Tarian Pena Vol.4 Flipbook PDF

Tarian Pena Vol.4

84 downloads 118 Views 5MB Size

Story Transcript

AMERTA Kelak kau kan abadi walau ragamu tak disini Karena karyamu tak dapat mati Pemikiranmu terus disempurnakan oleh manusia-manusia perkasa lainnya... Kamulah penanda, Kamulah tonggak kayu di tanah Indonesia, dari tonggak itu tumbuhlah kehidupan-kehidupan baru, harapan-harapan baru...

Prakata Segala puji dan syukur selayaknya disampaikan kepada Allah SWT, Tuhan yang mahaesa atau segala limpahan rahmatNya terhadap KPP Wajib Pajak Besar Satu dan segenap civitas academica nya. Kita sadari bersama bahwa tren positif masih tetap menyertai perjalanan KPP Wajib Pajak Besar Satu sampai sejauh ini. Upaya-upaya yang dilakukan dengan mencurahkan segala kemampuan dan inovasi diiringi dengan doa terus menerus tentu harus terus kita laksanakan untuk menghadapi tantangan berat ke depan. Sebagai insan beragama tentu kita menyadari bahwa bekerja dan berusaha itu wajib, dan berserah diri kepada Tuhan setelah berusaha maksimal itu aturan Tuhan. Dalam kitab suci Alquran terdapat satu ayat tentang perubahan yang sangat universal maknanya. Bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubahnya sendiri. Sangat jelas bahwa manusia memang harus berusaha maksimal untuk berubah ke arah yang lebih baik secara terus menerus. OMOAr edisi keempat ini menjadi edisi pertama yang memuat tulisan-tulisan tentang reformasi perpajakan yang sedang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Melalui change agent yang telah ditunjuk, informasi-informasi reformasi perpajakan akan disampaikan. Demikian juga penggeloraan semangat reformasi akan terus dilakukan salah satunya melalui media ini.

ii

Saya, dan tentu saja pimpinan DJP lainnya menaruh harapan yang sangat tinggi terhadap reformasi yang sedang dilakukan saat ini. Dan khusus di KPP Wajib Pajak Besar Satu, semangat itu tidak boleh kendur dan terus menjadi yang terdepan dalam menyukseskan perubahan yang sedang dilakukan. Terakhir, teruslah berkarya, menciptakan inovasi-inovasi baru, menuangkan segala ide dan kontribusi positif untuk KPP Wajib Pajak Besar Satu dan DJP. Di pundak generasi muda masa depan DJP akan ditentukan. Pastikan keberadaan kita memberi arti dan memberi warna yang bagus sebagai kontribusi terbaik kepada negeri. Selamat membaca dan memahami.

Etty Rachmiyanthi, Kepala KPP Wajib Pajak Besar Satu

iii

DAFTAR ISI Prakata ii Daftar Isi iv Chapter I. Isu Perpajakan dan Kajian Lainnya 1

1

Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Dalam Jabatan Fungsional: Sebuah Dilema dan Tantangan

2

2

How to Deal with Toxicplace: Cara Bertahan Hidup di Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat

Chapter II. Article in English

19

36

3

‘The Effect of Tax Reform to Effective Tax Rate

4

Equal Opportunity in Economy Inequality

Chapter III. Opini Ringan dan Cerita Keseharian 5

Doktor ''Geblek''

6

Kamu Harus Kuat, Nak...

7

Proyeksi

8

Pengalaman di Masjid Jogokariyan

9

Macbook: dari Masa ke Masa

37

45 54

55 60

65

10 Bukan si Bento

68

74

82

11 ASN Says ‘’Financial Freedom’’, Why Not?

91

12 Pemanfaatan Sirih Gading Sebagai Pewarna Alami Kain Katun

99 iv

Chapter IV. Puisi dan Sajak 13 Ayah

120

14 Bergegas

121

15 Pagiku di Trotoar Sudirman Epilog

127

Profil Kontributor Lembar Editorial

129 137

v

123

Chapter I Isu Perpajakan dan Kajian Lain

1

Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan Fungsional: Sebuah Dilema dan Tantangan Franki Nababan 1.

Latar Belakang Perubahan struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) yang mengubah jabatan administrasi menjadi jabatan fungsional disikapi beragam oleh pegawai. Ada pro dan kontra, semua pihak memikir ulang terkait pengembangan karir, termasuk pegawai yang dengan tadinya secara sukarela memilih

2

“tetap menjadi pelaksana” agar selamanya di home base. Isu mutasi nasional yang dapat mengurangi jatah nafkah lahir keluarga karena melakoni hidup dua dapur maupun nafkah batin karena berkurangnya pertemuan, interaksi dengan sesama anggota keluarga, merupakan momok bagi sebagian pegawai. Tak hanya persoalan kantong yang perlu disiasati, motivasi pun bisa “ngedrop” ketika harus berpisah jauh dengan keluarga. Mengapa aku? dan apa salahku? Teka-teki yang sulit untuk dijawab. Pun pada rumput yang bergoyang, diam membisu ketika ditanya. Bermula dari keinginan pemerintah untuk mengubah kebijakan dan manajemen pemerintah menjadi world class government melalui reformasi birokrasi. Ribuan proses tumpah tindih (overlapping) antar fungsi-fungsi pemerintahan, tuntutan penyelenggaraan pemerintah dari rule government menuju good governance

dan

penurunan

pemerintah

merupakan

kepercayaan

beberapa

publik

kenyataan

kepada

yang

ingin

diperbaiki. Penataan ulang proses birokrasi dari tingkat paling rendah hingga tertinggi dilakukan melalui terobosan-terobosan baru dengan tindakan konkrit, bertahap, realistis, sungguhsungguh, berpikir diluar kebiasaan (out of the box), perubahan paradigma, dan upaya yang luar biasa (business not as usual). 3

Cita-cita luhur dan mulia itu diwujudkan melalui penerbitan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design

Reformasi

Birokrasi

2010-2025.

Beleid

ini

diterjemahkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN&RB) Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024. Salah satu implementasi kebijakan reformasi ini adalah penyederhaan organisasi melalui likuidasi dan penggabungan lembaga non struktural serta perampingan struktur organisasi pemerintah. Upaya perampingan dilakukan melalui Pemen PAN&RB nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administasi ke dalam Jabatan Fungsional yang menjadi cikal bakal perubahan struktur organisasi vertikal DJP yang sedang berlangsung. Penyetaraan jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional dilakukan melalui 2 cara yaitu, jalur penyetaraan jabatan dan jalur inpassing (perpindahan jabatan) (Fitrianingrum, 2020). Penyetaraan jabatan administrasi, pengawas dan pelaksana ke dalam jabatan fungsional tertentu sesuai bidang tugas yang diemban saat ini jangka waktunya dibatasi sampai dengan 30 Juni 2020. Jangka waktu ini kemudian diperpanjang pertama kali menjadi 30 Desember 2020, dan terakhir 4

diperpanjang sampai dengan 30 Juni 2021. Melalui jalur ini penyetaraan dilakukan dengan proses yang cukup mudah dan sederhana tanpa ada uji kompetensi hanya rekomendasi yang diberikan oleh Menteri PAN&RB. Berbeda dengan jalur inpassing yang memiliki syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai yang akan beralih menduduki jabatan fungsional yang dituju. Jabatan karier di Kementerian Keuangan khususnya DJP saat ini didominasi oleh jabatan struktural yang jumlah formasinya sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah pegawai. Jabatan struktural merupakan hak seorang ASN dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara (Simatupang, 2019). Dampaknya sebagian besar pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan profesionalisme, serta jenjang karir yang tidak memadai. Kondisi ini berpotensi memicu demotivasi dari pegawai dan menjadi tantangan untuk mewujudkan organisasi yang agile, efektif dan efisien. 2.

Resistensi Kondisi saat ini menempatkan perubahan bukan lagi

sebagai sebuah ancaman yang perlu ditakuti dan ditolak tetapi sebuah kebutuhan. Dinosaurus punah tetapi kera tetap bertahan. 5

Nokia tumbang tetapi Samsung berkembang. Kodak menjadi nostalgia tetapi Canon masa kini. Perubahan dapat terjadi dengan perencanaan maupun yang terjadi begitu saja. Beberapa organisasi memperlakukan perubahan sebagai kejadian kebetulan saja. Perubahan yang direncanakan

memiliki

kemampuan

organisasi

tujuan;

pertama,

beradaptasi

dengan

meningkatkan perubahan-

perubahan lingkungannya, kedua, mengubah perilaku para pegawai. Dalam

organisasi

yang

bertanggung

jawab

atas

pengelolaan kegiatan-kegiatan perubahan tersebut adalah agen perubahan (change agents). Para agen ini melihat masa depan organisasi yang tidak teridentifikasi oleh yang lain. Para agen mampu memotivasi, menemukan dan mengimplementasikan visi tersebut. Agen perubahan dapat berupa para manajer atau nonmanajer, pegawai atau pegawai baru, atau konsultan dari luar. Banyak agen perubahan gagal yang disebabkan anggota organisasi menentang perubahan. Ego para pegawai sangat rentan yang seringkali melihat perubahan sebagai ancaman. Sebuah studi ini menunjukkan meskipun para pegawai diberikan data yang memperlihatkan mereka butuh perubahan, para 6

pegawai akan mencari data apa saja yang menyatakan bahwa mereka baik-baik saja dan tidak membutuhkan perubahan. Penolakan tersebut dapat melemahkan kekuatan vital yang sangat diperlukan organisasi. Resistensi untuk berubah dapat menjadi positif jika diikuti dengan diskusi terbuka dan debat bagi para pegawai untuk menyampaikan pendapat. Respon ini lebih baik daripada apatis atau diam. Melalui diskusi anggota organisasi terlibat dalam proses, kemudian menyediakan agen perubahan, merupakan kesempatan untuk menjelaskan upaya perubahan. Agen perubahan bisa juga menggunakan resistensi untuk memodifikasi perubahan agar sesuai dengan preferensi anggota organisasi lainnya. Namun, jika resistensi diperlakukan hanya sebagai ancaman, bukan sebagai sudut pandang yang akan didiskusikan, para agen dapat meningkatkan konflik disfungsional. Resistensi tidak selalu muncul dengan cara baku dan normal. Itu bisa terbuka, tersirat, langsung, atau terpendam. Paling mudah bagi atasan untuk mengatasi resistensi yang disampaikan secara terbuka dan langsung, seperti keluhan, perlambatan kerja, atau ancaman pemogokan. Tantangan yang lebih besar adalah mengelola resistensi yang tersirat atau terpendam. Kehilangan loyalitas atau motivasi, peningkatan 7

kesalahan atau ketidakhadiran merupakan cara yang lebih halus dan lebih sulit dikenali tujuan tindakan tersebut. Tindakan yang terpendam juga mengaburkan hubungan aksi-reaksi dari perubahan dan dapat muncul beberapa minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Kekuatan utama dari resistensi untuk berubah bersumber dari dalam struktur organisasi itu sendiri dan individu (pegawai) (Robbins, 2013). Sumber resistensi dari organisasi yaitu, inersia struktural; fokus perubahan yang terbatas; kelembagaan kelompok;

ancaman

terhadap

keahlian;

ancaman

untuk

membangun hubungan kekuasaan. Sedangkan yang bersumber dari pegawai dapat dijelaskan sebagai berikut: a)

Kebiasaan Untuk

mengatasi

kompleksitas

kehidupan,

kita

mengandalkan kebiasaan atau respons yang terprogram. Tetapi

ketika

dihadapkan

dengan

perubahan,

kecenderungan ini untuk merespons dengan cara kita yang biasa menjadi sumber perlawanan. b)

Keamanan Orang-orang dengan kebutuhan tinggi akan keamanan cenderung menolak perubahan karena itu mengancam perasaan aman mereka. 8

c)

Faktor-faktor ekonomi Perubahan tugas pegawai atau rutinitas kerja yang mapan dapat membangkitkan ketakutan ekonomi jika orang khawatir bahwa mereka tidak akan dapat melakukan tugas yang

baru

atau

rutinitas

dengan

standar

mereka

sebelumnya, terutama ketika gaji terkait erat dengan produktivitas. d)

Takut akan hal yang tidak diketahui Pegawai dapat melihat perubahan sebagai ambiguitas (keraguan) dan ketidakpastian untuk hal yang tidak diketahui.

e)

Pemrosesan informasi selektif Pegawai memproses informasi secara selektif agar persepsi mereka tetap utuh. Mereka mendengar apa yang ingin mereka dengar, dan mereka mengabaikan informasi yang menantang dunia yang telah mereka ciptakan. Penolakan yang dilakukan oleh individu ternyata terkait

persepsi, kepribadian, dan kebutuhan. Nilai-nilai yang dibentuk dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dijalani di masa lalu dan menjadi ragu ketika dihadapkan pada masa depan (perubahan) yang penuh ketidakpastian. Penolakan terhadap

9

perubahan merupakan self-defence yang muncul dari pegawai sebagai manusia biasa. 3.

Mengatasi Resistensi terhadap Perubahan Salah satu penyebab kegagalan yang dialami oleh

perusahaan dalam melakukan perubahan menurut Kotter (1996) dalam Gunawan adalah tidak terbentuknya koalisi yang cukup kuat diantara orang-orang yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk mendorong perubahan. Tindakan perubahan yang dilakukan tanpa dukungan koalisi yang cukup bisa jadi sukses namun tidak akan bertahan lama. Lalu akan muncul perlawananperlawanan yang akan membuat usaha dari perubahan menjadi lemah. Berikut delapan taktik yang dapat digunakan agen perubahan untuk menangani resistensi untuk berubah, yaitu: a. Pendidikan dan Komunikasi Mengkomunikasikan logika perubahan dapat mengurangi resistensi pegawai pada dua level. Pertama, ia melawan efek dari informasi yang salah dan komunikasi buruk: jika pegawai menerima fakta lengkap dan jelas jika ada kesalahpahaman, maka resistensi akan mereda. Kedua, komunikasi bisa membantu "menjual" kebutuhan untuk perubahan dengan mengemasnya secara benar. 10

b. Partisipasi Sulit untuk menolak keputusan perubahan yang telah ikuti pegawai-pegawai kunci dan berpengaruh. Keterlibatan pegawai yang memiliki keahlian untuk memberikan kontribusi yang berarti, dapat mengurangi resistensi, mendapatkan komitmen, dan meningkatkan kualitas keputusan perubahan dari pegawai lainnya. Sisi negatifnya adalah potensi solusi yang buruk dan memerlukan waktu yang relatif lama. c. Membangun Dukungan dan Komitmen Ketika pegawai memiliki ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi, organisasi dapat memberikan fasilitas seperti konseling dan terapi, training keahlian baru, atau cuti pendek. Tujuannya pegawai dapat beradaptasi terhadap perubahan yang berlangsung. d. Mengembangkan Hubungan Positif Orang lebih bersedia menerima perubahan jika mereka memiliki kepercayaan terhadap para atasan yang telah menerapkannya. e. Menerapkan Perubahan dengan Adil Salah satu cara organisasi dapat meminimalkan dampak negatif adalah memastikan perubahan diterapkan dengan adil. Keadilan prosedural sangat penting ketika pegawai 11

menganggap out-came sebagai hal yang negatif, sehingga penting bagi pegawai untuk melihat alasan perubahan dan menganggap

implementasinya

dilaksanakan

dengan

konsisten dan adil. f.

Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya membelokkan (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, menyebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan

kedudukan

penting

kepada

pimpinan

penentang perubahan dalam mengambil keputusan. g. Seleksi Orang yang Menerima Perubahan. Kemampuan untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan berhubungan dengan kepribadian. Beberapa orang memiliki sikap yang lebih positif terhadap perubahan dibandingkan dengan yang lain. Individu seperti itu terbuka terhadap pengalaman, bersikap positif terhadap perubahan, mau mengambil resiko, dan fleksibel dalam berperilaku. h. Paksaan Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan seperti, mutasi, kehilangan promosi, penilaian 12

negatif terhadap kinerja. 4. Pendekatan Menangani Perubahan Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya dan hanya organisasi yang mampu beradaptasi secara tepat terhadap tuntutan lingkungan yang akan berhasil (Lubis&Huseini, 2018). Pendekatan terhadap resistensi sangat bergantung kepada lingkungan organisasi. Ketika salah memilih pendekatan maka organisasi tidak dapat bertahan. Memilih pendekatan yang terbaik memerlukan paradigma yang baru. Cara pikir lama yang mengedepankan kekuasaan semata telah usang. Peter F. Drucker mengatakan “The greates danger in times of turbulence is not the turbulence; it is to act with yesterday’s logic”. Demikian juga pendapat Ashwoth, (2010) “Cultural change has been a key element of public service reform”. Kasali (2005) dalam Agustiawan mengungkapkan teori force field dari Kurt Lewin yang menyimpulkan bahwa daya dorong perubahan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Untuk melakukan perubahan maka daya dorong perlu ditingkatkan

dan

dilakukan

terus

menerus

agar

dapat

melemahkan penolakan dan pada gilirannya akan menghilangkan penolakan. Jika penolakan sudah hilang maka perubahan 13

tersebut dapat dibakukan menjadi sebuah sistem baru. Langkahlangkah untuk melakukan hal tersebut adalah: 1.

Unfreezing yaitu suatu upaya penyadaran perlunya suatu perubahan. Upaya untuk mengatasi tekanan dari kelompok penentang dan pendukung perubahan. Status quo dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung (status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang nyaman.

2. Changing yaitu suatu upaya berupa tindakan untuk memperkuat daya dorong atau untuk memperlemah penolakan. Secara bertahap tapi pasti, perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil perubahan harus segera dirasakan. 3.

Refreezing yaitu upaya agar keseimbangan yang baru terbentuk (a new dynamic equilbrium) dibakukan agar dapat bertahan lama. Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru. Maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendukung makin 14

bertambah

Gambar: Force Field Tiga Tahap dari Kurt Lewin (Kasali, 2005)

5.

Penutup Perubahan jabatan struktural menjadi jabatan fungsional

merupakan kebutuhan organisasi yang sangat mendasar. Jabatan fungsional dirancang sebagai upaya untuk mengembangkan profesionalisme dan pembinaan karir bagi pegawai. Perubahan yang mendasar ini perlu dikelola dengan hati-hati mengingat dampaknya akan dirasakan seketika dan langsung oleh pegawai itu sendiri. Downey dan Stephen, (1992) dalam Wati, mengatakan salah satu tanggung jawab organisasi adalah memperoleh, menata, memotivasi, dan mengendalikan sumber daya manusianya untuk meraih kemajuan organisasi dengan efektif. 15

Keberhasilan perubahan merupakan buah kerjasama solid antara organisasi dan pegawai. Karena pegawai adalah organisasi dan organisasi adalah pegawai. Tanpa perubahan, organisasi dan pegawai tidak akan tidak berkembang bahkan punah. “It’s not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent, but the one most responsive to change”. Charles Darwin.

16

Referensi Ashworth, Rachel. Boyne, George. Entwistle, Tom. (2010). Public Service Improvement: Theories and Evidence. New York. Oxford University Press. Kasali Rhenald. (2017). Disruption. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Lubis, S.B Hari & Huseini, Martani. (2018). Pengantar Teori Organisasi. Perspektif Makro: Dari Pendekatan Klasik hingga Post-Modern. Jakarta. Universitas Indonesia. CIGO FIA. Robbins, Stephen P & Timothy A, Judge. (2013). Organizational Behavior 15 th Edition. London: Pearson Education Limited Agustiawan, Yosi. (2011). Perubahan Dalam Organisasi Pada Implementasi Sistem Informasi. Teknologi Vol. 1 Fitrianingrum, Lia. Lusyana, Dina. Lellyana Debby. (2020). Pengembangan Karier Jabatan Fungsional Dari Hasil Penyetaraan Jabatan Administrasi: Analisis Implementasi Dan Tantangan. Civil Service. VoL. 14, No.1 Fitrianingrum, Lia. (2020). Implementasi Kebijakan Penyetaraan Jabatan Pengawas kedalam Jabatan Fungsional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bandung. Prosiding Konferensi Nasional ilmu Administrasi 4.0

17

Gunawan, Rahmat Dedi, dkk, (2010). Analisis Perubahan Manajemen Dalam Implementasi SI/TI Pada Perguruan Tinggi ABC: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Simatupang, Taufih H. (2019). Studi Pendahuluan Pembentukan Jabatan Fungsional Analis Hukum Di Kementerian Hukum Dan Ham R.I. Jurnal Ilmial Kebijakan Hukum. Volume 13, No 1. Wati, Rahma. (2017). Pemberdayaan Pejabat Fungsional Tertentu: Studi Kasus Pada Jabatan Peneliti dan Perencana di Bappeda Provinsi Bengkulu. Civil Service. Vol 11, No. 2 Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024. Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke dalam Jabatan Fungsional Peraturan

Menteri

27/PMK.01/2014

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

tentang

Pedoman

Pembentukan

dan

Penggunaan Jabatan Fungsional Tertentu di Lingkungan Kementerian Keuangan

18

How to Deal with Toxic Workplace: Cara Bertahan Hidup di Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat Romy Ardiansyah Apakah Toxic Workplace itu? Apakah anda merasa tidak bahagia dengan lingkungan kerja saat ini? Adakah perasaan tidak nyaman saat berada di lingkungan kerja? Bisa jadi perasaan tersebut muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan kerja Anda yang tidak baik-baik saja. Lingkungan kerja yang tidak sehat secara mental seperti ini dikenal sebagai toxic workplace. Berada di toxic workplace dapat terjadi kepada siapa saja terutama ASN di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang seluruhnya tidak lepas dari perpindahan lingkungan kerja baik karena mutasi maupun promosi. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga di negara maju seperti Inggris. Pada tahun 2021 HRNews (kantor berita online independen di Inggris yang fokus ke

19

pengembangan sumber daya manusia) mempublikasikan bahwa 70% pekerja di Inggris pernah atau sedang berada di toxic workplace. Toxic workplace memberikan dampak negatif tidak hanya terhadap organisasi tetapi juga kepada individu-individu di dalamnya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan seperti ini dapat mengancam kesehatan mental para pegawai di dalamnya (Demsky et al., 2019; Torkelson et al., 2019) sebagaimana diketahui bahwa kesehatan mental berpengaruh terhadap kesehatan fisik manusia (Malla et al., 2015). Carla Manley (seorang penulis dan psikolog) dalam publikasi Fergusson (2022) menyampaikan bahwa orang yang memiliki masalah kesehatan mental seperti stres atau depresi dapat mengalami gejala-gejala fisik seperti ketegangan otot, rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, migrain, masalah pencernaan, sakit kepala, kesulitan tidur dan kelelahan meskipun telah beristirahat cukup. Bahkan beberapa publikasi di bidang psikologi salah satunya seperti pada WebMD baru-baru ini menyampaikan bahwa telah ditemukan hubungan antara depresi dengan penyakit kronis seperti diabetes, asma, kanker, penyakit jantung dan arthritis.

20

Teori Hierarchy of Needs dari Maslow menerangkan bahwa keamanan (safety) adalah kebutuhan paling mendasar individu setelah kebutuhan fisik. Artinya, seseorang akan mengalami kendala untuk mencapai titik optimal produktivitasnya apabila kebutuhan dasarnya belum terpenuhi (Baughman et al., 2003). Lingkungan kerja yang tidak sehat gagal memberikan rasa aman secara fisik dan mental kepada individu di dalamnya (Shikdar dan Sawaged, 2003). Lebih jauh, kondisi ini mengakibatkan pegawai mengalami demotivasi yang pada akhirnya merupakan kerugian besar pada organisasi tersebut. Karena merasa tidak aman, para pegawai menjadi tidak bahagia, tertekan, bahkan depresi bila berada lingkungan kerja. Potensi dan resource yang mereka miliki akan tergerus hanya untuk hal-hal yang membuat mereka bertahan di ekosistem yang tidak sehat ini. Hal ini akan menyulitkan individu dan organisasi untuk dapat berkembang. Lebih jauh, toxic workplace tidak hanya mempengaruhi pegawai yang berada di lingkungan itu saja tetapi juga dapat memberikan efek negatif terhadap orang-orang di sekitar pegawai tersebut seperti teman, pasangan atau keluarga (Morgan, 2022). Bagaimana cara mengetahui apakah lingkungan kerja termasuk dalam toxic workplace atau tidak? 21

Toxic workplace dapat diidentifikasi dari adanya perilaku agresif baik secara fisik atau psikologis dengan cara verbal maupun non-verbal (Mete, 2013; Archana, 2018; Kasalak, 2019). Perilaku agresif adalah semua perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak lain (Sarwono, 2009) seperti: ancaman, hinaan, penolakan, tekanan, pelecehan, intimidasi dan hal lainnya yang dapat terjadi antara atasan dan bawahan atau antar pegawai di level yang sama, pria dan wanita atau pada gender yang sama baik dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar individu. Kondisi ini akan sangat berbahaya bagi individu-individu di dalamnya, terlebih bila lingkungan kerja tersebut berpandangan bahwa perilaku agresif ini adalah hal yang wajar bahkan menjadi budaya keseharian. Penelitian oleh Nielsen dan Einarsen pada tahun 2012 menemukan bahwa adanya bullying di tempat kerja menimbulkan permasalahan kesehatan fisik dan mental. Masalah tersebut antara lain: trauma, depresi, burnout (stress berat), munculnya ketidaknyaman, rendahnya komitmen pegawai hingga insomnia. Pegawai yang tidak bahagia dapat menjadi titik awal terbentuknya toxic environment di dunia kerja (Topchik, 2000). Kondisi ini akan menyebar seperti virus ke seluruh organisasi. Pegawai yang tidak bahagia akan kehilangan motivasi untuk 22

berkontribusi dan berkembang (Sageer, 2012). Mereka hanya memenuhi standar pekerjaan dianggap selesai tanpa merasa perlu melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas output maupun outcome suatu pekerjaan. Pekerjaan hanya menjadi rutinitas melelahkan yang tidak memberikan nilai positif ke kehidupan mereka kecuali keuangan. Pegawai menjadi tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi pada organisasinya. Berikutnya, organisasi akan sulit untuk berkembang dan tidak dapat berkontribusi sesuai harapan stakeholder karena minimnya inovasi. Pernahkan anda mengikuti suatu rapat yang hanya membuang waktu saja? Pembicaraan bertele-tele tidak jelas ujung pangkalnya? Rapat evaluasi yang membuat perasaan anda tertekan karena disitu hanya ada penghakiman-penghakiman kepada yang dianggap bersalah tanpa upaya untuk mencari solusi terbaik? Bila anda mengalami hal-hal tersebut, bisa jadi anda sedang berada di toxic workplace (Powers, 2010). Hal ini dapat terjadi karena tidak hadirnya pemimpin atau kepemimpinan dalam organisasi. Penelitian Muller, Geraldi dan Turner pada tahun 2011 menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara adanya kepemimpinan terhadap tercapainya tujuan suatu organisasi.

23

Personio baru-baru ini mempublikasikan tanda-tanda lingkungan kerja yang tidak sehat dengan mengelompokkan indikator-indikator

tersebut

menjadi

empat

aspek

yaitu

komunikasi, kesehatan mental, budaya kerja, dan kebiasaan. Detail indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Kondisi yang dapat ditemui pada lingkungan kerja yang tidak sehat. ASPEK Komunikasi

INDIKASI Terjadi komunikasi yang tidak efektif Komunikasi pasif-agresif menjadi hal biasa Terjadi perdebatan tidak sehat Sering terjadi miskomunikasi Sering terjadi konflik antar pegawai

Kesehatan

Pegawai merasa tidak mendapat istirahat

Mental

Pegawai kurang memiliki fleksibilitas dalam bertindak Terdapat bullying Terdapat perilaku agresif Pegawai

menunjukkan

tertekan atau depresi 24

gejala-gejala

Rendahnya motivasi pegawai Budaya kerja

Organisasi hanya mementingkan ukuran kuantitatif Adanya diskriminasi Pegawai merasa kurang dihargai Pegawai merasa seperti sedang dalam ancaman Merebaknya rumor/gossip/ghibah/gunjingan Micro-management oleh atasan Pegawai

merasa

tidak

penting

bagi

organisasi Pegawai merasa kurang leluasa dalam bertindak,

mengambil

keputusan

atau

berimprovisasi Kebiasaan

Ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab Target tidak terpenuhi (waktu, kuantitas, kualitas) Target organisasi (KPI) terlalu ambisius (tidak realistis) Terjadi konflik internal dan sulit terjadi kolaborasi antar pegawai 25

Atasan bertindak tidak rasional/rendahnya leadership Inkonsistensi pada proses promosi, reward atau kenaikan gaji Tingginya pegawai yang resign Sumber: https://www.personio.com/hr-lexicon/toxic-work-environment/

Apa yang harus saya lakukan bila berada di lingkungan kerja yang tidak sehat? Hal awal yang dapat dilakukan ketika anda menemukan tanda-tanda, bahwa lingkungan kerja Anda tidak sehat adalah dengan mengkomunikasikan tanda-tanda toxic workplace kepada kolega atau atasan (see something, say something) dengan jelas. Masalah di tempat kerja seringkali dimulai dari kurangnya komunikasi efektif antar pihak (Sias, 2012). Komunikasi antar pegawai

diharapkan

dapat

mengurangi

dampak

konflik

(Rosenberg dan Eisler, 2003) dan kesalahpahaman antar pegawai, atasan dan bawahan, atau antara pegawai dan stakeholder. Garcia (2012) menegaskan bahwa komunikasi yang baik dapat menumbuhkan rasa percaya (trust) antar individu dalam lingkungan kerja. Hal ini juga bertujuan untuk membangun awareness dalam lingkungan kerja (Belepant, 2017). 26

Membatasi kontak dengan toxic workplace diyakini dapat membuat pegawai lebih bisa bertahan di lingkungan toxic (Gardner dan Johnson, 2001). Dengan membatasi kontak, pegawai dapat melokalisasi dan meminimalisasi hal-hal yang dapat berdampak negatif dalam kehidupan profesional mereka. Kontak yang terjadi antara anda dan toxic workplace sebisa mungkin hanya sebatas hubungan profesional saja. Pembicaraan terkait hal yang bersifat pribadi di lingkungan kerja perlu dihindari. Hal ini agar anda lebih fokus pada pekerjaan dan tujuan organisasi. Sehingga kesehatan mental anda dapat terlindungi. Banyak ahli berpendapat bahwa toxic workplace susah untuk disembuhkan (Nunez, 2017). Oleh karena itu, sebelum mengobati lingkungan kerja, anda perlu memastikan kesehatan mental pribadi terlebih dahulu. Memperbaiki lingkungan kerja yang tidak sehat perlu dilakukan bersama-sama. Hal ini karena kebahagiaan dan produktivitas di lingkungan kerja dipengaruhi oleh banyak hal seperti adanya lingkungan kerja yang sehat dan work-life balance yang baik (Oswald et al., 2015). Namun demikian, peran sumber daya manusia dalam organisasi juga sangat penting (Kabene et al., 2006). Oleh karena itu, Anda perlu menggalang kekuatan dengan menempatkan diri bersama-sama dengan rekan kerja yang 27

memiliki positive vibes. Menurut penelitian, perilaku tertentu individu menular ke lingkungan di sekitarnya (Tyler, 2021). Berada dan berinteraksi dengan lingkungan yang positif dapat menjaga kesehatan mental karena lingkungan ini membantu Anda menjadi lebih optimis, termotivasi, dan bahagia (Alderman et al., 2006). Lebih jauh, orang-orang berpikiran positif cenderung memiliki tingkat depresi dan tingkat risiko penyakit kardiovaskular yang rendah (Diener dan Chan, 2011). Artinya, berada di lingkungan positif tidak hanya memberikan manfaat terhadap kesehatan mental saja tetapi juga dapat menjaga kesehatan fisik. "We but mirror the world. All the tendencies present in the outer world are to be found in the world of our body. If we could change ourselves, the tendencies in the world would also change. As a man changes his own nature, so does the attitude of the world change towards him. This is the divine mystery supreme. A wonderful thing it is and the source of our happiness. We need not wait to see what others do.” -Mahatma Gandhi-

Don’t be one of them. Hal utama yang perlu dilakukan pada saat kita berada di lingkungan kerja yang tidak sehat adalah jangan menjadi bagian dari masalah. Kita perlu menilai diri kita sendiri, jangan-jangan kitalah yang membuat lingkungan kita menjadi tidak sehat karena ternyata secara tidak sadar kata-kata 28

kita telah melukai rekan kerja kita. Mungkin tindakan kita membuat orang lain merasa tidak nyaman, tertekan bahkan terancam. Secara tidak sadar kita telah menjadi toxic bagi lingkungan kita. Pegawai yang tidak bahagia dapat menjadi titik awal terbentuknya toxic environment di dunia kerja (Topchik, 2000). Hanya orang bahagia yang bisa memberikan kebahagiaan (Cropanzano dan Wright, 2001; Frey, 2018), terutama di lingkungan kerja. Oleh karena itu, self-awareness menjadi sangat penting agar kita tau apa yang perlu diperbaiki atau perlu ditingkatkan dari diri kita (Showry dan Manasa, 2014). Kita perlu belajar untuk menerima kritik, berusaha untuk selalu berpikir positif, dan membiasakan diri untuk berpikir dulu sebelum bertindak. Kesimpulan Sebagian besar kita pernah atau sedang berada di lingkungan kerja yang tidak sehat atau biasa disebut sebagai toxic workplace. Lingkungan ini memberikan dampak negatif baik kepada individu di dalamnya maupun kepada organisasi. Kondisi ini dapat dikenali dari adanya beberapa keadaan yang ditemui seperti: adanya perilaku agresif, rendahnya tingkat kebahagiaan pegawai, dan tidak adanya leadership dalam lingkungan kerja. 29

Agar dapat bertahan dan memperbaiki lingkungan tersebut, halhal berikut bisa dilakukan: meningkatkan komunikasi yang efektif antar pihak, membatasi kontak dengan toxic workplace, berada di lingkungan yang memiliki positive vibes serta memastikan bahwa diri kita tidak termasuk sebagai pribadi yang toxic. Toxic workplace dimulai dari adanya pegawai yang toxic, sehingga bila tidak ingin lingkungan kerja Anda menjadi tidak sehat secara mental maka jangan menjadi pribadi toxic.

Referensi:

Alderman, B. L., Beighle, A., & Pangrazi, R. P. (2006). Enhancing motivation in physical education. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 77(2), 41-51. Baughman, R., DiNardi, D., & Holtz‐Eakin, D. (2003). Productivity and wage effects of “family‐friendly” fringe benefits. International Journal of Manpower. Belephant,

T. (2017). Communication styles: increasing

awareness between genders in the workforce. Cropanzano, R., & Wright, T. A. (2001). When a" happy" worker is really a" productive" worker: A review and further 30

refinement

of

the

happy-productive

worker

thesis. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 53(3), 182. Demsky, C. A., Fritz, C., Hammer, L. B., & Black, A. E. (2019). Workplace incivility and employee sleep: The role of rumination

and

Occupational

recovery

Health

experiences. Journal

Psychology,

24(2),

of 228–

240. https://doi.org/10.1037/ocp0000116 Diener, E., & Chan, M. Y. (2011). Happy people live longer: Subjective

well‐being

longevity. Applied

contributes

Psychology:

to

Health

health

and

and

Well‐

Being, 3(1), 1-43. Fergusson, s., (2022). Yes, Mental Illness Can Cause Physical Symptoms — Here's Why. [online] Healthline. Available at:

[Accessed 19 February 2022] Frey, B. S. (2018). Happiness and management. In Economics of happiness (pp. 55-58). Springer, Cham. Garcia, H. F. (2012). Power of Communication, The Skills to Build Trust, Inspire Loyalty, and Lead Effectively. FT Press.

31

Gardner, S., & Johnson, P. R. (2001). The leaner, meaner workplace:

Strategies

for

handling

bullies

at

work. Employment relations today, 28(2), 23. HR News. (2022). 70% of Brits have worked in a toxic workplace HR News. [online] Available at:

[Accessed

19 February 2022] Kabene, S. M., Orchard, C., Howard, J. M., Soriano, M. A., & Leduc, R. (2006). The importance of human resources management in health care: a global context. Human resources for health, 4(1), 1-17. Kasalak, G. (2019). Toxic behaviors in workplace: Examining the effects of the demographic factors on faculty members’ perceptions of organizational toxicity. International Journal of Research in Education and Science (IJRES), 5(1), 272-282. Malla, A., Joober, R., and Garcia A. (2015). Mental illness is like any other medical illness”: a critical examination of the statement and its impact on patient care and society.Journal Psychiatry Neuroscience. 2015 May; 40(3): 147–150.doi: 10.1503/jpn.150099

32

Mete, Y. A. (2013). Yüksek öğretim kurumlarında psikolojik yıldırma (terör): Uygulayanlar, mağdurlar ve seyirciler. The Journal of Academic Social Science Studies. 6 (2), pp.977993. Morgan, H. (2022). 17 Signs of A Toxic Work Environment (Plus What to Do). [online] Career Sherpa. Available at:

[Accessed 20 February 2022]. Müller, R., Geraldi, J., & Turner, J. R. (2011). Relationships between leadership and success in different types of project complexities. IEEE Transactions on Engineering Management, 59(1), 77-90. Nielsen, M. B., & Einarsen, S. (2012). Outcomes of exposure to workplace bullying: A meta-analytic review. Work & Stress, 26(4), 309-332. Nunez, K. W. (2017). Toxic cultures require a stronger cure: the lessons of fox news for reforming sexual harassment law. Penn St. L. Rev., 122, 463. Oswald, A. J., Proto, E., & Sgroi, D. (2015). Happiness and productivity. Journal of labor economics, 33(4), 789-822. Personio. (2022). Do You Have a Toxic Work Environment (and How

Do

You

Fix

It)? 33

18

Februari

2022,

https://www.personio.com/hr-lexicon/toxic-workenvironment/. Powers, Tara (2010). The Top 10 Signs a Toxic Workplace is Destroying Your Bottom Line. Powers Resource Center Rosenberg, M. B., & Eisler, R. (2003). Life-enriching education: Nonviolent

communication

helps

schools

improve

performance, reduce conflict, and enhance relationships. PuddleDancer Press. Sageer, A., Rafat, S., & Agarwal, P. (2012). Identification of variables affecting employee satisfaction and their impact on the organization. IOSR Journal of business and management, 5(1), 32-39. Sarwono, S.W. (2009). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: PT Balai Pustaka Shikdar, A. A., & Sawaqed, N. M. (2003). Worker productivity, and occupational health and safety issues in selected industries. Computers & industrial engineering, 45(4), 563-572. Showry, M., & Manasa, K. V. L. (2014). Self-Awareness-Key to Effective Leadership. IUP Journal of Soft Skills, 8(1). Sias, P. M., & Cahill, D. J. (1998). From coworkers to friends: The development

of

peer 34

friendships

in

the

workplace. Western Journal of Communication (includes Communication Reports), 62(3), 273-299. Topchik,

G.

S.

(2000). Managing

workplace

negativity.

AMACOM/American Management Association. Torkelson, E. Holm, Bäckström, K. & Schad, E. (2016). Factors contributing to the perpetration of workplace incivility: the importance of organizational aspects and experiencing incivility

from

others, Work

&

Stress, 30:2, 115-

131, DOI: 10.1080/02678373.2016.1175524 Tyler, T. R. (2021). Why people obey the law. Princeton university press. WebMD. (2022). How Does Mental Health Affect Physical Health [online] Available at: [Accessed 19 February 2022] .

35

Chapter II Article in English 36

The Effect of Tax Reform to Effective Tax Rate Eve

I choose descriptive quantitative research type, using a sample of 16 finance companies listed based on statistical data of Financing Institution as of December 2021 issued by OJK. The method used in this study is a regression method using an alpha value of 5%. This method is useful for analyzing the influence and relationship of financial variables that are in the 2019 and 2020 periods because of Perppu No. 1 of 2020 has been enforced since 37

2020 with Perppu No. 1 of 2020. The results of this study indicate that Tax Reform has a significant effect on the Effective Tax Rate (ETR) of financing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2021 in 2019-2020. The government's policy to work, study and worship from home to prevent the spread of COVID-19 seems to have a sustainable impact in various sectors, including the credit sector. Not only overshadowed by positive cases of COVID-19 which is increasing every day, banks and finance companies are also overshadowed by an increase in the ratio of non-performing loans (Non-Performing Loans) due to a decrease in the ability to pay debitors. This is due to companies limiting production capacity and even some companies taking policies to lay off their employees because they are unable to bear the company's operational and non-operational expenses amid restrictions on activities outside the home. As a result of this policy, people's incomes have decreased and have an impact on people's purchasing power and investment (Sihaloho MF, 2020). In a complicated situation like this, the government pays attention to banks as intermediary institutions and as one of the pillars of the national economy. The government issued a policy

38

to maintain financial system stability in the form of (Government Regulation in Lieu of Law Number 1 of 2020) which has been ratified as Law Number 2 of 2020 concerning State Financial Policy and Financial System Stability for Handling the COVID-19 Pandemic (Aulawi, 2020). In this regulation, the government gives authority and legal protection to the Financial System Stability Committee with implementation support from Bank Indonesia, OJK and the Loan Guarantee Agency to carry out policies to keep the economy running well. Efforts to reduce the tax burden generated by the company can be done in various ways such as tax planning, tax avoidance and tax evasion. Various policies can be taken by companies to reduce the amount of tax burden that must be paid by the company. and included in the selection of accounting methods to reduce the effective tax rate (ETR) (Felicia, 2015). The population of this study is multi-finance or financing companies

listed

on

the

Indonesia

Stock

Exchange

(http://www.idx.co.id/). Statistics of the Financial Institutions per December 2021 published by the OJK noted that there were 161 finance companies (including sharia) in Indonesia. with total 39

assets of 433,108 billion rupiahs, total liabilities of 298,737 billion rupiahs and total equity of 134,371 billion rupiahs. Of that number, there are 16 finance companies that have been listed on the Indonesia Stock Exchange (Indonesia Stock Exchange) which are used as samples in this research. Based on the results of the research above, Tax Reform has a positive and significant impact on the Effective Tax Rate (ETR) of financing companies listed on the IDX in 2019-2020. This means that the lower the corporate income tax rate (Tax Reform), the lower the Effective Tax Rate of the financing companies listed on the IDX. The researcher interprets that the existence of tax reform, namely a reduction in tax rates, is not proven to be used to carry out earnings management. The decrease in the Corporate Income Tax rate (Tax Reform) is in line with the decrease in the Effective Tax Rate. This is in line with the government's program to provide one form of incentive to the financing business sector. In addition, a competitive Corporate Income Tax (Tax Reform) rate is expected to attract investment in Indonesia. On the other hand, a reduction in the Corporate Income Tax (Tax Reform) rate poses a risk to state revenues. This is evidenced by the decrease in the Corporate Income Tax rate (Tax Reform) causing the amount of tax payable to be smaller. 40

This is reflected in the positive and significant impact of a reduction in the Corporate Income Tax (Tax Reform) rate on the Effective Tax Rate which will lead to a decrease in tax payments. The Directorate General of Taxes can always review and examine the effects of policies that have been implemented from various sides, one of which is the effect of reducing corporate income tax rates, including: 1. That based on the research results, Tax Reform has a positive and significant effect on the Effective Tax Rate. This shows that the existence of a reduction rate policy will create a better business climate where tax rates become more competitive so that it will be able to have a positive impact on taxpayer compliance. In addition, the DGT must expand the tax revenue base to cover potential losses from the impact of lowering the Corporate Income Tax rate. 2. Whereas the results of the research show that Tax Reform has a positive and significant effect on the Effective Tax Rate, the Directorate General of Taxes must continue to carry out more comprehensive supervision so that Tax Reform is not used to carry out Aggressive Tax Planning by Taxpayers.

41

BIBLIOGRAFI

Aulawi, Anton.

(2020).

Penerbitan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 sebagai Strategi Kebijakan Pajak Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Keuangan Negara. Progress: Jurna Pendidikan, Akuntansi dan Keuangan, 3(2), 110– 132. Erawati, Teguh & Jega, Beatrix Y. 2019. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang, Return On Asset (ROA) Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Tarif Pajak Efektif pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur BEI pada Periode

Tahun

2016-2018). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Humanika. Vol. 9 No. 3. 247-255. Felicia. 2015. Pengaruh Size, Debt to Equity Ratio, Risiko Perusahaan dan Kompensasi Rugi

Fiskal

terhadap Tax

Avoidance. Bachelor Thesis. Universitas Multimedia Nusantara. 11 Halaman.

42

Fernández-Rodríguez, Elena, García-Fernández, Roberto, & Martínez-Arias,

Antonio. (2021). Business and institutional

determinants of Effective Tax Rate in emerging economies. Economic Modelling, 94, 692–702. Ghozali, Imam.2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangandan-tahunan/. Diakses pada 27 September 2021. https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/lembaga pembiayaan/

Pages/-Statistik-Lembaga-Pembiayaan-Periode-

Desember-2021.aspx.

Diakses pada 2 Februari 2022.

Kadek Dwi Desiari, I. Ketut Jati. (2012). Analisis Efisiensi Sebelum dan Sesudah Berlakunya Perubahan Tarif PPh Badan Tahun 2009 dan 2010. Jurnal Akuntansi & Bisnis, 7(2), 228–242. Kamel, Naoui & Abdelkader, Kasraoui. 2020. Post Tax Reform and Corporate Effective Tax Rate: Evidence from Tunisia. Vol. 10 No. 3. 11 Pages. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Pajak 2020

43

Mahpudin, Rini Utami1 Endang. (2021). The Effect of Leverage, Capital Intensity, and Inventory Intensity on Effective Tax Rate. Poli, Simone. (2019). The determinants of the corporate effective tax rate of Italian private companies. African Journal of Business Management, 13(16), 507–518. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka

Menghadapi

Ancaman

yang

Membahayakan

Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Sihaloho MF. (2020). Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kredit

Macet

di

Tengah Pandemi. Retrieved from

https://kumparan.com.Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

44

Equal Opportunity in Economy Inequality Krisyanu Widyanto In the middle of a global economic downturn, an intriguing message appears. The number of wealthy people has risen dramatically. Forbes reported a new high of 2,755 billionaires in 2021, with a collective fortune of US$ 13.1 trillion, up 8% from the previous year. In the Covid-19 situation, the wealth of the world's small elite grew faster than in the last fourteen years combined. It is the largest annual growth in the history of records. Every 26 hours since the pandemic began, a new billionaire has been born.

45

In Indonesia, the same thing happened. According to Credit Suisse's Global Wealth Report 2021, the Indonesian population with over US$ 1 million net worth reached 171,740 people in 2020. In comparison to the previous year, this number climbed by 61.69%. Compared to Indonesia's overall population of 272 million people, wealthy people account for barely 0.1% of the population. Credit Suisse also stated that 417 very wealthy persons (with a net worth of more than USD 100 million) in 2020. Compared to the previous year, this figure has climbed by 22.29%. On the other hand, according to World Bank data, more than 60% of households lose some of their income. When the lockdown was implemented, more than a third of working people were forced to leave their jobs. According to Oxfam, over 160 million people are poor, defined as earning less than US$ 5.5 per day. Before the pandemic outbreak, the economy has already concentrated in the hands of a few super-rich people. According to research published by Oxfam and the International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) in 2017, long before the pandemic, titled “Menuju Indonesia yang Lebih Setara” (Towards a More Equal Indonesia), the combined wealth

46

of Indonesia's four wealthiest people, valued at US$ 25 billion, was equal to the combined wealth of the country's poorest 100 million people. After the pandemic happens, however, the condition has become worst. The state of social imbalance in society to the point where it creates a significant difference is usually called an inequality. Economic inequality refers to the unequal distribution of wealth, income, or consumption among individuals within a population. In other words, inequality is when the wealthy have a greater and more powerful position than the poor. Only a fair distribution of resources to the most vulnerable populations can eliminate inequality. According to the UN Department of Economic and Social Affairs (DESA) World Social Report 2020, income inequality has increased in most developed and some middle-income nations. The wealthiest 1% of the population benefited the most from the shifting global economy, increasing their share of income from 1990 to 2015, while the bottom 40% earned less than a quarter of the total income in all nations studied. Inequality can be measured in various ways, the most common of which is income. The Gini Index is a measurement

47

used by the World Bank to determine how far an economy's distribution of income (or, in some circumstances, consumption expenditure) deviates from a strictly fair distribution. Perfect equality is represented by a Gini index of 0, whereas perfect inequality is represented by a Gini index of 100.

Figure 1. Indonesia’s Gini Index Source: World Bank

Indonesia's Gini index has tended to rise since 2020, rising from 28.6 in 2000 to 38.2 in 2019 (see figure 1). Indonesia's Gini index has only declined six times in nearly two decades, in 2008, 2009, 2014, 2016, 2017, and 2018, with a significantly lower value than the number of increases. The disparity reflects a surge in incomes 48

for the wealthiest population segments, along with sluggish or even falling incomes for the poorest, especially during bad economic times.

Figure 2. Number and Percentage of Poor Population in Indonesia, 20022021 Source: Central Agency on Statistics

During the pandemic, the Gini Index rose in tandem with an increase in the poor population in Indonesia (see figure 2). The Indonesian government has been reasonably successful in reducing poverty levels throughout time. Even in 2019, it fell to a new low of 9.41%. The pandemic, however, caused poverty rates back to double digits in 2021. It needs to be concerned because

49

inequality will be detrimental to economic growth when poverty is high. Income inequality is frequently exacerbated when there is inequality of opportunity in society because equality of outcomes is dependent on equality of opportunity. For instance, children from the bottom 40% of households (a large segment of the population) are denied access to costly educational opportunities. As a result, they are less productive workers with lower earnings. Redistribution of wealth between wealthy and poor people and making it easier for people to climb the economic ladder

can

impact

economic

inequality.

Government

interventions should prioritize fostering equality of opportunity through in-kind transfers that increase people's ability to earn income. Without reducing the importance of other sectors, the main sectors that need government attention are education, health, and employment. Public policy can attempt to establish a ladder of chances so that each person has a realistic opportunity of achieving an economic niche in society based on their interests, goals, talents, and efforts. On the other hand, a well-educated

50

and health population is critical in supplying future skilled workers and assisting the economy's growth and progress. Massive growth in billionaires' wealth as poverty rises hardly indicates a healthy economy. However, something needs to be kept in mind: a society can be totally equal and completely impoverished, or exceedingly unequal and completely free of poverty. Furthermore, no society should expect or demand perfect income equality because it can only happen when everyone is the same and equally capable of contributing economically. However, the government needs to ensure that all residents have equal opportunities to earn a decent life, regardless of their social status, income, or wealth. By helping every resident have equal access to education, health, and employment, the government is one step closer to reducing poverty and inequality and restoring the economy during the pandemic.

51

Bibliography

Aiyar, S and Ebeke, C. 2019. The Threat of Inequality of Opportunity. [Online]. [Accessed 25th February 2022]. Available from: https://blogs.imf.org/2019/11/07/the-threat-of-inequality-ofopportunity/ Bruce, N. and Waldman, M. 1991. "Transfers in Kind: Why They Can be Efficient and Nonpaternalistic." The American Economic Review. 81(5): pp. 1345-1351. Credit Suisse. 2021. The Global wealth report 2021. [Online]. [Accessed 13th February 2022]. Available from: https://www.credit-suisse.com/about-us/en/reportsresearch/global-wealth-report.html Central Agency on Statistics. 2022. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2021 (Indonesia Macro Poverty Calculation and Analysis in 2021). [Online]. [Accessed 13th February 2022]. Available from: https://www.bps.go.id/publication/2021/11/30/ 9c24f43365d1e41c8619dfe4/penghitungan-dan-analisiskemiskinan-makro-indonesia-tahun-2021.html Dolan, K.A., Wang, J., and Peterson-Withorn, C. 2021. Forbes World’s Billionaires List: The Richest in 2021. [Online]. [Accessed 15th February 2022]. Available from: https://www.forbes.com/billionaires/ Ingraham, C. 2018. How rising inequality hurts everyone, even the rich. [Online]. [Accessed 21st February 2022]. Available from:

52

https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2018/02/06/h ow-rising-inequality-hurts-everyone-even-the-rich/ Kim, C. U. and Park, J. 2021. Towards a feasible income equality. [Online]. [Accessed 27th February 2022]. Available from: https://blogs.lse.ac.uk/businessreview/2021/06/02/towards-afeasible-income-equality/ Oxfam and INFID. 2017. Menuju Indonesia yang Lebih Setara (Towards a More Equal Indonesia). [Online]. [Accessed 13th February 2022]. Available from:https://indonesia.oxfam.org/latest/policy-paper/laporanketimpangan-indonesia-menuju-indonesia-yang-lebih-setara Oxfam International. 2022. Ten richest men double their fortunes in pandemic while incomes of 99 percent of humanity fall. [Online]. [Accessed 16th February 2022]. Available from: https://www.oxfam.org/en/press-releases/ten-richest-mendouble-their-fortunes-pandemic-while-incomes-99-percenthumanity United Nations Department of Economic and Social Affairs. 2020. World Social Report 2020. [Online]. [Accessed 20th February 2022]. Available from: https://www.unilibrary.org/content/books/9789210043670 World Bank. 2021. Inequality under the COVID-19 Pandemic. [Online]. [Accessed 14th February 2022]. Available from: https://live.worldbank.org/inequality-under-covid-19-pandemic World Bank. 2022. Gini index (World Bank estimate). [Online]. [Accessed 20th February 2022]. Available from: https://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI 53

Chapter III Opini Ringan dan Cerita Keseharian

54

Doktor “Geblek” Amrih Basuki Purnomo Sore ini terasa dingin karena sejak pagi hujan turun rintikrintik, tidak deras tanpa henti. Suasana yang dingin dengan udara basah membuat mulut rasanya ingin mengunyah terus. Aku lalu mengajak anakku mencari cemilan untuk teman ngeteh bareng keluarga. Kebetulan hari itu kami berkumpul di rumah orang tua di kampung. Aku ajak anakku jalan menggunakan payung menuju salah satu gubug di tepian desa yang kelihatan asap mengepul, pertanda ada aktivitas disana.

55

Dalam perjalanan anakku bertanya: “Pa, kita mau kemana hujan-hujan begini memang ada yang jualan?”. Aku meyakinkan anakku: “tenang mas, nanti kamu lihat di gubug sana itu banyak gorengan yang mengundang selera dan rasanya enak”. Kamipun berjalan kira-kira tiga ratus meter dari rumah menuju gubug di tepian desa yang tampak sepi, karena pas tidak ada pembeli di gubug itu. Sampai di depan gubug nenek penjual goreng menyapa ramah: “Monggo ngersakke nopo mriki, jan…niki udan ket esuk boten leren, monggo lenggah kula gorengke nopo, monggo milih” (silahkan mau apa, silahkan milih, ini hujan dari pagi gak berhenti, silahkan duduk saya gorengin silahkan pilih). Saya menjawab si nenek: “Wah lha dereng goreng to mbah… nyuwun geblek setangkep, tempe kalih doso, tahu kalih doso nggih mbah” (Wah belum menggoreng ya mbah, minta geblek sepasang, tempe dua puluh dan tahu dua puluh ya mbah). Si mbah penjual menjawab: “Nggih kula gorengke, sengojo boten goreng kajenge anget eco ngge konco ngopi, sabar tengga nggih” (iya saya gorengin, sengaja nggak menggoreng biar hangat enak buat teman ngopi, sabar nunggu ya). Sambil menunggu pesanan yang sedang digoreng, anakku bertanya dimana rumah nenek penjual gorengan, kok 56

jualan di gubug sendirian. Kujelaskan bahwa si nenek ini sudah sejak lama berjualan di gubug di tepian desa, sedangkan rumah si nenek ada di desa seberang persawahan. Anakku masih penasaran, apa tidak ada keluarganya kok sendirian. Kujelaskan kalau anak nenek penjual gorengan ini sudah berhasil dan sekarang tinggal di Jogja. Nenek penjual gorengan itu tidak mau berhenti berjualan meskipun anak tunggalnya sudah sukses dan menjadi dosen di Jogjakarta. Anakku semakin penasaran kenapa nenek penjual gorengan tidak ikut anaknya kalau anaknya sudah sukses. Untuk mengobati rasa penasarannya, aku mencoba bertanya kepada nenek penjual gorengan, “Ibu keng putro sak meniko wonten pundi, kulo mireng sampun dados Dosen nggih?” (Ibu anak ibu sekarang dimana, saya dengar jadi dosen ya?) Si nenek dengan semangat menjelaskan: “inggih leres mas” (iya bener mas). Saya meminta si nenek menjelaskan menggunakan bahasa Indonesia biar anakku paham. Nenek penjual gorengan mulai cerita: bahwa sejak suaminya meninggal ketika anaknya kelas 5 SD, dia memulai menjual gorengan di gubuk ini, yang terkenal adalah geblek-nya (geblek adalah makanan khas Purworejo dan Wates, Kulon Progo yang berbahan tepung kanji dari ketela pohon seperti cireng kalau di Jawa Barat, yang digoreng berbentuk cincin di gandeng57

gandeng menjadi seperti lingkaran/cincin dengan rasa gurih). Hasil penjualan

geblek

dan

gorengan

di

gubug

itu

untuk

menyekolahkan anaknya sampai kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Jogja dan saat ini anak nenek penjual gorengan sudah memperoleh gelar Doktor, maka anaknya sering bercanda ke ibunya katanya kalau gelarnya adalah Doktor Geblek karena dari hasil ibunya jualan geblek Pak Doktor ini bisa sekolah sampai menjadi Doktor. Saat ini, nenek penjual gorengan tidak mau ikut anaknya dan tetap menjual geblek dan gorengan lainnya karena ingin mempertahankan jalan hidup keluarganya dan agar pelanggan tidak kecewa karena geblek dan gorengannya banyak digemari orang. Si nenek juga menjelaskan kadang Pak Doktor juga ikut membantu kalau pas pulang kampung sambil ajak anak-anaknya ikut jualan geblek, dan terkadang di nenek di undang ke kampus Pak Doktor untuk menyiapkan gorengan sebagai hidangan acara kampus.

Demikian

si

Ibu

mengakhiri

ceritanya

sambil

menyerahkan pesanan kami dan menyebutkan jumlah yang harus kami bayar. Sebelum kami pulang si nenek bilang ke anakku:” Le, kamu sekolah yang rajin biar jadi Doktor seperti anak nenek ya…” Anak saya dengan senyum menjawab: “Iya mbah.. mbah sehatsehat ya” 58

Dalam perjalanan pulang anakku tidak henti-henti menyatakan kekagumannya kepada nenek penjual gorengan dan anaknya yang berjuang keras tak kenal lelah meraih kesuksesan. Saat itu, aku berkesempatan memberikan sedikit pelajaran ke anakku, bahwa kalau kita berusaha maka kita akan mendapatkan dan kalau kita bersyukur atas apa yang kita dapatkan maka kita akan menikmatinya dan Tuhan akan menambahkan terus nikmat yang kita syukuri. Aku tambahkan, kalau kita harus selalu ingat kita berasal dari mana sehingga tidak akan sombong denga apa yang kita miliki, segala yang kita miliki pasti ada peran orang lain dan pasti Tuhan yang memberi. Seperti Pak Doktor yang tidak malu ikut membantu ibunya jualan geblek, bahkan membawa ibunya ke acara kampus, dan malah menyebut dirinya Doktor Geblek karena bisa meraih gelar Doktor dari hasil ibunya jualan geblek. Sampai di rumah kami menikmati gorengan sambil minum teh gula batu diiringi rintik

hujan

dan

candaan yang

menghangatkan

kebersamaan keluarga ini, dan itu salah satu nikmat dari Tuhan. Kebersamaan bersama keluarga dalam suasana yang hangat dan penuh keakraban.

59

Kamu Harus Kuat, Nak... Joko Pitoyo Manusia

diciptakan

tentunya

tidaklah

sia-sia.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Tuhan, tugas manusia ialah untuk menjadi pemimpin di muka bumi, untuk memakmurkan bumi. Memakmurkan, baik dalam arti kesejahteraan atau ketaatan kepada Tuhan. Anak juga merupakan titipan Tuhan dan manusia yang dititipi tentunya manusia yang sudah terpilih dan terukur dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Untuk kita yang belum memiliki anak janganlah mengeluh karena itu berarti Tuhan masih belum menitipkannya. Tuhan pasti lebih mengerti 60

dan memberikan yang terbaik untuk umatNya. Bagi yang mempunyai banyak anak jangan pula mengeluh karena sebegitulah titipan Tuhan, oleh karena itu jangan sia-siakan mereka. Rawat dan didiklah mereka untuk menjadi orang yang berguna. Kupandangi wajah si bungsu saat tidur, kurebahkan badanku sambal memeluk si bungsu sampai akupun ikut terlelap. Saat itu usia si bungsu menginjak 11 tahun dan tinggal bersamaku di rumah kos berukuran 4 x 12 meter. Karena sesuatu hal maka si bungsu tinggal bersamaku dan terpisah dengan ibunya yang tinggal di luar kota bersama si sulung dan si tengah. Saat ditanya, si bungsu lebih memilih tinggal dan bersekolah bersamaku. Karena pekerjaanku yang membutuhkan waktu panjang dan sering pulang malam, maka si bungsu sekolah di full day school yaitu sekolah seharian, agar ketika dia pulang sore, jeda waktu pulang sekolah dengan waktu pulang saya kerja tidaklah terlalu lama. Soal makan tidaklah masalah karena sudah ada sukarelawan yang selalu mengirimkan makan pagi dan siang. Untuk makan malam biasanya kami membeli dari warung yang banyak berjualan di pinggir jalan. Memang sering kutinggal sendiri si bungsu karena aku berpikiran supaya ia mandiri. Dulu ayahnya usia 11 tahun sudah

61

mandiri hidup tanpa orang tua, maka anak juga seharusnya sudah bisa dilatih mandiri. Tidak terasa sudah hampir satu tahun si bungsu ikut bersamaku. Ketika tiba-tiba, suatu saat ia merasa sakit perut, segera aku periksakan ke klinik, dan menurut dokter hanya sakit maag karena kemungkinan telat makan. Namun sakit tersebut, tak kunjung sembuh malah makan dan minum sungguh luar biasa kuat. Disinilah kecurigaanku timbul sepertinya ada yang tidak beres. Kubawa si bungsu ke dokter lain dan oleh dokter dilakukanlah cek gula darah, ternyata hasilnya tidak terdeteksi dan kami disarankan untuk cek di laboratorium. Kebetulan bersamaan dengan liburan tahun baru maka si bungsu kukirimkan liburan ke tempat ibunya melalui travel, lagi-lagi kulatih anak untuk bisa mandiri, namun tetap saya memberikan bekal baik makanan maupun uang jajan untuk perjalanan. Jarak tempat tinggalku dengan tempat tinggal ibunya anak-anak ditempuh dengan waktu kurang lebih 5 jam. Perjalanan si bungsu tentunya tidak lepas dari pantauan, melalui telepon seluler kutelepon sang sopir yang sebelumnya sudah aku titipkan si bungsu. Benar adanya setelah memakan waktu perjalanan kurang lebih 5 jam sampailah si bungsu di

62

tempat tujuan, melalui telepon dari ibunya yang mengabarkan kedatangan si bungsu. Legalah hatiku. Masih melanjutkan pengobatan si bungsu akhirnya dilakukan cek laboratorium oleh ibunya untuk melihat gula darahnya. Sungguh di luar dugaan, hasilnya hampir 700. Dughh…. Seperti dihantam petir berita ini mengejutkanku, saat itu akhirnya si bungsu dirawat. Seolah tak percaya mana mungkin anak sekecil itu sudah terserang penyakit gula. Tapi inilah kenyataan, inilah fakta, inilah yang harus kami hadapi. Apa dosaku mengapa harus anakku yang menanggung. Kucoba untuk merenung dan mengevaluasi diri. Saat itu juga aku langsung berangkat ke kota tempat si bungsu di rawat. Dokter menjelaskan bahwa salah satu organ vital si bungsu mengalami kerusakan sehingga tidak bisa menghasilnya insulin secara sempurna. Tambah tak karuan perasaan ini mendengar itu, masih tidak percaya bahwa si bungsu harus disuntik insulin setiap hari. Duh Tuhan inilah ujianku. Engkau sudah menitipkan anak ini kepadaku, maafkan aku Tuhan jika aku kurang bisa menjaganya. Kini kami sudah berkumpul kembali bersama si bungsu, ibunya dan kedua kakaknya. Saat ini si bungsu setiap hari sudah 63

bisa menyunntik insulin sendiri 4 sampai 7 kali dalam sehari. Awalnya si bungsu protes mengapa hanya dia yang seperti ini sedang kedua kakaknya baik-baik saja. Susah juga menjelaskan namun pelan-pelan memberi pengertian bahwa ananda adalah yang dipilih Tuhan untuk menerima ujian ini karena ananda orang yang paling kuat. Maka kamu harus kuat nak … Doa ayah untukmu, meski kamu diberi ujian berupa penyakit ini tetaplah semangat dan beraktivitas seperti anak yang lain. Tetaplah semangat dan berprestasi. Jadilah manusia berguna bagi banyak orang. Kamu harus kuat nak … Salam santun dan tetap semangat.

64

Proyeksi Sugeng Prayitno Vladimir Nabokov mengatakan bahwa respon terbaik terhadap

kritik

yang

memusuhi

adalah

menguap

dan

melupakannya. Semua orang punya pendapat dan mereka berhak mempunyai pendapat sendiri. Tetapi banyak orang merasa terdorong membagikan mutiara hikmat itu kepada kita, khususnya dalam bentuk kritik. Sementara kita belum tentu senang mendapatkan data yang cantik ini. Kita tidak perlu menjadi 65

kewalahan karenanya…toh itu hanya pendapat. Izinkan saya memberikan dua contoh. Dua kritikus film menulis yang berikut tentang film Persuasion. Kritikus film (Tuan A) Ampun! Duduk selama 112 menit menonton Persuasion sungguh merupakan latihan keuletan. Penuh dengan performa yang seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik dengan boneka tangan, penyutradaraan yang buruk, dan naskah cerita yang hampir mustahil untuk di ikuti, sedikit sekali kepositifan yang dapat mengkompensasikannya. Kritikus film (Tuan B) Persuasion itu film yang sempurna….Saya belum pernah membacanya sehingga kisahnya sama sekali baru. Di satu pihak, film ini demikian baik sehingga seandainya sudah membacanya seribu kalipun, saya akan tetap takjub menonton akting serta produksinya.

Mudah-mudahan

semua

anggota

OMOAr

menonton film ini. Film ini layak diberikan penghargaan dalam tak terhitung banyaknya kategori. Apakah kedua orang ini menonton film yang sama? Sungguh sulit dipercaya bukan?

66

Masing-masing membawa siapa mereka ke bioskopnya dan karenanya, pulang dengan pendapat yang demikian berbeda. Apa yang sesungguhnya terjadi…? Yang terjadi adalah proses yang disebut memproyeksikan. Terhambat oleh beban dari segala pengalamannya

di

masa

lalu,

kritikus

anda

cenderung

memandang segalanya dengan cara tertentu. Apakah yang anda ketahui tentang orang ini, yang akan mencondongkannya ke pendapat seperti itu? Apakah ini benarbenar tentang anda atau apakah ini hanya proyeksi? Adakah kebenaran dalam apa yang diucapkannya? Apakah ini permintaan perubahan yang disarukan dalam kritik? Kalau anda bisa menelaah kritiknya tanpa emosi, anda bisa mengevaluasi apakah anda perlu mengadakan penyesuaian berdasarkan informasi tersebut, melakukannya bila perlu, lalu maju terus.

67

Pengalaman di Masjid Jogokariyan Ahmad Sodikin Saat mendengar Masjid Jogokariyan, mungkin dari kita sudah ada yang tahu dan mungkin juga ada yang belum. Nah, kali ini penulis mencoba memberikan informasi dan pengalaman saat berkunjung ke Masjid Jogokariyan.

68

Sebelum

dimulai, penulis

mencoba

riset dengan

melakukan pencarian di Google dan mendapatkan hasil sebagai berikut: 1.

Tentang Masjid Jogokariyan, Masjid Kampung di Yogya yang Mendunia (https://news.detik.com)

2. Masjid Jogokariyan: Sejarah, Lokasi & Keistimewaan - Salsa Wisata (https://salsawisata.com) 3. Masjid Jogokariyan Yogya Tebar Voucher Gratis Rp 4 Juta Sehari (https://bisnis.tempo.co) 4. Kenalkan Saldo Infak Nol Rupiah, Ini 4 Fakta Unik Masjid Jogokariyan Jogja (https://m.merdeka.com) Ya.... Saat melihat hasil pencarian di Google, penulis langsung berucap “Waw”, “Masya Allah”. Berawal dari rasa penasaran tersebut, kemudian penulis dengan beberapa jamaah masjid komplek mengadakan kunjungan ke Masjid Jogokariyan. Tujuan lain kunjungan adalah untuk memvalidasi informasi Google tersebut. Hehehe. Yuks kita mulai. Singkat cerita, Saat sampai di Jogyakarta, kami beserta rombongan berkumpul di bus pada pukul 03.50 WIB untuk menuju Masjid Jogokariyan yang berjarak kurang lebih 6 km dari hotel tempat kami menginap. Perjalanan 20 menit kami tempuh sehingga sampai ke tempat tersebut. Suasana haru dan 69

bergetar hati ini, saat melihat jamaah menunggu shalat Subuh. Benar-benar seperti yang penulis baca dan dengar selama ini. Jamaah bertumpah ruah seperti saat shalat Jumat. Sudah nampak hiruk pikuk keramaian para jamaah di sana. Bersamaan dengan kunjungan kami yang kebetulan di hari Sabtu, DKM Masjid Jogokariyan mengadakan kegiatan rutin yang diadakan pada hari Sabtu dan Ahad tiap pekannya, dengan nama “Pasar Rakyat Jogokariyan” dengan slogan “Dari Masjid Ekonomi Rakyat Bangkit, Segera Merdeka dari Ekonomi Covid”, pilihan kata terakhir sangat tepat dalam menyikapi kondisi saat ini, ‘Covid’. Suasana di jalan selebar kurang-lebih enam meter di luar masjid sudah diramaikan oleh para pedagang, kebanyakan menjual makanan dan minuman siap saji, ada juga pedagang yang menjual barang berupa oleh-oleh. Baru kami ketahui tujuan para pedagang mangkal di jalan depan masjid, ternyata Takmir Masjid membagikan kupon belanja senilai Rp. 10.000, yang dapat digunakan di semua pedagang disitu, mulai dari soto ayam, gudeg, wedang uwuh, dll. Sebelum shalat Subuh, kami masih berkesempatan untuk Shalat Tahiyatul Masjid dan Shalat Fajar, yang mana sholat itu pahalanya lebih baik dari dunia dan isinya. Kemudian Shalat Subuh dilaksanakan dengan imam yang suaranya sangat merdu 70

dan khusyu'. Sesuai Shalat Subuh, kami mendengarkan kajian dan ucapan selamat datang dari Takmir Masjid Jogokariyan karena kebetulan pada hari tersebut, terdapat kurang lebih 5 rombongan yang mempunyai niat yang sama untuk belajar tentang Manajemen Masjid di masjid tersebut. Sehabis kajian tersebut, banyak diantara kami yang melaksanakan sholat Sunah Isyraq, atau sholat sunah saat matahari mulai terbit, namun tidak sedikit jamaah yang sudah mulai menikmati hidangan pagi, baik yang mengeluarkan duit sendiri, atau yang membayarnya dengan kupon belanja dari masjid. Manajemen Masjid Jogokariyan Pada pukul 09.00 WIB, tiba saatnya kami belajar dan menggali informasi terkait Manajemen Masjid Jogokariyan. Infomasi antara lain yang disampaikan oleh Takmir Masjid Jogokariyan adalah: 1.

Masjid harus selalu terbuka untuk jamaah.

2. Masjid harus bisa menyediakan fasilitas dasar untuk jamaah, perbanyak WC, selalu tersedia air wudhu. 3. Pemilihan ketua masjid dilaksanakan dengan cara ‘Pemilu’ kepada semua umat muslim di lingkungan Jogokariyan, yang 71

merupakan nama daerah setempat, sehingga tidak terbatas hanya pada jamaah yang rutin hadir. 4. Masjid mendata secara lengkap kegiatan umat sekitar, siapa yang dhuafa, fakir, pengkurban, dan lain-lain. 5. Takmir masjid menjabat dengan waktu atau periode terbatas. 6. Takmir jangan takut kehabisan dana. 7. Lebih mudah menyolatkan yang meninggal daripada yang masih hidup 8. Masjid menjajagi siapa saja calon jamaah yang mau belajar sholat. 9. Masjid membuat langkah-langkat yang terukur untuk tujuan tertentu, seperti target jamaah sholat subuh sebanyak sholat jumat, harus dievaluasi dengan cara yang berubah-ubah, tetapi tujuannya tetap sama. 10. Masjid bisa memenuhi kebutuhan bagi orang ‘kaya’, orang ‘berambisi’, karena susah menebak kebutuhan mereka, ketimbang memberi solusi bagi (maaf) orang duafa, hanya diberikan kebutuhan pokok, masalah selesai, sementara bagi orang ‘kaya’, harus diamati seperti apa infaq yang mungkin akan mereka berikan, tidak harus ‘cash’ tetapi dengan caracara yang unik yang membuatnya terus mencintai masjidnya.

72

11. Jangan dibiasakan mindset debat saat rapat, biarkan yang memberi usul bisa menjalankannya, dan tidak harus mengikuti keberhasilan masjid lain, tetapi tetapkan tujuan. 12. Takmir masjid juga bercerita tentang sejarah masjid, unit usaha masjid berupa penginapan di lantai 3 untuk mendukung pendanaan masjid. Dari beberapa hal yang disampaikan di atas, terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil. Semoga masjid-masjid yang lain bisa mengadopsi dan menjalankan program-program yang cocok sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk

jamaah

baik

dalam

kenyamanan

meningkatkan perekonomian.

73

beribadah

dan

MacBook: dari Masa ke Masa Usman Damanhuri

MacBook merupakan laptop yang banyak memiliki kelebihan dan keunikan. Tak dapat dipungkiri, banyak orang melirik untuk mendapatkan perangkat komputer Mac portabel yang satu ini. Desainnya yang elegan dan berkelas sangat diburu khususnya oleh kaum muda-mudi. Eits, ternyata MacBook mengalami beberapa perkembangan dan perubahan loh! 74

Dari masa ke masa, laptop besutan Apple ini mengalami beberapa transformasi yang menciptakan tren baru dikalangan masyarakat. Yuk kita simak sejarah dan perkembangan MacBook. Sebelumnya, nama yang digunakan Apple untuk laptopnya sejak tahun 1991 adalah PowerBook. Dua puluh lima tahun terakhir, banyak perubahan-perubahan yang terjadi terhadap PowerBook. Sukses di pasaran, PowerBook ini memiliki banyak versi dan yang terakhir adalah PowerBook G4. Dirilis pada tahun 2001, desain PowerBook G4 memperkenalkan gaya ramping dan ringkas seperti MacBook yang beredar saat ini. Predecessor MacBook (1991 – 2006)

Pada 16 Mei 2006, MacBook Original dirilis pertama kali. MacBook Original yang disebutkan di sini adalah MacBook White 75

atau MacBook Unibody yang kala itu debut dengan desain modern yang belum pernah dibuat oleh merek lain. Di Amerika Serikat, MacBook merupakan laptop terlaris dibandingkan merek apapun pada tahun 2008. Terdapat tiga kali transformasi desain yang signifikan seperti kombinasi polikarbonat dan fiberglass, unibodi polikarbonat, dan konstruksi unibodi alumunium.

MacBook Original (2006 – 2011)

Versi pro dari MacBook diperkenalkan pada tahun 2006 dan hadir dengan desain unybody alumunium ramping, layar 76

retina, dan processor Intel. Sejak rilis versi pro, fitur dan spesifikasinya telah mengadopsi inovasi yang mutakhir. Pada tahun 2015, Apple akhirnya merilis generasi terbaru dari MacBook yang merupakan mesin pembangkit tenaga listrik dibungkus dengan bodi alumunium tipis dan ringan. Pada Juli 2019, Apple memperkenalkan MacBook Pro termodifikasi yang bergaya kupukupu yang dilengkapi prosesor 8-inti super cepat, penyimpanan berkapasitas tinggi, grafik generasi berikutnya, dan sistem suara yang lebih baik. MacBook Pro (2006 – sekarang)

Selain MacBook Pro, MacBook Air juga hadir pada 2008 sampai sekarang ini. Berikut diulas berbagai perbedaan antara

77

MacBook dan MacBook Air agar kamu tidak bingung dalam menentukan pilihan. MacBook Air adalah salah satu jenis MacBook yang berbeda dibandingkan tipe New. Apple menyediakan dua pilihan ukuran layar yaitu 11 inci dan 13 inci. Apa perbedaan yang mencolok dari kedua jenis ukuran layar tersebut?

MacBook Air

Versi 11 inci memiliki spesifikasi yang terbilang sangat baik untuk keperluan komputasi ringan. Apple MacBook Air 11 inci 78

ini didukung dengan prosesor Intel Core i5-425OU dengan kecepatan 1,3 Gz dan RAM berkapasitas 4 GB. Untuk urusan grafis, versi 11 inci sudah dilengkapi dengan VGA sebesar 1024 MB dan kartu grafis dari Intel HD 5000. Selain itu, Apple MacBook Air 11 juga didukung dengan OS X Mountain Lion 10.8.4, sejumlah konektivitas

standar

seperti

Bluetooth

dan

WiFi,

serta

menyediakan dua pilihan jenis memori internal SSD yaitu 128 GB dan 256 GB. Sementara itu, versi 13 inci adalah salah satu varian terbaru yang sudah mendapatkan upgrade terbaru. Dirilis secara resmi pada 10 Juni 2013, laptop ini datang dengan spesifikasi yang lebih baik dari versi 11 inci sebelumnya. Versi 13 inci didukung dengan prosesor Intel Hawell Core i5 dual-core 1,6 Gz (Turbo Boost hingga 2,7 GHz). Sementara itu, RAM yang ditawarkan sebesar 8 GB LPDDR3 1600 MHz dan dukungan kartu grafis intel HD Graphics 1600 MHz. Terdapat tiga varian pilihan penyimpanan internal, yaitu 128 GB SSD, 256 GB SSD, dan 512 GB SSD.

MacBook Pro Jika kamu mencari laptop Apple kelas tertinggi, MacBook Pro jawabannya.

79

Laptop ini menawarkan spesifikasi yang berkualitas yang mana tidak hanya handal dalam komputasi ringan, tetapi juga cocok digunakan untuk keperluan komputasi berat seperti mengedit video dan foto, desain grafis, mastering audio, hingga bermain game. Laptop Apple Pro ini tersedia dengan dua model yaitu 13 inci dan 15 inci.

Model 13 inci merupakan seri lama diperkenalkan pada tahun 2009 silam yang tidak dilengkapi tampilan layar Retina Display. Seri lama model ini saat itu masih menggunakan internal optic “Super Drive” dengan dukungan 8 GB dan 4GB RAM. Selain itu, laptop ini juga dilengkapi penyimpanan SATA 500 GB dan 750 GB hard disk drive. Seri lama dari laptop ini masih menggunakan prosesor dual core Intel Core i5 2,5 GHz. Sementara itu, model 15 80

inci yang terbaru dapat dipastikan sudah didukung dengan Retina Display. Laptop Apple pro ini sudah dilengkapi spesifikasi yang ajib yakni prosesor i7 Quad Core 2.0 GHz, RAM 8 GB, dan penyimpanan SSD berkapasitas 256 GB. Selain dua model yang disebutkan, terdapat model terbaru yaitu MacBook Pro Touch Bar dan Touch ID yang diperkenalkan oleh Apple dalam acara yang bertemakan Hello Again pada Oktober 2016 lalu. Di Indonesia secara resmi laptop ini baru benar-benar tersedia pada awal Januari 2017 di iBox. Model Touch Bar ini tersedia dengan ukuran layar 13 dan 15 inci yang memiliki dua varian warna yaitu gold dan silver. Pada versi 13 inci, Apple melengkapinya dengan prosesor Intel Core i5 2,9 GHz dengan panduan RAM 8 GB LPDDR3 yang dapat ditingkatkan sampai 16 GB. Sementara itu, versi 15 inci sudah menggunakan prosesor Quad Core i7 2,6 GHz dengan panduan RAM 16 GB LPDDR3. Masing-masing dari kedua versi ini tersedia dalam dua pilihan penyimpanan internal SSD berkapasitas 256 GB dan 512 GB. Demikian ulasan di atas yang membahas sejarah singkat dan tipe MacBook yang beredar dipasaran saat ini. Nah, bagi kamu yang ingin memiliki MacBook bekas dengan kualitas jempolan hampir seperti baru dan berkonsultasi seputar MacBook bisa mengikuti akun Instagram @barsec2nd. Selamat memilih! 81

Bukan si Bento Larasati Alamsyah

Dengan muka yang tersipu malu, seorang siswi SMA 001 bertanya “Rob… hmm gimana ya ngomongnya… dari kelas satu aku udah suka sama kamu, kamu mau engga jadi pacarku?”. “Makasih ya sudah suka sama aku, tapi maaf aku engga bisa, lagi mau fokus sekolah” sambil tersenyum manis Robby menjawab. Siswi tersebut kembali ke kelas dengan wajah tertunduk. Robby pun kembali ke kantin menghampiri teman-temannya dan melanjutkan makan mie instan kesukaannya.

82

“Wahhh si pangeran udah kembali nih, gimana diterima engga?” canda Niko. “iya nih dapat pajak jadian dong kita, traktir makanan boleh kali hahaha” timpal Noval. “Duh kalian kaya baru kenal gue, ya gue tolak lah males banget ngurusin anak perempuan orang hahaha” jawab Robby. “Emang lu kasih alasan apa tadi? Hahaha” tanya Niko. Robby menjawab sambIl memutar bola matanya ke atas “ya kaya biasa, gue mau fokus sekolah hahaha basi banget ya alasannya”. Kejadian seperti ini tidak sekali dua kali, sudah lebih dari lima kali Robby di tembak perempuan. Robby merupakan siswa kelas 3 di SMA 001, ia terkenal dengan sikapnya yang mudah bergaul, ramah, pintar, berbakat dalam bidang olahraga, dan memiliki ekonomi berkecukupan. Robby selalu menolak semua permintaan perempuan yang mengajaknya untuk berpacaran. Alasannya adalah dia tidak mau direpotkan dengan kegiatan saat ia memiliki ikatan yang menurutnya sementara dan memiliki pengalaman buruk tentang percintaan. *Brum brum* suara motor ninja Robby yang memberikan tanda ke Pak Satpam untuk membuka pagar rumah. “Halo den Robby” sapa Pak Satpam saat membuka pagar. “Oh iya halo Pak, Makasih Pak” sapa Robby sembari melajukan motornya ke dalam

83

garasi. Robby membuka pintu rumah dan melihat Mamah Vina serta Kakak perempuannya sedang bermain dengan Liza. “Hai… loh kok tumben dirumah Kak?” tanya Robby ke Kak Sonia. “Iya nih tadi Liza panas jadi izin tadi siang, eh sekarang udah sehat” jawab Kak Sonia. “Kangen itu sama Mamahnya, Mamah sibuk kerja terus yah sayang?” canda Mamah Vina. Liza adalah anak Kak Sonia yang baru berusia 2 tahun. Liza dibesarkan

oleh

Kak

Sonia

seorang

diri.

Ayah

Liza

meninggalkannya sejak Liza masih dalam kandungan. Inilah pengalaman buruk Robby tentang percintaan, yaitu kandasnya rumah tangga Kakak kandungnya akibat orang ketiga. Robby memiliki rasa ketidakpercayaan yang cukup tinggi untuk kesetiaan seseorang terhadap pasangannya, ia selalu berfikir menikah yang terikat dengan ikatan suci bisa melakukan hal merusak hubungan apalagi hanya pacaran saja. “Yaudah Kak, mending berhenti kerja, ngurus anak aja dirumah” saran Robby. “Iya Nia, toh kerjanya juga kan sama Papah, cukup kok keuangan untuk ngurus kamu sama Liza, seneng malah Mamah” timpal Mamah Vina. Kak Sonia memasang muka sedih dan berkata “Mah... Rob... kan aku udah bilang dari awal, aku engga mau ngerepotin keluarga terus-terusan, aku udah ngerepotin dengan numpang sama Mamah Papah dan minta jagain Liza, ini konsekuensiku yang sudah dewasa”. 84

Meskipun keuangan orang tua Robby dan Sonia berkecukupan, mereka merupakan anak yang tidak suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu, mereka pun cukup mandiri terlebih Sonia. Sonia menganggap dirinya yang telah menikah walaupun gagal, seharusnya dapat menghidupi kehidupan pribadinya tanpa campur tangan orang tua. Sehingga Sonia tetap meminta orang tuanya memberikan upah sesuai dengan pekerjaan yang ia lakukan di perusahaan papahnya. “Iya iya terserah kakak deh... tapi inget ya ini bukan salah kakak, ini salah mantan suami kakak yang gak bertanggung jawab” Ujar Robby sambil menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya Robby dikamar, ia segera mandi. Setelah berganti pakaian Robby melihat jam yang menunjukkan pukul 16.00 WIB dan membuka buku catatan tugasnya. Robby mulai mengerjain tugas yang harus dikumpulkan esok hari. *Kring... kring...* handphone Robby berbunyi dengan nama Niko muncul di layar bertepatan dengan selesainya tugas Robby. “Oi Rob, ayo login mobile legend... kita main tanding sama kelas sebelah” ajak Niko. Robby menjawab “iya iya sabar... pakai discord di room biasa kan?”. “iya yaudah gue matiin ya teleponnya, lanjut di discord” jawab Niko. Panggilan dari Niko pun terhenti.

85

Selain berbakat dalam bidang olahraga, Robby dan teman-temannya juga handal dalam memainkan beberapa game online, salah satunya adalah mobile legend. Tiga pertandingan pun berakhir dengan tim Robby yang memenangkannya. “Ayo buat room game lagi Nik” pinta Noval. “Duh anak sebelah engga mau main lagi, capek kalah mulu hahaha” canda Niko. Robby pun menimpali “yah... baru tiga pertandingan, masih jam 10 malem”. “Iya nih... tapi Noval gak di cariin pacarnya nih udah jam segini gak telponan? hahaha” tanya Niko dengan ketawa terbahak-bahak. Noval, teman dekat Robby baru saja berpacaran dengan adik kelasnya yang posesif dan manja. Noval memiliki jadwal telpon dengan pacarnya pukul 20.30 WIB, sehingga ketika jam menunjukkan pukul 22.00, Niko menanyakan hal tersebut. “Oh belum cerita ya gue... udah putus gue hehe” Jawab Noval. “Tuhkan makanya engga usah pacaran, gajelas sama ribet jadinya” ujar Robby. Niko pun menjawab “lo gak pernah pacaran sih Rob... seru tau pacaran tapi ya tergantung pacarnya hahaha”. Robby dan Niko termasuk anak yang mudah bergaul dengan siapa pun dan dekat dengan banyak anak perempuan, berbeda dengan Robby yang tidak mau berpacaran, Niko terkenal dengan anak yang suka gonta-ganti pacar. Setelah mereka mengobrol banyak hal melalui

86

discord, ketika pukul 23.00 mereka pun mengakhiri obrolan dan tidur. Aktivitas kelas 3 SMA 001 cukup padat mulai dari ujian praktek hingga pendalaman materi. Ekstrakurikuler yang diikuti oleh Robby, Niko, dan Noval harus dihentikan agar dapat fokus mengikuti seluruh kegiatan sekolah dengan baik. Hari kelulusan pun tiba. Siswa siswi yang mengikuti acara wisuda kelulusan mendapat bingkisan dari adik kelas, tak terkecuali Robby dan kawan-kawan. Robby mendapat bunga dan coklat dari adik kelas maupun teman seangkatan yang suka dengan dirinya. Seluruh bunga dan coklat diterimanya, namun tidak dengan ajakan berpacaran dari beberapa siswi. Ia tetap berpendirian kuat untuk tidak berpacaran. “Teman-teman semoga kita keterima di Inggris ya!” ucap Noval. “Aamiin, semoga kita bisa bareng-bareng terus” ujar Robby. “Inget berkabar ya hasil pengumumannya nanti!” pinta Niko. Hari pengumuman kelulusan Universitas Birmingham di Inggris menjadi hari yang menegangkan bagi Robby, Niko, dan Noval. Ketiga remaja laki-laki tersebut berkumpul bersama keluarga

masing-masing

untuk

menunggu

pengumuman

kelulusan. Robby berada di ruang tamu bersama Mamah Vina,

87

Papah, dan Kak Sonia, sedangkan Liza sedang tertidur di kamarnya. *Cling* tanda email masuk yang berasal dari Universitas Birmingham. Robby segera membuka email tersebut dan… ia berbicara dengan suara keras “Mah, Pah, Kak… aku lulus yeay”. “Alhamdulillah, selamat ya” sambut seluruh anggota keluarga. Tiba-tiba Robby teringat dengan kedua temannya, ia mengambil handphone miliknya dan mengirim pesan ke grup pesan yang berisikan Robby, Niko, serta Noval. “Teman-teman gimana hasilnya? gue lulus nih!”. *Tring… Tring… Tring…* secara bergantian pesan balasan masuk dari Niko dan Noval yang memberikan kabar bahwa mereka pun lulus di Universitas Birmingham. “kita berangkat ke Inggris bareng ya” pinta Robby. Beberapa hari kemudian setelah seluruh persiapan telah selesai, Robby, Niko, dan Noval pergi ke Inggris untuk menimba ilmu. *Kring-kring* suara bel sepeda yang sedang melaju di jalan. Robby yang sedang duduk di bagian luar toko kopi menyeruput americano miliknya. “Oi Robby…“, sapa Niko dan Noval dari kejauhan. Robby, Niko, dan Noval memiliki jadwal setiap minggu bertemu di toko kopi yang sama untuk saling bertukar kabar dan bersenda gurau. Robby berbeda fakultas

88

dengan Niko dan Noval. Mereka sulit untuk bertemu saat hari biasa perkuliahan karena kesibukan masing-masing. “Hai guys… tumben telat banget lu berdua” ujar Robby. Niko menjawab sembari mengalungkan tangannya ke bahu Noval “iya nih tadi temenin Noval dulu kenalan sama cewe bule hahaha”. “Yaelah pacaran mulu lu berdua, mau mesen minum apa kalian? Sekalian gue mau beli donat, laper gue” tanya Robby. Setelah mengetahui apa yang di inginkan kedua temannya, Robby pergi ke kasir untuk memesan kembali. *Bruk* baju Robby basah terkena es kopi. “Oh sorry… I don’t meant it” ujar wanita yang menabrak Robby. “Its okay” jawab Robby sembari melihat wajah wanita itu. Wajah Asia yang khas dari wanita tersebut membuat Robby bertanya dengan bahasa Indonesia “orang Indonesia ya?”. “Iya gue orang Indonesia, kenalin gue Risa” jawab Risa. Setelah Robby memberitahu namanya, Risa pamit terlebih dahulu karena sedang ada urusan mendesak. Robby pun melanjutkan pemesanannya ke kasir dan kembali ke teman-temannya. Pertemuan pertama Robby dan Risa menjadi awal mula kisah mereka. Robby dan Risa baru menyadari bahwa mereka satu jurusan, satu kelas, dan bahkan satu projek. Mereka sering bertemu dan bercengkrama. Mereka cukup dekat dan merasa

89

nyaman untuk bersama. Hingga akhirnya Risa memberanikan diri untuk bertanya kepada Robby “Robby, gue udah ngerasa nyaman dan suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gue”. Robby yang masih enggan untuk berpacaran menolak Risa dengan alasan fokus berkuliah dan hanya ingin menjadi sahabat. Tidak seperti wanita lain ketika ditolak oleh Robby, Risa tidak memasang muka sedih dan pergi, Risa bahkan tersenyum manis dan berkata “lo belum jatuh cinta sama gue ya? Hmm belum terlalu lama sih kita dekat” sembari tangan bertopang dagu. Robby yang saat itu menjawab sembarang “iya belum”. “Yaudah, gue usaha dulu ya buat lo jatuh cinta sama gue, tapi kalo udah jatuh cinta, lo yang nembak ya hehehe” pinta Risa sambil tersenyum. Kisah mereka pun berlanjut tanpa adanya perubahan sikap atas kejadian tersebut. -bersambung-

90

ASN Says "Financial Freedom", Why Not? Afidah Nur Rizki

Saat itu jam menunjukkan pukul lima pagi. Udaranya dingin menusuk hingga tulang dan sendi. Angin sepoi-sepoi yang menerpa kami membuat bulu kuduk tegak berdiri. Sweater rajut tebal yang menyelimuti badan masih belum sempurna memberikan rasa nyaman dan hangat. Jalan berplester aspal tipis terlihat masih lembab lantaran hujan semalam. Kami masih berdiri di pinggir gang utama pemukiman tepatnya di bawah lampu penerangan jalan di seberang masjid. Mataku terus memantau

91

pergerakan taksi online yang kami pesan melalui aplikasi. Ini adalah taksi online kedua yang kami dapatkan setelah mengalami pembatalan mendadak secara sepihak. Namun, kami cukup beruntung sebab tak butuh waktu lama ada driver lain yang mengambil orderan. “Baik saya kesana.” “Mohon ditunggu ya Pak.” “Jangan dicancel ya Pak.” Dalam satu menit pengemudi secara berturut-turut mengirimkan pesan singkat melalui fitur chat di aplikasi. Aku tak menghiraukan cara pengemudi yang memanggilku “Pak”. “Penglaris saya hari ini.” Lanjutnya berselang satu menit kemudian. Normalnya, cukup sulit mendapatkan pengemudi sepagi ini. Setidaknya, kami tak perlu berjalan seratus meter menuju jalan utama Gatot Subroto untuk mencari taksi yang tengah melintas. Kami sudah berada di dalam mobil yang tadi dipesan. Menurut aplikasi, membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke tujuan kami yaitu Stasiun Pasar Senen. Kebetulan kami

92

menggunakan kereta api yang sama, sahabatku ini akan turun di kota pelajar dan aku turun di stasiun setelahnya. Sesuai tiket yang dipesan, kereta akan diberangkatkan pukul 05.55 pagi. Meskipun demikian, kami sudah mulai bersiap diri sejak pukul tiga pagi. Mata terasa berat dan kepala sedikit pening sebab aku baru tidur di pertengahan malam tadi. Di dalam perjalanan kami sempatkan untuk berbincangbincang ringan. Sahabatku ini memang orang yang ramah. Obrolannya begitu kaya dan mengalir mulai dari es boba paling enak, berita selebgram, trending twitter, sampai soal berita crazy rich yang tersandung kasus investasi bodong. Hingga akhirnya dengan lirih ia berkisah tentang imajinasinya memiliki harta yang bergelimang sampai memiliki jet pribadi layaknya crazy rich. Tentu kami akan bisa pulang kampung dengan waktu sefleksibel mungkin tanpa diburu-buru seperti saat ini. Disisi lain, kami hanyalah pelayan masyarakat sehingga imajinasi itu rasanya benar-benar mustahil. Menyedihkan. Memiliki banyak harta semacam yang dipikirkan sahabatku ini nyatanya juga didambakan oleh sebagian besar orang sehingga mereka berlomba-lomba untuk mencapai garis finish yang dikenal sebagai financial freedom (kebebasan

93

keuangan). Pada umumnya seseorang dianggap telah mencapai kebebasan keuangan tatkala ia dapat secara bebas membeli apapun yang diinginkan menggunakan uang yang dimilikinya. Oleh karena itu berbagai usaha dilakukan agar dapat menghasilkan banyak uang. Namun, mereka tidak menyadari bahwa hal yang utama bukanlah banyaknya uang yang dihasilkan akan tetapi sejauh mana kemampuan uang bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup. Uang memiliki kekuatan, namun kalah kuat dengan literasi keuangan. Uang dapat masuk dan keluar

sangat

cepat

apabila

seseorang

tak

mampu

mengendalikan diri. Sesuai hasil riset Yushita (2017), literasi keuangan dapat membantu seseorang dalam mendayagunakan keuangannya dengan tepat untuk mencapai tujuan keuangan. Bukan suatu hal yang mustahil merdeka secara finansial yang identik dengan para saudagar dapat dicapai oleh seorang dengan latar belakang profesi atau pekerjaan apapun, bahkan seorang pelayan masyarakat dengan perencanaan keuangan yang baik. Menurut penelitian Sina (2014), untuk mewujudkan kebebasan keuangan dapat dimulai dari perencanaan keuangan yang tepat serta memerlukan motivasi sebagai daya dorong. Seseorang harus memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kebebasan keuangan, sehingga segera membuat perencanaan 94

keuangan dan mengaplikasikannya. Dengan demikian, kebebasan keuangan dapat dicapai tidak hanya bermodalkan pendapatan yang besar, namun juga kemampuan dalam mengelolanya. Memiliki pekerjaan tetap sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sebetulnya mendatangkan benefit karena pendapatan cenderung stabil serta dapat secara berangsur-angsur meningkat sesuai dengan jabatan dan masa kerja. Oleh karena itu, dapat lebih mudah pula dalam mengelola keuangannya. Namun yang sering dijumpai adalah ketika pendapatan mengalami kenaikan, sebagian

besar

orang

cenderung

berkeinginan

untuk

menyesuaikan gaya hidupnya sesuai dengan nominal uang yang dihasilkan. Istilahnya lifestyle inflation, pendapatan meningkat maka pengeluaran akan meningkat pula. Padahal, menurut Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB UI, Budi Frensidy kunci dalam mencapai kebebasan keuangan yaitu dapat memisahkan antara keinginan dan kebutuhan serta mampu mengendalikan diri. Hal ini tak lain karena uang tidak akan pernah memuaskan obsesi dalam memenuhi semua keinginan. Untuk mencapai kebebasan keuangan tentu memerlukan proses panjang dan waktu yang tidak instan. Menurut Roth (2018), seseorang dapat mencapai kebebasan keuangan setelah

95

melalui enam tahap. Tiga tahap pertama merupakan tahap “bertahan” dan tiga tahap selanjutnya merupakan tahap “berkembang”.

Sebelum

melalui

enam

tahap

tersebut,

seseorang harus terlebih dahulu terbebas dari tahap 0, yaitu kondisi ketika belum memiliki pekerjaan sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tahap ini juga dapat menimpa seseorang yang telah bekerja jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan yang diperoleh sehingga mengharuskan berhutang. Tahap ini juga dikenal sebagai tahap Dependence lantaran seseorang masih bergantung pada bantuan orang lain. Pada tahap pertama Solvency, seseorang sudah tidak bergantung lagi pada orang lain untuk membiayai hidupnya. Pendapatan yang diterima sudah lebih besar atau lebih banyak dari pengeluaran. Meskipun masih memiliki kewajiban hutang, namun ia masih mampu untuk membayarnya. Memasuki tahap kedua yaitu Stability, pendapatan yang diperoleh sudah memenuhi kebutuhan sehingga kondisi keuangan lebih stabil. Pada tahap ini hutang yang bersifat konsumtif sudah dibayar dan terdapat kelebihan dana yang dialokasikan untuk dana darurat. Selain itu, kelebihan uang “dingin” sedikit demi sedikit mulai dialokasikan untuk investasi. Tahap terakhir dari tahap 96

“bertahan” adalah Agency. Seseorang sudah tidak memiliki hutang lagi dan sudah memiliki tabungan yang jumlahnya berkalikali lipat dari yang dibutuhkan untuk membiayai hidupnya. Jika seseorang memilih untuk resign dari pekerjaannya, maka ia dapat bertahan hidup berbulan-bulan dengan uang tabungan tersebut. Pada tahap Security, dana yang disimpan dan diinvestasikan telah mampu untuk menopang sebagian besar biaya hidup. Namun, jika mengandalkan pendapatan dari investasi saja maka belum bisa untuk membali barang-barang yang tergolong mewah. Kemudian tibalah di tahap yang begitu didambakan, yaitu kebebasan keuangan yang sebenarnya. Pada tahap Independence ini, passive income dari investasi atau bisnis sudah bisa mendanai standar hidup mewah. Hingga akhirnya mencapai tahap terakhir dari financial freedom yang disebut Abundance. Hanya sedikit sekali orang yang telah berhasil mencapai tahap ini. Merujuk laporan Credit Suisse yang bertajuk “Global Wealth Databook 2021“dari 271,35 juta jiwa penduduk Indonesia hanya 171.740 orang yang memiliki kekayaan bersih lebih dari US$ 1 juta. Dengan kekayaan fantastis ini bisa jadi dapat membiayai hidup tak hanya anak dan cucu tetapi juga generasigenerasi setelahnya.

97

Tiba-tiba saya ingat dengan apa yang dikatakan seorang investor kawakan Warren Buffet: “If you don’t find a way to make money while you sleep, you will work until you die.” Hanya diri kita sendirilah yang dapat mengukur tingkat kebebasan keuangan yang didambakan dan sampai di tahap mana posisi saat ini.

98

Pemanfaatan Sirih Gading Sebagai Pewarna Alami Kain Katun Dyana Novita

Pewarna alami telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat sejak dahulu mulai dari zaman nenek moyang, yaitu dengan menggunakan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar sebagai bahan pewarna yang mudah dicari. Bahan alami ataupun tumbuhan yang banyak digunakan adalah berbagai 99

jenis daun, akar, kulit pohon maupun batang pohon dan kulit buah. Kain yang mudah menyerap bahan pewarna alami adalah kain katun. Kain katun berbahan serat kapas mempunyai daya serap tinggi, penyerapan kain katun berguna dalam proses pewarnaan dengan cara dicelup. Pewarnaan pada kain menggunakan pewarna alam dilakukan dengan proses pencelupan dan perendaman.Proses pembuatan pewarna alam dilakukan dengan cara direbus dan dapat pula dilakukan dengan cara lain yaitu diblender. Cara-cara tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk mengeluarkan kandungan warna pada bahan alami sehingga memberikan hasil warna yang maksimal. Proses direbus dipengaruhi oleh suhu panas air ketika diproses diatas api, sedangkan proses diblender tidak merubah suhu yaitu hanya menggunakan pelarut air biasa. Bahan yang digunakan pada penelitian uji coba pewarna alam ini yaitu daun sirih gading. Daun sirih gading dikenal dengan jenis tumbuhan sirih-sirihan dan ada pula yang menyebut dengan nama Sirih Belanda. Bagian tanaman yang digunakan untuk uji coba adalah bagian daun yang memiliki lebar daun bervariasi, dengan ukuran delapan sentimeter hingga mencapai 100

lebar lebih dari tiga puluh sentimeter. Tanaman sirih gading tergolong dalam tanaman hias Indonesia kategori tanaman rambat memiliki pertumbuhan cepat. Suburnya pertumbuhan daun sirih gading dapat dimanfaatkan, salah satunya sebagai pewarna alami pada kain katun. Belum adanya buku yang meneliti daun sirih gading sebagai pewarna alami, baik digunakan pada makanan maupun pada kain menjadikan penulis meneliti sirih gading sebagai bahan uji coba pewarna alami. Sebelumnya penulis juga pernah menggunakan daun sirih gading sebagai pewarna alami, namun proses dan hasil penggunaan daun sirih gading

tidak

dideskripsikan secara sistematis dan terperinci. Berdasar latar belakang di atas penulis melakukan uji coba “Pemanfaatan Sirih Gading sebagai Pewarna Alami pada Kain Katun” yang bertujuan untuk mengetahui warna yang dihasilkan dari daun sirih gading dengan menggunakan metode eksperimen ekstraksi, yaitu diblender dan direbus. Diharapkan uji coba ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

pada

umumnya

maupun

Paguyuban

Batik

Banyumasan dalam meningkatkan ragam warna pada motif batik Banyumasan. 101

Teknik Uji Coba 1) Observasi, pengamatan secara langsung dengan cara

meneliti, mengamati, merangkum dan mendata proses uji coba yang telah dilakukan. Hasil dari proses uji coba dalam setiap hal dicatat dan didokumentasikan sebagaimana adanya. Observasi dilakukan mulai dari mengamati dan melakukan pengolahan daun sirih gading menjadi pewarna, yang keseluruhan prosesnya dicatat hingga proses pencelupan pada air rebusan. 2) Dokumentasi, uji coba penggunaan daun sirih gading

sebagai pewarna alami pada kain katun difoto secara langsung sehingga menghasilkan gambar. Gambar yang benar terjadi apa

adanya

karena

menggambarkan

realita

dalam

pelaksanaan uji coba, selain itu dengan mencatat hasil uji coba dalam bentuk deskripsi. Berikut ini adalah skema yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan pada saat observasi:

102

Penggunaan Daun Sirih Gading Pada Kain Katun

Daun Sirih Gading

Kain Katun

Mordanting

Ekstraksi

Pencelupan

Fiksasi

Direbus

Skema di atas dapat dijelaskan bahwa: Kain yang digunakan dalam uji coba penggunaan daun sirih gading ini menggunakan kain katun jenis Prima. Kain ini sebelum digunakan pada proses pencelupan harus melalui proses mordanting. Mordanting dilakukan bertujuan membersihkan kain agar penyerapan warna yang dihasilkan maksimal. Mordanting 103

dilakukan dengan cara yaitu kain direndam menggunakan detergent

terlebih

dahulu

selama

semalam.

Kemudian

selanjutnya kain direbus bersama tawas selama satu jam dan di diamkan semalaman, barulah kain siap digunakan setelah dibilas dan dijemur. Proses ekstraksi, proses ektraksi ini dilakukan dengan dua cara yaitu direbus dan diblender. Kedua cara ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengeluarkan kandungan warna pada bahan. Pada proses direbus, larutan dipengaruhi oleh suhu panas dari nyala api kompor. Sedangkan untuk proses diblender, larutan yang digunakan tidak melalui proses pemanasan sehingga air tidak berubah suhu. Proses direbus lebih jelasnya menggunakan 500 gram daun sirih gading yang dipotong-potong terlebih dahulu kemudian dimasukkan pada panci berisi 5 liter air kemudian direbus hingga air menyusut menjadi separuhnya yaitu 2,5 liter. Proses ekstraksi diblender daun sirih gading 500 gram juga dipotong untuk mempermudah proses, kemudian daun diblender dengan jumlah air keseluruhan mencapai 2,5 liter. Ekstraksi sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu. Proses pencelupan kain untuk masing-masing ekstraksi 104

sejumlah 5x, 10x dan 12x pada satu meter kain. Setiap kali pencelupan pewarna alami dilakukan perendaman ekstraksi selama 15 menit, kemudian dikeringkan selama kurang lebih dua jam sebelum dilakukan pencelupan kembali. Setelah dilakukan pencelupan, tahapan selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi, setiap masing-masing pencelupan dibagi menjadi tiga fiksasi tawas kapur tunjung pada kain yang sudah dicelup sebanyak 5x, 10x, dan 12x sedangkan ragam fiksasi dilakukan sebanyak 1x dan 2x. Bahan yang digunakan pada proses fiksasi dalam satu liter air adalah tawas 70 gram, kapur 50 gram dan tunjung 50 gram, jumlah bahan menggunakan resep bahan dari Jazir (Belajar Batik Tulis dan Pewarnaan SintetisAlami.2010). Proses direbus dalam uji coba penggunaan daun sirih gading ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan warna. Proses direbus sama halnya seperti proses menghilangkan lilin pada proses pembatikan. Proses pencelupan pada air mendidih selama 5 menit. Lamanya perebusan 5 menit dipilih karena, pada proses pelorodan lilin di tempat pembatikan waktu yang singkat adalah 5 menit atau bahkan lebih.

105

Hasil dan Pembahasan

Gambar1 : Daun Sirih Gading

Nama ilmiah

: Epipremnum aureum

Famili

: Araceae

Nama lain

: Scindapsus aureus

Varietas

: Tricolor, yaitu ditandai dengan daun berwarna

hijau bercampur warna lain seperti warna hijau pucat, krem dan hijau tua. Namun jenis tricolor inilah yang mudah dijumpai dan banyak digunakan sebagai penghias ruangan di dalam rumah maupun diletakkan di luar rumah (Sudarmono,1997:112). Tanaman sirih gading dapat dilihat dari corak yang ada pada daunnya. Daun sirih gading muda berukuran kecil dan berbentuk menggulung, daun yang baru tumbuh memiliki kilap yang lebih tajam dibanding dengan daun yang sudah tua. Ukuran daunyang tumbuh mulai dari delapan sentimeter (8 cm) hingga lebar daun mencapai tiga puluh sentimeter (30 cm) hingga lebih. 106

Daun sirih gading tampak segar jika dilakukan perawatan seperti membersihkan bagian daun menggunakan kain atau handuk basah. Daun sirih gading memiliki batang ramping, namun jika tumbuh subur batangnya membesar dan bertekstur keras serta memiliki akar yang panjang. Akar sirih gading menyesuaikan bentuk batang.

Gambar 2 : Mordanting Kain

Tabel 1 : Bahan Mordanting

Jenis kain

Katun

Ukuran kain

Jumlah air

Takaran tawas

(m)

(l)

(gr)

4

17

100

107

Sebelum proses dimulai, terlebih dahulu kain dicuci dengan detergent. Mordanting bertujuan untuk membersihkan kain katun agar proses penyerapan warna lebih pekat dan proses pencelupan dapat dilakukan dengan kuantitas yang lebih banyak. Mordanting dilakukan dengan cara merebus kain selama satu jam dalam larutan tawas dan air dengan jumlah yang ditentukan komposisinya.

Setelah melewati

proses perebusan, kain

didiamkan semalaman untuk kemudian dicuci dan dikeringkan. a. Ekstraksi Kain

Gambar 3 : Proses Perebusan Tabel.2 Bahan Ekstraksi dengan Merebus Daun Sirih Gading

Daun sirih

Air sebelum

Air

Waktu

gading

rebus (l)

sesudah

(jam)

(gr) 500

rebus (l) 5

2,5 108

1

Proses perebusan diawali dengan daun sirih gading dipotong menjadi ukuran lebih kecil. Langkah selanjutnya adalah merebus daun sirih gading dengan jumlah bahan seperti pada tabel diatas, dengan waktu perebusan selama satu jam. Setelah itu diamkan rebusan daun sirih gading kemudian saring untuk memisahkan hasil ekstraksi dan ampas.

Gambar 4 : Ekstraksi Diblender Tabel 3. Bahan Ekstraksi Daun Sirih Gading dengan Diblender

Daun sirih gading (gr)

Air (l)

500

5

109

Proses pengolahan ekstraksi diblender dilakukan dengan memasukkan potongan daun sirih gading ke dalam blender beserta air. Setelah diblender, ekstraksi disaring untuk memisahkan ampas dan hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi inilah yang digunakan untuk proses pencelupan. b.

Pengolahan Fiksasi Tabel 4. Bahan Fiksasi Tawas (gr/liter)

Kapur

Tunjung

(gr/liter)

(gr/liter)

70

50

50

Proses pengolahan fiksasi dilakukan dengan cara melarutkan bahan pada air. Takaran yang digunakan untuk melarutkan bahan sesuai dengan tabel bahan fiksasi. c. Proses Pencelupan Pencelupan dilakukan dengan variasi 5x, 10x dan 12x. Proses untuk satu kali celup memerlukan waktu perendaman selama 15 menit kemudian ditiriskan selama 2 jam. Kemudian dilakukan pencelupan kembali. Proses fiksasi dilakukan sebanyak 110

1x dan 2x untuk masing-masing pencelupan. Pada proses fiksasi 1x dilakukan setelah dicelup ekstraksi dengan variasi 5x,10x dan 12x. sedangkan untuk proses 2x fiksasi pada pencelupan 5x dilakukan pada proses celup 2x dan 5x; 10x dilakukan fiksasi pada 5x dan 10x sedangkan pada 12x dilakukan fiksasi pada celupan 5x dan 12x. Fiksasi dilakukan dengan cara dicelup pada larutan fiksasi yang kemudian ditiriskan selama lima menit. d. Proses Perebusan Proses merebus kain dilakukan guna melihat ketahanan warna. Proses merebus dilakukan dengan cara memasukkan kain yang sudah dicelup dan difiksasi kedalam panci berisi air panas mendidih selama 5 menit.

111

Hasil pencelupan pengunaan daun sirih gading sebagaiekstraksi adalah sebagai berikut:

Gambar 5: Hasil pencelupan ekstraksi dan fiksasi tawas 1x

Gambar 6: Hasil pencelupan ekstraksi dan fiksasi kapur 1x

112

Gambar 7: Hasil pencelupan ekstraksi dan fiksasi tunjung 1x

Gambar 8: Hasil pencelupan ekstraksi dan fiksasi tawas 2x

113

Gambar 9:Hasil pencelupan ekstraksi dan fiksasi kapur 2x

114

Dari hasil uji coba dengan proses ekstraksi direbus, menghasilkan warna gelap yaitu abu-abu tua pada pencelupan 12x, dan warna terang dihasilkan pencelupan 5x yaitu warna abuabu muda. Sedangkan pencelupan pada ekstraksidiblender arah warna yaitu hijau ke abu-abuan, pencelupan 12x menghasilkan lebih gelap dibandingkan 10x pencelupan dan pencelupan 5x menghasilkan warna lebih terang. Hasil uji

coba juga

menunjukkan bahwa pencelupan dengan fiksasi tunjung menghasilkan warna lebih gelap dibanding tawas. Penggunaan fiksasi tawas menghasilkan warna serupa dengan warna sebelum dilakukan

fiksasi,

sedangkan

penggunaan

fiksasi

kapur

menghasilkan warna lebih muda. Berdasarkan uji coba penggunaan daun sirih gading yang di proses dengan cara berbeda, maka diketahui bahwa proses mempengaruhi hasil warna yang berbeda pula. Meskipun hasil warna memiliki perbedaan namun arah warna pada uji coba daun sirih gading ini memiliki warna searah yaitu ke arah warna abu-abu, hanya saja pada proses direbus arah warna abu-abu dan proses diblender menghasilkan warna hijau namun memiliki arah warna abu-abu.

115

Penutup Hasil dari uji coba penggunaan daun sirih gading sebagai pewarna alami memerlukan waktu. Proses yang dilakukan mulai dari menyiapkan alat dan bahan, termasuk dalam proses menyiapkan kain dengan cara mordan. Kemudian proses pembuatan ekstraksi yang dapat dilakukan dengan cara direbus dan atau diblender, dilanjutkan dengan proses pencelupan 5x, 10x dan 12x. Semakin banyak pencelupan yang dilakukan maka semakin gelap hasil yang didapatkan, seperti pada hasil pencelupan sebanyak 12x. Setelah proses pencelupan kemudian dilakukan fiksasimenggunakan tawas, kapur dan tunjung. Penggunaan jenis fiksasi juga dapat mempengaruhi hasil warna pada kain katun. Proses pewarnaan dengan menggunakan fiksasi tawas akan menghasilkan warna yang serupa dengan kain sebelum di fiksasi atau dapat dikatakan sebagai warna yang sebenarnya. Pewarnaan dengan menggunakan fiksasi kapur menghasilkan warna yang lebih muda, sedangkan pewarnaan dengan fiksasi tunjung menghasilkan warna yang lebih pekat dari warna sebenarnya. Proses ekstraksi daun sirih gading menggunakan cara diblender menghasilkan warna hijau mengarah pada warna abuabu. Jika daun sirih gading diproses menggunakan cara direbus 116

menghasilkan warna ke arah abu-abu. Berdasarkan uji coba dan hasil uji coba yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan warna antara proses direbus dan diblender terhadap hasil kepekatan warna hijau daun sirih gading pada kain katun. Hasil uji coba penggunaan daun sirih gading sebagai pewarna alami lebih dominan bewarna hijau jika diproses dengan cara diblender dibandingkan dengan cara direbus.

117

Daftar Pustaka

Hamid, Jazir. 2010. Belajar Batik Tulis dan Pewarnaan SintetisAlami. Imogiri Hariana,

Arief. 2013. 262 Tumbuhan obat dan

Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Institute of Batik and Handicraft Jogjakarta. 2007. Natural Dyes. Yogyakarta. Naharto, Ertambang dan Intiyas Utami. 2016. Panduan Praktis Riset Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

118

Chapter IV Puisi dan Sajak

119

Ayah M. Danu Fahrizal Hertanto & Dhani Hertanto Untukmu Ayahku tersayang Wahai Ayah…Terima kasih sampai dengan saat ini Engkau sudah merawat dan membesarkanku Meski terkadang sering kali kubuat kau marah Tapi kau tidak pernah lelah berjuang untukku Tak pernah kulihat tetes air matamu Tak pernah kudengar keluhan dari mulutmu Terkadang kau bertingkah lucu Untuk menghibur hatiku Aku berharap agar Tuhan Memberikanmu umur yang panjang Agar bisa mendampingiku Sampai kelak aku dewasa Terima Kasih AYAH!

120

Bergegas Sylvia Martina Hapsari

Ku belajar... Ku belajar pada pagi, bagaimana untuk meniatkan sehari nanti Ku belajar pada siang, bagaimana meneguhkan kebaikan di separuh hari Ku belajar pada malam, bagaimana mengistirahatkan ambisi dan mensyukuri hari ini... Ku memberi... Memberi semangat pada diri, agar kokoh seperti matahari, melaksanakan tugas menyinari dan tanpa sadar telah memberi hidup bagi usaha laundry Ku melangkah.. 121

Melangkah untuk mengubah, yang dulu menjadi yang kini... Dulu serba manual dan emosional Kini serba otomatis dan tenang Dulu kupikir nyaman itu aman Kini selain nyaman juga kemaslahatan Dulu bekerja hanya untuk cuan kini ada hal lain yaitu pengabdian Dulu kukira kerja teamwork itu asal-asalan Kini kutahu bahwa teamwork penting untuk mencapai tujuan Dulu terpaku oleh pemikiran yang baku Sekarang bersemangat oleh buah pikir yang baru Dulu belajar karena keharusan pendidikan Sekarang belajar karena kehausan ilmu pengetahuan hmm... Semakin aku tahu semakin aku tak tahu Seperti membaca buku, semakin tebal halaman semakin penasaran 122

Seperti menyelam, semakin indah pemandangan dalam kedalaman Semakin ingin maju, maka semakin banyak hal yang dikerjakan... Tak apa kawan, Karena usahamu tak akan mengkhianati hasil.. Semangat kawan, kamu tak sendirian Melangkah untuk perubahan adalah keniscayaan Tak terhindarkan karena kita makhluk berakal.. Jangan takut kawan, kita bekerja bergandengan.. Kau tak tersesat, karena ini bukan jalan tak berpangkal... Perubahan adalah pembaharuan Perubahan adalah kebaikan Perubahan adalah kemajuan Yuk, bergegas! Reform DJP, SIAP MANTAP! Salam Satu Bahu Semangat dalam Kebersamaan

123

Pagiku di Trotoar Sudirman Sucipto Kumelangkah satu-satu Menghitung ubin dalam tatanan saling silang Deru deram suara kendaraan memburu Seiring waktu pagi yang lambat laun menghilang Bayangan diri tampak masih sangat panjang Tanda aktivitas kerja masih cukup lama Namun kulihat pedagang penuh semangat juang Bersepeda dengan kayuhan berirama Bagaimanapun hidup harus terus berjalan Meski dengan curahan segala tenaga Perjuangan sampai titik darah penghabisan Karena di situlah keberkahan berada Kulihat, ini bukan bersepeda untuk kesenangan Namun lebih kepada kesempatan mencari rizki Dengan segala kemampuan dan keterbatasan Memastikan keluarga ternafkahi Bukan pula sepeda dengan spek tinggi Crankset Tiagra dan rangka karbon Seadanya dan utamakan fungsi 124

Dapat dikayuh meski monoton Pada lajur jalan kedua Hiruk pikuk pesepeda berombongan Dengan tujuan yang pasti berbeda Berolah raga atau sekedar selingan Beraneka ragam jenis dan merk sepeda Dari harga yang mahal hingga mahal sekali Seperti ada di dunia yang berbeda Dari si pedagang bersepeda tadi Akupun terus melangkah Kudaki jembatan penyeberangan Sudirman Bertemu lagi dengan pejuang nafkah Menawarkan koran ke setiap pejalan Sungguh hebat nalurinya bertahan Tetap berjualan meski koran hampir menjadi kenangan Namun kembali kepada kebesaran Tuhan Bahwa Dia pasti menjawab apa yang diusahakan Beberapa langkah dari penjual koran Tepat di sebelah ujung lorong busway Seorang ibu bersimpuh bersama bungkusan Nasi uduk dan nasi kuning murah dan tunai Dipangkunya anak usia kelas dua esde 125

Dibukanya lembaran-lembaran buku pelajaran Dirapikannya rambut anak yang kusut masai Ada tetes di mataku, tak tertahankan Kubeli sebungkus nasi kuning, Kubayar, tanpa banyak berkata Cukup untuk sarapan di kantor nanti Bekal kerja sehari merangkai karya Haripun beranjak siang Target waktu berjalan telah terpenuhi Penuh syukur kuberanjak pulang Untuk satu mozaik yang sangat menginspirasi kehidupan akan terus berjalan Dan apa yang akan kuberikan? Sejauh ini hanya memaksimalkan peran Semoga Tuhan berkenan

126

Epilog

“Saat diam bergeming, menerawang dan menerka, kelak kan seperti apa? Dari jabang bayi hingga menjadi tua renta, kan menatap dengan indera kosong tak berdaya. Tiada yang tahu akan lusa, bertamasya dengan apa, bahkan kacak bertengadah di mana.” Kehidupan, dimula dengan setetes air dihinakan, telaten dalam Rahim sang bunda, dipeluk dan dikasih penuh sayang oleh orangtuanya. Anak kecil ini tak tahu besok akan makan apa? Atau tumbuh dewasa dan tuan menjadi siapa? Tapi cukuplah dia menangis sebagai bentuk usaha dia, dan lanjut pasrah dalam tidur panjangnya dalam dekapan orangtua. Menikmati hidup, tanpa berfikir panjang melengking tentang masa depan. Ketika usia semakin dewasa, fikir semakin padat, menumpuk di sebelah otak, terkadang membuat beku dan membantu, gagap, terasa tak siap tentang hari esok. Ketakutan dan kekhawatiran beririsan, setali, senasib sepenanggungan. Bagaimana besok anak-anak saya? Belumlah juga tentang utang yang menumpuk, sementara minyak goreng langka, kebutuhan hidup pun terus menyala. Menatap yang lain tetiba berlimpah 127

harta, seolah Tuhan tak adil untuk kita. Agaknya semua menjadi lupa, dulu terlahir telanjang, tak punya apa-apa, tak bisa berbuat, namun Tuhan mengatur “kehidupan” melalui orangtua kita, dan saat ini berdiri kokoh diri kita. Hari esok bukan untuk dikhawatirkan teramat, hingga tak siap dengan ketidakpastian dan perubahan. Cukuplah berfikir, bersiap dengan kadar sebagai insan, dengan akal dan keimanan, selanjutnya pasrah kepada Yang Maha Esa. Tugas insan hanyalah bekerja, beramal, berusaha sampai keringat menetes terakhir, bukan untuk menentukan hasil, kerna itu bukan “wilayah” manusia. Meniti hari, dengan berusaha, berjuang dan terus berdoa, agar siap menghadapi apapun yang ditakdirkan mendatangi kita, sebab gusti Allah mboten sare.

Falih Alhusnieka

128

Profil Kontributor

Afidah Nur Rizki, lahir di Klaten pada tanggal 26 Desember 1996. Bergabung dengan DJP pada penghujung 2015 setelah lulus dari Program Diploma I Perpajakan Politeknik Keuangan Negara STAN. Selepas menunaikan Pendidikan Diploma III Akuntansi Alih Program pada 2020, ia kembali mengabdi sebagai pelaksana pada KPP Wajib Pajak Besar Satu. Penggembira di OMOAr ini tak pernah berpikir bahwa dirinya bisa menulis dan dipublikasi.

Namun,

dorongan

dari

rekan

membuatnya terus memacu diri untuk dapat berkarya melalui tulisan.

129

Ahmad Sodikin, pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang pernah bekerja di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu selama 2 tahun, 4 bulan di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan, 7 tahun di Sekretariat Ditjen Pajak, 2 tahun di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan hampir 5 tahun di KPP Wajib Pajak Besar Satu. Aktivitas saat ini, kerja, kuliah S2, dan mencoba memulai menulis :)

Amrih Basuki Purnomo, ASN dan Penggiat Seni Keroncong Langgam Campur Sari. Kenali, cintai, jaga dan kembangkan budaya dan nilai-nilai luhur warisan leluhur bangsa kita agar menjadi jati diri bangsa.

Dhani Hertanto, Account Representative KPP Wajib Pajak Besar Satu. Telah menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keuangan Spesialisasi Perpajakan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

130

Dyana Novita, pelaksana Seksi P3 KPP Wajib Pajak Besar Satu sejak 2019, merangkap tukang foto dari 2 putra, pelukis ulung warisan bapak dan agen ilustrator DJP.

Franki Nababan, Account Representative KPP Wajib Pajak Besar Satu. Lulus dari Universitas Sumatera Utara Jurusan Akuntasi pada tahun 2003, sekarang penulis sedang menyelesaikan thesis di Ilmu Administrasi Perpajakan Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Penulis merupakan ayah dari empat anak, berasal dari Medan, dan sangat menikmati waktu dengan berkumpul bersama keluarga tercinta.

131

Joko Pitoyo atau biasa disapa Jokpit, Kepala Seksi Pengawasan V KPP Wajib Pajak Besar Satu. Penulis menyelesaikan studi D3 STAN, kemudian studi S1 di Universitas 17 Agustus Cirebon Jurusan Administrasi Niaga. Penulis juga mengambil studi S1 di Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon, Jurusan Akuntansi. Selanjutnya untuk studi S2 penulis mengambil Magister Manajemen di Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta. Selain menjadi ASN DJP, penulis juga pernah mengajar di D1 STAN dan di S1 STIE Cirebon. Penulis mempunyai hobi menulis, menyanyi, bermain musik, berolahraga dan tentunya bekerja :) .

Kristyanu Widyanto, lahir di Bogor pada 31 Mei 1987, pernah berdinas di KPP Wajib Pajak Besar Satu dan KPP Pratama Jakarta Pluit. Penulis baru saja menyelesaikan program Masker of Public Administration di University of Leeds, England.

132

Larasati Alamsyah, lahir di Jakarta tanggal 16 Oktober 1997. Ayas, sapaan akrabnya baru saja ditempatkan

sebagai

pelaksana

Seksi

Pengawasan di KPP Wajib Pajak Besar Satu setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III Pajak di PKN STAN. Tidak lama sebelum penempatan, ia mendapat peran baru sebagai seorang istri. Ayas memiliki hobi menyanyi dan mendengarkan musik. Saat ini Ayas berusaha menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan belajar berkarya lewat tulisan.

Muksin, lahir di Kebumen 06 Desember 1977 menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Akuntasi STAN tahun 2000 dan Program Diploma IV Akuntansi STAN tahun 2008. Selain aktivitas sebagai ASN ia menggeluti dunia seni visual berupa fotografi dan seni Lukis. Ia pernah memenangi Excelence Arward Winner Welcome to Asia Photo Contest 2019.

133

Romy Ardiansyah bertugas sebagai Kepala Seksi Pengawasan IV di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Rengat, Kanwil DJP Riau, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia sejak tahun 2021. Penulis telah mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara di bidang perpajakan selama lebih dari 19 tahun ini menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 2002 dan memperoleh

gelar

Master

of

Public

Administration dari University of Birmingham pada tahun 2014.

Sucipto, saat ini sebagai Kepala Seksi Pengawasan IV. Di DJP sudah dari tahun 1999. Pernah bekerja di KPP Pratama Tarakan, perbatasan utara Indonesia. Tidak ada keahlian istimewa, hanya ingin membuat orang di sekitarnya senang.

134

Sugeng Prayitno, pria Jawa sederhana, lahir di Purworejo, 31 Maret 1984. Mempunyai hobi mancing, main catur dan sepak bola. Menikah dan dikaruniai dua putri satu putra. Saat ini bekerja di KPP Wajib Pajak Besar Satu

Sylvia Martina Hapsari, lahir di Surakarta, 27 Maret 1985. Gelar Sarjana Ekonomi didapat dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, serta Gelar Magister

Manajemen

didapat

dari

STIE

Kusumanegara. Saat ini, penulis bertugas sebagai Account Representative di KPP Wajib Pajak Besar Satu. Sebelumnya, penulis berdinas di KPP Jakarta Jatinegara, KPP Jakarta Pasar Rebo dan di KPP Madya Jakarta Timur. Penulis sangat antusias berada di tempat berarsitektur tua, serasa berada di jaman dan waktu bangunan kuno itu berjaya. Menuangkan perasaan antusiasme dalam tulisan itulah, yang menjadi motivasi awal penulis untuk belajar menulis.

135

Usman Damanhuri, Account Representative KPP Wajib Pajak Besar Satu sejak Tahun 2017, sebelumnya berdinas di KPP Pratama Jakarta Sunter (2014-2017), di KPP Wajib Pajak Besar Empat (2012-2014), dan KPP Wajib Pajak Besar Orang Pribadi (2009-2012). Berpetualang seperti naik gunung dan travelling merupakan hobi saya disamping tetap memprioritaskan quality time bersama keluarga.

136

Tarian Pena Vol 4 One Month One Article (OMOAr) Edisi Maret 2022 Cetakan 1 – Jakarta KPP Wajib Pajak Besar Satu. 2022 Pengarah: Etty Rachmiyanthi Koordinator: Sylvia Martina Hapsari Kontributor: Usman Damanhuri | Larasati Alamsyah | Afidah Nur Rizki | Ahmad Sodikin | Amrih Basuki Purnomo | Dhani Hertanto | Dyana Novita |Eve | Franki Nababan | Joko Pitoyo | Krisyanu Widyanto |Larasati Alamsyah | Muksin | Romy Ardiyansyah | Sucipto | Sugeng Prayitno | Sylvia Martina Hapsari Lay Out, Desain dan Ilustrasi Sugeng Prayitno | Dyana Novita | Ahmad Sodikin | Muksin | Rofiil Editor: Falih Alhusnieka | Sucipto

137

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.