Buku Siswa - Sejarah Indonesia Sem 2 SMA Kelas XI Flipbook PDF

Buku Siswa - Sejarah Indonesia Sem 2 SMA Kelas XI

72 downloads 103 Views 40MB Size

Story Transcript

Sejarah Indonesia Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh semua peserta didik jenjang SMA/SMK. Materi pelajaran Sejarah Indonesia ini sangat penting bagi peserta didik terutama untuk menumbuhkan kesadaran sejarah, membangun semangat kebangsaan, dan memupuk rasa nasionalisme bgi para pelajar. Buku Sejarah Indonesia kelas XI terdiri atas VI bab. Diawali bab I dengan uraian tentang Imperialisme dan Kolonialisme dengan beberapa yang menunjukkan keserakahan dan ketidakadilan penjajah. Timbulah perlawanan terhadap kekejaman kekuasaan kongsi dagang dan keserakahan kekuasaan kolonial (Bab II). Pada awal abad ke-20 dimulailah babak baru perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mendapatkan kemerdekaan yang ditandai dengan munculnya ruh kebangsaan Indonesia. Berkembanglah berbagai organisasi pergerakan nasional yang membedakan dengan strategi perjuangan sebelumnya. Kemudian terjadi suatu momentum penting yang merintis penguatan jati diri keindonesiaan yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda dan Manifesto Politik dari PI. Perjuangan pergerakan kebangsaan terus berlanjut disusul kemudian dimulainya kekuasaan Tirani Matahari Terbit sebagai representasi dari masa pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah berjuang dengan segala pahit getir, pengorbaban jiwa raga diiringi tetesan darah dan air mata, sampailah kepada saat yang berbahagia, bangsa ini memasuki pintu gerbang kemerdekaan Indonesia. Berbagai kelengkapan dan instrumen Negara diupayakan untuk mengisi perabot rumah tangga NKRI. Sayang si licik Belanda yang membonceng tentara Sekutu masih berambisi datang dan membuat ulah di negeri tercinta Indonesia. Babak revolusi mempertahankan NKRI harus dimulai sampai akhirnya si licik Belanda harus cabut pulang ke negerinya. Tegaklah panji-panji NKRI. Belajar Sejarah Indonesia pada periode dari perkembangan kolonialisme-imperialisme, pergerakan nasional sampai tegaknya kembali NKRI pada tahun 1950, banyak nilai-nilai yang dapat digali dan kemudian baik untuk kita amalkan. Misalnya semangat patriotisme, rela berkorban dan bela Negara, ulet dan kerja keras, semangat nasionalisme dan persatuan, toleransi dan kepedulian, kemerdekaan dan kemandirian. Sejarah Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 SMA/MA/ SMK/MAK KELAS Semester 2 XI ISBN: 978-602-427-122-0 (jilid lengkap) 978-602-000-000-0 (jilid 2) HET ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 Rp14.100 Rp14.700 Rp15.300 Rp16.500 Rp21.200 Sejarah Indonesia


Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. VIII, 232 hlm. : ilus. ; 25 cm. Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 ISBN 978-602-427-122-0 (jilid lengkap) ISBN 978-602-427-125-1 (jilid 2b) 1. Indonesia -- Sejarah -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 959.8 Penulis : Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih. Penelaah : Baha Uddin, Hariyono, Mumuh Muhsin Z, Mohammad Iskandar. Pereview : Abdul Rojak Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Cetakan ke-1, 2014 ISBN 978-602-282-110-6 (jilid 2b) Cetakan ke-2, 2017 (Edisi Revisi) Disusun dengan huruf Frutiger, 11 pt


Sejarah Indonesia iii KATA PENGANTAR Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Sejarah Indonesia adalah satu di antara mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua peserta didik. Sebagai pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua peserta didik, buku ini disusun dengan pendekatan regresif yang lebih populer. Dalam buku ini peserta didik diajak untuk melihat sejarah dalam kehidupan sehari-hari, melalui pengamatan terhadap kondisi sosial-budaya dan sejumlah tinggalantinggalan sejarah yang dapat diamati oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya. Dari pengamatan inilah peserta didik diajak untuk melihat fenomena yang ada di sekitarnya dengan menghubungkannya pada suatu peristiwa masa lalu. Dengan harapan peserta didik dapat berpikir plurikausal, yang melihat penyebab suatu peristiwa itu karena banyak hal, tidak mono-kausal terhadap suatu peristiwa yang saat ini sedang terjadi. Pembahasan dalam buku ini meliputi masa VOC hingga masa revolusi. Buku ini menyajikan contoh-contoh suatu peristiwa kekinian yang dapat dihubungkan dengan peristiwa masa lampau. Penyajian dalam buku ini merupakan usaha minimal yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik diajak untuk lebih berani mengeksplorasi sumber-sumber belajar lain yang dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan yang tersedia di sekitarnya. Untuk itulah perlu peranan guru dalam memotivasi dan meningkatkan keterlibatan peserta didik untuk berperan aktif dalam tugas belajar-mengajar. Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada penelaah buku Prof.Dr. Hariyono, Baha Uddin, M.Hum, Mumuh Muhsin Z, M.Hum, dan Dr. Mohammad Iskandar yang telah membantu memperkaya dan memberikan masukan-masukannya hingga buku ini sampai kepada para pembaca. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Drs. M.AP yang telah memberikan fasilitas dan dukungan hingga terselesaikannya buku ini.


iv Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Akhirnya kepada para pembaca kami terbuka untuk menerima masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan dunia pendidikan dan menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda. Jakarta, Penulis


Sejarah Indonesia v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................ iii DAFTAR ISI .... ....................................................................................... v BAB 5 Tirani Matahari Terbit ............................................................................. 1 A. Kedatangan Jepang ke Indonesia ........................................... ... 6 1. Masuknya Jepang ke Indonesia ..................................... 8 2. Sambutan Rakyat Indonesia .......................................... 11 3. Pembentukan Pemerintahan Militer ............................... 12 4. Pemerintahan Sipil ......................................................... 14 B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang ......................... 17 1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan ............ 19 2. Organisasi Semimiliter .................................................... 26 3. Organisasi Militer .......................................................... 33 C. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan ...................... 41 1. Ekonomi Perang .......................................................... 42 2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan ..... 47 3. Pengerahan Romusa ..................................................... 48 4. Perang Melawan Sang Tirani ........................................ 50


vi Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 D. Drama Akhir Sang Tirani ............................................................. 61 1. Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia .................... 62 2. Janji Kemerdekaan ........................................................ 66 3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ........... 69 BAB 6 Indonesia Merdeka ................................................................................ 73 A. Dari Rengasdengklok Sampai ke Pegangsaan Timur .................. 77 1. Jepang Bertekuk Lutut ................................................... 79 2. Peristiwa Rengasdengklok ............................................. 82 3. Perumusan Teks Proklamasi ........................................... 87 4. Proklamasi Berkumandang ............................................. 92 5. Dukungan dari Berbagai Lapisan .................................... 96 B. Terbentuknya Pemerintahan dan NKRI ........................................ 104 1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden, Wakil Presiden .............................................................. 105 2. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah .... 108 3. Pembentukan Badan-Badan Negara .............................. 109 4. Pembentukan Kabinet ................................................... 112 5. Pembentukan Berbagai Partai Politik .............................. 113 6. Lahirnya Tentara Nasional Indonesia .............................. 114 C. Proklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ............... 124 1. Peran Sang Proklamator ................................................... 126 2. Peran para Tokoh Sekitar Proklamasi ............................... 128


Sejarah Indonesia vii BAB 7 Revolusi Menegakkan Panji-Panji NKRI ................................................ 137 A. Tantangan Awal Kemerdekaan .................................................. 141 1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka .................................. 142 2. Kedatangan Sekutu dan Belanda .................................. 144 3. Merdeka atau Mati ........................................................ 147 B. Antara Perang dan Diplomasi ................................................. 169 1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati ..................................... 170 2. Agresi Militer I ............................................................... 179 3. Peran Komisi Tiga Negara .............................................. 182 4. Perjanjian Renville .......................................................... 182 5. Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negara ....... 185 6. Peran PDRI: Penjaga Eksistensi RI ................................. 188 7. Tetap Memimpin Gerilya ............................................... 190 8. Serangan Umum 1 Maret 1949 ...................................... 191 9. Persetujuan Roem-Royen ............................................. 193 10. Yogya Kembali ........................................................... 194 11. Konferensi Inter Indonesia .............................................. 197 12. Konferensi Meja Bundar .............................................. 198 13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat ..................... 200 14. Pengakuan Kedaulatan ............................................... 202 15. Kembali ke Negara Kesatuan ......................................... 203


viii Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 C. Nilai-Nilai Kejuangan Masa Revolusi ........................................... 207 1. Persatuan dan Kesatuan ............................................... 208 2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih ................................. 209 3. Cinta pada Tanah Air .................................................... 209 4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai ..................... 209 LATIH UJI SEMESTER ............................................................................ 214 GLOSARIUM ................................................................................. 217 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 222 Profil Penulis ....................................................................................... 225 Profil Penelaah .................................................................................... 227 Profil Editor ......................................................................................... 232


Sejarah Indonesia 1 BAB 5 Tirani Matahari Terbit Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia Amrin Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda” dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012 Kamu tentu mengenal macam-macam merek kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Apa yang kamu bayangkan jika mendengar merek itu disebut? Dari mana mayoritas asal produk-produk tersebut? Ya, tentu kamu tidak asing dengan negara asal produk-produk tersebut, yakni Jepang, atau terkenal dengan nama Negeri Matahari Terbit. Produk-produk itu cukup menguasai pasar kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan penjualan produk sepeda motor merek tertentu mengalami peningkatan jumlah penjualan yang signifikan setiap tahunnya. Gambaran fakta ini menunjukkan secara ekonomis begitu besar pengaruh dan dominasi Jepang di Indonesia. Dominasi produk-produk Jepang di Indonesia sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak Orde Baru. Bahkan pernah mendapat protes dari para mahasiswa tahun 1974, sehingga memunculkan peristiwa “Malari”. Apa kamu tahu istilah “Malari”? cari jawabnya!


2 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Berbicara mengenai dominasi ekonomi Jepang di Indonesia, sebenarnya secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita diduduki Jepang tahun 1942 - 1945. Secara ekonomis kekayaan negeri kita dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini. Kamu bisa menunjukkan beberapa peninggalan penjajahan Jepang yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan? Contoh peninggalan zaman penjajahan Jepang yang masih bisa disaksikan antara lain Gua Jepang. Pernahkah kamu mendengar cerita atau bahkan mengunjungi dan melihat Gua Jepang? Ya, Gua Jepang atau sering juga disebut dengan Lubang Jepang, di beberapa daerah di Indonesia hampir dapat dijumpai gua peninggalan masa pendudukan Jepang itu. Misalnya, di Bukittinggi, Sulawesi Utara, Papua, Bali, dan tempat-tempat lain. Di Bukittinggi, Gua Jepang saat ini digunakan sebagai tempat wisata sejarah. Sumber: Kemdikbud, 2014. Gambar 5.1 Gua Jepang di Bukittinggi.


Sejarah Indonesia 3 Pada masa pendudukan Jepang, Gua Jepang digunakan sebagai benteng perlindungan tentara Jepang dari serangan musuh. Gua itu dibangun dengan mengerahkan tenaga kerja murah, yang kemudian dikenal dengan istilah kerja paksa, atau Romusa. Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung relatif singkat, tetapi memberi dampak yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Propaganda Jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia. Kendati sempat dirusak oleh pemerintah Jepang yang represif, terutama dengan adanya program romusa, dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik secara terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah” (Taufik Abdullah dan A.B. Lapian, (ed) 2012). Nah, bagaimana kisah pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun di Indonesia? Pada uraian berikut akan dibahas mengenai kedatangan Jepang, perkembangan organisasi pergerakan, dan reaksi rakyat Indonesia terhadap kekejaman Jepang. Uraian tersebut akan dibahas melalui bab “Tirani Matahari Terbit”. Istilah ‘tirani’ digunakan untuk menggambarkan tindakan otoriter dan kekejaman Jepang, sedangkan istilah ‘matahari terbit’ digunakan untuk penamaan bagi tentara Jepang. Sebab, posisi negara Jepang jika dilihat dari Indonesia, terletak di arah timur atau sama dengan arah saat matahari terbit, sehingga Negara Jepang disebut Negara Matahari Terbit.


4 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Tirani Matahari Terbit Kedatangan Bala Tentara Jepang sebagai Saudara Tua Perkembangan Pemerintah Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang Pengerahan dan Penindasan versus Perlawanan Ambisi Imperialisme Jepang PD II Kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya Kebijakan ekonomi perang, pengerahan romusha, dan penderitaan rakyat PETA KONSEP


Sejarah Indonesia 5 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat: 1. Menganalisis kedatangan Jepang ke Indonesia. 2. Mengevaluasi perkembangan organisasi pergerakan di Indonesia. 3. Menganalisis gerakan perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang. 4. Menghargai dan meneladani semangat juang para tokoh dalam melawan Jepang. 5. Menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas kekuatan yang diberikan kepada rakyat Indonesia yang masih bertahan untuk melawan setiap pendudukan dan kekejaman bangsa asing. ARTI PENTING Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting karena di samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja keras dari para pejuang, pengorbanan, dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia.


6 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 A. Kedatangan Jepang ke Indonesia Mengamati Lingkungan Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012. Gambar 5.2 Pengeboman Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbour oleh tentara Jepang Sumber: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, 2011. Gambar 5.3 Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia


Sejarah Indonesia 7 » Coba perhatikan baik-baik gambar 5.2 dan 5.3 di halaman sebelumnya. 1. Coba ajukan beberapa pertanyaan, terkait dengan gambargambar tersebut di atas! 2. Gambar tersebut terkait dengan peristiwa apa? 3. Mengapa peristiwa itu terjadi? 4. Apa dampak dari peristiwa itu? 5. Mengapa keadaan itu terjadi? Gambar 5.2 terkait dengan peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang menunjukkan kemenangan Jepang terhadap Sekutu pada PD II dalam peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu telah membuka jalan bagi Jepang untuk memasuki negara di Asia, termasuk Indonesia. Sementara gambar 5.3 berkaitan dengan gambaran mengenai cara tentara Jepang memasuki kotakota penting di Indonesia. Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua”, sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia”. Nah, sejarah baru yang bagaimana? Sebelum memahami sejarah baru yang dimaksud kamu perlu memahami terlebih dulu mengenai bagaimana tentara Jepang itu datang dan kemudian menguasai Indonesia. Ikutilah uraian penjelasan tersebut melalui subbab “Kedatangan Saudara Tua”.


8 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Memahami Teks 1. Masuknya Jepang ke Indonesia Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember 1941, serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Serangan-serangan itu seolah-olah tak dapat dibendung oleh Amerika Serikat. Pasukan Jepang berhasil menghancurkan basis-basis militer Amerika seperti di Filipina. Kemudian serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi, timah, dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik. Perlu dipahami bahwa pada saat Jepang ini memasuki Indonesia sudah membawa kultur dan ideologi fasisme. Jepang sudah menjadi negara fasis. Fasis—fasisme adalah paham atau ideologi. Fasisme dapat dimaknai sebagai sistem (sistem pemerintahan), di mana semua kekuasaan berada pada satu tangan seorang yang diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan kehidupan berbangsa menjadi sangat nasionalistik (chauvinistik), elitis, dan rasialis. Penataan kehidupan sosial dan ekonomi sangat ketat, sentralistik dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di bawah pemimpin yang diktator. Fasisme ini mula pertama berkembang di Italia pada tahun 1922 dengan tokohnya Benito Mussolini. Kemudian pada tahun 1933 berkembang di Jerman, yang selanjutnya berkembang juga di Jepang. Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942). Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.


Sejarah Indonesia 9 Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri atas Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang. Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat sebagai Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu, Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah mengungsi ke Bandung. Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga oleh Belanda jika ternyata digunakan pendaratan tentara Jepang. Sementara itu Jepang tidak menyerang Jakarta, karena pada saat itu Jakarta disiapkan oleh Belanda sebagai kota terbuka. Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu kompi Kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion pasukan bantuan Indonesia dan satu batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap daerah hampir tanpa perlawanan. Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada Jepang


10 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun, Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di bawah pimpinan H.J. Van Mook. » Coba perhatikan secara cermat kedatangan Jepang atau yang dikenal dengan “Saudara Tua” ke Indonesia yang begitu cepat dan merata di berbagai daerah di Indonesia. Tampaknya tentara Jepang itu sudah paham tentang Indonesia. Coba lakukan pelacakan kirakira apa yang telah diperbuat Jepang sebelum tentara Jepang itu datang ke Indonesia! Menyimak dari gerakan tentara Jepang untuk menguasai Indonesia berlangsung begitu cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya dengan perkembangan sebelumnya. Sejak Jepang atau Negeri Sakura atau Negeri Matahari Terbit berkembang menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan Jepang untuk menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Jepang dengan slogan Hakko Ichiu yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu adalah doktrin untuk menguasai dunia dan satu-satunya kekaisaran. Doktrin Hakko Ichiu ini kemudian dimodifikasi sebagai alat propaganda dan alat politik untuk mencapai tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh ajaran Shintoisme yang menerima dan memadukan semua tradisi termasuk kehidupan spiritual yang masuk ke Jepang, tanpa menghilangkah tradisi aslinya. Hakko ichiu telah menjadi slogan dan ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. AjaranHakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk merealisasikan keinginannya itu, maka sebelum gerakan tentara Jepang itu datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim para spionase untuk datang ke Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.


Sejarah Indonesia 11 2. Sambutan Rakyat Indonesia Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya. Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propagandapropaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya. Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya. » Tahukah kamu tentang isi Ramalan Jayabaya? Coba cari tahu jawabannya! Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”. » Coba apa isi semboyan Tiga A itu? Apa kira-kira tujuan Jepang membentuk perkumpulan itu? Siapa yang dijadikan ketua Gerakan Tiga A itu?


12 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 3. Pembentukan Pemerintahan Militer Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer. a. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi. b. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai). c. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar. Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut. a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang. c. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang. Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut. a. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura.


Sejarah Indonesia 13 b. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut. 1) Somobu (Departemen Dalam Negeri) 2) Zaimubu (Departemen Keuangan) 3) Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau urusan Perekonomian 4) Kotsubu (Departemen Lalu Lintas) 5) Shihobu (Departemen Kehakiman) c. Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi: 1) Jawa Barat : pusatnya di Bandung. 2) Jawa Tengah : pusatnya di Semarang. 3) Jawa Timur : pusatnya di Surabaya. Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo. » Apa kira-kira tujuan Jepang membentuk Kempetai? Siapa yang dijadikan pimpinan Kempetai pada waktu itu? Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan menggunakan bahasa Jepang.


14 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 4. Pemerintahan Sipil Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. » Coba lakukan identifikasi di mana saja letak ke-17 daerah shu tersebut! Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico. Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah Jepang. » Coba lakukan diskusi dengan anggota kelompok, alasan Jepang membentuk pemerintahan militer yang dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Kemudian, mengapa daerah itu dibagi-bagi sampai tingkat desa?


Sejarah Indonesia 15 KESIMPULAN 1. Setelah berhasil melakukan pengeboman Pearl Harbour tahun 1941, gerakan Jepang menuju Asia, termasuk ke Indonesia tidak bisa terbendung. 2. Jepang berhasil menguasai Kepulauan Indonesia dengan cepat dan merata. 3. Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia karena dipandang sebagai kekuatan pembebas. 4. Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer yang diperkuat dengan pemerintahan sipil.


16 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 LATIH UJI KOMPETENSI 1. Jelaskan mengapa kedatangan Jepang ke Indonesia itu berjalan cepat dan merata ke berbagai wilayah Indonesia! 2. Mengapa pada mulanya rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang? 3. Mengapa Jepang membentuk pemerintahan militer di tiga kawasan: Sumatra, Jawa-Madura, dan kawasan Indonesia Timur? 4. Mengapa pemerintah pendudukan Jepang akhirnya hanya boleh memperdengarkan lagu kebangsaan Kimigayo, sedangkan lagu Indonesia Raya mulai dilarang? 5. Pelajaran apa yang kamu peroleh setelah mempelajari sejarah kedatangan dan awal pemerintahan Jepang di Indonesia? Tugas Buatlah peta jalur gerakan masuknya tentara Jepang dari Asia Tenggara kemudian memasuki Kepulauan Indonesia! Kamu dapat mempelajari bukubuku sejarah yang ada di perpustakaan sekolah.


Sejarah Indonesia 17 B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang » Coba amati baik-baik gambar di atas! Gambar tersebut adalah gambar Empat Serangkai, yakni Sukarno, Ki Hajar Dewantoro, Moh. Hatta, dan K.H. Mas Mansyur. Mereka adalah tokoh dalam organisasi Putera. Apa yang dimaksud dengan organisasi Putera? Putera adalah salah satu organisasi yang dibentuk pada zaman pendudukan Jepang. Banyak organisasi yang dibentuk pada zaman Jepang. Sama seperti organisasiorganisasi pada umumnya, yaitu organisasi yang bersifat semimiliter dan militer. Zaman Belanda tidak ada organisasi pergerakan yang bersifat semi militer. Berikut ini akan dipaparkan tentang perkembangan organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang. Mengamati Lingkungan Sumber: Album Pahlawan Bangsa, 2004. Gambar 5.4 Tokoh Empat Serangkai.


18 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Ada satu perkembangan yang berbeda apabila kita memahami perkembangan organisasi pergerakan antara zaman kolonial Belanda dengan era pendudukan Jepang. Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia, tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga tampak berhubungan dengan perkembangan pandangan sikap para tokoh Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang. Banyak di antara para tokoh Indonesia yang mencoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang untuk melanjutkan perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang. Sebagai contoh, pada masa pendudukan Jepang Sukarno bersedia bekerja sama dengan Jepang. Faktor penyebabnya adalah kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Sehingga Sukarno merupakan salah seorang tokoh pergerakan kebangsaan yang terkesan pada kehebatan Jepang, dan percaya bahwa Jepang akan memenangkan perang. Sementara, Moh. Hatta dan Syahrir yang dikenal antifasisme, semestinya menentang Jepang. Namun, keduanya menyusun strategi yang saling melengkapi. Moh. Hatta mengambil sikap kooperatif dengan Jepang, sementara Syahrir akan menyusun “gerakan bawah tanah” (gerakan rahasia). Syahrir bergerak di “bawah tanah” dan mendapat dukungan dari tokohtokoh lain, seperti Cipto Mangunkusumo dan mantan anggota PNI Baru, Amir Syarifudin. Amir Syarifudin dikenal sebagai sosok yang bersikap anti-Jepang. Bahkan Amir Syarifudin dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun gerakan perlawanan terhadap Jepang. Untuk ini Amir Syarifudin telah menerima sejumlah uang dari seorang pejabat Belanda (Van der Plas), sebagai imbalan. Amir Syarifudin sebagai anggota PKI terikat dengan kebijakan Commintern yang menjalankan doktrin Dimitrov yakni bekerja sama dengan kapitalis untuk menghambat Fasisme karena itu Amir mau bekerja sama dengan Belanda (Kapitalis). Memahami Teks


Sejarah Indonesia 19 Sedangkan terhadap umat Islam, Jepang berusaha sekuat tenaga untuk mendekatinya. Sebab, umat Islam dinilai secara mayoritas anti peradaban Barat, sehingga diharapkan menjadi kekuatan besar dan mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu. Sukarno dan Moh. Hatta bergabung dalam mengambil sikap kooperatif dengan Jepang. Langkah tersebut diambil semata-mata demi tujuan yang lebih penting, yakni kemerdekaan. Bahkan kedua tokoh ini juga mengusulkan agar segera dibentuk organisasi politik, karena setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua organisasi politik yang pernah berkembang di zaman Hindia Belanda dibubarkan. » Organisasi-organisasi pada zaman pendudukan Jepang ada yang bersifat kemasyarakatan dan ada pula organisasi yang bersifat militer atau semimiliter. Organisasi atau perkumpulan apa saja yang berkembang di zaman pendudukan Jepang itu? 1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan a. Gerakan Tiga A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh. Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”. Subseksi Islam dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso.


20 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya? b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera) “Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh Jepang. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan nasional untuk meningkatkan kerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak mendapat sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan organisasi itu. Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini terjadi karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti telah disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan bakero (bodoh). Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti yang mereka janjikan. Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai memojokkan Jepang. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang. Pada tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta. Pemimpin Indonesia seperti Sukarno , Hatta, K.H. Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantara, Sutardjo Kartohadikusumo, Abikusno Cokrosuyoso, dan Prof. Dr. Supomo, ikut dalam komisi untuk menyelidiki adat istiadat Indonesia.


Sejarah Indonesia 21 Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh nasionalis. Jepang ingin membentuk organisasi massa yang dapat bekerja untuk menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk tanggal 16 April 1943. Mereka kemudian disebut sebagai empat serangkai. Sebagai ketua panitia adalah Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi. Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat dan pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal sebagai Empat Serangkai. Kemudian pimpinan daerah dibagi, sesuai dengan tingkat daerah, yakni tingkat syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984. Gambar 5.5 Pimpinan Putera: Empat Serangkai.


22 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Pada awal berdirinya Putera, cepat mendapatkan sambutan dari organisasi massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia; Perkumpulan Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio; serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso. Dari kalangan pemuda terdapat sambutan dari organisasi Barisan Banteng dan dari kelompok pelajar terdapat sambutan dari organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia. Mereka semua bergabung ke dalam Putera. Putera pun berkembang dan bertambah kuat. Sekalipun di tingkat daerah tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena itu, Putera telah dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membantu Jepang. Ternyata sikap dan tindakan para pemimpin nasionalis ini tercium juga oleh penguasa Jepang, maka pada tahun 1944 Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. Melalui badan propaganda Jepang ini Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus pula membuat nasionalisme Indonesia semakin kuat. c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi) Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan segera dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang. Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan


Sejarah Indonesia 23 umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah”. Dengan demikian, pada masa pendudukan Jepang, MIAI berkembang baik. Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta. Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut. 1) Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia. 2) Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman. 3) Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat sosio-religius. Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui rencana sebagai berikut: 1) pembangunan masjid Agung di Jakarta, 2) mendirikan universitas, dan 3) membentuk baitulmal. Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya program yang ketiga. » Coba perhatikan! Mengapa Jepang tidak memberi “restu” MIAI membangun masjid agung dan universitas? Coba cari jawabnya! MIAI terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”. Keberhasilan program baitulmal, semakin memperluas jangkauan perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut sematamata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah, bukan untuk membantu Jepang.


24 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi yang tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat dalam organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab. Masyumi sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama. Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Dalam perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi antara lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito. Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak romusa. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat. Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara seikerei (sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai 90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh yang tidak mau melakukan seikerei, yakni Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka). Akibatnya, muncul ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orangorang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan seikerei.


Sejarah Indonesia 25 d. Jawa Hokokai Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal: 1) mengorbankan diri, 2) mempertebal persaudaraan, dan 3) melaksanakan suatu tindakan dengan bukti. Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh Syucokan/Shucokan dan seterusnya sampai daerah ku (desa) oleh Kuco (kepala desa/lurah), bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico. Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai tingkat rukun tetangga (Gumi atau Tonarigumi). Tonarigumi dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10-20 keluarga. Para kepala desa dan kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masing-masing. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut: 1) melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang 2) memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, dan 3) memperkokoh pembelaan tanah air Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas bermacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang profesinya. Misalnya Kyoiku Hokokai (kebaktian para pendidik guru-guru) dan Isi Hokokai (wadah kebaktian para dokter). Jawa Hokokai juga mempunyai anggota istimewa, seperti Fujinkai (organisasi wanita), dan Keimin Bunka


26 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Shidosho (Pusat Kebudayaan). Di dalam membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang di tentukan. Organisasi Jawa Hokokai ini tidak berkembang di luar Jawa, sehingga Golongan nasionalis di luar Jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di luar Jawa seperti di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang besar dan memusat, kalau ada hanya lokal di tingkat daerah saja. Dengan demikian, organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang diinginkan Jepang. 2. Organisasi Semimiliter Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengembangkan organisasi militer. Namun, untuk memperkuat pemerintahannya Jepang juga mengembangkan organisasi-organisasi semimiliter dan pengerahan para pemuda yang kuat fisiknya. a. Pengerahan Tenaga Pemuda Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah perdesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Mereka secara fisik cukup kuat, semangat, dan pemberani. Oleh karena itu, perlu dikerahkan untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Dengan“Gerakan Tiga A” serta semboyan “Jepang, Indonesia sama saja, Jepang saudara tua”, tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif.


Sejarah Indonesia 27 Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter, Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin, memiliki semangat juang tinggi (seishin) dan berjiwa ksatria (bushido) yang tinggi. Sesuai dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekankan kepada para pemuda adalah seishin (semangat) dan bushido (jiwa satria). Selain itu, juga dikembangkan jiwa disiplin dan menghilangkan rasa rendah diri. Salah satu cara untuk menanamkan nilat-nilai tersebut kepada kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Pendidikan umum, seperti sekolah rakyat (sekolah dasar) dan sekolah menengah. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihanlatihan yang diadakan oleh Jepang. Latihan-latihan yang diadakan Jepang, antara lain BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya). Wadah ini digunakan untuk menanamkan semangat Jepang. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta. Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda, yang anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini sifatnya lokal dan disesuaikan dengan situasi daerah masing-masing. Barisan Pemuda Asia Raya tingkat pusat diresmikan pada tanggal 11 Juni 1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Sebenarnya, BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Semua pemuda boleh masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latihan tersebut ditekankan pentingnya semangat dan keyakinan, mengingat mereka akan menjadi pimpinan para pemuda. Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan Tiga A, yang diprakarsai oleh H. Shimuzu dan Wakabayashi. Di dalam San A Seinen Kutensho latihan diadakan selama satu setengah bulan. Latihan-latihannya bersifat khusus, yakni ditujukan kepada para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya kepanduan. Di samping latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan praktis seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu, pemuda juga diajari bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah dilatih sebanyak 250 orang. Meskipun telah dibentuk San A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia” (Perkindo) yang diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah


28 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012. Gambar 5.6 Latihan Seinendan. yang cukup baik untuk membina kader yang penuh semangat dan disiplin. Perkumpulan ini pernah dikunjungi oleh Gunseikan dan tokoh Empat Serangkai dari Putera. b. Organisasi Seinendan Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi Seinendan. Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang. Pengkoordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco sendiri dan seterusnya. Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan


Sejarah Indonesia 29 bagian putri yang disebut Josyi Seinendan. Sampai pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai sekitar 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat. c. Keibodan Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya, para anggota Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh Bagian Kepolisian (Keisatsubu). Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai. Sumber: PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-1945, 1996. Gambar 5.7 Chudancho Latief Hendraningrat sedang memberikan pelajaran.


30 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan maka Jepang mengadakan program latihan khusus untuk para kader. Latihan khusus tersebut diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh kaum nasionalis. Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konan Kokokudan. Jumlah anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan mencapai sekitar satu juta anggota. Selain Seinendan dan Keibodan, pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk Fujinkai (Perkumpulan Wanita). Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus. Ketika situasi perang semakin memanas, Fujinkai ini juga diberi latihan militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid sekolah dasar), kemudian dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah lanjutan). d. Barisan Pelopor Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu maka pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia.Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.


Sejarah Indonesia 31 Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya menggunakan peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing. Di samping itu, mereka juga dilatih bagaimana menggerakkan massa, memperkuat pertahanan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Keanggotaan dari Barisan Pelopor ini mencakup seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah, atau bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang heterogen ini justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang tinggi, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang tinggi. Barisan Pelopor ini berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Anggotanya mencapai 60.000 orang. Di dalam Barisan Pelopor ini, dibentuk Barisan Pelopor Istimewa yang anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor Istimewa berjumlah 100 orang, di antaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Barisan Pelopor Istimewa berada di bawah kepemimpinan para nasionalis. Oleh karena itu, organisasi Barisan Pelopor ini berkembang pesat. Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar. e. Hizbullah Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang mulai merasakan berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan khusus dan pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang. Rencana Jepang untuk membentuk pasukan khusus Islam tersebut, cepat tersebar di tengah masyarakat. Rencana ini segera mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda. Begitu pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut dengan penuh antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk


32 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan hal itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti. Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut: 1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas: a) melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya, b) membantu tentara Dai Nippon, c) menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan d) menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang. 2) Sebagai pemuda Islam, dengan tugas: a) menyiarkan agama Islam, b) memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan c) membela agama dan umat Islam Indonesia. Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto. Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap pertama pendaftaran melalui Syumubu (kantor Agama). Setiap keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H. Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi kader dan pemimpin barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para pemuda dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan perwira Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro (pemeluk Islam, yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik).


Sejarah Indonesia 33 Latihan dilakukan di Cibarusa selama tiga setengah bulan. Program latihannya di samping keterampilan fisik kemiliteran, juga dalam bidang mental rohaniah. Keterampilan fisik kemiliteran dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil (bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang politik), dan Kiai Tohir Basuki (bidang sejarah). Sementara itu, sebagai ketua asrama adalah K.H. Zainul Arifin. Latihan di Cibarusa berhasil membina kader-kader pejuang yang militan. Pelatihan itu juga menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya. Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah air Indonesia maka harus dipertahankan. Apabila Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah akan mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada hakikatnya bukan karena untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di bawah naungan Masyumi. » Mengapa Jepang memilih untuk membentuk pasukan cadangan yang begitu besar dari umat Islam? Apa alasannya? Coba lakukan telaah tentang hal itu! 3. Organisasi Militer a. Heiho Heiho (Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain: 1) umur 18-25 tahun 2) berbadan sehat 3) berkelakuan baik, dan 4) berpendidikan minimal sekolah dasar.


34 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh, banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Amerika Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke Birma. Organisasi Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer dibanding dengan organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan ke kesatuan Heiho menurut daerahnya, di Jawa menjadi bagian Tentara ke16 dan di Sumatera menjadi bagian Tentara ke-25. Selain itu, juga sudah terbagai menjadi Heiho bagian angkatan darat, angkatan laut, dan juga bagian Kempeitei (kepolisian). Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas, misalnya bagian pemegang senjata antipesawat, tank, artileri, dan pengemudi. Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000 berasal dari Jawa. Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang pun yang berpangkat perwira, karena pangkat perwira hanya untuk orang Jepang. Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012. Gambar 5.8 Latihan militer dalam Heiho.


Sejarah Indonesia 35 b. Peta Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang makin meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga di samping Heiho, Jepang juga membentuk organisasi Peta. Peta adalah organisasi militer yang pemimpinnya bangsa Indonesia yang mendapatkan latihan kemiliteran. Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan sebelum ada perintah pembentukan Peta, bagian Tokuhetsu Han sudah melatih para pemuda Indonesia untuk tugas intelijen. Latihan tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa. Latihan Peta itu kemudian berkembang secara sistematis dan terprogram. Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo (Panti Latihan Pemuda) yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari seluruh Jawa. Pada akhir latihan angkatan ke-2 di Seinen Dojo, keluar perintah dari Panglima tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara “Pembela Tanah Air”(Peta). Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo diminta untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara Pembela Tanah Air. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44. Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda. Banyak di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal dari berbagai golongan di dalam masyarakat.


36 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Peta sudah mengenal adanya jenjang kepangkatan dalam organisasi, misalnya daidanco (komandan batalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Pada umumnya, para perwira yang menjadi komandan batalion atau daidanco dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin agama, politikus, dan penegak hukum. Untuk cudanco dipilih dari mereka yang sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru sekolah. Shodanco dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan. Adapun budanco dan giyuhei dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar. Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang diberi nama Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyoikutai). Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka ditempatkan di berbagai daidan (batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali. Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012. Gambar 5.9 Seleksi penerimaan calon tentara Peta.


Sejarah Indonesia 37 pada struktur organisasi tentara Jepang. Hal ini memang berbeda dengan Heiho. Peta dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya, Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di struktur organisasi militer Jepang, Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas atau fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Oleh karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang, anggota Peta ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatra. Di Sumatra namanya lebih terkenal dengan Giyugun (prajurit-prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan di bidang ketentaraan di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman. Memahami uraian tentang pendudukan Jepang seperti diterangkan di depan, menunjukkan bahwa Jepang sebenarnya memerintah dengan otoriter, bersifat tirani. Semua organisasi yang dibentuk diarahkan untuk kepentingan perang. Oleh karena itu, program pendidikan bersifat militer.


38 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 KESIMPULAN 1. Organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang berdiri karena prakarsa Jepang. 2. Ada organisasi yang kooperatif, tetapi ada gerakan bawah tanah. 3. Organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan misalnya Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai. 4. Organisasi bersifat militer dan semimiliter antara lain: Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, Heiho, dan Peta. 5. Sifat pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia cenderung otoriter dan bersifat tirani. 6. Meskipun zaman pendudukan Jepang disebut sebagai zaman edan oleh orang-orang Jawa (lihat Ben Anderson, Java in a Time at Revolution, bab I), namun mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi pertumbuhan nasionalisme Indonesia, khususnya dalam penyebarluasan bahasa Indonesia. Selain itu, peran pemuda makin meningkat serta keyakinan bahwa bangsa Indonesia pun bisa maju seperti Jepang jika mau belajar.


Sejarah Indonesia 39 1. Bagaimana penilaianmu tentang organisasi pergerakan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang? Terdapat dua model strategi, ada yang bersifat kooperatif dengan Jepang, tetapi ada nonkooperatif atau gerakan bawah tanah. Jelaskan secara kritis! 2. Dalam pelaksanaan pemerintahan, wilayah Indonesia dibagi-bagi dari tingkat karesidenan sampai desa. Mengapa dan apa alasan Jepang? 3. Bagaimana penilaianmu berhasilkah taktik Jepang untuk menguasai Indonesia dengan berbagai propaganda, “Jepang saudara tua”, PanAsia dengan “Gerakan Tiga A”? 4. Mengapa Jepang begitu semangat untuk membentuk organisasiorganisasi militer dan semimiliter di Indonesia? 5. Bagaimana sifat pendudukan Jepang di Indonesia? 6. Bagaimana pandangan dan penilaianmu tentang sikap tokoh-tokoh Indonesia yang mau duduk sebagai pengurus dan anggota dari berbagai organisasi pergerakan yang dibentuk Jepang? Apakah luntur semangat nasionalismenya? Jelaskan! LATIH UJI KOMPETENSI


40 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Tugas Buatlah karya tulis tentang kisah sejarah dengan Tema: Jepang “Saudara Tua”. 1. Kamu dapat mencari koran, majalah, atau buku-buku yang mendukung untuk membuat karya tulis tersebut. 2. Dapat juga kamu mencari seorang narasumber, yang mengalami hidup pada masa pendudukan Jepang di daerah sekitar tempat tinggalmu untuk diwawancarai. 3. Sebelum melakukan wawancara: a. Buatlah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan! b. Bawalah buku catatan atau alat perekam untuk merekam informasi saat berlangsungnya wawancara! c. Jangan lupa membawa kamera untuk melakukan pendokumentasian yang sekiranya kamu anggap penting! d. Setelah wawancara, buatlah transkrip hasil wawancaramu! e. Kemudian, buatlah laporan dalam bentuk esai sekitar 10 halaman!


Sejarah Indonesia 41 C. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan » Coba amati baik-baik gambar atau ilustrasi di atas! 1. Gambar apakah kira-kira? 2. Mengapa peristiwa seperti pada gambar itu terjadi? 3. Ya, gambar di atas menunjukkan sebuah fakta tentang romusa yang harus bekerja rodi di bawah kekejaman Jepang. Bagaimana penilaianmu tentang kenyataan itu bila kita lihat dari hakikat dan martabat sebagai manusia Indonesia? Di balik senyum manis dan propaganda yang menjanjikan, ternyata Jepang bertindak kejam. Jepang telah mengerahkan semua potensi dan kekuatan yang ada untuk menopang perang yang sedang mereka hadapi untuk melawan Sekutu. Jepang juga menguras aset kekayaan yang dimiliki Indonesia untuk memenangkan perang dan melanjutkan industri di negerinya. Mengamati Lingkungan Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012. Gambar 5.10 Pengerahan romusa yang sedang bekerja.


42 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakankebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika kemudian muncul berbagai perlawanan. 1. Ekonomi Perang Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya. Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda. Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam bidang ekonomi yang sering disebut self help. Hasil perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia. Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda tidak lagi populer. Memahami Teks


Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.