelaksanaan siklus I, skor yang tercapai hanya 43 jika dipersentasikan pada tahap perencanaan yaitu 84%. Pelaksanaan siklus II, skor yang tercapai yaitu 47 dengan persentase 92,2%. Dan pada pelaksanaan siklus III, skor yang tercapai merupakan skor maksimal yaitu 51 jika dipersentasikan yaitu 100%. Diagram di bawah ini merupakan bukti bahwa guru mampu meningkatkan kemampuan dalam menyusun perencanaan pembelajaran pada siklus I, II, dan III sehingga persentasenya mencapai 100% sesuai dengan target yang diharapkan. Tabel 1. Perbandingan Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Target Persentase Interpretasi Siklus I 100% 84% Baik (B) Siklus II 92,2% Sangat Baik (SB) Siklus III 100% Sangat Baik (SB) Pelaksanaan Pembelajaran Pada pelaksanaan pembelajaran pada materi gaya magnet dengan model Discovery telah dilakukan berdasarkan langkah yang sebelumnya telah disusun kedalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berikut ini merupakan 8 tahapan model pembelajaran Discovery menurut Sujana et al. (2009, p. 114–115) yaitu: yang pertama tahap observasi untuk mendapatkan suatu permasalahan, tahap kedua yaitu tahap menentukan rumusan masalah, tahap ketiga yaitu tahap memberikan jawaban sementara pada masalah tadi, tahap keempat yaitu tahap membuat perencanaan untuk memecahkan masalah melalui percobaan atau cara lain, tahap melaksanakan percobaan, tahap melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data, tahap analisis data, serta tahap menarik kesimpulan percobaan yang telah dilakukan atau penemuan.


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 467 Peningkatan Kinerja Guru Hasil observasi kinerja guru mengalami peningkatan dari mulai siklus I hingga siklus III. Dengan meningkatnya hasil kinerja guru makan naik pula hasil belajar siswa. Data kinerja guru dapat dilihat di bawah ini. Dalam pelaksanaan pembelajaran instrumen yang digunakan telah disesuaikan dengan model pembelajaran tersebut. Skor maksimal pada tahap perencanaan pembelajaran yaitu 51 dengan persentase 100%. Pada pelaksanaan siklus I, yaitu 83%. Pelaksanaan siklus II, yaitu 90,5%. Dan pada pelaksanaan siklus III, yaitu 100%. Perbandingan yang telah dipaparkan dalam tabel di bawah: Tabel 2. Perbandingan Nilai Kinerja Guru Pada Tahap Pelaksanaan Tiap Siklus Kegiatan Target Persentase Interpretasi Siklus I 100% 83% Baik (B) Siklus II 90,5% Sangat Baik (A) Siklus III 100% Sangat Baik (A) Peningkatan Aktivitas Siswa Aktivitas siswa diamati dalam penilaian pada kelas V SDN Sukahati dalam pembelajaran IPA materi gaya magnet diantaranya adalah aspek perhatian, keaktifan, dan kerjasama. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa Tiap Siklus Aktivitas Siswa Target Persentase Interpretasi Siklus I 85% 62,14% Cukup (C) Siklus II 86,9% Baik (B) Siklus III 90,2% Baik (B) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada penelitian ini hasilnya menunjukan peningkatan yang cukup signifikan setiap siklusnya. Menurut Sujana (2016, p. 3) hasil belajar siswa merupakan berubahnya tingkah laku yang melibatkan pemahaman kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian pada bidang kognitif yaitu mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada bidang efektif yaitu meliputi penerimaan, respon, penilaian, organisasi, dan karakteristik. Sedangkan, pada bidang psikomotori yaitu penilaian terhadap persepsi, kesiapan melalukan sesuatu pekerjaan, respon terbimbing kemahiran, adaptasi, dan orijinasi. Dari hasil penelitian diperoleh data hasil belajar siswa kelas V SDN Sukahati yang mengalami peningkatan tiap siklusnya. Di bawah ni merupakan perbandingan hasil belajar siswa tiap siklus yaitu sebagai berikut:


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 468 Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus Hasil Belajar Target (%) Persentase (%) Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas Siklus I 85% 50% 17 17 Siklus II 82,4% 28 6 Siklus III 91,2% 31 3 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan hasil belajar siswa juga dapat dilihat dalam diagram di bawah ini. Diagram 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Tiap Siklus SIMPULAN Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan terhadap data proses serta hasil pelaksanaan tindakan dengan penerapan model pembelajaran Discovery pada materi gaya magnet untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Kinerja guru tahap perencanaan, dari hasil perencanaan pembelajaran siklus I, adapun persentase yang diperoleh yaitu 84% dengan kriteria Baik (B). Pada siklus II persentase yang diperoleh yaitu 92,2% dengan kriteria Sangat Baik (A). Walaupun sudah masuk kedalam kriteria sangat baik, pada siklus II masih belum mencapai target yang ditentukan. Kemudian pada siklus III persentase yang diperoleh yaitu 100% dengan kriteria Sangat Baik (A). Kinerja guru tahap pelaksanaan, dari hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran pada tiap siklus, diperoleh data yang menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran kinerja guru mengalami peningkatan serta terus menerus setiap siklusnya. Adapun hasil yang diperoleh untuk kinerja guru pada siklus I persentase yang diperoleh yaitu 83% dengan kriteria Baik (B). Pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,5% dengan kriteria Sangat Baik (A) tetapi masih belum memenuhi target 100%. Selanjutnya pada siklus III pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan menjadi 100% dengan kriteria Sangat Baik (A). Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan yang signifikan, adapun aspek yang diamati diantaranya perhatian, keaktifan dan kerjasama. Dengan target yang ditentukan adalah 85% dengan kriteria Baik, sedangkan pada siklus I diperoleh persentase 62,14% dengan kriteria Cukup (C). Namun pada pelaksanaan siklus II dan III persentasenya mengalami 0% 20% 40% 60% 80% 100% Target Siklus I Siklus II Siklus III Belum Tuntas Tuntas


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 469 peningkatan, dimana pada siklus II persentase yang diperoleh yaitu 86,9% dengan kriteria B (B) dan sudah melebihi target yang ditentukan. Kemudian pada siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi 90,2%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengatahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi gaya magnet diperoleh data awal hanya ada 5 orang siswa yang nilainya tuntas mencapai KKM dengan persentase 14,7%, sisanya 29 orang siswa tidak tuntas dengan persentase 85,3%. Setelah menerapkan model pembelajaran Discovery pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 17 orang siswa tuntas dan 17 siswa lainnya masih belum tuntas. Dengan demikian, persentase perbandingan pada siklus I yaitu 50% tuntas dan 50% belum tuntas. Setelah diadakan siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 28 siswa yang tuntas dengan persentase 82,4% dan siswa yang belum tuntas mengalami penurunan menjadi 6 siswa dengan persentase 17,6%. Selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus III, hasil belajar siswa kembali meningkat yaitu sebesar 91,2% dengan jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan terus menerus menjadi 31 siswa dan tidak tuntas menurun menjadi 3 siswa dengan persentase 8,8%. BIBLIOGRAPI Aeni, A. (2014). PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SD DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 50-58. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v1i1.863. Aeni, A. (2015). MENJADI GURU SD YANG MEMILIKI KOMPETENSI PERSONAL-RELIGIUS MELALUI PROGRAM ONE DAY ONE JUZ (ODOJ). Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 212-223. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1331. Atmojo, I. R. W. (2015). Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1. Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 133– 142. Hernawan, A. H., Susilana, R., Julaeha, S., & Sanjaya, W. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Kemendagri. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. https://doi.org/http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/archieve/undangundang/tahun/2003 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Kemendikud. Kristin, F. (2016). Analisis Model Pembelajaran Disovery learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar perKhasa, 2(1). Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2live ‘n live2learn. Mulyati, A. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Pramswari, Lungguh, P. (2016). PERSEPSI GURU SD TERHADAP PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1). Saifuddin. (2014). Pengelolaan Pembelajaran Teoretis dan Praktis. Yogyakarta: Deepublish. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Somadayo. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugihartono, Fathiyah, K. N., Harahap, F., Setiawan, F. A., & Nurhayati, S. R. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.


Jurnal Pena Ilmiah: Vol 2, No 1 (2017) 470 Sujana, A. (2012). Konsep Dasar IPA. Bandung: Rizqi Press. Sujana, A. (2013). Pendidikan IPA. Bandung: Rizqi Press. Sujana, A. (2016). Pendidikan IPA di SD. Bandung: Nuria. Sujana, A., Djuanda, D., Maulana, Hanifah, N., & Rukmana, A. (2009). Model pembelajaran di sekolah dasar. Sumedang: UPI Press. Usman, M. U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


LK 3.1 Menyusun Best Practices Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran Lokasi SDN GONDRONG 3 KOTA TANGERANG Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar Tujuan yang ingin dicapai AKSI 1 Meningkatkan kedisiplinan pada pembelajaran peserta didik AKSI 2 Meningkatkan kemampuan pembelajaran HOTS peserta didik Penulis Wiwik Puji Lestari, S.Pd Tanggal AKSI 1 Pertemuan 1 : Sabtu, 27 Agustus 2022 Pertemuan 2 : Selasa, 30 Agustus 2022 AKSI 2 Pertemuan 1 : 12 September 2022 Pertemuan 2 : 13 September 2022 Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. AKSI 1 Latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah : 1. Rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran. 2. Peserta didik kurang disiplin dalam pengerjaan soal 3. Peserta didik terlihat tidak disiplin dalam proses pembelajaran Praktik pembelajaran ini penting saya bagikan karena menurut saya banyak dari rekan –rekan saya mengalami hal yang sama, banyak siswa yang


menunda-nunda pekerjaannya karena banyak hal yang mereka lakukan. Saya yang berperan sebagai guru mempunyai tanggung jawab untuk melakukan proses pembelajaran ini secara efektif, dengan menggunakan metode, media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. AKSI 2 Latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah : 1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam membaca soal (literasi) 2. Kurangnya motivasi pada peserta didik dalam megerjakan sosl-soal berbasis HOTS 3. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menganalisis soal 4. Kurangnya penggunaan metode dan media dalam pembelajaran yang tepat Praktik pembelajaran ini penting saya bagikan karena menurut saya banyak dari rekan –rekan saya mengalami hal yang sama, banyak siswa yang menunda-nunda pekerjaannya karena banyak hal yang mereka lakukan, atau karena mereka terhalang karena tidak memiliki gadget yang mana saat itu kami para guru belajar secara daring. Saya yang berperan sebagai guru mempunyai tanggung jawab untuk melakukan proses


pembelajaran ini secara efektif, dengan menggunakan metode, media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat? AKSI 1 Dari hasil analisis kajian wawancara dan literatur tantangan untuk mengatasi kedisiplinan pada proses pembelajaran peserta didik antara lain : 1. Rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran. 2. Pengaruh lingkungan disiplin di luar sekolah. 3. Adanya pembiaran dari orang tua maupun guru terhadap sikap ketidak disiplinan peserta didik 4. Pembelajaran Jarak Jauh yang berkepanjangan selama masa pandemi covid19 5. Cara mengajar guru yang monoton. Dari penyebab di atas tantangan tersebut dapat yang dihadapi oleh guru, rekan dan kepala sekolah, adapun hal-hal yang dapat kita lakukan adalah : 1. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi peserta didik 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3. Guru harus menerapkan model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran yang sesuai dengan


karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. 4. Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan AKSI 2 Dari hasil analisis kajian wawancara dan literatur tantangan untuk meningkatkan kemampuan HOTS pada proses pembelajaran peserta didik antara lain : 1. Kurangnya latihan-latihan soal berbasis HOTS 2. Kurangnya motivasi pada peserta didik dalam megerjakan sosl-soal berbasis HOTS 3. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menganalisis soal 4. Guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas 5. Guru tidak memberikan stimulus dalam pembelajaran 6. Metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat Dari penyebab di atas tantangan tersebut dapat yang dihadapi oleh guru, rekan dan kepala sekolah, adapun hal-hal yang dapat kita lakukan adalah : 1. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi peserta didik 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3. Guru harus menerapkan model pembelajaran inovatif. Model


pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. 4. Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru sesuai tantangan yang dihadapi antara lain : 1. Pemilihan Media Pembelajaran a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang dirasa tepat dan sesuai dengan materi pelajaran juga sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain itu guru juga bisa memilih media pembelajaran yang dikuasainya baik dalam pembuatan dan juga pengoperasian. Disini guru memilihmenggunakan media peta pikiran denganpendekatan TPACK. b. Proses pembuatan media ini dimulai dai mempelajari materi yang akan dibuat medianya, kemudian guru merancang desain dengan menu-menu aspek kata tanya untuk membantu peserta didikmenemukan informasi penting c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran ini antara lain pengetahuan guru


dalam menggunakan aplikasi desain dan juga alat seperti laptop serta jaringan internet 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih metode pembelajaran yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya- jawab dan penugasan. b. Proses pemilihan metode ini, pertama guru mempelajari apa saja metode-metode dalam pembelajaran, lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan buku siswa. c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara lain pemahaman/kompetensi guru akan metode-metode pembelajaran dan juga pemahaman guru akan materipembelajaran 3. Pemilihan model pembelajaran a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan model pembelajaran adalah dengan memahami


karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). b. Proses pemilihan model pertama guru mempelajari apa saja modelmodel pembelajaran lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan buku siswa. c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran ini antara lain pemahaman/kompetensi guru akan model pembelajaran PBL dan juga pemahaman guru akan materipembelajaran 4. Meningkatkan motivasi peserta didik a. Strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi peserta didik adalah dengan merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered). Disini guru mengembangkan RPP dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik. b. Proses pengembangan RPP yang berpusat pada peserta didik , guru menentukan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam


pembelajaran yang kegiatankegiatan tersebut berpusat pada peserta didik dan membuat mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran. c. Sumber daya yang diperlukan dalam meningkatkan motivasi peserta didik antara lain pemahaman/kompetensi guru akan pembuatan RPP dan juga kreatifitas merancang kegiatan-kegiatan yang membuat peserta didik dalampembelajaran. Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan dirasa hasilnya efektif dan dapat dilihat dari : 1. Penggunaan media peta pikiran dengan pendekatan TPACK ini sangat membantu keterampilan peserta didik menemukan informasi penting pada teks bacaan dibuktikan dengan hasil LKPD dan evaluasi pembelajaran peserta didik di atas Kriteria Belajar Minimal (KBM) 2. Pemilihan metode yang variatif sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik terlihat dari kegiatan peserta didik saat pembelajaran. 3. Pemilihan model pembelajaran PBL menumbuhkan berpikir kritis peserta didik terlihat dari tanggapan dan jawaban yang dilontarkan guru saat pembelajaran. 4. Desain kegiatan yang berpusat pada


peserta didik sangat meningkatkan keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah sangat senang, bisa dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran peserta didik memberikan refleksi bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan media pembelajarannya menarik juga mudah dipahami. Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan akan penugasan guru terghadap media pembelajaran, metode, model dan langkah-langkah pada RPP yang sudah dibuat. Pembelajaran yang bisa diambil dari proses dan kegiatan yang sudah dilakukan guru dalah seyogyanya guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode, model dan media pembelajaran untuk membuat proses belajar – mengajar sesuai dengan yang diharapkan.


LK 3.1 Menyusun Best Practices Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran Lokasi SDN GONDRONG 3 KOTA TANGERANG Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar Tujuan yang ingin dicapai AKSI 1 Meningkatkan kedisiplinan pada pembelajaran peserta didik AKSI 2 Meningkatkan kemampuan pembelajaran HOTS peserta didik Penulis Wiwik Puji Lestari, S.Pd Tanggal AKSI 1 Pertemuan 1 : Sabtu, 27 Agustus 2022 Pertemuan 2 : Selasa, 30 Agustus 2022 AKSI 2 Pertemuan 1 : 12 September 2022 Pertemuan 2 : 13 September 2022 Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. AKSI 1 Latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah : 1. Rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran. 2. Peserta didik kurang disiplin dalam pengerjaan soal 3. Peserta didik terlihat tidak disiplin dalam proses pembelajaran Praktik pembelajaran ini penting saya bagikan karena menurut saya banyak dari rekan –rekan saya mengalami hal yang sama, banyak siswa yang


menunda-nunda pekerjaannya karena banyak hal yang mereka lakukan. Saya yang berperan sebagai guru mempunyai tanggung jawab untuk melakukan proses pembelajaran ini secara efektif, dengan menggunakan metode, media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. AKSI 2 Latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah : 1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam membaca soal (literasi) 2. Kurangnya motivasi pada peserta didik dalam megerjakan sosl-soal berbasis HOTS 3. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menganalisis soal 4. Kurangnya penggunaan metode dan media dalam pembelajaran yang tepat Praktik pembelajaran ini penting saya bagikan karena menurut saya banyak dari rekan –rekan saya mengalami hal yang sama, banyak siswa yang menunda-nunda pekerjaannya karena banyak hal yang mereka lakukan, atau karena mereka terhalang karena tidak memiliki gadget yang mana saat itu kami para guru belajar secara daring. Saya yang berperan sebagai guru mempunyai tanggung jawab untuk melakukan proses


pembelajaran ini secara efektif, dengan menggunakan metode, media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat? AKSI 1 Dari hasil analisis kajian wawancara dan literatur tantangan untuk mengatasi kedisiplinan pada proses pembelajaran peserta didik antara lain : 1. Rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran. 2. Pengaruh lingkungan disiplin di luar sekolah. 3. Adanya pembiaran dari orang tua maupun guru terhadap sikap ketidak disiplinan peserta didik 4. Pembelajaran Jarak Jauh yang berkepanjangan selama masa pandemi covid19 5. Cara mengajar guru yang monoton. Dari penyebab di atas tantangan tersebut dapat yang dihadapi oleh guru, rekan dan kepala sekolah, adapun hal-hal yang dapat kita lakukan adalah : 1. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi peserta didik 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3. Guru harus menerapkan model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran yang sesuai dengan


karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. 4. Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan AKSI 2 Dari hasil analisis kajian wawancara dan literatur tantangan untuk meningkatkan kemampuan HOTS pada proses pembelajaran peserta didik antara lain : 1. Kurangnya latihan-latihan soal berbasis HOTS 2. Kurangnya motivasi pada peserta didik dalam megerjakan sosl-soal berbasis HOTS 3. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menganalisis soal 4. Guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas 5. Guru tidak memberikan stimulus dalam pembelajaran 6. Metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat Dari penyebab di atas tantangan tersebut dapat yang dihadapi oleh guru, rekan dan kepala sekolah, adapun hal-hal yang dapat kita lakukan adalah : 1. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi peserta didik 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3. Guru harus menerapkan model pembelajaran inovatif. Model


pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik peserta didik. 4. Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru sesuai tantangan yang dihadapi antara lain : 1. Pemilihan Media Pembelajaran a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang dirasa tepat dan sesuai dengan materi pelajaran juga sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain itu guru juga bisa memilih media pembelajaran yang dikuasainya baik dalam pembuatan dan juga pengoperasian. Disini guru memilihmenggunakan media peta pikiran denganpendekatan TPACK. b. Proses pembuatan media ini dimulai dai mempelajari materi yang akan dibuat medianya, kemudian guru merancang desain dengan menu-menu aspek kata tanya untuk membantu peserta didikmenemukan informasi penting c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran ini antara lain pengetahuan guru


dalam menggunakan aplikasi desain dan juga alat seperti laptop serta jaringan internet 2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih metode pembelajaran yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya- jawab dan penugasan. b. Proses pemilihan metode ini, pertama guru mempelajari apa saja metode-metode dalam pembelajaran, lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan buku siswa. c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara lain pemahaman/kompetensi guru akan metode-metode pembelajaran dan juga pemahaman guru akan materi pembelajaran 3. Pemilihan model pembelajaran a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan model pembelajaran adalah dengan memahami


karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). b. Proses pemilihan model pertama guru mempelajari apa saja modelmodel pembelajaran lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan buku siswa. c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran ini antara lain pemahaman/kompetensi guru akan model pembelajaran PBL dan juga pemahaman guru akan materipembelajaran 4. Meningkatkan motivasi peserta didik a. Strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi peserta didik adalah dengan merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered). Disini guru mengembangkan RPP dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik. b. Proses pengembangan RPP yang berpusat pada peserta didik , guru menentukan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam


pembelajaran yang kegiatankegiatan tersebut berpusat pada peserta didik dan membuat mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran. c. Sumber daya yang diperlukan dalam meningkatkan motivasi peserta didik antara lain pemahaman/kompetensi guru akan pembuatan RPP dan juga kreatifitas merancang kegiatan-kegiatan yang membuat peserta didik dalampembelajaran. Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan dirasa hasilnya efektif dan dapat dilihat dari : 1. Penggunaan media peta pikiran dengan pendekatan TPACK ini sangat membantu keterampilan peserta didik menemukan informasi penting pada teks bacaan dibuktikan dengan hasil LKPD dan evaluasi pembelajaran peserta didik di atas Kriteria Belajar Minimal (KBM) 2. Pemilihan metode yang variatif sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik terlihat dari kegiatan peserta didik saat pembelajaran. 3. Pemilihan model pembelajaran PBL menumbuhkan berpikir kritis peserta didik terlihat dari tanggapan dan jawaban yang dilontarkan guru saat pembelajaran. 4. Desain kegiatan yang berpusat pada


peserta didik sangat meningkatkan keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah sangat senang, bisa dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran peserta didik memberikan refleksi bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan media pembelajarannya menarik juga mudah dipahami. Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan akan penugasan guru terghadap media pembelajaran, metode, model dan langkah-langkah pada RPP yang sudah dibuat. Pembelajaran yang bisa diambil dari proses dan kegiatan yang sudah dilakukan guru dalah seyogyanya guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode, model dan media pembelajaran untuk membuat proses belajar – mengajar sesuai dengan yang diharapkan.


LK 3.1 Menyusun Best Practices Astri Oktianingsih Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran Lokasi SDN Pamarican 1 Kota Serang Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar Kelas V (Lima) Tujuan yang ingin dicapai Aksi 1 : Meningkatkan pemahaman siswa kelas 5 pada materi perkalian pecahan Aksi 2 : Meningkatkan minat membaca siswa kelas 5 SDN Pamarican 1 Penulis Astri Oktianingsih, S.Pd Tanggal Aksi 1 : Hari Kamis tanggal 25 dan hari Jum’at tanggal 27 Agustus 2022 Aksi 2 : Hari Jum’at tanggal 2 September dan hari Senin tanggal 5 September 2022 Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. Aksi 1 Kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah 1. Siswa masih belum memahami konsep perkalian dasar 2. Siswa masih tertukar antar operasi hitung perkalian pecahan dengan operasi hitung pecahan lainnya. 3. Siswa merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang susah Kondisi tersebut juga disebabkan oleh guru yang saat mengajar tidak menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik, guru mengajar cenderung monoton hanya dengan metode ceramah saja tanpa menggunakan media pembelajaran Praktik ini penting untuk dilaksanakan dan dibagikan karena untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam operasi hitung perkalian pecahan dikelas 5 sehingga mendapatkan nilai yang baik dan siswa tidak kebingungan lagi dalam mengerjakan operasi perkalian pecahan. Aksi 2 Kondisi yang menjadi latar belakang masalah ini yaitu ketika siswa dan guru harus dihadapkan dengan fenomena pandemi covid 19, sehingga segala bentuk pembelajaran harus dibatasi dan berjalan tidak efektif sehingga tak ada interaksi pembelajaran secara langsung. Maka sistem pembelajaran berubah menjadi PJJ. Kondisi PJJ ini yang membuat minat membaca siswa menurun, karena selama PJJ dirumah siswa hanya diberi tugas melalui gurup Whatsapp saja. Pembelajaran dirumah tidak berjalan dengan baik karena kurangnya perhatian dari orang tua juga. Selain itu, yang melatar belakangi kondisi ini juga antara lain :


LK 3.1 Menyusun Best Practices Astri Oktianingsih 1. Kurangnya pembiasaan membaca baik dirumah maupun disekolah 2. kurang beragamnya buku bacaan disekolah 3. Kurangnya motivasi untuk melakukan kegiatan membaca Kondisi ini diperburuk dengan siswa yang lebih suka bermain gadget tanpa batas waktu yang diberikan orang tua ketimbang mengasah kemampuan literasinya. Praktik ini penting untuk dilaksanakan dan dibagikan karena untuk memberi semangat kepada siswa dan mendorong siswa agar mau dan timbul minat untuk membaca. Karena jika siswa tidak suka membaca maka setiap kali siswa diberi pertanyaan atau soal yang jawabannya ada didalam bacaan siswa akan merasa ksulitan, siswa enggan mencari jawabannya pada bacaan karena mereka merasa bosan dan jenuh ketika melihat bacaan yang banyak. Selain itu, praktik ini juga dilakukan untuk menunjukkan praktik pembelajaran yang baik dan berbagi pengalaman kepada rekan guru yang lain agar termotivasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam mengajar supaya menjadi pembelajaran yang lebih baik lagi Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik ini Dalam pembelajaran ini saya berperan sebagai guru dan fasilotator bagi peserta didik yang saya ajar. Ini menjadi suatu tanggung jawab secara pribadi dan secara administratif, karena tugas utama saya yaitu mengajar mereka setiap hari. Hal ini bisa terlihat secara konkret bahwa telah saya laksanakan praktik pengalaman lapangan dengan peserta didik saya sendiri. Saya juga melaksanakan PPL ini sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah rancang sebelumnya. Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat, Dalam pelaksanaanya, banyak tantangan yang saya temukan. Sehingga saya harus mengadakan beberapa alternatif solusi mulai identifkasi masalah dengan refleksi, wawancara dengan kepala sekolah, rekan guru, dan orang tua. Itu yang terlibat dalam proses pelaksanaanya. Setelah mendapatkan kajian dari berbagai sumber yang disebutkan tadi maka didapatkan beberapa tantangan yang menjadi dasar permasalahan, diantaranya: Aksi 1 1. Siswa masih belum memahami konsep perkalian dasar. 2. Siswa tidak hapal perkalian 3. Siswa masih tertukar antar operasi hitung perkalian pecahan dengan operasi hitung pecahan lainnya.


LK 3.1 Menyusun Best Practices Astri Oktianingsih 4. Siswa merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang susah 5. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih monoton. 6. Guru kurang kreatif dalam penyampaian materi Aksi 2 1 Kurangnya pembiasaan membaca baik dirumah maupun disekolah 2. Anak cenderung lebih suka bermain gadget ketimbang membaca 3. Siswa belum menyadari betapa pentingnya membaca utuk pengetahuannya 4. Kurang beragamnya bahan bacaan disekolah 5. Kondisi lingkungan rumah yang tidak mendukung untuk belajar ( Orang tua sibuk dengan pekerjaannya) 6. Siswa merasa bahwa membaca adalah kegiatan yang sangat membosankan Tantangan itu yang menyebabkan peserta didik harus mendapatkan pembelejaran lebih lanjut lagi. Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini Tantangan yang ada di atas harus segera diatasi oleh guru profesional, sehingga langkah-langkah yang saya lakukan untuk menghadapinya yaitu : Aksi 1 1. Membuat media pembelajaran berupa alat hitung “Papan hitung pelangi” sehingga siswa mampu memahami konsep perkalian dasar dan konsep perkalian pecahan 2. memberi penjelasan materi menggunakan Power point sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan 3. menggunakan model pembelajaran Cooperative learning tipe STAD 4. Menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok, tanya jawab Aksi 2 1. Strategi yang saya gunakan yaitu dengan membuat bahan bacaan sendiri agar siswa tertarik untuk membaca jika bahan bacaannya berganti setiap hari, seperti cerpen, komik, cergam, dll. 2. Mengadakan pembiasaan membaca minimal 5 menit diawal pembelajaran, karena jika siswa dibiasakan untuk membaca maka dikemudian hari akan menjadi sebuah kebiasaan dan menjadi kegemaran.


LK 3.1 Menyusun Best Practices Astri Oktianingsih 3. Selain melalui bahan bacaan yang diprint out oleh guru, kegiatan membaca juga saya lakukan dengan menambahkan bahan bacaan materi pada PPT dan menayangkannya untuk dibaca bersama sama Strategi yang digunakan Aksi 1 Pada aksi 1 ini stragtegi yang saya gunakan yaitu membuat papan hitung pelangi yaitu sebuah papan hitung berwarna warni dengan dibuatkan kolom pembilang dan penyebut serta siswa menghitung perkalian menggunakan kertas origami yang telah digunting kecil kecil memanjang. Selain itu saya juga membuat LKPD yang digunakan dalam diskusi kelompok, pengerjaan LKPD secara brkelompok membantu siswa mengatasi masalah dengan craa bertkar pikiran dengan teman sekelompoknya. Aksi 2 Pada aksi 2, strategi yang digunakan yaitu dengan membuat bahan bacaan sendiri yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari bahan bacaan juga dibuat bergambar dan berwarna agar siswa tertarik untuk membacanya, kemudian membuat printout bahan bacaannya dan dibagikan kepada siswa Yang terlibat dalam pelaksanaanya yaitu guru, siswa sebagai subjek yang melaksanakan, dan adanya suport dari rekan guru, kepsek dan orang tua sehingga koordinasinya berjalan lancar Sumber daya atau materi yang saya pakai pada pembelajaran ini yaitu dengan memakai buku siswa dan buku guru sebagai bahan ajar dasar yang saya pakai. Kemudian untuk menunjang materi ajar, saya mengambil materi dari internet dan youtube untuk megembangkan materi yang saya ajarkan ke peserta didik. Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa Dampak dari aksi langkah-langkah yang sudah dilakukan diantaranya : Aksi 1 1. Pemahan siswa mengenai materi perkalian pecahan pada pelajaran matematika yang diberikan semakin meningkat 2. Komunikasi siswa dalam menyampaikan hasil pembelajaran sangat baik 3. Siswa tertarik untuk mempelajari matematika 4. Hasil setiap evaluasi bisa dikerjakan dengan baik


LK 3.1 Menyusun Best Practices Astri Oktianingsih pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut 5. Kemandirian siswa tumbuh kembali dan rasa percaya diri lebih meningkat Aksi 2 1. Siswa terbiasa membaca 2. siswa tertarik untuk membaca sehingga ketika siswa dihadapi situasi dimana siswa harus menjawab pertanyaan siswa mau mencari jawaban yang ada pada bacaan 3. menumbuhkan minat baca siswa, siswa tidak merasa membaca adalah hal yang membosankan Hasil yang sudah dilaksankan dan terlihat, ternyata kegiatan pembelajaran lebih efektid dan kondusif Respon dari rekan guru dan orang tua sangat mengapresiasi, karena dalam proses pembelajarannya sangat mudah diterima oleh anak, sehingga ini menjadi nilai plus bagi anak. Faktor yang menjadi keberhasilan dari pembelajaran ini yaitu ketika ada feedback dari orang tua, bahwa pembelajaran yang diberikan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah sebagai seorang guru kita dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan peran dikelas, kita juga perlu menyiapkan apa saja yang diperlukan siswa dikelas agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam pengetahuan literasi maupun numerasi. Guru juga berperan penting dalam berjalannya proses pembelajaran dikelas agar pembelajaran tidak monoton dan membosankan dan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.