Kelompok 4 - Makalah Pendidikan IPS SD (1) Flipbook PDF


4 downloads 121 Views 7MB Size

Story Transcript

“TEORI-TEORI PENDIDIKAN IPS DARI PARA AHLI” Disusun Oleh Kelompok 4: Nama Mahasiswa/NIM : Novi Lestari (1212411052) : Oktavina Br Sembiring Maha (1212411017) : Renza P. Manurung (1213111162) : Riris Silalahi (1213111072) Prodi/Kelas : PGSD Reguler G 2021 Dosen Pengampu : Husna P. Tambunan, S.Pd., M.Pd. : Sujarwo, S.Pd., M.Pd. Mata Kuliah : Pendidikan IPS SD PRODI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN September 2022 TUGAS RUTIN MK. PENDIDIKAN IPS SD PRODI S1 - PGSD FIP Skor Nilai:


i KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, penulis diberikan kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas rutin makalah kelompok pada mata kuliah Pendidikan IPS SD yang diampuh oleh Bapak Dosen Husna P. Tambunan, S.Pd., M.Pd. / Sujarwo, S.Pd., M.Pd. dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para anggota kelompok yang sudah ikut berpartisipasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas makalah kelompok ini. Serta terima kasih juga kepada sumber-sumber referensi baik dari buku, jurnal, artikel dan lain-lain yang telah dijadikan sebagai sumber acuan untuk penguatan serta penambahan pada materi pembahasan mata kuliah Pendidikan IPS SD. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis juga memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun sumber yang kurang tepat sebab makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Sekian, Terima kasih. Medan, 12 September 2022 Kelompok 4


ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................3 C. Tujuan....................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................4 A. Teori Behavioristik................................................................................................4 B. Teori Humanistik...................................................................................................7 C. Teori Kognifistik .................................................................................................10 D. Teori Sibernetik ...................................................................................................13 BAB III PENUTUP .......................................................................................................16 A. Kesimpulan..........................................................................................................16 B. Saran ....................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................17


1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi oleh suatu Negara ialah tentang masalah pendidikan, begitu juga dengan Negara Indonesia merasakah hal yang sama, terutama masalah output pendidikan yang tiada henti-hentinya dibicarakan oleh para pakar, ahli dan praktisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan menjadi salah satu solusi dan merupakan pilar untuk menjadikan suatu Negara menjadi Negara yang mampu mempertahankan jati dirinya dikancah internasional. Pendidikan pula dapat menjadi sebab suatu negra menjadi kuat, dikarenakan sumber daya manusianya mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri. Pemikiran Plato mengingkatkan kita pada tujuan pendidikan IPS yaitu bagaimana menjadikan warga Negara yang baik, dalam artian taat hukum, mengetahui dan memahami aturan. Di samping itu pula warga Negara yang baik adalah mampu memahami perbedaan etnik, suku, agama, dan lain sebagainya. Hal itu sangat penting karena melihat kondisi Negara Indonesia yang beraneka ragam yang disimbolkan dengan kata Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan tersebut merupakan suatu kekuatan yang kokoh jika tetap terjaga dan dilestarikan salah satunya melalui pendidikan. Bidang pendidikan yang lebih fokus untuk menjadikan warga Negara yang baik ialah salah satunya melalui pendidikan IPS. Pendidikan IPS merupakan salah satu solusi untuk memperkokoh suatu Negara dengan memberikan pemahaman kepada warga Negara tentang berbagai perbedaan yang harus dijaga. Dikarenakan perbedaan yang ada merupakan kekuatan suatu bangsa untuk menjadikan Negara mampu bersanding dan bersaing dengan Negara lain di dunia. Maka dengan melihat keadaan yang seperti itu pendidikan IPS merupakan salah satu jawaban dari masalah tersebut. Sayangnya, pendidikan IPS yang diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang perbedaan sebagai kekuatan suatu bangsa dan mampu menjadikan warga Negara yang baik, dihadapkan dengan berbagai hambatan yang harus dihadapi dan dilalui dengan penuh perjuangan. Mulai dari hambatan keahlian dan akademik, fasilitas pendidikan, mutu buku pendidikan dan hambatan administrasi dan manajemen (Gunawan, 2013: 84). Berbagai hambatan tersebut adalah merupakan rintangan yang harus dihadapi dan dilalui pendidikan IPS dalam mencapai tujuannya.


2 Kehadiran Pendidikan IPS seyogyanya mampu menjadi jawaban dan solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan bangsa. Terutama masalah perbedaan yang sering kali menjadi persoalan mendasar warga Negara Indonesia. Bahkan sampai saat ini unsur suku, agama, ras dan antargolongan merupakan hal yang paling vital penyebab kerusuhan yang ada. Seperti halnya lahirnya pendidikan IPS di Negara Amerika misalnya, pendidikan IPS dimasukkan dalam kurikulum karena para pakar ingin menjadikan penduduk yang multi ras menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika (Gunawan, 2013: 21). Pada saat itu penduduk Amerika terdiri dari ras Indian dan ras kulit putih, karena sering kali masyarakat yang multi ras tersebut menjadikan masalah bagi negaranya pada saat itu dan akhirnya pendidikan IPS mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapinya. Pembelajaran IPS yang merupakan implementasi dari pendidikan IPS di sekolah harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari pendidikan IPS itu sendiri. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS harus diajarkan oleh guru-guru yang mumpuni dalam bidang IPS, yakni berlatar belakang pendidikan IPS, bukan dari disiplin ilmu seperti yang terjadi pada saat ini dikebanyakan sekolah yaitu pembelajaran IPS diampu atau diajarkan oleh guru yang tidak berlatar belakang dari pendidikan IPS, melainkan dari disiplin ilmu lainnya. Padahal dalam hal menerapkan konsep pembelajaran dalam hal ini pembelajaran IPS, tingkat kedewasaan, kematangan, tingkat kompetensi dan pengalaman guru harus diperhatikan, sehingga tujuan dari pembelajaran apapun itu tentu akan tercapai. Seperti yang dijelaskan oleh Suyono dan Harianto (2013: 2) bahwa tingkat kedewasaan, kompetensi serta pengalaman seorang guru tetap diperlukan dalam situasi yang lebih menekankan kepada penerapan konsep pembelajaran. Tidak berhenti sampai di sini, melainkan yang harus dihadapi dalam implementasi pendidikan IPS di sekolah yaitu rintangan dan hambatan yang sangat kompleks, mulai dari keahlian sampai dengan manajemen yang tidak sepenuhnya mendukung dalam pencapaian tujuan dan hakikat pendidikan IPS. Sehingga wajar jika selama ini meskipun pembelajaran IPS sudah diterapkan sampai berpuluh-puluhan tahun lamanya, akan tetapi hakikat dan tujuan pendidikan IPS belum tercapai. Hal itu terbukti dengan output pembelajaran IPS yang belum bisa berkontribusi dalam masyarakat. Bahkan bukan memberikan solusi dengan memberikan titik terang terhadap berbagai persoalan, melainkan menambah beban bagi masyarakat khsusnya dan Negara pada umumnya.


3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan-rumusan masalahnya yaitu: 1. Apa itu Teori Behavioristik dan bagaimana implementasinya? 2. Apa itu Teori Humanistik dan bagaimana implementasinya? 3. Apa itu Teori Kognifistik dan bagaimana implementasinya? 4. Apa itu Teori Sibernetik dan bagaimana implementasinya? C. Tujuan 1. Untuk mendefenisikan dan mengidentifikasi terkait tentang Teori Behavioristik dan implementasinya. 2. Untuk mendefenisikan dan mengidentifikasi terkait tentang Teori Humanistik dan implementasinya. 3. Untuk mendefenisikan dan mengidentifikasi terkait tentang Teori Kognitifistik dan implementasinya. 4. Untuk mendefenisikan dan mengidentifikasi terkait tentang Teori Sibernetik dan implementasinya.


4 BAB II PEMBAHASAN A. Teori Behavioristik 1. Pengertian Teori Behavioristik Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa. Menurut teori behaviorisme, apa yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavior adalah faktor pengutan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon bila pengutan ditambahkan maka respon semakin kuat. Begitu juga bila pengutan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika


5 tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguat positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan itu justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dikurangi untuk memungkinkan terjadinya respon. 2. Aplikasi Teori Behavioristik Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik dapat digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain: 1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. 2) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa. 3) Menentukan materi pembelajaran. 4) Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb. 5) Menyajikan materi pembelajaran. 6) Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas. 7) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. 8) Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman. 9) Memberikan stimulus baru. 10) Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman. 3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik Kelebihan dari Teori Behavioristik Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat beberapa kelebihan di antaranya: 1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.


6 2) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan. 3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan prilaku yang sesuia mendapat penghargaan negatif yang didasari dengan prilaku yang tampak. 4) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam bidang tertentu, akan lebih dikuatkan lagi dengan pembiasaan atau pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. 5) Bahan pelajaran disusun secara hirarkis dari yang sederhana sampai kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu menghasilkan suatu perilaku konsisten terhadap bidang tertentu. 6) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan srimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respon yang diinginkan muncul. 7) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya. 8) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Kekurangan dari Teori Behavioristik 1) Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalu gejalanya. 2) Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya. 3) Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.


7 B. Teori Humanistik 1. Pengertian Teori Humanistik Pengertian Humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Dalam artikel "Some educational implications of the humanistic Psycologist" Abraham maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah prestasi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada "ketidaknormalan" atau "sakit" seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan par pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif ini erat kaitannya dengan pengembangan emosi yang terdapat dalam domain efektif, misalnya keterampilan membangun da menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercaya persamaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kalta keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam teori Humanistik, pendidik mencoba melihat dalam spectrum yang luas mengenai perilaku manusia. Pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan behaviorisme, yang melihat motivasi manusia sebagai suat usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau dengan Freudian yang melihat motivasi sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Menurut aliran humanistik, para pendidik sabaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut panjang pelakunya, buakn dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai


8 manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi potensi yang ada dalam diri mereka. 2. Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger dalam Pembelajaran IPS a) Realitas didalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan peserta didik tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi. b) Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan. Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya. c) Pengertian yang empati. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid bukan guru. 3. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk kepada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan gru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok diterapkan pada materi materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisi terhadap fenomena social. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.


9 4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik Kelebihan dari Teori Humanistik Menurut Asri Budiningsih (Budiningsih, 2005) kelebihan teori humanistik adalah: 1) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. 2) Menurut aliran humanism, individu itu cenderung mempunyai kemampuan/keinginan untuk berkembang dan percaya pada kodrat biologis dan ciri lingkungan. 3) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. 4) Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hakhak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. 5) Aliran humanisme tidak menyetujui sifat pesimisme, dalam aliran humanisme individu itu memiliki sifat yang optimistik. 6) Teori humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkandan dilakukan untuk mencapai tujuannya. 7) Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia. Kekurangan dari Teori Humanistik 1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar. 2) Terlalu memberi kebebasan pada siswa. 3) Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia. 4) Teori humanistik seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah. 5) Banyak konsep dalam psikologi humanisme, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.


10 6) Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri. 7) Psikologi humanisme mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis. 8) Teori humanisme ini dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan. 9) Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. 10) Teori humanisme masih sukar diterjemahkan kedalam langkah-langkah yang praktis. C. Teori Kognitifistik 1. Pengertian Teori Kognitifistik Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. 2. Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat,


11 menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. 3. Implikasi Teori Kognitifistik dalam Pembelajaran Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori Perkembangan Piaget, Teori Kognitif Brunner dan Teori Bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan sebagai berikut: A. Teori Kognitif Piaget Brunner Ausubel Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: 1) Asimilasi 2) Akomodasi 3) Equilibrasi B. Teori Kognitif Brunner Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: 1) Enaktif (aktivitas) 2) Ekonik (visual verbal) 3) Simbolik C. Teori Bermakna Ausubel. Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap: 1) Memperhatikan stimulus yang diberikan.


12 2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami. 4. Contoh Penerapan Teori Kognitifistik Menurut Sampoerna University, Teori Kognitifistik merupakan salah satu metode belajar yang menuntut kreativitas siswa untuk dapat mengembangkan materi yang sudah diterima. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, seperti apa contoh dari penerapan teori ini. Berikut beberapa contohnya, antara lain: 1) Guru harus memahami bahwa semua siswa bukanlah orang dewasa yang mudah dalam memproses suatu pikiran. 2) Anak dalam masa pra dan awal sekolah dasar menggunakan benda-benda nyata disertai dengan aktifnya siswa untuk belajar. 3) Guru menyusun materi menggunakan pola maupun logika tertentu yang sifatnya sederhana sehingga akan mudah untuk dipahami siswa. 4) Guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bermakna, dengan memperhatikan perbedaan individual siswa guna mencapai keberhasilan pembelajaran. Meskipun tidak cukup hanya dengan teori ini, namun penerapan kognitivistik dalam proses pembelajaran secara tidak langsung membentuk siswa untuk menjadi mandiri. Siswa terbiasa mengolah materi dan mempelajarinya secara individu sehingga mampu menemukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. 5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitifistik Kelebihan dari Teori Kognitifistik Teori ini akan membuat seorang siswa berpikir secara cerdas dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Dari ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas, teori ini lebih menekankan pada proses belajar dari seorang siswa. Untuk itulah memahami kelebihan dari teori ini tentu menjadi hal yang penting, kelebihan tersebut antara lain: 1) Teori ini lebih mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang, pendidik atau guru hanya perlu memberikan dasar materi dan kelanjutan belajar tergantung dari masing-masing individu. 2) Guru mampu memaksimalkan ingatan siswa, hal ini tentu sangat diperlukan karena salah satu peran kognitif adalah menekankan pada daya ingat individu yang belajar.


13 3) Para ahli berpendapat bahwa kognitivistik memiliki arti yang sama dengan kreasi atau pembuatan suatu hal baru maupun sesuatu yang baru dari sesuatu yang sudah ada. Di sini siswa dituntut untuk dapat berkreasi. 4) Teori ini mudah untuk diterapkan dalam dunia pendidikan, di Indonesia sendiri sudah banyak diterapkan termasuk dalam segala tingkatan sekolah. Kekurangan dari Teori Kognitifistik Selain kelebihan dari teori ini, Anda juga perlu mengetahui apa saja kekurangan dari penerapan teori kognitivistik. Kekurangan dari teori ini diantaranya: 1) Dalam teori ini semua individu dianggap memiliki daya ingat yang sama, padahal kemampuan siswa mengenai hal tersebut tentu berbeda-beda. 2) Guru terkesan tidak memperhatikan cara siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan cara dalam mencari pengetahuan tersebut. 3) Siswa tidak akan paham sepenuhnya mengenai materi yang sudah diberikan. 4) Bagi sekolah kejuruan, siswa akan merasa kesulitan dalam praktik kegiatan dan materi jika hanya menerapkan teori ini. 5) Kemampuan siswa dalam mengembangkan materi yang sudah diterima tidak akan berkembang apabila hanya dibiarkan. D. Teori Sibernetik 1. Pengertian Teori Sibernetik Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata “Cybernetic” yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Kata “cybernetic” yang selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah “sibernetik” pertama kali dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institutof Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intellidence). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi (Susanto, 2009).


14 Sejalan dengan pengertian tersebut, M.R.Abror sebagaimana dikutip oleh Heriono mendefinisikan Cybernetik sebagai “Suatu ilmu pengetahuan yang mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organism atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik”. 2. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam pembelajaran sibernetik harus ada umpan balik dari siswa kepada gurunya. Dengan adanya umpan balik tersebut, guru akan tahu apakah materi yang disampaikan kepada siswanya telah dipahami atau belum. Guru juga dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Selain siswa, guru juga harus memberikan feedback berupa nilai dari hasil belajar siswa tersebut. Selanjutnya “siswa akan mengintropeksi diri dan menentukan tindakan yang akan dilakukan apabila hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya” (Hamdani, 2011). Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya yang dikutip oleh M. Thobroni dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. 2) Menentukan materi pembelajaran. 3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran. 4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik). 5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya. 6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. 3. Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernetik Dalam teori sibernetik berorientasi pada pengolahan informasi, yakni “bagaimana cara orang mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling”. Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan


15 kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, beberapa pakar telah mengembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi yang berpijak pada tiga asumsi yakni: a) Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. b) Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya. c) Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas. Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta terjadinya “lupa”. 4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Sibernetik Kelebihan dari Teori Sibernetik 1) Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu. 2) Isi proses belajar adalah sistem inforamsi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum. 3) Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku, maupun seara kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kekurangan Teori Sibernetik Teori ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme ini kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.


16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada "ketidaknormalan" atau "sakit" seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan par pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Dan teori sibernetik ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organism atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik”. B. Saran Implementasi pendidikan IPS dalam pembelajaran IPS di sekolah, tidak seperti pembelajaran lainnya yang berjalan mulus, melainkan dalam implementasinya pendidikan IPS dihadapkan dengan berbagai rintangan yang harus dihadapi dan dilalui. Hambatan yang menghalangi implementasi pendidikan IPS dalam pembelajaran IPS sangat kompleks, mulai dari hambatan keahlian dan akademik dalam hal ini guru yang tidak berlatar belakang pendidikan IPS, fasilitas pendidikan, mutu buku pembelajaran IPS yang tidak banyak tersedia dan hambatan administrasi dan manajemen yang tidak mendukung. Kesemuanya itu juga menyebabkan kesalahpaham para calon guru IPS dan guru yang mengampu pembelajaran IPS terhadap pembelajaran IPS itu sendiri, dikarenakan tidak mengetahui hakikat dan tujuan dan jati diri pendidikan IPS itu sendiri.


17 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Muhammad, dkk. (2017). Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Proses Pembelajaran dan Penerapan IT di Era Modern. Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan. Baroroh Umi. (2019). Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Lisaluna, 9(1). Hilmi, Muhammad Zoher. (2017). Implementasi Pendidikan dalam Pembelajaran IPS di Sekolah. JIME, 3(2), 164-172. Safaruddin. (2016). Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan, 8(2), 119-135. Sulaiman, S., & S, N. (2021). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(3), 220-234. Surya, Bakti dan Halimatus Sakdiah. (2021). Pengaruh Penerapan Teori Belajar Sibernetik Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI di SMP Putra Jaya Stabat Kabupaten Langkat. Wahana Inovasi, 10(1), 86-110. Tambunan, Husna Parluhutan, dkk. (2021). “Pendidikan IPS SD". Medan: CV. Kencana Emas Sejahtera.


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.