Keadilan Post 2022 Flipbook PDF


33 downloads 103 Views 15MB Size

Story Transcript

Edisi Juni 2022

Keadilan Post I N F O R M A T I F, K O M U N I K A T I F, A S P I R A T I F

JUDUL

DARI KAMI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua. Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat dan hidayahnya. Sholawat dan salam tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW atas terbitnya Keadilan Post Edisi Juni 2022. Terbitnya produk ini menjadi salah satu ikhtiar kami dalam mewujudkan keadilan dan transformasi sosial sebagaimana tujuan dari lembaga kami. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian produk ini. Terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada narasumber yang telah memberikan informasi. Tak lupa juga kepada rekan-rekan LPM Keadilan yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikirannya untuk menerbitkan produk ini. Meskipun terdapat banyak hambatan dan keterbatasan, pada akhirnya kami mengusahakan yang terbaik untuk dapat selalu memberikan informasi kepada pembaca. Atas nama LPM Keadilan, kami turut memohon maaf apabila ada kekeliruan dan kekurangan dalam terbitan Keadilan Post Edisi Juni 2022 ini. Kami terbuka untuk menerima kirtik dan saran dari segenap pembaca untuk dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas terbitan selanjutnya. Kami juga membuka peluang kepada para pembaca umum, mahasiswa, maupun dosen untuk mengirimkan tulisan ke dalam rubrik Surat Pembaca yang berisi isu di lingkup Universitas Islam Indonesia hingga Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, kami membuka kesempatan bagi para pembaca untuk mengirimkan tulisan dalam rubrik Opini, Artikel, Cerita Pendek, ataupun Puisi. Terima kasih, Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

EDITORIAL

Sekolah adalah tempat di mana seharusnya seorang anak dapat mengekspresikan dirinya dan mengasah kemampuan pribadinya. Sekolah berperan penting dalam perkembangan anak terkait kemampuan sosial, kecerdasan intelektual, dan kepedulian antar manusia. David E. Guinn berpendapat bahwa kebebasan berekspresi harus mencakup fungsi individual dan sosial. Fungsi individual menekankan pada ekspresi sebagai bentuk aktualisasi diri seseorang dalam menemukan jati dirinya. Sedangkan fungsi sosial menekankan adanya kegiatan sosial dalam penyaluran ekspresi tersebut. Sehingga sekolah merupakan tumpuan utama seorang remaja sebagai tempat mengaktualisasikan dirinya agar menemukan jati dirinya yang berguna untuk masyarakat. Fakta memperlihatkan, bahwa di sekolah juga terjadi banyak penyimpangan dan tidak menjalankan muruah tempat aktualisasi anak. Sekolah mulai terjebak pada disorientasi kebebasan berekspresi dan mereduksi pemaknaan aktualisasi anak. Khususnya di Yogyakarta, terjadi fenomena penyimpangan mengekspresikan diri oleh anak yang biasa disebut klitih. Klitih merupakan istilah umum yang ada di Yogyakarta untuk mendefinisikan bentuk kekerasan jalanan yang dilakukan oleh anak. Dikutip dari Kompas.com, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito mengatakan bahwa klitih bermakna asli kegiatan keluar rumah pada malam hari untuk menghilangkan kepenatan. Tetapi saat ini istilah klitih telah mengalami pergeseran makna menjadi suatu tindakan kriminal dan anarkisme. Klitih juga menjadi sebuah simbol anak dalam mengaktualisasikan dirinya dalam suatu kelompok tertentu. Bagi seorang anak, melakukan klitih merupakan tindakan mengekspresikan dirinya agar memperkuat identitas pribadinya. Tentu dengan adanya klitih masyarakat semakin resah untuk keluar pada malam hari meskipun hanya sekadar membeli kebutuhan pokok atau kepentingan lainnya. Kasus teranyar ialah empat anak pelajar yang ditangkap oleh Unit Reskrim Polsek Pundong bekerjasama dengan Sat Reskrim Polres Bantul pada Selasa (31/5). Penangkapan tersebut dilakukan setelah sebuah video tersebar yang menunjukkan seorang pelaku klitih di Jalan Parangtritis Km 17 sedang diamankan oleh warga. Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Arcyhe Nevadha, menyatakan bahwa penangkapan keempat remaja tersebut bermula ketika dua orang pelajar dilukai oleh kelompok pelaku. Meskipun aparat penegak hukum sudah sering kali melakukan tindakan, dan bahkan penangkapan terhadap pelaku kekerasan jalanan oleh anak, tetapi fenomena klitih masih terjadi secara repetitif. Kasus kekerasan yang terjadi di Yogyakarta selama ini semakin meresahkan masyarakat umum. Korban dari klitih juga tidak hanya antar anak atau siswa, melainkan juga pengendara atau pejalan kaki pada umumnya. Akun @up********* di media sosial Twitter menceritakan pengalaman temannya, seorang perempuan, yang menjadi korban kekerasan di sekitar Jalan Monjali, Sleman, Yogyakarta. Menurut pemilik akun tersebut, korban terkena sabetan senjata tajam dan tidak sempat berteriak minta tolong saat pelaku memepet motornya. Kekerasan jalanan yang dilakukan oleh anak, khususnya di Yogyakarta, berdampak luas di masyarakat. Masyarakat tentu merasakan ketakutan, ancaman, ketidaknyamanan, penderitaan fisik dan psikis, hingga kematian. Pelaku kekerasan terus berupaya melalui berbagai cara untuk melancarkan aksinya. Klitih atau kekerasan jalanan yang juga merupakan salah satu media anak untuk mengaktualisasikan dirinya harus segera dihentikan. Sejumlah lembaga dan instansi harus saling mengawasi dan mengantisipasi aksi kekerasan ini, termasuk sekolah dan keluarga terdekat.

2

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

FOKUS UTAMA

Judul FU ?

Oleh: Reno/Keadilan

oleh: Fadhilah Hanif Chesantia

captiom

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

3

4

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

Reportase bersama: Kirana, Erlang, Wildan, April, Mirza

LIPUTAN

Menilik Tidak Transparannya DPM UII

Oleh: Himmawan Gerrenove Vippianto

“Jangan-jangan, student government ini hanya tameng untuk (DPM) tidak mau dikritik,” -Beni Suranto, Direktur Pembinaan Kemahasiswaan UII

Student government merupakan suatu konsep di mana mahasiswa diberikan kebebasan untuk membentuk pemerintahannya secara bebas berlaku di Universitas Islam Indonesia (UII). Eksistensi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM), bahkan Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Islam Indonesia merupakan bagan-bagan yang secara wewenang dan fungsinya hadir atas dalih berlakunya konsep student government yang berlaku di UII sendiri. “Student government pada intinya (itu) kemandirian dari teman-teman KM UII yang tidak berafiliasi kepada siapa pun,” jelas Raditya, selaku Ketua DPM UII saat ditanyai perihal konsep student government. Ia melanjutkan bahwa konsep yang digunakan oleh KM UII ini memisahkan hubungan antara kemahasiswaan dengan pihak rektorat, “Tidak ada keterkaitan kita sama rektorat… sifatnya kita sama rektorat (bagian) kemahasiswaan itu kerja sama, ibaratnya mitra kerja.” Menurut Raditya, hal tersebut memberikan batasan wewenang kepada rektorat sehingga tidak dapat melakukan interupsi di hampir semua kegiatan kemahasiswaan. DPM merupakan lembaga tertinggi di tingkat universitas dan memiliki kekuasaan legislatif menurut Pasal 1 ayat (7) Peraturan Keluarga Mahasiswa (PKM) UII Nomor 3 Tahun 2019. DPM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh LEM UII dan Lembaga Khusus tingkat Universitas, sebagaimana tertulis pada Pasal 14 Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa (PDKM) UII. Dengan memahami berbagai wewenang serta fungsi yang dimiliki oleh DPM, maka ia sebagai lembaga tertinggi di tingkat universitas sebagaimana tertulis di PKM memang diartikan sebagai makna harfiahnya.

DPM merupakan lembaga tertinggi di tingkat universitas dan memiliki kekuasaan legislatif menurut Pasal 1 ayat (7) Peraturan Keluarga Mahasiswa (PKM) UII Nomor 3 Tahun 2019. DPM juga memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh LEM UII dan Lembaga Khusus tingkat Universitas, sebagaimana tertulis pada Pasal 14 Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa (PDKM) UII.

lainnya dalam proses pertanggungjawaban dana ini adalah bentuk implementasi dari prinsip transparansi yang diamanatkan dalam PKM UII. “Tidak usah ngomongin negara deh. Kalau kita sendiri tidak dapat menerapkan itu, orang kita sendiri maling kok,” lanjut Erlan Nopri, mantan Sekretaris Jenderal DPM Fakultas Hukum membayangkan skenario buruk dari tertutupnya laporan pertanggungjawaban. Calvin Anggara selaku Ketua Komisi III DPM UII yang bertangLenyapnya Asas Keterbukaan di gung jawab melalui jabatannya untuk Lembaga Tertinggi UII mendistribusikan dana PESTA 2021, Pasal 10 ayat (1) PDKM UII menyebutkan bahwa memang laporan mengartikan DPM sebagai bentuk per- pertanggungjawaban hanya dapat diwakilan dari seluruh mahasiswa UII. hadiri sebatas pihak-pihak yang memiSelanjutnya pada Pasal 3 huruf e PKM liki kepentingan. “DPM, inti LEM, UII Nomor 3 Tahun 2019, menjelas- maupun SC dan OC,” sebutnya. Melankan bahwa prinsip transparansi ialah jutkan hal ini, Calvin menjanjikan bahsalah satu prinsip yang dianut. “Kalau wa hasil laporan pertanggungjawaban mereka (DPM) agak tertutup pertersebut akan dapat diaksess oleh seluruh KM UII, “Kita semua lu dicurigai ada masalah,” tutur Beni Suranto selaku Direktur sudah di audit, pihak rekPembinaan Kemahasiswaan torat aman, baru kita publikasikan,” tuturnya. Tidak UII Salah satu contoh adanya pengaturan yang jelas tentang partisipasi KM UII tidak dipenuhinya prinsip transparansi oleh DPM dalam Erlan Nopri dalam forum pertanggungjawamenjalankan fungsinya terjadi dalam ban seperti hal ini mengabsahkan tak kegiatan laporan pertanggungjawaban transparansinya DPM dalam melakuPesona Ta’aruf 2021 (PESTA 2021). kan fungsi pengawasan, “Transparan PESTA merupakan kegiatan orientasi sangat penting, ya dibuka. Itu hak mamahasiswa baru UII di tingkat Uni- hasiswa loh,” lanjut Erlan Nopri. versitas yang menjadi program kerja Sementara itu, Beni yang dari LEM UII. Sesuai dengan Pasal merupakan Direktur Pembinaan Ke23 ayat (2) huruf a PKM UII Nomor mahasiswaan UII berpendapat bahwa 7 Tahun 2018, PESTA menggunakan memang pada aspek keuangan pihak sumber dana kegiatan yang diperoleh Rektorat memiliki ruang gerak yang dari mahasiswa UII. Meskipun kegiatan sangat terbatas, “Keuangan PESTA, laporan pertanggungjawaban PESTA PEKTA itu sepenuhnya di-handle DPM 2021 ini telah selesai dilaksanakan pada Komisi III. Jadi Rektorat hanya koakhir tahun 2021 lalu, namun kegiatan munikasi ke Komisi III terkait meretersebut hanya melibatkan pihak DPM, ka minta surat permohonan data,kita LEM, dan juga panitia terkait. Padahal turunkan”. Meneruskan pertanggungseyogyanya, mengikutsertakan KM UII jawaban PESTA 2021, ia mengaku kaEdisi Juni 2022

KEADILAN POST

5

lau memang sudah mendapatkan berkas laporan tersebut. Namun Beni enggan membaginya dengan Keadilan, “Saya ada nominalnya, Excel-nya itu ada. Tapi itu akan lebih baik dari DPM Komisi III, dan itu harusnya di-share.” Selain dihadiri oleh anggota DPM, inti LEM, dan panitia PESTA, proses laporan pertanggungjawaban acara PESTA 2021 turut pula dihadiri oleh Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) UII. BAK sendiri merupakan sebuah badan kelengkapan yang dibentuk oleh DPM UII dan juga secara khusus bertanggung jawab kepada Komisi III DPM. Bagaimana Tentang Independensi Badan Audit Kemahasiswaan? “Untuk apa (DPM) menghadirkan BAK? Supaya tidak ada timbulnya prasangka buruk. Nanti takutnya ‘wah ini DPM kong-kalingkong sama LEM’ makannya dihadirkan pihak ketiga, BAK, untuk meng-crosscheck ulang,” ucap Calvin saat ditanyai tentang tertutupnya forum pertanggungjawaban. Pernyataan tersebut sayangnya memiliki batasannya sendiri apabila dilihat dari ruang gerak BAK, khususnya pada pemublikasian hasil audit, “Untuk pen-

yampaian hasil itu kan bukan kewenangan kami lagi, itu kewenangan DPM,” terang Bagus selaku Ketua BAK UII. BAK sendiri menurut Beni sebagai organisasi yang salah satu fungsinya melakukan pengauditan dana, terikat ketat dalam instruksi-instruksi yang sifatnya mandat dari Lembaga tertinggi di UII itu. “Tim audit itu ngga bisa bergerak, karena mereka kan juga di bbawah DPM,” jelas Beni yang menganggap terbatasnya wewenang BAK. Padahal idealnya menurut peraturan BAK Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Kode Etik BAK, BAK diharapkan akan menjadi badan yang berdiri secara independen dan mandiri. Saat ditanyai maksud sebenarnya akan ‘independensi’ BAK tersebut, Bagus menjelaskan, “Independensinya ini diterapkan ketika kami melakukan audit terhadap Lembaga-lembaga. Komisi III itu tidak dapat melakukan intervensi terhadap kegiatan audit kita.” Bagus mengapresiasi atas ketersediaan ruang gerak BAK dalam melakukan proses audit yang independen itu, “Alhamdulillah-nya (DPM) dapat kooperatif dan juga pelaksanaan proses audit dapat dilaksanakan secara lancar.” Namun

Bagus juga menyayangkan masih terbatasnya realisasi proses keuangan yang sifatnya transparan dalam hal publikasi hasil audit yang dibatasi oleh tingginya wewenang DPM di dalam BAK sendiri, “Kami berharap pastinya di setiap kegiatan audit (kami) selalu menyarankan publikasi,” sebutnya. “Untuk publikasi itu kami masih berusaha agar dapat diberikan bantuan juga dari DPM sendiri.” Beni melanjutkan bahwa sikap transparansi ini penting, memiliki dampak bagi minat mahasiswa untuk ikut aktif berlembaga, “Yang kayak gini (kecurigaan) membuat minat teman-teman ke lembaga itu jadi turun, karena yang dilihat (itu) kasus.” Pernyataan tersebut didukung juga oleh Erlan, “Ya seharusnya dong (disikapi transparansi), agar mahasiswa juga punya kepedulian terhadap lembaganya, jangan disembunyikan.”

Reportase bersama: Vania Lutfi, Yolanda Eronisa Sihaya, Ahmad Wildan Havaza

OPINI

Privasi Kita: Negara Kemana? Oleh: Eko Riyadi, S.H.,M.H.*

Hai monyet jelek, suruh kerabat anda si … untuk bayarkan HUTANGNYA di aplikasi … skrg. Sampaikan y. Info: WA ….. Halo simpanse cakep… Sarapan yuk, aku punya pisang dan kacang loh.

Oleh: Hana/Keadilan

6

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

Percakapan di atas terjadi antara H, tenaga kependidikan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan aplikasi pinjaman online pagi-pagi buta (3/04/2021). Setelah saya konfirmasi, orang yang meminjam uang pada aplikasi tersebut adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran yang diduga menyimpan nomor H (H pernah bekerja menjadi tenaga kependidikan di FK UII). H tidak mengenal secara pribadi dengan nama yang meminjam uang tersebut. Cerita kedua, suatu saat di awal tahun 2021, saya membeli keramik di sebuah toko bangunan. Kasir meminta saya untuk menuliskan alamat rumah untuk pengiriman barang. Tidak lama kemudian, datang seorang pria menunjukkan kertas yang telah dicetak dan bertanya, “Apakah benar ini foto rumah Bapak?”. Saya bilang “benar”. Dan saat itu saya baru sadar bahwa mesin pencari lokasi (map) bisa diakses untuk mencari dan menelusuri jalan ke arah rumah saya lengkap dengan fotonya. Saya tidak pernah diminta persetujuan atas pemasangan foto tersebut. Dua cerita di atas menjadi bukti bahwa kita telah kehilangan privasi. Nomor handphone kita bisa diakses oleh semua orang tanpa izin. Alamat dan foto rumah kita bisa diakses oleh semua pihak tanpa izin. Pandemi Covid 19 mendorong negara membangun sistem Peduli Lindungi. Bagus di satu sisi, namun keberadaan kita akan selalu terpantau sepanjang mengakses layanan publik saat kita melakukan scanning atas barcode Peduli Lindungi. Kita bisa dilacak kemanapun kita pergi. Belum lagi berita soal bocornya data nasabah pada bank, perusahaan asuransi, atau perusahaan e-commerce dan fintech. Persoalannya, saat ini tidak mungkin menghindar dari penggunaan teknologi yang memang banyak memberikan kemudahan. Pertanyaannya, bagaimana tanggungjawab negara atas perlindungan data pribadi warga tersebut agar tidak disalahgunakan oleh pihak manapun (baik oleh penyelenggara negara atau pihak ketiga)? Data Hari ini aset paling mahal bukan hanya minyak bumi atau emas, tapi data. Data diserap oleh perusahaan te-

konologi menjadi jumlah yang sangat besar. Tidak lagi megabyte atau gigabyte, tetapi terabyte, petabyte bahkan zettabyte. Pengumpulan data ini dilakukan oleh actor negara, kelompok bisnis, organisasi kriminal juga individu-individu yang memiliki kemampuan. Data merupakan kumpulan fakta, pengamatan, unsur mentah, aktifitas, atau transaksi yang berdiri sendiri dan belum memiliki cara baca yang baku. Ia akan berubah menjadi big data saat telah terkumpul dan bisa dibaca dengan teknologi yang kemudian digunakan untuk mengembangkan kecerdasan buatan. Data tersebut berupa perilaku gesek kartu ATM atau kartu kredit, rekaman video, audio, scan data model barcode, model akses situs, isian layanan kartu anggota, e-commerce, sinyal GPS, social media seperti SMS, tweet, facebook, Instagram dan lain-lain. Data tersebut dapat dibaca dan dimanfaatkan melalui perangkat yang terhubung satu sama lain dan penyebarannya melalui sistem digital yang cepat dan tanpa batas. Catatan seriusnya, hingga saat ini belum ada regulasi yang mengatur siapa yang berhak dan tidak berhak mengumpulkan data? Bagaimana pola penggunaan data? Bagaimana mengklaim kerugian atas pemanfaatan dan/atau penyalahgunaan data pribadi tersebut? Jaminan Hukum Hak Asasi Manusia Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia melalui Pasal 28 menegaskan bahwa “Tidak seorangun boleh diganggu secara sewenang-wenang dalam urusan pribadi, keluarga, rumah tangga atau hubungan surat menyuratnya, juga tidka boleh dilakukan serangan terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau penyerangan seperti itu”. Perserikatan Bangsa Bangsa melalui Resolusi Nomor 64/211 (21 Desember 2009) tentang Penciptaan Budaya Global Keamanan Dunia Maya dan Inventarisasi telah mengingatkan bahwa negara wajib menggunakan instrumen penilaian yang tepat bagi kebutuhan nasional dalam rangka

melindungi struktur informasi penting. Negara, dengan berkolaborasi secara global, wajib mengembangkan strategi keamanan dunia maya dan perlindungan infrastruktur informasi. Pasal 17 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik juga mengamanahkan bahwa tidak seorangpun dapat sewenang-wenang atau secara tidak sah dicampuri masalah pribadinya, keluarganya, rumah atau hubungan surat menyuratnya, atau secara tidak sah diserang kehormatan dan nama baiknya. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap campur tangan atau serangan tersebut. Ketentuan ini diperkuat dengan Komentar Umum Nomor 16 yang diadopsi oleh Komite HAM pada tahun 1988. Komentar umum ini memberikan beberapa ketentuan antara lain; (a) Setiap korespondensi harus diantar ke penerima tanpa intersepsi dan tanpa membuka atau membacanya. (b) Pemindaian, menggunakan alat elektronik atau lainnya, harus dilarang. (c) Pencegatan lewat telepon, telegraf dan bentuk komunikasi lainnya, harus dilarang. (d) Kawat penyadapan dan perekaman pembicaraan, harus dilarang. (e) Pengumpulan dan penahanan informasi pribadi pada komputer, bank data dan perangkat lain, baik oeh otoritas publik atau individu atau aktor swasta, musti diatur oleh hukum. Pada level nasioal, Pasal 28 UUDNRI 1945 telah menegaskan bahwa Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atasrasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Semua ketentuan di atas menegaskan bahwa setiap individu harus memiliki otonomi, kebebasan, termasuk kebebasan berinteraki, dalam sebuah “ruang privat” dengan atau tanpa orang lain, bebas dari intervensi negara dan intervensi yang berlebihan dari individu (aktor) lainnya. Tanggungjawab Negara Ketentuan di atas, baik pada level internasional maupun domestik telah memberi jaminan hukum bahwa

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

7

setiap orang berhak atas perlindungan data pribadinya. Perlindungan ini dimaknai bahwa negara harus mengembangkan regulasi maupun kebijakan dalam rangka melindungi data pribadi setiap orang. Perlindungan juga dimaknai bahwa negara harus mengembangkan mekanisme agar setiap orang yang dilanggar privasinya (termasuk data pribadi) dapat mengajukan gugatan hukum serta mekanisme pemulihan. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bagaimana perlindungan data pribadi ini dilakukan, dan lembaga apa yang berwenang mengelola data

pribadi tersebut. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, Indonesia harus segera membuat undang-undang tentang perlindungan data pribadi. Undang-undang ini menjadi penting sebagai dasar bagi proses pengaturan pemanfaatan data pribadi, perlindungan data pribadi, mekanisme komplain atas pelanggarannya, dan mekanisme pemulihan atas kerugian yang ditimbulkannya. Dewan Perwakilan Rakyat Bersama Pemerintah Indonesia harus segera mencari kesepakatan agar Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi segera disahkan. RUU ini harus dibuat dengan

meletakkan spirit perlindungan hak atas privasi termasuk di dalamnya data pribadi sebagai prinsip utama. Negara harus hadir dalam melindungi warganya dari ancaman nyata penyalahgunaan data pribadi dan serangan secara tidak sah atas keamanan data pribadi tersebut. Karena ancaman semakin kuat dan dekat, maka perlindungannya harus jauh lebih kokoh dan segera.

*Penulis merupakan dosen Fakultas Hukum UII

RESENSI BUKU

Oleh: Yolanda Eronisa Siahaya

Cantik Itu Luka

Oleh: Hana/Keadilan “Ia sebenarnya waras bukan main, yang gila adalah dunia yang dihadapinya”

Cantik Itu Luka merupakan karya novel pertama dari sang penulis, Eka Kurniawan. Dikemas dengan deretan kalimat yang membuat para pembaca terpana dan tertarik untuk membuka lembar selanjutnya. Lembaran pertama menyuguhkan alur mundur yang membawa kita kembali ke era kolonial saat masa penjajahan Jepang di Indonesia. Dikisahkan

8

seorang perempuan, pelacur para tentara Jepang yang bangkit setelah dua puluh satu tahun terkubur di liang lahat. Perempuan tersebut bernama Dewi Ayu yang digambarkan memiliki paras ayu dengan rambut berkilau dan mata biru. Ia dikaruniai empat anak perempuan dan ketiganya mewarisi kecantikannya. Namun, salah satunya dianggap menjadi aib baginya. Ia

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

mencoba memusnahkan bayi tersebut, tetapi gagal. Anak bungsu tersebut dinamai oleh sang ibu dengan nama Cantik. Buku ini mengangkat keresahan atas ketidakadilan yang dialami para perempuan di masa kolonial. Awalnya mereka dijanjikan untuk menjadi sukarelawan medis atau bersekolah di luar negeri. Namun, mereka justru

dijebak untuk dijadikan pelacur para tentara. Mereka tak bisa kembali. Jauh dari rumah dan sanak keluarga. Tak ada tempat untuk mengadu. Mereka dibuat menyerah dengan keadaan. Perjalanan Dewi Ayu sebelum menjadi seorang pelacur yang paling dicari di rumah bordil, bagaikan bumi dan langit. Ia merupakan keturunan campuran Eropa yang berasal dari keluarga kalangan atas. Ia dirawat oleh kakek, nenek, dan tantenya karena orang tua Dewi Ayu memilih pergi saat perang akan meletus. Hidupnya berubah semenjak sang kakek pergi karena terpilih menjadi relawan perang. Mereka bertiga harus hidup berkecukupan. Sampai tiba saatnya, nenek beserta tantenya mengajaknya kabur karena Jepang mengambil alih Halimunda, tempatnya dibesarkan. Namun, ia memilih tetap tinggal demi menjaga peninggalan keluarga. Sebagai seorang pribumi, ia harus menjaga nama Stammler tetap ada. Ia sosok perempuan yang tegar, teguh, dan pemberani dalam menghadapi takdir yang menjungkirbalikkan dunianya. Para tentara tidak bisa ditipu oleh paras dan berkas administrasinya, hingga akhirnya ia dijemput paksa oleh truk militer Jepang untuk pergi ke tempat antah berantah. Disekap selama dua tahun bersama ribuan wanita lainnya tanpa persediaan dan tempat yang layak di Bloedenkamp. Suatu hari, datang tentara untuk mendata mereka hingga tersisa dua puluh orang, salah satunya yang terpilih Dewi Ayu. Praktik jugun ianfu digambarkan dengan begitu kelam dalam novel ini. Ketimpangan relasi kuasa sangat kental saat itu. Para pelacur dianggap milik para lelaki yang bebas diperlakukan sesuka hati. Pelacuran tidak hanya terjadi saat masa penjajahan di Indonesia. Jauh sebelum itu, para perempuan dijadikan gundik atau selir. Diperlakukan seperti bukan manusia yang memiliki hak untuk bersuara dan menyuarakan pendapat. Kondisi perempuan dari dahulu hingga sekarang tidak jauh beda. Jika dahulu mereka bertarung dalam kekangan kebejatan kolonialisme, maka perempuan saat ini melawan sistem yang belum sepenuhnya melindungi hak mereka. Potret ketimpangan relasi kuasa banyak

digambarkan dalam novel ini. Salah satunya terjadi saat Dewi Ayu dan Ibu dari seorang temannya sedang sekarat di Bloedenkamp. Persediaan obat mereka habis sehingga harus meminta kepada perwira tentara saat itu. Temannya yang meminta obat saat itu diberikan syarat harus menyerahkan kehormatannya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia menggantikan temannya. Potongan cerita ini membuat hati sesak. Betapa memilukannya keadaan mereka dahulu untuk mendapatkan sebuah hak untuk hidup. Jelas atas ketimpangan ini, posisi mereka selalu terancam karena berada di pihak yang lemah. Perjalanan Dewi Ayu menjadi pelacur membuat stigma yang melekat pada dirinya sangat kental. Setiap hari, dirinya dihina sebagai barang bekas yang tak berharga atau dengan istilahistilah lain yang merendahkannya. Sedangkan para lelaki bebas mengencani perempuan lain tanpa rasa bersalah. Pola pikir masyarakat seperti ini yang menyebabkan objektivitas terhadap perempuan masih langgeng, sehingga apa yang terjadi kepada para perempuan sampai saat ini tergolong sistematis karena tanpa disadari telah dinormalisasi. Penokohan dalam buku ini sangat kompleks. Eka Kurniawan memunculkan banyak tokoh dengan plot yang tidak membosankan. Pembaca selalu dibuat terkejut akan fakta yang terungkap saat membaca tiap lembaran novel. Meski tokohtokoh dalam novel sangat kompleks, ia mampu memberi detail yang sangat rinci. Ia memberi bab untuk masingmasing tokoh. Beberapa bagian dalam buku mengisahkan hal tabu yang ada di masyarakat, seperti terungkapnya bahwa Dewi Ayu merupakan anak dari dua saudara yang sedarah. Novel ini mengisahkan seluruh hal yang terjadi pada keempat anak Dewi Ayu. Dalam setiap bab, anak-anaknya mengalami cobaan tragis yang memilukan. Betapa kecantikan membawa mereka kepada kejadian yang menyayat hati. Nasibnya tidak semujur dengan paras yang mereka miliki. Kemalangan keluarga Dewi Ayu menjadi plot yang luar biasa menguras emosi pembaca dengan sangat baik. Latar waktu yang dimunculkan

Eka sangat beragam. Mulai dari era kolonial Belanda, berlanjut ke masa Jepang, menuju awal kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan. Suasana yang coba ia bangun sangat hidup, seakan kita menyaksikannya. Seperti pemberontakan yang dilakukan oleh Kamerad Kliwon dan beberapa perang gerilya yang terjadi. Banyak sekali peristiwa sejarah yang dikuak dalam novel dengan ciamik. Novel ini dapat dikategorikan sebagai fiksi sejarah karena beberapa latarnya terikat oleh fakta sejarah, namun tetap ada ruang gerak cerita fiksi. Alur dalam novel ini maju mundur, sehingga pembaca tidak akan bisa menebak alur selanjutnya. Pembaca dibuat tidak sadar akan perubahan alur cerita yang ternyata saling berkesinambungan. Eka sangat terampil dalam mengemas cerita dengan begitu banyak kompleksitas yang rumit. Ia berhasil menyihir pembaca dengan menghabiskan lembar per lembar menyelami ceritanya. Berkat kepiawaiannya, novel ini berhasil masuk dalam daftar 100 buku terkemuka di The New York Times tahun 2015. Ia berhasil meraih penghargaan World Readers 2016 dan Prince Claus Awards 2018 kategori sastra. Novel ini diterjemahkan ke dalam 30 bahasa yang hampir setiap individu di penjuru dunia dapat menikmatinya. Novel Cantik itu Luka dapat disebut sebagai terobosan dalam karya sastra di Indonesia. Penyajian bahasanya cukup lugas dan jelas, sehingga dalam setiap deretan kalimat mudah dipahami meski sangat vulgar. Pesan moral yang disampaikan sangat banyak, mulai dari hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan diri sendiri. Narasi-narasi yang dipadukan dengan universalitas materi membuat novel ini layak untuk dibaca. Meski begitu, kekurangannya ialah tidak semua bisa menikmati karya sastra ini dikarenakan gaya dan tata bahasa yang cukup vulgar. Buku ini tidak disarankan bagi para pembaca yang berusia di bawah 18 tahun.

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

9

Erlang/Keadilan

Gerobak Sapi bertemu angkutan modern

Menungg

Erlang/Keadilan

Bajingan bukan kata yang kasar

Papan nama

Erlang/Keadilan

Bincang tentang sapi

10

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

Pewaris

FRAGMEN

Erlang/Keadilan

gang Sapi

Gerobak Istimewa

Erlang/Keadilan

a komunitas

s Tradisi

Erlang/Keadilan

Erlang/Keadilan

Istirahat sejenak

Erlang/Keadilan

Erlang/Keadilan

Lapak di sekitar lokasi Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

11

Bajingan dari Yogyakarta Narator : Erlang Wahyu Sumirat Reportase bersama : Afrizal Muhammad Fauzy

Minggu pagi (23/01) meskipun langit mendung namun sinar matahari terasa cukup terik di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, D.I Yogyakarta. Pagi itu tampak lebih ramai dibandingkan hari-hari biasanya. Hari itu bertepatan dengan penanggalan jawa Minggu Wage yang merupakan hari ‘pasaran’ untuk pasar Jangkang di Wedomartani. Masyarakat dari sekitar kecamatan Ngemplak berbondong-bondong datang untuk datang ke acara pasar yang khusus diselenggarakan sebulan sekali tersebut. Masih terletak dalam satu kawasan pasar, terdapat bekas lapangan sepak bola di mana para Bajingan berkumpul. Tidak seperti yang umum dipahami masyarakat, Bajingan bagi masyarakat Yogyakarta tidak selalu berarti ungkapan yang kasar, melainkan nama lain dari pengendara gerobak yang ditarik oleh sapi. Bajingan di sini merupakan sebuah akronim. “...kalo cuman kepanjangannya, Bagusing Jiwo Angen-angening Pangeran...” terang Raka, salah seorang Bajingan yang turut berkumpul di lapangan Jangkang pagi itu. Dikutip dari laman travel.kompas.com, Bagusing Jiwo Angen-Angening Pangeran memiliki makna “orang yang berhati mulia serta dikehendaki Tuhan”. Dari asal katanya, seorang Bajingan haruslah orang yang berhati mulia. Hal tersebut dikarenakan tidaklah mudah untuk menjadi seorang Bajingan yang mampu mengendalikan dan menyelaraskan laju dua ekor sapi yang menarik gerobaknya. Diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran dari Bajingan yang berada di balik tali kendali. Para Bajingan yang barasal dari berbagai komunitas yang tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta mulai berdatangan semenjak pukul 07.00 WIB sampai pukul 07.30 WIB. Antusiasme masyarakat pada acara gerobak sapi ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang berkumpul dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, remaja, sampai anak-anak. Di seputar lokasi juga nampak para penjual berkumpul untuk menjajakan dagangannya di tengah keramaian minggu pagi itu. Acara berkumpulnya para Bajingan ini sebenarnya merupakan acara rutinan tiap minggu pagi yang selalu diadakan di tempat yang berbeda tiap minggunya, mulai dari Jangkang, Prambanan, Kepuram, sampai Bantul. Namun selama pandemi melanda acara ini nyaris berhenti total, dan baru mulai kembali di bulan ini. “.....berhenti total, yang ketiga kalinya ini” tutur Raka. Selain untuk ajang pameran sapi-sapi jenis Peranakan Ogole dengan bobot tubuh yang super beserta gerobaknya yang dihias sedemikian rupa, berkumpulnya para Bajingan ini juga bertujuan untuk menguatkan silaturahmi antar komunitas Bajingan di Jogja. Serta sebagai bentuk pelestarian budaya yang mulai tergerus oleh zaman. Dengan mulai kembalinya kegiatan masyarakat pasca pandemi yang nyaris mengubah segala aspek kehidupan bermasyarakat kita, acara berkumpulnya para Bajingan ini diharapkan dapat menjadi pertanda dimulainya kembali tata kehidupan yang baru, namun dengan tetap melestarikan apa yang menjadi warisan luhur dari nenek moyang kita. Seperti tradisi Bajingan yang kaya akan petuah dan nasihat bijak yang diselipkan lewat hadirnya seorang Bajingan.

12

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

Dilema Presidensi G20

ARTIKEL

Oleh: Dodik Setiawan Nur Heriyanto, S.H., M.H., L.LM., Ph.D.*

Oleh: Anisa Izzati/Keadilan

Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan bagi 20 negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia merupakan hal yang patut disyukuri. Di satu sisi, Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) ini akan membawa dampak yang besar bagi Indonesia khususnya dari sektor ekonomi dan pariwisata. Namun, di sisi lain mayoritas negara blok barat mengancam akan memboikot untuk hadir sebagai bentuk protes adanya invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlangsung sejak akhir Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina Rusia melancarkan invasi ke Ukraina untuk memenuhi permintaan intervensi yang dilakukan oleh Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk. Di tahun 1991 tatkala terjadi perpecahan Uni Soviet, baik Rusia dan Ukraina menjadi dua negara yang merdeka

dan berdaulat. Sejak saat itu, Ukraina dipimpin oleh rezim pemerintahan yang pro terhadap Rusia. Namun, sejak terjadi penggulingan terhadap Presiden Yakunovich yang pro-Rusia, kekacauan terjadi hingga berakhir dengan merdekanya Crimea, salah satu wilayah bagian selatan Ukraina di tahun 2014. Gerak gerik Ukraina tampaknya selalu mendapat perhatian khusus oleh Rusia. Ukraina semakin aktif untuk melakukan pendekatan dengan negara blok barat. Keinginan besar mereka untuk menjadi salah satu bagian dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebabkan Rusia harus melakukan invasi ke wilayah Ukraina. Sebagian para ahli politik internasional beranggapan bahwa Rusia tidak menginginkan Ukraina menjadi buffer zone bagi NATO yang secara langsung dapat mengancam kedaulatannya.

Dampak Ekonomi Uni Eropa dan Amerika Serikat menjadi leading countries untuk memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia. Sanksi tersebut diikuti oleh perusahaan multinasional. Harapan besar mereka dengan adanya isolasi ini Rusia dapat mengakhiri invasi dan memulai negosiasi perdamaian. Dampak dari invasi Rusia ternyata menjalar dan berdampak secara besar pada sektor ekonomi di Eropa. Sebagian besar Negara Uni Eropa yang masih bergantung pada minyak dan gas alam dari Rusia harus menanggung konsekuensi sanksi yang mereka jatuhkan. Harga minyak dan gas mulai merangkak naik sehingga berdampak langsung bagi masyarakat Eropa. Jika kondisi terus berlanjut, dampaknya akan berimbas pada perekonomian global. Tidak sampai disitu, dampak invasi Rusia juga telah

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

13

menimbulkan krisis kemanusiaan dimana terlihat derasnya aliran pengungsi dari Ukraina ke beberapa wilayah di Eropa. Peran Indonesia Kita tak boleh berlarut dalam euforia terpilihnya Indonesia dalam presidensi G20. Indonesia harus mengupayakan agar KTT G20 di bulan November nantinya dapat menjadi tonggak sejarah baru. Aspirasi negara anggota yang mengancam untuk tidak hadir dalam pertemuan di Bali tersebut wajib dipertimbangkan untuk mengemas langkah cerdas berdiplomasi kita dalam forum tersebut. Menurut penulis, KTT G20 merupakan momentum Indonesia untuk melakukan upaya diplomasi perdamaian para pihak yang bertikai. Forum negosiasi perlu diberikan ruang dengan tetap menjunjung tinggi sikap netralitas dan independen yang termasuk prinsip politik luar negeri bebas aktif negara kita. Forum tersebut harus terpisah dari KTT G20 mengingat substansi yang dibahas berbeda. Kepala negara atau perwakilan Ukraina dan

Rusia dapat saling duduk bersama untuk mendiskusikan proposal diantara keduanya demi tercapainya perdamaian. Tragedi Bucha dan Proses Hukum Meskipun diskusi damai terhambat karena adanya tragedi Bucha. Temuan korban pembantaian di kota Bucha merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap kejahatan perang dan genosida. Baik Rusia dan Ukraina saling lempar tanggungjawab terhadap tragedi Bucha. Ketegasan Indonesia sangat penting untuk mendukung agar pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat tersebut diproses oleh hukum. Upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia harus sangat hati-hati. Tidak boleh menunjukan kesan menyalahkan salah satu pihak atas pelanggaran yang terjadi padahal proses hukum belum dilakukan. Indonesia perlu mendukung dibentuknya Tim Pencari Fakta yang independen, imparsial, dan transparan untuk menelisik sejauh mana pelanggaran yang terjadi. Laporan Tim Pencari Fakta ini dapat menjadi

modal bagi lembaga lain khususnya Mahkamah Pidana Internasional (ICC). ICC memiliki kewenangan untuk mengadili pelanggaran HAM yang terjadi selama invasi Rusia di Ukraina. Meskipun Ukraina dan Rusia bukan merupakan peserta Statuta Roma 1998, namun pada tahun 2014 Ukraina telah menerima yurisdiksi ICC melalui dua deklarasi yang disampaikan ke ICC. Deklarasi kedua yang disampaikan pada bulan September 2015 dengan tegas menyatakan permintaan Ukraina kepada ICC untuk melakukan pemeriksaan terhadap kasus pelanggaran HAM yang terjadi di wilayahnya selama bulan Februari 2014 hingga tanpa batas waktu. Deklarasi kedua ini dapat menjadi dasar bagi ICC untuk melanjutkan pemeriksaan terhadap bukti pelanggaran yang terjadi selama invasi Rusia di Ukraina yang masih berlangsung.

*Penulis adalah Dosen Tetap Departemen Hukum Internasional, Fakultas Hukum UII. E-mail: [email protected]

DIALEK

14

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

RESENSI FILM

Oleh: Eka Detik nurwagita

Di Balik Sosok Seorang Wakil Tuhan: Paus

Oleh: Hana/Keadilan

“Ada budaya konflik, yang membuat kita hanya memikirkan diri kita sendiri. Membuat kita hidup dalam gelembung sabun yang, betapapun indahnya, juga tidak berarti. Kita sudah terbiasa dengan penderitaan orang lain. Itu tidak mempengaruhi saya.”

Film dengan judul The Two Popes adalah film garapan sutradara Fernando Meirelles dan ditulis oleh Anthony McCarten. Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata persahabatan antara Paus Benediktus dan Kardinal Jorge Bergoglio, bertemakan waktu

di tahun 2005. Ketika Paus Yohanes II meninggal, seluruh kardinal dari seluruh penjuru dunia dipanggil ke Gereja Vatikan untuk melakukan pemilihan Paus Agung baru. Pada pemilihan ini, Kardinal Jorge Bergoglio digadang-gadang akan menjadi pengganti

Paus Yohanes, namun pada akhirnya, ternyata yang terpilih untuk menjadi paus adalah Kardinal Joseph Ratzinger yang kelak disebut dengan Paus Benediktus XVI. Sedangkan, suara Kardinal Jorge Bergoglio berada di posisi kedua. Kardinal Joseph Ratzinger dan Kardinal Jorge Bergoglio adalah dua orang yang sangat berbeda. Kardinal Joseph Ratzinger digambarkan sebagai sosok yang konservatif dan memiliki kepribadian kaku terhadap ajaran gereja. Bahkan tak sedikit masyarakat yang kecewa dengan terpilihnya Kardinal Joseph Ratzinger. Berbeda dengan Kardinal Jorge Bergoglie digambarkan sebagai sosok yang sederhana, memiliki pemikiran yang terbuka, dan mudah akrab dengan orang lain. Tak jarang pula Kardinal Jorge Bergoglie mengkritik kemewahan gereja dan para petinggi agama di Roma. Memasuki tahun 2012, gereja katolik digemparkan dengan adanya kasus skandal seks yang dilakukan oleh para pastor terhadap biarawati dan anak laki-laki di bawah umur. Masyarakat menuntut bahwa paus telah menutup-nutupi kasus ini yang telah terjadi sejak tahun 1980-an. Para pastor yang terlibat dalam skandal tersebut, akan menimpa hukuman untuk dipindahkan dari paroki satu ke paroki lain, tanpa diberhentikan dari jabatannya sebagai pastor. Kardinal Jorge Bergoglio sebagai salah satu kardinal yang memiliki pemikiran terbuka, termasuk orang yang mengkritik hukuman tersebut. Baginya, para pastor yang terlibat dalam skandal seks tersebut lebih baik diberhentikan dari jabatannya, dibandingkan hanya dipindahkan ke paroki lain yang di kemudian hari dapat saja mengulang tindakan kejahatannya. Karena merasa gereja telah banyak menyimpang dari perintah Tuhan, ia kemudian berniat untuk mengundurkan diri dari jabatannya menjadi kardinal. Atas niatnya tersebut, Jorge

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

15

Bergoglio pun mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Paus Benediktus XVI. Sayangnya hal ini ditolak dan tidak disetujuinya, sebab dianggap sebagai suatu bentuk kritikan terhadap gereja katolik di tengah gejolak kasus skandal yang tengah menggemparkan masyarakat. Meski demikian, Jorge Bergoglio tak mudah menyerah dan terus berusaha membujuk Paus Benediktus XVI agar berkehendak untuk menandatangani surat pengunduran dirinya. Hingga akhirnya, Paus Benediktus XVI malah mengajak Kardinal Jorge Bergoglio untuk datang ke Roma dan mengunjungi Gereja Vatikan di Roma. Di sana, Paus Benediktus XVI menyampaikan keinginannya untuk mengundurkan diri dari jabatannya menjadi paus dan memilih Kardinal Jorge Bergoglio untuk menjadi penggantinya. Mendengar hal tersebut, Kardinal Jorge Bergoglio terkejut dan menolak pernyataan itu. Meski demikian, Paus Benediktus XVI tetap kekeuh pada keinginannya. Tumbuh rasa pada Kardinal Jorge Bergoglio yang merasa tak pantas untuk menjadi Paus, sehingga ia melakukan pengakuan dosa di hadapan Paus Benediktus XVI. Dalam pengakuannya, ia bercerita bahwasannya dirinya pernah bersekutu dengan para pembunuh dari kaum pengusaha untuk menyelamatkan umatnya dari pembunuhan dan penyiksaan akibat peristiwa penggusuran tanah yang akan dilakukan oleh para pengusaha di daerah tempatnya menyerukan ajaran gereja. Akibat dari komprominya tersebut, dua orang pengikut setianya harus disiksa oleh para pengusaha akibat menolak untuk pergi dari tempat penggusuran tersebut. Sebagai bentuk penebusan dosa, ia hidup sangat sederhana, menolak segala fasilitas yang diberikan kepadanya sebagai seorang kardinal, dan memilih untuk mengajarkan umatnya dengan cara turun ke jalanan dan bertemu langsung dengan umatnya. Dia hidup sesuai dengan kehendaknya, memiliki pikiran yang terbuka, serta ti-

16

dak kaku terhadap ajaran-ajaran gereja. Paus Benediktus XVI memberikan ampunan kepadanya, dan meyakinkan dirinya bahwa langkah yang diambilnya adalah sesuatu yang benar. Karena dengan langkah itu, sebagian umatnya juga banyak yang selamat dari peristiwa penggusuran tersebut. Selanjutnya, Paus Benediktus XVI bergantian melakukan pengakuan dosa

di hadapan Kardinal Jorge Bergoglio. Paus Benediktus XVI mengaku bahwa dirinya saat ini merasa kesulitan untuk berkomunikasi dan mendapat petunjuk dari Tuhan. Ia kerap kali merasa sendirian, tidak bisa mendengar suara Tuhan dengan baik dan merasa gelisah dalam hidupnya. Setelahnya, Kardinal Jorge Bergoglio pun bergantian memberi ampunan atas Paus Benediktus XVI. Dari peristiwa tersebut, hubungan antara Paus Benediktus XVI dan Kardinal Jorge Bergoglio akhirnya semakin akrab dan bersahabat. Di akhir cerita Paus Benediktus XVI akhirnya mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri dari jabatannya, dan Kardinal Jorge Bergoglio berdasarkan pemilihan suara yang dilakukan oleh para Kardinal dari seluruh penjuru negeri, terpilih dan dinobatkan menjadi Paus, yang selanjutnya dikenal dengan nama Paus Fransiskus. Film ini sedikit banyak menggambarkan sosok pemimpin agama yang tidak selamanya sempurna. Apa yang dilakukan oleh Kardinal Jorge Bergoglio dan dirasakan oleh Paus Benediktus XVI adalah sebuah fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia, meskipun mereka telah dinobatkan dan dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia. Bumbu-bumbu cerita yang ditambahkan dengan kegiatan sehari-hari, diselingi

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

dengan kegemaran para paus, seperti memainkan piano, menonton sepakbola, dan menari tango, cukup menggambarkan bahwa paus juga pantas hidup selayaknya manusia biasa yang senantiasa juga membutuhkan hiburan dalam hidupnya. Selanjutnya, film yang dibuat dengan suasana semi dokumenter ini, cukup menggambarkan suasana kota Roma dan Gereja Vatikan yang khidmat. Nuansa religi yang dibangun, terasa sangat kental diiringi dengan perdebatan pola pikir yang sangat berlawanan. Hal ini mampu membuat para penonton cukup terpukau untuk mencermati alur cerita yang disajikan dan memahami detail pesan yang disampaikan dari setiap adegan yang ditayangkan. Selain itu, penggambaran tokoh yang sederhana dengan beberapa bumbu komedi dan adegan melankolis, juga dapat membuat para penonton merasa turut masuk ke dalam alur cerita dan merasakan berbagai suasana hati, mulai dari sedih, bahagia, haru, hingga lucu. Alur maju mundur yang digunakan dalam film ini, sedikit memaksa para penonton untuk dapat berkonsentrasi lebih saat menonton film ini. Film yang didominasi dengan adegan kedua paus yang saling berbicara dan diulang untuk beberapa kali, meski dengan latar tempat yang berbeda- juga dapat menyebabkan penonton merasa bosan dan tak sabar untuk mengetahui babak cerita selanjutnya. Meski demikian, film The Two Popes yang berdurasi kurang lebih dua jam ini dikemas dengan baik melalui pembawaan sederhana dan menyiratkan banyak makna bagi segenap penontonnya. Hal ini menjadikan film ini sangat cocok menduduki deretan beberapa film rekomendasi yang wajib ditonton, dan tak terbatas untuk kalangan apapun.

AKSARA

Nyata

Oleh: Geary Abimanyu Setiadji dan Muchammad Kawtsar

Oleh: Geary/Keadilan

“Sialan! Bosan sekali hidup ini!” Pria gemuk bernama Brian itu sehari-hari hanya mengeluh tentang hidupnya. Hidup di tahun 2073 hanyalah sebuah kebosanan. Kota dengan jalanan sepi pejalan kaki, restoran tanpa pengunjung, begitu juga dengan swalayan. Taman hanya sebuah tempat untuk melihat tanaman tak terawat yang sudah layu. Hewan tanpa tuan berkeliaran dengan tubuh kurus karena kelaparan, dapat bertahan hidup selama dua hari saja sudah terbilang sebagai keajaiban. Seluruh manusia menghabiskan hidupnya di dalam rumah. Teknologi virtual berbasis internet menjadi penyebab mayoritas kegiatan manusia dilakukan secara daring. Sistem sosialisasi manusia sudah berganti. Mereka bertemu dengan teman-teman dengan tampilan avatar. Untuk urusan perut, mudah saja. Sudah ada robot dari masing-masing restoran. Tinggal pesan, maka robot segera menuju ke rumah mereka. Dengan adanya metaverse, keinginan seorang manusia jauh lebih mudah untuk terpenuhi. Bahkan hal yang mustahil pun dapat dengan mudah diciptakan dalam metaverse. Berbeda dengan semua orang yang menyukainya, Brian justru membenci metaverse. Bagi Brian hal tersebut hanya sebuah kebosanan tiada akhir. Bayangkan, manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan setidaknya sentuhan satu sama lain. Di metaverse, dengan tampilan avatar, sangat tidak memungkinkan hal itu terjadi. Selain itu, avatar juga membuat orang-orang tidak tampil sebagai diri mereka sendiri. Avatar itu bebas, ingin menjadi seperti siapa saja mudah. Bukan hanya kebosanan, kebohongan juga merajalela di metaverse. Rasa penasaran Brian membuatnya berkhayal jika kehidupan di tahun 2073 bukan hanya soal metaverse. Semua manusia keluar dari rumahnya, bertegur sapa di jalanan, makan bersama di restoran dan saling berpegangan tangan sebagai sepasang kekasih. “Tok! tok! tok!” Khayalan tersebut seketika buyar dari pikiran Brian saat tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu rumahnya. Sudah bertahun-tahun pintu tersebut tidak pernah diketuk. Tubuhnya yang gendut membuat Brian sulit untuk berjalan. Untuk bisa menggapai pintu rumahnya saja Brian harus menggunakan kursi roda. Sesaat setelah membuka pintu, Brian sejenak menatap suasana sekitar. Sungguh pemandangan yang sudah lama tidak dilihatnya. Sejauh mata memandang hanya terlihat jalanan yang sepi, berdebu dan tanpa satupun tanaman hidup. Sangat berbanding terbalik dengan metaverse yang jauh lebih ramai dan indah. Setelahnya, Brian pun keluar melewati pintu rumah. Menoleh ke kiri dan kanan. Mencari orang yang barusan mengetuk pintu rumahnya. Akan tetapi, Brian tidak menemukan siapapun. Seketika, Brian menoleh ke bawah dan menemukan paket berbentuk kotak dibungkus dengan sampul coklat muda. Paket tersebut pun segera diambilnya dan bawa masuk ke dalam rumah. Tanpa berpikir panjang, Brian langsung membuka kotak yang ada di genggaman tangannya. Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

17

Di dalamnya ditemukan selembar kertas bertuliskan “2021” dan juga benda berbentuk bulat berwarna silver sebesar bola kasti. Brian memutar-mutar benda tersebut untuk mencari sesuatu. Siapa tahu ada tombol yang bisa di tekan. Beruntung, Brian berhasil menemukan tombol di tengah-tengah benda itu. Benda itu Brian beri nama Bola Aneh. Karena, sejak menerima benda tersebut, menurut Brian sudah aneh. Segera Brian tekan tombol yang terdapat pada Bola Aneh. Whuuuz! Pusaran angin tornado keluar dari Bola Aneh. Menyerap Brian bersama kursi rodanya masuk ke dalam pusaran. Brian berputar-putar di dalamnya. Sampai tiba-tiba berada di persimpangan lampu merah. Para pejalan kaki melihat ke arah Brian dengan tatapan aneh. Brian merasa dunia yang dilihatnya saat ini sangat mirip dengan metaverse. Brian pun berkeliling dengan kursi rodanya untuk memastikan bahwa ia berada di dunia nyata. Brian kemudian melihat, seorang pemuda sedang menggengam ponsel pintar. “Sedang apa?” tanya Brian sambil menyentuh pemuda tersebut. “Kau tidak lihat? Aku sedang bermain gim dasar gendut! Jangan ganggu aku!” ucap pemuda yang juga sedang menghisap ujung cerutunya. Mata Brian menatap tangannya sembari mengeluarkan air mata. Betapa tidak menyangka bisa menyentuh dan berbicara secara langsung dengan manusia. Tanpa dunia virtual. Tanpa ada embel-embel metaverse. “Tahun berapa sekarang?” tanya Brian. “Kau benar-benar tolol ya? Ini 2021 gendut!” Merasa kesal, pemuda itu berpindah ke tempat lain dan melanjutkan permainan seru di ponsel pintarnya. Entahlah apa nama gim itu. Mendengar jawaban pemuda tersebut, Brian terkejut bahagia bahwa khayalan singkatnya tadi terwujud menjadi nyata. Teknologi memang belum semaju tahun 2073. Tetapi, sedang mengalami proses yang lebih matang. Brian tersenyum sepanjang menyusuri jalan. Pemandangan langka bagi Brian. Melihat orang-orang saling bercengkerama. Berpelukan. Makan bersama. Bahkan, sekali dua kali, di dalam sebuah gang, sepasang kekasih sedang berciuman satu sama lain. Menurut Brian, inilah yang disebut nyata. Kehidupan nyata. Kehidupan sesungguhnya. Lalu, senyuman Brian luntur seketika melihat ke layar sebuah televisi yang terpampang disebuah toko elektronik. Sebuah media membahas mengenai metaverse. Media tersebut mengundang pelopor metaverse untuk membahas mengenai cita-citanya membuat dunia berbasis virtual. Tanpa basa-basi, Brian segera menghampiri dan mendengarkan perkataan sang pelopor. Brian juga mencari-cari apakah ada wadah baginya untuk memberikan pendapat yang dapat didengar oleh pelopor metaverse dan juga orang banyak. Tujuan Brian hanya satu. Membatalkan proyek metaverse. Usaha tersebut membawa Brian ke sebuah gedung siaran kecil. Brian masuk ke dalam dan menghampiri resepsionis. Brian meminta agar dirinya bisa menyampaikan pendapat di radio tersebut. Karena kebetulan radio tersebut sedang tidak memiliki acara siar. Resepsionis pun langsung menerima permintaan Brian. Tepat pukul empat sore, radio memulai siaran langsung. Brian diberi kesempatan untuk menyampaikan apa saja yang diinginkan. Brian mulai menuturkan bahwa dirinya berasal dari tahun 2073. Brian bisa datang ke tahun 2021 akibat sebuah benda yang disebutnya Bola Aneh. Brian menceritakan juga bahwa di tahun 2073, segalanya serba digital. Manusia benar-benar hidup secara virtual di dalam metaverse. Jika internet bermasalah, maka manusia merasa seakan-akan kehilangan hidupnya. Brian juga menceritakan bagaimana keadaan bumi di tahun 2073 yang sangat berbeda dengan 2021. Dengan tanpa disadari, air mata Brian terus mengalir ketika menceritakan apa yang diketahuinya. Terakhir, Brian meminta agar proyek metaverse segera dibatalkan. Mendengar pendapat Brian, pemilik radio memutus siaran langsung dan menyuruh dirinya untuk keluar dari gedung. Pernyataan Brian membuat orang-orang ramai berkicau di media sosial. Tagar #gagalkanmetaverse dan #brianpendongenghandal ramai di sosial media. Banyak media membahas terkait siaran Brian sebelumnya. Hingga pada akhirnya sampai ke telinga pelopor metaverse. Dia berharap agar Brian ditangkap karena sudah menjatuhkan harga dirinya. Brian yang mendengar berita tersebut pun panik. Terlebih, sang pelopor berjanji untuk memberikan hadiah kepada orang yang berhasil menangkap Brian. Brian bergerak menghindari keramaian dengan kursi rodanya. Wajahnya ditutupi dengan topi yang ditemukan dalam tempat sampah. Penyamaran Brian sia-sia. Semua orang sudah mengetahui ciri-ciri Brian yang bertubuh gendut dan menaiki kursi roda. Di persimpangan lampu merah, tempat Brian sebelumnya datang. Sudah ramai orang-orang berkumpul dan bersiap untuk menangkap Brian. Mereka semua berlari menghampiri Brian. Brian hanya bisa menutup matanya. Whuuuz! Suara yang tidak asing membuat Brian membuka matanya. Brian sudah kembali ke rumahnya, tepatnya pada tahun 2073. Brian pun langsung mencari-cari Bola Aneh miliknya. Akan tetapi, benda tersebut tidak ada di kamarnya. Brian pun membuka pintu rumah untuk mencari Bola Aneh. Tidak juga ditemukan. “Bip! bip! bip!” suara alarm berbunyi. Jam dinding menunjukkan pukul 8 pagi, Brian pun terbangun dari tidurnya. Ternyata, semua yang dilaluinya hanya sebuah mimpi. Rasa bosan Brian semalam membuatnya tertidur di atas kursi rodanya. Brian kembali menjalani kehidupan sehari-hari. Mencuci muka, menggosok gigi, pergi ke dapur, membuat sandwich, mengambil susu dari kulkas, menuangkan ke dalam gelas, membawa makanan dan minuman ke kamar. Lalu, sambil makan dan minum, Brian berniat untuk memasang sebuah kacamata virtual untuk memasuki dunia yang dibencinya. Akan tetapi, sebelum itu, Brian sangat terkejut karena melihat sebuah topi yang didapatkannya dalam tempat sampah pada dunia tahun 2021 berada di atas tempat tidurnya.

18

KEADILAN POST Edisi Juni 2022

Oleh: ERifqi Maulana Akbar

KARIKATUR

Keadilan Post Informatif, Komunikatif, Aspiratif

PEMIMPIN UMUM: ERLANG WAHYU SUMIRAT

PIMPINAN LITBANG: FARHAN SYAHREZA

SEKRETARIS UMUM:

STAF LITBANG:

ANISA ‘IZZATI

BENDAHARA UMUM: YOLANDA ERONISA SIAHAYA PIMPINAN REDAKSI: AHMAD WILDAN HAVAZA REDAKTUR: IMROATUR ROHMATILLAH MUCHAMMAD KAWTSAR RIZKI NUR ASTIKASARI PRADIKA MUIZZUL MUFTI RIFQI MAULANA AKBAR HIMAWAN GERRENOVE V

SEKAR ARIFIA PRASTIWI

DESAIN DAN FOTO: GEARY ABIMANYU SETIADJI HANA NAFISAH ZULFIKASARI NISRINA SULISTYA HASTUTI

AGASTYA MAHENDRA M

Keadilan Post Diterbitkan Oleh LPM Keadilan

IMRO’AH QURRATUL AINI MUHAMMAD SYUKRON RAIHAN RAMADHAN FADHILAH HANIF C FIKRI ROSYAD F PIMPINAN PENGKADERAN: VANIA LUTHFI SAFIRA ERLANGGA STAF PENGKADERAN:

PUTRI ARIYANTI AKHIRUDDIN SYAHPUTRA L EKA DETIK NURWAGITA SHAFIRA ARETHA INAFITRI AFRIZAL MUHAMMAD FAUZY KHATIBUL AZIZY REPORTER: SELURUH PENGURUS KEADILAN

JL. KALIURANG KM 14.5 SLEMAN YOGYAKARTA TELP (0274) 377043 – 379171 / HP 081935291536 Website: www.lpmkeadilan.org Instagram: @lpmkeadilan Facebook: LPM Keadilan Twitter: @LPMKeadilan Email: [email protected] Line: @rjn3117b

Edisi Juni 2022

KEADILAN POST

19

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.