MODUL PRAK OPT Bagian Hama 2021 Flipbook PDF

MODUL PRAK OPT Bagian Hama 2021

15 downloads 111 Views 3MB Size

Recommend Stories

Story Transcript

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)

TOPIK IDENTIFIKASI HAMA BERDASARKAN MORFOLOGI DAN GEJALA SERANGAN

Penyusun TIM TEACHING OPT BAGIAN HAMA TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021

PRAKTIKUM 1 DAN 2 IDENTIFIKASI HAMA BERDASARKAN MORFOLOGI DAN GEJALA SERANGAN MATERI 1 : MORFOLOGI Istilah Taksonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. Jadi, secara umum taksonomi berarti penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar. Identifikasi dan deskripsi tentang contoh suatu organisme yang diamati atau diselidiki seperti ekologinya, cara adaptasi, distribusi dan macam tanaman inangnya termasuk dalam kegiatan seorang taksonom. Taksonomi sebagian besar didasarkan atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang sama, proses ini yang disebut klasifikasi. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mempermudah dalam pemberian nama dengan demikian akhirnya cepat dapat dipahami dan diketahui jenisnya. Berikut ini beberapa pengelompokkanserangga berdasarkan level ordo. 1. Ordo Odonata (damselflies and dragonflies)

(Capung jarum)

(Capung biasa)

Karakter marfologi (umum): Berukuran sedang sampai besar, abdomen ramping, predator; Sayap depan dan belakang sama besar (Zygoptera), atau sayap belakang lebih lebar dari sayap depan (Anisoptera); Kepala dapat bergerak bebas; Mata faset besar jauh terpisah (Zygoptera), atau

berdekatan (Anisoptera); Alat mulut menggigit mengunyah, antena pendek setaseus. (Naiad Zygoptera) (Naiad Anisoptera) Naiad akuatik bernafas dengan insang trachea; Alat mulut naiad bag. labium termodifikasi untuk menangkap mangsa; Insang trakhea pada ujung abdomen berupa embelan(Zygoptera), atau di dalam tubuh pada pada rektum (Anisoptera).

2. Ordo Orthoptera (grasshoper, locusts, katydids, crickets)

(Famili Gryllacrididae)

(Famili Tettigoniidae)

(Famili Gryllotalpidae)

Karakter morfologi (umum): Serangga mandibulata, eksopterygota; Tungkai belakang biasanya saltatorial; Pronotum melebar ke samping; Sayap depan tegmina, sayap belakang membrane; Banyak yang bersuara dengan cara stridulasi. ➢ Famili Gryllacrididae (belalang jengkerik) Belalang yang mirip dengan jengkerik; Bersayap atau tidak bersayap; Tidak mempunyai timpana; Suara dari gesekan antara abdomen dan tungkai belakang. ➢ Famili Tettigoniidae (belalang pedang) Ovipositor panjang berbentuk seperti pedang; Antena panjang; Suara dari pergesekan sayapdan femur tungkai belakang; Timpanum pada tibia tungkai depan; aktif malam hari ➢ Famili Gryllidae (jangkrik) Aktif malam hari; Timpana terletak pada tibia tungkai depan; Suara dihasilkan dari stridulasi (gesekan sayap depan pada serangga jantan). ➢ Famili Gryllotalpidae (orong-orong) Serangga biasa menggali tanah; Tungkai depan termodifikasi untuk menggali (fusorial); Timpana terdapat pada tibia tungkai depan. ➢ Famili Tettigoniidae (belalang pedang) Ovipositor panjang berbentuk seperti pedang; Antena panjang, aktif malam hari; Suara daripergesekan sayap dan femur tungkai belakang; Timpanum pada tibia tungkai depan ➢ Famili Acrididae (belalang biasa) Diurnal (aktif siang hari); Mata majemuk besar; Timpana (alat pendengar) pada ruas pertama abdomen; Suara dihasilkan dengan pergesekan (stridulasi). Gesekan sayap depanpada waktu terbang, Gesekan sayap depan dengan femur tungkai belakang. ➢ Famili Tetrigidae Ukuran tubuh relatif kecil; Pronotum berbentuk khas, memanjang ke belakang; Bentukpronotum menyempit ke bagian belakang; Betina lebih besar dari pada jantan.

3. Ordo Coleoptera (beetles)

(Famili Carabidae)

(Famili Staphylinidae)

(Famili Coccinellidae)

Karakter morfologi (umum): Mandibulata, endopterygota; Sayap 2 pasang, sayap depan elitra, sayap belakang membrane; Sayap depan hampir selalu bertemu membentuk garis lurus; Skutelum hampir selalu terlihat segi tiga. (Subordo Adephaga) Koksa tungkai belakang memotong sternit abdomen ruas pertama; Umumnya predator. (Subordo Polyphaga) Koksa tungkai belakang tidak memotong sternit abdomen ruas pertama; Umumnya fitofag. ➢ Famili Carabidae (So. Adephaga) Umumnya berwarna gelap, ada yang cerah metalik; Tungkai ramping dan panjang, tipe kursorial; Larva dan imago sangat aktif, bersifat predator; Umumnya hidup di permukaan tanah; Mangsa berbagai jenis serangga, ada yang memakan siput. ➢ Famili Dytiscidae (So. Adephaga) Bentuk imago streamline, sesuai untuk berenang; Tungkai pipih bertipe natatorial (untuk berenang), dilengkapi seta-seta renang; Larva dan imago predator. ➢ Famili Gyrinidae (So. Adephaga) Bentuk imago streamline, berenang di permukaan air; Tungkai depan panjang dan ramping; Tungkai tengah dan belakang pendek pipih dengan seta renang; Antena pendek; Mata majemuk pada imago terbagi menjadi 2, ventral (menghindari predator) dan dorsal (mencari mangsa); Larva dan imago predator, kadang saprofag; Gregarius. ➢ Famili Staphylinidae (So. Polyphaga) Imago mirip dengan O. Dermaptera; Elitra pendek, hanya menutupi kurang dari ½ abdomen; Koksa depan memanjang ke depan; Abdomen bergerak fleksibel; Imago dan larva sangat aktif, bersifat predator atau saprofag. ➢ Famili Lucanidae (So. Polyphaga) Umumnya berwarna gelap atau metalik; Antena lamelat menebal, skapus Panjang; Kepala prognatus, mandibel berkembang; Imago nokturnal sebagian pemakan nektar, larva makankayu membusuk. ➢ Famili Buprestidae (So. Polyphaga) Tersklerotisasi dengan kuat, metalik; Elitra memanjang; Antena pendek dan selalu serat; Imago terbang pada saat cerah; Larva menggerek tanpa tungkai.

➢ Famili Coccinellidae (So. Polyphaga) Tubuhnya oval seperti tempurung; Antena pendek menggada; Elitra ada yang halus (predator) atau berambut (fitofag); Elitra banyak yang mempunyai gambaran merah, kuning, hitam atau biru; Kepala sebagian atau seluruhnya tertutup oleh pronotum; Larva memanjang, kadang oval; Larva dan imago umumnya predator, ada yang bersifat fitofag. 4. Ordo Lepidoptera (butterfly, skipper, moth)

(Famili Papilionidae)

(Famili Hesperiidae)

(Famili Noctiodae)

Karakter morfologi (umum): Disebut Lepidoptera karena ditutupi oleh lepidos (sisik); Sayap 2 pasang atau tanpa sayap; Alat mulut imago dengan probosis untuk menghisap; Antena bervariasi; Larva erusiform. ➢ Famili Noctuidae Antena ramping seperti benang; Sayap depan dengan vena M2 muncul lebih dekat ke M3 dari pada ke M1; Sayap belakang dengan Sc dan R1 menyatu Cu nampak bercabang 3 atau 4. Aktif malam hari, banyak berperan sebagai hama. ➢ Famili Pyralidae Umumnya relatif kecil; Sayap depan memanjang berbentuk segitiga, Cu tampak bercabang4; Sayap belakang lebar dengan Sc dan R berdekatan. Aktif malam hari, banyak berperan sebagai hama. ➢ Famili Saturniidae Antena pendek, probosis biasanya tidak ada; Sayap depan tanpa retinaculum Vena R bercabang 3 dan Sel diskal biasanya terbuka; Sayap belakang: Sc+R1 terpisah dari Rs Frenulum kecil atau tidak ada Hanya ada 1 vena anal; Sayap biasanya dengan jendela (bagian tanpa sisik). Aktif malam hari; Larva biasanya dengan duri-duri kasar. ➢ Famili Sphingidae Antena tebal dan tidak menggada; Tubuhnya relatif besar dan berisik lebat; Sayap depan panjang, relatif ramping 1A+2A menggarpu pada dasar; Retinakulum hampir selalu ada; Sayap belakang lebih kecil, frenulum biasanya kuat; Larva memiliki tanduk diujung abdomen; Aktif malam hari (nokturnal); Dapat terbang di tempat.

➢ Famili Hesperiidae (skipper) Berukuran kecil sampai besar; Ujung antena biasanya kait; Sayap depan tanpa retinaculum. Vena anal 1A+2A; Sayap belakang tanpa frenulum Vena humeral biasanya ada Vena Anal2; Imago umumnya berwarna agak gelap; Aktif sore hari (krepuskular). ➢ Famili Papilionidae Berukuran besar; Sayap depan dengan vena R4 dan R5 biasanya menangkai; Vena anal 2, 2A menangkai dengan 1A; Sayap belakang dengan vena humeral; Syp blkg Sc terhubung dengan Rs dekat dasar venasi oleh R1; Vena anal 1; Kadang terdapat tonjolan seperti ekor. 5. Ordo Hemiptera (scale insects, aphids, leafhoppers, planthoppres cicadas, bugs, etc.)

(Subordo Heteroptera)

(Subordo Sternorrhyncha)

(Subordo Auchenorrhyncha)

Karakter morfologi (umum): Serangga Exopterygota, Neoptera; Biasanya dengan 2 pasang sayap; Sayap depan membran atau hemelytron; Sersi tereduksi atau tidak ada; Alat mulut menusuk mengisap; Saluran makanan dan saluran ludah terdapat pada maksila; Palpus maksila dan palpus labium tidak ada. Metamorfosis paurometabola atau peralihan paurometabola ke holometabola; Ordo Hemiptera, terdiri dari 3 subordo (CSIRO 2000; Gullan & Cranston 2005; Gillott 2005): 1. So. Sternorrhyncha (kutu-kutuan) dulu Homoptera 2. So. Auchenorrhyncha (wereng) 3. So. Heteroptera (kepik) ➢ Subordo Sternorrhyncha (kutu-kutuan) Alat mulut menusuk menghisap; Sayap disebut membrane. Semuanya fitofag, umumnya pada floem angiospermae; Banyak yang mengeluarkan embun madu; Sering bersimbiose dengan semut; Banyak yang menjadi hama dan vektor penyakit tanaman. ➢ Subordo Auchenorrhyncha (wereng) Sayap berkembang dengan baik; Menghisap floem atau xilem tanaman; Umumnya serangga peloncat; Banyak yang bersifat polimorfisme. Semuanya fitofag; Banyak yang menjadi hama dan vektor penyakit tanaman.

➢ Subordo Heteroptera (kepik) Sayap depan disebut hemelitron: klavus, korium, membrane; Sayap diletakkan horisontaldi atas tubuh. Umumnya hidup di darat, ada yang hidup di air; Ada yang menghasilkan bau dari kelenjar bau. Umumnya fitofag, sebagian predator. 6. Ordo Diptera (flies)

(Subordo Nematocera)

(Subordo Brachycera)

Karakter morfologi (umum): Sayap depan satu pasang, sayap belakang menjadi halter; Alat mulut imago menusuk menghisap, menjilat menghisap atau tidak berfungsi; Perkembangan holometabolan. Sebagian spesies menjadi vektor penyakit. Diptera dibagi menjadi 2 Subordo Nematocera dan Brachycera. ➢ So. Nematocera (nyamuk) Alat mulut imago umumnya menusuk menghisap; Tungkai dan antena Panjang; Antena tipe plumose, filiform; Alat mulut larva menggigit mengunyah; Pupa bertipe obtekta.

Antena So. Nematocera ➢ So. Brachycera (lalat) Alat mulut imago menjilat menghisapatau menusuk menghisap; Antena tipe aristat, stilus; Alat mulut larva mengait menghisap; Pupa eksarata di dalam puparium (tipe koarktata).

Antena dan pupa So. Brachycera

MATERI 2 : TIPE ALAT MULUT DAN GEJALA KERUSAKKAN Hama adalah organisme yang dalam aktivitas hidupnya dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman Budidaya dan menurunkan produksi (KerugianEkonomi) Tipe kerusakan oleh Hama dibedakan berdasarkan TIPE ALAT MULUT. Serangga juga dapat menjadi Hama secara langsung maupun tidak langsung. Secara Langsung → memakan bagian tanaman atau memakan cairan tanaman Secara tidak Langsung →menjadi Vektor Penyakit tanaman

TIPE ALAT MULUT SERANGGA : 1. Tipe menggigit mengunyah/ Chewing (Mandibulata) Contoh : larva ordo Lepidoptera, larva dan imago ordo Coleoptera, ordo Orthoptera 2. Tipe menusuk menghisap/ Piercing-Sucking (Haustelata) Contoh : Ordo Hemiptera 3. Tipe Meraut menghisap/ Rasping-sucking Contoh : ordo Thysanoptera 4. Tipe mengkait menghisap Contoh : ordo Diptera

Contoh Gejala serangan Tipe Alat Mulut Menggigit – Mengunyah (Mandibulata) • Pemakan Daun (Leaf Eating) – menyebabkan daun berlubang-lubang • Penggorok Daun (Leaf Miner) – menyebabkan terbentuk alur gerekkan di daun • Penggerek batang/ranting (Stem Borer) – menyebabkan lubang gerekkan pada batang/ranting hingga bagian atas tanaman dari ranting/batang yang terserang biasanya kering dan tidak berdaun • Penggerek Buah (Fruit Borer) – menyebabkan lubang gerekan pada buah

Contoh Gejala serangan Tipe Alat Mulut Menusuk-Menghisap (Haustelata) • Penyebab Nekrosis – menyebabkan perubahan warna pada daun tanaman yang terserang, serta terlihat lubang-lubang bekas tusukkan stilet • Membentuk Gall/ Puru – menyebabkan bagian tanaman yang terserang akan membentuk gall/puru dimana bagian ini merupakan tempat hama penusuk penghisap akan tinggal dan menghisap makanan dari tanaman inang.

Contoh Gejala serangan Tipe Alat Mulut Meraut Menghisap • Tipe Alat mulut ini biasanya dimiliki oleh serangga dari Ordo Thysanoptera • Gejalanya akan terlihat bercak-bercak kering berwarna putih keperakkan pada daun atau batang yang terserang • Biasanya serangga dan kotoran serangganya juga akan ditemukan ditanman yang terserang

Contoh Gejala serangan Tipe Alat Mulut Mengkait Menghisap • Tipe Alat mulut ini biasanya dimiliki oleh serangga dari Ordo Diptera khususnya Lalat Buah • Gejalanya dapat dilihat pada buah yang terserang, biasanya buah akan terlihat busuk dan rusak, bila dibuka akan ditemukan larva didalam buah

Berdasarkan contoh - contoh dari gambar di atas, dapat kita simpulkan bahwa gejala kerusakan pada tanaman dapat dijadikan sebagai alat mendiagnosis hama yang yang menyerangnya walaupun diperlukan identifikasi selanjutnya, misalnya adanya lubang-lubang pada daun, batang ataupun buah menunjukkan bahwa bagian tanaman tersebut di sebabkan oleh serangga yang memiliti tipe alat mulut menggigit mengunyah. Selain itu, terdapat juga lubang-lubang pada buah yang disebabkan oleh serangga yang memiliki tipe alat mulut mengait menghisap (lalat buah). Tanaman yang mengalami kerusakan disebabkan serangga yang memiliki tipe alat mulut menusuk menghisap memperlihatkan gejala bintik-bintik (spots), ada bekas tusukan dan daun menjadi keriting (curled) dan bentuknya mengalami malformasi.

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)

TOPIK BIOEKOLOGI HAMA : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HAMA

Penyusun TIM TEACHING OPT BAGIAN HAMA TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021

PRAKTIKUM 3 BIOEKOLOGI HAMA : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HAMA Dalam mempelajari Hama tanaman, kita juga perlu mengetahui proses perkembangan hama tersebut. Hal ini dikarenakan proses perkembangan hama juga mempengaruhi status suatu organisme sebagai hama atau bukan. Proses perkembangan hama juga dapat membantu kita untuk mengetahui kapan fase menyerang hama tersebut. Salah satunya adalah proses perkembangan serangga atau yang dikenal sebagai Metamorfosis. Pada beberapa serangga hama terdapat waktu-waktu dimana serangga tersebut tidak menjadi hama contohnya saat serangga menjadi imago atau pada fase kepompong. Namun, tidak semua serangga seperti ini. Ada juga serangga hama yang semua fase hidupnya tetap menyerang tanaman. Berikut ini dijelaskan tipe-tipe metamorfosis serangga, yaitu : 1)

Tanpa Metamorfosis (Ametabola) Pada tipe ini serangga pradewasa memiliki bentuk luar serupa dengan serangga dewasanya kecuali ukuran dan kematangan alat kelaminnya. Tipe metamorfosis ini biasanya terdapat pada seranggaserangga tak besayap (Apterygota) yakni ordo Diplura, Thysanura dan Collembola.

2)

Metamorfosis Bertahap (Paurometabola) Pada tipe perkembangan ini bentuk umum serangga pradewasa menyerupai serangga dewasa, tetapi terjadi perubahan bentuk secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap dan embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua serta pertambahan ukuran. Biasanya serangga pradewasa disebut nimfa. Tipe metamorfosis ini biasanya terdapat pada serangga ordo Orthoptera, Isoptera, Thysanoptera, Hemiptera, Homoptera, Anoplura, Neuroptera dan Dermaptera

3)

Metamorfosis Tidak Sempurna (Hemimetabola) Pada tipe ini perbedaan antara serangga dewasa dan serangga pradewasa lebih nyata dibandingkan dengan perkembangan paurometabola. Serangga pradewasa dinamakan naiad. Ciri-ciri serangga dengan metamorfosis ini adalah naiad dan imagonya hidup pada habitat yang berbeda (naiad hidup di air, sedang imago hidup di darat). Naiad memiliki beberapa modifikasi, misalnya insang trakhea, tungkai untuk melekat, memanjang atau menggali, modifikasi tubuh untuk berenang dan alat mulut untuk mencari makanan dalam air. Imago hidup di darat dan cara mencari makanannya berbeda dengan naiad. Serangga yang memiliki perkembangan ini adalah serangga dari ordo Odonata, Ephimeroptera dan Plecoptera

4)

Metamorfosis Sempurna (Holometabola) Pada tipe ini serangga pradewasa (larva dan pupa) biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan serangga dewasa (Imago). Larva merupakan fase yang sangat aktif makan. Sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyusunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Pupa (kepompong) mungkin terlindung dalam rumah pupa (kokon) dibuat oleh larva instar terakhir, pada beberapa jenis serangga ordo Diptera, pupa terlindungi dalam eksuvium larva instar akhir yang mengeras dan rumah pupa semacam ini disebut puparium. Serangga yang memiliki perkembangan semacam ini adalah dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera.

Bentuk-bentuk larva Larva adalah bentuk serangga muda antara fase telur dan fase pupa pada serangga dengan metamorfosis holometabola. Larva adalah serangga pradewasa yang bentuknya sangat berbeda dengan serangga dewasa. Berdasarkan ada tidaknya kaki larva dibedakan menjadi tiga tipe yaitu apoda (tidak berkaki), oligopoda (terdapat tida pasang kaki di dada) dan polipoda (selain tiga pasang kaki masih terdapat lima pasang kaki pada perut).

Larva Apoda

Larva Oligopoda

Larva Polipoda

Selain dibedakan oleh jumlah kaki, larva juga dibedakan berdasarkan bentuk dan strukturnya, larva serangga digolongkan menjadi : ➢ Larva Campodeiform adalah tipe larva yang memiliki tubuh pipih, memanjang, tungkai panjang dan biasanya memiliki sersi atau filamen kaudal. Larva ini biasanya aktif dan banyak bersifat sebagai predator. Tipe ini banyak terdapat pada ordo Coleoptera (Carabidae, Staphylinidae), Tricoptera, Neuroptera dan Odonata. ➢ Larva Carabiform hampir serupa dengan larva compodeiform, tetapi tungkai lebih pendek dan biasanya tidak memiliki filamen kaudal. Tipe ini terdapat pada larva Chrysomelidae, Lampyridae, Carabidae dan Melyridae. ➢ Larva Eruciform adalah larva ulat, tubuh silinder, kepala berkembang sempurna akan tetapi antena sangat pendek. Pada bagian toraks terdapat tungkai yang berkembang sempurna, dan pada abdomen terdapat tungkai palsu (abdomen minal leg). Tipe larva ini terdapat pada ordo Lepidoptera, Mecoptera dan beberapa Hymenoptera. ➢ Larva Scarabaeiform dikenal dengan nama lundi, bertubuh silinder dengan bentuk melengkung atau menyerupai huruf C. Kepala berkembang sempurna dan memiliki tungkai pada toraks sedang tungkai palsu pada abdomen tidak ada, larva ini biasanya lamban dan tidak aktif. Biasanya ditemukan pada ordo Coleoptera famili Scarabidae, Ptinidae dan Brachidae. ➢ Larva Elateriform bentuknya seperti cacing, tubuh memanjang dan silinder dengan dinding tubuh tebal dan keras, tungkai pendek dan rambut-rambut duri tereduksi. Tipe ini terdapat pada famili Elateridae, Tenebrionidae dan Eurypogonidae. Larva Platyform adalah larva yang berbentuk pipih, pendek dan lebar. Tungkainya pendek dan tidak tampak. Golongan serangga yang memiliki larva tipe ini adalah Limacodidae dan Psephanidae. ➢ Larva Vermiform bentuknya seperti belatung, tubuhnya memanjang seperti cacing dan tidak memiliki tungkai. Biasanya kapsul kepala tidak berkembang dengan baik. Larva tipe ini terdapat pada ordo Diptera, Siphonoptera dan pada kebanyakan Hymenoptera, beberapa Coleoptera dan Lepidoptera.

Bentuk-bentuk pupa Pupa atau kepompong adalah masa istirahat atau periode tidak aktif pada semua serangga yang memiliki metamorfosis holometabola. Pupa ada yang tidak berumah (kokon) dan ada yang berumah seperti pada ulat sutera. Pada lalat (Diptera) pupa biasanya terdapat di dalam puparium, yaitu kulit dari larva instar terakhir yang mengeras. Berdasarkan pada bentuknya pupa serangga dibedakan menjadi tiga yaitu obtecta (calon antenna, sayap dan kaki nampak samar dan melekat erat pada tubuh), exarata (calon kaki, sayap dan antenna nampak jelas), dan tipe coarctata (calon kaki, sayap dan antenna tidak nampak).

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)

TOPIK INTERAKSI HAMA DENGAN TANAMAN INANG

Penyusun TIM TEACHING OPT BAGIAN HAMA TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021

PRAKTIKUM 4 INTERAKSI HAMA DENGAN TANAMAN INANG Tumbuhan sangat berperan penting bagi keseluruhan dari siklus hidup serangga sangat bergantung dari tumbuhan itu sendiri Tumbuhan bagi serangga memiliki peran sebagai habitat utama dari sebagian besar serangga, sebagai produsen ekosistem yang menjadi sumber energi dalam suatu daur kehidupan, salah satunya adalah serangga, sebagai sumber pangan utama serangga, sebagai tempat berkembangbiak serangga. Sedangkan arti penting serangga bagi tumbuhan diantaranya serangga berperan sebagai agen polinator atau penyerbukan, sebagai dekomposer atau pengurai, sebagai predator atau parasitoid alami (musuh alami) dari organisme pengganggu tanaman budidaya, sebagai bioindikator lingkungan, sebagai penghasil bahan berguna dan bermanfaat dalam bidang kesehatan serta berperan penting dalam menggerakkan energi melalui rantai dan jaring makanan. Populasi serangga dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu serangga berguna dan serangga hama. Dalam menghadapi serangga, manusia dituntut untuk bersikap bijaksana sehingga kehidupan menjadi lestari. Serangga fitopagus dan tanaman sejak hadir di bumi melakukan suatu interaksi dan berevolusi secara bersama. Interaksi serangga dan tanaman ditandai dengan adanya komunikasimenggunakan senyawa semiokimia. Salah satu jenis senyawa semiokimia yang penting dalamtanaman adalah alelokimia. Alelokimia merupakan senyawa hasil aktivitas metabolisme sekunder yang diekskresikan. Hubungan antara serangga dan tanaman terjalin sejak proses pemilihan tanaman sebagai inangs erangga. Ditinjau dari aspek serangga hama pada dasarnya ada 5 tahapan sehingga terjadi atau tidak terjadinya hubungan serangga hama dengan tanaman inang, kelima tahapan tersebut adalah : 1. Penemuan habitat inang; serangga hama menemukan habitat inang melalui cara-cara yang umumnya tidak ada kaitannya dengan inang itu sendiri. Rangsangan fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi, suhu, dan kelembaban) membantu mengarahkan serangga yang sedang terbang pada tempat yang ada inangnya (habitat inang). 2. Penemuan inang; untuk dapat menemukan inang kebanyakan serangga hama mengandalkan sinyal visual (warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia (aroma). Penemuan jarak jauh umumnya melibatkan warna, bentuk tanaman, atau bagian tanaman inang, sedangkan penemuan jarak dekat umumnya hanya melibatkan faktor kimia. 3. Pengenalan inang; pengenalan tanaman inang dilakukan melalui kegiatan uji pecicipan. Bila dirasakan sesuai maka kegiatan tersebut akan dilanjutkan, dan jika sebaliknya maka serangga akan berpaling ke tanaman lain. 4. Penerimaan inang; jika senyawa kimia yang keluar dari sel tanaman dirasa sesuai, maka kegiatan makan akan terus berlanjut, yang kadang-kadang menimbulkan kerusakan bagi tanaman inang yang sekaligus menimbulkan kerugian bagi petani/pengusaha tanaman. 5. Kesesuaian inang; ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia atau yang terkandung dalam tanaman atau bagian tanaman inang serta tiadanya toksin (racun) bagi serangga hama yang bersangkutan (Anonim 2015). Ditinjau dari aspek tanaman, terdapat dua faktor tanaman yang turut memberikan andil apakah terjadi atau tidak hubungan (interaksi) serangga hama dengan tanaman inang, kedua faktor tersebut adalah :

1. Faktor morfologis; faktor ini biasanya menyediakan rangsangan fisik sehingga serangga hama tertarik atau tidak tertarik untuk menghampirinya. Contoh faktor ini antara lain ukuran, bentuk dan warna daun, serta ada tidaknya sekresi kelenjar. Rambut daun dan kekerasan jaringan dapat membatasi pergerakan dan kegiatan makan serangga. 2. Faktor fisiologis; faktor ini menyangkut senyawa kimia hasil metabolisme tanaman. Senyawa primer merupakan senyawa yang terlibat sebagai katalisator reaksi, pembentukan jaringan, penyediaan sumber energi, semuanya berperan dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman. Senyawa sekunder merupakan senyawa yang peranannya tidak jelas dalam metabolisme tanaman, tetapi diduga senyawa tersebut dihasilkan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap serangan serangga hama. Pemilihan tanaman inang oleh serangga hama dipengaruhi baik oleh senyawa primer maupun senyawa sekunder yang berfungsi sebagai tanda (token stimul). Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relative karena untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman sifat tanaman yang tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan lingkungan yang sama. Resistensi tanaman dapat terjadi melalui mekanisme yang melibatkan serangga dan tanaman, yaitu non preferen dan antibiosis, atau hanya satu pihak tumbuhan saja yaitu toleran.

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2025 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.